pkm gt 2009 ipb tito upaya memperkuat kearifan

26
PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA UPAYA MEMPERKUAT KEARIFAN BUDAYA LOKAL PADA REMAJA MELALUI PERFILMAN INDONESIA: STUDI KASUS FILM LASKAR PELANGI BIDANG KEGIATAN : PKM Gagasan Tertulis Diusulkan oleh : Rd Rina Nurapriani (F24061109) /2006 Tito Tegar (F24062873) / 2006 Rahajeng Aditya (F24070120) / 2007 INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009

Upload: yantiyuliriswati

Post on 25-Jun-2015

212 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

UPAYA MEMPERKUAT KEARIFAN BUDAYA LOKAL PADA REMAJA

MELALUI PERFILMAN INDONESIA: STUDI KASUS FILM LASKAR

PELANGI

BIDANG KEGIATAN : PKM Gagasan Tertulis

Diusulkan oleh :

Rd Rina Nurapriani (F24061109) /2006 Tito Tegar (F24062873) / 2006 Rahajeng Aditya (F24070120) / 2007

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2009

Page 2: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

HALAMAN PENGESAHAN

1. Judul Kegiatan : Upaya Memperkuat Kearifan Budaya Lokal Pada

Remaja Melalui Perfilman Indonesia: Studi Kasus Film Laskar Pelangi

2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI (X) PKM-GT

3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Tito Tegar b. NIM : F24062873 c. Jurusan : Ilmu dan Teknologi Pangan d. Universitas/Institut/Politeknik : Institut Pertanian Bogor e. Alamat Rumah dan No.Tel./HP :Asrama PPSDMS Cihideung ilir

Darmaga- Bogor/ 081335279752 f. Alamat Email : [email protected]

4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis : 2 orang

5. Dosen Pendamping

a. Nama Lengkap dan Gelar : Dian Herawati, STP b. NIP : 132. 324. 489 c. Alamat Rumah dan No.Tel./HP : Perumahan IPB Alam

Sinarsari, JL Kemangi Blok D19 Cibereum/ 081513046290

Bogor, 6 April 2009 Menyetujui, Ketua Departemen Ketua Pelaksana Kegiatan Dr.Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr Tito Tegar NIP. 131878503 NIM. F24062873 Wakil Rektor Dosen Pendamping Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof.Dr.Ir.H. Yonny Koesmaryono, MS. Dian Herawati, STP

NIP. 131.473.999 NIP. 132. 324. 489

Page 3: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas karunia-Nya

sehingga penulisan karya tulis ini dapat terselesaikan dengan baik. Karya tulis ini

merupakan salah satu tulisan yang mengkaji “Upaya Memperkuat Kearifan

Budaya Lokal Pada Remaja Melalui Perfilman Indonesia: Studi Kasus Film

Laskar Pelangi”.

Dewasa ini, masyarakat khususnya remaja cenderung mengikuti tren kebudayaan

yang dibawa oleh arus globalisasi. Nilai-nilai kebudayaan tersebut kurang sesuai

dengan jati diri asli bangsa Indonesia, karena tidak berbasis pada kebudayaan

lokal. Globalisasi juga telah mengikis sedikit demi sedikit nilai-nilai luhur yang

terkandung di dalam kebudayaan asli Indonesia. Oleh karena itu diperlukan suatu

upaya untuk melestarikan kebudayaan tersebut agar kelak remaja Indonesia tidak

kehilangan identitasnya sebagai bangsa yang kaya akan nilai-nilai luhur

kebudayaan lokal.

Penulis mengharapkan Karya Tulis ini dapat memberikan masukan dan saran

kepada pihak yang memerlukannya. Penulis menyadari, tulisan ini sangat jauh

dari kesempurnaan. saran dan kritik yang konstruktif sangat diperlukan untuk

kesempurnaan Karya Tulis ini. Semoga tulisan ini menjadi inspirasi untuk

menunjang kehidupan yang lebih baik.

Bogor, 6 April 2009

Penulis

Page 4: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

DAFTAR ISI

Halaman Halaman Judul……………………………………………………………… i

Halaman Pengesahan………………………………………………………… ii

Kata Pengantar……………………………………………………………… iii

Daftar Isi…………………………………………………………………..... iv

Ringkasan…………………………………………………………………… v

PENDAHULUAN

TELAAH PUSTAKA

Film Sebagai Media Transfer Kebudayaan…………………….......4

Dampak Film terhadap Remaja Indonesia saat ini…..…………....4

Kearifan Lokal Sebagai Perwujudan Budaya……………………. 5

Film Lokal: Laskar Pelangi……………………………......................7

METODE PENULISAN………………………………………….................8

PEMBAHASAN

Film Dan Kebudayaan.............................................................................9

Warisan Budaya Lokal Untuk Memperkuat Kearifan Lokal……..10

Kearifan Lokal Sebagai Upaya Penguatan Remaja……….............11

Laskar Pelangi dan Kearifan Lokal di Dalamnya……………………12

KESIMPULAN DAN SARAN………..…………………………………….15

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

LAMPIRAN

Page 5: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

RINGKASAN

Generasi muda adalah salah satu aset Indonesia pada masa mendatang. Bangsa ini harus mampu menempatkan remaja-remajanya saat ini menjadi pemimpin-pemimpin bangsa di masa mendatang. Tentu saja harus ada upaya-upaya untuk menanamkan sebuah ciri khas budaya bangsa ini untuk membedakannya dengan orang dari negeri lain. Selain itu adanya budaya lokal yang melekat pada diri pemuda-pemuda Indonesia akan mampu memperkuat jati diri dan kebanggaan sebagai bangsa Indonesia.

Bangsa Indonesia yang kaya budaya tidak memiliki kepercayaan diri terhadap kebudayaan lokalnya, bahkan memilih melebur dengan budaya global. Hal ini menyebabkan Indonesia makin kehilangan jati dirinya sehingga hanya menjadi kumpulan orang-orang yang tak lagi memiliki akar kebudayaan lokal. Padahal Indonesia memiliki kearifan lokal dan nilai-nilai khas yang dapat dijadikan dasar pijakan untuk hidup bernegara. Indonesia dengan kebhinekaan dan kebesaran nusantaranya kini kesulitan menghadapi gejolak-gejolak yang terjadi di masyarakat. Indonesia ibarat tidak memiliki landasan nilai-nilai kearifan lokal untuk menyelesaikan berbagai problema.

