kamis, 6 januari 2011 | media indonesia politik dinasti ... filep olitik dinasti dalam pemilihan...

1
P OLITIK dinasti dalam pemilihan presiden (pilpres) diperkirakan berakhir pada 2014. Karena itu, penerus trah politik belum dapat dipastikan berha- sil merebut hati pemilih. Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, kemarin, mengistilahkan Pilpres 2014 menjadi titik balik rasionalitas pemilih. “Sudahlah. Selamat tinggal politik dinasti. Saat ini sudah berbeda dengan sejarah, dan masyarakat sudah jauh lebih pintar. Pada 2014, meski yang ditawarkan adalah darah biru, publik tidak akan membeli- nya,” tandas Burhanuddin. Sejumlah penerus dinasti politik yang disebut-sebut akan berperan pada 2014 adalah Kristiani Herawati alias Ani Yudhoyono yang juga istri dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Selain itu, Ketua Dewan Per- timbangan Pusat PDIP Tauq Kiemas memastikan istrinya yang juga Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri sangat mungkin tidak akan maju lagi sebagai kandidat calon presiden pada 2014. Pernyataan Tauq itu seakan memberi angin kepada pu- trinya, Puan Maharani, untuk berkiprah pada 2014. Menurut Burhanuddin, Puan tidak serta-merta mewarisi ka- risma Soekarno yang melekat dalam tubuh partai tersebut. Pasalnya, Puan belum me- ngalami proses panjang historis seperti yang dialami Megawati ataupun Soekarno. “Karisma itu dibentuk mela- lui proses panjang, dan Puan tidak memiliki itu. Meski memiliki darah biru, belum tentu dibeli masyarakat,” tu- turnya. Adapun mengenai sosok Ani Yudhoyono, menurut Burha- nuddin, masih berupa isu cair. Menurut dia, wacana memun- culkan Ani Yudhoyono yang diusung juru bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul hanya untuk melihat reaksi publik. “Kemungkinannya ada dua, apakah dia mencari muka atau hanya sebagai peniup terompet untuk tes pasar,” katanya. Ketua DPP PDIP Bambang Wuryanto mengatakan, Puan Maharani sangat mungkin disiapkan sebagai penerus Megawati. “Beliau merupakan salah satu fungsionaris DPP, pimpinan fraksi. Beliau adalah peraih suara terbanyak saat Pemilu 2009 dan paling sering melaksanakan tugas partai ke daerah,” kata Bambang. Menurutnya, PDIP meng- inginkan para kader muda yang berada di kisaran usia 40-50 tahun untuk regenerasi. Dengan demikian, dia pun membenarkan kemungkinan Megawati yang berusia 67 ta- hun pada 2014 tidak akan lagi mencalonkan diri. Last but not least, beliau juga merupakan putri dari Taufiq Kiemas dan Megawati Soekar- noputri,” kata Bambang. Calon sendiri Mencuatnya beberapa nama calon presiden (capres) mem- buat PKS bersiap mengambil peran. “Ada dua opsi. PKS mendukung pasangan calon yang ada atau PKS mengaju- kan calon sendiri. Dua opsi ini sedang dielaborasi. Tapi, kalau melihat dari aspirasi yang ada, kelihatannya mayoritas cenderung agar PKS bisa me- ngusung capres sendiri,” kata Ketua DPP PKS Mahfudz Sid- diq. Sebab, lanjutnya, Pilpres 2014 adalah momentum regenerasi. “Kalau usia 60 tahun adalah usia regenerasi, itu memang sangat menarik. Kontestasi capres pada 2014 menampilkan usia 40-50-an. Itu adalah usia PKS,” sahutnya. (*/P-1) [email protected] Politik Dinasti Segera Berakhir Pilpres 2014 adalah momentum regenerasi. Trah politik tidak bisa menjadi andalan tunggal untuk merebut suara