perbandingan indeks glikemik dan beban glikemik...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN
GLIKEMIK SINGKONG SEBAGAI PENGGANTI
NASI
JUDUL Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar SARJANA KEDOKTERAN
OLEH:
Dewi Maulidina Azizah
NIM: 11141030000085
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan
untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
LEMBAR PERNYATAAN
Ciputat, 19 Juli 2017
Dewi Maulidina Azizah
iii
PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN
GLIKEMIK SINGKONG SEBAGAI PENGGANTI NASI
LEMBAR PERSETUJUAN
Laporan Penelitian
Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter, Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperolah Gelar
Sarjana Kedokteran (S.Ked)
Oleh
Dewi Maulidina Azizah NIM: 11141030000085
Pembimbing I
dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK
NIP. 19711023 201101 2 003
Pembimbing II
dr. Nouval Shahab SpU, PhD, FICS, FACS
NIP. 19720511 200312 1 001
PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2017 M
iv
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Penelitian berjudul PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN
BEBAN GLIKEMIK SINGKONG SEBAGAI PENGGANTI NASI yang
diajukan oleh Dewi Maulidina Azizah (NIM: 11141030000085), telah diujikan
dalam sidang di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada 07 Agustus 2017.
Laporan penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Pendidikan
Dokter.
Ciputat, 7 Agustus 2017
DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang
dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK
NIP. 19711023 201101 2 003
Pembimbing I
dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK
NIP. 19711023 201101 2 003
Pembimbing II
dr. Nouval Shahab SpU, PhD, FICS, FACS
NIP. 19720511 200312 1 001
Penguji I
dr. Femmy Nurul Akbar, SpPD-KGEH
NIP. 19731005 200604 2 001
Penguji II
Dr. Endah Wulandari, M.Biomed
NIP. 19711009 200501 2 005
PIMPINAN FAKULTAS
DEKAN FKIK UIN
Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes
NIP. 19650808 198803 1 002
Kaprodi PSKPD
dr. Nouval Shahab SpU, PhD, FICS, FACS
NIP. 19720511 200312 1 001
v
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kehadirat Allah yang maha esa, atas segala rahmat, berkah
dan karunia melimpahnya yang diberikan kepada penulis, mulai berupa kesehatan,
kemudahan dalam proses penelitian dan pembelajaran hingga semangat dalam
mengerjakan dan menyelesaikan laporan penelitian ini. Sholawat serta salam
senantiasa dijunjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri
tauladan bagi seluruh umat, khususnya penulis. Dalam penelitian ini, menyadari
bahwa banyaknya faktor pendukung dalam segala prosesnya, penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK selaku pembimbing I yang ikhlas
meluangkan waktunya demi terselesaikannya penelitian ini, yang juga tak
pernah lelah memberi motivasi, membimbing dan memberikan saran yang
sangat membangun.
2. dr. Nouval Shahab SpU, PhD, FICS, FACS selaku kepala prodi PSKPD
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan selaku pembimbing II yang
senantiasa memberikan saran-saran terbaik dan membangun.
3. dr. Femmy Nurul Akbar, SpPD-KGEH dan bu Dr. Endah Wulandari,
M.Biomed selaku penguji yang memberikan banya masukan yang
berharga.
4. Prof. Dr. H. Arif Sumantri M. Kes selaku dekan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, beserta jajarannya.
5. Bapak Chris M. Biomed selaku penanggung jawab riset PSKPD 2014
yang senantiasa mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan
penelitian ini dengan baik.
6. dr. Muchtar Ikhsan SpP selaku pembimbing akademik yang senantiasa
membimbing seluruh aktivitas akademik kami.
7. Ayah dan ibu, atas dukungan, semangat, doa dan kasih sayang yang selalu
diberikan selama hidup penulis. Dan kesabaran dalam mendidik dan
membesarkan penulis.
8. Mbadew dan tsaltsa yang selalu dan tak pernah lelah menyemangati,
sukses untuk kita semua.
9. Responden tersayang, Unni Intan, Raa, Neti, Icuy, Hanan, Maskur, Hakim,
Lae, Ilmul, Yola, Za, Niswa yang selalu ikhlas berpuasa dan bangun pagi
demi membantu terselesaikannya penelitian ini, sukses untuk kita semua.
10. Frizky dan Silma, teman seperjuangan penelitian yang selalu senantiasa
membantu, menyemangati, mengingatkan, berbagi keluh kesah dan tawa.
11. Teman- teman koala yang selalu menemani saat suka dan duka, dalam
kondisi apapun dimanapun.
vi
12. Teman- teman pengurus wilayah 2 PTBMMKI (Perhimpunan Tim
Bantuan Medis Mahasiswa Kedokteran Indonesia) yang selalu memaklumi
kesibukan penulis dan senantiasa menyemangati selama menjabat.
13. Teman- teman koordinator wilayah 1-5 dan Badan Pengurus Pusat
PTBMMKI yang selalu menyemangati dan memotivasi agar penelitian ini
dapat cepat diselesaikan.
14. Teman- teman ketua Tim Bantuan Medis (TBM) di wilayah Jawa barat
dsn Jabodetabek.
15. Teman- teman SCOPE CIMSA UIN Jakarta yang selalu menyemangati
penulis.
16. Teman- teman staf Public Relation ISMKI yang senantiasa memotivasi
agar penelitian ini cepat terselesaikan.
17. Ayay, Memey, Eka selaku sahabat masa MAN terbaik yang selalu
memotivasi dan menyemangati selama masa penelitian.
18. Ibu warung depan FKIK yang telah memberikan belimbing wuluhnya
demi keberlangsungan penelitian ini.
19. Sejawat carotis PSKPD 2014 yang senantiasa mendoakan, memotivasi dan
menyemangati penulis selama masa penelitian.
Penelitian ini mungkin jauh dari kata sempurna. Namun, penulis berharap
penelitian ini dapat bermanfaat di dunia dan akhrat bagi siapapun yang
membacanya.
Ciputat, 19 Juli 2017
Dewi Maulidina Azizah
vii
ABSTRAK
Dewi Maulidina Azizah. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
Perbandingan Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Singkong sebagai
Pengganti Nasi. 2017.
Pengendalian jumlah asupan karbohidrat yang dikonsumsi tubuh merupakan salah
satu cara mencegah dan mengendalikan diabetes mellitus. Indeks glikemik (IG)
merupakan nilai untuk mengukur kecepatan karbohidrat dari suatu makanan
hingga dapat meningkatkan kadar glukosa darah pasca makan. Sedangkan beban
glikemik (BG) merupakan responss glukosa terhadap sejumlah karbohidrat dalam
satu sajian makanan. Nilai IG dan BG merupakan salah satu cara mengendalikan
asupan karbohidrat ke dalam tubuh. Semakin rendah IG dan BG suatu makanan,
kadar glukosa darah pasca makan semakin rendah dan baik untuk penderita
diabetes. Dalam penelitian ini, responden yang digunakan untuk mengetahui nilai
IG dan BG singkong sebagai pengganti nasi berjumlah 12 orang yang dipilih
menggunakan metode consecutive sampling. Hasil yang didapatkan adalah nilai
IG nasi dan singkong berturut-turut 60,5% dan 98%. Beban glikemik nasi dan
singkong berturut-turut 24 dan 39. Terdapat perbedaan bermakna antara IG nasi
dan singkong (p=0,002).
