dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

64

Click here to load reader

Upload: aziz-damanhuri

Post on 14-Aug-2015

847 views

Category:

Documents


25 download

DESCRIPTION

Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

TRANSCRIPT

Page 1: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

0

DINASTI-DINASTI KECIL DI TIMUR DAN BARAT

BAGHDAD

MAKALAH PEMBANDING

Disusun Sebagai Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu

Dr.H. Farid SJ.

Disusun Oleh

Laily Nur Arifa (12770006)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALIKI MALANG

SEKOLAH PASCASARJANA

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

Desember 2012

Page 2: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

1

A. Pendahuluan

Faktor munculnya dinasti-dinsati kecil di timur dan barat Baghdad adalah akibat dari

Srategi dominatif imperium Abbasiyah. Strategi ini dapat berlangsung mulus hanya dalam

tiga abad pertama pemerintahannya. Hanya saja menjelang periode akhir imperium

Abbassiyah akibat strategi dominatifnya yang lebih menekankan pembinaan peradaban

dan kebudayaan Islam daripada persoalan politik, propinsi-propinsi tertentu di pinggiran

mulai lepas dari genggaman penguasa Abbasiyah dengan berbagai cara diantaranya

pemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin lokal dan mereka berhasil memperoleh

kemerdekaan penuh.1 Munculnya dinasti-dinasti kecil di pusat imperium dan di daerah-

daerah sekitarnya merupakan sebab dari keruntuhan rezim Abbasiyah. 2 Khalifah terpecah

belah dalam bagian-bagian kecil. 3

Secara kuantitatif strategi dominatif imperium Abbasiyah bisa dikatakan berhasil

karena rezim Abbasiyah mampu mempertahankan status quonya. 4 Akan tetapi secara

kualitatif tidak demikian, karena pasca kematian al-Mutawakkil orang-orang Turki-lah

yang berperan memilih dan mengangkat khalifah.5 Setelah tentara Turki mulai berkurang

pengaruhnya, di daerah-daerah muncul tokoh lokal yang kuat kemudian memerdekakan

diri dari kekuasaan pusat dengan mendirikan dinasti-dinasti kecil. Inilah masa permulaan

disintegrasi dalam sejarah politik Islam. 5 Selanjutnya, dinasti- dinasti kecil yang muncul

di Baghdad ini dapat dibedakan menjadi dua bagian, yakni dinasti kecil di timur Baghdad

dan dinasti kecil di barat Baghdad.1 Lih Doyle Paul Johnson, Sociologocal Theory: Clacical Founders and Contemperary Prepectives, (tt:

John Willey and Sons. Inc, 1981), hal. 10.2 Philip K. Hitty, The Arabics A Short History, (New York: Dryden Press, 1982), hal. 115. Hal ini bisa

terjadi dalam dua cara; pertama, penerapan otonomi di saat bangkitnya identitas parokhial yang didasarkan pada fanatisme etnik berupa gerakan syu’ubiyah (primodialis/anti-Arab). Gerakan inilah yang banyak memberikan inspirasi terhadap gerakan politik. Kedua, pemberian hak istimewa kepada militer oleh penguasa Abbasiyah. Diantaranya dengan pengangkatan militer sebagai gubernur-gubernur daerah tertentu yang membuat mereka benar-benar independen. Oleh karena itu, penguasa imperium yang waktu itu, Mu’tashim, merasa perlu untuk mempekerjakan orang-orang profesional di bidang kemiliteran khususnya tentara Turki

3 Dalam catatan W. Montgomery Watt, langkah ini diambil imperium karena faktor semakin melemahnya kekuatan militer yang secara matematik mempengaruhi stabilitas politik status quo imperium Baghdad W. Montgomery Watt, Islamic Political Though, (Edenburg: Edenburg University Press, 1960), hal. 150.

4 Hasan Ibrahim Hasan, Tarikh al-Islami, (Kairo: Maktabah al-Nahdlah al-Misyiria, 1964), hal. 350.5 William Muis, The Caliphat, (New York AMS Inc, 1975), hal. 434. Setelah muncul beberapa dinasti di

wilayah timur dan barat Baghdad, maka pemerintahan Daulah Abbasiyah menjadi semakin lemah. Khalifah yang semula menjadi penguasa seluruh dunia Islam menyaksikan bahwa kekuasaannya itu hanya terbatas di ibukota Baghdad. Bahkan kadang-kadang di ibukota itu sendiri, khalifah hanya menjadi symbol legitimasi bagi kekuasaan para Amir. Hubungan dinasti kecil dengan pemerintahan pusat hanya ditandai dengan pengakuan nominal dengan cara pembayaran pajak. Bahkan Negara bagian timur Baghdad, para gubernur Thahiriyah, diikuti oleh dinasti-dinasti Iran setempat, yang semestinya membayar pajak kepada Baghdad, ketika mereka tidak membayar, tidak dikenakan sanksi apapun. Alasannya mungkin para Khalifah tidak cukup kuat untuk membuat negara imperialis tunduk kepadanya

Page 3: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

2

B. Dinasti –dinasti di Timur Bagdad

1. Dinasti Thahiriyah (200-259 H./820-872 M.)

a. Kemunculan Dinasti Thahiriyah

Thahiriyah adalah merupakan salah satu dinasti yang muncul pada masa Daulah

Abbasiyah di seebelah timur Baghdad, berpusat di Khura>san dengan ibu kota Naisabur.

Dinasti ini didirikan oleh Thahir ibn Husein pada 205H/821 M di Khurasan,dinasti ini

bertahan hingga tahun 259 H/873 M.6 Thahir muncul pada sa’at pemerintahan Abbasiyah

terjadi peerselisihan antara kedua pewaris tahta kekhalifahan.7 Sebelum meninggal, Harun

al-Rasyid telah menyiapkan dua anaknya yang diangkat menjadi putra mahkota untuk

menjadi khalifah: al-Amin dan al-Ma’mun.8 Setelah Harun al-Rasyid wafat (809 M.) al-

Amin putra mahkota tertua tidak bersedia membagi wilayahnya dengan al-Ma’mun.

terjadilah pertempuran dua bersaudara yang akhirnya dimenangkan oleh al-Ma’mun. 9

Setelah perang usai, al-Ma’mun menyatukan kembali wilayah Dinasti Bani Abbas. Ia

didukung oleh Tahir seorang panglima militer, dan saudaranya sendiri yaitu al-Mu’tasim.

Sebagai imbalan jasa, Tahir diangkat menjadi panglima tertinggi tentara Bani Abbas dan

gubernur Mesir (205 H).10 Wilayah kekuasaannya diperluas sampai ke Khurasan (820-822

M.) dengan janji bahwa jabatan itu dapat diwariskan kepada anak-anaknya.11

6 Perpustakaan Nasional RI. Ensiklopedi Islam,(Jakarta;Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002), hal.33.7 Ibid, antara Muhammad al-Amin ( memerintah 194-198 H/809-813 M ), anak Harun ar-Rasyid dari

istrinya yang keturunan Arab ( Zubaidah) sebagai pemegang kekuasaan di Baghdad dan Abdullah al-Makmun anak Harun ar-Rasyid dari istrinya yang keturunan Persia, sebagai pemegang kekuasaan di wlayah sebelah timur Baghdad.

8 al-Amin dihadiahi wilayah bagian barat, sedangkan al-Ma’mun dihadiahi wilayah bagian Timur. Philip K hitti, op.cit, 585.

9 Ahmad Al-usairy, at-Tarikhul Islami ,( H.Samson Rahman ; ____, Terj. 2003), Hal.26210 Jabatan dan prestasi yang diraih Thahir ternyata belum memuaskan baginya, karena ia mesti tunduk

berada di bawah kekuasaan Bagdad. Untuk itu, ia menyusun strategi untuk segara melepaskan diri dari pemerintahan Bagdad. Di antaranya dengan tidak lagi menyebut nama khalifah dalam setiap kesempatan dan mata uang yang dibuatnya. Ambisinya untuk menjadi penguasa lokal yang independen dari pemerintahan Bagdad tidak terealisir, karena ia keburu meninggal pada 207 H, setelah lebih kurang 2 (dua) tahun menjadi gubernur (205-207 H). Meskipun begitu, khalifah Bani Abbas masih memberikan kepercayaan kepada keluarga Thahir untuk memegang jabatan gubernur di wilayah tersebut. Terbukti setelah Thahir meninggal, jabatan gubernur diserahkan kepada puteranya bernama Thalhah ibn Thahir C.E. Bosworth, The Islamic Dynasties, Eidenburgh, 1980. Terjemahan dalam bahasa Indonesia oleh Ilyas Hasan , (Bandung: Mizan anggota IKAPI, 1993), hal 126.

11 Peran Thahir yang cukup besar dalam pertarungan itu dengan mengalahkan pasukan al-Amin melalui kehebatan dan kelihaiannya bermain pedang membuat al-Makmun terpesona. Sebagai bentuk penghargaan atas jasanya itu, al-Makmun memberinya gelar abu al-Yamain atau Dzul Yaminayn , bahkan diberi gelar si mata tunggal, dengan kekuatan tangan yang hebat (minus one eye, plus an extra right arm). Selain itu, Thahir juga memperoleh kepercayaan untuk menjadi gubernur di kawasan Timur Bagdad, dengan Khurasan dan Nisabur sebagai pusat pemerintahannya. Tawaran dan jabatan ini merupakan peluang bagus baginya untuk meniti karier politik pemerintahan pada masa itu.

Page 4: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

3

Dengan demikian, Dinasti Thahiriyah didirikan oleh Thahir ibn Husein pada 205

di Nisabur, Khurasan, Persia. Ia merupakan kelompok etrnis pertama di Timur Bagdad

yang memperoleh semacam otonomi dari pemerintahan Bagdad. Thahir ibn Husein lahir

di Merv pada 159 H dan berasal dari seorang keturunan wali Abbasiyah di Merv dan

Harrah, Khurasan, Persia bernama Mash’ab ibn Zuraiq.12

b. Kemajuan Dinasti Tahiri

Dinasti Thahiriyah mengalami masa kejayaan pada masa pemerintahan Abd Allah

ibn Thahir, saudara Thalhah. Ia memiliki pengaruh dan kekuasaan yang besar di mata

masyarakat dan pemerintah Bagdad, hal ini belum pernah hal oleh para Wali

sebelumnya.13. Oleh karena itu, ia terus menjalin komunikasi dan kerjasama dengan

Bagdad sebagai bagian dari bentuk pengakuannya terhadap peran dan keberadaan khalifah

Abbasiyah. Perjanjian dengan pemerintah Bagdad yang pernah dirintis ayahnya, Thahir

ibn Husein, terus ditingkatkan. Peningkatan keamanaan di wilayah perbatasan terus

dilakukan guna menghalau pemberontak dan kaum perusuh yang mengacaukan

pemerintahan Abbasiyah. Setelah itu, ia berusaha melakukan perbaikan ekonomi dan

keamanan. Selain itu, ia juga memberikan ruang yang cukup luas bagi upaya

pengembangan ilmu pengetahuan dan perbaikan moral atau akhlak di lingkungan

masyarakatnya di wilayah Timur Bagdad.14

Dalam rangka mengembangkan ilmu pengetahuan dunia islam, kebudayaan dan

memajukan ekonomi, dinansti ini menjadikan kota Naisabur sebagai pusatnya, sehingga

pada masa itu, negeri Khurasan dalam keadaan makmur dengan pertumbuhan ekonomi

yang baik. Adanya pertumbuhan ekonomi yang baik inilah yang sangat mendukung

terhadap kegiatan ilmu pengetahuan dan kebudayaan pada umumnya.15

c. Kemunduran dinasti Tahiri

12 Philip K Hitti. History of the Arabs, (Jakarta: PT Serambi Ilmu Setia, 2010). HAL 585. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hubungan antara pemerintah Abbasiyah di Bagdad dengan keluarga Thahir sudah terjalin sejak lama. Karena itu cukup beralasan bila pemerintah Bagdad memberikan kepercayan kepada generasi keluarga Mash’ab ibn Zuraiq untuk melanjutkan estafet kepemimpinan lokal. Tujuannya tetap sama, yaitu menjaga keutuhan wilayah kekuasaan Islam Abbasiyah di wilayah Timur kota Bagdad dan menjadi pelindung dari berbagai kemungkinan serangan negara-negara tetangga di Timur.

13 Ibid; hal. 8714 http// akademika.dinasti-dinasti Independen.wordpress.com15 Dinasti Tahiriyah dianggap paling berjasa karena berhasil menjadikan kota Naisabur sebagai kota ilmu

dan kebudayaan di Timur. Akan tetapi, khalifah Tahiriyah tidak berdya ketika Khalifah Bani Abbas tidak mendukung lagi kekuasaannya dan malah mendukung dinasti Safari yang melakukan ekkspansi dan dianggap berhasil oleh Khalifah Abassiyah (al-Mu’tamid dan al-Muwafaq).

Page 5: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

4

Dalam perjalanan selanjutnya, dinasti ini justru tidak mengalami perkembangan

ketika pemerintahan dipegang oleh Ahmad ibn Thahir (248-259 H), saudara kandung Abd

Allah ibn Thahir, bahkan mengalami masa kemerosotan. Faktornya antara lain, adalah

pemerintahan ini dianggap sudah tidak loyal terhadap pemerintah Bagdad.16 Muhammad

ibn Thahir II memiliki kemampuan yang rendah dibandingkan pendahulu-pendahulunya,

pada tahun 259H/873 M dia menyerahkan Nisyapur kepada Ya’qub ibn Layts. Pada tahun

271H/885 M dia ditunjuk kembali menjadi gubernur, namun tidak pernah menjalankan

jabatan itu dengan baik, dan dia meninggal pada awal abad kesepuluh.17 Faktor lain

penyebab kemuduran dan kehancuran dinasti Thahiriyah adalah pola dan gaya hidup

berlebihan yang dilakukan para penguasa dinasti ini.18

Dinasti Tahiriyah di Khurasan mengakui khilafah Abasiyah Dinasti ini dipimpin

oleh empat amir: Tahir Ibn Husein (207-213 H.), Abdullah Ibn Tahir (213-248), dan

Muhammad Ibn Tahir (248-259 H.). Oleh karena itu, dinasti Safari berhasil

menghancurkan dinasti Tahriri di Khurasan dan berdirilah dinasti Safari. Dengan

demikian, berakhirlah masa jabatan dinasti Thahiriyah yang pernah menjadi kaki tangan

penguasa Abbasiyah di wilayah Timur kota Bagdad.19

2. Dinasti Safari (254-289 H./867-903 M.)

a. Masa Kemunculan

Dinasti ini didirikan oleh Ya’kub ibn Layts al-Saffar20 (867-878 M), seorang

pemimpin kelompok khawarij di provinsi Sistan.21 Wilayah kekuasaan dinasti Shaffariyah

16 karenanya Bagdad memanfaatkan kelemahan ini sebagai alasan untuk menggusur dinasti Thahiriyah dan jabatan strategis diserahkan kepada pemerintah baru, yaitu dinasti Saffariyah.

17 Bosworth, hal 127.18 Gaya hidup seperti itu menimbulkan dampak pada tidak terurusnya pemerintahan dan kurangnya

perhatian terhadap pengembangan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam. Selain itu, persoalan keamanan dan keberlangsungan pemerintahan juga tidak terpikirkan secara serius, sehingga keadaan ini benar-benar dimanfaatkan oleh kelompok lain yang memang sejak lama mengincar posisi strategis di pemerintahan lokal, seperti kelompok Saffariyah. Kelompok baru ini mendapat kepercayaan dari pemerintah Bagdad untuk menumpas sisa-sisa tentara dinasti Thahiriyah yang berusaha memisahkan diri dari pemerintahan Bagdad dan melakukan makar

19 http// akademika.dinasti-dinasti Independen.wordpress.com20 Ya’qub Ibn Laits al-Shafar adalah perwira militer yang kemudian diangkat menjadi amir wilayah

Sajistan pada zaman khalifah al Muhtadi (869-870 M). Ya’qub Ibn Laits al-Shafar mendapat dikungan dari khalifah al-Mu’tamid (870-893 M) untuk memperluas wilayah kekuasaannya hingga berhasil menaklukan Blakh, Tabaristan, Sind dan Kabul. Gelar al-Saffar dilekatkan di belakang namanya ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang ahli dalam me-nempa tembaga atau kuningan, semacam mpu di Jawa,yang diwarisi secara turun temurun. Kegagalan usaha keluarganya, menjadikan ia terikat dengan sekelompok orang yang mengatasnamakan masyarakat kecil untuk melakuan gerakan perampokan. Sasaran dari kegiatannya ini adalah para saudagar kaya yang melintas di tengah perjalanan, kemudian diserang dan diambil harta mereka kemudian diberikan kepada para fakir miskin. Hitty, hal 586.

21 Syamsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah, 2009), hal 275.

Page 6: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

5

meliputi kawasan Sijistan, Iran. Pada mulanya, Ya’kub ibn Layts bersama saudaranya

bernama ‘Amr ibn Layts membantu pasukan pemerintah Bagdad dalam memberantas

pemberontakan yang dilakukan oleh sisa-sisa tentara Thahiriyah di wilayah Sijistan.

Penaklukan yang dilakukannya membuat Ya’qub Ibn Laits al-Shafar semakin kuat dan

mengirimkan hadiah kepada khalifah di Baghdad, dan bahkan ia pun didukung untuk

menaklukan dinasti Tahriri di Khurasan. Atas jasa dan prestasinya, khalifah al-Mu’tamid

mengangkatnya menjadi gubernur membawahi wilayah Balkh, Turkistan, Kirman, Sijistan

dan Sind. 22

b. Masa Kemajuan Dinasti Shaffariyah

Perkembangan Dinasti Shaffariyah mengalami perkembangan pada masa

pemerintahan Amr ibn Lays, ia berhasil melebarkan wilayah kekuasaannya sampai ke

Afganistan Timur.23 Dalam masa pemerintahannya, terdapat perkembangan civil society

berkaitan dengan keadilan. Dinasti Saffariyah meletakkan dasar-dasar keadilan dan

kesamaan hak di antara orang-orang miskin di Sijistan.24

c. Masa Kemunduran

Dinasti Shaffariyah mengalami kehancuran ketika jabatan tertinggi di

pemerintahan dipegang oleh ‘Amr ibn al-Layts.25 Penaklukan wilayah-wilayah yang

dilakukan Shafariyah membuat khalifah di Baghdad khawatir. Atas bantuan Isma’il Ibn

Ahmad al-Samani, khalifah Baghdad berhasil menangkap Amr Ibn al-Laits, kemudian ia

dipenjara di Baghdad hingga meninggal pada zaman khalifah al-Mutadhdid (870-892 M.).

Pada tahun 393 H/1003 M Mahmud dari Ghazna menguasai provinsi itu dan

22 www. akademika.com Keberhasilannya di Sijistan, membawanya ke puncak pimpinan tentara sebagai komandan untuk menaklukkan wilayah Herat, Sind, dan Makran. Kemudian Kirman dan Persia yang digabungkan dengan Balkh. Ambisi Ya’kub ternyata tidak cukup sampai di situ. Ia terus bergerak menuju wilayah lain dan mengalahkan Fars pada 869 M, dan menduduki Syiraj, ibu kota Fars. Kemudian pada 873 M menduduki Nisabur dan sisa wilayah Thahiriyah. Dua tahun kemudian, tepatnya pada 875 M, dari Fars ia bergerak menuju Bagdad, dan berusaha menduduki ibu kota tersebut. Tetapi menjelang ibu kota, lebih kurang 20 km, pasukannya dihadang oleh pasukan al-Muwaffak pada 876 M. Kekalahannya ini tidak menyurutkan ambisinya, malah ia bersedia mengadakan perundingan. Namun sebelum dilaksanakan, ia keburu meninggal dunia pada 879 M. Meskipun ia dianggap sebagai gubernur yang tidak loyal, yang melampaui batas mandat yang diberikan khalifah, tetap saja jabatan gubernur untuk wilayah Timur dipercayakan kepada saudara Ya’kub al-Layts, yaitu Amr ibn Layts.