pemilih. RENCANA kelanjutan pem- bangunan gedung baru DPR terus menuai penolakan. Bah- kan dari internal DPR. Tindak- an tersebut dinilai sebagai wujud ketidakmampuan DPR membuat prioritas demi me- ningkatkan kapabilitasnya. Hal tersebut disampaikan anggota Komisi III DPR RI dari F-PDIP Gayus T Lumbuun ke- pada Media Indonesia di Jakarta, kemarin. “Pembangunan gedung tersebut hanya mendukung kenikmatan fasilitas saja. Pa- dahal yang lebih diperlukan adalah membangun integritas dan komitmen anggota dewan, termasuk menegakkan etika,” kata Gayus. Bahkan, Gayus meminta agar keinginan DPR, khusus- nya yang disampaikan Badan Urusan Rumah Tangga DPR tersebut, dibatalkan. Menurut dia, pembangunan fasilitas dan sarana kerja terlebih dahulu tak ubahnya membangun perang- kat keras tanpa memperhatikan ada tidaknya kemampuan perangkat lunaknya mendu- kung hasil. “Tugas utama DPR, yakni legislasi, budgeting, dan control- ling saat ini sangat jauh dari harapan. Terutama di bidang legislasi yang direncanakan selesai 70 UU pada 2010, baru terselesaikan 10 persennya,” cetusnya. Gayus juga mempertanya- kan kinerja pimpinan yang ingin melibatkan KPK dalam pengawasan, perencanaan, dan pembangunan. Ketika itu, pimpinan DPR sempat me- nyebutkan adanya pembagian upeti dalam proses tender. Maka, dia pun meminta KPK serius mengusut rencana terse- but karena itu menjadi peran dan tugas KPK dalam bidang pencegahan tipikor. “Pimpinan dewan, di bebe- rapa media, sempat menduga ada upeti yang sudah dibagi- bagi dan meminta KPK untuk turun tangan dan menyelidiki. Oleh karena itu, sebaiknya hen- tikan pembangunan Gedung DPR sampai kinerja anggota dewan baik dan masa krisis negara teratasi,” tandasnya. Sebelumnya, anggota BURT DPR dari F-PPP Muhamad Arwani Thomadi Jakarta me- mastikan bahwa pembangunan gedung baru DPR dimulai se- telah masa reses yang berakhir pada 10 Januari. Arwani me- negaskan, pimpinan DPR pada 6 September 2010 memutuskan untuk tidak menghentikan proses pembangunan gedung baru. Mereka sepakat menunda pembangunan karena menuai kritik publik. “Dalam rapat tersebut tidak ada yang meno- lak, semua fraksi setuju untuk penundaan, bukan pembatal- an. Kini tinggal menunggu arahan saja.” Namun, rencana kelanjutan pembangunan gedung baru DPR tak semua pihak tahu. Ketua BURT Marzuki Alie mengaku tidak tahu dalam kebijakan pembangunan terse- but. Anggota BURT Michael Wattimena yang juga men- jadi anggota panja gedung ikut menggeleng saat ditanya soal nominal hasil evaluasi. Dia pun mengaku mendengar rencana kelanjutan pemba- ngunan gedung, tapi belum ada sosialisasi lebih lanjut soal itu. (Din/S-8) SEKRETARIAT gabungan (set- gab) mitra koalisi pendukung pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono disang- sikan mampu menuntaskan perdebatan Rancangan Un- dang-Undang (RUU) tentang Pemilu. Keraguan itu dimunculkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tergabung dalam setgab. “Kami sudah pernah menyam- paikan sikap soal perhitungan daerah pemilihan dan parlia- mentary threshold (PT/ambang batas parlemen) dan ternyata beda pendapat. Secara tradis- ional tidak mungkin disele- saikan kecuali di DPR,” kata anggota Komisi II DPR dari F- PKS Agus Poernomo di Jakarta, kemarin. Apalagi, sambungnya, par- pol besar yang tergabung