Dalam konteks kekinian, para pemuda, kurang dapat merasasakan hadirnya nilai-nilai kearifan lokal sebagai tuntunan hidup Nilai-nilai kearifan lokal yang terkandung dalam kebudayaan Indonesia tentunya dapat mempengaruhi psikologi dan mengubah pola pikir generasi muda. Akan tetapi publikasi dan promosi yang kurang berbagai bentuk budaya lokal yang membawa nilai-nilai kearifan lokal Indonesia menjadi sebuah batasan yang akhirnya membuat Indonesia terpuruk.

Membangkitkan nilai-nilai daerah untuk kepentingan pembangunan menjadi sangat bermakna bagi perjuangan daerah untuk mencapai prestasi terbaik. Selama ini, kearifan lokal tiarap bersama kepentingan pembangunan yang bersifat sentralistik dan top down. Oleh karena itu, sudah saatnya untuk menggali lebih banyak kearifan-kearifan lokal sebagai alat atau cara mendorong pembangunan daerah sesuai daya dukung daerah dalam menyelesaikan masalah-masalah daerahnya secara bermartabat.Permasalahan-permasalahan tersebut tentunya ibarat benang yang kusut yang harus diurai permasalahannya dan dicarikan solusi konkret dalam upaya penguatan kepemudaan Indonesia. Salah satu media yang dapat digunakan untuk mempromosikan dan menguatkan kembali nilai-nilai lokal tersebut adalah melalui kombinasi dengan kebudayaan modern yang dekat dengan masyarakat dan pemuda khususnya, yaitu film. Film saat ini berkembang sebagai sebuah budaya baru yang meluas di kalangan masyarakat. Remaja (Pemuda) yang notabenenya masih dalam tahap-tahap pencarian jati diri tentu akan mencoba budaya-budaya baru tersebut. Mereka akan melihat, mengamati, dan memahami apa kandungan budaya dan nilai yang dibawa dalam film tersebut. Terkadang hal tersbut dapat bersifat konstruktif dalam mengembangkan pola pikir para remaja di Indonesia, akan tetapi tidak jarang masuknya nilai-nilai yang tidak sesuai dengan khasanah budaya Indonesia tersebut akan merusak tatanan nilai yang sudah terbentuk sebelumnya.

Page 6: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

Pengamat sinema dunia, Vinzenz Hediger, memiliki teori tentang sinema popular. Ia percaya bahwa film layar lebar sangat berpotensi dalam mengangkat isue – isue sosial yang dialami suatu negara dimana penonton bisa berasosiasi dengan karakter yang ada dalam film. Sinema dapat menjadi alat yang sangat efektif karena dapat menembus kalangan luas dan sifatnya populis. Artinya film akan sangat mudah menyebar dalam masyarakat dalam berbagai tingkatan hidup. Film juga dengan mudah mendapatkan atensi dari media, serta dalam pemutarannya penonton tidak akan merasa digurui. Melihat beberapa pertimbangan tersebut peran film dinilai dapat meningkatkan dan mengembangkan kearifan lokal daerah yang diselipkan melalui film-film berbudaya lokal.

Studi kasus film Indonesia sebagai media pengembangan nilai-nilai kearifan lokal dapat dilihat dalam kisah Laskar Pelangi. Laskar Pelangi sebagai sebuah perwujudan karya anak bangsa mampu menuai sukses bukan hanya dari segi komersial, tetapi dalam hal manfaatnya sebagai pengembangan budaya lokal. Dalam konteks ke-Indonesiaan Laskar Pelangi merupakan kisah tentang persoalan nasionalis-religius Indonesia, yang sesuai dengan Pancasila. Nilai-nilai keberagaman diangkat begitu dramatis eksotis dalam film tersebut. Kisahnya juga mengandung nilai-nilai pendidikan, moral, dan spiritual yang universal. Indahnya kehidupan yang penuh kebersamaan, kejujuran, kesederhanaan, sikap pantang menyerah, keuletan, dan kesabaran merupakan nilai-nilai ideal manusia Indonesia.Sangat sesuai untuk ditampilkan saat kondisi Indonesia dan pemudanya seperti ini. Selain itu, tokoh dan karakter orang-orang di dalam film ini sangat beragam namun bisa bersahabat erat. Ada tokoh Ikal yang sangat imajinatif dan punya cita-cita ingin pergi ke Paris. Ada Lintang, seorang jenius yang anak nelayan miskin. Ada juga Mahar yang punya talenta seni yang luar biasa. Ada A Kiong yang keturunan Tionghoa. Ada juga Flo, gadis tomboi yang berasal dari keluarga kaya. Karakter-karakter tersebut mengajarkan bahwa perbedaan bukan menjadi suatu masalah terhadap kelompok. Justru saling menguatkan karena saling mengisi kekurangan dan kelebihan masing-masing.

Pengembangan film sekarang harus memperhatikan manfaat dan tujuan dibuatnya sebuah film tersebut. Bukan berarti film hanya berorientasi profit tetapi harus ada juga bentuk keuntungan sosial (social advantage) yang diperoleh masyarakat atas terbitnya film tersebut. Laskar Pelangi sebagai sebuah film, mampu menyisipkan nilai-nilai kearifan lokal Melayu-Belitong yang direpresentasikan oleh cerita anak-anak kecil dalam kelompok Laskar Pelangi. Nilai-nilai kearifan lokal tersebut dapat berperan sebagai modal dasar dalam bernegara sekaligus memantapkan ciri khas budaya lokal di Indonesia.

Upaya mewujudkan penanaman nilai-nilai kearifan lokal pada remaja melalui film ini tentunya melibatkan berbagai pihak sebagai satu-kesatuan yang komprehensif.. Sebuah sistem yang sustainable juga sangat diperlukan untuk mendukung upaya ini. Film Indonesia harus dapat mencerminkan kondisi sosial budaya Indonesia sebagai upaya memperkuat jati diri bangsa.

Page 7: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang kaya akan keanekaragaman seni dan budaya.