Kata kunci: indeks glikemik, beban glikemik, singkong, nasi, diabetes mellitus
ABSTRACT
Dewi Maulidina Azizah. Medicine and Physician Profession Study Program.
Glycemic Index and Glycemic Load Comparison of Cassava as Subtitute
Meal for Rice. 2017.
Controlling the amount of carbohydrate intake consumed the body is one way to
prevent and control diabetes mellitus. Glycemic Index (GI) is of value to measure
the rate of carbohydrates from a food to increase the level of postprandial blood
glucose. Glycemic load (GL) is glucose responsse of a number of carbohydrates in
a serving of food. The value of GI and GL is one of the ways to control
carbohydrate intake into the body. The lower the GI and GL a food, the lower the
blood glucose level and good for diabetics. In this study, respondents who used to
know the value of GI and GL cassava as substitute meal for rice amounted to 12
that are selected using consecutive sampling method. The GI value of rice and
cassava 60,5% and 98% respectively. The GL value of rice and cassava are 24 and
39 respectively. There is a significant difference between GI of rice and cassava
(p=0,002).
Keywords: Glycemic index, Glycemic load, cassava, rice, diabetes mellitus
viii
DAFTAR ISI
JUDUL .................................................................................................................... i
LEMBAR PERNYATAAN .................................................................................. ii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii
DAFTAR SINGKATAN .................................................................................... xiv
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................................. 2
1.3. Hipotesis Penelitian .......................................................................................... 2
1.4. Tujuan Penelitian .............................................................................................. 3
1.4.1. Tujuan Umum ................................................................................. 3
1.4.2. Tujuan Khusus ................................................................................ 3
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................................ 3
1.5.1. Untuk Peneliti ................................................................................. 3
1.5.2. Untuk Institusi ................................................................................. 3
1.5.3. Untuk Masyarakat ........................................................................... 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 4
ix
2.1. Landasan Teori .................................................................................................. 4
2.1.1. Karbohidrat ..................................................................................... 4
2.1.2. Pencernaan Karbohidrat .................................................................. 6
2.1.3. Penyerapan Karbohidrat .................................................................. 7
2.1.4. Metabolisme Glukosa ..................................................................... 8
2.1.5. Singkong ......................................................................................... 9
2.1.6. Beras ............................................................................................. 12
2.1.7. Indeks Glikemik ............................................................................ 13
2.1.8. Prosedur Pengukuran Indeks Glikemik ........................................ 14
2.1.9. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Indeks Glikemik ..................... 15
2.1.10. Beban Glikemik .......................................................................... 17
2.1.11. Pengaruh Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Terhadap
Kesehatan ....................................................................................................... 18
2.2. Kerangka Teori ................................................................................................ 19
2.3. Kerangka Konsep ............................................................................................ 19
2.4. Definisi Operasional ....................................................................................... 21
BAB 3. METODE PENELITIAN ...................................................................... 23
3.1. Desain Penelitian ............................................................................................ 23
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ....................................................................... 23
3.3. Populasi dan Sampel....................................................................................... 23
3.4. Besar dan Pengambilan Sampel .................................................................... 23
3.5. Kriteria Inklusi, Eksklusi, dan Dropout ....................................................... 23
3.5.1. Kriteria Inklusi .............................................................................. 23
3.5.2. Kriteria Eksklusi ........................................................................... 24
3.5.3. Kriteria Dropout ............................................................................ 24
3.6. Alat dan Bahan Penelitian ............................................................................. 24
x
3.7. Alur Penelitian ................................................................................................. 25
3.8. Cara Kerja Penelitian ...................................................................................... 26
3.9. Rencana Pengolahan dan Analisis Data ....................................................... 26
BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 28
4.1. Karakteristik Responden ................................................................................ 28
4.2. Makanan Uji .................................................................................................... 28
4.3. Kadar Glukosa Darah ..................................................................................... 29
4.4. Indeks Glikemik .............................................................................................. 31
4.5. Beban Glikemik .............................................................................................. 32
4.6. Kelebihan Penelitian ....................................................................................... 32
4.7. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 33
BAB 5. PENUTUP ............................................................................................... 34
5.1. Kesimpulan ...................................................................................................... 34
5.2. Saran ................................................................................................................. 34
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 35
LAMPIRAN ......................................................................................................... 39
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Proses metabolisme glukosa dalam tubuh…….…....………. 8
Table 2.2. Klasifikasi ilmiah singkong…………………………….….... 10
Tabel 2.3. Kadar gizi singkong segar per 100 gr …………. …..……...... 11
Tabel 2.4. Kadar gizi beras per 100 gr ………………...….………......... 12
Tabel 2.5. Kategori karbohidrat menurut Indeks Glikemik ……....……. 13
Tabel 2.6. Hasil penelitian mengenai indeks glikemik ….……….……. 16
Tabel 2.7. Klasifikasi nilai BG ………………………….……….……. 17
Tabel 2.8. Pengaruh IG dan BG rendah ………...………………………. 18
Tabel 4.1. Makanan uji dengan kadar karbohidrat 50 gram ….......……. 27
Tabel 4.2. Presentase kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah...…. 29
Tabel 4.3. Nilai indeks glikemik ………………………….…….……… 29
Tabel 4.4. Nilai beban glikemik …………………….…………………. 30
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Struktur monosakarida, beberapa contoh heksosa ................ 4
Gambar 2.2. Struktur disakarida ................................................................ 5
Gambar 2.3. Struktur dan Contoh Jenis Polisakarida ................................ 6
Gambar 2.4. Pencernaan karbohidrat ......................................................... 7
