pkm-gt 344

Upload: farid-masykur-abdillah

Post on 13-Jul-2015

393 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROGRAM PEMANFAATAN SENYAWA SOLAMARGIN PADA BUAH LEUNCA (Solanium nigrum L.) SEBAGAI PENGINDUKSI APOPTOSIS UNTUK BIOKEMOTERAPI LEUKEMIA

BIDANG KEGIATAN : PKM-GT

Disusun oleh:

KELOMPOK 344

Latifah Fitriani R. 115070400111027 Farid Masykur A. 115070400111051

Angkatan 2011 Angkatan 2011

UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 2011

HALAMAN PENGESAHAN : Pemanfaatan Senyawa Solamargin pada Buah Leunca (Solanium nigrum L.) sebagai Penginduksi Apoptosis untuk Biokemoterapi Leukemia 2. Bidang Kegiatan : ( ) PKM-AI () PKM-GT 3. Ketua Pelaksana Kegiatan a. Nama Lengkap : Latifah Fitriani Rakhman b. NIM : 115070400111027 c. Jurusan : Pendidikan Dokter Gigi d. Universitas : Universitas Brawijaya e. Alamat Rumah dan No. HP : Jl. Bendungan Sigura-Gura V/29D Malang, Jawa Timur-Indonesia 085645357785 f. Alamat email : [email protected] 4. Anggota Pelaksana Kegiatan/Penulis 5. Dosen Pendamping a. Nama Lengkap dan Gelar b. NIP c. Alamat Rumah dan Nomor HP : 1 (satu) orang : dr. Safitri Dwicahyani, S.Ked. : 19800815 200912 2 003 : Jl. Sentaurus 4 Tlogomas Malang 65144, Nomor HP 081333040613 Malang, 18 November 2011 Pembantu Dekan III FKUB Ketua Pelaksana Kegiatan 1. Judul Kegiatan

dr. Muhammad Hanafi, MPH NIP. 19490925 198003 1 001

Latifah Fitriani Rakhman NIM. 115070400111027

Pembantu Rektor III Universitas

Dosen Pembimbing

Ir. H. R. B. Ainurrasyid, MS. NIP. 1955068 198103 1 002

dr. Safitri Dwicahyani, S.Ked. NIP. 19800815 200912 2 003

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan hidayahNya penulis dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah yang berjudul Pemanfaatan Senyawa Solamargin pada Buah Leunca (Solanium nigrum L.) sebagai Penginduksi Apoptosis untuk Biokemoterapi Leukemia dengan baik. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. dr. Safitri Dwicahyani, S.Ked., selaku dosen pembimbing yang bersedia membimbing penulis untuk menyusun karya tulis ini 2. Semua pihak yang turut berperan dalam penyelesaian karya tulis ini. Karya tulis ini membahas tentang pemanfaatan senyawa solamargin dalam buah leunca (Solanium nigrum L.) sebagai zat yang menginduksi terjadinya proses apoptosis (bunuh diri sel) dengan cara ekstraksi untuk biokemoterapi penyakit leukemia atau biasa disebut kanker sel darah. Penulis menyadari bahwa karya tulis ini masih memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Malang, 18 November 2011

Penulis

iii

DAFTAR ISI

Halaman Sampul................................................................................................ i Halaman Lembar Pengesahan ............................................................................ ii Kata Pengantar ................................................................................................... iii Daftar Isi............................................................................................................ iv Daftar Gambar .. ................................................................................................ vi Daftar Lampiran .. ..............................................................................................vii Ringkasan ....................................................................................................... viii PENDAHULUAN Latar Belakang.. ......................................................................................... 1 Tujuan ........................................................................................................ 2 Manfaat ...................................................................................................... 2 GAGASAN Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan ........................................................... 3 1. Leukemia ............................................................................................. 3 a. Definisi Leukemia .......................................................................... 3 b. Penyebab Leukemia ....................................................................... 3 c. Klasifikasi dan Gejala Umum.......................................................... 3 d. Patogenesis Leukemia .................................................................... 3 e. Apoptosis ....................................................................................... 4 Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya ................. 5 Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki melalui Gagasan yang Diajukan ................................................................. 5 1. Deskripsi Ketersediaan Alam Kegunaan Senyawa Solamargin pada Leunca ......................................................................................... 5 a. Potensi Leunca (Solanum nigrum L.) ................................................ 6 i. Klasifikasi dan Persebaran Leunca ............................................... 6 ii. Senyawa Solamargin dalam Leunca ............................................. 6 2. Mekanisme Solamargin pada Leunca dalam Menginduksi Apoptosis Leukemia ............................................................................ 7 3. Cara Ekstraksi Leunca dalam Menginduksi Apoptosis Leukemia ......... 8

iv

a. Ekstraksi Solamargin dengan Metode MTT ..................................... 8 b. Biokemoterapi Buah Leunca ............................................................. 8 Pihak-Pihak yang akan Dilibatkan dalam Mengaplikasikan Gagasan .......... 9 Langkah-Langkah Strategis dalam Mengimplementasikan Gagasan ............ 9 a. Pengembangan dan Proses Pengujian Biokemoterapi Buah Leunca..................................................................................... 9 b. Peningkatan Kualitas Leunca sebagai Penginduksi Apoptosis Leukemia ........................................................................10 KESIMPULAN Gagasan .....................................................................................................10 Strategi Implementasi..................................................................................10 Manfaat dan Dampak Gagasan ...................................................................11 Daftar Pustaka

v

DAFTAR GAMBAR 1. 2. 3. Gambar 1: Proses Apoptosis . 4 Gambar 2: Tanaman Leunca (Solanum nigrum L.) 5 Gambar 3: Senyawa Solamargin 7

vi

DAFTAR LAMPIRAN 1. Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup

vii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

1.

Dosen Pembimbing Nama NIP Tempat, Tanggal Lahir Riwayat Pendidikan

: : : :

dr. Safitri Dwicahyani, S.ked. 19800815 200912 2 003 Malang, 15 Agustus 1980 SD Sriwedari Malang SMP Negeri 1 Malang SMU Negeri 1 Malang Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

2.