da- lam setgab (Partai Demokrat dan Partai Golkar) cenderung mengabaikan suara parpol menengah yang menjadi mitra koalisi mereka. “Kalau Golkar strateginya menaikkan ambang batas par- lemen, Demokrat dengan per- hitungan kursi parpol. Akan saya sampaikan pada rekan agar mereka ght,” jelasnya. Ia mengingatkan, yang pa- ling terjepit dengan situasi tersebut adalah PPP dan PKB, sebagai sesama teman koalisi. Ia juga mengingatkan peluang makin tingginya pejabat korup jika jumlah dapil ditambah. “Kalau daerah pemilihan makin kecil, kompetisi makin tinggi, biaya makin besar dan peluang besar untuk meng- hasilkan anggota dewan yang lebih korup,” tandasnya. Secara terpisah, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Golkar Akbar Tandjung meyakini per- bedaan pandangan mengenai ambang batas di antara anggota setgab bisa diselesaikan melalui jalur kompromi. “Lobi atau kompromi antarparpol adalah hal biasa dalam politik,” kata mantan Ketua DPR itu. Ia mengatakan perbedaan pandangan soal besaran am- bang batas parlemen tentu akan dibicarakan di DPR. Setiap par- pol yang memiliki pandangan berbeda akan menyampaikan argumentasi. Berbagai pandangan itu, kata Akbar, selanjutnya akan dicarikan jalan tengah untuk mencari titik temu yang ideal, baik melalui diskusi, lobi, mau- pun kompromi. “Argumentasi setiap partai itu yang akan di- cari titik temunya pada pemba- hasan RUU Politik di DPR. Kita tunggu saja.” (Din/Ant/P-1) PARTAI Keadilan dan Per- satuan Indonesia (PKPI) me- ngeluhkan perubahan syarat pendirian partai politik (par- pol). Apalagi, parpol harus mengikuti persyaratan baru dalam waktu yang singkat. Keluhan itu disampaikan oleh Ketua Umum PKPI Sutiyoso saat bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Wisma Negara di Jakarta, kemarin. Turut hadir dalam pertemuan itu ialah Sekjen PKPI Lukman F Mokoginta dan pengurus partai Nehemia Lawalata, Letjen Jusuf Kartanegara, dan Ramses Wally. Rapat Paripurna DPR pada 16 Desember 2010 menerima RUU tentang Parpol untuk disahkan sebagai UU. RUU itu adalah revisi dari UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Parpol. Ke- menterian Hukum dan HAM sudah menjadwalkan tahapan verikasi parpol dimulai pada 17 Januari 2011. Perubahan yang termuat dalam revisi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Parpol itu, menurut Sutiyoso, agak merepotkan PKPI. Dalam revisi UU tersebut, se- tiap parpol harus memiliki per- wakilan tetap di 100% provinsi, 75% pengurus kabupaten/kota, dan di 50% kecamatan di setiap kabupaten/kota. Ia menilai UU Parpol itu sebagai sebuah produk hukum menakan empat pilar kebang- saan, yakni Pancasila, UUD 1945, negara kesatuan RI, dan Bhinneka Tunggal Ika. UU Parpol itu, kata Suti- yoso, juga bertentangan dengan konstitusi, yakni Pasal 28 UUD 1945 yang menjamin kebebasan berserikat, termasuk kebebasan berpolitik. Secara terpisah, Ketua DPP PKS Mahfudz Siddiq men- jelaskan, PKS membutuhkan sekitar Rp200 miliar untuk me- nyelaraskan dengan perubahan UU Parpol. “Sebagian besar kantor per- wakilan di daerah itu kontrak rumah. Biasanya sewa seta- hun, dua tahun. Dengan ada- nya revisi UU Parpol, mereka setidaknya harus tetap hingga 2014. Hitungan kasar anggaran untuk verikasi parpol paling tidak Rp200 miliar,” kata dia. PKS juga sudah membentuk tim