kasus glaukoma wigus

Upload: willghoest

Post on 04-Apr-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    1/34

    1

    BAB I

    LAPORAN KASUS

    I. IDENTIFIKASI

    Nama : Ny. I

    Umur : 53 tahun

    Jenis Kelamin : Perempuan

    Agama : Islam

    Bangsa : Indonesia

    Pekerjaan : Tani

    Pendidikan : Tidak sekolah

    Alamat : RT.15 Kec.Aur Gading

    Tanggal Berobat : 1 Maret 2012

    II. ANAMNESIS (Autoanamnesis) 1 Maret 2012

    2.1 Keluhan Utama

    Mata kanan terasa nyeri sejak 1 minggu yang lalu.

    2.2 Keluhan tambahan :

    Sakit kepala dan mual.

    2.2 Riwayat Perjalanan Penyakit

    2 bulan yang lalu, penglihatan mata kiri penderita mulai terasa kabur

    secara mendadak. Mata kiri terasa nyeri dan pegal, disertai sakit kepala.

    Mata kanan juga mengalami keluhan yang sama tetapi tidak seberat

    keluhan mata kiri. Keluhan dirasakan mendadak dan hilang timbul,

    terutama pada malam hari sehingga sering membuat penderita tidak dapat

    tidur semalaman. Mata merah (+), melihat cahaya seperti ada pelangi (+),

    silau (+), mata berair (+) kadang-kadang, gatal (-), sekret (-). Keluhan lain

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    2/34

    2

    berupa mual dan muntah (+) 3x. Penderita berobat ke dukun-dukun

    kampung dan ke Puskesmas di daerahnya, tetapi tidak ada perubahan.

    Lalu, pederita berobat ke Poli Mata RSUD Raden Mattaher, diberi obat

    disarankan untuk operasi mata kirinya. Keluhan mata kiri penderita

    berkurang, dan penderita dioperasi mata kirinya 3 minggu yang lalu.

    Setelah operasi, penderita kontrol kembali ke Poli Mata 2 minggu yang

    lalu.

    1 minggu yang lalu, mata kanan penderita kembali merasakan

    keluhan yang sama seperti mata kirinya. Penglihatan mata kanan penderita

    mendadak kabur, terasa nyeri dan pegal, disertai sakit kepala. Keluhan

    dirasakan mendadak dan hilang timbul, terutama pada malam hari. Mata

    kanan merah (+) kadang-kadang, melihat cahaya seperti ada pelangi (+),

    silau (+), mata berair (+) kadang-kadang, gatal (-), sekret (-). Kelopak

    mata bengkak (+) awalnya. Keluhan lain berupa mual (+) kadang-kadang,

    muntah (-). Lalu, penderita kembali berobat ke Poli Mata RSUD Raden

    Mattaher tanggal 1 Maret 2012.

    2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

    Ada riwayat keluhan yang sama dan sudah dioperasi Trabekulektomypada mata kiri penderita 3 minggu yang lalu.

    Riwayat trauma disangkal Riwayat penggunaan steroid jangka panjang disangkal. Riwayat penggunaan kaca mata sebelumnya disangkal. Riwayat penyakit mata lain sebelumnya disangkal. Riwayat Penyakit Sistemik :

    - Riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu, kontrol tidakteratur.

    - Riwayat penyakit Diabetes Mellitus disangkal

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    3/34

    3

    2.4 Riwayat Penyakit dalam Keluarga

    Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama seperti penderitadisangkal.

    Riwayat keluarga dengan Hipertensi dan Diabetes Mellitus disangkal.

    2.5 Riwayat Gizi : Baik

    2.6 Keadaan Sosial Ekonomi : Menengah ke bawah.

    III. PEMERIKSAAN FISIK

    3.1 Status Generalis

    Keadaan umum: tampak baik

    Kesadaran : kompos mentis

    TB / BB : 155 cm / 47 kg

    Tekanan darah : 130/80 mmHg

    Nadi : 78 x/menit

    Respiratory rate : 18 x/menit

    Suhu : afebris

    3.2 Status Oftalmologikus

    I. PEMERIKSAAN VISUS DAN REFRAKSIOD OS

    Visus Dasar 1/60 6/30

    Koreksi Sulit dikoreksi S2 6/12

    II. MUSCLE BALANCE

    Kedudukan bola mata

    Ortoforia Ortoforia

    Pergerakan bola mata

    Duksi : baik

    Versi : baik

    Duksi : baik

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    4/34

    4

    Injeksi Silier

    III. PEMERIKSAAN EXTERNAL

    Arkus senilis

    Pupil melebar Kornea keruh

    Bleb konjungtiva

    iridektomi

    Arkus senilis Pupil Lonjong

    Palpebra Superior

    Inferior

    hiperemi (-), edema (-)

    hiperemi (-), edema (-)

    hiperemi (-), edema (-)

    hiperemi (-), edema (-)

    Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

    Konjungtiva tarsus

    superior

    Papil (-), folikel (-), lytiasis (-),

    hiperemis (+)

    Papil (-), folikel (-), lythiasis

    (-),hiperemis (-)

    Konjungtiva tarsus

    inferior

    Papil (-), folikel (-), lytiasis (-),

    hiperemis (+)

    Papil (-), folikel (-), lythiasis

    (-),hiperemis (-)

    Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-), injeksi

    silier (+)

    Injeksi konjungtiva (-), injeksi

    silier (-), bleb konjungtiva (+)

    jam 11.

    Kornea keruh, edema, Arkus senilis(+) Jernih, Arkus senilis (+)

    Bilik Mata Depan Dangkal Sedang

    Iris Kripta iris tidak jelas Kripta iris normal, iridektomi

    perifer (+) arah jam 11.

    Pupil

    Diameter

    Bulat, anisokor, RC (-)

    5 mm

    Lonjong, anisokor, RC (+)

    2 mm

    Lensa Sulit dinilai JernihIV. PEMERIKSAAN SLIT LAMP DAN BIOMICROSCOPY

    Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

    Konjungtiva tarsus

    superior

    Papil (-), folikel (-), lytiasis

    (-), hiperemis (+)

    Papil (-), folikel (-), lythiasis

    (-), hiperemis (-)

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    5/34

    5

    Konjungtiva tarsus

    inferior

    Papil (-), folikel (-), lytiasis

    (-), hiperemis (+)

    Papil (-), folikel (-), lythiasis

    (-), hiperemis (-)

    Konjungtiva Bulbi Injeksi konjungtiva (-),

    injeksi silier (+)

    Injeksi konjungtiva (-), injeksi

    silier (-),bleb konjungtiva (+)

    jam 11.