Ketua Pelaksana Nama NIM Tempat, Tanggal Lahir Fakultas/Prodi Perguruan Tinggi Anggota Pelaksana Nama Lengkap NIM Tempat, Tanggal Lahir Fakultas/Program Studi Perguruan Tinggi

: : : : :

Latifah Fitriani Rakhman 115070400111027 Surabaya, 2 Oktober 1992 Kedokteran/Pendidikan Dokter Gigi Universitas Brawijaya

3.

: : : : :

Farid Masykur Abdillah 115070400111051 Sukoharjo, 17 November 1992 Kedokteran/Pendidikan Dokter Gigi Universitas Brawijaya

RINGKASAN Leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih. Di Indonesia kasus leukemia sebanyak 7000 kasus/tahun dengan angka kematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak yang mengidap kanker dan 60% diantaranya disebabkan oleh leukemia (Sindo, 2007). Pada leukemia, proses metafase pada mitosis sel menyebabkan pembelahan dari sel leukemia yang tak terkontrol. Menurut Dr Ahkam Subroto peneliti bioteknologi LIPI, apoptosis adalah kata kunci penyembuhan kanker darah/leukemia, dimana sel dapat melakukan bunuh diri (suicide) secara terus-menerus dan teratur. Gen yang sudah diketahui berhubungan dengan proses apoptosis adalah p-53 dan bcl-2. Leunca mengandung solamargin yang paling banyak ditemukan pada leunca karena yang paling ekonomis dan melimpah keberadaannya dan berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan sel kanker yang tak terkendali (Cassady, Baird, and Chang, 1990). Solamargin diketahui dapat memodulasi protein TNFRs dan bcl-2 (Cassady, Baird, and Chang, 1990) sehingga solamargin dapat memacu jalur apoptosis sel yang termediasi mitokondria melalui penurunan ekpresi Bcl-2 (gen bcl-2 menghambat terjadinya apoptosis dalam suatu variasi keadaan) yang dapat meningkatkan efek induksi apoptosis dari obat anti kanker (Carson, Riberto, 1993). Pemanfaatan buah leunca melalui kandungan senyawa solamarginnya untuk biokemoterapi leukemia ini dapat mengubah paradigma masyarakat tentang manfaat leunca sehingga leunca tidak hanya dimanfatkan sebagai hasil perkebunan saja tetapi kekayaan alam yang melimpah ini juga dapat dimanfaatkan di bidang medis. Mengingat besarnya potensi senyawa solamargin dari leunca di bidang medis maka kami menyusun makalah ini melalui metode studi pustaka. Berdasar tinjauan di atas maka dapat disimpulkan bahwa solamargin dapat memacu jalur apoptosis sel yang termediasi mitokondria melalui penurunan ekpresi bcl-2. Jika apoptasis yang merupakan proses kunci leukemia dapat terjadi, maka metastasis kanker darah pun juga dapat dihambat. Dengan demikian kanker darah tidak menyebar (metastasis) ke organ-organ yang lain. Total kandungan solamargin dalam buah leunca antara 0,5 - 0,65 %. Solamargin dapat diperoleh dengan cara mengekstrak buah leunca. Prosedur umum yang dilakukan adalah dengan pelumatan sekitar 300 buah leunca, kemudian dimasukkan ke dalam 475 mL air panas selama sekitar satu menit hingga warna airnya kehitaman. Ekstrak air panas dan buah leunca yang berwarna hitam dan sedikit pekat itu diyakini mengandung solamargin. Selain itu, kandungan senyawa solasodine diyakini bersifat racun akan hilang karena kelarutan air yang buruk (Christopher, Grace. Zentz, Kindscher dan Chapman). Sehingga rekomendasi yang dapat kami berikan adalah perlu adanya pengembangan dan proses pengujian senyawa solamargin yang lebih intensif sebagai biokemoterapi leukemia hingga nantinya dapat dipasarkan. Kemudian perlu adanya strategi untuk meningkatkan potensi buah leunca sehingga kadar solamargin dalam buah leunca dapat diperoleh secara maksimal.

viii

1

PENDAHULUAN Latar Belakang Kanker merupakan pertumbuhan sel-sel abnormal tidak terkontrol (sel neoplasma) yang merupakan hasil mutasi dari sel normal. Pertumbuhan sel neoplasma ini dapat mengganggu fungsi normal dari organ-organ vital dan dapat menyebar ke seluruh tubuh (metastasis) (American Cancer Society, 2010). Pada tahun 2007 American Cancer Society melaporkan, penyakit kanker menempati urutan kedua di dunia penyebab kematian setelah penyakit jantung, lebih dari 12 juta penduduk dunia menderita kanker, dan lebih dari 7 juta diantaranya menyebabkan kematian. Diperkirakan, pada tahun 2050 akan meningkat menjadi lebih dari 17 juta kematian akibat kanker. Di Indonesia, berdasarkan Survey Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 2001, penyakit kanker merupakan penyebab kematian nomor 5 di Indonesia. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi kanker di Indonesia adalah 4,3 per 1000 penduduk (Depkes RI, 2007). Leukemia berasal dari bahasa Yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika sel darah yang bersifat kanker membelah secara tak terkontrol dan mengganggu pembelahan sel darah normal. Di Indonesia kasus leukemia sebanyak 7000 kasus/tahun dengan angka kematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat 120 anak yang mengidap kanker dan 60% diantaranya disebabkan oleh leukemia (Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di Amerika Serikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997). Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia. Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (The Leukemia and Lymphoma Society, 2009). Berbagai cara telah dilakukan untuk dapat mengobati penyakit ini, salah satunya dengan cara kemoterapi. Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat-obatan untuk membunuh sel-sel leukemia. Pengobatan semacam ini telah digunakan sejak tahun 1950-an. Pengobatan dengan menggunakan kemoterapi ini dapat menimbulkan efek samping. Efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi disebabkan karena obat-obat kemoterapi tidak hanya membunuh sel-sel leukemia tetapi juga menyerang sel-sel sehat (Kyun, 2008). Efek samping yang biasanya terjadi setelah penderita melakukan kemoterapi antara lain kerontokan pada rambut, tubuh menjadi lemah, merasa lelah, sesak napas, mudah mengalami pendarahan, mudah terinfeksi, kesemutan, nyeri pada persendian dan otot, kulit menjadi lebam dan gatal, sariawan, panas dalam, mual, muntah, nyeri pada perut, diare dan dapat menurunkan nafsu seks dan kesuburan (Scumdoctor, 2006). Berdasarkan kondisi di atas, maka diperlukan suatu terapi alternatif yang alami, mudah didapat, dimanfaatkan, serta seminimal mungkin menimbulkan efek samping. Salah satu bahan alam yang berpotensi untuk biokemoterapi leukemia adalah senyawa solamargin yang didapatkan dari tanaman leunca atau dalam bahasa latin yaitu Solanum Nigrum L.