verifikasi partai internal yang akan bekerja selama satu setengah bulan. Tim itu dipimpin oleh Ketua Badan Pemenangan Pemilu PKS Zahfan Badri. “Sampai saat ini, belum ada penjelasan dari pemerintah bagaimana teknis pelaksanaan verikasi tersebut,” cetusnya. (*/Ant/P-1) PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono menyoroti ketidak- patuhan pejabat daerah ter- hadap administrasi peme- rintahan sebagai dampak bu- ruk pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada) secara langsung. “Banyak contoh sekarang ini karena euforia, karena konsekuensi dari pemilihan langsung, seolah-olah pejabat pemerintah tidak harus tun- duk pada tatanan administrasi pemerintahan,” kata Presiden di Jakarta, kemarin. Ia mengatakan itu saat memberikan pidato pengantar dalam rapat kabinet terba- tas terkait penyusunan draf Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Administrasi Negara di Kantor Presiden. Ketidakpatuhan terhadap administrasi pemerintahan dan akuntabilitas pelaksanaan pemerintahan itu, sambung Yudhoyono, disebabkan kepala daerah merasa dipilih langsung oleh rakyat di daerah. Dengan demikian, lanjut dia, RUU itu harus mampu meng- atur pejabat daerah. “Dengan adanya aturan yang lebih jelas, mana yang boleh dilakukan pejabat dan mana yang tidak boleh. Sehingga bisa menimbulkan ketenangan dalam bekerja, karena jelas mana yang mesti dilakukan,” kata dia. Presiden mengakui, banyak hal terkait administrasi pe- merintahan yang belum bisa diatur dengan baik selama enam tahun kurun waktu pe- merintahannya. “Oleh karena itu, kita atur agar semuanya pasti,” katanya. Seusai rapat kabinet terbatas, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan RUU itu mendesak terkait dengan banyaknya kepala daerah serta pejabat negara yang tersan- dung kasus pidana. “Banyak kepala daerah yang terkena pasal pidana, dipang- gil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kejaksaan, kepolisian, dan dihukum. Puluhan bahkan ratusan. Itu menandakan masih ada yang belum sepenuhnya dipahami oleh pejabat daerah maupun pusat. Karena menteri pun juga ada,” kata Djoko. Pemahaman terhadap pe- ngelolaan pemerintahan, de- mikian Djoko, tidak dipahami dengan baik karena berbagai alasan. Mulai dari latar pendidikan dan pengalaman kepala daerah yang tidak memahami tata pemerintahan. Bahkan, lanjut- nya, ada unsur kesengajaan mengabaikan administrasi pemerintahan. Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar menegaskan pembahasan UU itu akan sele- sai pada 2011. “Kami yakin akan selesai dalam 2011 ini. Drafnya sedang kami nalisasi. Nanti kalau su- dah diserahkan ke DPR, pem- bahasannya juga akan cepat,” tandas Patrialis. (Mad/P-1) Soal Gedung Baru, Internal Dewan Terbelah PKS Terjepit di Setgab soal Ambang Batas Parlemen PKPI Keluhkan Revisi UU Parpol Presiden Soroti Pejabat Daerah DINNY MUTIAH 4 KAMIS, 6 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA P OLKAM MI/SUSANTO Sutiyoso Ketua Umum PKPI Tugas utama DPR, yakni legislasi, budgeting, dan controlling saat ini sangat jauh dari harapan.” Gayus T Lumbuun Anggota Komisi III DPR (F-PDIP) PR Yu pa ha rin ru da lan in ko lan pe du pe di m da ta Ra (R Ne ad da pe Yu da ol RU atu ad m pe bo ke ka di ha m di SE ga pe Yu sik pe da Pe Pa ya “K pa da me ba be io sa an PK ke po lam