23 Syamsul Munir, 275.24 Ibid, hal 132. Karena itu, faktor inilah yang kemungkinan menjadi salah satu sebab lamanya dinasti ini

berkuasa di Sijistan, karena ia begitu peduli dengan keadaan masyarakat yang menjadi pendukung pemerintahan, terutama komunitas masyarakat miskin. Seorang amir abad kesepuluh, Khalaf ibn Ahmad, menjadi termasyhur sebagai pelindung ilmu pengetahuan.

25 karena ambisinya yang ingin memperluas wilayah kekuasannya hingga Transoxania (ma wara al-nahr). Di wilayah ini gerakannya dihambat oleh Bani Saman, dan beberapa daerah kekuasaannya diambil alih (aneksasi) oleh Bani Saman, kecuali Sijistan. Tetapi kekuasannya di Sijistan tidak sepenuhnya merdeka, karena ia harus tunduk di bawah kekuasaan Bani Saman, dan posisi jabatan gubernur tetap berada di bawah Bani Shaffariyah hingga abad ke-15 M, meskipun seringkali terjadi pergantian penguasa.

Page 7: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

6

menjadikannya sebagai wilayah kekuasaannya, namun Shaffariyah terus bertahan. Bahkan

setelah invasi Mongol dan Timur, kejadian-kejadian yang begitu kalut dan menyedihkan

bagi sebagian besar dunia Islam Timur, Dinasti Shaffariyah berhasil bertahan sampai

akhir abad kelima belas.26

Tidak dapat diketahui secara pasti mengapa dinasti ini bertahan begitu lama. Hal

pasti yang dapat ditegaskan di sini bahwa keberadaan dinasti ini karena persoalan politik

praktis dan pragmatis. Sebab menurut Jamaluddin Surur, salah satu ciri khas dari dinasti

ini adalah ambisinya untuk memperoleh kekuasaan otonomi di Sijistan, sebagai pusat

pemerintahannya. Karenannya, ketika kekuasaan datang silih berganti, dinasti ini tetap

memperoleh hak otonom di Sijistan hingga abad ke-15 M.27

3. Dinasti Ukailiyyah (386 – 489 H / 996 – 1095 M)

Ukailiyyah berasal dari kelompok suku badui besar Amir ibn Sha’sha’a, yang juga

mencakup Khafaja dan Muntafiq di Irak bawah. Dengan runtuhnya penguasa terakhir

Hamdaniyyah di Mosul, kota itu beralih ketangan Abu Dzawad Muhammad Ibnul

Musayyib al-Aqili dari Ukailiyyah.28 Setelah Abu Dzawad Muhammad Ibnul Musayyib

al-Aqili meninggal, terjadi upaya untuk merebut kekuasaan di antara putra-putranya, suatu

upaya yang menghancurkan semua pihak. Namun penguasaan atas Mosul dan kota-kota

lain Ukailiyah dan benteng-bentengnya di Al- Jazirah akhirnya berada ditangan Mu’tamid

Daulah Qarawisy ibn Al-Muqallid. Problem utama Mu’tamid Daulah Qarawisy ibn Al-

Muqallid29 adalah menjaga keutuhan wilayah kekuasaannya agar tidak diinvasi Oghuz

dari Persia barat dan Irak. Upaya menjaga keutuhan ini mengharuskan membuat

persekutuan dengan penguasa lain di Irak yang sama-sama terancam yaitu Mazyadiyyah

Hilla.30

Kemudian, di bawah Syara>fud Daulah Muslim ibn Qarawisy wilayah kekuasaan

Ukailiyah terbentang hampir dari Baghdad sampai ke Aleppo. Ukailiyah bukanlah dinasti

Badui yang haus perang, tetapi telah memperkenalkan beberapa hal penting dari pola baku

26 http//danankBlogs_dinasti-dinasti.kecil di Baghdad. Wordpress.com.27 Bosworth, hal 131. Terkadang Bani Shaffariyah silih berganti berada di bawah penguasa lain setelah

dinasti Samaniyah, seperti menjadi penguasa lokal (gubernur) yang tunduk pada pemerintahan dinasti Ghaznawiyah, Bani Saljuk, dan Bangsa Mongol, dan tidak lagi menjadi kepanjangan tangan pemerintahan Bani Abbas di Bagdad.

28 Ahmad Al-usairy, at-Tarikhul Islami,( H.Samson Rahman ; ____, Terj. 2003),hal.277.29 Ibid30 C.E.Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam, (Manchester ; ____, Terj. 1980), hal.81

Page 8: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

7

pemerintahan Abbasiyyah ke wilayah mereka. Pemerintahan ini terus berlangsung hingga

akhirnya dihancurkan oleh orang-orang Saljuk pada tahun 489 H/1095 M.31

4. Dinasti Gaznawiyah

a. Kemunculan Dinasti Gaznawiyah

Abd al-Malik Ibn Nuh (khalifah dari dinasti Samani) mengangkat Alptigin untuk

menjadi pengawal kerajaan. Karena kesetiaannya yang baik, ia diangkat menjadi

komandan pengawal kerajaan, dan akhirnya diangkat menjadi gubernur Khurasaan.

Alptigin hanya setia kepada Abd al-Malik Ibn Nuh. Ketika Abd al-Malik Ibn Nuh wafat,

ia tidak mentaati khalifah dinasti Samani yang baru, yaitu Manshur Ibn Nuhman. Pendiri

dinasti Ghaznawiyah adalah Sabaktakin keturunan alptakin bangsa Turki, salah seorang

pendiri kerajaan kecil di bawah naungan kerajaan bani Saman yang sedang berjaya. Pada

tahun 961 M Raja bani Saman Abd Malik bin Nuh, mengangkat Alptakin menjadi

Gubernur di Hirrah, Barat Laut Afganistan. Jabatan ini berakhir ketika rajanya meninggal

dunia dan digantikan oleh Mansur bin Nuh. Oleh karena itu Alptakin bersama anak

buahnya pergi menuju Ghazna dan menguasai wilayah itu pada tahun 962 M, dan

menjadikan Ghazna sebagai basis perlawanan menghadapi Mansur bin Nuh.

b. Keunggulan Dinasti Gaznawiyah

Wilayah dinasti Ghaznawiyah meliputi Iran bagian timur, Afganistan, Pakistan

dan beberapa wilayah bagian India. Pusat pemerintahannya di kota Ghazna Afganistan.

Dinasti inilah yang mampu menembus sampai ke India menyebarkan agama Islam ,

menghancurkan berhala menggantikan kuil dengan masjid dan mampu berjaya sampai

kurang lebih 220 tahun.32 Mahmud Ghaznawi adalah orang yang ahli dalam ilmu

31 Ahmad Al-usairy, at-Tarikhul Islami,( H.Samson Rahman ; ____, Terj. 2003),hal.27832 Setelah Alptakin wafat digantikan oleh salah satu keturunanya yaitu Sabaktakin. Ia menjadi penguasa

dinasti Ghaznawiyah pada tahun 977 M. Pada awalnya ia memiliki Khurasan sebagai hadiah dari raja Samani Nuh bin Mansur atas jasanya berhasil memadamkan pemberontakan di Transoxiana. Setelah menguasai Persi, Sabaktakin menguasai Pesyawar, kemudian Kabul dan wilayah India. Setelah berjuang selama 20 tahun Sabaktakin meninggal pada tahun 997 M. Walaupun berasal dari bangsa Turki namun ia dapat menyatukan kedua bangsa Turki dan Afganistan karena sama sama satu madhab yaitu ahlu sunnah wal jamaah.Sabaktakin digantikan oleh putranya, Mahmud yang bergelar Mahmud Ghaznawi pada tahun 999 M, tetapi masih mengatasnamakan dinasti Samani sehingga ketika di Balkan terjadi pemberontakan terhadap dinasti Samani, Mahmud membantu Abd Malik bin Mansur raja Samani. Pada tahun 1004 M, Muntasir dinasti Samani terakhir mati terbunuh, kemudian Mahmud Ghaznawi secara resmi memperoleh pengakuan dari Khalifah Abasiyah Al-Qadir dan digelari Yamin al-Daulah .Pemerintahan Mahmud Ghaznawi banyak diwarnai denga peperangan sebagai upaya memperluas wilayah kekuasannya terutama ke India. Pada tahun 1001 M Mahmud menaklukkan Kabul, Multan dan Kasmir. Di setiap daerah penaklukkan, ajaran Brahmanisme dikikis dan diganti dengan ajaran Islam. Tahun 1006 menguasai Punjab, Kangra, Balujistan, Delhi, Mathura, Kalijar, Sind, Makran, Kirman, Surat dan terakhir Gujarat. Untuk menmgendalikan kekuasaannya di India Mahmud mengangkat seorang gubernur yang

Page 9: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

8

peperangan, pembangunan dan pengembangan ilmu.pecinta ilmu dan sangat menghormati

sarjana. Kota Ghaznah bukan saja sebagai tempat pertahanan tetapi juga tempat

berkumpulnya para ahli hukum, ulama, fuqaha, para ahli bahasa, tasawuf dan falsafah.

Mahmud membangun istana di Afghan, Shal, membangun taman Sad Hasan,

Istana Fazuri, membangun masjid yang megah dan indah di Ghazna yang terkenal dengan

nama Arus al-Falaq, membangun sekolah yang dilengkapi dengan perpustakaan. Mahmud

membangun kandang besar berkapasitas 1000 ekor binatang. Mas`ud bin Mahmud

membangun masjid yang megah dirancang sendiri pada tahun 1035 – 1036 M. Dalam

pengembangan ilmu, ia menghimpun para sarjana dan pujangga mereka ditempatkan di

istananya, dibiayai dan didukung untuk mengembangkan ilmu dan penyelidikan ilmu,

diantaranya adalah al-Biruni33 dan Al-Firdausi.34 Pada masa Mahmud dan Mas`ud tercatat

ada beberapa ilmuwan seperti Bin al-Arraqi , bin al-Khammar, al-Marasyi (w 420 H), al-

Utby ( w 427 H), dan al-Baihaqi, ketiganya penulis sejarah al-Furrakhi, al-Asyadi

(penyair dalam bahasa Persi), dan penyair Arab terkenal Badi` al-Zaman al-Hamdani.

c. Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Ghaznawiyah

Sayang setelah Mas`ud bin Mahmud, sultan sultan Ghaznawiyah tidak ada yang

kuat sehingga dinasti Ghaznawiyah mengalami kemunduran, melemah dan hancur.

Konflik internal sangat berpengaruh terhadap kekuatan pemerintahan. Dinasti

Ghaznawiyah hancur akibat konflik internal berkepanjangan dan sulit bangkit dari

keterpurukan.

berkedudukan di Lahore. Penaklukan India memerlukan waktu 24 tahun.33 Al-Biruni adalah Ibnu Raian Muhammad al-Biruni. Ia tinggal di istana Mahmud di Gazni (Afganistan).

Akbar S.Ahmed menjulukinya dengan gelar Ahli Antropologi pertama (Bapak Antropologi). Argumentasinya karena ia adalah seorang observer partisipan yang luas tentang masyarakat “asing” dan berupaya mempelajari naskah primer dan pembahasannya. Di samping sebagai antropolog, al-Biruni juga ahli matematika, astronomi dan sejarah. Dialah sarjana pertama yang menemukan teori Perputaran bumi pada porosnya yang mengelilingi matahari, 600 tahun sebelum Galileo lahir. Al-Biruni lah yang menetapkan bahwa ketiga sudut dari segitiga besarnya 180 drajat. Al-biruni juga yang menetapkan dasar dasar ilmu ukur sudut. Di bidang astronomi ia dapat menemukan arah kiblat shalat secara cepat. Pada masa Mahmud Ghaznawi , al-Biruni ikut serta dalam ekspedisi militer ke India yang kemudian menghasilkan kitab Tarikh al-hind. Al-Biruni mempersembahkan kitab karya utamanya al-Qanun al-Mas`udi fi al-haya wa an-Nujum kitab, ensiklopedi astronomi terlengkap yang mencakup antronomi, geografi, astrologi, dan beberapa matematika bangsa Greek, India, Babilonia, dan Persia. Kitab al-Jamahir fi Ma`rifat al-Jawahir (pengetahuan tentang batu permata) adalah Risalah mengenai mineralogi yang ditulis semasa Sultan Maudud bin Mas`ud. Al-Biruni juga menulis abstraksi mengenai geometri, astronomi, aritmatika, dan astrologi pada kitab Tafhim li Awa`il sina`at at-Tanjim. Al-Biruni juga sangat ahli di bidang kedokteran farmasi, fisika, sejarah, geografi, kronologi, bahasa, pengamat adat istiadat dan seorang ulama besar pada zamannya.

34 Al-Firdausi (w 1020 M) adalah tokoh kebangkitan sastra Persia, ia penyair dari Tus atas dorongan bani Samani dan Mahmud Ghaznawi menyusun suatu epik Persia terkenal yang disebut Shah Nameh yang telah mulai digarap oleh penyair lain bernama Daqiqi yang mati terbunuh.Shah nemeh memuat kisah para raja dari legenda awal termasuk kerajaan Sasania. Dia juga mendorong perkembangan seni arsitektur dan seni seni lainnya.

Page 10: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

9

5. Dinasti Buwaihi

a. Kemunculan Dinasti Buwaihi

Dinasti Buwaihi dirintis oleh tiga bersaudara: Ali, Hasan, dan Ahmad yang berasal

dari Dailam. Bapak mereka adalah Abu Syujai al-Buwaihi.35 Tiga saudara ini dalam

sejarah dikenal sebagai tentara bayaran. Ketika terjadi perang, Makan Ibn Kaki al-

Dailami36 tidak lagi mampu membayar mereka. Majdawid menyambut baik keberpihakan

mereka. Mereka diberi kewenangan untuk memimpin wilayah. Ali diberi kekuasaan

memimpin daerah Kurj atau al-Karaj , Ahmad Ibn Buwaihi dipercaya memimpin Kirman,

dan Hasan Ibn Buwaihi dipercaya memimpin Asbahan, Rayy, dan Hamadzan.37

Ali Buwaihi sebagai penguasa baru di daerah Persia tersebut kemudian Berusaha

mendapat legalisasi dari khalifah Abbasiyah pada waktu itu, Al-Radhi Billah, dengan cara

35 Ada beberapa riwayat tentang asal usul Bani Buwaihi diantaranya : 1. Buwaihi berasal dari keturunan seorang pembesar yaitu Menteri Mahr Nursi. 2. Ada yang mengatakan Buwaihi adalah keturunan Dinasti Dibbat suatu dinasti di Arab. 3. Buwaihi adalah keturunan raja Persi. 4. Buwaihi berasal dari nama seorang laki-laki miskin yang bernama Abu Syuja’ yang hidup di negeri Dailam sebelah barat daya laut Kaspia yang telah tunduk pada kekuasaan islam pada masa khalifah Umar Bin Khatab. Abu Syuja’ adalah seorang nelayan yang kegiatan sehari-harinya memancing ikan. Para ahli sejarah lebih mempercayai pendapat ke empat hal ini dibuktikan perkataan Ahmad Bin Buwaihi yang sering melontarkan kata-kata “ Aku pernah menjunjung kayu api di kepala ku” untuk mengenang masa-masa pahit sebelum menjadi pembesar kala itu.Masyarakat Buwaihi merupakan suku Dailami yang berasal dari kabilah Syirdil Awandan dari dataran tinggi Jilan sebelah selatan Laut Kaspia. Profesi mereka yang terkenal adalah sebagai tentara, khususnya infantri, bayaran. Mereka adalah penganut syiah yang dikenal kuat dan keras serta memiliki kebebasan yang tinggi. Perkenalan mereka dengan syiah diawali dengan pengungsian golongan ‘Aliyyah yang ditindas oleh Bani ‘Abbasiyah pada awal tahun 175 H/ 791 M. Al-Hasan bin Zaid (al-Dâ’î al-Kabîr/w. 270 H/884 M) seorang kalangan ‘Aliyyah menyebarkan Syi’ah di wilayah Dailam dan mendirikan sebuah kerjaaan ‘Aliyah yang independen di Dailam dan Jilan

36 Makan Ibn Kali ialah panglima kedua di Dailam sesudah Laila bin An-Nu’man yang menjadi panglima pertama. Ketika Laila terbunuh sewaktu memimpin tentara, Zaidiyah menentang raja Samaniyah. Makan telah mengambil tempatnya sebagai panglima yang pertama. Tetapi salah seorang bawahannya bernama Asfar Bin Syiruwaih telah berkhianat dengan dibantu Mardawij bin Ziyyar. Mereka mendapat kemenangan menentang Makan. Ketika Asfar terbunuh maka kekuasaan berpindah ke Mardawij dan saudaranya Wasyamkir. Ketiga saudara Buwaihi ini akhirnya berpihak ke Mardawij, setelah Makan mengalami kekalahan, Namun mereka terlebih dahulu meminta izin kepada Makan dengan alasan akan membantu kembali setelah kekuasaan pulih kembali.

37 Ketika Ketiga saudara Buwaihi ini akan memulai perjalanan menuju wilayah kekuasaannya masing-masing Mardawij merasa menyesal telah memberikannya kepada mantan tentara Makan ini yang akhirnya Mardawij memerintahkan kepada saudaranya – Wasyamkir- untuk menahan mereka terlebih dahulu di Rayy. Tetapi terlambat surat itu terlebih dahulu telah sampai di Abdullah Al-Amid seorang kepala wazir dan surat itu diberikan Abdullah al –Amid kepada Ali ibn Buwaihi dan memerintahkan agar secepatnya pergi menuju Kurj yang kemudian wilayah itu menjadi kekuasannya .Ketika Mardawij terbunuh maka Bani Buwaihi semakin kuat, kekuasaan semakin luas yaitu Isfahan, seluruh Fars, Ray, Jibal, Propinsi Kirman, dan Khuzastan. Dimana Ali menguasai Isfahan dan Fars, Hasan Menguasai Ray dan Jibal sedangkan Ahmad menguasai wilayah pantai selatan yaitu Kirman dan Khuzastan. Markas Buwaihi terletak dikota Syiraz.

Page 11: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

10

mengirimkan sejumlah uang untuk perbendaharaan Negara. Dari sinilah awal perjuangan

Keluarga Buwaihi merebut Bagdad sebagai pusat pemerintahan Abbasiyah.38

b. Keunggulan Dinasti Buwaihi

Ketika Ahmad Ibn Buwaihi mengausai Bagdad para pengawal Turki melarikan

diri. Khalifah bani Abbas dijadikan penguasa simbolik (dejure) dan pengendalian

pemerintahan secara defacto barada ditangan para amir. Tiga saudara ini memilki daerah

kekuasaan masing-masing pada saat al-Mustakfi berkuasa. Bani Buwaihi melucuti

kekuatan politik dan sumber-sumber material para khalifah. Mereka menjadikan khalifah

sebagai pemimpin agama dan sekaligus alat untuk mencapai ambisi mereka.39 Keunikan

Dinasti Buwaihi adalah mereka tidak menghapus sistim kekhalifahan Ababasiyah,40 salah

satu alasannya adalah mereka khawatir akan mendapatkan penentangan dan perlawanan

dari para amir yang masih mengakui khalifah Bani Abbasiyah sementara waktu itu masih

tertanam di masyarakat bahwa pemimpin harus berasal dari keturunan Quraiys. 41

38 Sementara di Bagdad ketika khalifah al-Mustakfi’ (944-946) memimpin pada waktu itu sering terjadi konflik internal. Dimana Golongan mamalik dan amir umara tidak berhasil menjalankan pemerintahan dengan baik. Akhirnya al-Mustakfi’ mengundang Ahmad Ibn Buwaihi yang ketika itu masih menguasai kirman dan Khuzastan untuk diangkat menjadi Komandan Militer (amir al-umara) (945-967 M). Ahmad Ibnu Buwaihi tiba di Bagdad pada tanggal 11 Jumadil Ula 334 H/945 M dan diberi gelar Mu’iz al-Dawlat (orang yang memberi kemulyaan pada Negara) dan saudaranya Ali Ibn Buwaihi diberi gelar Imad ad-Dawlat (tiang Negara) dan Hasan Ibn Buwaihi diberi gelar Rukn ad-Dawlat (pilar Negara) . Setelah waktu berjalan para khalifah Abbasiyah tunduk kepada Bani Buwaihi, sehingga pada zaman tersebut khalifah tidak memiliki kekuasaan dan pengaruh lagi seolah-olah para khalifah adalah para pegawai para Amir.

