politik dinasti

22
POLITIK DINASTI Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Disusun Oleh : Kelompok III DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWAKARTA SMA NEGERI 1 DARANGDAN Jl. Raya Bojong Km. 1 Telp. 02647015432 Kecamatan Daragdan 41163 KATA PENGANTAR

Upload: titastrosita

Post on 25-Oct-2015

299 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: POLITIK DINASTI

POLITIK DINASTIDisusun untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa

Indonesia

Disusun Oleh : Kelompok III

DINAS PENDIDIKAN PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN PURWAKARTA

SMA NEGERI 1 DARANGDAN

Jl. Raya Bojong Km. 1 Telp. 02647015432 Kecamatan Daragdan 41163

KATA PENGANTAR

Puji syukur panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa Karena atas

rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah

Page 2: POLITIK DINASTI

ini dengan baik serta tepat waktu.Adapun tujuan penulisan makalah ini

adalah untuk memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia, pada

semester ganjil,di tahun ajaran 2013/2014, dengan judul “POLITIK

DINASTI”

Makalah ini membahas mengenai

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, baik

dari segi isi, covert atau tata letak atau desain, oleh karena itu kritik dan

saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan

demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang

telah berperan dan ikut membantu dalam penyusunan makalah ini dari

awal hingga akhir. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhai

segala usaha kita. Amin.

Darangdan, November 2013

DAFTAR ISI

Halaman judul.......................................................................................................1

Kata pengantar......................................................................................................2

Daftar isi...............................................................................................................3

Page 3: POLITIK DINASTI

Bab 1 Pendahuluan...............................................................................................4

1.1 Latar

Belakang...............................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah........................................................................................4

1.3 Maksud dan Tujuan......................................................................................5

Bab II Pembahasan...............................................................................................6

2.1 Pengertian

Koperasi.....................................................................................6

2.2 Landasan

Koperasi .......................................................................................8

2.3 Asas Koperasi .....................................................................................11

2.4 Tujuan Koperasi..................................................................................13

2.5 Fungsi dan Peran Koperasi..................................................................15

Bab III Kesimpulan dan Saran...................................................................17

3.1 Kesimpulan........................................................................................17

3.2 Saran.................................................................................................17

Daftar Pustaka..........................................................................................18

BAB I

PENDAHULUAN

Page 4: POLITIK DINASTI

1.1 Latar Belakang

Maraknya praktik politik dinasti menunjukan akar feodalisme dan tradisi monarki di

tanah air yang belum banyak berubah. Saat ini, politik dinasti tengah menjadi tren

diberbagai daerah di Indonesia. Praktik semacam ini harus segera dihentikan, bukan

hanya bertentangan dengan semangat hakiki demokrasi, namun praktik politik dinasti

berpotensi kuat menutup peluang masyarakat untuk menjadi pemimpin. Politik Dinasti

telah ada dan telah berlangsung di Indonesia sejak Bung Karno berkuasa. Meskipun

Politik Dinasti tidak melanggar peraturan berdemokrasi, dalam praktiknya Politik

Dinasti menahan adanya mobilisasi sosial, sebab kekuasaan hanya diasosiasikan pada

golongan masyarakat tertentu saja.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

terdapat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa Pengertian Politik Dinasti ?

2. Apa Landasan Koperasi ?

3. Apa Asas Koperasi ?

4. Apa Tujuan Koperasi ?

5. Apa Fungsi dan Peran Koperasi ?

1.3 Maksud dan Tujuan 

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan informasi

kepada masyarakat pada umumnya, apa yang dimaksud dengan politik

dinasti, serta asas apa saja yang digunakan koperasi di Indonesia untuk

mencapai tujuan dari pembentukan koperasi.

Page 5: POLITIK DINASTI

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

terdapat rumusan masalah sebagai berikut :

1. Apa pengertian dinasti politik ?

2. Faktor apa saja yang mendorong terjadinya dinasti politik?

3. Apa Asas Koperasi ?

4. Apa Tujuan Koperasi ?

5. Apa Fungsi dan Peran Koperasi ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

1. Tujuan Penulisan

Makalah ini bertujuan untuk meneliti lebih lanjut tentang dinasti

politik yang terjadi di Indonesia dan dalam rangka memenuhi tugas

mata pelajaran Bahasa Indonesia

2. Manfaat Penulisan

a) Secara aplikatif penulisan karya tulis ini diharapkan dapat

bermanfaat bagi para siswa sebagai bahan kajian serta

referensi untuk penekitian selanjutnya.

b) Secara praktis penulsan karya tulis ini diharapkan dapat

memperluas pengetahuan dan cakrawala pemikiran penulis

terutama pembaca pada umumnya.