Gambar 2.5. Absorpsi monosakarida.......................................................... 8
Gambar 2.6. Tanaman Singkong ............................................................... 10
Gambar 4.1. Kurva kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah ..…… 28
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar surat persetujuan responden
Lampiran 2 Lembar status kesehatan responden
Lampiran 3 Data hasil pemeriksaan kesehatan responden
Lampiran 4 Informasi nilai gizi makanan uji
Lampiran 5 Perhitungan kebutuhan makanan uji
Lampiran 6 Perhitungan nilai indeks glikemik dan beban glikemik
Lampiran 7 Hasil uji statistik
Lampiran 8 Dokumentasi
Lampiran 9 Riwayat hidup peneliti
xiv
DAFTAR SINGKATAN
WHO : World Health Organization
IG : Indeks Glikemik
BG : Beban Glikemik
DM : Diabetes Melitus
TGT : Toleransi Glukosa Terganggu
GDPT : Glukosa Darah Puasa Terganggu
BKPD : Badan Ketahanan Pangan Daerah
IAUC : Incremental Area Under The Curve
ICQC : International Carbohydrate Quality Consortium
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan
sekresi insulim, kerja insulin atau keduanya. Keadaan ini berhubungan
dengan Resistensi Insulin yang menyebabkan glukosa dalam darah tidak
dapat masuk ke dalam sel.1
Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 didapatkan
bahwa prevalensi diabetes di Indonesia pada tahun 2013 meningkat hampir
dua kali lipat dibandingkan tahun 2007. Prevalensi diabetes melitus di
Indonesia sebesar 6,9%, toleransi glukosa terganggu (TGT) sebesar 29,9%
dan glukosa darah puasa terganggu (GDPT) sebesar 36,6%. Prevalensi
diabetes melitus meningkat dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% pada
tahun 2013.2
World Health Organization (WHO) pun memprediksi
kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun
2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.3
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan penyakit yang erat kaitannya
dengan kegemukan, sehingga dapat dicegah keberadaannya. Salah satunya
adalah dengan gaya hidup sehat dan mengendalikan jumlah asupan
karbohidrat yang dikonsumsi tubuh. Jumlah glukosa yang masuk ke dalam
tubuh ini dapat dilakukan dengan mengetahui nilai indeks glikemik atau
beban glikemik dari makanan tersebut.4
Indeks glikemik (IG) adalah metode kuantitatif untuk mengukur
kecepatan karbohidrat dari suatu makanan hingga dapat meningkatkan
kadar glukosa darah pasca makan. Sedangkan beban glikemik (BG)
merupakan respons glukosa terhadap sejumlah karbohidrat dalam satu
sajian makanan. Nilai IG dan BG berkaitan erat dalam mempengaruhi
kadar glukosa darah. Semakin tinggi IG dan BG suatu makanan, kadar
glukosa darah pasca makan semakin tinggi.5
2
Konsumsi makanan dengan kadar IG dan BG rendah selain dapat
mengendalikan kadar gula darah pasca makan, dapat juga dijadikan
panduan bagi masyarakat dengan masalah kelebihan berat badan, karena
makanan dengan indeks glikemik rendah akan memperpanjang waktu
kenyang.6
Badan Ketahanan Pangan Daerah (BKPD) Jawa Barat menyatakan
singkong merupakan 1 dari 10 makanan pokok pengganti nasi bagi
penduduk di berbagai wilayah Indonesia. Hal ini ditunjang dengan
produksi singkong yang cukup melimpah di beberapa daerah di
Indonesia.7
Jika dibandingkan dengan produksi padi yang rata- rata
menghasilkan 7-8 ton gabah per hektar, produksi singkong lebih banyak
dengan jumlah 20-50 ton per hektarnya. Pulau Jawa merupakan produsen
singkong terbanyak di Indonesia yakni sebesar 77%. Penyajian singkong
pun bermacam-macam pada tiap daerah.
Di sisi lain, pemerintah juga sedang berupaya untuk menurunkan
tingkat konsumsi beras yang mencapai 139,15 kg perkapita per tahun.
Salah satu caranya adalah mengganti konsumsi beras dengan bahan lain
seperti singkong dan umbi-umbian lain sebagai makanan pokok
masyarakat Indonesia. 8
Berdasarkan fakta tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui
apakah singkong memiliki IG dan BG yang lebih baik dibandingkan
dengan sajian nasi sebagai upaya pengendalian gula darah pada penderita
DM maupun masyarakat lainnya.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana perbandingan indeks glikemik dan beban glikemik
singkong sebagai pengganti nasi?
1.3. Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan antara nilai IG dan BG singkong dengan nilai IG
dan BG nasi.
3
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
1. Mengetahui perbandingan nilai IG dan BG singkong sebagai
pengganti nasi.
1.4.2. Tujuan Khusus
1. Mengukur dan mengklasifikasikan nilai IG dan BG singkong sebagai
pengganti nasi.
2. Mengukur dan mengklasifikasikan nilai IG dan BG nasi.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Untuk Peneliti
1. Meningkatkan ilmu tentang penelitian untuk digunakan pada jenjang
pendidikan atau karier selanjutnya terutama dalam bidang nutrisi dan
kesehatan.
2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran
dan melanjutkan ke pendidikan profesi.
3. Mengaplikasikan hasil penelitian yang diperoleh kepada masyarakat
dalam kehidupan sehari-hari.
1.5.2. Untuk Institusi
1. Dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian-penelitian lain.
1.5.3. Untuk Masyarakat
1. Memberi informasi singkong yang baik untuk penderita DM
berdasarkan nilai indeks dan beban glikemik.
2. Sebagai acuan pemilihan makanan pengganti nasi bagi pasien DM tipe
2.
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa zat gizi yang didapatkan dari
tumbuhan dan hewan dan berperan sangat penting dalam kehidupan
manusia. Nama karbohidrat menunjukan kandungannya yaitu karbon
‘hidrat’ dengan perbandingan C:H:O = 1:2:1.9 Karbohidrat
diklasifikasikan menjadi monosakarida, disakarida dan polisakarida,
bergantung pada jumlah gula pada molekul senyawanya.10-12
1. Monosakarida
Disebut juga gula sederhana atau gula simpel, terdiri dari polihidroksi
aldehid tunggal atau unit keton. Monosakarida diklasifikasikan
menjadi Triosa (C3H6O3), tetrosa (C4H8O4), pentosa (C5H10O5),
heksosa (C6H12O6), dan heptosa (C7H14O7), bergantung pada jumlah
karbon pada susunan senyawanya. Contoh jenis heksosa yang penting
bagi tubuh adalah glukosa (C6H12O6), karena sebagian besar glukosa
akan diubah menjadi energi untuk kehidupan sehari-hari. Selain
glukosa, jenis heksosa yang cukup penting dalam tubuh adalah
fruktosa (akan diubah menjadi glukosa dan digunakan oleh tubuh),
galaktosa (disintesis pada kelenjar mammae sebagai komposisi
laktosa dalam ASI, serta menjadi unsur glikolipid dan glikoproteini)
dan manosa (unsur beberapa glikoprotein). 10-12
Struktur
monosakarida dapat dilihat pada gambar berikut,
Gambar 2.1. Struktur monosakarida, beberapa contoh heksosa10
5
2. Disakarida
Merupakan gabungan dari glukosa dan satu unit monosakrida lainnya,
contohnya, sukrosa (glukosa + fruktosa), laktosa (glukosa +
galaktosa) dan maltosa (glukosa + glukosa). Adanya gabungan ini
merupakan hasil dari reaksi kondensasi, yaitu pelepasan senyawa
H2O dari 2 senyawa monosakarida yang kemudian akan membentuk
senyawa disakarida (C12H22C11). Sedangkan pemisahan molekul H2O
atau disebut juga proses hidrolisis menguraikan senyawa disakarida
menjadi senyawa monosakarida.10-12
Struktur disakarida dapat dilihat
pada gambar berikut,
Gambar 2.2. Struktur disakarida12
3. Oligosakarida
Adalah gabungan dari 3 atau lebih monosakarida. Oligosakarida
berupa zat padat berbentuk kristal yang dapat larut air. Oligosakarida
ditemukan di permukaan sel seluruh tubuh dalam bentuk glikoprotein
dan glikolipid. Sebagian besar oligosakarida berfungsi sebagai
antigen yang menjadi penanda sel untuk membedakan antara sel
dalam tubuh dengan benda asing yang masuk ke dalam tubuh agar
dapat diidentifikasi oleh sistem imun tubuh. 10-12
4. Polisakarida
Tersusun dari gabungan ribuan monosakarida. Rantainya dapat
berupa rantai lurus maupun rantai bercabang. Polisakarida yang
penting bagi tubuh adalah pati, glikogen, dan selulosa. Pati adalah
6
glukosa homopolimer terpenting yang terkandung dalam makanan
seperti sereal, kentang, nasi, jagung, dsb. Pati memiliki rantai
bercabang dengan 2 komponen utama pati adalah amilosa (15-20%)
dan amilopektin (80-85%). Glikogen adalah bentuk simpanan
karbohidrat pada hewan dan manusia. Glikogen memiliki rantai yang
sangat kompleks. Selulosa adalah jenis polisakarida yang tidak dapat
dicerna tubuh namun bermanfaat untuk proses pencernaan.