2

Tanaman leunca sengaja ditanam orang di kebun-kebun. Di pedesaan di Jawa Barat, tumbuhan yang masuk dalam familia Solanaceae ini ditanam sebagai tanaman hias. Tumbuhan bernama asli rampai atau ranti (Sumatera) dan leunca manuk (Jawa) ini dikonsumsi orang, dari buah, bunga hingga buahnya. Tanaman semusim ini berbatang tegak dan banyak bercabang dengan tinggi 30-175 cm. Buahnya berupa buah buni, bulat-bulat dan berisi banyak biji dengan penampang sekitar 0,8-1 cm. Di Cina dikenal dengan nama longkui (Hyne, 1987). Leunca memiliki kandungan senyawa yang cukup tinggi, salah satu kandungan senyawa leunca adalah senyawa solamargin. Kandungan senyawa solamargin mampu menghasilkan efek antikanker dan antimitosis (Cassady, Baird, dan Chang, 1990). Pada leukemia, proses metafase pada mitosis sel menyebabkan pembelahan dari sel leukemia yang tak terkontrol. Menurut Dr. Ahkam Subroto peneliti bioteknologi LIPI, apoptosis adalah kata kunci penyembuhan kanker darah/leukemia, dimana sel dapat melakukan bunuh diri (suicide) secara terus-menerus dan teratur. Sehingga, apabila senyawa solamargin dapat menghambat proses mitosis pada sel leukemia, maka proses apoptosis pun dapat diinduksi. Berdasar tinjauan di atas, leunca tidak hanya dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan lalapan, tetapi juga dapat dimanfaatkan serta berpotensi sebagai biokemoterapi pada leukemia, dimana pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali merupakan penyebab leukemia. Hal ini akan mengubah paradigma masyarakat atas tanaman leunca yang selama ini dirasa hanya sebatas tanaman hias menjadi sumber daya yang patut disyukuri keberadaannya Selain itu, paradigma mengenai pembuatan obat menjadi tidak terpusat pada obat-obatan kimiawi saja, akan tetapi turut melibatkan bahan-bahan herbal, yang berasal dari alam dan tidak membahayakan jiwa manusia sendiri. Tujuan 1. Mengetahui mekanisme kerja senyawa solamargin pada leunca dalam menghambat pertumbuhan sel kanker (leukemia) yang tidak terkendali. 2. Mengetahui cara pemanfaatan senyawa solamargin pada leunca dalam menghambat pertumbuhan sel kanker (leukemia) yang tidak terkendali. 3. Mengetahui strategi yang dapat dilakukan untuk mengaplikasikan secara menyeluruh dalam masyarakat. Manfaat 1. Manfaat bagi masyarakat : memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pemanfaatan senyawa solamargin leunca untuk menghambat pertumbuhan sel kanker (leukemia) yang tidak terkendali. 2. Manfaat akademis : Sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut mengenai biokemoterapi dalam menghambat pertumbuhan sel kanker (leukemia) yang tidak terkendali. GAGASAN Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan 1. Leukemia

3

a) Definisi leukemia Leukemia merupakan kelainan sumsum tulang yang menyebabkan proses pembentukan sel darah putih terganggu. Di Indonesia kasus leukemia sebanyak 7000 kasus/tahun dengan angka kematian mencapai 83,6 % (Herningtyas, 2004). Leukemia biasa dikenal sebagai kanker sel darah. Definisi seperti ini memang benar tetapi hanya sampai batasan tertentu. Sebenarnya leukemia adalah suatu kelainan dari sumsum tulang (Scumdoctor, 2006). b) Penyebab leukemia Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti pada leukemia belum diketahui, tetapi predisposisi genetik maupun faktor-faktor lingkungan kelihatannya memainkan peranan (Cotran, 1999). Diduga hal ini dapat disebabkan oleh interaksi sejumlah faktor, diantaranya 1) Neoplasia; 2) Infeksi; 3) Radiasi; 4) Keturunan; 5) Zat kimia; dan 6) Perubahan kromosom (Goepel, 1996). c) Klasifikasi dan Gejala Umum Menurut Medicastore (2009), leukemia diklasifikasikan menjadi 4 jenis berdasarkan asal sel kanker dan kecepatan perkembangan sel kanker antara lain Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK). Leukemia mieloblastik dan mielositik berasal dari sel darah putih granulosit sedangkan leukemia limfoblastik dan limfositik berasal dari sel darah putih limfosit. Leukemia dapat bersifat akut (waktu hidup penderita tanpa pengobatan dalam hitungan minggu atau bulan) dan kronik (waktu hidup penderita tanpa pengobatan dalam hitungan tahun). Gejala gejala umum yang dirasakan oleh seseorang yang menderita leukemia antara lain anemia, wajah tampak pucat, badan letih, sesak nafas, mudah sakit, pendarahan gusi, mimisan, mudah memar, mudah lelah, penurunan berat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi (Medicastore, 2009). d) Patogenesis Leukemia Karakteristik yang dimiliki oleh sel leukemia adalah pembelahan selnya yang cepat dimana jumlah sel menjadi tidak terkontrol. Saat kondisi normal, produksi sel darah dalam sumsum tulang terkontrol secara teratur. Hal ini tidak berlaku ketika seseorang terkena leukemia karena produksi sel darah menjadi tidak teratur. Ketika sumsum tulang terkena leukemia, sel darah abnormal mulai diproduksi dalam jumlah yang cukup besar (Ulfah, 2009). Biasanya sel sel yang diproduksi ini adalah sel darah putih abnormal yang tidak berfungsi secara maksimal. Sel-sel darah abnormal memiliki perbedaan yang dapat dibandingkan secara jelas dengan sel-sel darah yang normal. Populasi sel leukemik ALL dan banyak AML diakibatkan proliferasi klonal dengan pembelahan berturut-turut dari sel blas tunggal yang abnormal. Sel-sel ini gagal berdiferensiasi normal tetapi sanggup membelah lebih lanjut (Medicastore, 2009). Penimbunannya mengakibatkan pertukaran sel prekursor hemopoietik normal pada sumsum tulang, dan akhirnya mengakibatkan kegagalan sumsum tulang (bone marrow failure syndrome). Keadaan klinis pasien dapat berkaitan dengan jumlah total sel leukemik abnormal di dalam tubuh (Goepel, 1996). Hal ini menyebabkan terjadinya proses metafase pada mitosis sel sehingga