    Kornea Keruh, edema, infiltrat (-),

    sikatrik (-),Arkus senilis (+)

    Jernih, infiltrat (-), sikatrik (-),

    Arkus senilis (+)

    Bilik Mata Depan Dangkal Sedang

    Iris Kripta iris tidak jelas,

    sinekia anterior (-)

    Kripta iris normal, iridektomi

    perifer (+) arah jam 11,

    sinekia anterior (-)

    Lensa Sulit dinilai Jernih

    V. TONOMETRI

    TIO Digital N+1 N

    TIO dengan

    Tonometri Schiotz

    2/5,5 = 27,2 mmHg

    4/7,5 = 30,4 mmHg

    6/5,5 = 14,6 mmHg

    8/7,5 = 15,6 mmHg

    VI. VISUAL FIELD

    Tes Konfrontasi Menyempit Sedikit menyempit

    VII. FUNDUSKOPI Sulit dilakukan

    IV. RESUME

    Seorang perempuan, 53 tahun, datang dengan keluhan mata kanan terasa

    nyeri sejak 1 minggu yang lalu. 2 bulan yang lalu, penglihatan mata kiri

    penderita mulai terasa kabur secara mendadak. Mata kiri terasa nyeri dan pegal,

    disertai sakit kepala. Mata kanan juga mengalami keluhan yang sama tetapi

    tidak seberat keluhan mata kiri. Keluhan dirasakan mendadak dan hilang timbul,

    terutama pada malam hari sehingga sering membuat penderita tidak dapat tidur

    semalaman. Mata merah (+), melihat cahaya seperti ada pelangi (+), silau (+),

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    6/34

    6

    mata berair (+) kadang-kadang. Keluhan lain berupa mual dan muntah (+) 3x.

    penderita berobat ke dukun-dukun kampung dan ke Puskesmas di daerahnya,

    tetapi tidak ada perubahan. Lalu, penderita berobat ke Poli Mata RSUD Raden

    Mattaher, diberi obat disarankan untuk operasi mata kirinya. Keluhan mata kiri

    penderita berkurang, dan penderita dioperasi mata kirinya 3 minggu yang lalu.

    Setelah operasi, penderita kontrol kembali ke Poli Mata 2 minggu yang lalu.

    1 minggu yang lalu, mata kanan penderita kembali merasakan keluhan yang

    sama seperti mata kirinya. penglihatan mata kanan penderita mendadak kabur,

    terasa nyeri dan pegal, disertai sakit kepala. Keluhan dirasakan mendadak dan

    hilang timbul, terutama pada malam hari. Mata kanan merah (+) kadang-

    kadang, melihat cahaya seperti ada pelangi (+), silau (+), mata berair (+)

    kadang-kadang. Kelopak mata bengkak (+) awalnya. Keluhan lain berupa mual

    (+) kadang-kadang, muntah (-). Lalu, penderita kembali berobat ke Poli Mata

    RSUD Raden Mattaher tanggal 1 Maret 2012. penderita memiliki riwayat

    keluhan yang sama dan sudah dioperasi Trabekulektomi pada mata kiri

    penderita 3 minggu yang lalu, dan riwayat Hipertensi (+) sejak 10 tahun

    yang lalu, kontrol tidak teratur. Riwayat DM, trauma, penggunaan steroid

    jangka panjang dan kaca mata sebelumnya disangkal. Sedangkan dikeluarga

    tidak ada yang menderita keluhan yang sama seperti penderita.

    Pada pemeriksaan fisik, secara umum tampak baik, dan status

    optalmologikus ditemui mata kanan: Visus 1/60, hiperemis pada konjuntiva

    tarsalis superior dan inferior, injeksi silier (+) pada konjuntiva bulbi, kornea

    keruh dan edema, bilik mata depan dangkal, kripta iris tidak jelas, pupil bulat,

    diameter 5 mm (midriasis), anisokor (kanankiri) , Reflek Cahaya (-), TIO

    meningkat pada Tonometri digital N+1 dan dengan Tonometer Schiotz 2/5,5

    dan 4/7,5 (27,2 dan 30,4 mmHg), Lapangan pandang dengan terkonfrontasi

    menyempit. Sedangkan pada mata kiri : Visus 6/30 S2 6/12, bleb konjungtiva

    (+) pada konjuntiva bulbi, kornea jernih, bilik mata depan sedang, kripta iris

    jelas/normal, terdapat iridektomi perifer arah jam 11, pupil lonjong, diameter 3

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    7/34

    7

    mm, anisokor (kanankiri) , Reflek Cahaya (+), TIO normal pada Tonometri

    digital N dan dengan Tonometer Schiotz 6/5,5 dan 8/7,5 (14,6 dan 15,6 mmHg),

    Lapangan pandang dengan terkonfrontasi masih sedikit sempit.

    V. DIAGNOSIS KERJA

    1. Glaukoma Primer Sudut Tertutup Akut OD

    2. Post-Trabekulektomy + Miopia OS

    VI.DIFFERENSIAL DIAGNOSIS

    Glaukoma sudut tertutup kronis

    Glaukoma sudut tertutup akut sekunder

    Iritis akut

    VII. ANJURAN PEMERIKSAAN

    Funduskopi, Gonioskopi, Perimetri

    VIII.PENATALAKSANAAN

    Medikamentosa :Topikal:

    Pilocarpin 2% pertama digunakan sebanyak 2x dengan jarak 15 menitkemudian diberikan 4x sehari OD.

    Timolol maleat 0,5 % 2 x/hari 1 tetes/hari OD. Xitrol salep mata 3 x/hari OD.Sistemik:

    Gliserin 50% 47 gram dalam suatu larutan dingin dicampur dengan sarilemon.

    Asetazolamide 250 mg 3 x 1 tab.

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    8/34

    8

    Pembedahan : Iridektomi dan iridotomi perifer Trabekulektomi

    XI. PROGNOSIS

    Quo ad vitam : dubia ad bonam

    Quo ad functionam : dubia ad bonam

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    9/34

    9

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. ANATOMI1,2

    Anatomi sudut filtrasi terdapat di dalam limbus kornea. Limbus adalah

    bagian yang dibatasi oleh garis yang menghubungkan akhir dari membran

    descement dan membran Bowman, lalu ke posterior 0,75 mm, kemudian ke dalam

    mengelilingi kanal schlemn dan trabekula sampai ke bilik mata depan. Akhir dari

    membran descement disebut garis schwalbe.

    Limbus terdiri dari 2 lapisan, epitel dan stroma. Epitelnya 2 kali setebal

    epitel kornea. Di dalam stromanya terdapat serat-serat saraf dan cabang akhir dari

    a. siliaris anterior.

    Bagian terpenting dari sudut filtrasi adalah trabekula, yang terdiri dari:

    1. Trabekula korneoskleral, serabutnya berasal dari dalam stroma kornea danmenuju ke belakang, mengelilingi kanal schlemn untuk berinsersi pada sklera.

    2. Trabekula uveal, serabut berasal dari lapisan dalam stroma kornea, menuju keskleralspur (insersi dari m. siliaris) dan sebagian ke m. siliaris meridional.

    3. Serabut berasal dari akhir membran descement (garis schwalbe), menujujaringan pengikat m. siliaris radialis dan sirkularis.

    4. Ligamentum pektinatum rudimenter, berasal dari dataran depan iris menujudepan trabekula.

    Trabekula terdiri dari jaringan kolagen, jaringan homogen, elastis dan

    seluruhnya diliputi endotel. Keseluruhannya merupakan spons yang tembus

    pandang, sehingga ada darah di dalam kanal schlemn, dapat terlihat dari luar.

    Kanal schlemn merupakan kapiler yang dimodifikasi, yang mengelilingi

    kornea. Dindingnya terdiri dari satu lapisan sel, diameternya 0.5 mm. Pada dinding

    sebelah dalam terdapat lubang-lubang sebesar 2 U, sehingga terdapat hubungan

    langsung antara trabekula dan kanal schlemn. Dari kanal schlemn, keluar saluran

    kolektor 20-30 buah, yang menuju ke pleksus vena didalam jaringan sklera dan

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    10/34

    10

    episklera dan v. siliaris anterior di badan siliar.