Polisakarida yang lebih dikenal sebagai serat ini memiliki rantai lurus
dengan rantai β-D-glukopiranosa. Rantai β-D-glukopiranosa inilah
yang membuat system pencernaan manusia tidak dapat mencerna
selulosa, akibat ketiadaan enzim yang dapat menghidrolisis ikatan β
tersebut. 10-12
Gambar 2.3. Struktur dan Contoh Jenis Polisakarida14
2.1.2. Pencernaan Karbohidrat
Polisakarida mulai dicerna di mulut. Enzim amilase pada kelenjar
liur akan menghidrolisis ikatan α-1,4 antar residu glikosil pada ikatan
polisakarida menjadi bentuk disakarida dan oligosakarida. Namun,
setelah sampai di lambung, proses ini akan terhenti karena HCl
lambung menginaktifkan enzim amilase. Setelah sampai di duodenum,
HCl lambung akan dinetralkan oleh HCO3- sehingga polisakarida yang
belum terpecah dapat dihidrolisis oleh enzim amilase pankreas.13
Hasil
akhir pencernaan karbohidrat yang dikatalisir oleh enzim amilase
7
adalah oligosakarida, maltose, maltotriosa dan α-limit dextrin (polimer
glukosa dengan ikatan 1-6α). Proses pencernaan akan
dilanjutkan oleh enzim disakaridase yang dihasilkan oleh brush border
duodenum. Enzim disakaridase terbagi menjadi Isomaltase
(menghidrolisis ikatan 1,6α), Maltase (mengubah maltotriosa dan
maltose menjadi glukosa), Laktase (menghidrolisis Laktosa menjadi
glukosa dan galaktosa), dan Trihalase (menghidrolisis trehalosa menjadi
2 molekul glukosa). Saat memasuki kolon, polisakarida yang belum
tercerna akan difermentasi oleh bakteri flora normal dalam kolon
menghasilkan gas, asam lemak rantai pendek dan asam laktat.13-18
Gambar 2.4. Pencernaan karbohidrat13
2.1.3. Penyerapan Karbohidrat
Setelah polisakarida dihidrolisis oleh enzim amilase menjadi
disakarida dan disakarida dihidrolisis oleh enzim disakaridase mejadi
monosakarida, karbohidat pun baru bisa diserap oleh tubuh. Glukosa
dan galaktosa akan diserap ke dalam sel epitel lumen intestinal dengan
atau melalui Na+
dan simporter SGLT yang berada pada membran
lumen intestinal. Sedangkan fruktosa diserap dan memasuki sel dengan
difusi terfasilitasi melalui GLUT-5. Selanjutnya, glukosa, galaktosa dan
fruktosa akan keluar dari membran basal menuju pembuluh darah
dengan difusi pasif terfasilotasi melalui GLUT-2.19-23
8
Gambar 2.5. Absorpsi monosakarida19
2.1.4. Metabolisme Glukosa
Setelah mengalami proses digesti dan absorpsi, fruktosa dan
galaktosa dibawa ke hati untuk diubah menjadi glukosa. Sedangkan
glukosa akan menjadi sumber utama pembentukan ATP di semua sel
tubuh yang membutuhkan. Glukosa yang belum atau tidak terpakai
sebagai sumber ATP akan disimpan sebagai glikogen dan lemak.14,19-21
Beberapa reaksi terkait metabolisme glukosa pada tubuh manusia
diantaranya adalah glikolisis, glukeneogenesis. glikogenesis,
glikogenolisis.19,24,25
Tabel 2.1. Proses metabolisme glukosa dalam tubuh17
Proses
metabolisme
Reaksi Proses Efek terhadap
gula darah
Glikolisis Glukosa ATP Anabolisme GD ↓↓
Glukoneogenesis Asam amino
glukogenik
glukosa
Anabolisme GD ↑↑
Glikokgenesis Glukosa glikogen Anabolisme GD ↓↓
Glikogenolisis Glikogen glukosa Katabolisme GD ↑↑
9
Proses metabolisme ini juga dipengaruhi oleh beberapa hormon yang
berperan erat dalam menjaga kadar gula darah, diantaranya adalah
insulin yang berfungsi mempertahankan agar kadar glukosa
postprandial tidak terlalu tinggi dengan meningkatkan proses glikolisis
dan glukagon yang berfungsi mempertahankan kadar gula darah agar
tidak terlalu rendah saat berpuasa dengan meningkatkan proses
glukoneogenesis dan glikogenolisis untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia. 19,24,25
Selain dua hormon di atas ada beberapa hormon yang juga
mempengaruhi kadar gula darah, yaitu kortisol, growth hormon dan
epinefrin. Kortisol yang merupakan hormon adaptasi terhadap stress
akan meningkatkan proses glukoneogenesis yang berdampak kepada
meningkatnya gula darah. Epinefrin yang identik dengan penggunaan
banyak energi dalam waktu singkat akan meningkatkan proses
glukoneogenesis dan glikogenolisis yang juga akan meningkatkan gula
darah ketika adanya rangsangan pada saraf simpatis. Sedangkan growth
hormon, yang aktivitas meningkat ketika istirahat mengakibatkan
rendahnya pemakaian glukosa oleh otot yang berdampak dengan
dicurahkannya glukosa ke dalam darah sehingga gula darah akan
meningkat. 19,24,25
2.1.5. Singkong
Singkong atau ketela pohon merupakan tanaman asal benua Amerika
dan pada tahun 1810 menyebar hingga ke Indonesia.26
Di Indonesia
singkong merupakan salah satu bahan makanan pokok setelah beras dan
jagung.