4

pembelahan dari sel leukemia menjadi tidak terkontrol. e) Apoptosis Menurut Dr. Ahkam Subroto peneliti bioteknologi LIPI, apoptosis adalah kata kunci penyembuhan kanker darah/leukemia. Apoptosis adalah suatu program aktif kematian sel normal secara terus menerus dan sangat teratur. Dalam bahasa awam bunuh diri (suicide). Secara terperinci, apoptosis adalah kematian sel terprogram yang merupakan proses penting dalam pengaturan homeostasis normal. Proses ini menghasilkan keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi sel yang rusak dan proliferasi fisiologis sehingga fungsi jaringan normal terpelihara. Deregulasi apoptosis mengakibatkan keadaan patologis, termasuk proliferasi sel secara tidak terkontrol seperti dijumpai pada kanker. Ada berbagai bukti yang menyatakan kontrol apoptosis dikaitkan dengan gen yang mengatur berlangsungnya siklus sel, diantaranya gen p53, Rb, Myc, E1A dan keluarga Bcl-2 (Kresno, 2001). Mekanisme kemoterapi dapat membunuh sel leukemia adalah dengan menginduksi apoptosis dimana ada suatu proses yang memerintahkan program kematian sel (Damico dan McKenna, 1994).

Gambar 1. Proses Apoptosis (Carson dan Riberto, 1993) Solusi yang Pernah Ditawarkan atau Diterapkan Sebelumnya Penyakit kanker saat ini masih saja menjadi suatu hal yang belum bisa ditangani secara sempurna oleh para tenaga medis di seluruh dunia. Pengobatan dan penyembuhan kanker sel darah putih pun sekarang ini seringkali turut memberikan efek samping tertentu bagi pasiennya. Selain itu, terapi kanker menghabiskan biaya yang tidak sedikit, sehingga tidak semua penderita kanker dapat memperoleh terapi untuk kanker. Pengobatan utama untuk keganasan

5

hematologi selama beberapa dekade adalah kemoterapi dan terapi radiasi (Kyun, 2008). 1. Kemoterapi atau Terapi Obat Sitotoksik Kemoterapi merupakan terapi sistemik, artinya, terapi ini dipapar ke seluruh tubuh.. Kemoterapi dilakukan dengan tujuan mencegah penyebaran kanker, memperlambat pertumbuhan kanker (National Collaborating Center for Acute Care, 2005). Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat obatan untuk membunuh sel sel leukemia. Pengobatan semacam ini telah digunakan sejak tahun 1950-an. Pengobatan dengan menggunakan kemoterapi ini dapat menimbulkan efek samping. Efek samping yang ditimbulkan oleh kemoterapi disebabkan karena obat obat kemoterapitidak hanya membunuh sel sel leukemia tetapi juga menyerang sel sel sehat (Kyun, 2008). Efek sampingnya antara lain konstipasi, diare, rontoknya rambut, hilangnya nafsu makan, gangguan memori, lambat berpikir, kelelahan mental, kulit kering, perubahan rasa, mual, muntah, mati rasa, nyeri pada tangan dan kaki, anemia, menurunnya jumlah trombosit dan sel darah putih (National Collaborating Center for Acute Care, 2005). 2. Transplantasi Sumsum Tulang Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk memulihkan sistem hemopoietik pasien setelah penyinaran seluruh tubuh dan kemoterapi intensif diberikan dalam usaha membunuh semua leukemmik yang tinggal (National Collaborating Center for Acute Care, 2005). 3. Radioterapi Radioterapi menggunakan radiasi berenergi tinggi yang disebut ionizing radiation untuk menghentikan pembelahan sel kanker. Terapi ini merupakan bentuk terapi lokal pada kanker dan sering digunakan sebagai terapi tambahan pada pengobatan kanker paru. Efek samping yang umum terjadi ialah: batuk, napas pendek, rontoknya rambut, hilangnya nafsu makan, mulut kering, masalah kulit dan mulut, kesulitan menelan (esophagitis), penurunan fungsi mental pada radiasi otak (Cancer Research UK, 2009). Seberapa Jauh Kondisi Kekinian Pencetus Gagasan Dapat Diperbaiki Melalui Gagasan Yang Diajukan 1. Deskripsi Ketersediaan Alam Kegunaan Senyawa Solamargin pada Leunca a) Potensi Leunca (Solanum nigrum L.) i. Klasifikasi dan Persebaran Leunca

Gambar 2. Tanaman Leunca (Solanum Nigrum L.) (CCRC Farmasi UGM, 2011)