39 Pada suatu saat Ahmad Ibn Buwaihi mendengar desas-sesus bahwa al-Mustakfi akan memecatnya dari jabatan amir al-umara. Dengan Segera Ahmad Ibn Buwaihi bersama dua pegawainya yang berasal dari Dailam datang kepada khalifah, lalu Ibnu Buwahi sujud dan mencium tangan khalifah, tidak lama kemudian dua pengawal tadi datang menuju khalifah menurut dugaan al-Mustakfi dua pengawal itu akan melakukan hal yang sama seperti tuannya. Ternyata kedua pengawal tadi malah menyeretnya sambil mencekik leher khalifah dan menyerahkannya kepada Ahmad Buwaihi. Kemudian al-Mustakfi dipenjarakan dan diconkel matanya dan ia meninggal di dalam penjara. Kemudian Ahmad Ibn Buwaihi mengangkat Abu al-Qosim al-Fadhl Ibn al-Muqtadir sebagai khalifah dengan gelar al-Mu’thi (946-974)

40 Sekalipun tidak menghapus khilafah, buwaihi yang beraliran syi’ah selalu mengkampanyekan symbol-simbol Ahlul Bait, suatu tanda bahwa pengaruh Buwaihi begitu kuat dalam kekhalifahan Abbasiyah, simbol-simbol Syi’ah sama sekali tidak ada niat dari khalifah yang Suni untuk memberangus aliran Syi’ah tersebut. Gerakan – gerakan syi’ah itu berupa; pertama Buwaihi menginstruksikan kepada pengelola-pengelola mesjid agar menuliskan kalimat berikut: “ Allah melaknat Mu’awiyah Ibn Abi Sufyan yang merampas hak Fatimah ra., yang melarang Hasan Ibn Ali dikuburkan berdampingan dengan makam kakeknya SAW , dan kedua Buwaihi menetapkan hari-hari bersejarah bagi Syi’ah dijadikan perayaan resmi Negara, seperti perayaan 10 Muharam untuk memperingati kasus Karbala, dan peringatan 12 Dzulhijjah sebagai Yawm al-Ghadir yang dalam keyakinan kaum Syi’ah, Nabi SAW mewasiatkan kepada Ali Bin Abi Thalib sebagai penguasa duniawi dan agama sepeninggal beliau

41 Selama abad atau masa-masa kejayaan mereka (945-1055), Dinasti Buwaihi menaikan dan menurunkan khalifah sekehendak hatinya, Irak sebagai sebuah provinsi diperintah dari ibukota Buwaihi, yaitu Syiraz di Fars. Bagdad bukan lagi sebagai pusat dunia muslim, karena keunggulan internasionalnya kini ditandingi bukan saja oleh Syiraz, tapi juga oleh Ghaznaz, Kairo dan Kordova. Para penguasa Buwaihi tidak lain sebatas gubernur, bukan khalifah, Dimana wilayah kekuasaan Dinasti Buwaihi memang lebih menyerupai sebuah federasi ketimbang kerajaan. Unit – unit kekuasaan lebih dipusatkan di kota-kota besar, seperti kekuasaan di Parsi dupusatkan dikota Syiraz dan Isfahan, Kekuasaan di Rayy dipusatkan di

Page 12: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

11

Kemajuan-kemajuan Buwaihi ditandai dengan (1) Pembangunan rumah sakit

Bimaristan al-Adhudi yang memiliki 24 tenaga medis dan rumah sakit ini dijadikan pusat

studi kedokteran. Rumah Sakit ini didirikan pada tahun 978 M.Pembangunan rumah sakit

tersebut menelan biaya 100.000 dinar. (2) Pembangunan Sekolah-sekolah di Syiraz, |

Rayy, dan Isfahan. (3)Pembangunan Observatorium di Bagdad. (4) Gerakan

penterjemahan. (5) membangun sebuah perpustakaan lengkap yang menyimpan 10.000

buku. Pada masa itulah muncul sejumlah pakar yang hingga kini masih ada diantaranya,

Ibn Sina42

Dinasti Buwaihi memperbaiki kerusakan perekonomian yang beberapa dekade

sebelumnya mengalami kehancuran. Setelah perekonomian pulih Adud melakukan

perbaikan-perbaikan seperti perbaikan irigasi dan mengambil tanah-tanah yang

ditinggalkan pemiliknya. Staf-staf Negara mengumpulkan pendapatan Negara dari daerah-

daerah kekuasaan dan membayar pejabat dan tentara yang mengabdi pada Negara secara

kontan dengan pembayaran di muka.43 Dibawah kendali Adud pulalah dia berhasil

mempersatukan kembali kerajaan-kerajaan kecil yang sudah muncul sejak sejak periode

kekuasan Buwaihi di Persia dan Irak, sehingga membentuk satu Negara yang besarnya

menyerupai Imperium.44

kota Al-Jibal dan di Irak dipusatkan di kota Bagdad, Bashrah dan Mosul. Setelah Bagdad dikuasai, Bani Buwaihi Memindahkan markas kekuasaan dari Syiraz ke Bagdad.

42 Nama latin Ibn Sina adalah Avicanna, beliau adalah ahli ilmu kedokteran dan filsafat. Karya besarnya dalam bidang kedokteran adalah al-Qanun fi al-Thib. Buku ini selama lima abad menjadi buku pegangan di universitas-universitas di Eropa. Selain itu, beliau juga memiliki karya iliah pada bidang logika, matematika, astronomi, fisika, mineralogy, ekonomi,dan politik, dan pernah menjadi hakim pada Dinasti Buwaihi

43 Konsep ini lazimnya disebut distribusi Iqtha’ yaitu sebuah mekanisme untuk mensentralisasikan pengumpulan dan pengeluaran atas pendapatan Negara dan pada dasarnya hak tanah Iqtha’ hanya diberikan berdasarkan syarat pengabdian militer dan hanya berlaku sebatas kehidupan orang yang sedang menjabat

44 Selama masa pemerintahan Dinasti Buwaihi, ada beberapa peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah, yaitu (1) Kedudukan Baghdad sebagai ibu kota dari segi politik dan agama. Di zaman Dinasti Buwaihi, Baghdad telah kehilangan kepentingannya dari segi politik yang mana telah berpindah ke Syiraz, tempat bermukimnya Ali bin Buwaih yang bergelar Imad ad-Daulah. Pengaruh Baghdad dari segi agama juga semakin pupus, disebabkan perselisihan madzhab di antara khalifah-khalifah dari Dinasti Buwaihi. Pertikaian ini telah melumpuhkan sama sekali pengaruh rohaniah yang selama ini dinikmati oleh khalifah. (2) Di zaman ini muncul kumpulan ikhwanus shafa yang mengamalkan berbagai falsafah dan hikmah yang dikatakan bersumber dari mereka. (3) Semasa berada di puncak kekuasaan, Dinasti Buwaihi telah menyatukan kembali sebagian wilayah Islam yang telah memisahkan diri dari pemerintahan Khalifah Abbasiah Tetapi ketika kekuasaan Dinasti Buwaihi mulai merosot, banyak pula kerajaan yang memisahkan diri dari pemerintahan Khalifah Abbasiah, di antaranya ialah kerajaan Imran bin Syahin di Batinah, kerajaan Najahiyah di Yaman, kerajaan ‘Uqailiyah di Mausil, kerajaan Kurd di Diar Bakr, kerajaan Mirdasiyah di Aleppo, kerajaan Samaniyah di seberang sungai dan di Khurasan dan kerajaan Saktikiyah di Ghaznah. (4) Ajaran Islam tiba di Dailam melalui kaum Syi’ah yang diwakili oleh Hasan bin Zaid, kemudian oleh al-Hasan bin Ali al-Atrusy. Sedangkan masyarakat Baghdad ketika itu beraliran sunni. Terlebih ketika Khlaifah al-Qadir berusaha menentang faham syi’ah.

Page 13: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

12

c. Kemunduran dan Runtuhnya Dinasti Buwaihi

Faktor-faktor yang menjadi penyebab mundurnya pemerintahan Buwaihi adalah :

1) Konflik internal dimana perebutan kekuasan didalam tubuh dinasti Buwaihi

menyebkan kemunduran misalnya perebutan kekuasaan antara Baha, Syaraf, dan

saudara ketiga mereka Shamsham ad- Dawlat yang memperebutkan penerus mereka

selanjutnya. Konsep Diansti yang sebelumnya adalah ikatan kekeluargaan antar

keluarga menjadi hancur

2) Pertentangan aliran-aliran keagaamaan. Sebagaimana diketahui bahwa Dinasti

Buwaihi penyebar mazhab Syi’ah yang bersemangat sedangkan rakyat Bagdad

kebanyakan beraliran Suni, pada periode awal pertentangan Sy’ai dan Suni tidak

begitu Nampak. Hal ini disebabkan sewaktu kekhalifahan Abbasiyah pimpinan Al-

qodir (991-1031) memimpin peperangan antar syi’ah dan suni ia menggemborkan

Hanbalisme sebagai mazhab resmi negara

3) Bizantium yang mulai melakukan serangan-serangan kembali ke dunia islam.

4) Dinasti-dinasti kecil luar Bagdad yang mulai memanfaatkan situasi dengan

melepaskan diri dari kekuasaan Bagdad dan menaklukan wilayah lain seperti

Fatimiah di Kairawan menaklukan Mesir dan Sudan.

5) Perebutan kekuasan antara Arselan Basasiri sebagai panglima perang dengan Malik

Abd Malik sebagai amir al-Umara yang menyebabkan khalifah Fatimiah (al-

Mustanshir) diundang oleh Arselan Basasiri pada masa khalifah al-Qa’im untuk

menyerang dan menguasai Bagdad . Dari kejadian inilah bermula dimana al-Qa’im

akhirnya mengundang Tugril Bek (salah satu Bani Saljuk dari Turki) yang berkuasa

di Jibal untuk datang melawan kekuasaan Fatimiah. Tugril Bek Tiba di Bagdad

tanggal 18 Desember 1055 M

6) Malik Abd al-Rahim sebagai dinasti terakhir dari Bani Buwaihi menderita

kekalahan atas Tugril Bek. Malik Abd al-Rahim (1048 – 1055) akhirnya dipenjara

dan mengakhiri hidupnya dalam kurungan. Selanjutnya Dinasti Buwaihi berkahir

dan Tugril Bek salah satu keturunan Bani Saljuk bekerja sama dengan Khalifah

Dinasti Bani Abbas.

6. Dinasti Saljuk

a. Munculnya Dinasti Saljuk

Page 14: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

13

Saljuk (juga disebut Seljuq) adalah sebuah dinasti Islam yang pernah menguasai

Asia Tengah dan Timur Tengah dari abad ke 11 hingga abad ke 14.45 Kekaisaran Saljuk

Agung yang mulai menancapkan kekuasaan pada abad ke-11 M hingga 14 M itu didirikan

suku Oghuz Turki yang memeluk Islam mulai abad ke-10 M. Sejatinya, Kekaisaran Saljuk

dirintis oleh Saljuk Bek.46 Namun, Kerajaan Saljuk yang berdiri pada 1037 M itu baru

terwujud pada era kepemimpinan Thugril Bek47 yang berkuasa hingga 1063 M.48 Pada

tahun 1055 M, Kerajaan Saljuk sudah mampu menembus kekuasaan Dinasti Abbasiyah

dan Dinasti Fathimiyyah. Dua dasawarsa berikutnya, ketangguhan militer Saljuk mampu

45 Mereka mendirikan kekaisaran Islam yang dikenali sebagai Kekaisaran Seljuk Agung. Kekaisaran ini terbentang dari Anatolia hingga ke Rantau Punjab di Asia Selatan. Kekaisaran ini juga adalah sasaran utama Tentara Salib Pertama. Dinasti ini diasaskan oleh suku Oghuz Turki yang berasal dari Asia Tengah. Dinasti Seljuk juga menandakan penguasaan Bangsa Turki di Timur Tengah. Pada hari ini, mereka dianggap sebagai pengasas kebudayaan Turki Barat yang ketara di Azerbaijan, Turki dan Turkmenistan dan Seljuk juga dianggap sebagai penaung Kebudayaan Persia. Dinasti Seljuk Inilah kekaisaran Islam pertama Turki yang memerintah dunia Islam. Kekuasaan yang digenggamnya begitu luas meliputi Asia Tengah dan Timur Tengah — terbentang dari Anatolia hingga ke Punjab di belahan selatan Asia.

46 Bani Saljuk berasal dari beberapa kabilah kecil rumpun suku Ghuz di wilayah Turkistan. Pada abad kedua, ketiga, dan keempat Hijrah mereka pergi ke arah barat menuju Transoxiana dan Khurasan. Ketika itu mereka belum bersatu. Mereka dipersatukan oleh Saljuk ibn Tuqaq. Karena itu, mereka disebut orang-orang Saljuk. Pada mulanya Saljuk ibn Tuqaq Rahimahullah mengabdi kepada Bequ, raja daerah Turkoman yang meliputi wilayah sekitar laut Arab dan laut Kaspia. Saljuk Rahimahullah diangkat sebagai pemimpin tentara. Pengaruh Saljuk Rahimahullah sangat besar sehingga Raja Bequ khawatir kedudukannya terancam. Raja Bequ bermaksud menyingkirkan Saljuk. Namun sebelum rencana itu terlaksana, Saljuk Rahimahullah mengetahuinya. Ia tidak mengambil sikap melawan atau memberontak, tetapi bersama pengikutnya ia bermigrasi ke daerah land, atau disebut juga Wama Wara’a al-Nahar, sebuah daerah muslim di wilayah Transoxiana (antara sungai Ummu Driya dan Syrdarya atau Sihun). Mereka mendiami daerah ini atas izin penguasa daulah Samaniyah yang menguasai daerah tersebut. Mereka masuk Islam dengan manhaj Sunni Salafy. Ketika daulah Samaniyah dikalahkan oleh daulah Ghaznawiyah, Saljuk Rahimahullah menyatakan memerdekakan diri. Ia berhasil menguasai wilayah yang sebelumnya dikuasai oleh daulah Samaniyah. Setelah Saljuk Rahimahullah meninggal, kepemimpinan dilanjutkan oleh anaknya, Israil Ibn Saljuk dan kemudian penggantinya Mikail Ibn Israil Ibn Saljuk, namun sayang saudaranya dapat ditangkap oleh penguasa Ghaznawiyah.

47 Pemimpin Saljuk ini berhasil mengalahkan Mas’ud al-Ghaznawi, penguasa dinasti Ghaznawiyah, pada tahun 429 H/1036 M, dan memaksanya meninggalkan daerah Khurasan. Setelah keberhasilan tersebut, Thugril memproklamasikan berdirinya daulah Saljuk. Pada tahun 432 H/1040 M daulah ini mendapat pengakuan dari khalifah Abbasiyah di Baghdad. Di saat kepemimpinan Alp Arselan inilah, dinasti Saljuk memasuki Baghdad menggantikan posisi Bani Buwaih. Sebelumnya, Thugril Rahimahullah berhasil merebut daerah-daerah Marwadan Naisabur dari kekuasaan Ghaznawiyah, Balkh, urjan, Tabaristan, Khawarizm, Rayy, dan Isfahan. Posisi dan kedudukan khalifah lebih baik setelah dinasti Saljuk berkuasa; paling tidak kewibawaannya dalam bidang agama dikembalikan setelah beberapa lama “dirampas” orang-orang Syi’ah. Meskipun Baghdad dapat dikuasai, namun ia tidak dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Thugril Bek Rahimahullah memilih kota Naisabur dan kemudian kota Rayy sebagai pusat pemerintahannya. Daulah-daulah kecil yang sebelumnya memisahkan diri, setelah ditaklukkan daulah Saljuk ini, kembali mengakui kedudukan Baghdad, bahkan mereka terus menjaga keutuhan dan keamanan Abbasiyah untuk membendung faham Syi’ah dan mengembangkan manhaj Sunni Salafy yang dianut mereka.

48 Sejarah mencatat Dinasti Seljuk sebagai kerajaan yang mampu menghidupkan kembali kekhalifahan Islam ang ketika itu nyaris tenggelam. Dalam waktu yang singkat, wilayah kekuasaan Kerajaan Seljuk pun kian bertambah luas. Dinasti Seljuk mencapai puncak kejayaannya ketika menguasai negeri-negeri di kawasan Timur Tengah seperti Irak, Persia, Suriah serta Kirman. Sebagai negara yang sangat kuat, Dinasti Seljuk amat disegani.

Page 15: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

14

memukul mundur Bizantium yang bercokol di Palestina dalam peristiwa Manzikert 1071

M.

Jatuhnya kekuasaan Bani Buwaih ke tangan Saljuk Ibn Tuqaq bermula dari

perebutan kekuasaan di dalam negeri. Ketika al-Malik al- Rahim memegang jabatan Amir

al-Umara, kekuasaan itu dirampas oleh panglimanya sendiri, Arselan al-Basasiri. Dengan

kekuasaan yang ada di tangannya, al-Basasiri berbuat sewenang-wenang terhadapap Al-

Malik al-Rahim dan Khalifah al-Qaimdari Bani Abbas; bahkan dia mengundang Khalifah

Fathimiyah, (al-Mustanshir), untuk menguasai Baghdad. Hal ini mendorong khalifah

meminta bantuan kepada Alp Arselan Rahimahullah dari daulah Bani Saljuk yang

berpangkalan di negeri Jabal. Pada tanggal 18 Desember 1055 M/447 H pimpinan Saljuk

itu memasuki Baghdad.Al-Malik al-Rahim, Amir al-Umara Bani Buwaih yang terakhir,

dipenjarakan. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Bani Buwaih dan bermulalah

kekuasaan Daulah Saljuk. Pergantian kekuasaan ini juga menandakan awal periode

keempat khilafah Abbasiyah.

b. Keunggulan Dinasti Saljuk

Pemerintahan Dinasti Saljuk yang berpusat di Anatolia itu amat toleran. Meski

berasal dari salah satu suku di Turki, para penguasa Saljuk sangat menghargai perbedaan

ras, agama, dan jender. Di bawah bendera Saljuk, umat Islam dapat hidup dalam

kedamaian, keadilan serta kemakmuran. Pada era dinasti ini aktivitas keagamaan

berkembang dengan pesat. Hal itu ditandai munculnya kegiatan sufisme. Kekaisaran

Saljuk juga sangat mendukung dan mendorong perkembangan kebudayaan, salah satunya

seni arsitektur. Pada era kekuasaan Dinasti Saljuk berdiri karya-karya arsitektur yang

mengagumkan. Dinasti ini mampu menghidupkan kembali pencapaian Kekhalifahan

Umayyah dan Abbasiyah dalam bidang arsitektur.49

49 Variasi dan kualitas ornamen-ornemen serta bentuk dan teknik arstitektur peninggalan Dinasti Saljuk mampu menjadi inspirasi bagi para arsitek Muslim dan para ahli batu di seluruh dunia. Keunggulan dan kehebatan arsitektur warisan Dinasti Saljuk dapat disaksikan dari bangunan-bangunan peninggalan bersejarah di Iran, Anatolia serta wilayah Asia Minor Muslim.Para arsitek dunia mencatat ada dua karya seni arsitektur yang paling unik warisan Dinasti Saljuk, yakni caravanserai (tempat singgah bagi para pendatang) serta madrasah. Caravanserai banyak berdiri di wilayah kekuasaan Saljuk lantaran dinasti itu amat mendorong perdagangan dan bisnis. Sedangkan gedung madrasah yang menyebar di daerah kekuasaan Kerajaan Saljuk mencerminkan geliat aktivitas pembelajaran. Kontribusi Dinasti Saljuk dalam bidang arsitektur begitu besar. Sejarah mencatat beberapa kontribusi Dinasti Saljuk dalam bidang arsitektur antara lain;pertama, memperkenalkan konsep baru empat iwan masjid. Kedua, mengembangkan dan memperbanyak madrasah untuk sarana pendidikan. Ketiga, memperkenalkan caravanserai. Keempat, mengembangkan dan mengelaborasi arsitektur makam. Kelima, keberhasilan membangun kubah berbentuk kerucut. Keenam, mempromosikan penggunaan motif-motif muqarnas. Ketujuh, memperkenalkan elemen pertama seni baroque yang menyebar ke seluruh Eropa di abad ke-16 M. Kehebatan dan keunikan gaya arsitektur Saljuk telah diakui dunia, termasuk arsitektur modern. Para arsitek Barat pun banyak belajar dari arsitektur Saljuk.