.

Page 6: POLITIK DINASTI

Bab II METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Desa Sukadingin

Waktu : 10 Novembar 2013

B. Subjek Penelitian

Politik

Page 7: POLITIK DINASTI

C. Prosedur Penelitian

Kami mencari sumber makalah ini dari :

1. Internet

2. Perpustakaan sekolah

Page 8: POLITIK DINASTI

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Politik Dinasti

Berikut ini beberapa pengertian politik dinasti :

Politik Dinasti yang dalam bahasa sederhana dapat diartikan sebagai sebuah rezim

kekuasaan politik  atau aktor politik yang dijalankan secara turn-temurun atau

dilakukan oleh salah keluarga ataupun kerabat dekat. Rezim politik ini terbentuk

dikarenakan concern yang sangat tinggi antara anggota keluarga terhadap

perpolitikan dan biasanya orientasi Politik Dinasti ini adalah kekuasaan.

Politik dinasti (dynasty politics) secara sederhana dapat diartikan sebagai praktik

kekuasaan dimana anggota keluarga (sanak famili) diberi dan/atau mendapat posisi

dalam struktur kekuasaan, jadi kekuasaan hanya terbagi kepada dan terdistribusi

Page 9: POLITIK DINASTI

dikalangan kerabat, keluarga sedarah. Secara umum, Politik Dinasti adalah proses

mengarahkan regenerasi kekuasaan bagikepentingan golongan tertentu (contohnya

keluarga elite) untuk bertujuan mendapatkan atau mempertahankan kekuasaan di

suatu Negara.

Politik Dinasti merupakan sebuah serangkaian strategi politik manusia yang ber

tujuan untuk memperoleh kekuasaan, agar kekuasaan tersebut tetap berada di

pihaknya dengan cara mewariskan kekuasaan yang sudah dimiliki kepada orang lain

yang mempunyai hubungan keluarga dengan pemegang kekuasaan sebelumnya.

Terdapat pula pengertian positif dan negatif tentang Politik Dinasti. Negatif dan

positif tersebut bergantung pada proses dan hasil (outcomes) dari jabatan kekuasaan

yang dipegang oleh jaringan Politik Dinasti bersangkutan.

Kalau proses pemilihannya fair dan demokratis serta kepemimpinan yang

dijalankannya mendatangkan kebaikan dalam pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat maka Politik Dinasti dapat berarti positif.

Akan tetapi, bisa berarti negatif jika yang terjadi sebaliknya. Selain itu, positif

dan negatif arti Politik Dinasti juga ditentukan oleh realitas kondisi sosial

masyarakat, sistem hukum dan penegakan hukum, dan pelembagaan politik

bersangkutan. Politik Dinasti yang terdapat pada masyarakat dengan tingkat

pendidikan politik yang rendah, sistem hukum dan penegakan hukum yang

lemah serta pelembagaan politik yang belum mantap, maka Politik Dinasti

dapat berarti negatif

2.2 Faktor Pendorong Politik Dinasti

a) terhambatnya fungsi parpol

Politik dinasti terjadi karena terhambatnya fungsi parpol oleh sifat kebanyakan

masyarakat Indonesia yang masih menganut sistem parokial yang

mementingkan trah dan primodialisme. Sebagai contoh, pada masyarakat jawa

yang masih kental terhadap tradisi kerajaan, pemindahan kekuasaan terjadi

pada lingkup keluarga yang dipercaya memiliki kemampuan memimpin yang

sama dengan pendahulunya. Hal ini kurang baik, karena secara tidak langsung

akan menutup kesempatan terhadap calon pemimpin di luar lingkungan

keluarga tersebut. Sirkulasi kekuasaan hanya berputar di lingkungan keluarga

Page 10: POLITIK DINASTI

tertentu, sehingga kemungkinan terjadinya penyalahgunaan kekuasaan semakin

besar.