Upload: vucong

Post on 10-Apr-2019

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KAMIS, 6 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIA Politik Dinasti ... fileP OLITIK dinasti dalam pemilihan presiden (pilpres) diperkirakan berakhir pada 2014. Karena itu, penerus trah politik

POLITIK dinasti dalam pemilihan presiden (pilpres) diperkirakan berakhir pada 2014.

Karena itu, penerus trah politik belum dapat dipastikan berha-sil merebut hati pemilih.

Peneliti Lembaga Survei Indonesia (LSI) Burhanuddin Muhtadi di Jakarta, kemarin, mengistilahkan Pilpres 2014 menjadi titik balik rasionalitas pemilih.

“Sudahlah. Selamat tinggal politik dinasti. Saat ini sudah

berbeda dengan sejarah, dan masyarakat sudah jauh lebih pintar. Pada 2014, meski yang ditawarkan adalah darah biru, publik tidak akan membeli-nya,” tandas Burhanuddin.

Sejumlah penerus dinasti politik yang disebut-sebut akan berperan pada 2014 adalah Kristiani Herawati alias Ani Yudhoyono yang juga istri dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Selain itu, Ketua Dewan Per-timbangan Pusat PDIP Taufi q Kiemas memastikan istrinya yang juga Ketua Umum DPP

PDIP Megawati Soekarnoputri sangat mungkin tidak akan maju lagi sebagai kandidat calon presiden pada 2014. Pernyataan Taufi q itu seakan memberi angin kepada pu-trinya, Puan Maharani, untuk berkiprah pada 2014.

Menurut Burhanuddin, Puan tidak serta-merta mewarisi ka-risma Soekarno yang melekat dalam tubuh partai tersebut. Pasalnya, Puan belum me-ngalami proses panjang historis seperti yang dialami Megawati ataupun Soekarno.

“Karisma itu dibentuk mela-

lui proses panjang, dan Puan tidak memiliki itu. Meski memiliki darah biru, belum tentu dibeli masyarakat,” tu-turnya.

Adapun mengenai sosok Ani Yudhoyono, menurut Burha-nuddin, masih berupa isu cair. Menurut dia, wacana memun-culkan Ani Yudhoyono yang diusung juru bicara Partai Demokrat Ruhut Sitompul hanya untuk melihat reaksi publik.

“Kemungkinannya ada dua, apakah dia mencari muka atau hanya sebagai peniup terompet

untuk tes pasar,” katanya. Ketua DPP PDIP Bambang

Wuryanto mengatakan, Puan Maharani sangat mungkin disiapkan sebagai penerus Megawati. “Beliau merupakan salah satu fungsionaris DPP, pimpinan fraksi. Beliau adalah peraih suara terbanyak saat Pemilu 2009 dan paling sering melaksanakan tugas partai ke daerah,” kata Bambang.

Menurutnya, PDIP meng-inginkan para kader muda yang berada di kisaran usia 40-50 tahun untuk regenerasi. Dengan demikian, dia pun

membenarkan kemungkinan Megawati yang berusia 67 ta-hun pada 2014 tidak akan lagi mencalonkan diri.

“Last but not least, beliau juga merupakan putri dari Taufiq Kiemas dan Megawati Soekar-noputri,” kata Bambang.

Calon sendiriMencuatnya beberapa nama

calon presiden (capres) mem-buat PKS bersiap mengambil peran. “Ada dua opsi. PKS mendukung pasangan calon yang ada atau PKS mengaju-kan calon sendiri. Dua opsi ini

sedang dielaborasi. Tapi, kalau melihat dari aspirasi yang ada, kelihatannya ma yoritas cenderung agar PKS bisa me-ngusung capres sendiri,” kata Ketua DPP PKS Mahfudz Sid-diq.

Sebab, lanjutnya, Pilpres 2014 adalah momentum regenerasi. “Kalau usia 60 tahun adalah usia regenerasi, itu memang sangat menarik. Kontestasi capres pada 2014 menampilkan usia 40-50-an. Itu adalah usia PKS,” sahutnya. (*/P-1)

[email protected]

Politik Dinasti Segera BerakhirPilpres 2014 adalah momentum regenerasi. Trah politik tidak bisa menjadi

andalan tunggal untuk merebut suara pemilih.

RENCANA kelanjutan pem-bangunan gedung baru DPR terus menuai penolakan. Bah-kan dari internal DPR. Tindak-an tersebut dinilai sebagai wujud ketidakmampuan DPR membuat prioritas demi me-ningkatkan kapabilitasnya.