    2.2. HUMOR AKUEUS1

    Tekanan intraokular ditentukan oleh kecepatan pembentukan humor akueus

    dan tahanan terhadap aliran keluarnya dari mata.

    a. Komposisi humor akueus

    Humor akueus adalah suatu cairan jernih yang mengisi kamera okuli

    anterior dan posterior mata, yang berfungsi memberikan nutrisi dan oksigen

    pada kornea dan lensa. Volumenya adalah sekitar 250 L, dan kecepatan

    pembentukannya, yang bervariasi diurnal, adalah 1,5 2 L/menit. Tekanan

    osmotik sedikit lebih tinggi daripada plasma. Komposisi humor akueus serupa

    dengan plasma kecuali bahwa cairan ini memiliki konsentrasi askorbat, piruvat,

    dan laktatyang lebih tinggi dan protein, urea, dan glukosa yang lebih rendah.

    b. Pembentukan dan Aliran Humor Aqueus

    Humor akueus diproduksi oleh badan siliar. Ultrafiltrat plasma yang

    dihasilkan di stroma prosesus siliaris dimodifikasi oleh fungsi sawar dan

    prosesus sekretorius epitel siliaris. Setelah masuk ke kamera okuli posterior,

    humor akueus mengalir melalui pupil ke kamera okuli anterior lalu ke jalinan

    trabekular di sudut kamera anterior (sekaligus, terjadi pertukaran diferensial

    komponen komponen dengan darah di iris), melalui jalinan trabekular ke

    kanal schlemn menuju saluran kolektor, kemudian masuk kedalam pleksus

    vena, ke jaringan sklera dan episklera juga ke dalam v.siliaris anterior di badan

    siliar. Saluran yang mengandung cairan camera oculi anterior dapat dilihat di

    daerah limbus dan subkonjungtiva, yang dinamakan aqueus veins.

    Kontraksi otot siliaris melalui insersinya ke dalam jalinan trabekula

    memperbesar ukuran pori-pori di jalinan tersebut sehingga kecepatan drainase

    aquoeus humor juga meningkat.

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    11/34

    11

    Peradangan atau trauma intraokular menyebabkan peningkatan konsentrasi

    protein, sehingga disebut humor akueus plasmoid dan sangat mirip dengan

    serum darah.

    Pada dasarnya, terdapat 2 rute dalam pengeluaran humor akueus, yaitu :

    1. melalui jaringan trabekular, sekitar 90% humor akueus dikeluarkanmelalui jaringan trabekular, kemudian akan disalurkan ke kanal schlemm

    hingga berakhir di vena episklera,

    2. melalui jaringan uveoskleral, mempertanggung jawaban 10% daripengeluaran akueus.

    Gambar 1. Aliran Humor Aquous yang Normal

    2.3. GLAUKOMA

    2.3.1. Definisi

    Glaukoma berasal dari kata Yunani glaukos yang berarti hijau kebiruan,

    yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma.3

    Glaukoma adalah suatu kelainan pada mata yang ditandai oleh

    meningkatnya tekanan intra okuler yang disertai penggaungan dan degenerasi

    papil saraf optik serta defek lapang pandang yang khas.1-8

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    12/34

    12

    2.3.2. Klasifikasi1-8

    Berdasarkan etiologi, glaukoma dibagi menjadi :

    A. Glaukoma Primera. Glaukoma sudut terbuka

    i. Glaukoma sudut terbuka primer (glaukoma sudut terbukakronik, glaukoma sederhana kronik)

    ii. Glaukoma tekanan normal (glaukoma tekanan rendah)b. Glaukoma sudut tertutup

    i. Akutii. Subakut

    iii. Kronikiv. Iris plateau

    B. Glaukoma kongenitala. Glaukoma kongenital primerb. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan mata lain

    i. Sindrom pembelahan kamera anterior1. Sindrom Axenfeld2. Sindrom Rieger3. Sindrom Peter

    ii. Aniridiac. Glaukoma yang berkaitan dengan kelainan perkembangan ekstraokular

    i. Sindrom Sturge-Weberii. Sindrom Marfan

    iii. Neurofibromatosisiv. Sindrom Lowev. Rubela kongenital

    C. Glaukoma sekundera. Glaukoma pigmentasib. Sindrom eksfoliasi

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    13/34

    13

    c. Akibat kelainan lensa (fakogenik)i. Dislokasi

    ii. Intumesensiiii. Fakolitik

    d. Akibat kelainan traktus uveai. Uveitis

    ii. Sinekia posterioriii. Tumor

    e. Sindrom iridokornea endotel (ICE)f. Trauma

    i. Hifemaii. Kontusio/resesi sudut

    iii. Sinekia anterior periferg. Pascaoperasi

    i. Glaukoma sumbatan siliaris (glaukoma maligna)ii. Sinekia anterior posterior

    iii. Pertumbuhan epitel ke bawahiv. Pascabedah tandur korneav. Pascabedah pelepasan kornea

    h. Glaukoma neovaskulari. Diabetes mellitus

    ii. Sumbatan vena retina sentralisiii. Tumor intraokular

    i. Peningkatan tekanan vena episklerai. Fistula karotis-kavernosa

    ii. Sindrom Sturge-Weberj. Akibat steroid

    D. Glaukoma absolut : Hasil akhir semua glaukoma yang tidak terkontrol adalahmata yang keras, tidak dapat melihat, dan (seringkali) nyeri.

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    14/34

    14

    2.4. GLAUKOMA SUDUT TERTUTUP PRIMER (GLAUKOMA AKUT)

    2.4.1. Definisi1,2,5,8

    Glaukoma sudut tertutup primer terjadi apabila terbentuk iris bombe yang

    menyebabkan sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer, sehingga

    menyumbat aliran humor akueus dan tekanan intraokular meningkat dengan cepat

    sehingga menimbulkan nyeri hebat, kemerahan dan kekaburan penglihatan.

    Glaukoma Akut merupakan kedaruratan okuler sehingga harus diwaspadai, karena

    dapat terjadi bilateral dan dapat menyebabkan kebutaan bila tidak segera ditangani

    dalam 2448 jam.

    Gambar 2. Glaukoma Primer Sudut Tertutup

    2.4.2.Epidemiologi5,8

    Glaukoma akut terjadi pada 1 dari 1000 orang yang berusia di atas 40 tahun

    dengan angka kejadian yang bertambah sesuai usia. Perbandingan wanita dan pria

    pada penyakit ini adalah 4:1. Pasien dengan glaukoma sudut tertutup kemungkinan

    besar rabun dekat karena mata rabun dekat berukuran kecil dan struktur bilik mata

    anterior lebih padat.

    2.4.3. Etiologi1,2,3,5,8

    Glaukoma akut terjadi karena peningkatan tekanan intraokuler secara

    mendadak yang dapat disebabkan oleh sumbatan di daerah kamera okuli anterior

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    15/34

    15

    oleh iris perifer, sehingga menyumbat aliran humor akueus dan menyebabkan

    tekanan intra okular meningkat dengan cepat sehingga menimbulkan nyeri hebat.

    2.4.4. Patofisiologi1,2,5,8

    Glaukoma sudut tertutup primer terjadi karena ruang anterior secara

    anatomis menyempit sehingga iris terdorong ke depan, menempel ke jaringan

    trabekular dan menghambat humor akueus mengalir ke saluran schlemm.