b) kebudayaan politik masyarakat di Indonesia

kebudayaan politik masyarakat di Indonesia yanga sebagian besar menganut

sistem parokial. Sistem parokial menitikberatkan pada trah dan primodialisme

(kedaerahan) yang tentunya menghambat sistem demokrasi pancasila di

Indonesia.

c) Pembiayaan operasional partai yang tinggi

Pembiayaan partai dari negara sangat minim sementara biaya operasional

sangat tinggi. Akibatnya elit partai-partai politik berupaya mencari sumber dana

yang lain

d) Pimpinan Partai yang ingin mengamankan posisinya

Pimpinan partai politik tentunya ingin mengamankan posisinya sebagai elitr

politik, sehingga menjadi wajar kalau dia kemudian merekrut keluarganya untuk

menduduki jabatan penting di partai politik maupun diusung sebagai calon

kepala daerah.

e) Seorang Pemimpin umumnya menurunkan talenta kapada turunannya

Dari sinilah publik diuntungkan, karena modal utama,berupa jiwa

kepemimpinan telah tertanam dalam diri seorang penerusnya sejak dini melalui

pengamatan dan keterlibatan secara emosional saat sang ayah masih manjadi

pemimpin

2.3 Faktor Penghambat Politik Dinasti

2.4 Politik dinasti di Indonesiaa. Politik Dinati Dalam Keluarga Presiden

Di Indonesia, dinasti politik sebenarnya sudah muncul di dalam keluarga Presiden

pertama Indonesia,  Soekarno. Hal tersebut terbukti dari anak-anak Soekarno yang

meneruskan pekerjaan ayahnya sebagai seorang politisi, seperti Megawati Soekarno

Page 11: POLITIK DINASTI

Putri , Guruh Soekarno Putra, dll.  Dinasti politik juga terlihat pada diri keluarga mantan

Presiden Indonesia Alm K.H. Abdurrahman Wahid, dengan tampilnya saudara-sudara

dan anak kandungnya ke dalam dunia perpolitikan Indonesia.  Kemudian, dalam

keluarga Presiden Indonesia saat ini, Susilo Bambang Yudhoyono, kecenderungan

dinasti politik juga mengemuka dengan kiprah anaknya Eddie Baskoro atau Ibas yang

berhasil menjadi anggota DPR periode 2009-2014.

Di zaman modern ini, Politik dinasti itu sudah dikatakan basi. Apalagi di Indonesia yang

menganut sistem demokrasi seharusnya sudah jauh-jauh ditinggalkan, karena prinsip

demokrasi adalah dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Kekuasaan ada di tangan

rakyat. Rakyat memegang kendali melalui hak pilih yang dimilikinya. UUD 1945 telah

menegaskan bahwa kedaulatan tertinggi ada di tangan rakyat. Jadi dinasti itu lawannya

dari demokrasi. Namun di era demokrasi sekarang ini, dinasti juga masih tetap berlaku

meskipun sudah ada partai politik ataupun pemilihan langsung. Dinasti dewasa ini

melalui partai politik, sehingga disebut sebagai politik dinasti. Politik dinasti itu bahasa

lainnya adalah nepotisme. Para pejabat politik di negeri ini sedang memperaktekkan

kebiasaan para raja terdahulu. Bisa dilihat bagaimana penguasa baik di pusat maupun

daerah berlomba-lomba untuk mengangkat sanak keluarga, saudara, kerabat dan

orang-orang dekat mereka untuk mengisi jabatan-jabatan di wilayah kekuasaannya.

Kalau seperti ini apa bedanya demokrasi dengan oligarki, sama-sama dipegang oleh

elite tertentu.

b. Politik Dinasti Dalam Partai Politik

Gejala Politik Dinasti juga marak terjadi di dalam partai-partai politik di Indonesia.

Seperti Politik Dinasti di Partai Demokrat misalnya figur utamanya adalah Susilo

Bambang Yudhoyono yang kemudian menempelkan kerabatnya termasuk istri dan

anaknya, dalam struktur Partai seperti Edie Baskoro sekjen partai demokrat sebagai

partai pemenang pemilu 2009 di Indonesia, tidak hanya sampai disitu SBY juga

menempatkan dan mengangkat Letjen Erwin Sudjono (ipar) sebagai kepala Staf Umum

TNI, kemudian menempatkan Mayjen Pramono Edhie Wibowo (Ipar) sebagai

pangkostrad pada waktu itu, dan pada awal 2011 Pramono dipromosikan sebagai

Kepala Staf Angkatan Darat.