6

Klasifikasi tumbuhan : Kingdom : Plantae (Tumbuhan) Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh) Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji) Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga) Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua/dikotil) Sub Kelas : Asteridae Ordo : Solanales (suku terung-terungan) Famili : Solanaceae Genus : Solanum Spesies : Solanum nigrum L. (Backer, 1965) Leunca yang memunyai nama latin Solanum nigrum L dan masih dalam suku Solanaceae (terong-terongan), merupakan sayuran yang biasa di konsumsi masyarakat. Masyarakat Sunda biasa mengonsumsi leunca untuk dijadikan lalapan atau ditumis dengan oncom. Sedangkan masyarakat Jawa menjadikan leunca sebagai bahan campuran untuk botok. Tanaman leunca biasanya ditanam petani di kebun-kebun. Di pedesaan di Jawa Barat, tumbuhan yang termasuk tanaman musiman ini ditanam sebagai tanaman hias. Tumbuhan bernama asli rampai atau ranti (Sumatera) dan leunca manuk (Jawa) ini dikonsumsi orang, mulai dari buah, bunga hingga buahnya (Hyene, 1987). Leunca berasal dari Eropa dan Asia Barat yang kemudian menyebar secara luas di Indonesia melalui Malaysia. Leuca tumbuh liar di berbagai tempat di Indonesia pada dataran rendah sampai 3.000 meter dari permukaan laut. Tumbuhan ini memunyai tinggi sekitar 30-175 cm dan bercabang banyak. Buahnya, bulat, berdiameter 0,8-1 cm, terdapat dalam tandan berwarna hijau. Jika sudah masak warnanya menjadi ungu kehitaman atau hitam, mengkilap, berisi banyak biji. Rasanya renyah namun sedikit pahit dan agak langu (Hyene, 1987). ii. Senyawa Solamargin dalam Leunca Tanaman leunca sudah lama dikenal bisa dipakai sebagai obat. Diketahui bahwa leunca mengandung bahan sebagai antiseptik, anti inflammasi dan antidisentri. Menurut Akhtar dan Mohammad (1989) bahwa serbuk dari tanaman dapat sebagai ulcerogenik. Selain itu juga dapat dimanfaatkan sebagai antimalaria (Backer, 1965). Bijinya dapat digunakan untuk pengobatan gonorrhea dan disuria. Buah dan jusnya dapat menyembuhkan penyakit perut dan demam sedangkan tunasnya dapat digunakan untuk penyakit kulit. Selain itu, bunga dan buahnya dapat digunakan sebagai penurun panas dan melawan efek overdosis dari alkohol. Daunnya yang di jus digunakan sebagai obat cacing, nyeri pada sendi serta sakit telinga. Buah leunca bisa dipakai obat antibakteri dan antikanker. Leunca bisa juga digunakan obat pembengkakan, peradangan, rematik dan wasir (Backer, 1965). Buah tanaman Leunca mengandung senyawa glikosida alkaloid solanin, zat samak, minyak lemak, kalori (45 kal), protein (4,7 gr), lemak (0,5 gr), karbohidrat (8,1), kalsium (210 mg), fosfor (80 mg), besi (6,1 mg), vitamin A (1.900 SI), vitamin B1 (0,14 mg), vitamin C (40 mg). Leunca mengandung solanidine, solasodine, solamargin, dan chaconine yang berfungsi sebagai penghambat pertumbuhan sel kanker yang tak terkendali

7

(Cassady, Baird, dan Chang, 1990). Solamargin adalah salah satu senyawa penting yang terkandung dalam leunca. Solamargin yang mempunyai struktur kimia C45H73NO15 berfungsi sebagai antibakteri. Solamargin yang mempunyai nama IUPAC (3,22,25R)spirosol-5-en-3-yl6-deoxy--L-mannopyranosyl-(1->2)-[6-deoxy--L mannopyranosyl-(1->4)]--D-glucopyranoside paling banyak ditemukan pada leunca karena yang paling ekonomis dan melimpah keberadaannya (PubMed, 2011). Solamargin dimanfaatkan untuk menentukan peran bagian karbohidrat dalam mekanisme apoptosis (Department of Biochemistry, Kaohsiung Medical College, Kaohsiung). Rantai dari solamargin berisi 4'Rha-GLC-Rha2 ', 4'Rha-GLC dan H. Solamargin memiliki sitotoksisitas ampuh untuk sel-sel hepatoma manusia. Namun demikian, solamargin bisa menyebabkan "sub-G1" fitur apoptosis dalam flowcytometry. Dengan demikian, bagian 2'Rha dari solamargin mungkin memainkan peran penting dalam memicu kematian sel oleh apoptosis (School of Pharmacy, Kaohsiung Medical College, Kaohsiung).

. Gambar 3. Senyawa Solamargin (Rahayu, 2007) 2. Mekanisme Solamargin pada Leunca dalam Menginduksi Apoptosis Leukemia Apoptosis adalah kematian sel terprogram yang merupakan proses penting dalam pengaturan homeostasis normal. Proses ini menghasilkan keseimbangan dalam jumlah sel jaringan tertentu melalui eliminasi sel yang rusak dan proliferasi fisiologis fungsi jaringan normal terpelihara (Kresno, 2001). Menurut Dr. Ahkam Subroto peneliti bioteknologi LIPI, apoptosis adalah kata kunci penyembuhan kanker darah/leukemia. Gen yang sudah diketahui berhubungan dengan proses apoptosis adalah p-53 dan bcl-2. Solamargin diketahui dapat memodulasi protein TNFRs dan bcl-2 (Chang, 1997) sehingga solamargin dapat memacu jalur apoptosis sel yang termediasi mitokondria melalui penurunan ekpresi Bcl-2 (gen bcl-2 menghambat terjadinya apoptosis dalam suatu variasi keadaan) yang dapat meningkatkan efek induksi apoptosis dari obat anti kanker (Carson dan Riberto, 1993). Sitotoksisitas dari solamargin dievaluasi dengan MTT assay. Solamargin sebagai penginduksi apoptosis dibuktikan oleh kondensasi kromatin,