Hal tersebut disampaikan anggota Komisi III DPR RI dari F-PDIP Gayus T Lumbuun ke-pada Media Indonesia di Jakarta, kemarin.

“Pembangunan gedung tersebut hanya mendukung kenikmatan fasilitas saja. Pa-

dahal yang lebih diperlukan adalah membangun integritas dan komitmen anggota dewan, termasuk menegakkan etika,” kata Gayus.

Bahkan, Gayus meminta agar keinginan DPR, khusus-nya yang disampaikan Badan Urusan Rumah Tangga DPR tersebut, dibatalkan. Menurut dia, pembangunan fasilitas dan sarana kerja terlebih dahulu tak ubahnya membangun perang-kat keras tanpa memperhatikan ada tidaknya kemampuan perangkat lunaknya mendu-

kung hasil.“Tugas utama DPR, yakni

legislasi, budgeting, dan control-ling saat ini sangat jauh dari harapan. Terutama di bidang legislasi yang direncanakan selesai 70 UU pada 2010, baru terselesaikan 10 persennya,” cetusnya.

Gayus juga mempertanya-kan kinerja pimpinan yang ingin melibatkan KPK dalam pengawasan, perencanaan, dan pembangunan. Ketika itu, pimpinan DPR sempat me-nyebutkan adanya pembagian

upeti dalam proses tender. Maka, dia pun meminta KPK serius mengusut rencana terse-but karena itu menjadi peran

dan tugas KPK dalam bidang pencegahan tipikor.

“Pimpinan dewan, di bebe-rapa media, sempat menduga ada upeti yang sudah dibagi-bagi dan meminta KPK untuk turun tangan dan menyelidiki. Oleh karena itu, sebaiknya hen-tikan pembangunan Gedung DPR sampai kinerja anggota dewan baik dan masa krisis negara teratasi,” tandasnya.

Sebelumnya, anggota BURT DPR dari F-PPP Muhamad Arwani Thomafi di Jakarta me-mastikan bahwa pembangunan

gedung baru DPR dimulai se-telah masa reses yang berakhir pada 10 Januari. Arwani me-negaskan, pimpinan DPR pada 6 September 2010 memutuskan untuk tidak menghentikan proses pembangunan gedung baru. Mereka sepakat menunda pembangunan karena menuai kritik publik. “Dalam rapat tersebut tidak ada yang meno-lak, semua fraksi setuju untuk penundaan, bukan pembatal-an. Kini tinggal menunggu arahan saja.”

Namun, rencana kelanjutan

pembangunan gedung baru DPR tak semua pihak tahu. Ketua BURT Marzuki Alie mengaku tidak tahu dalam kebijakan pembangunan terse-but.

Anggota BURT Michael Wattimena yang juga men-jadi anggota panja gedung ikut menggeleng saat ditanya soal nominal hasil evaluasi. Dia pun mengaku mendengar rencana kelanjutan pemba-ngunan gedung, tapi belum ada sosialisasi lebih lanjut soal itu. (Din/S-8)

SEKRETARIAT gabungan (set-gab) mitra koalisi pendukung pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono disang-sikan mampu menuntaskan perdebatan Rancangan Un-dang-Undang (RUU) tentang Pemilu.

Keraguan itu dimunculkan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang tergabung dalam setgab. “Kami sudah pernah menyam-paikan sikap soal perhitungan daerah pemilihan dan parlia-mentary threshold (PT/ambang batas parlemen) dan ternyata beda pendapat. Secara tradis-ional tidak mungkin disele-saikan kecuali di DPR,” kata anggota Komisi II DPR dari F-PKS Agus Poernomo di Jakarta, kemarin.

Apalagi, sambungnya, par-pol besar yang tergabung da-lam setgab (Partai Demokrat

dan Partai Golkar) cenderung mengabaikan suara parpol menengah yang menjadi mitra koalisi mereka.