Kebudayaan lokal sering pula disebut kebudayaan etnis atau folklore (budaya

tradisi). Kebudayaan lokal ini tersebar di seluruh wilayah Indonesia yang

didukung oleh masyarakat adat yang bersangkutan. Budaya daerah yang

merupakan sesuatu hal yang menjadi ciri khas di setiap daerah. Kebudayaan ini

terdapat pada setiap daerah di Indonesia, seperti kebudayaan Aceh, Batak,

Melayu, Minangkabau, Kerinci, Jambi, Palembang, Bengkulu, Lampung, Sunda,

Betawi, Jawa, Bali, dan sebagainya.

Menurut Koentjaraningrat (1996), kebudayaan diartikan sebagai keseluruhan

sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan

masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar. Kebudayaan lokal

adalah jati diri bangsa karena berakar dalam budaya masyarakat pendukungnya.

Oleh karena itu perlu dilestarikan dan dikembangkan untuk menjaga ketahanan

budaya. Hal ini dimaksudkan agar dalam menghadapi pengaruh globalisasi,

akulturasi, dan komunikasi lintas budaya, bangsa ini dapat memelihara

eksistensinya serta tidak kehilangan jati diri, harga diri ataupun sejarah

peradabannya.

Beragam wujud warisan budaya lokal memberi kita kesempatan untuk

mempelajari kearifan lokal dalam mengatasi masalah-masalah yang dihadapi di

masa lalu. Namun kondisi di Indonesia saat ini, kearifan lokal tersebut

seringkali diabaikan, dianggap tidak ada relevansinya dengan masa sekarang

apalagi masa depan. Dampaknya adalah banyak warisan budaya terkikis,

padahal banyak bangsa yang kurang kuat sejarahnya justru mencari-cari

jatidirinya dari tinggalan sejarah dan warisan budayanya yang sedikit

jumlahnya.

Bangsa Indonesia yang kaya budaya tidak memiliki kepercayaan diri terhadap

kebudayaan lokalnya, bahkan memilih melebur dengan budaya anonim bergaya

Page 8: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

global. Hal ini menyebabkan Indonesia makin kehilangan identitas sehingga

hanya menjadi kumpulan orang-orang yang tak lagi memiliki akar kebudayaan

lokal. Indonesia dengan kebhinekaan dan kebesaran nusantaranya kini tak berarti

apa-apa menghadapi gejolak-gejolak budaya luar.

Hal yang menjadi sorotan penting disini adalah pemuda Indonesia. Para pemuda

yang notabene-nya merupakan generasi penerus bangsa lebih menyukai tren-tren

yang diciptakan oleh bangsa asing daripada kebudayaannya sendiri. Nilai-nilai

budaya yang terkandung dalam tren semacam itu dapat mempengaruhi psikologi

dan mengubah pola pikir bangsa Indonesia. Hal ini dapat menghilangkan identitas

budaya bangsa Indonesia.

Permasalahan tentang identitas budaya bangsa ini dapat diatasi dengan mengaudit

kembali aset budaya yang tercerai-berai dan sudah mulai ditinggalkan. Aset-aset

budaya ini bisa berasal dari komunitas etnis, bisa juga aset-aset unggulan pada

pribadi. Nilai-nilai universal bisa memperkaya budaya unggul dan

mempertemukan nilai-nilai lokal secara saling melengkapi, tidak harus saling

berbenturan. Budaya lokal ini akan memberikan kontribusi identitas nasional.

Indonesia yang baru harus mampu membaca tren kompetisi global. Oleh karena

itu, hal yang utama adalah bagaimana Indonesia bisa menghargai lagi kekayaan

lokal itu sebagai basis identitas nasional serta membentuk karakter bangsa dengan

disertai penegasan identitasnya agar tak lagi mudah dipenetrasi budaya luar.

Identitas nasional tanpa punya akar lokal maka akan rapuh. Terlebih jika

berbenturan dengan peradaban global tanpa akar nasional maka akan semakin

rapuh.

Peradaban global, membuat arus komunikasi dan informasi semakin mudah dan

cepat. Hal itu berdampak langsung pada kebudayaan dan kesenian asing yang

masuk ke Indonesia, misalnya film. Masuknya film-film asing ke dalam kancah

perfilman nasional mengakibatkan tersisihnya kesenian dan kebudayaan lokal.

Masyrakat cenderung mengikuti tren global yang bukan berasal dari kebudayaan

lokal Indonesia.

Page 9: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

Pemilihan media yang mana yang bisa digunakan untuk menyebar luaskan ide-ide

kebudayaan adalah sangat penting untuk mendukung efektifitas pesan. Pilihan

hendaknya dijatuhkan pada media yang paling disukai oleh sebagian besar

masayarakat setempat (Kayam, 1982). Hal yang dapat dijadikan salah satu

alternatif dalam menggali kecintaan masyarakat terhadap budaya lokal adalah

pengangkatan kearifan sumber daya lokal yang dituangkan ke dalam kemasan

film. Alasannya adalah minat yang tinggi dari masyarakat Indonesia terhadap

dunia perfilman. Pembuatan film dengan menyisipkan kearifan budaya lokal

dirasa mampu memunculkan kembali nilai-nilai dan budaya asli sesuai jati diri

bangsa. Pemunculan secara kontinuitas cerita rakyat melalui dunia perfilman

merupakan alternatif media yang cukup efektif. Hal tersebut didasarkan atas

tingkat kesukaan masyarakat Indonesia dalam melihat film dan pengaruhnya

terhadap gaya hidup masyarakat Indonesia.

Page 10: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

TELAAH PUSTAKA

Film Sebagai Media Transfer Kebudayaan

Sebagai media rekam, film menyajikan gambar figuratif dalam bentuk objek-

objek fotografis yang dekat dengan kehidupan manusia. Gambar gerak figuratif,

secara semiotik, dapat disebut tanda tingkat pertama, sedangkan tanda tingkat

keduanya ada pada gerakan gambar itu sendiri (Garsies, 1993).

Film adalah salah satu jenis media massa bagi para khalayak ramai, khususnya

bagi para remaja. Film merupakan media komunal dan hasil adaptasi dari

berbagai teknologi dan unsur-unsur kesenian, yaitu dari perkembangan teknologi

fotografi dan rekaman suara.