Page 16: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

15

Dinasti Saljuk tercatat sebagai dinasti yang sukses dalam membangun masyarakat

ketika itu. Diantara kegiatan yang dilakukannya adalah: (1) memperluas Masjid al-Haram

dan Masjid al-Nabawi, (2) Pembangunan rumah sakit di Naisafur, (3) Pembangunan

gedung peneropong bintang dan, (4) Pembangunan sarana pendidikan. 50

Pada masa Alp Arselan Rahimahullah perluasan daerah yang sudah dimulai oleh

Thugril Bek Rahimahullah dilanjutkan ke arah barat sampai Bizantium.51 Pada masa

Sulthan Maliksyah, wilayah kekuasaan Daulah Saljuk membentang dari Kashgor, Turki,

sampai ke Yerussalem. Wilayah itu dibagi menjadi lima bagian dengan gubernur yang

bergelar Syeikh atau Malik.52 Penguasa Bani Saljuk mengembalikan jabatan perdana

menteri yang sebelumnya dihapus oleh penguasa Bani Buwaih. Pada masa Alp Arselan

Rahimahullah, ilmu pengetahuan dan agama mulai berkembang dan mengalami kemajuan

pada zaman Sultan Maliksyah yang dibantu oleh perdana menterinya Nizham al-Mulk.

Perdana menteri ini memprakarsai berdirinya Universitas Nizhamiyah (1065 M) dan

Madrasah Hanafiyah di Baghdad. Hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan didirikan

cabang Nizhamiyah.53

c. Kemunduran Bani Saljuk

Setelah berhasil menguasai Baghdad, dinasti Saljuk melakukan ekspansi hingga

menguasai Asia Kecil (Turki) dan menguasai wilayah-wilayah sebelumnya yang dikuasai

Bizantium. Perang terjadi antara pasukan Saljuk dengan pasukan Byzantium. Apabila ada

orang Byzantium dan Eropa yang hendak beribadah ke Bait al-Maqdis di Yerussalem,

50 Perhatian pemerintah terhadap perkembangan ilmu pengetahuan melahirkan banyak ilmuwan muslim pada masanya. Diantara mereka adalah az-Zamakhsyari dalam bidang tafsir, bahasa, dan teologi; al-Qusyairy dalam bidang tafsir; Abu Hamid al-Ghazali Rahimahullah dalam bidang teologi; dan Farid al-Din al-’Aththar dan Umar Khayam dalam bidang sastra.

51 Peristiwa penting dalam gerakan ekspansi ini adalah apa yang dikenal dengan peristiwa Manzikert. Tentara Alp Arselan Rahimahullah berhasil mengalahkan tentara Romawi yang besar yang terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis, dan Armenia. Dengan dikuasainya Manzikert tahun 1071 M itu, terbukalah peluang baginya untuk melakukan gerakan penturkian (turkification) di Asia Kecil. Gerakan ini dimulai dengan mengangkat Sulaiman ibn Qutlumish, keponakan Alp Arselan, sebagai gubernur di daerah ini. Pada tahun 1077 M (470 H), didirikanlah kesultanan Saljuk Ruum dengan ibu kotanya Iconim. Sementara itu putera Arselan, Tutush Rahimahullah, berhasil mendirikan dinasti Saljuk di Syria pada tahun 1094 M/487 H.

52 1.Saljuk Besar yang menguasai Khurasan, Rayy, Jabal, Irak, Persia, dan Ahwaz. Ia merupakan induk dari yang lain. Jumlah Syekh yang memerintah seluruhnya delapan orang. 2.Saljuk Kirman berada di bawah kekuasaan keluarga Qawurt Bek ibn Dawud ibn Mikail ibn Saljuk. Jumlah syekh yang memerintah dua belas orang. 3.Saljuk Iraq dan Kurdistan, pemimpin pertamanya adalah Mughirs al-Din Mahmud. Saljuk ini secara berturut-turut diperintah oleh sembilan syekh. 4.Saljuk Syria, diperintah oleh keluarga Tutush ibn Alp Arselan ibn Daud ibn Mikail ibn Saljuk, jumlah syekh yang memerintah lima orang. 5.Saljuk Ruum, diperintah oleh keluarga Qutlumish ibn Israil ibn Saljuk dengan jumlah syeikh yang memerintah seluruhnya 17 orang.

53 Menurut Philip K. Hitti, Universitas Nizhamiyah inilah yang menjadi model bagi segala perguruan tinggi di kemudian hari.

Page 17: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

16

hartanya dirampas oleh Saljuk. Oleh karena itu, orang Byzantium dan Eropa merasa tidak

aman untuk melaksanakan ibadah ke Bait al-Mqadis di Yerussalem. Peristiwa ini

mendorong raja Byzantium untuk bekerjasama dengan Eropa untuk menghancurkan

Islam. Oleh karena itu, Paulus II mendeklerasikan perang suci yang kemudian dikenal

dengan perang salib.

Setelah Sultan Maliksyah dan perdana menteri Nizham al-Mulk wafat Saljuk

Besar mulai mengalami masa kemunduran di bidang politik. Perebutan kekuasaan

diantara anggota keluarga timbul. Setiap propinsi berusaha melepaskan diri dari pusat.

Konflik-konflik dan peperangan antar anggota keluarga melemahkan mereka sendiri.

Dinasti Saljuk dilanda konflik internal dan akhirnya wilayah kekuasaannya dibagi-bagi

menjadi kesultanan-kesultanan yang dikendalikan oleh para atabek (para budak yang

menjadi pembesar negara). Malik Syah meninggalkan sejumlah anak, yaitu Barkiyaruk,

Muhammad, Sanjar, dan Mahmud. Ketika Barkiyaruk menjadi sultan, Sanjar seringkali

berusaha merebut kekuasaan. Setelah Sanjar meninggal, Saljuk mmenjadi dinasti-dinasti

kecil. Sementara itu, beberapa dinasti kecil memerdekakan diri, seperti Syahat

Khawarizm, Ghuz, dan al-Ghuriyah. Pada sisi yang lain, sedikit demi sedikit kekuasaan

politik khalifah juga kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan dinasti Saljuk di Irak

berakhir di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/l199 M

C. Dinasti-dinasti Kecil di Barat Baghdad

1. Idrisi di Maroko (172 H/789 M)

a. Kemunculan Bani Idrisi

Setelah Imam Ali bin Abi Thalib terbunuh, keturunan Ali r.a terus berjuang

memperoleh kekuasaan. Diantaranya adalah pemberontakan yang dilakukan oleh Imam

Husen Ibn Ali di Madinah pada zaman dinasti Umayah. Dalam perang tersebut, Imam

Husen terbunuh di Karbala,54 dan salah seorang keluarganya, Idris Ibn Abdillah,

54 Seperti diketahui bahwa salah satu faktor yang mendukung berdirinya Dinasti Abbasiyah adalah keberhasilan mereka membentuk solidaritas (‘a¡abiyyah) dari berbagai kalangan yang merasakan diri senasib dalam ketertindasan melawan Dinasti Umaiyyah . Di antara kelompok yang bersekutu dengan bani Abbas dan membantu mereka untuk menumbangkan Dinasti Umaiyyah adalah kelompok Syi’ah dan Alawiyyun. Namun pada perkembangan selanjutnya, Bani Abbas mengkhianati mereka, bahkan cenderung memusuhi mereka, utamanya ketika al-Hadi menduduki tahta kekhalifahan (785). Al-Hadi menganut politik yang bertolak belakang dengan bapaknya, al-Mansur, yang banyak memperhatikan dan menarik simpati golongan non Abbasiyah, utamanya dari kalangan Umaiyyah dan Syi’ah. Al-Hadi bahkan mengejar-ngejar, menangkapi dan memenjarakan para petinggi-petinggi Umaiyyah dan Syi’ah dengan tuduhan tidak loyal. Kondisi tersebut membuat kelompok-kelompok yang dulunya pro terhadap Bani Abbas kecewa dan menjadi kelompok oposisi, bahkan berusaha melakukan pemberontakan.Idris telah ikut dalam pemberontakan yang dilakukan oleh kalangan Alawiyah dan Syi`ah terhadap Musa

Page 18: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

17

melarikan diri ke Mesir dan bergabung dengan Ishaq Ibn „Abd al-Hamid (kepala suku

Awraba). Kemudian Idris Ibn Abd Allah dibaiat oleh suku Awraba di Maroko sebagai

pemimpin mereka,55 kemudian diikuti oleh kabilah-kabilah lain yang menghuni kawasan

yang sekarang dikenal dengan Marakisy, maka berdirilah dinasti Idrisi di Maroko. 56

Akan tetapi, keberhasilan Muhammad Ibn Idris membuat khalifah Harun al-Rasyid

di Baghdad merasa khawatir. Oleh karena itu, khalifah Harun al-Rasyid mengutus seorang

mata-mata yang bernama Sulaiman Jarir. Mata-mata ini kemudian berhasil membunuh

Muhammad Ibn Idris pada tahun 175 H/791 M.57

b. Keunggulan Bani Idrisi

Muhammad Ibn Idris sukses memimpin masyarakat di Maroko sehingga memiliki

tentara dan juga dapat melakukan ekspansi ke wilayah lain.58 Banyak hal yang sudah

al-Hadi, khalifah Abbasiyah yang berkuasa pada saat itu. Dalam suatu pertempuran, kelompok Syi’ah yang dipimpin oleh saudara sepupu Idris, al-Husain bin Ali al-Hasan, dikalahkan oleh tentara Abbasiyah dan terbunuh di suatu tempat di dekat Mekah, pada tanggal 3 Zulhijjah 169 H/11 Juni 786 M.

55 Nampaknya kesediaan kalangan Barbar menerima Idris bin Abdullah – yang beraliran Syi’ah (Alawiyah) – adalah lebih banyak dipengaruhi oleh faktor politik dibanding faktor agama (aliran), karena terbukti bahwa suku-suku tersebut dulunya adalah penganut aliran Khawarij. Akan tetapi karena kondisi intern Barbar terjadi perpecahan, artinya tidak ada orang yang berhasil mempersatukan mereka. Masing-masing suku ingin tampil sebagai pemimpin, sehingga mereka menerimanya sebagai pemersatu. Selain faktor tersebut, yang sangat menentukan adalah kemampuan Idris meyakinkan orang-orang Barbar bahwa dirinya merupakan keturunan Ali bin Abu Thalib. Setelah terpilih jadi pemimpin bangsa Barbar, Idris kemudian melakukan penyerangan terahadap kabilah-kabilah Yahudi, Nasrani, dan paganisme yang mendiami daerah Tamisna, dan berhasil mengalahkan kabilah-kabilah tersebut dengan mudah. Kemudian sekitar tahun 173 atau 174 H (789 atau 790 M) dia melakukan invasi ke arah timur, dimana berhasil menundukkan kota Tilmisan (Agadir) yang pada saat itu dipimpin oleh Muhammad bin Khayir. Idris kemudian menetap beberapa waktu di Tilmisan, dan pada bulan Safar 174 H, ia membangun sebuah masjid, dimana mimbar masjid tersebut yang di atasnya terukir namanya masih ada hingga zaman Ibn Khaldun.

56 Sebelum Dinasti Idrisiyah berkuasa, daerah tersebut selalu didominasi oleh aliran Khawarij. Dinasti ini didirikan oleh salah seorang penganut syi'ah, yaitu Idris bin Abdullah pada tahun 172 H / 789 M. Dinasti ini merupakan Dinasti Syi'ah pertama yang tercatat dalam sejarah berusha memasukan syi'ah ke daerah Maroko dalam bentuk yang sangat halus. Disna prestise keturunan Ali membuat tokoh bar-bar zenata di Maroko utara menerimanya sebgai pemimpin mereka. Dan menjadikan Fez sebagai pusat pemerintahannya hillip K.Hitti. History of the Arab, The Mac Millan Press, 1974, hlm.42).

57 Terbunuhnya Idris tidak berarti kekuasaan Dinasti idrisiyah menjadi tumbang karena bangsa Bar-Bar telah bersepakat untuk mengikrarkan kerajaan sebagai kerajaan yang independen. Dikabarkan pula bahwa Idris meninggalkan seorang hamba dalam keadaan mengandung anaknya. Dan setelah melahirkan, bangsa BarBar memberi nama anak tersebut dengan nama Idris, dan Idris inilah yang kelak melanjutkan jejak ayahnya (Idris bin Abdullah) dan disebut sebagai Idris II. Setelah berhasil membunuh Muhammad Ibn Idris, Harun al-Rasyid bersama suku Barbar lainnya mengangkat putra mahkota yang masih muda, Idris Ibn Idris, sebagai khalifah. Idris bin Idris dapat memimpin masyarakatnya dengan sukses hingga meninggal tahun 213 H/828 M. Idris bin Idris diganti oleh anaknya, Muhammad Ibn Idris bin Idris. Muhammad membagi kerajaan menjadi beberapa kawasan, dan disetiap kawasan diberikan kepada saudara-saudaranya untuk dipimpin. Akan tetapi, pembagian wilayah melahirkan perang saudara di kalangan Idris sehingga akhirnya mereka berhasil ditaklukan oleh dinasti Fatimiah.

58 Ada dua alasan mengapa Dinasti Idrisiyah muncul dan menjadi dinasti yang kokoh dan kuat; Pertama karena adanya dukungan yang sangat kuat dari bangsa bar-bar, dan kedua letak geografis yng sangat jauh dari pusat pemerintahan Abbasiyah yng berada di Baghdad sehingga sulit untuk ditaklukannya.

Page 19: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

18

dihasilkan oleh Idris I dan Idris II putranya dalam membangun Idrisiyah, diantaranya:

Idris I dan putranya Idris II telah berhasil mempersatukan suku-suku BarBr, imigran-

Imigran Arab yang berasal dari Spanyol dan Tripolitania di bawah satu kekuasaan politik.

mampu membangun Kota Fez sebagai pusat perdgangan. Pusat Kota Suci, tempat tinggal

kaum Shorfa (orang-orang terhormat keturunan Nabi dari Hasan dan Hussein bin Ali bin

Abi Thalib. Didirikan Mesjid Fathima dan Universitas Qairawan yang terkenal. Di

samping itu, pertahanan dan keamanan cukup kuat, terbukti adanya Idris dan pasukannya

dapat menahan pasukan Romawi dan mempertahankan wilayahnya.

Sepanjang pemerintahan Yahya I, Fez telah mencapai puncak kemakmurannya

dengan menjadi salah satu pusat perdagangan yang menghubungkan antara Afrika dan

Eropa. Selama pemerintahan Yahya yang damai, banyak imigran dari Andalusia dan

daerah Afrika lainnya berdatangan ke Fez. Kota ini lalu berkembang dengan pesat, baik

dari segi penduduk maupun pembangunan gedung-gedungnya. Di antara gedung yang

dibangun pada masa itu ialah dua masjid, Qarawiyyin dan Andalusia, yang didirikan pada

tahun 859 M. Kota Fez kemudian dianggap sebagai kota suci, tempat tinggal kaum

syorfah (kaum syurafa’ atau orang-orang mulia) keturunan istimewa Nabi.

Ira M. Lapidus mengatakan, bahwa meskipun wilayah pemerintahannya relatif kecil,

Dinasti Idrisiyah merupakan negara Maroko-Islam yang pertama, dan merupakan pusat

perjuangan Islam yang aktif.

c. Kemunduran dan Kehancuran Bani Idrisi

Salah satu penyebab kemunduran Dinasti Idrisiyah adalah karena kelemahan

pemerintahnya yang tidak dapat dipungkiri. Kelemahan itu kelihatan pada

ketidakmampuan mengontrol daerah-daerah pedalaman dan pesisir. Akibat dari

kelemahan itu, Dinasti Idrisiyah sama sekali tidak mampu, baik secara geografis maupun

ideologis untuk memperlebar wilayah perbatasan yang telah dirintis dan dikoordinasi oleh

Idris I.59 Kondisi chaos ini diperparah dengan terjadinya pemberontakan kaum Khawarij

melawan pemerintahan Idrisiyah yang Syi’ah. Perdagangan menjadi berkurang,

kemakmuran mengalami decline, kemelaratan merajalela di mana-mana. Selanjutnya,

pada tahun 881 sebuah gempa bumi yang dahsyat melanda negara, menghancurkan

59 Yahya I bin Muhammad meninggal pada tahun 863 M, ia kemudian digantikan oleh putranya, Yahya II, yang pemerintahannya kurang sukses. Pada masanya mulai terjadi disintegrasi dengan terjadinya pemberontakan dari bangsa Barbar yang memaksanya untuk lari bersembunyi. Dari sinilah awal kemunduran Dinasti Idrisiyah. Setelah Idris II meninggal pada tahun 828, ia meninggalkan pemerintahan yang stabil dan telah menguasai sebagian besar muslim Barbar. Tiga raja berikutnya, Muhammad, Ali I, dan Yahya I adalah penguasa-penguasa yang kuat, yang lebih memapankan pemerintahan Idrisiyah.

Page 20: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

19

bangunan-bangunan dan mengubur banyak penduduk di bawah puing-puing bangunan,

sementara itu ketakutan dan penyakit melanda desa-desa. Saat itu sungguh menjadi era

miring bagi pemerintahan Dinasti Idrisiyah, sehingga para sejarahwan pun sulit

menentukan tahun yang pasti pada pemerintahan Idrisiyah antara Yahya I dan Yahya IV.

Pada tahun 922, tiba-tiba Fatimiyah memutuskan untuk memecat Yahya IV dan

memasukkan wilayah Magrib kedalam kekuasaannya, yang mengakhiri masa kekuasaan

Dinasti Idrisiyah yang telah memerintah di Afrika Utara selama sekitar seratus empat

puluh tahun. 60 Juga di antara faktor yang membawa kepada surutnya kekuasaan Dinasti

Idrisiyah adalah setelah Khalifah Harun al-Rasyid mengangkat Ibrahim bin Aglab sebagai

gubernur Afrika Utara yang beraliran Sunni. Ibrahim bin Aglab sengaja diangkat oleh

Khalifah Harun al-Rasyid untuk membendung bahaya Dinasti Idrisiyah dan kaum

Khawarij.