    Pergerakan iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan

    cairan di ruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua. Peningkatan

    tekanan intraokuler akan mendorong perbatasan antara saraf optikus dan retina di

    bagian belakang mata. Akibatnya pasokan darah ke saraf optikus berkurang

    sehingga sel-sel sarafnya mati. Karena saraf optikus mengalami kemunduran,

    maka akan terbentuk bintik buta pada lapang pandang mata. Yang pertama terkena

    adalah lapang pandang tepi, lalu diikuti oleh lapang pandang sentral. Jika tidak

    diobati, glaukoma pada akhirnya bisa menyebabkan kebutaan.

    Gambar 3. Aliran Humor Akueus pada Glaukoma Primer Sudut Tertutup

    2.4.5. Gejala dan Tanda1,2,5,8

    Tajam penglihatan kurang (kabur mendadak), mata merah, bengkak, mata

    berair, kornea suram karena edema, bilik mata depan dangkal dan pupil lebar dan

    tidak bereaksi terhadap sinar, diskus optikus terlihat merah dan bengkak, tekanan

    intra okuler meningkat hingga terjadi kerusakan iskemik pada iris yang disertai

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    16/34

    16

    edema kornea, dibuktikan dengan tonometri schiotz ataupun teknik palpasi (tidak

    dianjurkan karena terlalu subjektif), melihat halo (pelangi di sekitar objek), nyeri

    hebat periorbita, pusing, bahkan mual-muntah.

    2.4.6. Diagnosis1,2,5,8

    Sebelum penderita mendapat serangan akut, ia mengalami serangan

    prodormal, meskipun tidak selalu demikian.

    a. Fase Prodormal ( Fase Nonkongestif).Pada stadium ini terdapat penglihatan kabur, melihat halo (gambar pelangi)

    sekitar lampu atau lilin, disertai sakit kepala, sakit pada mata dan kelemahan

    akomodasi. Keadaan ini berlangsung 0,5-2 jam. Bila serangannya reda, mata

    menjadi normal kembali.

    b. Fase Glaukoma Akut ( Fase Kongestif).Pada stadium ini penderita tampak sangat payah, memegangi kepalanya

    karena sakit hebat. Jalannya dipapah, karena tajam penglihatannya sangat

    turun, muntah-muntah, mata hiperemis dan fotofobia. Karenanya sering

    disangka bukan menderita sakit mata, melainkan suatu penyakit sistemik

    Glaukoma akut menyebabkan visus cepat menurun, disertai sakit hebat di

    dalam mata yang menjalar sepanjang Nervus cranial V, sakit kepala, mual

    muntah, tampak warna pelangi di sekitar lampu.

    Berdasarkan penjelasan di atas, maka diagnosis dapat ditegakan dari

    anamnesis, pemeriksaan status umum dan oftalmologis, serta penunjang.

    Berdasarkan ananmnesis, pasien akan mengeluhkan pandangan kabur,

    melihat pelangi atau cahaya di pinggir objek yang sedang dilihat (halo), sakit

    kepala, sakit bola mata, pada kedua matanya, muntah muntah.

    Pada pemeriksaan akan ditemukan tanda-tanda, antara lain : visus sangat

    menurun, mata merah, tekanan intra okular meningkat, injeksi pericorneal,

    kornea oedem, COA dangkal, iris oedem dan berwarna abu abu, pupil sedikit

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    17/34

    17

    melebar dan tidak bereaksi terhadap sinar, serta diskus optikus terlihat merah dan

    bengkak.

    Selain itu, dapat juga dilakukan pemeriksa penunjang, diantaranya,

    pemeriksaan tekanan intra okular dengan menggunakan tonometri, melihat sudut

    COA, menilai CDR, pemeriksaan lapang pandang, tonografi, serta tes kamar

    gelap.

    2.4.7. Klasifikasi2

    Glaukoma sudut tertutup primer dapat dibagi menjadi :

    a. Akut

    Glaukoma ini terjadi apabila terbentuk iris bombe yang menyebabkan

    sumbatan sudut kamera anterior oleh iris perifer dan akibat pergeseran

    diafragma lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen

    posterior mata. Glaucoma juga terjadi karena sudut tertutup secara akut akibat

    blok pupil karena kondisi primer berupa BMD dangkal.

    Patofisiologi

    Predisposisi usia meningkat cetusan berupa kelelahan, menderita

    sakit (ex: flu), cedera atau pembedahan, perubahan cuaca, konsentrasi visus

    jarak dekat blok pupil sudut tertutup TIO meningkat gangguan

    integritas struktur dan fungsi segmen anterior.

    Tanda Dan Gejala

    Keluhan terjadi karena peningkatan tekanan intraokular yang mendadak

    dan sangat tinggi antara lain : nyeri periokular, penglihatan sangat menurun,

    melihat warna pelangi sekitar cahaya, mual, muntah. Tanda-tanda dari

    glaukoma sudut tertutup primer akut antara lain : hiperemi konjungtiva dan

    limbal, edema kornea, bilik mata depan dangkal disertai flare dan cells,

    tekanan intraokular sangat tinggi, papil saraf optik hiperemia, sudut bilik mata

    depan tertutup, pupil berdilatasi sedang.

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    18/34

    18

    Diagnosis

    Hiperemi limbal dan konjungtiva, edema kornea, bilik mata depan dangkal

    dengan flare dan cells, iris bombans tanpa adanya rubeosis iridis, pupil

    dilatasi bulat lonjong vertikal refleks negatif, lensa posisi normal tidak

    katarak, tekanan intraokular sangat tinggi, sudut bilik mata depan tertutu p.

    b. Subakut

    Seperti pada kasus akut, dengan faktor etiologi yang sama kecuali bahwa

    episode peningkatan tekanan intraokular berlangsung singkat dan rekuren.

    Episode penutupan sudut membaik secara spontan, tetapi terjadi akumulasi

    kerusakan p

    ada sudut kamera anterior berupa pembentukan sinekia anterior perifer.

    Kadang-kadang penutupan sudut menjadi akut.

    Kunci untuk diagnosis terletak pada riwayat, nyeri unilateral berulang,

    kemerahan, dan kekaburan penglihatan yang disertai halo disekitarnya,

    serangan sering terjadi malam hari.

    c. Kronik

    Sama dengan glaucoma sudut tertutup primer akut terbengkelai, kelainan

    mata yang terjadi akibat glaucoma sudut tertutup primer akut yang

    berlangsung lama.

    Terdapatnya sinekia anterior akibat dari glaukoma sudut tertutup primer

    akut yang berlangsung lama menyebabkan tekanan intraokular tetap tinggi

    disertai kerusakan pada papil saraf optik.

    Gambaran Klinis berupa atropi iris, fixed semidilated pupil, bilik matadepan dangkal, tekanan intraokular tinggi, sudut bilik mata depan tertutup,

    sinekia anterior perifer meluas dan papil saraf optik sudah mulai atropi,.

    Adanya riwayat serangan glaucoma sudut tertutup primer akut beberapa

    waktu yang lalu disertai gejala klinis di atas.