Para pecinta film biasanya menonton melalui televisi (TV) dan video yang dapat

dilakukan di dalam rumah, dan mereka juga dapat menonton di suatu tempat

khusus, yaitu gedung bioskop. Bagi sebagian masyarakat, menonton film bioskop

adalah kegiatan yang sengaja dilakukan dengan meluangkan waktu untuk

menonton film yang diputarkan dalam suatu ruangan khusus dan tentunya dengan

peralatan yang khusus pula (Nirfitria dalam Marniaty, 2006).

Dampak Film terhadap Remaja Indonesia saat ini

Terdapat banyak adegan kontroversi dalam film-film nasional yang kini menjadi

trend di masyarakat Indonesia, beberapa diantaranya adalah sebagai berikut. Di

dalam film Jelangkung ada adegan seorang wanita pergi berhari-hari bersama 3

orang teman laki-lakinya dengan alasan berkemah dan dibolehkan oleh

orangtuanya. Dalam Film Ada Apa Dengan Cinta terdapat adegan mencium

mesra lawan mainnya dan dalam Cau bau khan bahkan lebih. Di dalam hal

kevulgaran ini, banyak insan film menangkis dan berkelit bahwa memang adegan

tersebut yang terjadi saat ini di masyarakat dan itulah kebenaran dan keindahan

yang memang perlu masyarakat ketahui.

Page 11: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

Namun hal ini dapat berakibat buruk bagi para remaja setelah menyaksikan

adegan-adegan tersebut. Di benak mereka terjadi proses kognitif legitimasi

pengesahan sikap bahwa mereka bisa dan ”harus” berkelakuan seperti adegan

film-film tersebut. Hal ini didukung dengan adanya anggapan dan pemikiran yang

mengatasnamakan modernitas dan kemajuan zaman.

Mengamati hal tersebut, kecenderungan yang terjadi saat ini di kalangan remaja

menjadi sesuatu hal yang sangat tidak mendidik pola berpikir dan bersikap kaum

remaja di Indonesia. Remaja mulai menganggap bahwa kekhawatiran itu adalah

sesuatu hal yang kuno, konservatif, dan kolot. Hal ini menjadi sesuatu hal yang

bertentangan dengan norma-norma dan budaya Indonesia yang mengangkat

masyarakat berpola kolektivistik bukan individualistik. Dalam hal ini individu

adalah sebagai entitas dan selalu terikat oleh norma-norma adat daerah ketimuran

lokal.

Saat ini pencinta film nasional sudah sangat rindu pada wajah-wajah asli

perfilman Indonesia. Di mana dalam beberapa adegan film nasional banyak yang

berupaya mengangkat citra dan tradisi asli Indonesia. Misalnya adegan ketika

Benyamin. S (alm.) mengatakan ”haram hukumnya wanita berduaan dengan pria”,

dalam Si Doel Anak Betawi. Juga adegan bermesraan Rano Karno dengan Yessy

Gusman yang digambarkan secara simbolik implisit dengan deburan ombak

dalam ”Gita Cinta SMA”, dan lain-lain.

Kearifan Lokal Sebagai Perwujudan Budaya

Kearifan lokal merupakan pengetahuan yang eksplisit yang muncul dari periode

panjang yang berevolusi bersama-sama masyarakat dan lingkungannya dalam

sistem lokal yang sudah dialami bersama-sama (Tiezzi, et al, 1992). Proses

evolusi yang begitu panjang dan melekat dalam masyarakat dapat menjadikan

kearifan lokal sebagai sumber energi potensial dari sistem pengetahuan kolektif

masyarakat untuk hidup bersama secara dinamis dan damai.

Page 12: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

Kearifan lokal biasanya tercermin dalam kebiasaan-kebiasaan hidup masyarakat

yang telah berlangsung lama sehingga menjadi nilai-nilai yang berlaku dalam

kelompok itu bahkan sampai membudaya. Nilai-nilai itu menjadi pegangan

kelompok masyarakat tertentu yang biasanya akan menjadi bagian hidup tak

terpisahkan yang dapat diamati melalui sikap dan perilaku mereka sehari-hari.

Kearifan lokal juga lebih menggambarkan satu fenomena spesifik yang biasanya

akan menjadi ciri khas komunitas kelompok tersebut. misalnya alon-alon asal

klakon (masyarakat Jawa Tengah), rawe-rawe rantas malang-malang putung

(masyarakat Jawa Timur), ikhlas kiai-ne manfaat ilmu-ne, patuh guru-ne barokah

urip-e (masyarakat pesantren), dan sebagainya. Konsep kearifan lokal merupakan

bagian kecil dari konsep kebudayaan masyarakat.

E.B. Taylor (1871) memberikan definisi mengenai kebudayaan yaitu kebudayaan

adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,

hukum, adat istiada, lain kemampuan-kemampuan dan kebiasaan-kebiasaan yang

didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat. Antropolog lain

menyatakan bahwa kebudayaan mencakup semua yang didapatkan dan dipelajari

dari pola-pola perilaku normatif, artinya mencakup segala cara atau pola berpikir,

merasakan dan bertindak (Soekanto, 1996). Kebudayaan merupakan bagian yang

tak terpisahkan dalam model kehidupan masyarakat melalui penerepan nilai-nilai

kearifan lokal dalam kehidupan dan kebiasaan setempat.

Kearifan lokal seharusnya ada dilingkungan masing-masing dari generasi ke

generasi dipertahankan dan dikembangkan sebab kearifan lokal bukan didasari

oleh teknologi namun pembelajaran kebaikan yang secara tidak langsung kepada

manusia dan tidak ada pendidikan formal dan pelatihan untuk meneruskan

kearifan lokal, Manusia menciptakan budaya dan lingkungan sosial lalu

beradaptasi terhadap lingkungan fisik dan biologisnya. Kebiasaan tradisi

diwariskan dari generasi ke generasi dan terkadang tidak menyadari dari mana

asal warisan tersebut.

Page 13: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

Film Lokal: Laskar Pelangi

Laskar pelangi merupakan film yang diangkat dari novel karya Andrea Hirata.

Laskar Pelangi merupakan sebuah sebuah film yang memuat nilai-nilai dan

budaya lokal. Film ini menceritakan kisah sekelompok anak yang mendapat

julukan Laskar Pelangi. Laskar Pelangi adalah kumpulan orang besar dalam tubuh

anak kecil. yang luar biasa dalam mencapai cita-cita. Film ini merupakan

kehidupan yang mewakili kisah para orang kecil. Kisah keteguhan dan kerja keras

dalam mencapai impian, kemauan kuat dan kesungguhan untuk berjuang demi

Nilai-nilai luhur.