          Politik dinasti di Partai Demokrasi Indonesia (PDI), misalnya Partai Demokrasi

Indonesia Perjuangan (PDI-P), tokoh sentral partai tersebut adalah Megawati Soekarno

Page 12: POLITIK DINASTI

Putri yang aliran atau trah Bung Karno yang menunjuk kerabatnya pada waktu itu

untuk posisi penting di partai tersebut, saya melihat PDI-P trah akan berlanjut ke Puan

Maharani anak kandung dari Megawati Soekarno Putri, ketua umum PDI-P paling lama.

          Klan dan trah Soeharto juga nampak mengisi panggung politik Orde Baru.

Kristianto (2011) menyebutkan bahwa Orde Baru dengan Politik Dinasti ekonomi bisnis

baru, yakni kerabat dan kroni keluarga Cendana. Politik Dinasti pada rezim Orde Baru

berkembang dalam dua arena sekaligus yakni arena bisnis dan arena politik, Politik

Dinasti Soeharto melalui sejumlah kroni Cendana juga ikut berperan besar membuka

peluang munculnya dinasti bisnis dan politik baru disekelilingnya.

            Tradisi politik dinasti di tubuh partai politik sampai saat ini semakin menggurita.

Sebagian besar parpol termasuk partai politik besar memang tak mengharamkan

berlakunya politik dinasti. Di internal kepengurusan partai politik, juga

mendiskripsikan kentalnya politik dinasti, Itu karena penguasa di partai politik

memang mengkondisikan seperti itu. Maka tak heran ketika parpol menelurkan calon

legislatif maupun calon kepala daerah yang punya hubungan kekerabatan dengan

kekuasaan di parpol.

c. Contoh Dinasti Politik di Daerah

Semenjak otonomi daerah diberlakukan di sejumlah daerah bermunculan dinasti-

dinasti politik. Beberapa contoh dinasti politik daerah dapat disebut, di antaranya

adalah: (1) dinasti keluarga Gubernur Banten, Ratu Atut Chosiyah, yang menguasai

jajaran eksekutif dan legislatif di tingkat provinsi dan seluruh kabupaten di Banten; (2)

di Kabupaten Kutai Kartanegara-Kaltim dimana bupati yang sekarang,  Rita Widyasari,

adalah anak dari bupati sebelumnya yang bermasalah secara hukum. Rita Widyasari

berhasil mengalahkan Awang Ferdian Hidayat yang merupakan anak dari Awang

Farouk, Gubernur Kaltim saat ini; (3) di Bontang-Kaltim,  istri walikota Bontang yang

juga menjabat sebagai ketua DPRD Bontang, Neni Moernaeni, maju dalam Pemilukada

Bontang 2011; (4) di Lampung, juga disesaki persaingan putra tokoh politik. Rycko

Menoza, anak Gubernur Lampung, Sjachroedin, berhasil menjadi Bupati Lampung

Selatan. Di Way Kanan, putra bupati setempat, Agung Ilmu Mangkunegara, bersiap

meneruskan kekuasaan sang ayah. Anak Bupati Tulang Bawang, Arisandi Dharma Putra,

berlaga di Pemilukada kabupaten lain: Pesawaran. Di Kota Bandar Lampung, Heru

Page 13: POLITIK DINASTI

Sambodo, anak Ketua Golkar Lampung, Alzier Dianis Tabrani, mengincar posisi

walikota.

(5) Di Jambi, terjadi persaingan untuk jabatan gubernur mendatang di antara dua orang

keluarga dekat Gubernur Zulkifli Nurdin, yang telah menjabat dua periode, yaitu  Hazrin

Nurdin, adik gubernur, dan Ratu Munawwaroh, istri gubernur.