2. Dinasti Aghlabi di Tunis (184-296 H/800-908 M)

a. Kemunculan Dinasti Aghlabi

Dinasti Aghlabiyah61 adalah salah satu Dinasti Islam di Afrika Utara yang

berkuasa selama kurang lebih l00 tahun (800-909 M). 62 Wilayah kekuasaannya meliputi

Ifriqiyah, Algeria dan Sisilia. Dinasti ini didirikan oleh Ibnu Aghlab.63 Awal mula

terbentuknya Dinasti tersebut yaitu ketika Harun ar-Rasyid menempatkan balatentara di

60 Pada tahun 904, Yahya IV memproklamirkan diri sebagai raja dan imam yang secara berangsur-angsur memulihkan kekuasaan (rezim) Idrisiyah. Selama masa pemerintahannya, keadaan relatif stabil dan keamanan berhasil dipulihkan di Afrika Utara, perdagangan kembali maju dan kemakmuran mulai tumbuh kembali di Fez. Namun demikian kemakmuran tersebut hanya berlangsung singkat, dengan kemunculan Dinasti Fatimiyah, gerakan Syi’ah (keturunan Ali) yang lain, di pusat Afrika Utara, di bawah pimpinan Ubaydillah al-Mahdi. Pada tahun 919, hanya lima belas tahun setelah pelantikannya sebagai pemimpin rezim Idrisiyah, Yahya IV harus berperang melawan tetangganya, Dinasti Fatimiyah. Menyadari posisinya yang lemah, Yahya IV memilih untuk mengadakan perundingan damai dengan Fatimiyah, yang telah menyetujui dirinya untuk melanjutkan pemerintahannya di Fez, tapi dengan catatan harus membayar upeti kepada khalifah Fatimiyah.

61 Aghlabiyah memang merupakan Dinasti kecil pada masa Abbasiyah, yang para penguasanya adalah berasal dari keluarga Bani al-Aghlab, sehingga Dinasti tersebut dinamakan Aghlabiyah.

62 Dinasti ini didirikan oleh keturunan Ibrahim Ibn Aghlab Ibn Salim al-Tamimi. Ibrahim Ibn Aghlab Ibn Salim al-Tamimi diberi wewenang oleh Harun al-Rasyid untuk memimpin pemerintahan di Tunis. Pusat pemerintahannya terletak di Qairawan. Dinasti ini dipimpin oleh 11 amir, amir yang pertama adalah Ibrahim Ibn Aghlab (184 H/800 M), dan amir yang terakhir adalah Abu Madhar Ziyadatullah (296/900 M). Pemerintahan Aghlabi ditaklukan oleh dinasti Fatimiah pada tahun (296 H/908 M).Para penguasa Dinasti Aghlabiyah yang pernah memerintah adalah sebagai berikut :1. Ibrahim I ibn al-Aghlab (800-812 M), 2. Abdullah I (8l2-817 M), 3. Ziyadatullah (817-838 M) ,4. Abu ‘Iqal al-Aghlab (838-841 M), 5. Muhammad I(841-856 M), 6. Ahmad (856-863 M), 7. Ziyadatullah (863- M, 8. Abu Ghasaniq Muhammad II (863-875 M), 9. Ibrahim II (875-902 M), 10. Abdullah II (902-903 M), 11. Ziyadatullah III (903-909 M)

63 (Mufradi, 1997:116)

Page 21: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

20

Ifrikiyah di bawah pimpinan al-Aglab.64 Sehingga berdirilah Dinasti kecil (Aghlabiyah)

yang berpusat di Ifrikiah yang mempunyai hak otonomi penuh. Meskipun demikian masih

tetap mengakui akan kekhalifahan Baghdad.65

Pendiri Dinasti ini adalah Ibrahim ibn al-Aghlab pada tahun 800 M. Pada tahun itu

Ibrahim diberi provinsi Ifriqiyah (Tunisia Modern) oleh Harun al-Rasyid sebagai imbalan

atas pajak tahunan yang besarnya 40.000 dinar dan meliputi hak-hak otonom yang

besar.66 Untuk menaklukkan wilayah baru dibutuhkan suatu proses yang panjang dan

perjuangan yang besar, namun tidak seperti Ifriqiyyah yang sifatnya adalah pemberian. 67

b. Keunggulan Bani Aghlabiyah

Pemerintahan Aghlabiyah pertama berhasil memadamkan gejolak yang muncul

dari Kharijiyah Barbar di wilayah mereka. Kemudian di bawah Ziyadatullah I, Aglabiyah

dapat merebut pulau yang terdekat dari Tunisia, yaitu Sisilia dari tangan Byzantium 827

M, dipimpin oleh panglima Asad bin Furat.68

64 Di bagian Barat Afrika Utara, terdapat dua bahaya besar yang mengancam kewibawaannya. Pertama dari Dinasti Idris yang beraliran Syi’ah dan yang kedua dari golongan Khawarij. Dengan adanya dua ancaman tersebut terdoronglah Harun ar-Rasyid untuk menempatkan balatentaranya di Ifrikiah di bawah pimpinan Ibrahim bin Al-Aghlab. Setelah berhasil mengamankan wilayah tersebut, Ibrahim bin al-Aghlab mengusulkan kepada Harun ar-Rasyid supaya wilayah tersebut dihadiahkan kepadanya dan anak keturunannya secara permanen. Karena jika hal itu terjadi, maka ia tidak hanya mengamankan dan memerintah wilayah tersebut, akan tetapi juga mengirim upeti ke Baghdad setiap tahunnya sebesar 40.000 dinar. Harun ar-Rasyid menyetujui usulannya,

65 (Hoeve,1994: 65).66 (Bosworth,1980:.46) Dinasti Aglabiyah berkuasa kurang lebih dari satu abad, mulai dari tahun 800-909

M. Nama Dinasti Aglabiyah ini diambil dari nama ayah Amir yang pertama, yaitu Ibrahim bin al-Aglab. Ia adalah seorang pejabat Khurasan dalam militer Abbasiyah. Pada tahun 800 M. Ibrahim I diangkat sebagai Gubernur (Amir) di Tunisia oleh Khalifah Harun ar-Rasyid. Karena ia sangat pandai menjaga hubungan dengan Khalifah Abbasiyah seperti membayar pajak tahunan yang besar, maka Ibrahimi I diberi kekuasaan oleh Khalifah, meliputi hakhak otonomi yang besar seperti kebijaksanaan politik, termasuk menentukan penggantinya tanpa campur tangan dari penguasa Abbasiyah. Hal ini dikarenakan jarak yang cukup jauh antara Afrika Utara dengan Bagdad. Sehingga Aglabiyah tidak terusik oleh pemerintahan Abbasiyah.

67 Para penguasa Dinasti Aghlabiyah yang pernah memerintah adalah sebagai berikut :1. Ibrahim I ibn al-Aghlab (800-812 M), 2. Abdullah I (8l2-817 M), 3. Ziyadatullah (817-838 M) ,4. Abu ‘Iqal al-Aghlab (838-841 M), 5. Muhammad I(841-856 M), 6. Ahmad (856-863 M), 7. Ziyadatullah (863- M, 8. Abu Ghasaniq Muhammad II (863-875 M), 9. Ibrahim II (875-902 M), 10. Abdullah II (902-903 M), 11. Ziyadatullah III (903-909 M)

68 dengan mengerahkan panglima laut yang terdiri dari 900 tentara berkuda dan 10.000 orang pasukan jalan kaki. Inilah ekspedisi laut terbesar. Ini juga peperangan akhir yang dipimpin panglima Asad bin Furad karena itu, ia meninggal dalam pertempuran. Selain untuk memperluas wilayah penaklukan terhadap Sicilia juga bertujuan untuk berjihad melawan orang-orang kafir. Wilayah tersebut menjadi pusat penting bagi penyebaran peradaban Islam ke Eropa Kristen. Aspek yang menarik pada Dinasti Aghlabiyah adalah ekspedisi lautnya yang menjelajahi pulau-pulau di Laut Tengah dan pantai-pantai Eropa seperti pantai Italia Selatan, Sardinia, Corsica, dan Alpen. Selain itu juga berhasil menaklukan kota-kota pantai Itali, Brindisi, Napoli, Calabria, Totonto, Bari, dan Benevento. Dan pada tahun 868 M, mampu menduduki Malpa. Dengan berhasilnya penaklukan-penaklukan di atas Dinasti Aghlabiyah menjadi Dinasti yang kaya, sehingga para penguasa Aghlabiyah antusias dalam bidang pembangunan.Keberhasilan penguasaan seluruh pulau Sisilia inilah yang membuat Aglabiyah unggul di Mediterania Tengah.

Page 22: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

21

Kemudian Aglabiyah melanjutkan serangan-serangannya ke pulau lainnya dan

pantai-pantai di Eropa, termasuk berhasil menaklukan kota-kota pantai Italia Brindisi

(836/221 H.) Napoli (837M), Calabria (838 M), Toronto (840 M ), Bari (840 M), dan

Benevento (840 M).69 Pasukan Aglabiyah juga berhasil menguasai kota Regusa di pantai

Yugoslavia (890 M), Pulau Malta (869 M), menyerang pulau Corsika dan Mayorka,

bahkan mengusai kota Portofino di pantai Barat Italia (890), kota Athena di Yunani-pun

berada dalam jangkauan penyerangan mereka. Dengan keberhasilan penaklukan-

penaklukan tersebut, menjadikan Dinasti Aglabiyah kaya raya, para penguasa

bersemangat membagun Tunisia dan Sisilia. Ziyadatullah I membangun masjid Agung

Qairuan, sedangkan Amir Ahmad membangun masjid Agung Tunis dan juga membangun

hampir 10.000 benteng pertahanan di Afrika Utara. Tidak cukup itu, jalan-jalan, pos-pos,

armada angkutan, irigasi untuk pertanian (khususnya di Tunisia Selatan, yang tanahnya

kurang subur), demikian pula perkembangan arsitektur, ilmu, seni dan kehidupan

keberagamaan. Selain sebagai ibu kota Dinasti Aghlabiyah, Qoiruan juga sebagai pusat

penting munculnya mazhab Maliki, tempat berkumpulnya ulama-ulama terkemuka,

seperti Sahnun yang wafat (854 M) pengarang mudawwanat, kitab fiqih Maliki, Yusuf bin

Yahya, yang wafat (901 M), Abu Zakariah al-Kinani, yang wafat (902 M), dan Isa bin

Muslim, wafat (908 M). Karya-karya para ulama-ulama pada masa Dinasti Aghlabiyah ini

tersimpan baik di Masjid Agung Qairuan. 70

c. Kemunduran Dinasti Aghlabiyah

Menjelang akhir abad IX, posisi Aghlabiah di Ifqriqiyah menjadi merosot. Hal ini

disebabkan karena amir terakhirnya yaitu Ziyadatullah III tenggelam dalam kemewahan

(berfoya-foya), dan seluruh pembesarnya tertarik pada Syi’ah, juga propaganda Syi’iah,

Abu Abdullah. Perintis Fatimiyah, Mahdi Ubaidillah mempunyai pengaruh yang cukup

besar di Barbar, yang akhirnya menimbulkan pemberontakan militer, dan Dinasti

Aghlabiyah dikalahkan oleh Fatimiyah (909 M), Ziyadatullah III di usir ke Mesir setelah

melakukan upaya-upaya yang sia-sia demi untuk mendapatkan bantuan dari Abbasiah

untuk menyelamatkan Aghlabiah.71

3. Dinasti Thulun di Mesir (254-292 H/868-905 M)

69 Karena tidak tahan terhadap serangan berkepanjangan dari pasukan Aghlabiyah pada Bandar-bandar Itali, termasuk kota Roma, maka Paus Yonanes VIII (872– 840 M) terpaksa minta perdamaian dan bersedia membayar upeti sebanyak 25.000 uang perak pertahun kepada Aglabiyah.

70 Syalabi,.hlm 16671 (Bosworth,1993:47)

Page 23: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

22

a. Kemunculan Dinasti Thuluniyah

Pendiri Dinasti Thulun yang berumur pendek (Daulah 868-905) di Mesir dan

Suriah adalah Ahmad Ibn Thulun.Bakbak adalah seorang pemimpin militer yang

berkebangsaan Turki yang diberi jabatan wali (setingkat gubernur) untuk kawasan Mesir

oleh al-Mu‟taz (862-866 M) dari dinasti Bani Abbas. Bakbak kemudian memberikan

jabatan tersebut kepada asistennya, Ahmad Ibn Thulun72 pada tahun 254 H/868 m. Di

bawah kepemimpina Thulun, Mesir73 menjadi wilayah yang merdeka dari pemerintahan

72 Ahmad bin Thulun Lahir 23 Ramadhan 220 abad ke-3 Hijriah. Awal garis keturunan Thulun adalah seorang budak yang dihadiahkan kepada Khalifah Ma’mun dari Dinasti Abbasiah oleh seorang penguasa dari Bukhara. Nama Thulun sendiri dalam bahasa Turki bermakna “kemunculan yang sempurna”. Mulanya, Thulun menjadi budak bagi Nuh ibn Asad dan lantas dihadiahkan kepada Khalifah al-Ma’mun. Atau ada satu kisah yang menyatakan, jika Thulun tercatat pertama kali masuk ke Baghdad pada tahun 816 M.Kemampuan militernya yang menonjol menjadikan Thulun terpilih sebagai anggota pasukan khusus pengawal Khalifah. Meski termasuk dalam jajaran pembesar militer, literatur sejarah tak pernah mencatat keterlibatan Thulun dalam peristiwa revolusi yang dilakukan oleh budak-budak berkebangsaan Turki (Mamalik) pasca meninggalnya al-Mu’tashim tahun 842 M. Ayahnya adalah seorang turki dari Farghanah, Pada 817 dipersembahkan oleh penguasa samaniyah di bukhara sebagai hadiah untuk al-Ma’mun. Pada 868, Ahmad berangkat ke Mesir sebagai pimpinan tentara untk gubernur mesir. Disini ia segera berusaha mendapatkan kemerdekaan dirinya. Ketika menghadapi tekanan keuangan karena adanya pembrontakan wangsa zanj, Khalifah al-Mu’tamid (870-892) meminta bantuan financial kepada komandan pasukannya yang orang mesir itu, tetapi permintaan itu tida dipenuhi. Peristiwa ini menjadi titik balik yang mengubah sejarah kehidpan Mesir selanjutnya. Peristiwa ini juga menandai bangkitmya sebuah Negara merdeka dilembah sungai Nil yang kedaulatannya bertahan selama abad pertengahan. Higga saat itu sebagian dari kekayaan mesir diberikan kepada Baghdad dan sebagian yang lainnya masuk kesuku para gubernur yang dating silih berganti, Pada awalnya merupakan para penarik oajak dari petani, kini uang terus berputar di negri itu dan dihabiskan untuk memuliakan para penguasa.Tak lama selepas kelahiran Ahmad, Thulun meninggal dunia. Beberapa saat kemudian, ibunya yang menjanda disunting oleh Bagha al-Ashghar, salah satu panglima militer dinasti Abbasiyyah yang berasal dari daerah Turki. Pasca kematian Bagha al-Ashghar, ibunya menikah untuk yang ketiga kalinya dengan Bakbak (Bayik Bey), seorang pembesar militer yang menggantikan posisi Bagha al-Ashghar. Boleh dikatakan, Ahmad ibn Thulun tumbuh besar dalam tradisi Turki dan didikan militer. Selain aktif dalam dunia militer, Ahmad ibn Thulun juga menaruh keinginan untuk belajar ilmu-ilmu agama. Tercatat, dia mempelajari fikih mazhab Hanafiyyah, hadits dan disiplin ilmu lainnya hingga akhirnya dia menikah dengan Khatun, puteri pamannya yang bernama Yarjukh.Meski sudah berkeluarga, hasrat menuntut ilmu Ahmad ibn Thulun tak surut. Berkat bantuan salah satu menteri, dia memutuskan pindah dari Samarra ke Tharsus untuk menimba ilmu tentang fikih, tafsir dan yang lainnya. Kunjungan perdana Ahmad ibn Thulun ke Mesir terjadi pada tahun 868 M untuk menggantikan Bakbak (Bayik Bey) sebagai pejabat pemerintahan (gubernur) dinasti Abbasiyyah. Pamornya kian meninggi setelah mampu memenangi konfrontasi dengan Gubernur Syam. Perlahan, dia tak lagi menyebut dirinya sebagai gubernur. Namun mendakunya sebagai pemegang kebijakan independen yang tak lagi memiliki kaitan hierarkis terhadap Abasiyyah. Dia mulai memasang gambar wajahnya di mata uang, mengangkat pembantu (menteri), kepolisian, bea dan cukai, istana, perdagangan, dan dinas intelijen. Atas keberaniannya ini, Ahmad ibn Thulun tercatat sebagai pendiri negara Islam pertama bernama dinasti Thuluniyyin di Cairo-Mesir.Selepas melakukan pengepungan terhadap Tarsus tahun 883 M., Ahmad ibn Thulun kembali ke Mesir. Tahun 884 M., dia meninggal dan mewariskan jabatan kepemimpinan dinasti Thulun kepada anaknya yang bernama Khumarraweh. Sayangnya, gaya kepemimpinan Ahmad ibn Thulun yang kharismatik tak dijumpai pada kepribadian anaknya. Akibatnya, 904-905 M., dinasti Abasiyyah berhasil menjadikan kembali kawasan kepunyaan dinasti Thuluniyyah sebagai daerah ‘jajahannya’.

73 Masa awalnya sebagai gubernur ditandai adanya konflik dengan Ahmad ibn al-Mudabbir, pengumpul pajak resmi dinasti Abasiyyah. Ibn al-Mudabbir enggan melaporkan hasil pajak kepada Ahmad ibn Thulun. Melainkan lebih suka melapor langsung pada Khalifah di Baghdad. Kharisma Ahmad ibn Thulun sontak meningkat pasca keberhasilannya ‘menundukkan’ Ibn al-Mudabbir. Bahkan selepas

Page 24: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

23

Abasiyah di Baghdad. Tuluniyah adalah sebuah dinasti yang muncul dan berkuasa di

Mesir dan Suriah, independent dari khalifah-khalifah Abbasiyah.74

b. Keunggulan Dinasti Thuluniyah

Pada waktu itu, dibangun Mesjid Jami Ibn Thulun75 yang masih terpelihara sampai

sekarang, dan Fusthath dijadikan pusat pemerintahan. Puncak dinasti Thuluniah di Mesir

adalah pada zaman Khumariyah Ibn Ahmad Ibn Thulun (270-282 H/884-895 M). selain

mertuanya menjadi pembesar militer Abasiyyah di Baghdad, Ahmad ibn Thulun memiliki kekuasaan yang lebih besar. Ahmad ibn Thulun tak hanya mengontrol Cairo semata, namun juga punya kewenangan untuk mengontrol penuh kawasan Alexandria dan sekitarnya. Tak hanya itu, Ahmad ibn Thulun juga diberi kekuasaan untuk mempersiapkan tentara sebanyak 100.000 prajurit.

74 Pada abad ke-9 (3H), yakni dari 868-254H) sampai 905 (292H). sejak 977 (263H) dinasti ini melepaskan drinya dari khalifah Bani Abbas, dan dengan demkian Mesir untuk pertama kalinya setelah berlalu 9 abad, menjadi Negara merdeka (tidak menjadi provinsi atau dari bagian daulat yang berpusat di tempat lain). Sejarah mencatat bahwa sebelumnya mesir-mesir adalah provnsi atu bagian dari Imperium romawi (30 SM-642/21 H), khilafat khulafa Rasyidin (642/21H-665/4H), Khilafat bani Umayyah (665/40H-750/123H) sampai Dinasti Thuluniyah melepaskan diri dari Khalifat bani Abbas (877/263 H). Dinasti Thulun adalah dinasti kesultanan Mesir pertama dan berhasil memasukkan Syria ke dalam wilayah kekuasaannya.