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    19/34

    19

    2.4.8.Pemeriksaan penunjang1,2,3,7,8,9

    Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk menilai glaukoma

    secara klinis dapat menggunakan, yaitu :

    a) Visus, pada pasien dengan glaukoma, visus turun mulai dari perifer. Visus

    sentral baik terutama pada glaukoma sudut terbuka. Sedangkan pada stadium

    lanjut, visus sentral akan turun.

    b) Tonometri. Pemeriksaan tekanan bola mata dilakukan dengan alat yang

    dinamakan tonometer. Dikenal beberapa alat tonometer seperti tonometer

    Schiotz dan tonometer aplanasi Goldman. Pemeriksaan tekanan bola mata

    juga dapat dilakukan tanpa alat disebut dengan tonometer digital, dasar

    pemeriksaannya adalah dengan merasakan lenturan bola mata (ballotement)

    dilakukan penekanan bergantian dengan kedua jari tangan. Tekanan intra

    okular normal berkisar antara 10-21 mmHg.

    Gambar 4. Tonometer Schiotz

    c). Gonioskopi. Tes ini sebagai cara diagnostik untuk melihat langsung keadaan

    patologik sudut bilik mata, juga untuk melihat hal-hal yang terdapat pada

    sudut bilik mata seperti benda asing. Gonioskopi digunakan untuk menilai

    lebar sempitnya sudut bilik mata depan yang dibentuk oleh taut antara

    kornea perifer dan iris, yang diantaranya terdapat jalinan trabekular. Dengan

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    20/34

    20

    gonioskopi dapat dibedakan glaukoma sudut tertutup dan glaukoma sudut

    terbuka, juga dapat dilihat apakah terdapat perlekatan iris bagian perifer ke

    depan.

    Pemeriksaan ini berhubungan penting pada aliran keluar humor akueus.

    Lebar sudut bilik mata depan dapat diperkirakan dengan pencahayaan oblik

    bilik mata depan dengan sebuah senter tangan atau dengan pengamatan

    kedalaman bilik mata depan perifer dengan slitlamp, tetapi sebaiknya

    ditentukan dengan gonioskopi, yang memungkinkan visualisasi langsung

    struktur-struktur sudut. Apabila keseluruhan jalinan trabekular, taji sklera,

    dan prosessus iris dapat terlihat, sudutnya dinyatakan terbuka. Apabila hanya

    garis Schwalbe atau sebagian kecil dari jalinan trabekular yang dapat terlihat

    sudut dikatakan sempit. Apabila garis schwalbe tidak terlihat dikatakan

    sudut tertutup.

    Pemeriksaan ini dilakukan dengan meletakkan lensa sudut (goniolens)

    di dataran depan kornea setelah diberikan lokal anestetikum. Lensa ini dapat

    digunakan untuk melihat sekeliling sudut bilik mata dengan memutarnya 360

    derajat.

    Gambar 5. Gonioskopi

    d) Oftalmoskop, digunakan untuk melihat penggaungan (cupping) N. Optikus,

    atrofi N. Optikus, diskus optikus dan mengukur rasio cekungan-diskus (cup

    per disc ratio-CDR). CDR yang perlu diperhatikan jika ternyata melebihi

    0,5 karena hal itu menunjukkan peningkatan tekanan intraokular yang

    signifikan, serta asimetri CDR antara dua mata 0,2 atau lebih. Terjadi oleh

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    21/34

    21

    karena tekanan intraokuler tinggi menekan bagian tengah papil sehingga

    terjadi gangguan nutrisi papil.

    (a) (b)

    Gambar 6. (a) syaraf optik mata normal; (b) syaraf optik penderita glaucoma

    Gambar 7. Funduskopi penderita Glaukoma Primer Sudut Terbuka10

    e) Campimeter atau Perimeter, untuk pemeriksaan lapang pandang. Hal ini

    penting dilakukan untuk mendiagnosis dan menindaklanjuti pasien

    glaukoma. Lapang pandang glaukoma memang akan berkurang karena

    peningkatan tekanan intra okular akan merusakan papil saraf optikus.

    Gangguan lapangan pandang akibat glaukoma terutama mengenai 30lapang pandang bagian tengah. Nilai normal lapang pandang perifer yang

    diperiksa dengan perimeter/campimeter yaitu superior 55, nasal 60,

    inferior 70, temporal 90. Sedangkan bagian sentral diperiksa dengan layar

    byerrum, dengan nilai normal 30.

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    22/34

    22

    Penurunan lapang pandang akibat glaukoma itu sendiri tidak spesifik,

    karena gangguan ini dapat terjadi akibat defek berkas serat saraf yang dapat

    dijumpai pada semua penyakit saraf optikus, tetapi pola kelainan lapangan

    pandang, sifat progresivitasnya dan hubungannya dengan kelainan-kelainan

    diskus optikus adalah khas untuk penyakit ini.

    Kelainan pandang pada glaucoma yaitu terjadinya pelebaran blind spot

    dan perubahan scotoma menjadi byerrum, kemudian jadi arcuata dan

    berakhir dengan pembentukan ring, serta terdapatnya seidel sign.

    (a) (b)

    Gambar 8. (a) Perimetri mata normal; (b) Perimetri penderita glaucoma

    f) Test provokasi :2

    Glaukoma sudut tertutup : Tes Kamar Gelap. Pada uji ini dilakukan pengukuran tekanan bola

    mata dan kemudian pasien dimasukkan ke dalam kamar gelap selama

    60-90 menit, tidak boleh tertidur. Ditempat gelap ini terjadi midriasis,

    yang mengganggu aliran cairan bilik mata ke trabekulum. Pada akhir

    90 menit tekanan bola mata diukur. Kenaikan TIO > 10 mmHg

    menderita glaukoma, sedangkan kenaikan TIO 8 mmHg

    mencurigakan.

    Tes membaca. Penderita disuruh membaca huruf kecil pada jarakdekat selama 45 menit. Kenaikan TIO 10-15 mmHg patologis.

    Tes midriasis. Dengan meneteskan midriatika seperti kokain 2%,homotropin 1% atau neosynephrine 10%. TIO diukur setiap 15 menit

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    23/34

    23

    selama 1 jam. Kenaikan TIO 5 mmHg mencurigakan sedangkan 7

    mmHg atau lebih pasti patologis. Karena tes ini mengandung bahaya

    timbulnya glaukoma akut, sekarang sudah banyak ditinggalkan.

    Tes bersujud (prone position test). Penderita disuruh bersujud selama1 jam. Kenaikan TIO 8 10 mmHg menandakan mungkin ada sudut

    yang tertutup, yang perlu disusul dengan gonioskopi. Dengan

    bersujud, lensa letaknya lebih ke depan mendorong iris ke depan,

    menyebabkan sudut bilik mata menjadi menyempit.

    Tes provokasi lain : Uji Kopi : Penderita meminum 1-2 mangkok kopi pekat, bila tekanan

    bola mata naik 15-20 mmHg setelah minum 20-40 menit menunjukkan

    adanya glaukoma.

    Uji Variasi Diurnal. Pemeriksaan dengan melakukan tonometri setiap2-3 jam sehari penuh, selama 3 hari biasanya pasien dirawat. Nilai

    variasi harian pada mata normal adalah antara 2-4 mmHg, sedang pada

    glaukoma sudut terbuka variasi dapat mencapai 15-20 mmHg.

    Perubahan 4-5 mmHg sudah dicurigai keadaan patologik.