(6) Di Tabanan-Bali, Eka Wiryastuti, anak Bupati Tabanan,  Adi Wiryatama, bersikeras

maju menggantikan kursi bapaknya. Di Lombok Tengah, NTB, pada Pemilukada Juni

2005, melahirkan pasangan mertua-menantu pertama sebagai bupati (Lalu Wiratmaja)

dan wakil bupati (Lalu Suprayatno). (7) Di Kalimantan Tengah, muncul dinasti keluarga

Narang. Pada saat Teras Narang dilantik menjadi Gubernur Kalteng pada Agustus 2005,

ketua DPRD kalteng dijabat oleh kakaknya, Atu Narang. Pasca-Pemilu 2009, pamor

dinasti politik Narang makin benderang. Atu Narang terpilih kembali sebagai Ketua

DPRD Kalteng. Putra sulung Atu, Aris Narang, menjadi anggota DPRD Kalteng dengan

suara terbayak. Adik Aris, Asdy Narang, terpilih jadi anggota DPR-RI.

(8) Di Sulawesi Selatan, terdapat dinasti keluarga Yasin Limpo. Pensiunan Angkatan

Darat ini pernah menjadi Bupati Luwuk, Majene, dan Gowa. Yasin telah pensiun. Tapi

istri dan anak-anaknya tetap berkiprah di ranah politik. Pada periode 2004-2009, istri

Yasin, Nurhayati, menjadi anggota DPR-RI. Putra pertamanya, Tenri Olle, jadi anggota

DPRD Gowa. Tenri bertugas mengawasi adiknya, Ichsan Yasin (putra kelima), selaku

Bupati Gowa. Putra kedua, Syahrul Yasin, menjadi Wakil Gubernur Sulsel dan sejak April

2008 naik jadi gubernur setempat.

(9) Di Jawa Tengah, terdapat salah satu keluarga legendaris sebagai pemasok pejabat

publik setempat yaitu keluarga pasangan R. Sugito Wiryo Hamidjoyo dan R. Rustiawati.

Lima dari 11 putra Sugito meramaikan bursa jabatan publik di Jawa Tengah dan Jawa

Barat pada periode 2004-2009. Putra kedua, Don Murdono, jadi Bupati Sumedang sejak

2003 dan terpilih untuk kedua kalinya pada 2008. Adiknya, Hendy Boedoro, menjadi

Bupati Kendal sejak tahun 2000 dan terpilih untuk kedua kalinya pada 2005. Karier

Hendy tersandung. Sejak Desember 2006, ia ditetapkan sebagai tersangka korupsi oleh

KPK.  Si bungsu, Murdoko, juga tak mau kalah. Ia melesat jadi Ketua DPRD Jawa Tengah

Page 14: POLITIK DINASTI

2004-2009 dan terpilih untuk kedua kalinya pada 2009. Sang ayah, Sugito, dulu adalah

Sekretaris PNI Kendal.

(10) Di Kabupaten  Indramayu-Jawa Barat, Bantul-D.I. Yogyakarta  dan Kediri-Jawa

Timur, di mana bupati sekarang di 3 kabupaten tersebut adalah istri dari bupati

sebelumnya;  dan masih banyak contoh lainnya di berbagai daerah di Indonesia.Pemilu

2004 dan 2009 serta sejumlah Pemilukada semenjak 2005 telah menghasilkan peta

pemimpin daerah yang kental pertalian kerabat

2.5 Politik Dinasti Di Berbagai Negara

Fenomena dinasti politik ini sebenarnya bukan khas Indonesia. Fenomena ini terjadi

pula di berbagai negara, baik di negara berkembang maupun negara maju. Di India dan

Pakistan misalnya, terdapat dinasti politik Gandhi dan Bhutto. Di Thailand dan Filipina

terdapat dinasti politik Sinawatra dan Aquino. Di Lebanon-Timur Tengah, terdapat

dinasti politik Gemayel dan Hariri. Di Amerika Serikat terdapat dinasti politik Bush,

Clinton, dan tentu saja yang paling terkenal adalah dinasti politik Kennedy.

2.5 Dampak Politik Dinasti

A. Dampak Positif

B. Dampak Negatif

Pertama, menjadikan partai sebagai mesin politik semata yang pada

gilirannya menyumbat fungsi ideal partai sehingga tak ada target lain kecuali

kekuasaan. Dalam posisi ini, rekruitmen partai lebih didasarkan pada popularitas dan

kekayaan caleg untuk meraih kemenangan. Di sini kemudian muncul calon instan dari

kalangan selebriti, pengusaha, “darah hijau” atau politik dinasti yang tidak melalui

proses kaderisasi.