10
Tabel 2.2. Klasifikasi ilmiah singkong:26
Klasifikasi
Kingdom Plantae
Divisi Spermatophyta
Sub divisi Angiospermae
Kelas Dicotyledoneae
Ordo Euphorbiales
Famili Euphorbiaceae
Genus Manihot
Spesies Manihot utilissima
Pohl. Manihot esculenta
Gambar 2.6. Tanaman Singkong26
Singkong tergolong tanaman umbi- umbian yang menyimpan
cadangan makanan pada akarnya. Hal ini membuat akar singkong
merupakan bagian yang paling banyak dikonsumsi selain daunnya.
Akar singkong memiliki kulit berwarna coklat tua dengan diameter 5-
10 cm dan panjang 50-80 cm.8
Singkong segar mengandung senyawa glikosida sianogenik, yaitu
linamarin, yang dapat berubah menjadi asam sianida (HCN) ketika
teroksidasi oleh enzim linamerase. Bila kadar HCN lebih dari 50 ppm,
11
maka singkong tersebut menjadi beracun dan berbahaya bila
dikonsumsi oleh tubuh. Perubahan kadar toksik ini akan ditandai
dengan munculnya bercak berwarna biru pada singkong.
Berdasarkan kadar HCN yang terkandung didalamnya, singkong
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yaitu:
1. Tidak boleh dikonsumsi, bila kadar HCN >100 mg/kg (rasa pahit).
Contoh: varietas Adira II, Adira IV dan Thailand.
2. Dianjurkan tidak dikonsumsi, bila kadar HCN 40-100 mg/kg.
Contoh: varietas UJ-5
3. Boleh dikonsumsi, bila kadar HCN <40 mg/kg (tidak pahit). Contoh:
varietas Adira 1 dan Manado.27
Kadar HCN ini berpengaruh pada kandungan pati pada singkong.
Semakin tinggi kadar HCN akan semakin tinggi pula kadar pati dalam
singkong. Meskipun memiliki senyaawa HCN yang terkadang akan
menimbulkan toksisitas, kadar gizi pada singkong segar maupun
olahannya juga banyak memiliki manfaat.
Tabel 2.3. Kadar gizi singkong segar per 100 gr28
Komponen Gizi Jumlah
Kalori 146 kal
Protein 1,2 gr
Lemak 0,3 gr
Kalsium 33 mg
Fosfor 40 mg
Zat besi 0,7 mg
Vitamin B1 0,06 SI
Vitamin C 30 mg
Air 62,5 gr
Karbohidrat (pati) 38 gr
Serat kasar 1,8 gr
Abu 1%
12
Di Indonesia olahan singkong sangat beragam, diantaranya adalah:
tiwul, beras singkong, tepung tapioka, tepung gaplek, tape atau
peuyeum, getuk, keripik singkong, dan combro.
2.1.6. Beras
Beras merupakan bahan makanan sumber karbohidrat sebagian
besar masyarakat Indonesia. Tanaman dengan nama latin Oryza sativa ini
memang memiliki kadar karbohidrat yang cukup tinggi. Kadar gizi pada
100 gr beras adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4. Kadar gizi beras per 100 gr32
Komponen Gizi Jumlah
Beras giling
Kalori 360 kal
Protein 6,8 gr
Lemak 0,7 gr
Kalsium 6 mg
Fosfor 140 mg
Zat besi 0,8 mg
Vitamin B1 0,12 mg
Vitamin C 0 mg
Air 13 gr
Karbohidrat (pati) 78 gr
Beras giling masak (Nasi)
Kalori 175 kal
Protein 4 gr
Lemak 0,1 gr
Kalsium 5 mg
Fosfor 22 mg
Zat besi 0,5 mg
Vitamin B1 0,02 mg
Vitamin C 0 mg
Air 57 gr
Karbohidrat (pati) 40 gr
13
International Rice Research Institute (IRRI) mengklasifikasikan beras
menjadi tiga kategori berdasarkan kandungan amilosanya, yaitu:
1. Rendah (< 20%): Beras pulen
2. Sedang (2025%): Beras sedang
3. Tinggi (>25%): Beras pera
Hasil penelitian Indrasari et al. (2008) menunjukkan beras berkadar
amilosa rendah cenderung mempunyai IG tinggi, beras beramilosa sedang
memiliki IG sedang, dan beras beramilosa tinggi mempunyai IG rendah.33
2.1.7. Indeks Glikemik
Indeks glikemik (IG) adalah tingkatan makanan menurut efeknya
terhadap kadar gula darah dan respons insulin. Konsep ini pertama kali
dikemukakan oleh Dr. David Jenskins, untuk membantu menentukan
pangan yang paling baik bagi penderia diabetes didasarkan pada sistem
porsi karbohidrat. 30
Karbohidrat yang dipecah dengan cepat selama proses pencernaan
memiliki IG tinggi karena kecepatan respons gula darah terhadap
makanan tersebut cepat. Begitu pun sebaliknya, karbohidrat yang
dipecah dengan lambat selama proses pencernaan memiliki IG rendah.
Selanjutnya akibat proses inilah bahan makanan sumber karbohidrat
dikategorikan sebagai IG rendah, IG sedang dan IG tinggi, berdasarkan
rentang indeks glikemiknya.
Tabel 2.5. Kategori karbohidrat menurut Indeks glikemik31
Kategori Karbohidrat Rentang Indeks Glikemik
IG Rendah <55%
IG Sedang 55-70%
IG Tinggi >70%
14
2.1.8. Prosedur Pengukuran Indeks Glikemik
Nilai indeks glikemik diperoleh melalui perbandingan Luas Area di
Bawah Kurva glukosa darah makanan yang di uji dengan Luas Area di
Bawah Kurva glukosa darah makanan sampel dikali 100. Glukosa darah
akan di dapatkan melalui pemeriksaan gula darah responden selama 2
jam setelah mengkonsumsi makanan uji maupun makanan standar.