75 Ketika menginjakkan kakinya pertama kali di Cairo, Ahmad ibn Thulun merasa Fusthath sebagai ibu kota Mesir dan kawasan al-‘Askar sudah tak memadai lagi. Dia berinisiatif membuka dan mengembangkan satu kota baru sebagai ibu kota. Mengambil lokasi di arah timur laut dari ibu kota yang lama, Ahmad Ibn Thulun memilih kawasan bukit Gabal Yashkur sebagai lokasi ibu kota dinasti Thuluniyyin. Masyarakat saat itu menyebutnya sebagai daerah al-Qatha’i. Dinamakan al-Qatha’i karena Ahmad ibn Thulun membagi daerah itu ke dalam beberapa bagian (qathi’at) sesuai dengan kelas sosialnya. Di kawasan ini, Ahmad Ibn Thulun mendirikan kompleks istana yang menyatu dengan bangunan masjid. Masjid inilah yang kelak masyhur dengan nama masjid Ahmad ibn Thulun.Mesjid ini dibangun oleh Ahmad bin Thulun tahun 262 H hingga tahun 265 H diatas sebuah gunung yang bernama “Jabal Yasykur”. di perempatan Sayidah Zainab di Kairo Selatan, di daerah Qata`i. Tipe bangunan mesjid ini sama dengan tipe mesjid Samarra yang mempunyai menara berbentuk spiral. Di bagian luar menara dibuat tangga yang mengitari badan menara sampai ke puncak. Mesjid ini terhitung sebagai mesjid tertua ketiga di Mesir setelah Mesjid Amru bin ‘Ash dibangun tahun 21 H dan Mesjid ‘Askar dibangun tahun 169 H. Mesjid ini memiliki keistimewaan dan keunikan tersendiri dibanding mesjid-mesjid lainnya yaitu berupa hiasan, arsitektur dan bentuk bangunannya. Mesjid ini menjadi kebanggan penduduk Mesir hingga menjadikannya banyak yang mengunjunginya. Mesjid ini dinamakan Mesjid Ahmad bin Thulun, nisbah kepada pendirinya yaitu Ahmad bin Thulun. (Al Atsar al Islamiyyah: 47-50) Al-Jam’iyatul Washliyah Cairo 2009 Dimulai tahun 876 M., pembangunan masjid Ahmad ibn Thulun baru selesai pada tahun 879 M. Terletak di kaki bukit bernama Gabal Yashkur; sebuah bukit yang diyakini masyarakat Mesir penuh berkah, masjid ini didesain dengan gaya arsitektur model Samarra dengan pola konstruksi yang lazim dipakai oleh dinasti Abbasiyyah. Nuansa Samarra akan kian terlihat bila kita menengok satu fakta bahwa arsitek masjid Ahmad ibn Thulun adalah orang Kristen dari Irak. Tercatat, masjid dan kompleks sekitarnya ini beberapa kali mengalami renovasi. Renovasi pertama kali yang tercatat dalam sejarah adalah renovasi yang dilakukan oleh pihak dinasti Fathimiyyah tahun 1117. Bahkan renovasi terasa dahsyatnya karena sampai menggusur dan menghilangkan bentuk bangunan istana dinasti Thuluniyyah. Al-Maqrizi memberikan kesaksian, bangunan istana Ahmad ibn Thulun terdiri atas beberapa gerbang yang mempunyai nama tertentu dan memiliki fungsi yang tak sama. Misal, gerbang yang bernama Bab al-Maydan menjadi pintu masuk bagi para tentara, Bab al-Haram adalah pintu gerbang bagi kaum wanita, Bab al-Shalat menjadi akses penghubung ke masjid Ahmad Ibn Thulun, Bab al-Jabal sebagai gerbang ketika hendak menikmati suasana bukit Muqaththam. Ada juga Bab al-Saj, Bab al-Darmun dan Bab al-Sibagh.Tahun 1296, area ini mengalami perombakan. Salah satu berkah dari perombakan kali ini, dalam sebuah versi, adalah dibangunnya menara yang menjulang tinggi yang terletak di ruwaq luar sisi Barat masjid. Menara masjid Ahmad ibn Thulun yang mengerucut dengan tangga memutari menara (spiral), dalam klaim sejarawan, membuktikan pengaruh kuat seni

Page 25: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

24

masjid Ahmad ibn Thulun, 76 Peninggalan dinasti Thuluniyyah yang lain adalah situs

arkeologis berupa saluran air (al-qanâthir) Ahmad ibn Thulun77, dan al-Bimaristan atau

al-Maristan.78. Seperti perawatan saluran air dan perbaikan menara di Alexandria. Salah

satu bangunan Islam yang lainnya yang terhitung istimewa adalah istana khumarawih

(844-895), bangunan yang ditinggali anak sekaligus penerus ahma.79

c. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Thuluniyah

. Setelah Khumariyah meninggal, terjadi konflik internal yang menghancurkan

ekonomi dan militer Thuluniyah. Dalam situasi konflik internal Thuluniah, dinasti

Abasiyah berhasil menundukan Dinasti Thulun.80 Kematian Khumarawih pada 895

arsitektur Samarra. Sebab menara dengan model itu hanya terdapat di masjid Jami’ Samarra. Di tahun berikutnya, beberapa perbaikan terus berlanjut hingga tahun 2004 yang dilakukan oleh The Egyptian Supreme Council of Antiquities.Masjid Jami’ Ibn Thulun yang berada tepat di pusat kawasan al-Qatha’i berbentuk segi empat dengan halaman terbuka yang sangat luas tepat di tengah. Di bagian halaman, terdapat bangunan berkubah yang menjadi tempat wudhu sekaligus penyedia air minum publik (sabil). Tiang masjid ini ketinggiannya mencapai 92 m, memiliki luas sekitar 8487 m2 dengan dikelilingi oleh ruwaq-ruwaq di keempat sisinya. Di antara tembok masjid dengan pagar kelilingnya, terdapat tiga ruwaq luar yang bernama al-ziyâdât. Alasan pembangunan al-ziyâdât adalah untuk mengantisipasi membludaknya jamaah.Boleh dibilang, masjid Ahmad ibn Thulun ini adalah salah satu peninggalan orisinil terpenting peradaban Arab Islam di Mesir. Sebab bila dibandingkan dengan masjid Jami’ Amr ibn ‘Ash yang sudah banyak kehilangan identitasnya, masjid Ahmad ibn Thulun masih mempertahan bentuk awalnya sebagaimana dibangun dulu di bawah pengawasan langsung Ahmad ibn Thulun.

76 yang terletak di puncak bukit Muqaththam. Dengan membangun masjid ini, Ahmad ibn Thulun bermaksud mengantisipasi kepadatan jamaah di masjid Jami al-‘Askar. Masjid Jami’ al-‘Askar tak lagi mampu menampung jamaah yang mayoritas adalah prajurit dan sebagaian masyarakat umum. Kiprah mulia Ahmad ibn Thulun tak hanya terhenti di situ. setidaknya masih terdapat beberapa peninggalan dinasti Thuluniyyah. Meski relatif banyak, namun dapat dipastikan bahwa model dan karakter peninggalan dinasti Thuluniyyah tidak begitu mengalami perbedaan yang signifikan dengan peninggalan dinasti Abasiyyah. Masjid ini terutama menaranya yang tertua dimesir menunjukan pengaruh arsitektur bergaya samara, tempat ahmad menghabiskan masa mudanya. Pembangunan masjid itu menelan biyaya sekitar 120.000 dinar. Kemegahan dan kemewahan masjid ini diantaranya karena penggunaan batu bata,juga karena merupakan bangunan pertama yang menggunakan teknik lingkungan. Sekitar sepertujuh belas bagian Al-Qur’an dituliskan dengan gaya tulisan kufi yang indah diatas hiasan kayu yang memenuhi bagian dalam masjid, tepat dibawah langit-langit yang kayu datar.

77 Al-Qanathir Ahmad ibn Thulun ini terletak di arah tenggara kawasan al-Qatha’i. Secara fisik, konstruksi saluran air Ahmad ibn Thulun menyerupai saluran air yang yang ada di masa kerajaan Romawi. Para sejarawan Muslim menyebut saluran air tersebut dengan al-Siqâyah

78 Al-Maristan merupakan nama bagi sebuah bangunan yang berfungsi sebagai klinik atau balai pengobatan umum bagi masyarakat (non militer dan budak) yang sakit. Dalam klinik ini, semua warga boleh memanfaatkan fasilitasnya tanpa melakukan pembedaan latar belakang suku dan agama. Selain memberikan pelayanan kesehatan cuma-cuma, al-Maristan juga memberikan kenyamanan layaknya rumah sakit modern. Pasien yang hendak dirawat di al-Maristan, disediakan seragam khusus dan mendapat perawatan intensif dari dokter tanpa dipungut biaya. Hanya sayang, bentuk fisik al-Maristan tak bisa dijumpai lagi.

79 Bangunan ini memiliki “aula emas,” yang dindingnya dilapisi emas dan dihiasi lapisan bergambar dirinya para istri, dan para pengiringnya. Gambar-gambar khumarawih beserta para istrinya yang mengenakan mahkota emas, berukuran sebesar manusia aslinya, dipahat diatas kay. Pengamatan manusia hidup seperti ini sangat jarang ditemukan dalam tradisi kesenian islam. Istana itu berdiri di sebuah taman yang dipenuhi bunga-bunga indah dan wangi-ditaman di pelataran dan diatur sedemikian rupa sehingga membentuk kata-kata dalam bahasa arab.

80 Philps K.Hitti. hlm.451

Page 26: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

25

(282H) Merupakan awal kemunduran dinasti itu. Persaingan yang hebat antara unsure-

unsur pembesar dinasti telah memecah persatuan dalam dinasti. Amir yang ketiga, Abu al-

Asakir bin khumarawih, dilawan oleh sebagian pasukannya dan dapat disingkirkan

(896/283 H) Adiknya yang baru berusia 14 tahun, Harun bin Khumarawih, diangkat

sebagai amir yang keempat. Akan tetapi kelemahan sudah sedemikian rupa, sehingga

wilayah syam dapat direbut oleh pasukan Qaramitah. Amirnya yang kelima , Syaiban bin

Ahmad bin thulun, hanya 12 hari saja memerintah, Karna ia menyerah ketangan pasukan

Bani Abbas yang menyerang Mesirpada 905 (292H), dan demikian berakhirlah riwayat

dinasti thuluniyah.81

4. Dinasti Samani (261-389 H./874-999 M)

a. Kemunculan Dinasti Samani

Orang-orang Alawiy yang tersingkir dari struktur pemerintahan Abbasiyah pasca

pemberontakan Abu As-Saraya (814-815 M) membangun kembali masa kejayaan Islam di

kawasan Transoksania. Asad Ibn abdullah ibn Saman diberi kewenangan oleh al-Ma’mun

untuk memimpin daerah Transoxiana. Nashr bin Ahmad Samani82 (874-892 M), gubernur

Transoksania, adalah orang yang pertama kali merintis kekuasaan Dinasti Saman.83

Wilayah kekuasaannya, pertama kali, meliputi Khurasan dan Transoksania. Kemudian

dinasti kecil ini menaklukan wilayah-wilayah di sekitarnya sehingga berhasil menguasai

Transoxiana, Khurasan, Sajistan, Karman, Jurjan, Rayy, dan Tabaristan. Dinasti Samani

81 Harun Nasution, Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah, 1992, h.952-95382 Dia putra Ahmad bin Asad, gubernur di Farghanah. Ahmad bin Asad adalah putra Asad bin Abdullah,

gubernur di Khurasan. Adapun Asad bin Abdullah adalah putra Saman Khuda, seorang tuan tanah dari keluarga bangsawan Zoroastrian di Balkh (Afganistan Utara). Seluruh keluarganya memeluk Agama Magi (Zoroastrianisme). Setelah Saman Khuda memeluk agama Islam, seluruh keluarganya mengikuti jejaknya. Dan, dia berperan cukup besar di dalam struktur pemerintahan Dinasti Abbasiyah pada masa Khalifah Al-Ma’mun (813-833 M). Pada masa kekuasaan al-Ma’mun (198-218 H/813-833 M) dari dinasti Bani Abbasiyyah, empat cucu Samankhudat memegang jabatan penting sebagai gubernur dalam wilayah kekuasaan Abbasiyah yaitu Nuh di Samarkand, Ahmad bin Asad di Farghana (Turkistan) dan Transoksania, Yahya bin Asad di Shash serta Asyrusanah (daerah di utara Samarkand), dan Ilyas di Heart, Afghanistan. Ahmad Al-usairy, at-Tarikhul Islami,( H.Samson Rahman ; ____, Terj. 2003), Hal.266

83 Ahmad mempunyai dua putra, Nasr dan Isma’il, yang juga menjadi orang kepercayaan khalifah Abba>siyah. Nasr I bin Ahmad dipercayakan menjadi gubernur di Transoksania dan Isma>’il I bin Ahmad di Bukhara. Selanjutnya Na>sr I bin Ahmad mendapat kepercayaan dari khalifah al-Mu’tamid untuk memerintah seluruh wilayah Khura>san dan Transoksania, dan daerah ini menjadi basis perkembangan dinasti Sama>niyyah. Karenanya Nasr I bin Ahmad dianggap sebagai pendiri hakiki dinasti ini. Antara Nasr dan saudaranya, Isma’il selalu terlibat konflik yang mengakibatkan terjadinya peperangan, dalam peperangan yang terjadi Nasr mengalami kekalahan yang kemudian ia ditawan, sehingga kepemimpinan Dinasti Sama>niyyah beralih ke tangan Isma’il I bin Ahmad. Adanya peralihan kepemimpinan ini menyebabkan berpindahnya pusat pemerintahan yang semula di Khurasan dipindahkan ke Bukhara.

Page 27: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

26

berkuasa hingga Khurasan setelah berhasil membantu Khalifah Abasiaah (al-Mutaddid)

menangkap dan memenjarakan Amr Ibn al-Laits (khlaifah dinasti Safari terakhir).84

Dinasti ini berbeda dengan dinasti kecil lain yang berada di sebelah barat Baghdad, dinasti

ini tetap tunduk kepada kepemimpinan khalifah Abbasiyyah.

b. Masa Keemasan Dinasti Samani

Puncak kejayaan Dinasti Saman pada masa kekuasaan Nashr bin Ahmad bin

Ismail Samani (914-943 M). Dia berhasil menguasai wilayah Sijistan, Isfahan, Karman,

Jurjan, Ray, Tabaristan, dan Transoksania. Kekuasaannya kemudian membentang luas

sampai di belahan timur pusat Dinasti Abbasiyah. Dalam sejarah Samaniyah terdapat dua

belas khalifah yang memerintah secara berurutan.85

Pada masa kekuasaan Nashr bin Ahmad bin Ismail Samani, istana Dinasti Saman

menjadi pusat kekuasaan sekaligus pengembangan ilmu pengetahuan. Salah seorang

pejabat istana Dinasti Saman, Muhammad Yusuf Al-Khawarizmi (wafat 997 M), yang

dikenal sebagai pakar matematika dan astronomi, menyumbangkan gagasannya lewat

karya ensiklopedi Mafatih Al-‘Ilm. Pada waktu itu, lahir ulama besar yang melahirkan

karya-karya besar. Diantara mereka adalah Umar Khayyam86, Zakaria al-Razi,87 dan al-

Farabi88. Dinasti ini telah berhasil menciptakan kota Bukhara dan Samarkan sebagai kota

budaya dan kota ilmu pengetahuan yang sangat terkenal di seluruh dunia, sehingga kota

ini dapat menyaingi kota-kota lain, seperti Baghdad dan Cordova. Dinasti ini juga telah

berhasil mengembangkan perekonomian dengan baik.89

84 Rezim Saman berasal dari keturunan Suku Persia dan Suku Media. Mereka bercita-cita mengembalikan kejayaan bangsa Persia dengan menaklukkan kembali kawasan-kawasan yang pernah menjadi kekuasaan Dinasti Achameneids dan Sassanids. Di samping itu, tradisi orang-orang Persia sangat kental dengan etos keilmuan. Bahkan raja-raja dinasti ini memiliki kecenderungan yang besar terhadap perkembangan ilmu pengetahuan.

85 Ahmad I ibn Asad ibn Saman (Gubernur Farghana)(204H/819M),Nash I ibn Ahmad, (semula Gubernur Samarkand)250 H/864 M, Ismail I ibn Ahmad 279 H/892 M, Ahmad II ibn Ismail 295 H/907 M, Al-Amir as-Sa’id Nashr II301 H/914 M, Al-Amir al-Hamid Nuh I331 H/943 M, Al-Amir al-Mu’ayyad Abdul Malik I343 H/954 M, Al-amir as-Sadid Manshur I350 H/961 M, Al-Amir ar-Ridha Nuh II

365 H/976 M, Mansur II 387 H/997 M, Abdul Malik II389 H/999 M86 Umar Kahyam adalah ahli astronomi, kedokteran, fisika, dan sebagian besar karyanya dalam bidang

matematika. Akan tetapi, beliau lebih dikenal sebagai penyair dan sufi. Beliau adalah penemu koefesien-koefesien binomial dan memecahkan persamaan-persamaan kubus.

87 Al-Razi terkenal dengan Razhes (bahasa latin). Beliau adalah ahli kedokteran klinis, dan penerus Ibn Hayyan dalam pengembangan ilmu kimia. Ia melakukan penelitian empiris dengan mengunakan peralatan yang lebih canggih disbanding dengan kegiatan ilmiah sebelumnya dan mencatat setiap perlakuan kimiawi dikenakannya terhadap bahan-bahan yang ditelitinya serta hasilnya.

88 Al-Farabi dikenal di Barat dengan sebutan Alpharabius. Dia adalah filosof yang juga ahli dalam bidang logika, matematika, dan pengobatan. Dalam bidang fisika, Al-Farabi menulis kitab al-Musiqa. Kitab-kitab yang ditulisnya begitu banyakdan sebagian masih dapat dibaca hingga sekarang ini.

89 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, hal.151

Page 28: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

27

Selain mendukung pengembangan ilmu pengetahuan, rezim Saman juga

membangun perpustakaan-perpustakaan di beberapa kota. Dampaknya cukup signifikan.

Salah seorang Ilmuwan Muslim lahir pada masa dinasti ini. Fakhruddin Al-Razi, ilmuwan

muslim terkemuka menulis karya Al-Manshuri, yang didedikasikan secara khusus kepada

Abu Shaleh Al-Manshur, seorang kemenakan penguasa Dinasti Saman. Di samping

pengembangan ilmu pengetahuan, sastra dan kebudayaan Persia bercorak Islam mencapai

puncak kejayaannya. Ahmad Ad-Daqiqi salah seorang pujangga besar Persia menulis

karya Shah Namah (Kitab Para Raja) berisi 60.000 bait kisah moral dan teladan, yang

didedikasikan kepada Nuh bin Manshur (976-997 M), salah seorang penguasa dinasti ini.

Karya Ahmad Daqiqi ini kemudian disempurnakan oleh Ahmad Al-Firdausi.90 Kota

pentingnya ialah Syiraz91, Bukhara92, dan Samarkand93.

c. Masa Kemunduran dan Keruntuhan Dinasti Samani

Pada sa’at dinasti mencapai kejayaannya, banyak imigran Turki yang menduduki

posisi penting dalam pemerintahan, namun bersebab dari tingginya fanatic kesukuan pada

dinasti ini, akhirnya mereka para imigran Turki yang menduduki jabatan penting dalam

pemerintahan tersebut banyak yang dicopot, langkah-langkah inilah yang menyebabkan

kehancuran dinasti ini, karena mereka tidak terima dengan perlakuan tersebut, sehingga

mereka mengadakan penyerangan sampai mereka berhasil melumpuhkan dinasti ini.90 Jajat Burhanuddin (2002) menilai bahwa kekuasaan Dinasti Saman merupakan puncak peradaban Islam

kedua setelah Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Karakteristik peradaban Saman bercorak lokal, yakni mengangkat tradisi nenek moyang Persia dengan sentuhan nilai-nilai Islami. Lewat kebijakan rezim yang mendukung pengembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan, dinasti ini memiliki peranan penting dalam sejarah peradaban Islam pasca tenggelamnya kekuasaan Dinasti Abbasiyah.