    2.4.9. Diagnosis Banding1,2,8

    Iritis akut, menimbulkan fotofobia lebih besar daripada glaukoma. Tekanan

    intraokular biasanya tidak meningkat, pupil konstriksi, dan kornea biasanya tidak

    edematosa. Di kamera anterior tampak jelas selsel, dan terdapat injeksi siliaris

    dalam.

    Konjungtivitis akut, nyerinya ringan atau tidak ada dan tidak terdapat

    gangguan penglihatan. Terdapat tahi mata dan konjungtiva yang meradang hebat

    tetapi tidak terdapat injeksi siliaris. Respon pupil dan tekanan intraokular normal,

    dan kornea jernih.

    Glaukoma sudut tertutup akut sekunder dapat terjadi akibat pergeseran

    diafragma lensa-iris ke anterior disertai perubahan volume di segmen posterior

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    24/34

    24

    mata. Hal ini dapat dijumpai pada sumbatan vena retina sentralis, pada skleritis

    posterior dan setelah tindakan tindakan terapeutik misalnya fotokoagulasi

    panretina, krioterapi retina, dan scleral buckling untuk pelepasan retina.

    Gambaran klinis biasanya mempermudah diagnosis.

    2.4.10. Komplikasi1,2,5,8

    Apabila terapi tertunda, iris perifer dapat melekat ke jalinan trabekular

    (sinekia anterior), sehingga menimbulkan sumbatan ireversibel sudut kamera

    anterior yang memerlukan tindakan bedah untuk memperbaikinya. Kerusakan

    saraf optikus sering terjadi.

    2.4.11. Penatalaksanaan1,2,5,8

    Glaukoma hanya bisa diterapi secara efektif jika diagnose ditegakkan

    sebelum serabut saraf benar-benar rusak. Tujuannya adalah menurunkan tekanan

    intraokular, dapat dilakukan dengan minum larutan gliserin dan air bisa

    mengurangi tekanan dan menghentikan serangan glaukoma. Bisa juga diberikan

    inhibitor karbonik anhidrase (misalnya asetazolamid 500 mg iv dilanjutkan

    dgn oral 500 mg/1000mg oral). Tetes mata pilokarpin menyebabkan pupil

    mengecil sehingga iris tertarik dan membuka saluran yang tersumbat. Untuk

    mengontrol tekanan intraokuler bisa diberikan tetes mata beta bloker (Timolol

    0.5% atau betaxolol 0.5%, 2x1 tetes/hari) dan kortikosteroid topikal dengan atau

    tanpa antibiotik untuk mengurangi inflamasi dan kerusakan saraf optik. Setelah

    suatu serangan, pemberian pilokarpin dan beta bloker serta inhibitor karbonik

    anhidrase biasanya terus dilanjutkan. Pada kasus yang berat, untuk mengurangi

    tekanan biasanya diberikan manitol intravena (melalui pembuluh darah).

    Prinsip dari pengobatan glaukoma akut yaitu untuk mengurangi produksi

    humor akueus dan meningkatkan sekresi dari humor akueus sehingga dapat

    menurunkan tekanan intra okuler sesegera mungkin. Obat obat yang dapat

    digunakan, yaitu :

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    25/34

    25

    Menghambat pembentukan humor aquoeusPenghambat adrenergik beta (beta blocker)

    Timolol maleat 0,25% dan 0,5% Betaksolol 0,25% dan 0,5% Levobunolol 0,25% dan 0,5% Metipranolol 0,3%Efek samping : hipotensi, bradikardi, sinkop, halusinasi, kambuhnya asma,

    payah jantung kongestif.

    Kontraindikasi utama pemakaian obat-obat ini adalah penyakit obstruksi

    jalan napas menahun, terutama asma dan defek hantaran jantung.

    Apraklonidin

    Suatu agonis adrenergik 2 yang berfungsi menurunkan pembentukan

    Aquoeus humor tanpa efek pada aliran keluar. Epinefrin dan dipiferon juga

    memiliki efek yang serupa.

    Inhibitor karbonat anhidrase

    Asetazolamid dosis 125-250 mg sampai 3x sehari peroral atau 500mg sekali atau 2x sehari atau secara IV (500 mg). Diberikan sistemik

    asetazolamid digunakan apabila terapi topikal tidak memberi hasil

    memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan intraokuler sangat

    tinggi dan perlu segera dikontrol. Obat ini mampu menekan

    pembentukan humor akueous sebesar 40-60%. Pemberian obat ini

    timbul poliuria. Efek samping : anoreksi, muntah, mengantuk,

    trombositopeni, granulositopeni, kelainan ginjal.

    Diklorfenamid Metazolamid. Untuk glaukoma kronik apabila terapi topikal tidak

    memberi hasil memuaskan dan pada glaukoma akut dimana tekanan

    intraokular yang sangat tinggi perlu segera dikontrol.

    Fasilitasi aliran keluar humor akueousObat parasimpatomimetik

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    26/34

    26

    Pilokarpin : larutan 0,5-6% diteteskan beberapa kali sehari atau gel 4%dioleskan sebelum tidur.

    Demekarium bromide 0,125% dan 0,25% Ekotiopat iodide 0,03%-0,25%

    Meningkatkan aliran keluar Aquoeus humor dengan bekerja pada jalinan

    trabekular melalui kontraksi otot siliaris. Semua obat parasimpatomimetik

    menimbulkan miosis disertai meredupnya penglihatan, terutama pada

    pasien katarak dan spasme akomodatif yang mungkin mengganggu bagi

    pasien muda.

    Epinefrin 0,25-2%

    Diteteskan sekali atau 2x sehari, meningkatkan aliran keluar aquoeus

    humor dan sedikit banyak disertai penurunan pembentukan Aquoeus

    humor .

    Dipifevrin

    Suatu prodrug epinefrin yang dimetabolisasi secara intraokular menjadi

    bentuk aktifnya.

    Penurunan volume korpus vitreumObat-obat hiperosmotik

    Menyebabkan darah menjadi hipertonik sehingga air tertarik keluar dari

    korpus vitreum dan terjadi penciutan korpus vitreum selain itu juga terjadi

    penurunan produksi Aquoeus humor. Penurunan volume korpus vitreum

    bermanfaat dalam pengobatan glaukoma sudut tertutup akut dan glaukoma

    maligna yang menyebabkan pergeseran lensa kristalina ke depan

    (disebabkan oleh perubahan volume korpus vitreum atau koroid) dan

    menyebabkan penutupan sudut (glaukoma sudut tertutup sekunder)

    Gliserin (gliserol)

    Gliserin 1-1,5 gram/kgBB (0,7-1,5 KgBB) atau 1ml/kgBB dalam suatu

    larutan 50% dingin dicampur dengan sari lemon, adalah obat yang paling

    sering digunakan, tetapi pemakaian pada pasien diabetes harus berhati-

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    27/34

    27

    hati. Dosis. Untuk praktisnya dapat dipakai 1 cc per KgBB. Gliserin ini

    harus diminum sekaligus. Tidak banyak gunanya jika diminum sedikit

    demi sedikit. Karena gliserin ini terlalu manis hingga dapat menyebabkan

    rasa mual pada penderita, boleh diteteskan jeruk nipis agar terasa seperti

    air jeruk. Obat lain yang hiperosmotik tetapi tidak mudah didapat di

    daerah pedesaan adalah manitol 20 % yang diberikan perinfus + 60 tetes

    per menit. Pilihan lain adalah isosorbin oral.