“Kalau Golkar strateginya menaikkan ambang batas par-lemen, Demokrat dengan per-hitungan kursi parpol. Akan saya sampaikan pada rekan agar mereka fi ght,” jelasnya.

Ia mengingatkan, yang pa-ling terjepit dengan situasi tersebut adalah PPP dan PKB, sebagai sesama teman koalisi. Ia juga mengingatkan peluang makin tingginya pejabat korup jika jumlah dapil ditambah.

“Kalau daerah pemilihan makin kecil, kompetisi makin tinggi, biaya makin besar dan peluang besar untuk meng-hasilkan anggota dewan yang lebih korup,” tandasnya.

Secara terpisah, Ketua De wan Pertimbangan Partai Golkar

Akbar Tandjung meyakini per-bedaan pandangan mengenai ambang batas di antara anggota setgab bisa diselesaikan melalui jalur kompromi. “Lobi atau kompromi antarparpol adalah hal biasa dalam politik,” kata mantan Ketua DPR itu.

Ia mengatakan perbedaan pandangan soal besaran am-bang batas parlemen tentu akan dibicarakan di DPR. Setiap par-pol yang memiliki pandangan berbeda akan menyampaikan argumentasi.

Berbagai pandangan itu, kata Akbar, selanjutnya akan dicarikan jalan tengah untuk mencari titik temu yang ideal, baik melalui diskusi, lobi, mau-pun kompromi. “Argumentasi setiap partai itu yang akan di-cari titik temunya pada pemba-hasan RUU Politik di DPR. Kita tunggu saja.” (Din/Ant/P-1)

PARTAI Keadilan dan Per-satuan Indonesia (PKPI) me-ngeluhkan perubahan syarat pendirian partai politik (par-pol). Apalagi, parpol harus mengikuti persyaratan baru dalam waktu yang singkat.

Keluhan itu disampaikan oleh Ketua Umum PKPI Sutiyoso saat bertemu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Wisma Negara di Jakarta, kemarin.

Turut hadir dalam pertemuan itu ialah Sekjen PKPI Lukman F Mokoginta dan pengurus partai Nehemia Lawalata, Letjen Jusuf Kartanegara, dan Ramses Wally.

Rapat Paripurna DPR pada 16 Desember 2010 menerima RUU tentang Parpol untuk disahkan sebagai UU. RUU itu adalah revisi dari UU Nomor 2 Tahun 2008 tentang Parpol. Ke-menterian Hukum dan HAM sudah menjadwalkan tahapan verifi kasi parpol dimulai pada 17 Januari 2011.

Perubahan yang termuat dalam revisi Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008 tentang Parpol itu, menurut Sutiyoso, agak merepotkan PKPI.

Dalam revisi UU tersebut, se-tiap parpol harus memiliki per-wakilan tetap di 100% provinsi, 75% pengurus kabupaten/kota, dan di 50% kecamatan di setiap kabupaten/kota.

Ia menilai UU Parpol itu sebagai sebuah produk hukum menafi kan empat pilar kebang-saan, yakni Pancasila, UUD 1945, negara kesatuan RI, dan Bhinneka Tunggal Ika.

UU Parpol itu, kata Suti-

yoso, juga bertentangan dengan kons titusi, yakni Pasal 28 UUD 1945 yang menjamin kebebasan berserikat, termasuk kebebasan berpolitik.

Secara terpisah, Ketua DPP PKS Mahfudz Siddiq men-jelaskan, PKS membutuhkan sekitar Rp200 miliar untuk me-nyelaraskan dengan perubahan UU Parpol.

“Sebagian besar kantor per-wakilan di daerah itu kontrak rumah. Biasanya sewa seta-hun, dua tahun. Dengan ada-nya revisi UU Parpol, mereka setidaknya harus tetap hingga 2014. Hitungan kasar anggaran untuk verifi kasi parpol paling tidak Rp200 miliar,” kata dia.