8

pembentukan badan-badan apoptosis dan eksposur phosphatidylserine pada permukaan ekstraseluler seperti diungkapkan oleh pewarnaan DAPI nuklir, transmisi elektron mikroskop dan aliran listrik sitometry. Perubahan ekspresi p53, mRNA, dan Bax diteliti menggunakan real time PCR-. Sedangkan untuk memeriksa perubahan dalam tingkat ekspresi p53, Bax, Bcl-2, caspase-3, caspase9 dan sitokrom c digunakan Western Blot. Western Blot membuktikan bahwa terjadi penurunan ekspresi p53 (Li, Zhao, Wu, Liu, Cui, dan Lou). Jika apoptasis yang merupakan proses kunci leukemia dapat terjadi, maka metastasis kanker darah pun juga dapat dihambat. Dengan demikian kanker darah tidak menyebar (metastasis) ke organ-organ yang lain. Pengolahan buah leunca secara tepat akan menghasilkan kadar senyawa solamargin yang sangat berpotensi dalam menginduksi apoptosis pada leukemia. 3. Cara Ekstraksi Leunca dalam Menginduksi Apoptosis Leukemia a) Ekstraksi Solamargin dengan Metode MTT Pengujian dilakukan dengan metode MTT. Prosesnya adalah buah leunca (0,2 gram) dihomogeninasi selama 15 menit dalam kloroform : metanol (30 ml dan 5 ml) dengan perbandingan 2 : 1. Suspensi yang dihasilkan disaring melalui corong Buchner (kertas filter # 54) sehingga didapatkan filtrat terkonsentrasi sekitar 2 ml pada evaporator putar. 40 ml 0,2 M HCl ditambahkan ke filtrat dengan cara pengadukan. Fase berair dan organik dipisahkan. Amonium hidroksida (sekitar 5 ml) ditambahkan tetes demi tetes ke fase berair. Sebuah aliran udara dimasukkan ke dalam larutan untuk mengusir setiap sisa amonia. Serbuk buah leunca diperoleh dengan metode penyarian alat Soxhlet yang sudah diawalemakkan dengan petroleum eter sehingga diperoleh senyawa solamargin (Smith, Grace, Zentz, Kindscher, dan Chapman). Dari uji sitotoksik ekstrak etanolik leunca pada dosis tinggi (2 dan 5 mg/mL) mengindikasikan bahwa kandungan utama senyawa antikanker pada Solanum Nigrum L. adalah solamargin (Hu, 1999). Solamargin diketahui dapat memodulasi protein TNFRs dan bcl-2 (Chang, 1997) dan aktivasi caspase (Carson dan Riberto, 1993). b) Biokemoterapi Buah Leunca Teknik biokemoterapi merupakan kemoterapi alami yang didasarkan pada penggunaan bahanbahan herbal (Guidechem, 2011). Jika kemoterapi yang dimasukkan dalam tubuh adalah bahanbahan kimia sintetis sedangkan untuk biokemoterapi sendiri menggunakan bahan alami seperti dari buah leunca. Teknik ini dilakukan dengan cara pemberian secara oral (diminum) dan lebih praktis dalam pengaplikasiannya. Total kandungan solamargin dalam buah leunca antara 0,5 - 0,65 % (PubMed, 2011). Solamargin dapat diperoleh dengan cara mengekstrak buah leunca. Prosedur umum yang dilakukan untuk mendapat kandungan senyawa solamargin adalah dengan pelumatan sekitar 300 buah leunca, kemudian dimasukkan ke dalam 475 mL air panas selama sekitar satu menit hingga warna airnya kehitaman. Ekstrak air panas dan buah leunca yang berwarna hitam dan sedikit pekat itu diyakini mengandung solamargin. Selain itu, kandungan senyawa solasodine diyakini bersifat racun akan hilang karena kelarutan air yang buruk (Smith, Grace, Zentz, Kindscher, dan Chapman).

9

Pihak-Pihak yang akan Dilibatkan dalam Mengaplikasikan Gagasan a) Dinas Perkebunan Daerah Dinas Perkebunan Daerah berperan dalam peningkatan ketersediaan bahan utama yaitu buah leunca. Dinas perkebunan diharapkan dapat menjalin hubungan yang menguntungkan dengan petani leunca setempat serta mengadakan peningkatan kesejahteraan dari petani leunca. b) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Untuk mengadakan penelitian lanjutan dalam rangka memanfaatkan kandungan solamargin leunca untuk menginduksi apoptosis leukemia, dibutuhkan suatu kerja sama dengan LIPI. LIPI, dalam hal ini bagian LITBANG (Penelitian dan Pengembangan) akan sangat berperan dalam memfasilitasi penulis dalam melakukan purifikasi dan isolasi leunca yang efektif maupun penelitian mengenai dosis efektif untuk biokemoterapi buah leunca. c) Pemerintah Republik Indonesia (DIKTI) Pemerintah Republik Indonesia berperan penting dalam hal memberikan tunjangan dana untuk penelitian yang akan dilakukan demi kemudahan dan kelancaran penelitian, baik penelitian terkait biokemoterapi menggunakan buah leunca maupun peningkatan kualitas leunca itu sendiri. d) Badan POM (Pengawas Obat dan Makanan) Badan POM berperan dalam mengawasi proses evaluasi uji klinis efektifitas solamargin pada leunca dalam menginduksi apoptosis leukemia. Badan POM berperan dalam pemberian izin pemasaran, apabila setelah melalui uji klinis, solamargin terbukti efektifitasnya sebagai biokemoterapi leukemia. e) Petani Leunca Perlu adanya suatu pemahaman kepada petani leunca, bahwa hasil panen dari pertanian leunca tidak hanya terfokus untuk konsumsi sehari-hari. buah leunca memiliki potensi lain, yang boleh dikatakan berdampak positif bagi masyarakat banyak yaitu potensi sebagai obat herbal. Langkah-Langkah Strategis dalam Mengimplementasikankan Gagasan Untuk mengimplementasikan gagasan, diperlukan suatu langkah-langkah strategis agar gagasan yang telah dibuat dapat dijadikan sebagai suatu solusi nyata terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat melalui bidang kesehatan, terutama dalam mengurangi angka kematian (mortalitas) akibat penyakit leukemia di Indonesia. Strategi implementasi terhadap gagasan ini dapat dilakukan dalam beberapa 2 tahap, yaitu : a) Pengembangan dan Proses Pengujian Biokemoterapi buah Leunca Solamargin secara substansial mengurangi viabilitas sel dan apoptosis diinduksi dalam sel osteosarcoma U2OS. Dalam hubungan ini, solamargin meningkatkan ekspresi mRNA dan protein p53 serta Bax (hilir protein proapoptosis dengan p53). Ekspresi Bcl-2 (suatu protein anti-apoptosis) juga berkurang. Solamargin mengaktifkan jalur mitokondria-apoptosis dimediasi dalam sel