    Miotik, Midriatik dan SiklopegikKonstriksi pupil sangat penting dalam penalaksanaan glaukoma sudut

    tertutup akut primer dan pendesakan sudut pada iris plateau. Dilatasi pupil

    penting dalam penutupan sudut akibat iris bombe karena sinekia posterior.

    Apabila penutupan sudut diakibatkan oleh pergeseran lensa ke anterior,

    siklopegik (atropine atau siklopentolat) dapat digunakan untuk melemaskan

    otot siliaris sehingga mengencangkan apparatus zonularis dalam usaha untuk

    menarik lensa ke belakang.

    Bila tidak dapat diobati dengan obat obatan, maka dapat dilakukan

    tindakan :1,2,5,8

    Iridektomi dan iridotomi periferSumbatan pupil paling baik diatasi dengan membentuk komunikasi

    langsung antara kamera anterior dan posterior sehingga beda tekanan

    diantara keduanya menghilang. Hal ini dapat dicapai dengan laser

    neonidium: YAG atau aragon (iridotomi perifer) atau dengan tindakan

    bedah iridektomi perifer, tetapi dapat dilakukan bila sudut yang tertutup

    sebesar 50%. Walaupun lebih mudah dilakukan, terapi laser memerlukan

    kornea jernih dan dapat menyebabkan peningkatan tekanan intraokular

    yang cukup besar, terutama apabila terdapat penutupan sudut akibat

    sinekia luas. Iridotomi laser YAG adalah terapi pencegahan yang

    digunakan pada sudut sempit sebelum terjadi serangan penutupan sudut.

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    28/34

    28

    Trabekuloplasti LaserPenggunaan laser untuk menimbulkan luka bakar melalui suatu

    goniolensa ke jalinan trabekular dapat mempermudah aliran akueus

    karena efek luka bakar tersebut pada jalinan trabekular dan kanalis

    Schlemm serta terjadinya proses-proses selular yang meningkatkan fungsi

    jalinan trabekular. Teknik ini dapat diterapkan bagi bermacam-macam

    bentuk glaukoma sudut terbuka.

    Trabekulotomi (Bedah drainase)Dilakukan jika sudut yang tertutup lebih dari 50% atau gagal dengan

    iridektomi. Tindakan bedah untuk membuat jalan pintas dari mekanisme

    drainase normal, sehingga terbentuk akses langsung Aquoeus humor

    dari kamera anterior ke jaringan subkonjungtiva atau orbita, dan dapat

    dibuat dengan trabekulotomi atau insersi selang drainase. Trabekulotomi

    telah menggantikan tindakan-tindakan drainase full-thickness. Penyulit

    utama trabekulotomi adalah kegagalan bleb akibat fibrosis jaringan

    episklera.

    Penanaman suatu selang silikon untuk membentuk saluran keluarpermanen bagi Aquoeus humor adalah tindakan alternatif untuk mata

    yang tidak membaik dengan trabekulotomi atau kecil kemungkinannya

    berespons terhadap trabekulotomi.

    Tindakan siklodestruktifKegagalan terapi medis dan bedah dapat menjadi alasan untuk

    mempertimbangkan tindakan destruksi korpus siliaris dengan laser atau

    bedah untuk mengontrol tekanan intraokuler. Krioterapi, diatermi, USG

    frekuensi tinggi dan yang paling mutakhir adalah terapi laser neodinium

    dapat diaplikasikan ke permukaan mata tepat di sebelah posterior limbus

    untuk menimbulkan kerusakan korpus siliaris.

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    29/34

    29

    2.4.12. Pencegahan5,8

    Pencegahan terhadap glaukoma akut dapat dilakukan Pada orang yang

    telah berusia 20 tahun sebaiknya dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata

    berkala secara teratur setiap 3 tahun, bila terdapat riwayat adanya glaukoma pada

    keluarga maka lakukan pemeriksaan setiap tahun. Secara teratur perlu dilakukan

    pemeriksaan lapang pandangan dan tekanan mata pada orang yang dicurigai

    akan timbulnya glaukoma. Sebaiknya diperiksakan tekanan mata, bila mata

    menjadi merah dengan sakit kepala yang berat, serta keluarga yang pernah

    mengidap glaukoma.

    2.4.13. Prognosis5,8

    Glaukoma akut merupakan kegawat daruratan mata, yang harus segera

    ditangani dalam 24 48 jam. Jika tekanan intraokular tetap terkontrol setelah

    terapi akut glaukoma sudut tertutup, maka kecil kemungkinannya terjadi

    kerusakan penglihatan progresif. Tetapi bila terlambat ditangani dapat

    mengakibatkan buta permanen.

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    30/34

    30

    BAB III

    PEMBAHASAN

    1. ANAMNESISPasien wanita usia 53 tahun masuk ke kategori senilis, datang dengan

    keluhan utam mata kanan terasa nyeri dan pegal sejak 1 minggu yang lalu.

    Keluhan lain berupa penglihatan mendadak kabur, disertai sakit kepala.

    Keluhan dirasakan mendadak dan hilang timbul, terutama pada malam hari.

    Mata kanan merah (+) kadang-kadang, melihat cahaya seperti ada pelangi (+),

    silau (+), mata berair (+) kadang-kadang, gatal (-), sekret (-). Kelopak mata

    bengkak (+) awalnya. Keluhan lain berupa mual (+) kadang-kadang, muntah

    (-). Keluhan seperti itu sudah pernah dirasakan sebelumnya pada mata kanan

    pasien 2 bulan yang lalu dan sudah dilakukan operasi trabekulektomi 3

    minggu yang lalu.

    Dari anamnesis yang dilakukan pada pasien diketahui pasien

    mengalami mata merah dan penurunan tajam penglihatan menurun, dari sana

    dapat kita diagnosis banding: glaukoma akut, keratitis, uveitis, iritis,

    iridosiklitis, ulkus kornea dan endofthalmitis.

    Dari anamnesis, keluhan-keluhan pasien mengarah ke gejala-gejala

    glaukoma akut yaitu tajam penglihatan kurang (kabur mendadak), mata

    merah, bengkak, mata berair, melihat halo (pelangi di sekitar objek),

    fotophobia, nyeri hebat periorbita, pusing, bahkan mual-muntah.

    Dari riwayat keluhan yang sama sebelumnya (+) dan sudah dioperasi

    Trabekulektomy pada mata kiri penderita 3 minggu yang lalu ada

    kemungkinan penyakit itu sama dengan penyakit sebelumnya yaitu glaukoma.Riwayat trauma disangkal sehingga diagnosa banding lainnya bisa

    tersingkirkan. Riwayat penggunaan steroid jangka panjang disangkal untuk

    menyingkirkan penyebab glaukoma akibat obat (steroid glaukoma). Riwayat

    Hipertensi (+) sejak 10 tahun yang lalu, kontrol tidak teratur dan riwayat

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    31/34

    31

    penyakit mata lain sebelumnya disangkal berpengaruh dalam kemungkinan

    adanya glaukoma sekunder. Dari riwayat keluarga tidak ada keluarga yang

    menderita keluhan yang sama seperti pasien, sehingga tidak ada faktor resiko

    glaukoma dari keluarganya.