PKS juga sudah membentuk tim verifikasi partai internal yang akan bekerja selama satu setengah bulan. Tim itu dipimpin oleh Ketua Badan Pemenangan Pemilu PKS Zahfan Badri.

“Sampai saat ini, belum ada penjelasan dari pemerintah bagaimana teknis pelaksanaan verifi kasi tersebut,” cetusnya. (*/Ant/P-1)

PRESIDEN Susilo Bambang Yudhoyono menyoroti ketidak-patuhan pejabat daerah ter-hadap administrasi peme-rintahan sebagai dampak bu-ruk pemilihan umum kepala daerah (pemilu kada) secara langsung.

“Banyak contoh sekarang ini karena euforia, karena konsekuensi dari pemilihan langsung, seolah-olah pejabat pemerintah tidak harus tun-duk pada tatanan administrasi pemerintahan,” kata Presiden di Jakarta, kemarin.

Ia mengatakan itu saat memberikan pidato pengantar dalam rapat kabinet terba-tas terkait penyusunan draf Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Administrasi Negara di Kantor Presiden.

Ketidakpatuhan terhadap administrasi pemerintahan dan akuntabilitas pelaksanaan pemerintahan itu, sambung Yudhoyono, disebabkan kepala daerah merasa dipilih langsung oleh rakyat di daerah.

Dengan demikian, lanjut dia, RUU itu harus mampu meng-atur pejabat daerah. “Dengan adanya aturan yang lebih jelas, mana yang boleh dilakukan pejabat dan mana yang tidak boleh.

Sehingga bisa menimbulkan ketenangan dalam bekerja, karena jelas mana yang mesti dilakukan,” kata dia.

Presiden mengakui, banyak hal terkait administrasi pe-merintahan yang belum bisa diatur dengan baik selama

enam tahun kurun waktu pe-merintahannya. “Oleh karena itu, kita atur agar semuanya pasti,” katanya.

Seusai rapat kabinet terbatas, Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan Djoko Suyanto mengatakan RUU itu mendesak terkait dengan banyaknya kepala daerah serta pejabat negara yang tersan-dung kasus pidana.

“Banyak kepala daerah yang terkena pasal pidana, dipang-gil Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kejaksaan, kepolisian, dan dihukum. Puluhan bahkan ratusan. Itu menandakan masih ada yang belum sepenuhnya dipahami oleh pejabat daerah maupun pusat. Karena menteri pun juga ada,” kata Djoko.

Pemahaman terhadap pe-ngelolaan pemerintahan, de-mikian Djoko, tidak dipahami dengan baik karena berbagai alasan.

Mulai dari latar pendidikan dan pengalaman kepala daerah yang tidak memahami tata pemerintahan. Bahkan, lanjut-nya, ada unsur kesengajaan mengabaikan administrasi pemerintahan.

Menteri Hukum dan HAM Patrialis Akbar menegaskan pembahasan UU itu akan sele-sai pada 2011.

“Kami yakin akan selesai dalam 2011 ini. Drafnya sedang kami fi nalisasi. Nanti kalau su-dah diserahkan ke DPR, pem-bahasannya juga akan cepat,” tandas Patrialis. (Mad/P-1)

Soal Gedung Baru, Internal Dewan Terbelah

PKS Terjepit di Setgabsoal Ambang Batas Parlemen

PKPI KeluhkanRevisi UU Parpol

Presiden Soroti Pejabat Daerah

DINNY MUTIAH

4 KAMIS, 6 JANUARI 2011 | MEDIA INDONESIAPOLKAM

MI/SUSANTO

SutiyosoKetua Umum PKPI

Tugas utama DPR, yakni legislasi,

budgeting, dan controlling saat ini sangat jauh dari harapan.”

Gayus T LumbuunAnggota Komisi III DPR (F-PDIP)

PRYupaharinrudalan

inkolanpedupedi

mdataRa(RNe

addapeYudaol

RUatuadmpebo

kekadi

hamdi

SEgapeYusikpedaPe

Paya“KpadamebabeiosaanPKke

polam