Indeks Glikemik =Luas Area di Bawah Kurva glukosa darah makanan uji
Luas Area di Bawah Kurva glukosa darah makanan standar𝑥 100
Luas area dibawah kurva glukosa darah dihitung menggunakan
metode trapezoid:
Luas trapezium =Jumlah sisi sejajar x tinggi
2
Perhitungan luas area di bawah lurva memiliki metode yang berbeda-
beda. Metode yang paling di rekomendasikan oleh Food and
Agriculture Organization (1998) adalah metode perhitungan
incremental area under the curve (IAUC) tanpa menghitung area yang
ada dibawah garis glukosa darah puasa, karena memiliki nilai standar
deviasi indeks glikemik terkecil dibanding metode lainnya (SD 20,4).34
Responden yang dibutuhkan berjumlah minimal 10 orang yang
telah memenuhi kriteria inklusi. Responden diharuskan berpuasa 10-14
jam dari makanan maupun minuman kecuali air mineral sebelum
pemeriksaan dilakukan. Responden juga tidak diperbolehkan
melakukan aktivitas berat agar tidak mempengaruhi respons glikemik.
Responden akan diberi makanan uji dan makanan standar yang
mengandung 50 gr karbohidrat di dalamnya.34
Sampel darah responden akan diambil mulai dari menit ke-0
sebelum pemberian makan, selanjutnya responden akan mengkonsumsi
makanan uji atau makanan standar dalam waktu 10-20 menit untuk
makanan padat dan diperbolehkan minum air mineral sebanyak 250-500
ml. Selama dua jam pasca pemberian makanan, sampel darah responden
akan diambil pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90 dan 120 untuk diukur
kadar glukosa darahnya. Pemberian makanan uji dan makanan standar
15
berjarak minimal 3 hari dari pemberian sebelumnya. Hasil dari
pemeriksaan kadar gula darah akan dimasukan ke dalam kurva
pengukuran indeks glikemik untuk dihitung indeks glikemiknya.34
2.1.9. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Indeks Glikemik
Hasil perhitungan indeks glikemik dipengaruhi oleh beberapa
faktor, yaitu proses pengolahan, kadar amilosa dan amilopektin, jenis
karbohidrat, kadar serat, kadar protein, dan kadar lemak.5,6,33,34,36
1. Proses pengolahan bahan makanan sumber karbohidrat
Semakin kecil partikel karbohidrat akan semakin cepat proses
pencernaan dan penyerapan karbohidrat, sehingga kadar IG pun
akan semakin tinggi.
2. Kadar amilosa dan amilopektin
Semakin tinggi kadar amilosa dibanding amilopektin pada
makanan akan semakin rendah kadar IG suatu makanan. Hal ini
disebabkan oleh struktur amilosa yang tidak bercabang sehingga
saat proses pemanasan akan mengalami gelatinisasi membentuk
kompleks lipid dan amilosa yang membuatnya lebih lambat dicerna
oleh enzim dibanding dengan amilopektin yang memiliki struktur
bercabang.
3. Kadar dan jenis karbohidrat
Karbohidrat memiliki respons glikemik yang berbeda sesuai
jenisnya. Dimana monosakarida merupakan karbohidrat dengan
respons glikemik tertinggi karena lebih mudah diabsorpsi.
4. Kadar serat
Serat makanan merupakan komponen dalam tanaman yang tidak
terdegradasi secara enzimatis menjadi bagian yang dapat diserap
dengan baik oleh lambung dan usus. Hal ini membuat serat
terkadang bertindak sebagai penghambat fisik pada pencernaan dan
membuat IG makanan yang kaya serat cenderung lebih rendah.
5. Kadar protein
Protein diketahui merangsang sekresi insulin. Sehingga, makanan
dengan kadar protein tinggi cenderung memiliki nilai IG rendah.
16
6. Kadar lemak
Sama halnya dengan serat, makanan dengan kadar lemak tinggi
pun dapat memperlambat proses pencernaan oleh lambung,
sehingga makanan dengan kadar lemak tinggi cenderung memiliki
IG rendah.
Penelitian mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi indeks
glikemik telah banyak dilakukan dengan menguji berbagai macam jenis
makanan. Tabel dibawah ini akan mencantumkan beberapa penelitian
mengenai indeks glikemik.
Tabel 2.6. Hasil penelitian mengenai indeks glikemik
Penulis -
Tahun Variabel
Nilai Indeks
Glikemik (%) Keterangan
Ainun N
– 201338
Mi instan dengan
telur
Mi instan dengan
sayur
Mi instan dengan
telur dan sayur.
91,28
91,15
97,06
Perbedaan nilai
indeks glikemik
dipengaruhi proses
pengolahan, kadar
protein, kadar serat
dan kadar lemak.
Tiara PM
- 201439
Nasi goreng, telur
dadar, tempe orek
Nasi kuning tempe
orek, setengah
potong telur ayam
rebus
Nasi putih, tempe
orek, satu potong
ayam tanpa kullit,
sayur kacang
panjang.
93
86
97
Makanan yang
mengandung lebih
banyak lemak dan
serat dapat
menurunkan nilai
indeks glikemik.
17
Nadiyah
ZL –
201540
Bubur ayam instan
Bubur ayam
tradisional
112
109
Cara pengolahan
mempengaruhi
respon glikemik,
semakin lama proses
pengolahan suatu
makanan maka nilai
indeks glikemiknya
akan semakin tinggi.
Silvi A –
201541
Bubur kacang hijau
Bubur kacang hijau
disertai ketan hitam
96,45
94,91
Kadar amilosa
mempengaruhi
rendahnya nilai
indeks glikemik.
2.1.10. Beban Glikemik
Beban glikemik (BG) merupakan perhitungan nilai IG dikalikan
dengan jumlah karbohidrat yang terdapat dalam satu porsi makanan lalu
dibagi 100. Beban glikemik dinilai lebih akurat dan bermakna
dibanding dengan nilai IG karena merupakan perhitungan sesuai jumlah
karbohidratnya. Hal ini dikarenakan jumlah karbohidrat dalam satu
porsi bisa berbeda dengan jumlah karbohidrat pada uji nilai IG, bisa
lebih sedikit ataupun lebih banyak.
Tabel 2.7. Klasifikasi nilai BG
Kategori Rentang Indeks Glikemik
BG Rendah ≤ 10
BG Sedang 10-20
BG Tinggi ≥ 20
Selain itu, nilai BG lebih memudahkan pengendalian asupan
karbohidrat karena sudah merupakan takaran per-porsi.
18
2.1.11. Pengaruh Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Terhadap
Kesehatan
Pengaruh IG dan BG rendah bagi kesehatan telah diteliti dan
dipaparkan oleh International Carbohydrate Quality Consortium
(ICQC) dan dirangkum dalam tabel berikut:
Tabel 2.8. Pengaruh IG dan BG rendah
IG rendah –
BG tinggi
BG rendah -
IG tinggi
Risiko DM tipe 2 ↓↓↓ ↓↓↓
Risiko PJK ↓↓ ↓↓↓
Risiko kanker kolorektal ↓↓ -
Risiko kanker payudara ↓ -
Risiko kanker endometrium - ↓
Kadar HbA1c ↓↓ ↓↓
Kadar glukosa darah setelah
makan
↓↓↓ ↓↓↓
Kadar insulin setelah makan ↓↓↓ ↓↓↓
LDL ↓ -
HDL ? ↑
Trigliserida ↓ ↓↓
CRP ↓↓ ↓
Tekanan darah ? ?