    2. STATUS OPTHALMOLOGIKUSDari pemeriksaan visus didapati pada mata kanan tajam

    penglihatannya 1/60 sulit dikoreksi karena kemungkinan miopi tinggi,

    sedangkan visus mata kirinya 6/30 S 2 6/12, pada kedudukan dan

    pergerakan bola mata normal.

    Dari pemeriksaan TIO secara digital didapatkan TIO mata kanan N+1

    sedangkan mata kiri Normal. Pemeriksaan TIO dengan Tonometer Schiotz

    didapatkan TIO meningkat pada mata kanan yaitu 2/5,5 dan 4/7,5 (27,2 dan

    30,4 mmHg) sedangkan mata kiri normal yaitu 6/5,5 dan 8/7,5 (14,6 dan 15,6

    mmHg). TIO meningkat pada mata kanan mendukung diagnosa glaukoma.

    Namun, masih diperlukan pemeriksaan opthalmologi eksternal dan tambahan

    lainnya untuk memperkuat diagnosa.

    Pada konjuntiva tarsalis superior dan inferior mata kanan hiperemis

    (+) dan pada konjuntiva bulbi injeksi silier (+). Pada konjuntiva bulbi kiri

    terdapat bleb konjungtiva arah jam 11 tanda telah dilakukannya

    trabekulektomi mata kiri. Ini menunjukkan adanya proses peradangan akut

    pada mata kanan yang menyebabkan mata merah, dan adanya aliran humor

    akuoeus yang telah membaik di mata kiri.

    Pada mata kanan pasien ditemukan kornea keruh dan edema, bilik

    mata depan dangkal, kripta iris tidak jelas, pupil bulat, diameter 5 mm

    (midriasis), anisokor (kanankiri), Reflek Cahaya (-). pada mata kiri : kornea

    jernih, bilik mata depan sedang, kripta iris jelas/normal, terdapat iridektomi

    perifer di iris kiri, pupil lonjong, diameter 3 mm, anisokor, Reflek Cahaya (+).

    Dari pemeriksaan tersebut didapatkan tanda-tanda yang mengarah ke diagnosa

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    32/34

    32

    glaukoma akut OD berupa kornea suram karena edema, bilik mata depan

    dangkal dan pupil midriasi dan tidak bereaksi terhadap sinar. Sedangkan pada

    mata kiri menunjukan aliran humor akueus yang baik setelah dilakukan

    operasi Trabekulektomi.

    Pemeriksaan lapangan pandang dengan tes konfrontasi didapatkan

    pada mata kanan menyempit dan mata kiri masih sedikit menyempit. Hal

    tersebut mendukung adanya glaukoma yaitu adanya defek lapangan pandang

    pada mata kanan. Sedangkan mata kiri menunjukkan perbaikan setelah

    dilakukan operasi Trabekulektomi. Tetapi pada pemeriksaan anjuran

    diharapkan dilakukan pemeriksaan lapangan pandang dengan kampimeter

    atau perimeter untuk mengetahui nilai derajat defek lapangan pandang yang

    lebih objektif.

    Pemeriksaan funduskopi dengan opthalmoskop sukar dilakukan karena

    terdapat kekeruhan media penglihatan yaitu pada kornea.

    Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa diagnosis pada pasien ini

    adalah glaukoma primer sudut tertutup akut OD dan post-Trabekulektomi +

    Miopia OS.

    Perlu dilakukan pemeriksaan anjuran lain seperti gonioskopi,

    funduskopi, dan kampimetri atau perimetri untuk memastikan jenis glaukoma

    terbuka atau tertutup, memperkuat diagnosa glaukoma dan menyingkirkan

    diagnosa bandingnya.

    Penatalaksanaan diberikan medikamentosa secara topikal dan

    sisstemik. Secara topikal diberikan tetes mata Pilokarpin 2% pertama

    digunakan sebanyak 2x dengan jarak 15 menit kemudian diberikan 4x sehari,

    yang menyebabkan pupil mengecil sehingga iris tertarik, membuka saluran

    yang tersumbat dan meningkatkan aliran keluar humor akueous. Untuk

    mengontrol tekanan intraokuler dengan menghambat pembentukan humor

    aquoeus diberikan tetes mata beta bloker yaitu Timolol maleat 0.5% 2 x 1

    tetes/hari. Sistemik diberikan inhibitor karbonik anhidrase untuk menghambat

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    33/34

    33

    pembentukan humor aqueous yaitu diberikan acetazolamide 250mg 3x sehari.

    Gliserin 50% 47 gram dalam suatu larutan dingin dicampur dengan sari

    lemon untuk menurunkan tekanan intraokular dengan menurunkan volume

    korpus vitreum. Diberikan juga terapi suportif untuk mengurangi nyeri dapat

    diberikan asam mefenamat 500 mg 3 x 1 tab, dan kortikosteroid topikal

    dengan atau tanpa antibiotik untuk mengurangi inflamasi dan kerusakan saraf

    optic digunakan salep mata Xitrol 3x /hari. Apabila dengan medikamentosa

    tidak membaik (tidak terkontrol), dapat dilakukan tindakan pembedahan

    Iridektomi dan iridotomi perifer atau Trabekulektomi seperti mata kiri pasien.

  • 7/29/2019 Kasus Glaukoma WIGUS

    34/34

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Shock JP, Harper RA, Vaughan D, Eva PR. Lensa, Glaukoma. Dalam :Vaughan DG, Asbury T, Eva PR, editors. Oftalmologi umum. 14 ed. Jakarta:

    Widya Medika. 2000. Hal.220-232.

    2. Wijana, Nana, dr. Glaukoma. Dalam : Ilmu Penyakit Mata, cetakan ke-6.Jakarta : 1993. Hal.219-244.

    3. Ilyas, Sidarta, Prof.dr.SpM. Glaukoma. dalam: Ilmu Penyakit Mata, edisi 3.Jakarta : Balai penerbit FKUI, 2005. Hal.212-217.

    4.

    Ilyas S., Tanzil M., Salamun MT., Azhar Z. Glaukoma. Dalam: Sari IlmuPenyakit Mata. Cetakan ke-3, Jakarta ; Balai penerbit FKUI, 2003. Hal 155-

    166.

    5. Ilyas, Sidarta. Glaukoma Akut Kongestif. Dalam : Kedaruratan dalam Ilmupenyakit Mata. Cetakan Ke-3. Jakarta ; Balai penerbit FKUI, 2005. Hal.97-

    100.

    6. Ilyas S., Mailangkay H.H.B, Taim H., dkk. Glaukoma. Dalam : Ilmu PenyakitmataUntuk Dokter Umum dan Mahasiswa Kedokteran Edisi ke-2. Jakarta:

    penerbit CV sagung seto, 2002. Hal.239-261.

    7. Ilyas, Sidarta. Glaukoma. Dalam: Penuntun Ilmu Penyakit Mata. Cetakankelima. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 1998.

    8. Ilyas, Sidarta, Prof.dr.SpM. Glaukoma (Tekanan Bola Mata Tinggi), edisiKedua. Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2001.

    9. Ilyas S. Dasar Teknik Pemeriksaan dalam Ilmu Penyakit Mata. Balai PenerbitFKUI. Jakarta. 2000. Hal.181-188.

    10.Ilyas S. Atlas Ilmu Penyakit Mata. Jakarta.: Sagung Seto. 2001. hal : 54-57.