91 Syiraz. Adalah ibukota propinsi Persia (Fars). Jaraknya 919 km dari kota Teheran. Kota ini menjadi saksi sejarah Imperium Persia pada masa Dinasti Achameneids dan Sassanids. Wilayah ini masuk dalam kekuasaan Islam pada masa Khalifah Umar bin Khattab (634-644 M). Syiraz termasuk kota penting dalam sejarah Dinasti Saman. Di kota ini banyak ditemui situs bersejarah seperti: Istana Persipolis (peninggalan Darius I), Istana Sassanids (peninggalan Kusraw Nushirvan), Mausoleum Cyrus The Great, Masjid Jami’ Atiq (peninggalan pasukan Umar bin Khattab), dan lain-lain. Di kota ini juga pernah lahir pujangga besar Hafidzuddin Asy-Syirazi dan Mushlihuddin Sa’di Asy-Syirazi pada abad ke-13 M. Pada sekitar abad ke-12, di kota ini lahir aliran Filsafat Illuminasi (Hikmah Al-Isyraqiyah) Mazhab Syiraz. Tokoh utamanya Syihabuddin Suhrawardi dan Sadruddin Syirazi atau yang dikenal dengan nama Mulla Sadra.

92 Menjadi ibukota pemerintahan pada puncak kejayaan Dinasti Saman. Di kota ini banyak dibangun perpustakaan yang sangat mendukung perkembangan ilmu pengetahuan. Bukhara merupakan kota kelahiran ulama besar penghimpun Hadits-hadits Nabi yang amat masyhur, Abu Abdullah Muhammad bin Abi Al-Hasan Al-Bukhari. Beliau wafat tahun 870 M dan dimakamkan di kota Samarkand.

93 Kota ini merupakan ibukota propinsi Transoksania (sekarang Usbekistan). Kota Samarkand menjadi saksi sejarah kekuasaan Alexander The Great (Iskandar Dzu Al-Qarnain), putra Philip dari Makedonia, ketika berhasil menaklukan Dinasti Achameneids. Kota ini telah melahirkan para Ilmuwan Muslim pada masa Dinasti Saman, seperti: Muhammad Addi As-Samarkandi, Abu Manshur Al-Maturidi, Abu Al-Hasan Maidani, Ahmad ibn Umar, Abu Bakr As-Samarkandi, Muhammad ibn Mas’ud As-Samarkandi, Alauddin As-Samarkandi, Najibuddin As-Samarkandi, dan Abu Al-Qasim Al-Laitsi As-Samarkandi.

Page 29: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

28

Dinasti Saman terlalu lemah untuk meredam pemberontakan pada masa Ismail bin

Nuh II (1001-1005 M).94 Rezim Saman kemudian berkoalisi dengan para penguasa di

Mosul (Dinasti Hamdan), tetapi justru malah memicu konflik internal yang berakhir

damai. Secara berangsur-angsur, Dinasti Saman terus melemah. Kekuasaannya harus

berhadapan dengan Dinasti Buwaihi yang menguasai Persia, Ray, dan Irak. Ismail bin

Nuh II terbunuh pada tahun 1005 M. Inilah akhir episode kekuasaan orang-orang Alawiy

di wilayah Transoksania.95

5. Dinasti Hamdani di Jazirah Arabia

a. Kemunculan Dinasti Hamdani

Pada waktu dinasti Ikhsidiyah berkuasa di sebelah utara Mesir muncul pula dinasti

lain sebagai saingannya, yaitu dinasti Hamdaniyah yang Syi’i.96 Dinasti ini didirikan oleh

Hamdan Ibn Hamdun Ibn al-Harits, seorang amir dari suku Taghlib, yang didirikan adalah

pada akhir abad ketiga hijriah.97 Wilayah kekuasaan dinasti ini terbagi dua bagian, yaitu

wilayah kekuasaan di Mosul dan wilayah kekuasaan di Halb ( Aleppo ). 98

b. Keunggulan Dinasti Thulun

Pada tahun 944, dinasti ini berhasil menaklukan Syuriah dan bertahan sampai

tahun 1003 M. Abu Hayja diangkat menjadi gubernur Mosul oleh al-Muktafi. Berdirinya

dinasti Hamdani di Syuriah bersamaan dengan bangkitnya Byzantium di Macedonia. Oleh

karena itu, sebagian besar waktunya digunakan untuk mempertahankan wilayah dari

serangan Byzantium. Wilayah kekuasaan di Aleppo, terkenal sebagai pelindung

kesusastraan Arab dan Ilmu Pengetahuan. Pada masa itu pula muncul tokoh- tokoh

cendekiawan besar seperti Abi al Fath dan Utsman Ibn Jinny yang menggeluti bidang

Nahwu, Abu Thayyib al Mutannabi, abu Firas Husain Ibn Nashr ad daulah, Abu A’la al

94 Dinasti ini menghadapi pemberontakan orang-orang Suku Dailam (Dinasti Buwaihi).95 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaba Islam, hal.147.96 Moh. Nur Hakim, hal. 8497 Salah satu keturunan Hamdan adalah al-Husein Ibn Hamdan. Ia sangat terkenal karena kehebatannya

dalam berperang, ia berperang melawan dinasti Qaramithah (Syi’ah), dan ia juga pernah membantu Abd Allah Ibn Mu’taz yang dibai’at menjadi khalifah hanya dua hari (296 H) karena berhasil digulingkan oleh al-Muqtadir. Pada masa hidupnya, Abu Hamdan Ibn Hamdun pernah ditangkap oleh khalifah Abbasiyah karena beraliansi dengan kaum khawarij unutk menentang kekuasaan Bani Abbas. Akan tetapi, atas jasa putranya (Husain) Ibn Hamdun diampuni. Putranya yang bernama Al Husain adalah panglima pemerintahan Abbasiyah dan Abu Haija Abdullah diangkat menjadi gubernur Mousul oleh khalifah Al Muktafi pada tahun 905 M.

98 Dedy Supriyadi, hal.167

Page 30: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

29

Ma’ari, dan Syaif  ad Daulah sendiri yang mendalami ilmu sastra, serta lahir pula filosof

besar, yaitu Al- Farabi.99

c. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Hamdani           

            Mengenai jatuhnya dinasti ini terdapat beberapa faktor. Pertama, meskipun dinasti

ini berkuasa di daerah yang cukup subur dan makmur serta memiliki pusat perdagangan

yang strategis, sikap kebaduiannya yang tidak bertanggung jawab dan destruktif tetap ia

jalankan sehingga rakyat menderita. Kedua, bangkitnya kembali Dinasti Bizantium di

bawah kekuasaan Macedonia menyebabkan dinasti Hamdaniyah tidak bisa menghindari

invasi serangan Bizantium yang energik sehingga Aleppo dan Himsh terlepas dari

kekuasaannya. Ketiga, kebijakan ekspansionis Fatimiyah ke Suriah bagian selatan, sampai

mengakibatkan terbunuhnya Said ad Daulah yang tengah memegang tampuk kekuasaan

Hamdaniyah. Hingga dinasti ini jatuh ke tangan dinasti Fatimiyah.100

6. Dinasti Ikhsyidi (934-967 M)

a. Kemuculan Dinasti Ikhsidy

Dinasti ini didirikan oleh Muhammad Ibn Thugi (Turki) yang diberi gelar al-

Ikhsidi (pangeran) pada tahun 934 M setelah berakhirnya dinasti Thulun. Muhammad Ibn

Thugi berhasil mempertahankan sungai Nil dari serangan Fatimiah yang berpusat di

Afrika Utara. 101 Sebagai imbalan atas keberhasilan tersebut, Khalifah al-Radhi (932-934

M) dari dinasti Bani Abbas mengangkatnya sebagai gubernur Mesir. Dinasti ini berkuasa

antara tahun 934 sampai 941 M. 102

b. Keunggulan Dinasty Ikhsidy

Setelah dua tahun berkuasa di Mesir, dinasti ini berhasil menundukan Syiria,

Palestina, Mekkah, dan Madinah.103 Pada zaman Ikhsyidi, di Mesir didirikan Syuq al-

Wariigin, tempat melakukan pengkajian dan pengembangan intelektual. Pada masa dinasti

99 Ibid, hal. 168100 C. E. Bosworth, hal. 75101 Strategi pertama yang ia lakukan adalah memperkokoh angkatan perang dan mengajukan permohonan

perluasan wilayah kekuasaan dengan syarat dia tetap tunduk dan setia pada Baghdad. Akhirnya, permohonan tersebut dikabulkan. Dia diberi wewenang wilayah Syam, disamping semakin memperoleh kepercayaan, baik dari masyarakat maupun khalifah karena keberhasilannya dalam mengembangkan perekonomian rakyat dan mengatasi gerakan Fatimiyah. Moh. Nur Hakim, hal. 83

102 Dedy supriyadi, hal.166103 Setelah Ibn Thugi meninggal, penggantinya adalah Abu al-Qasim Ibn al-Ikhsyid (954-960 M), Abu al-

Hasan Ali Ibn al-Ikhsyid (960-965 M), Abu al-Misk Kafur (965-967 M), dan Abu al-Fawaris Ahmad Ibn Ali (965-967 M).

Page 31: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

30

Iksidiyah ini pula terjadi peningkatan dalam dunia keilmuan dan gairah intelektual, seperti

mengadakan diskusi- diskusi keagamaan yang berpusat di masjid- masjid. Sewaktu Iksidi

wafat, kedua putranya belum dewasa. Oleh karena itu, kekuasaan dilimpahkan kepada

gurunya, Kafur al Ikhsidi. Kafur memproklamirkan diri sebagai wali. Berkat kepandaian

Kafur, gerak maju Fathimi di sepanjang pantai Afrika Utara dapt ditahan, begitu pula

dinasti Hamdani di Syiria Utara. Pada fase ini tercatat nama besar di bidang intelektual,

Muhammad Ibn al-Tamimi, Abu Ishaq al-Marwaji, Abu Amr Amr al-Hindi. Disamping

itu, mereka juga meninggalkan istana al-Mukhtar, taman Bustan al-Kafur, dan Maidan al-

Ikhsyd (sebuah gelanggang). Di samping itu, dinasti ini mewariskan bangunan- bangunan

megah seperti sebuah Istana al Mukhtar di Raudah dan taman yang dikenal dengan Bustan

al Kafuri.104

c. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Ikhsidiyah

Hanya setelah meninggalnya Kafur, Iksidiyah menjadi dinasti yang lemah. Pada

masa itu, Abu al Fawarisaris Ahmad Ibn Ali yang menerima tahta setelah Kafur tidak

bertahan lama karena kepemimpinannya yang sangat lemah. Sehingga serangan yang

terus menerus dilancarkan oleh Fatimiyah terhadap pemerintahnnya membuat dinasti ini

tidak berdaya dan tidak mampu mempertahankan kekuasaannya di Mesir. Sehingga

dinasti ini dapat ditaklukkan oleh Fatimiyah.  

7. Dinasti al-Murabitun Atau al-Murawiyah

a. Kemunculan dinasti al-Murabitun

Dinasti Murabbitun berdiri pada tahun 479-540 H. yang berkuasa di Maghribi.

Nama Murabbitun berkaitan erat dengan nama tempat tinngal mereka (ribat,semacam

madrasah). Mereka biasa juga diberi sebutan al-mulassimun (pemakai kerudung sampai

menutupi wajah).

b. Keunggulan dinasti Murabitun

104 Ibid, hal. 84

Page 32: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

31

Yahya bin Ibrahim, berhasil memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Wadi

Dara, dan kerajaan Sijil Mast yang dikuasai oleh Mas’ud bin Wanuddin.105 Ketika Yahya

bin Umar meninggal Dunia, jabatannya diganti oleh saudaranya, Abu Bakar bin Umar106,

Pada tahun 1062 M, Yusuf bin tasyfin mendirikan ibu kota di Maroko. Dia

berhasil menaklukkan Fez (1070 M) dan Tangier (1078 M). Pada tahun 1080-1082 M, ia

berhasil meluaskan wilayah sampai ke Al Jazair. Dia mengangkat para pejabat Al-

Murabithun untuk menduduki jabatan Gubernur pada wilayah taklukannya, sementara ia

memerintah di Maroko. Yusuf bin Tasfin meninggalkan Afrika pada tahun 1086 M dan

memperoleh kemenangan besar atas Alfonso VI (Raja Castile Leon) dan Yusuf bin Tasfin

mendapat dukungan dari Muluk At-Thawa’if dalam pertempuran di Zallaqah. Ketika

Yusuf bin Tasfin meninggal Dunia, ia mewariskan kepada anaknya, Abu Yusuf bin

Tasyfin. Warisan itu berupa kerajaan yang luas dan besar terdiri dari negeri-negeri

Maghrib, bagian Afrika dan Spanyol. Ali ibn Yusuf melanjutkan politik pendahulunya

dan berhasil mengalahkan anak Alfonso VI (1108 M). Kemudian ia ke Andalusia

merampas Talavera Dela Rein.

c. Kemunduran dan kehancuran dinasti Murabbitun

Lambat laun Dinasti Al- Murabithun mengalami kemunduran dalam memperluas

wilayah. Kemudian Ali mengalami kekalahan pertempuran di Cuhera (1129 M).

kemudain ia mengangkat anaknya Tasyfin bin Ali menjadi Gubernur Granada dan

Almeria. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menguatkan moral kaum Murabithun

untuk mempertahankan serangan dari raja Alfonso VII. Masa terahir Dinasti Al-

Murabithun tatkala dikalahkan oleh Dinasti Muwahiddun yang dipimpin oleh Abdul

Mun’im. Dinasti Muwahiddun menaklukkan Maroko pada tahun 1146-1147 M yang

ditandai dengan terbunuhnya penguasa Al-Murabithun yang terakhir, Ishak bin Ali.

105 melaksanakan ibadah haji ke Makkah. Dan sekembalinya dari Arabia, ia mengundang Abdullah bin Yasin seorang alim terkenal di Maroko, untuk membina kaumnya dengan keagamaan yang baik, kemudian beliau dibantu oleh Yahya bin Umar dan saudaranya Abu Bakar bin Umar. Perkumpulan ini berkembang dengan cepat , sehingga dapat menghimpun sekitar 1000 orang pengikut.Di bawah pimpinan Abdullah bin Yasin dan komando militer Yahya bin Umar mereka

106 kemudian ia menaklukkan daerah Sahara Maroko. Setelah diadakan penyerangan ke Maroko tengah dan selatan selanjutnya menyerang suku Barghawata yang menganut paham bid’ah. Dalam penyerangan ini Abdullah bin Yasin wafat (1059 M). Sejak saat itu Abu Bakar memegang kekuasaan secara penuh dan ia berhasil mengembangkannya.Abu Bakar berhasil menaklukkan daerah Utara Atlas Tinggi dan akhirnya pada tahun 1070 M, ia dapat menaklukkan daerah Marrakech (Maroko). ia mendapat beritabahwa Buluguan, Raja Kala dari Bani Hammad mengadakan penyerangan ke Maghrib dengan melibatkan kaum Sanhaja. Mendengar berita itu ia kembali ke Sanhaja untuk menegakkan perdamaian. Setelah berhasil memadamkan, ia menyerahkan kekuasaanya kepada Yusuf bin Tasyfin (2 September 1107), kemudian ia mengatakan bahwa Maroko di bawah kekuasaannya

Page 33: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

32

8. Dinasti Muwahiddun

a. Kemunculan Dinasti Muwahidun

Muwahhiddun merupakan Dinasti Islam yang pernah berjaya di Afrika Utara

selama lebih satu abad.107 Didirikan oleh Muhammad bin Tummart.108 Semangat

perjuangan Ibn Tumart adalah menghancurkan kekuatan Murabhitun. Pada tahun 1129 M,

di bawah komando Abu Muhammad Al Basyir, kaum Muwahiddun menyerang ibu kota

Murabithun. Peristiwa itu terkenal dengan nama perang Buhairah. Dalam perang itu

Muwahhidun kalah dan mengakibatkan meninggalnya Ibn Tumart.

b. Masa Keunggulan Dinasti Muwahhidun

Pada tahun 1163 M, Abdul Mun’im bin ‘Ali diangkat sebagai pemimpin

menggantikan Ibn Tumart. Di bawah kepemimpinannya Al-Muwahiddun Meraih

kemenangan. Pada tahun 1131 M Muwahiddun menguasai Nadla , Dir’ah Taigar, Fazar

dan Giyasah. Pada tahun 1139 M, Muwahiddun melancarkan serangan ke pertahanan

Murabithun sehingga jatuh ketangan kaum Muwahiddun. Fez kota terbesar kedua setelah

Marrakech, direbut al-Muwahhidun pada tahun 1145 M. Setahun kemudian berhasil

menguasai Marrakech dan menjatuhkan Murabithun. Setelah berhasil menjatuhkan

Murabithun Abdul Mun’im memperluas wilayah kekuasaannya, pada tahun 1152 M Al-

Jazair direbutnya. 6 tahun berikutnya wilayah Tunisia dikuasai dan 2 tahun setelah itu

Tripoli jatuh ketangannya. Kekuasaannya dari Tripoli hingga ke Samudera Atlantik

sebelah Barat, suatu prestasi gemilang dan belum pernah dicapai oleh Dinasti manapun di

Afrika Utara. Pada tahun 1162 M, Abdul Mun’im memperluas wilayahnya ke daerah yang

dikuasai orang Kristen. Pada tahun itu Abdul Mun’im wafat. Ia diganti puteranya Abu

Ya’kup Yusuf Abdul Mun’im (1184 M). Ia memperluas wilayah di utara dari timur pada

tahun 1169 M dibawah Abu Hafs al Muwahhidun, dia berhasil merebut Toledo.

Dalam beberapa generasi ini Muwahhidun mengalami masa kemajuan.

c. Masa Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Muwahhidun

Setelah kematian Ya’kub, Muwahhidun memasuki masa kemunduran. Bersamaan

dengan kemunduran ini, pasukan Salib yang telah dikalahkan oleh Salahuddin di Palestina 107 Muwahiddun berasal dari akar kata al-tawhid (esa). Dalam sejarah, Muwahidun adalah sebuah dinasti

yang diawali oleh komunitas yang hendak mengesakan Allah, menentang faham antropomorfism atau mujassimat, serta menyeru kepada kebaikan dan mencegah munkar.

108 Adalah Muhammad Ibn Tumart yang berasal dari suku Masmudah di pedalaman Afrika Utara (Maghrib), belajar di Madrasah Nizhamiyah (Baghdad) di bawah asuhan al-Ghazali. Dari Baghdad, ia menuju Mekkah untuk melakukan ibadah haji. Di sana, ia belajar tasawuf kepada beberapa syakh, sehingga ia sendiri menjadi seorang sufi.

Page 34: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

33

kembali ke Eropa dan mulai menggalang kekuatan baru dibawah pimpinan Alfonso IX.