Film ini menceritakan tentang orang-orang Melayu yang memiliki pribadi yang

sederhana yang memperoleh kebijakan Melayu dari para guru mengaji dan orang-

orang tua di Surau sehabis shalat maghrib. Nilai yang terkandung di dalamnya

yang menjadi sentuhan menarik dari film Laskar Pelangi adalah nilai-nilai

perjuangan dalam memajukan pendidikan, nilai keagamaan, nilai sosial,

kedisiplinan, kepemimpinan, dan lain-lain. Nilai nilai tersebut relevan

dikembangkan sekarang ini, karena Pulau Bangka dan Belitung masih mengalami

krisis sumber daya manusia. Nilai-nilai ini mengangkan kearifan lokal budaya

setempat khususnya kearifan lokal suku bangsa Melayu, yang dimasukkan oleh

dalam alur cerita film tersebut.

Telah kita ketahui bahwa jumlah budaya (adat istiadat dan tradisi) Nusantara

yang lahir dan berkembang dari dulu sampai sekarang begitu banyak. Namun,

tidak semua masyarakat dapat mengetahui setiap budaya yang tersebar di seluruh

Indonesia itu karena minimnya media publikasi yang dilakukan oleh para pemilik

budaya tersebut. Maka dari itu, sangat diperlukan pengeksplorasian budaya suatu

bangsa untuk disebarkan ke masyarakat luas agar semua masyarakat dapat

mengetahuinya, salah satunya melalui film, seperti halnya kita dapat mengetahui

seluk beluk cerita-cerita yang membawa kearifan lokal di Indonesia melalui film

Denias, Gie, Opera Jawa, Nagabonar, dan lain

Page 14: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

METODE PENULISAN

Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan studi pustaka terhadap

literatu- literatur terkait baik melalui literatur di buku-buku maupun di media

elektronik, berupa jurnal-jurnal elektronik.

Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan melakukan analisis terhadap masalah

yang dikaji berdasarkan data dan fakta terkait serta melakukan pengkajian dan

perumusan suatu solusi untuk masalah tersebut. Penyusunan dilakukan secara

komprehensif, runtut dan tajam.

Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kedua hal diatas, maka kerangka pemikiran dikembangkan

dengan menganalisis adanya masalah kecenderungan remaja yang mengikuti tren

kebudayaan asing, terutama di dunia sinematografi, khususnya film. Selanjutnya,

dilakukan pengkajian terhadap kebudayaan lokal sebagai penguat identitas

bangsa. Kemudian mensinergikan antara sinematografi berbasis kebudayaan lokal

sebagai penguat identitas bangsa pada remaja.

Page 15: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

PEMBAHASAN

Film Dan Kebudayaan

Film merupakan sebuah generasi kebudayaan yang baru. Kemunculannya sekitar

hampir satu abad yang lalu telah menimbulkan berbagai fenomena baru dalam

perkembangan peradaban budaya manusia. Film mampu menjadi penyelaras

bermacam-macam kebudayaan tradisional yang telah lama bersemayam di

masyarakat. Munculnya film memiliki dampak positif dan negatif dalam

kaitannya dengan kebudayaan lokal. Terkadang film dapat bersifat komplementer

dengan budaya lokal, dan saling menguatkan fungsi masing-masing. Namun tak

jarang budaya-budaya lokal khas daerah juga mulai terpinggirkan akibat film-film

asing yang mengabaikan budaya lokal. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri bahwa

film telah menjadi sebuah sarana baru dalam media pengembangan kebudayaan.

Tema-tema film di Indonesia, sebagian besar dibuat berkisar di kisah-kisah

percintaan, kehidupan yang konsumtif dan kekerasan. Tidak dapat dipungkiri

bahwa film-film tersebut secara keseharian sering mengisi layar-layar televisi atau

bioskop di Indonesia. Akibatnya banyak nilai-nilai yang kurang sesuai budaya

lokal masuk ke dalam kehidupan remaja di Indonesia. Namun beberapa film yang

mendapatkan perhatian dunia secara khusus terkadang justru film-film yang

mengangkat konflik sosial, politik dan budaya.

Dalam hal ini laskar pelangi sebagai sebuah karya film, dapat dirasakan telah

membawa arus baru dalam perfilman Indonesia. Film garapan Riri riza yang

diangkat dari karya sastra Andrea Hirata ini mampu menembus berbagai kalangan

khusunya remaja Indonesia. Penonton disuguhkan berbagai nilai-nilai lokal yang

mencirikan kekhasan budaya setempat, khususnya Budaya Melayu khas Belitong.

Film sebagai bentuk kebudayaan akan sangat bermakna apabila nilai-nilai yang

terdapat dalam film tersebut mampu masuk ke dalam diri penontonnya. Menjadi

bentuk penguatan kembali budaya lokal Indonesia.

Page 16: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

Warisan Budaya Lokal Untuk Memperkuat Kearifan Lokal

Menurut Davidson (1991:2) warisan budaya diartikan sebagai produk atau hasil

budaya fisik dari tradisi-tradisi yang berbeda dan prestasi-prestasi spiritual dalam

bentuk nilai dari masa lalu yang menjadi elemen pokok dalam jatidiri suatu

kelompok atau bangsa. Jadi warisan budaya merupakan hasil budaya fisik

(tangible) dan nilai budaya (intangible) dari masa lalu.

Nilai budaya dari masa lalu (intangible heritage) inilah yang berasal dari budaya-

budaya lokal yang ada di Nusantara, meliputi: tradisi, cerita rakyat dan

legenda, bahasa ibu, sejarah lisan, kreativitas (tari, lagu, drama pertunjukan),

kemampuan beradaptasi dan keunikan masyarakat setempat. Keunikan ini yang

membuat setiap daerah memiliki cirri khasnya masing-masing, dengan nilai-nilai

yang masing-masing telah mendarah daging pada masyarakat setempat.