10

U2OS baik melalui transkripsi p53 tergantung dan independen terhadap mekanisme. Senyawa solamargin ini membutuhkan penyelidikan lebih lanjut sebagai agen terapi yang potensial untuk pengobatan kanker dengan penentuan kadar efektif sebagai biokemoterapi (Li, Zhao, Wu, Liu, Cui, dan Lou). b) Peningkatan Kualitas Leunca sebagai Penginduksi Apoptosis Leukemia Pembuktian secara klinis potensi solamargin dalam leunca sebagai penginduksi apoptosis leukemia menunjukkan bahwa pemanfaatan buah leunca tidak hanya terfokus pada konsumsi sehari-hari. Pemanfaatan buah leunca secara bertahap dapat dialihkan sebagai sumber bahan alami utama dalam mengembangkan biokemoterapi untuk leukemia. Potensi buah leunca dapat ditingkatkan dengan beberapa cara, yaitu: Mengembangkan teknik isolasi solamargin dalam buah leunca sehingga kadar solamargin dalam buah leunca dapat diperoleh secara maksimal. Menghilangkan senyawa-senyawa lain yang terkandung dalam buah leunca secara menyeluruh, khususnya yang bersifat racun secara seperti solasodine karena studi terkait dengan tikus hamil yang terkena solanidine mengakibatkan bobot janin berkurang, peningkatan kadar enzim hati, dan peningkatan kejadian kerusakan hati.

KESIMPULAN Gagasan 1. Dari uji sitotoksik ekstrak etanolik leunca pada dosis tinggi (2 dan 5 mg/mL) mengindikasikan bahwa kandungan utama senyawa antikanker pada Solanum Nigrum L. adalah solamargin. Solamargin diketahui dapat memodulasi protein TNFRs dan bcl-2 dan aktivasi caspase sehingga solamargin dapat memacu jalur apoptosis sel yang termediasi mitokondria melalui penurunan ekpresi Bcl-2 yang ditunjukkan melalui western blot. 2. Ekstraksi yang paling mudah untuk dilakukan dengan cara perebusan lumatan 300 buah leunca dengan 475 ml air panas selama satu menit dengan total kandungan solamargin antara 0,5 - 0,65 %. Strategi Implementasi Strategi implementasi dibagi dalam 2 tahap : 1. Pengembangan dan proses pengujian biokemoterapi buah leunca melalui dengan induksi dalam sel osteosarcoma U2OS manusia. Solamargin mengaktifkan jalur mitokondria-apoptosis dimediasi dalam sel U2OS baik melalui transkripsi p53 tergantung dan independen terhadap mekanisme. Senyawa solamargin ini membutuhkan penyelidikan lebih lanjut sebagai agen terapi yang potensial untuk pengobatan kanker dengan penentuan kadar efektif sebagai biokemoterapi. 2. Peningkatan kualitas leunca sebagai penginduksi apoptosis leukemia dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu: Mengembangkan teknik isolasi solamargin dalam buah leunca sehingga kadar solamargin dalam buah leunca dapat diperoleh secara maksimal.

11

Menghilangkan senyawa-senyawa lain yang terkandung dalam buah leunca secara menyeluruh, khususnya yang bersifat racun secara seperti solasodine karena studi terkait dengan tikus hamil yang terkena solanidine mengakibatkan bobot janin berkurang, peningkatan kadar enzim hati, dan peningkatan kejadian kerusakan hati.

Manfaat dan Dampak Gagasan 1. Sektor Kesehatan Di Indonesia kasus leukemia sebanyak 7000 kasus/tahun dengan angka kematian mencapai 83,6%. Dengan adanya penemuan obat dari bahan alami, yaitu senyawa solamargin pada buah leunca, diharapkan angka kematian akibat leukemia di Indonesia yang cukup tinggi dapat ditekan yaitu dengan cara penginduksian apoptosis sebagai proses yang sangat berperan untuk penyebaran kanker agar sel melakukan bunuh diri menggunakan ekstaksi solamargin pada buah leunca. 2. Sektor Pertanian Inovasi ini berdampak terhadap penghasilan petani leunca. Karena jika implementasi dari inovasi ini berjalan lancar maka permintaan terhadap leunca makin meningkat dan pendapatan dari petani leunca juga dapat meningkat. 3. Sektor Sosial Gagasan ini diharapkan dapat mengubah paradigma masyarakat terkait pandangan bahwa leunca hanya digunakan untuk konsumsi sehari-hari. Leunca juga berpotensi sebagai obat herbal yaitu biokemoterapi untuk penyakit leukemia, yang mana lebih dari 83,6% penderita leukemia berakhir dengan kematian.