C. Kedua, sebagai konsekuensi logis dari gejala pertama, tertutupnya

kesempatan masyarakat yang merupakan kader handal dan berkualitas.

Sirkulasi kekuasaan hanya berputar di lingkungan elit dan pengusaha

semata sehingga sangat potensial terjadinya negosiasi dan penyusunan

konspirasi kepentingan dalam menjalankan tugas kenegaraan.

D. Ketiga, sulitnya mewujudkan cita-cita demokrasi karena tidak terciptanya

pemerintahan yang baik dan bersih (clean and good governance). Fungsi

kontrol kekuasaan melemah dan tidak berjalan efektif sehingga

Page 15: POLITIK DINASTI

kemungkinan terjadinya penyimpangan kekuasaan seperti korupsi, kolusi

dan nepotisme sangat besar. Efek negatif dari Politik Dinasti yang paling

sering kita dengar adalah nepotisme dimana hubungan keluarga membuat

orang yang tidak kompeten memiliki kekuasaan. Tapi hal sebaliknya pun

bisa terjadi, dimana orang yang kompeten menjadi tidak dipakai karena

alasan masih keluarga. Di samping itu, cita-cita kenegaraan menjadi tidak

terealisasikan karena pemimpin atau pejabat negara tidak mempunyai

kapabilitas dalam menjalankan tugasnya.

Politik Dinasti perlu dibatasi karena pertimbangan berikut. Pertama, Politik Dinasti,

terutama di daerah, hanya akan memperkokoh politik oligarkhi yang bernuansa negatif.

Bila jabatan-jabatan penting di lembaga eksekutif dan legislatif dikuasai oleh satu

keluarga, maka mekanisme checks and balances tidak akan efektif. Akibatnya, rawan

terjadi penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan diri dan keluarga.

          Kedua, Politik Dinasti mengarah pada terbentuknya kekuasaan yang absolut. Bila

jabatan kepala daerah misalnya, dipegang oleh satu keluarga dekat yang berlangsung

lama secara terus menerus, misalnya setelah 10 tahun menjabat, kemudian digantikan

oleh istrinya selama sepuluh tahun lagi, kemudian oleh anaknya dan seterusnya, maka

akan muncul fenomena kekuasaan Soeharto ala orde baru. Kekuasaan absolut yang

rawan korup akan terbentuk, sebagaimana adagium politik terkenal dari Lord Acton:

“Power tends to corrupt, and Absolute Power Tends to Corrupt Absolutely” (kekuasaan itu

cenderung korup, dan kekuasaan yang absolut akan cenderung korup secara absolut

pula).

             Ketiga, Politik Dinasti pada masyarakat Indonesia yang pendidikan politiknya

relatif kurang dan sistem hukum serta penegakan hukum (law enforcement) yang

lemah, maka akan menyebabkan proses kontestasi politik menjadi tidak adil. Keluarga

incumbent yang maju dalam kontestasi politik, seperti Pemilukada, akan dengan mudah

memanfaatkan fasilitas pemerintah dan jaringan incumbent untuk memenangkan

pertarungan seraya menyingkirkan para kompetitornya. Apalagi, bila keluarga pun

turut berbisnis ikut dalam tender-tender dalam proyek pemerintah di daerah

bersangkutan, maka dapat dibayangkan dana-dana pemerintah dalam bentuk proyek

mudah menjadi bancakan dengan aneka warna KKN-nya. Dana pemerintah seolah milik

uang keluarga.

Page 16: POLITIK DINASTI

          Keempat, Politik Dinasti dapat menutup peluang warga negara lainnya di luar

keluarga incumbent untuk menjadi pejabat publik. Tentu hal ini, bila terjadi, akan

mendegradasi kualitas demokrasi kita. Untuk itu memang perlu diatur agar jabatan

kepala pemerintahan puncak, tidak dijabat secara terus menerus oleh satu keluarga inti

secara berurutan.

    Kelima, pembatasan Politik Dinasti diarahkan untuk meningkatkan derajat kualitas

demokrasi kita dengan cara memperluas kesempatan bagi warga negara untuk

berpartisipasi dalam jabatan-jabatan publik dan mereduksi penyalahgunaan jabatan

incumbent dalam kontestasi Pemilu maupun Pemilukada