Menurut (Galla, 2001: 12), kata lokal yang tercakup disini tidak mengacu pada

wilayah geografis, khususnya kabupaten/kota, dengan batas-batas

administratif yang jelas, tetapi lebih mengacu pada wilayah budaya yang

seringkali melebihi wilayah administratif dan juga tidak mempunyai garis

perbatasan yang tegas dengan wilayah budaya lainnya. Kata budaya lokal

juga bisa mengacu pada budaya milik penduduk asli (inlander) yang telah

dipandang sebagai warisan budaya.

Apabila dilihat dalam konteks kekinian dan kedisinian, terdapat missing link

antara budaya baru yang masuk dengan budaya lokal yang telah ada. Film sebagai

salah satu alat budaya yang baru, lebih kurang telah memengaruhi berbagai aspek

di kehidupan masyarakat, baik secara cepat ataupun lambat. Dalam hal ini, film

masih berperan sebagai pembatas antara budaya modern dengan budaya lokal.

Film bukan berperan sebagai partner budaya lokal yang saling menguntungkan

atau bersimbiosis mutualisme. Fungsi dan perannya saat ini lebih mengarah

kepada pengabur dan penggeser warisan budaya lokal yang banyak memuat nilai-

nilai kearifan lokal. Padahal dapat diambil sebuah jalan tengah dimana film disini

Page 17: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

dapat menjadi salah satu alat penting sebagai upaya menguatkan kembali nilai-

nilai kearifan lokal pada masyarakat Indonesia, khususnya remaja.

Laskar Pelangi sebagai sebuah film, membuktikan bahwa budaya lokal bila

dikemas dengan baik, bisa sangat indah, menarik dan mampu memberikan

gambaran mengenai kearifan lokal masyarakat setempat, dalam hal ini budaya

Melayu-Belitong. Banyak nilai-nilai budaya lokal terselip dalam setiap alur

ceritanya. Budaya Melayu Belitong menjadi ciri khas lokal yang benar-benar

tercermin di setiap cerita, kisah, dan momen pada film Laskar Pelangi.

Laskar Pelangi menceritakan tentang budaya orang-orang Melayu yang memiliki

kepribadian sederhana dan bershaja di setiap hidupnya. Orang-orang melayu ini

banyak memperoleh kebijakan & nilai-nilai kearifan Melayu dari para guru

mengaji dan orang-orang tua di Surau sehabis shalat maghrib. Kebijakan yang

disarikan dalam cerita, hikayat para Nabi, kisah Hang Tuah dan lantunan-lantunan

Gurindam, serta pantun Melayu.

Kearifan Lokal Sebagai Upaya Penguatan Remaja

Istilah adololesscene atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata

bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh

menjadi dewasa (Piaget dalam Hurlock, 1991). Pemuda dalam hal ini adalah

remaja merupakan embrio regenerasi suatu bangsa. Mereka memiliki masa

adelonsia dimana pemuda untuk pertama kali secara harus menentukan siapakah

dan apakah dia ketika itu dan ingin menjadi siapa dan apa dia dimasa depan.

Masa-masa ini erat sekali hubungannya dengan masa pencarian jati diri.

Kerentanan pencarian jati diri di usia remaja merupakan hal yang kritis. Masalah

jati diri remaja ialah masalah bagaimana suatu kesinambungan ditentukan antara

masa lampau dan masa depan masyarakat, dimana identitas pemuda sebagai

transformator kritis dari kedua masa sosial tadi..

Generasi muda yang dalam hal ini adalah para remaja, sudah enggan melirik

budaya-budaya lokal. Anggapan bahwa segala sesuatu yang datangnya dari luar

adalah yang lebih baik, membuat remaja indonesia memandang sebelah mata

Page 18: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

akar-akar budaya tanah air mereka. Mereka sendiri yang menjatuhkan nilai dari

seni dan budayanya, mereka lebih mencintai budaya asing yang sebenarnya,

banyak dari budaya-budaya tersebut, bertolak belakang dengan budaya lokal.

Sungguh hal yang ironis, karena bangsa sendirilah yang mengubur dalam-dalam

sesuatu hal yang dapat memberikan ciri khas dan identitas terhadap bangsa ini.

Film yang ditayangkan di kancah perfilman indonesia kebanyakan merupakan

adopsi dari budaya barat. Cerita-cerita di film dan sinema tersebut jauh dari

kenyataan bangsa indonesia saat ini. Terlebih lagi, dampak dari pengaruh

tayangan tersebut telah menciptakan perubahan pola pikir remaja sehingga

menyimpang jauh dari nilai-nilai luhur kearifan dan budaya lokal. Bila hal ini

berkelanjutan, maka nilai-nilai kearifan lokal akan terhapuskan dan pada akhirnya

budaya bangsa sebagai ciri khas Indonesia terpinggirkan.

Keinginan untuk membangun kembali pemuda Indonesia melalui kearifan lokal,

pada hakikatnya dapat dipertimbangkan sebagai salah satu sarana yang penting

untuk menyeleksi budaya-budaya yang membawa nilai-nilai kurang sesuai

dengan budaya lokal Indonesia. Menggali dan menanamkan kembali kearifan

lokal lewat media film berbasis kebudayaan lokal dapat dikatakan sebagai gerakan

kembali pada basis nilai budaya daerahnya sendiri sebagai bagian upaya

membangun bangsa. Nilai-nilai kearifan lokal itu meniscayakan fungsi yang

strategis bagi pembentukan karakter pemuda Indonesia.

Laskar Pelangi dan Kearifan Lokal di Dalamnya

Secara esensial, kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang berlaku dalam suatu

masyarakat. Nilai-nilai yang diyakini kebenarannya dan menjadi acuan dalam

bertingkah-laku sehari-hari masyarakat setempat. Kearifan lokal di berbagai

daerah di Indonesia merupakan kekayaan budaya yang perlu diangkat kembali ke

permukaan sebagai bentuk jati diri bangsa. Kearifan lokal yang terdapat di

berbagai daerah, seharusnya dimunculkan kembali dan dihargai sebagai salah satu

acuan nilai dan norma untuk mengatasi berbagai persoalan yang dihadapi bangsa

Indonesia saat ini. Kearifan lokal merupakan pengetahuan kolektif masyarakat

Page 19: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

untuk hidup di atas nilai yang membawa kelangsungan hidup yang berperadaban

hidup dalam keragaman, kasih sayang, tolong menolong, kerjasama dan lain-lain.