DAFTAR PUSTAKA The Leukemia and Lymphoma Society (TLLS). 2009. New Cases, Incidence and Deaths. New York: TLLS. Seputar Indonesia. 6 April 2007. 14 Negara Bahas Kanker Anak di Bali. Harian Seputar Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI). 2007. Aktivitas Fisik dan Diet Seimbang Mencegah Kanker. Jakarta: Depkes RI. National Collaborating Centre for Acute Care. 2005. The Diagnosis and Treatment of Lung Cancer. London: National Institute for Clinical Excellence (NICE). Herningtyas, E. H. 2004. Deteksi Ekspresi Gen Fusi bcr-abl dan pml-rarapada Kasus Leukemia Dewasa di RS Dr. Sardjito Universitas Gajah Mada. Yogyakarta: Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran UGM. Kresno, S.B. 2001. Ilmu Onkologi Dasar. Jakarta: Bagian Patologi Klinik FKUI. Ikeda, 2000. Leunca (Solanum nigrum L.). In CCRC Farmasi UGM 2011. Solamargine. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Cotran, R.S, et al. 1999. Patologic Basis of Disease. Tokyo-London-Sydney: WB Saunders Company. Hu, 1999. Leunca (Solanum nigrum L.). In CCRC Farmasi UGM 2011. Solamargine. Yogyakarta: Gajah Mada Press. Li-Ching Chang. 1997. The Rhamnose Moiety of Solamargine Plays a Crucial Role in Triggering Cell Death by Apoptosis. In Biochemical and Biophysical Research Communications Volume 242, Issue 1. Katrin, E. 1997. Uji Bioaktivitas Sari Etanol Beberapa Tanaman Terhadap Sel Leukemia L1210. Jakarta: Cermin Dunia Kedokteran. Goepel JR. 1996. General and Systematic Pathology. NewYork-London-Madrid: Churchill Livingstone. Damico A.V, McKenna WG. 1994. Apoptosis and Re-Investigation of the Biologic Basis of Cancer Therapy, Radiotherapy and Oncology. Carson D.A, Riberto J.M. 1993. Apoptosis and Disease. London: The Lancet: 341; 1251-1254.

Cassady, J.M., Baird, W., and Chang, C.J. 1990. Natural Products as a Source of Potential Cancer Chemotherapeutic and Chemopreventive Agents. Journal of Natural Products 53 (1): 34. Hyene, K. 1987. Tanaman Berguna Indonesia Jilid II. Jakarta: Badan Litbang Departemen Kehutanan. Backer, C.A. 1965. Flora of Java II. Noordhoff: Groningen. Wei G, Wang J, Du Y. 2011. Total Synthesis of Solamargine. http://www.bioportfolio.com/resources/pmarticle/183589/Total-Synthesis-OfSolamargine.html (diakses 31 Oktober 2011). Medicastore. 2011a. Leukemia (Kanker Sel Darah). http://medicastore.com/ penyakit/1021/Leukemia_Kanker_Sel_Darah.html (diakses 21 Oktober 2011). Medicastore. 2011b. Leukemia Limfositik Akut. http://medicastore.com/penyakit/ 1022/Leukemia_Limfositik_Akut.html (diakses 21 Oktober 2011). Medicastore. 2011c. Leukemia Limfositik Kronik. http://medicastore.com/penyakit /1029/Leukemia_Limfositik_Kronik.html (diakses 21 Oktober 2011). Medicastore. 2011d. Leukemia Mieloid Akut. http://medicastore.com/penyakit /1023/Leukemia_Mieloid_Akut.html (diakses 21 Oktober 2011). American Cancer Society. 2010. http://www.cancer.org/docroot/home/index.asp (diakses 16 Oktober 2011). Li X, Y Zhao, Wu WK, Liu S, M Cui, Lou H. 2010. Solamargine Induces Apoptosis Associated with p53 Transcription-Dependent and Transcription-Independent Pathways in Human Osteosarcoma U2OS Cells. Beijing: Research Center for Eco-Environmental Sciences (CAS). Medicastore. 2009e. Leukemia Mielositik Kronik. http://medicastore.com/penyakit /1030/Leukemia_Mielositik_Kronik.html (diakses 21 Oktober 2011). Ulfah, N. 2009. Penderita Leukemia Bisa Berumur Panjang. http://health.detik.com/read/153504/1178669/763/penderita-leukemia-bisaberumur-panjang (diakses 30 Oktober 2011).

Kyun, C.Y. 2008. Bahaya Kemoterapi. http://www.inilah.com/berita/citizenjournalism/bahaya-kemoterapi (diakses 25 Oktober 2011). Shiu LY, Chang LC, Liang CH, Huang YS, Sheu HM, Kuo KW. 2007. Solamargine Induces Apoptosis and Sensitizes Breast Cancer Cells to Cisplatin. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/17619073 (diakses 31 Oktober 2011). Scumdoctor. 2006a. Facts about Leukemia. http://www.scumdoctor.com/ Indonesian/diseaseprevention/cancer/leukemia/F acts-About-Leukemia.html (diakses 27 Oktober 2011). Scumdoctor. 2006b. Medical Treatment of Leukemia. http://www.scumdoctor .com/Indonesian/diseaseprevention/cancer/leukemia/ Medical-Treatments-For-Leukemia.html (diakses 27 Oktober 2011). Scumdoctor. 2006c. Warning Sign of Leukemia. http://www.scumdoctor.com/ Indonesian/diseaseprevention/cancer/leukemia/ Warning-Signs-Of-Leukemia.html (diakses 27 Oktober 2011). Christopher R. Smith, Grace A. Zentz, Kelly Kindscher and James M. Chapman. 2006. Detection of Solamargine in Asadero Cheese by LC-ESI-MS. Kansas City: Rockhurst University. World Health Organization. 2003. The World Health Report 2003. Geneva: WHO. Al Chami, L., Mendez, R., Chataing, B., O'Callaghan, J., Usubilliga, A., Lacruz, L. 2003. Toxicological Effects of -Solamargine in Experimental Animals. Journal of Phytotherapy Research vol. 17 (3): 254-258. Blankemeyer, JT., McWilliams, ML., Rayburn, JR., Weissenberg, M., Friedman, M. 1998. Developmental Toxicology of Solamargine and Solasonine Glycoalkaloids in Frog Embryos. Journal of Food Chem Toxicol 36 (5): 3839.