Kekuatan KRISTEN ini mengulangi serangan ke Andalusia dan kali ini mereka berhasil

mengalahkan kekuatan Muslim Muwahhidun. Setelah beberapa kali mengalami kekalahan

dan akhirnya penguasa muwahhidun meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara

(Maroko) pada tahun 1235 M.109

9. Dinasti Kalbiyah ( 965 – 1044 M )

a. Kemunculan dinasti Kalbiyah

Dinasti kalbiyah berkuasa selama 80 tahun. Hasan dapat menaklukkan daerah

kristen di sebelah utara Sisilia, Tormina kemudian merubah nama kota itu menjadi

Mu`izziyah sebagai penghormatan terhadap khalifah Fathimiyah Muiz . Sejak tahun 948

M, Khalifah Fatimiyah, Ismail Al-Mansur mengangkat Hassan Al-Kalbi sebagai emir

Sicilia. Secara defakto, Emirat Sicilia terlepas dari pemerintahan Faimiyah di Mesir. Lalu

digantikan Emir yang baru bernama Abu Al-Qasim (964 M – 982 M). pada masa kedua

emir itu berkuasa, Muslim Sicilia bertempur dengan Bizantium. Setelah itu, kekuasaan

Islam meredup seiring perebutan kekuasaan di tubuh umat Islam. Pada 1061 M, Sicilia

lepas dari tangan umat Islam.

b. Keunggulan Dinasti Kalbiyah

Peradaban Islam berkembang pada masa dinasti Kalbiyah yang berkuasa selama

80 tahun. Di bidang Fisik, Kota Palermo dihiasi dengan 150 tempat pemotongan hewan,

300 masjid, 7000 jamaah shalat jumat dan 300 sekolah guru . Di bidang Pertanian sudah

menggunakan sistem pengairan , bibit unggul didatangkan dari negara timur, dan sistem

penanaman bibit meniru bangsa Arab. Di bidang Perindustrian sudah mampu

mengembangkan industri tambang emas, belerang, sulfur, tawas, industri perikanan,

penenunan kain sutra. Di bidang Perdagangan sudah maju dan saat itu masih dikuasai

orang Arab dan pelabuhan Messina menjadi kota perdagangan. Dan sudah mengadakan

kharaj dan jizyah. Di bidang ilmu, perkembangan ilmu agama islam lebih menonjol

dibanding dengan yang lain.110 Di bidang Sosial dan Ekonomi mereka berhasil 109 (Ali, Afandi,1995:353-301)110 Ilmu Fiqih sudah membicarakan hukum positif. Para ahli hukum menyesuaikan penafsiran al-Qur`an

sesuai dengan perkembangan zaman. Umat Islam tidak menjalankan hukum Romawi, Yunani dan Kristen. Al-Qur`an dan Hadits dijadikan sumber pokok hukum islam, dengan demikian ilmu bantupun berkembang seperti tafsir, ulumul hadits, bahasa arab, dan lain lain. Di bidang Ilmu Kalam yang terkenal adalah Abdul Haq bin Muhammad dan bin Zafar ( yang mengkritik al-Juwaini). Di bidang Sastra ada Ali Hamzah al-Basri ( pengagum al-Mutanabbi) Di bidang Sejarah ada Abu Zaid al-Gumari dan bin Qotta Di bidang Fisika muncul Abu Said Ibrahim dan Abu Bakar Siqli. Di bidang kedokteran yang terkenal

Page 35: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

34

membangun irigasi dengan sistem Hydraulic yang didatangkan dari Persia dan sistem

Siphon dari Roma. Dengan irigasi yang baik maka perkebunan dan pertanian semakin

maju. Sehingga tanaman kapas, rami di Giattini , berbagai macam jeruk di ekspor

c. Kemunduran dan Kehancuran Dinasti Kalbiyah

Sejak tahun 948 M, Khalifah Fatimiyah, Ismail Al-Mansur mengangkat Hassan

Al-Kalbi sebagai emir Sicilia. Secara defakto, Emirat Sicilia terlepas dari pemerintahan

Faimiyah di Mesir. Lalu digantikan Emir yang baru bernama Abu Al-Qasim (964 M – 982

M). pada masa kedua emir itu berkuasa, Muslim Sicilia bertempur dengan Bizantium.

Setelah itu, kekuasaan Islam meredup seiring perebutan kekuasaan di tubuh umat Islam.

Pada 1061 M, Sicilia lepas dari tangan umat Islam.

10. Dinasti Fathimiyah

a. Kemunculan Dinasti Fathimiyah

Dinasti Fatimiah didirikan oleh Ubaidillah Al Mahdi Abu Muhammad, beliau di

lantik pada tahun 297 di Qairawan Maroko. Ketika Ubaidillah Al Mahdi sampai di

Maroko kelompok syiah Idrisiah langsung menyambutnya dan membaiat sebagai khalifah

dengan ibu kotanya Al Manshuriah. Pada tanggal 4 rabiul Akhir tahun 298 H / 911 M

pengumuman pendirian Daulah Fatimiah dibuat diatas mimbar sebagai bertanda

berakhirnya Daulah Aghlabiah8 (184 H-296 H / 800 M-908 M), di Negara tersebut dan

Ubaidillah Al Mahdi digelar Amirul Mukminin.111 Upaya untuk menakluki Mesir sudah

dimulai semenjak tahun 301 H / 913 M namun masih gagal tetapi pada tahun 358 H / 969

M Al Mu’iz Lidinillah menyiapkan 100.000 pasukan bahkan lebih, termasuk pasukan

berkuda dan kapal laut, pasukan yang dikomandoi oleh Jauhar Siqli langsung menuju

Iskandariah tanpa perlawanan penduduk setempat.112

adalah Abul Abbas Ahmad bin Abdul Salam111 Dinasti Fatimiah merupakan sebuah dinasti yang didirikan di benua Afrika pada penghujung tahun 200

H/910 M, dinasti ini berpahaman syiah, dari permulaan pembentukannya dinasti ini bertujuan untuk menjalankan ideologi syiah dan ingin melepaskan diri dari kekuasaan Daulah Abbasiah di Baghdad yang berideologi Sunnah. Sebelum pembentukan daulah, orang-orang syiah melakukan seruan secara rahasia dan mengajak masyarakat untuk mengangkat seorang khalifah yang mereka beritakan berasal dari keturunan Ja’far Shadiq cucu Ali bin Abi Thalib tetapi kebanyakan golongan sunni meragui garis keturunan Ubaidillah Al Mahdi berasal dari keturunan Ali bin Abi Tahlib7, Pribadinya agak bermasalah dan tidak konsisten dalam pengamalan agama5, namun ada juga yang memujinya6. Daulah Fatimiah ini pada mulanya berpusat di Maroko kemudian berpindah ke Mesir.mereka mengatakan bahwa khalifah yang sebenarnya dan yang berhak memerintah Daulah Islamiayh adalah Ubaidillah Al Mahdi dari keturunan Ali bin Abi Tahlib, seruan ini akhirnya meraih kemenangan, oleh sebab itu mereka menamakan pemerintahan tersebut sebagai Daulah Fatimiah sebagai sandaran kepada fatimah binti Muhammad Saw.

112 Ketika hal ini diketahui oleh orang-orang Fusthath, mereka mengirim utusan untuk diadakan negosiasi damai dengan panglima Jauhar Siqli, akhirnya panglima berjanji bahwa setiap orang Mesir bebas

Page 36: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

35

b. Keunggulan Dinasti Fathimiyah

Al Mu’iz Lidinillah membuat peraturan tentang perpajakan dengan tujuan untuk

meningkatkan ekonomi masyarakat, keadaan ini membuat rakyat agak senang walau

dalam kebijakan keagamaan terdapat banyak kontroversi. Maka mulailah aliran syiah di

taburkan dengan leluasa dan dihilangkannya pengaruh Abbasiah yang sunni.

Daerah Kekuasaannya di Afrika meliputi Maroko, Tunisia, Mesir, di Asia meliputi Syiria,

Yordania, Hijaj15. Ada pendapat yang mengatakan kekuasaannya juga meliputi Mekah,

Madinah namun penulis belum menemukan data sejarah tentang hal tersebut.113

Pemahaman syiah pada masa Daulah Fatimiah sangatlah kental terlihat dalam

kebijakan politik kenegaraannya.114 Dalam bidang kebudayaan dan Keagamaan

Menjadikan mesjid sebagai tempat pendidikan agama walaupun yang dimaksud untuk

mengembangkan ideology mereka. Jami Al Azhar mempunyai penghargaan tersendiri dari

para khalifah fatimiyin, dibalik itu mereka ingin menjadikannya markas penyebaran

faham syiah. Di sekitarnya dibangun rumah bagi mereka yang mengajar pada Al azhar,

dari sinilah dimulainya pengajaran di jami Al Azhar. Dalam blantika dunia keilmuan, Al

Azhar merupakan universitas tertua, tidak hanya di dunia Islam, namun di seluruh

dunia.115

mengamalkan keyakinan agama dan mazhab mereka masing-masing dan berjanji akan memberikan keadilan dan perbaikan melalui kutipan pajak. Sesudah itu panglima Jauhar Siqli membuat persiapan untuk mendirikan Daulah Fatimiah dengan membuat penempatan tentara dan keperluan lainnya termasuk mendirikan Masjid yang kemudiannya dikembangkan menjadi universitas Al Azhar.Setelah keadaan agak tenang panglima Jauhar Siqli meminta pada khalifah Al Mu’iz Lidinillah untuk segera datang ke Mesir dengan ibu kotanya Kairo pada tahun 361 H

113 www.islamonline.net.114 mereka menguatkan pendapat yang sesuia dengan mazhab syiah dan mendahulukan pengamalan agama

dengan mengikut pendapat para imamnya dari pendapat para imam sunni, walaupun kebanyakan penduduk Mesir Saat itu bermazhab sunnah. Ya’qub bin Kalas seorang wazir24 pada pemerintahan Fatimiah menyusun sebuah kitab fiqh25 yang disusun berdasarkan mazhab Syiah Isma’iliyah26 dengan arahan langsung khalifah Al Mu’iz Lidinillah yang berkuasa saat itu. Kitab ini dijadikan sebagai pedoman dalam memustuskan perkara di pengadilan dan fatwa lainnya. Sehingga siapa saja yang menjadi qadhi mesti berpodoman pada kitab ini. Al Mu’iz Lidinillah memerintahkan bawahannya agar di buat rumah khusus disamping universitas Al Azhar untuk pelatihan dalam rangka memahami kitab tersebut. Wazirnya di perintahkan untuk mendatangkan para fuqaha’ yang saat itu berjumlah 35 orang kemudian di beri fasilitas dan gaji yang mencukupi, bukan hanya itu para fuqaha’ juga di sediakan tunjangan hari raya dan fasilitas di istana untuk tujuan mengajarkan kitab tersebut kepada masyarakat. Semua itu sebagai motivasi kepada para du’ah yang memberikan pemahaman pada masyarakat mengenai kitab tersebut dan seluruh biaya tersebut di tanggung oleh khalifah. Sebab khalifah tau bahwa pemerintahannya akan bertahan lama jika ilmu tersebut disebarkan pada masyarakat

115 Bidang Syair: Melahirkan beberapa orang yang pakar dalam syair seperti Ibnu Hani’, Abu Abdullah Muhammad bin Abi Jarah, Abdul Wahab bin Nashir Al Maliki, Abu Abbas Ahmad bin Mufrij, Imarah Yamani. Bidang Prosa: Melahirkan beberapa kitab terkenal seperti Al A’kdul Farid oleh Ibnu Abdi Rabbihi w. 328H, kitab Al Aghani oleh Abi Al Faraj Al Ashfihani w. 356H, Rasail oleh badi’uzzaman Al Hamzani w. 398H. Bidang Sastra: Kitab Yatimah Ad Dahri oleh Abu Manshur As Sa’alabi w.429H, kitab Saqthu Azh Zhand, Al Luzumiyat oleh Abu Ula Al Ma’kri w.449. Bidang FilsafahMelahirkan beberapa filosof terkenal sperti Abu Al Hatim Ar Razi,Abu Abdullah An Nusfi, Abu

Page 37: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

36

c. Keruntuhan Daulah Fatimiah

Pada tahun 558 H/1163 M, panglima Asasuddin Shirkuh membawa Shalahuddin

Al-Ayyubi untuk menundukkan Daulat Fatimiyah di Mesir. Usahanya berhasil. Khalifah

Daulat Fatimiyah terakhir Adhid Lidinillah dipaksa oleh Asasuddin Syirkuh untuk

menandatangani perjanjian.116 Selain itu faktor lain penyebab runtuhnya dinasti

Fathimiyah yakni munculnya ulama-ulama besar seperti Abu Ishaq Asy Syairazi, Ibnu

Jauzi dan lain-lain dalam memberi peringatan tentang bahaya ideologi Syiah. Kembali

Khilafah Abbasiah berpegang pada Al Qur’an dan Sunnah dimana sebelumnya yang

berkuasa adalah Dinasti Buwaih berfaham Syiah. Perlawanan masyarakat Mesir yang

semakin meluas terhadap ajaran Syiah yang di bawa oleh Daulah Fatimiah Khilafah

Abbasiah Al Qadir billah Amirul Mukminin pada tahun 480 H meminta Fuaqaha’

Muktazilah bertaubat dan melarang mereka mempelajari hal-hal yang bertentangan

dengan Islam, termasuk juga melarang masyarakat berideologi seperti Syiah serta

menjauhkan diri dari perbuatan bid’ah. Penangkapan pengikut Syiah, Qaramithah dan di

umumkan diatas mimbar tentang kesesatan pahaman tersebut. Seruan dan taktik yang di

buat oleh khalifah semakin membuat bani Buwaih tertekan dan lemah, sehingga membuat

kekuatan Syiah berada pada taraf yang sangat lemah.

11. Dinasti Rustamiyah 160-296

Dinasti Rustamiyah berdiri pada tahun 160-296.di Aljazair Barat yang dipelopori

oleh Abdurrahman ibn Rustam yang beraliran Khawarij Ibadiyah.Keberadaan dinasti

tersebut sebenarnya merupakan protes terhadap dominasi Arab yang Sunni.Ibu kotanya

Yakqub As sajazi, Abu Hanifah Nukman Al Maghribi, Jakfar bin Manshur Al Yamani, hamiduddin al Karmani, Al Muayyid fi dinillah Asy Syairazi. Bidang KedoktoranAbu Hasan Ali bin Ridwan Bidang Matematika Abu Ali Muhammad bin Hasan bin Haisam. Bidang Sejarah: Abu Hasan Ali Syabasyti, Abu Shaleh Armani, Muhammad bin Abu Qasim Al Masbaji, Usamah bin Munqiz.

116 Akan tetapi, Wazir besarnya Shawar merasa iri melihat kekuasan Syirkuh semakin besar. Dengan sembunyi-sembunyi Shawar pergi ke Baitul Maqdis, meminta bantuan pasukan Salib untuk menghalau Syirkuh dari Mesir.Pasukan Salib yang dipimpin oleh Raja Almeric dari Jerussalem menerima permintaan tersebut. Maka terjadilah pertempuran antara pasukan Asasuddin Shirkuh dengan Raja Almeric yang berakhir dengan kekalahan Asasuddin Shirkuh. Setelah menerima syarat damai dari kaum Salib, panglima Asasuddin Shirkuh dan Shalahuddin diperbolehkan pulang ke Damsyik. Kerjasama Wazir besar Shawar dengan orang kafir itu telah menimbulkan kemarahan raja Nuruddin Zanki17 dan para pemimpin Islam lainnya termasuk raja Baghdad. Lalu dipersiapkannya tentara besar yang tetap dipimpin oleh panglima Asasuddin Shirkuh dan Shalahuddin Al-Ayyubi untuk menghukum si pengkhianat Shawar. Panglima Asasuddin Shirkuh dan Shalahuddin mulai maju ke ibu kota Kairo dan mendapat tentangan dari pasukan Wazir Shawar. Akan tetapi pasukan Shawar hanya dapat bertahan sebentar, dia sendiri melarikan diri dan bersembunyi. Suatu hari panglima Shalahuddin Al-Ayyubi berziarah ke makam orang shaleh di Mesir, ternyata Wazir Besar Shawar dijumpai bersembunyi di situ. Shalahuddin segera menangkap dan dibawanya ke istana untuk dihukum mati.

Page 38: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

37

ialah Tahart yang berhubungan dengan kota Aures,Tripolitani dan Tunisia Selatan.Dinasti

ini bersekutu dengan bani umaiyah diSpanyol karena terjepit oleh Idrisiyah yang Syi’ah di

Barat dan Aglabiyah yang Sunni diTimur mereka.Dinasti ini berakhir dengan jatuhnya

Tahart ke tangan para penyebar dakwah fatimiyah tahun 296.Abu Abdullah dari suku

Berber Ketama,dan keluarga rustamiyah banyak dibunuh oleh penakluknya itu,sedang

yang lain meloloskan diri ke selatan,Wargla.Walaupun secara politis masih berkembang

dan berpengaruh dibeberapa wilayah Magrib seperti oase Mazb Aljazair,Pulau jerba di

Tunisia,dan jabal Nefusa hingga kini.Tahart,dimasa Rustamiyah mengalami kemakmuran

yang menakjubkan dan sebagai persinggahan diutara diantara salah satu rute-rute kafilah

trans-sahara,juga merupakan pusat ilmu pengetahuan agama yang tinggi khususnya aliran

khawarij untuk seluruh Afrika Utara dan bahkan diluar wilayah tersebut,seperti

Oman,Zanzibar dan Afrika timur.117

12. Dinasti Ziriyah Dan Hammadiyah

Dinasti Ziriyah dan Hammadiyah berdiri pada tahun 361-547 M.Di Afrika Utara

sebelah Tengah (Aljazair Timur) dengan ibu kota Qairawan.Ziriyah merupakan kaum ber-

ber Sanhajah,yang memberikan bantuan militer kepada ibu kota Fatimiyah al-

Mahdiyah,334M.Ketika diserbu oleh pemberontak Khawarij.Khalifah Mu’izli Dinillah

dari Fatimiyah memindahkan ibu kotanya ke Mesir sehingga wilayah barat banyak

dikuasai oleh Ziriyah.Oleh karena luas wilayahnya itu maka dibagilah menjadi dua,yakni

bagian barat diberikan kepada Hammadiyah,cabang dari Ziriyah,yang berpusat di Qal’at

Bani Hammad,sedangkan ditimur tetap ada pada Ziriyah.Dinasti ini berorentasi kepada

Abbasiyah,tetapi Hammadiyah loyal kepada Fatimiyah.Oleh karena itu Fatimiyah

memerangi Ziriyah dan memaksanya keluar dari daratan Afrika utara,yang akhirnya jatuh

ke tangan dinasti Muwahhidun.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, Syamsul Munir. 2009. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.

Bosworth, C.E. The Islamic Dynasties, Eidenburgh, 1980. Terjemahan dalam bahasa

Indonesia oleh Ilyas Hasan. Bandung: Mizan anggota IKAPI.

Hasan, Ibrahim Hasan, 1988, Tarikh al-Islami,(terj) Sejarah dan Kebudayaan islam.

Yogyakarta: Kota Kembang.

117 CyberMQ.com

Page 39: Dinasti-dinasti kecil di sebelah barat dan timur islam

38

Hitti, Philip K. 2010. History of the Arabs, Jakarta: PT Serambi Ilmu Setia.

Johnson, Lih Doyle Paul. 1994. Teori Sosiologi: Klasik dan Modern.Terjemahan. Robert

M.Z. Lawang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Mufradi, Ali. 1997. Islam dan Kawasan Kebudayaa Arab. Jakarta: Wacana Ilmu.

Nasution, Harun. 1992. Ensiklopedi Islam Indonesia, Jakarta:UIN Syarif Hidayatullah,

Nurhakim, Moh. 2004. Sejarah dan Peradaban Islam, Malang: UMM Press

Perpustakaan Nasional RI. 2002. Ensiklopedi Islam, Jakarta;Ichtiar Baru Van Hoeve,

Supriyadi, A. Dedi. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.

Syalabi, A. 1982. Sejarah dan Kebudayan Islam. Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Al-usairy, Ahmad. at-Tarikhul Islami terj. H. Samson Rahman, MA, Jakarta : Akbar

Media, 2003 Hal.262

Watt, W. Montgomery. 1988. Islamic Political Though. terjemahan Helmy Ali dan

Muntaha Azhari. Jakarta: P3M.

www.islamonline.net.

CyberMQ.com

http// akademika.dinasti-dinasti Independen.wordpress.com

http//danankBlogs_dinasti-dinasti.kecil di Baghdad. Wordpress.com.