Nilai-nilai tersebut merupakan lokal wisdom yang memiliki arti penting dalam

upaya eksistensi Indonesia di mata masyarakat sendiri.

Kebiasaan yang telah mentradisi, yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat

secara turun-temurun merupakan yang hingga saat ini masih dipertahankan

Kearifan lokal merupakan nilai-nilai yang berada dalam suatu komunitas lokal.

Selain itu, kearifan lokal yang diungkap bisa juga berbentuk bahasa suatu daerah,

cara bertutur, kebiasaan, dan masih banyak lagi yang mencirikhaskan suatu

komunitas atau daerah. Berikut beberapa nilai kearifan lokal yang terdapat dalam

film Laskar Pelangi.

Kemajemukan Beberapa nilai-nilai kemajemukan dapat dilihat dalam film ini. Penghargaan

terhadap SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan) begitu terasa dalam

kehidupan masyarakat di Belitong. Sepuluh anak Laskar Pelangi ini merupakan

gambaran nyata akan nilai-nilai kemajemukan yang ada di masyarakat Belitong.

Mereka berasal dari kelompok masyarakat yang berbeda, suku, dan ras. Mereka

saling mendukung, saling menguatkan, saling menolong, bekerjasama demi

pengembangan diri. Nilai-nilai ini yang sekarang jarang terdapat dalam

kompleksitas masyarakat sekarang ini, khususnya remaja & pemuda Indonesia.

Semangat Berjuang Sosok Lintang merupakan sebuah gambaran kecil akan seseorang yang memiliki

kapasitas dan semangat perjuangan yang luar biasa. Lintang adalah orang yang

pantang menyerah dan selalu mencari jalan keluar dari setiap masalah. Dia

menunjukkan daya juangnya dalam upaya memperoleh pendidikan, bahkan

sampai tidak rela satu kalipun membolos sekolah. Sosok Lintang memiliki prinsip

bahwa semakin besar tantangan yang ada, semakin besar pula semangat Lintang

untuk belajar. Sangat kontradiktif dengan remaja Indonesia sekarang ini yang

Page 20: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

masih senang membolos, duduk-duduk di pinggir jalan tanpa berkarya dan

berjuang untuk lebih baik bagi dirinya sendiri pun. Minat dan Bakat orang sebagai ciri khas

Lintang dan Mahar dalam film ini adalah gambaran yang sempurna untuk

mendefinisikan minat dan bakat masing-masing orang berbeda. Keduanya sama-

sama cerdas dalam bidangnya masing-masing. Keduanya akan lebih baik apabila

dapat disatukan dan akan menghasilkan karya yang luar biasa. Akan tetapi dalam

konteks nyata sekarang, sering ketika membicarakan kecerdasan, yang akan kita

pikirkan adalah kemampuan matematis.

Bertanggungjawab Remaja Indonesia harusnya menjadi pribadi yang bertanggungjawab.

Tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, terhadap keluarga dan kepada

lingkungan. Ada kisah menarik mengenai tanggung jawab dalam film ini.

Momennya ketika anak-anak Laskar Pelangi mau menghadapi ujian. Flo dan

Mahar berusaha untuk bisa lulus ujian denga mencari bantuan kepada “orang

pintar”(Tuk Bayan Tula). Setelah melalui perjalanan yang panjang untuk

menemui Tuk Bayan Tula, jawaban yang diperoleh sederhana, Kalau Ingin Lulus

Ujian: Buka Buku, Belajar!! Sebagai seorang pelajar, belajar adalah

tanggungjawab terbesar. Sikap dan tujuan hidup

Sosok Ikal adalah orang yang mempunyai tujuan hidup dan arah hidup yang jelas Ikal berhasil memperoleh beasiswa dari pemerintah Perancis karena usaha

kerasnya untuk maju di bidang pendidikan. Sikap & tujuan hidup yang baik

adalah modal untuk terus mengembangkan diri. Seseorang bisa saja memiliki

pengetahuan dan kecerdasan yang sangat tinggi,namun jika tujuan & sikap

hidupnya tidak baik ia akan gagal.

Page 21: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Pembangunan bangsa di masa depan tentu akan sangat ditentukan oleh generasi

muda yang ada saat ini. Perlu dilakukan berbagai upaya untuk menanamkan rasa

memiliki budaya lokal dalam konteks budaya nasional sebagai pedoman hidup

bangsa dan bernegara di masa mendatang. Nilai-nilai kearifan lokal saat ini sangat

diperlukan untuk mengatasi krisis jati diri pemuda Indonesia saat ini. Salah satu

alternatif cara untuk mewujudkannya adalah melalui penyampaian nilai-nilai

kearifan lokal dengan media yang dekat dan diminati oleh masyarakat secara

umum dan remaja khususnya. Salah satu media yang tepat adalah melalui dunia

film.

Film merupakan cermin keadaan sosial dan budaya suatu bangsa. Pengembangan

film sekarang harus memperhatikan manfaat dan tujuan dibuatnya sebuah film

tersebut. Bukan berarti film hanya berorientasi profit tetapi harus ada juga bentuk

keuntungan sosial (social advantage) yang diperoleh masyarakat atas terbitnya

film tersebut. Laskar Pelangi sebagai sebuah film, mampu menyisipkan nilai-nilai

kearifan lokal Melayu-Belitong yang direpresentasikan oleh cerita anak-anak kecil

dalam kelompok Laskar Pelangi. Nilai-nilai kearifan lokal tersebut dapat berperan

sebagai modal dasar dalam bernegara sekaligus memantapkan ciri khas budaya

lokal di Indonesia.

Saran

Penguatan jati diri remaja Indonesia dapat diwujudkan melalui upaya penyisipan

nilai-nilai kearifan lokal dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu alternatifnya

dapat digunakan film sebagai media edukasi dan pemantapan nilai-nilai kearifan

lokal. Upaya ini tentunya melibatkan berbagai pihak untuk mencapai tataran

pemaknaan kearifan lokal sebagai sistem hidup generasi muda saat ini.

Page 22: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

DAFTAR PUSTAKA

Amirudin, “Unsur Lokalitas Pilkada”, dalam Suara Merdeka, 30 Agustus 2005.

Davison, G. dan C Mc Conville. 1991. A Heritage Handbook. St. Leonard, NSW. Allen

E. Tiezzi, N. Marchettini, & M. Rossini. Extending the Environmental Wisdom beyond the Local Scenario: Ecodynamic Analysis and the Learning Community.

Galla, A. 2001. Guidebook for the Participation of Young People in Heritage Conservation. Brisbane: Hall and jones Advertising.

Garcies, André. 1993. Le Récit filmique. Universitaires de Frances, Paris.

Greetz, Clifford. 1992. Politik dan Kebudayaan. Kanisius: Jakarta

Hurlock, Elizabeth B.1980. Psikologi Perkembangan : Suatu Perkembangan : Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Ed. Ke-5. Erlangga. Jakarta.

Kayam, Umar. 1981/1982. “Kreativitas dalam Seni dan Masyarakat Suatu Dimensi dalam Proses Pembentukan Nilai Budaya dalam Masyarakat”, dalam Jurnal Analisis Kebudayaan, Tahun II, No. 2.

Koenjoroningrat , 1996. Pengantar Antropologi 1, PT Rineka Cipta,Jakarta

Nirfitria, Jessica Witri. 2006. Pengaruh Film Remaja Terhadap Perubahan Sikap Remaja Desa Dalam Dimensi Gaya Hidup : studi eksperimental Pada Siswi Kelas 2 SMA negeri 1 leuwiliang, Kabupaten Bogor. Skripsi. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Soekanto, Soerjono. 1996. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers.

Taylor, Edward B. 1871. The Origins of Culture and Religion in Primitive Culture. New York: Harper & Brothers.

Page 23: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tito Tegar Tempat, Tanggal Lahir : Ponorogo/ 01 September 1988 Jenis Kelamin : Laki-laki Alamat Rumah : Perumnas Singosaren Blok D-5 Ponorogo, Jawa Timur Alamat Kost : Asrama PPSDMS Cihideung ilir Darmaga- Bogor No. Telepon : 08133527972 Hobi : Baca , olah raga, menulis, desain, fotografi E-mail : [email protected] Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat

Tahun Judul Keterangan

2007

2008

2008

2008

Pengembangan Susu Bekatul (Bran Milk) Sebagai Minuman Fungsional dalam Menjaga Stabilitas Metabolisme Pendidikan Keamanan Pangan dan CPMB (Cara Produksi Makanan yang Baik) Pedagang Lingkar Kampus IPB (Babakan Raya) melalui Media Direct dan Indirect Education Strategi Pengembangan dan Pemasaran Produk “ Caesia” Minuman Fungsional Kaya akan Vitamin C Berbasis Buah Kemang sebagai Oleh-Oleh Khas Kota Bogor Strategi Pemasaran Jajanan Sehat “J-Cookies” dengan Bentuk Unik Berbasis Tepung Biji Nangka sebagai Alternatif Substitusi Tepung Terigu untuk Diversifikasi Pangan.

Program Kreativitas Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa

Page 24: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

Nama : Rd. Rina Nurapriani Tempat, Tanggal Lahir : Purwodadi, 24 April 1990 Jenis Kelamin : Perempuan Alamat Rumah : Jl Murai IV Blok P8 No 11

Villa Ciomas Indah Bogor Barat - Bogor 16610 Alamat Kost : Gg. Bara IV, Babakan Raya Dramaga – Bogor 16680 No. Telepon : (0251) 7522076 081584657978 Hobi : Baca buku, Menggambar E-mail : [email protected] Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat

Tahun Judul Keterangan

2007

2007

2007

2008

2008

Pengembangan Susu Bekatul (Bran Milk) Sebagai Minuman Fungsional dalam Menjaga Stabilitas Metabolisme Mie Instant Berserat Berbahan Baku Suweg dan Kulit Kedelai sebagai Alternatif Makanan Fungsional

Implikasi Penggantian KRL (Kereta Api Listrik) Ekonomi Jurusan Jakarta-Bogor menjadi KRL AC terhadap Nasib Pedagang Kaki Lima Pendidikan Keamanan Pangan dan CPMB (Cara Produksi Makanan yang Baik) Pedagang Lingkar Kampus IPB (Babakan Raya) melalui Media Direct dan Indirect Education

Teknik Mikroenkapsulasi untuk Mempertahankan Kapasitas Antioksidan dalam Pembuatan Minuman Instan Teh

Program Kreativitas Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa

Page 25: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

2008

2008

Rosela.

Strategi Pengembangan dan Pemasaran Produk “ Caesia” Minuman Fungsional Kaya akan Vitamin C Berbasis Buah Kemang sebagai Oleh-Oleh Khas Kota Bogor Strategi Pemasaran Jajanan Sehat “J-Cookies” dengan Bentuk Unik Berbasis Tepung Biji Nangka sebagai Alternatif Substitusi Tepung Terigu untuk Diversifikasi Pangan.

Program Kreativitas Mahasiswa Program Kreativitas Mahasiswa

Nama : Rahajeng Aditya NRP : F24070120 TTL : Solo,19 Januari 1990 Alamat rumah : Jl. Arjuna Raya no.RT 02/15 Indra Prasta Bogor 16153 Alamat kost : Wisma Nusa Indah - Balio Telp rumah : 0251-8343322 Hp : 081310750560 Hobi : Membaca, Olah Raga, Jalan-Jalan, Denger Lagu Nasyid Cita-cita : Konsultan Pangan

Karya Ilmiah yang Pernah Dibuat

Tahun Judul Keterangan

-

Page 26: PKM GT 2009 IPB TITO Upaya Memperkuat Kearifan

LAMPIRAN

Biodata Dosen Pembimbing

Nama : Dian Herawati, STP

Tempat/Tanggal Lahir : Jakarta, 11 Januari 1975

Agama : Islam

Pekerjaan : Dosen Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan, IPB

Instansi : Institut Pertanian Bogor

Alamat Kantor : Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan, IPB

Kampus IPB Darmaga - Darmaga - Bogor

Phone 0251- 862 67 25

Alamat Rumah : Perumahan IPB Alam Sinarsari, JL Kemangi Blok D19 Cibereum/

Phone 081-513-046-290 Fax -

Riwayat Pendidikan

No Pendidikan Universitas Tahun

Lulus

1. 2.

Undergraduate for Food Science and Technology (S1) Postgraduate for Food Science (S2)

Institut Pertanian Bogor Institut Pertanian Bogor