Berat badan ↓ ↓↓
Massa lemak tubuh ↓↓ ↓↓
↓↓↓: penurunan besar, ↓↓: penurunan sedang, ↓: penurunan sedikit,
-: tidak ada efek, ?: belum cukup bukti atau belum ada
PJK: Penyakit Jantung Koroner, LDL: Low Density Lipoprotein,
HDL: High Density Lipoprotein, CRP: C-reactive protein
19
2.2. Kerangka Teori
Makanan
Proses
pengolahan Zat gizi
Karbohi
drat Protein Serat Lemak Amilosa dan
amilopektin Struktur
makanan
Kasar Halus Monosa
karida
Glukosa
darah
Respon
glikemi
k
Merangsang
sekresi
insulin
Memperlambat
absorbsi
Amilosa ↑
memperlampat
proses
pencernaan
Indeks
glikemik Jumlah
sajian
Beban
glikemik
20
2.3. Kerangka Konsep
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Makanan uji 1:
Singkong dengan lauk
ayam garang asem
Makanan uji 1:
Nasi dengan lauk
ayam garang asem
Kadar
glukosa
darah
Indeks
glikemik
Beban
glikemik
Klasifikasi
nilai IG dan
BG
21
2.4. Definisi Operasional
N
o
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Skala
ukur
Hasil
ukur
1. Glukosa
darah
Kadar
glukosa
yang
mengalir
dalam darah
setelah
proses
penyerapan
karbohidrat
Pengambila
n darah
kapiler pada
ujung jari
responden
kemudian
diukur
dengan strip
glukosa
Easytouc
h GCU
meter
Numerik Nilai
glukosa
darah
(mg/dl)
2. Indeks
glikemik
Respons
glukosa
darah
terhadap
jumlah
karbohidrat
dalam
makanan
Membandin
gkan Luas
Area di
Bawah
Kurva
glukosa
darah
makanan uji
dan
makanan
sampel
dikali 100.
- Numerik Nilai
indeks
glikemik
(%)
22
3. Beban
glikemik
Respons
glukosa
darah
terhadap
kadar
karbohidrat
dalam satu
porsi
makanan
Nilai IG
dikali
jumlah
karbohidrat
dalam satu
porsi
makanan
dibagi 100
- Numerik Nilai
beban
glikemik
(gr)
23
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian observasional analitik jenis cross
sectional untuk mengetahui IG dan BG pada singkong sebagai pengganti
nasi.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan pada Maret 2017 hingga Mei 2017 di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa PSKPD FKIK UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta tingkat dua dan tiga. Responden berjumlah 12
orang yang dipilih dengan cara consecutive sampling dan telah memenuhi
kriteria inklusi.34
3.4. Besar dan Pengambilan Sampel
Responden berjumlah 12 orang yang dipilih dengan cara
consecutive sampling dan telah memenuhi kriteria inklusi.
Responden dipilih melalui anamnesis pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan Gula darah puasa (GDP). Anamnesis meliputi identitas,
riwayat penyakit sekarang dan penyakit dahulu. Pemeriksaan fisik meliputi
tanda vital dan pemeriksaan GDP untuk menyingkirkan adanya gangguan
metabolisme glukosa pada responden.34
3.5. Kriteria Inklusi, Eksklusi, dan Dropout
3.5.1. Kriteria Inklusi
1. Dewasa sehat berusia 17- 25 tahun
2. Tidak memiliki gangguan metabolisme glukosa
24
3. Tidak sedang hamil dan atau menyusui
3.5.2. Kriteria Eksklusi
1. Sakit hingga tidak dapat berpuasa 10- 14 jam
2. Alergi terhadap makanan uji
3.5.3. Kriteria Dropout
1. Meninggal dunia
2. Sakit hingga tidak dapat melanjutkan penelitian
3.6. Alat dan Bahan Penelitian
1. Easytouch GCU meter dan tes strip glukosa
2. Sampel darah responden dengan metode finger prick
3. Makanan standar berupa dextrose 55 gr
4. Makanan uji singkong kukus utuh dengan lauk ayam garang
asem
5. Makanan uji nasi dengan lauk ayam garang asem
6. Air mineral 240 ml
25
3.7. Alur Penelitian
Pemeriksaan kadar glukosa darah di menit
ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, 120
Responden 12 orang
sesuai kriteria inklusi
Responden puasa 10-14 jam,
tidak aktivitas berat
Minggu 1:
Air
dextrose
55gr
Minggu 3:
Nasi dengan lauk
ayam garang asem
Minggu 2:
Singkong kukus
dipotong dengan lauk
ayam garang asem
Penghitungan nilai
indeks glikemik
Nilai indeks glikemik
Membandingkan nilai IG dan
BG singkong dengan nasi
Nilai beban
glikemik
Anamnesis, PF, GDP
Pemilihan secara
consecutive sampling
Populasi mahasiswa
PSKPD 2014-2015
26
3.8. Cara Kerja Penelitian
1. Memilih minimal 10 responden sesuai kriteria inklusi dan ekslusi
dengan metode consecutive sampling.
2. Melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan GDP
untuk menyingkirkan kriteria eksklusi pada responden.
3. Responden berpuasa 10- 14 jam sebelum pemeriksaan dilakukan.
4. Responden tidak diperkenankan melakukan aktivitas berat
selama proses pemeriksaan.
5. Responden diperkenankan meminum air mineral 240- 500 ml.
6. Responden memakan makanan uji atau standar dengan kadar
karbohidrat total 50 gr dalam waktu 10-20 menit.
7. Sampel darah kapiler akan diambil dengan metode finger prick
test pada menit ke 0, 15, 30, 45, 60, 90, 120.
8. Pencatatan hasil glukosa darah dan dimasukkan ke dalam kurva
untuk menentukan indeks glikemik.
9. Nilai indeks glikemik masing-masing makanan uji dikali jumlah
karbohidrat yang terkandung dalam satu porsi makanan dibagi
100 untuk mencari nilai beban glikemik.
10. Membandingkan hasil nilai IG dan BG tiap makanan uji.
11. Pemeriksaan harus berjarak minimal 3 hari sebelum pemeriksaan
selanjutnya.
12. Jika terjadi perdarahan pada saat pengambilan sampel, peneliti
akan melakukan penanganan awal yaitu dengan bebat tekan.
Namun hal ini sangat jarang terjadi.
3.9. Rencana Pengolahan dan Analisis Data
Indeks glikemik makanan uji dan makanan standar akan
dimasukkan ke dalam kurva dan dihitung menggunakan trapezoidal
method. Sementara nilai BG akan diperoleh setelah nilai IG didapatkan
lalu dikali dengan jumlah karbohidrat pada satu porsi dan dibagi 100.
Penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan Microsoft
Excel 2013 dan IBM SPSS 22. Uji normalitas data dilakukan dengan
menggunakan metode Shapiro-Wilk karena jumlah responden kurang dari
27
50 orang. Jika distribusi data normal maka selanjutnya uji signifikansi
dengan menggunakan metode Paired T-test. Jika distribusi data tidak
normal maka selanjutnya uji signifikansi dengan metode Wilcoxon.
28
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Karakteristik Responden
Dalam penelitian ini responden berjumlah 12 orang yang terdiri
dari 8 orang perempuan dan 4 orang laki- laki.
Rerata (SD) usia responden dalam penilitan ini adalah 21 (1,03)
tahun. Rerata IMT responden adalah 19,8 (1,24) kg/m2 yang termasuk
kategori normal menurut klasifikasi status gizi asia pasifik. Rerata GDP
responden adalah 82,08 (6,882) mg/dl menunjukan bahwa responden tidak
memiliki gangguan metabolisme glukosa. Data di atas menunjukan bahwa
responden pada penelitian ini seluruhnya memenuhi kriteria inklusi.
4.2. Makanan Uji
Makanan yang digunakan pada penelitian ini adalah dextrose 55 gr
sebagai makanan standar. Nasi dengan lauk ayam garang asem sebagai
makanan uji 1 dan singkong dengan lauk ayam garang asem sebagai
makanan uji 2.
Makanan uji yang digunakan dalam penillitian ini didapatkan
dengan mengolah sendiri menjadi makanan siap saji. Sebelum dikonsumsi
sebagai makanan uji, bahan makanan ditimbang terlebih dahulu hingga
tercapai kadar karbohidrat total 50 gr perporsinya.
29
Tabel 4.1. Makanan uji dengan kadar karbohidrat total 50 gram
No
Makanan
Jumlah
Kandungan dan Kuantitas
Karbohidrat Serat
1 Makanan Standar
Dekstros 55 gr 50 gr -
Air mineral 250 ml - -
2 Makanan Uji 1
Nasi putih 116 gr 46,5 gr -
Ayam garang asem 100 gr 3,5 gr 0,46 gr
3 Makanan Uji 2
Singkong 129 gr 46,5 gr 2,33 gr
Ayam garang asem 100 gr 3,5 gr 0,46 gr
4.3. Kadar Glukosa Darah
Hasil rerata glukosa darah setiap 15 menit pada 1 jam pertama dan
setiap menit pada 1 jam kedua dapat dilihat pada gambar kurva berikut.
Gambar 4.1. Kurva kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah
Puncak kadar glukosa darah responden setelah pemberian makanan
standar terjadi pada menit ke-30 dan mulai mengalami penurunan pada
0 15 30 45 60 90 120
Makanan standar 82.1 124.3 140.4 130.0 125.4 107.8 94.3
Nasi + lauk 80.3 105.8 132.9 114.6 101.2 92.7 87.9
Singkong + lauk 78.2 107.4 138.5 140.3 127.1 95.7 86.3
80.0
90.0
100.0
110.0
120.0
130.0
140.0
150.0
GLU
KO
SA D
AR
AH
(m
g/d
l)
WAKTU PENGAMBILAN DARAH (menit)
Rerata Kadar Glukosa Darah
30
menit ke- 45 hingga ke menit 120. Begitu pula dengan kenaikan kadar
glukosa setelah pemberian makanan uji 1 yang juga mengalami
peningkatan pada menit ke- 30 dan terus menurun hingga ke menit 120.
Berbeda dengan kenaikan kadar glukosa darah setelah pemberian makanan
uji 2 yaitu singkong yang mencapai puncaknya pada menit ke- 45 dan
menurun pada menit ke 60. Perbedaan waktu puncak kadar glukosa ini
disebabkan jumlah serat pada singkong yang lebih banyak dibanding nasi
putih dan dextrose, sehingga proses pencernaan dan absorpsi karbohidrat
pada singkong menjadi lebih lambat. Hal ini berdampak pada
melambatnya waktu puncak kadar glukosa singkong.
Berdasarkan kurva di atas, terlihat respons kenaikan dan penurunan
glukosa darah yang bervariasi. Tabel berikut menunjukan presentase
kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah pada masing- masing
makanan uji.
Tabel 4.2. Presentase kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah
Makanan
Presentase kenaikan dan penurunan glukosa
darah pada menit ke- (%)
15 30 45 60 90 120
Makanan standar 51,37 13,01 -7,42 -3,53 -14,09 -12,53
Nasi + lauk 31,88 25,59 -13,79 -11,71 -8,40 -5,13
Singkong + lauk 37,42 28,94 1,32 -9,44 -24,72 -9,84
Peningkatan glukosa darah tercepat terjadi setelah pemberian
makanan standar dengan presentase 51,37%. Sedangkan pada makanan uji,
singkong lebih cepat menaikan kadar gula darah dengan presentase
37,42% dibanding nasi dengan presentase 31,88%. Penurunan kadar
glukosa darah paling signifikan terjadi pada menit ke-60 hingga menit ke-
90 setelah pemberian singkong dengan presentase 24,72%.
Berdasarkan kurva maupun presentase kenaikan dan penurunan
kadar glukosa darah menunjukan bahwa makanan uji 2 yaitu singkong
merupakan makanan yang paling lambat mengalami penurunan, hal ini
disebabkan oleh adanya kandungan serat pada singkong yang
31
memperlambat interaksi antara pati dengan enzim pencernaan sehingga
proses pencernaan pun menjadi lebih lambat.33
4.4. Indeks Glikemik
Penghitungan nilai indeks glikemik terhadap makanan standar dan
makanan uji disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.3. Nilai indeks glikemik
Makanan Nilai indeks glikemik (%) Klasifikasi
Makanan standar 100 Tinggi
Nasi + lauk 60,5 Sedang
Singkong + lauk 98 Tinggi
Tabel tersebut menunjukan, makanan uji dengan indeks glikemik
tertinggi adalah singkong dengan lauk garang asem yaitu 98%. Sedangkan
nasi dengan lauk ayam garang asem memiliki nilai indeks glikemik sedang
yaitu 60,5%.
Penelitian mengenai IG singkong yang dilakukan oleh Rebacca AE,
dkk menunjukan singkong memiliki nilai IG dan BG berturut-turut 74%
dan 36,9. Perbedaan nilai IG dan BG dapat terjadi karena perbedaan
penggunaan makanan standar.37
Penggunaan dextrose lebih dianjurkan
daripada penggunaan roti tawar putih, karena jika menggunakan roti tawar
putih sebagai makanan standar harus dikalikan 0,71 pada perhitungan nilai
IG.34
Perbedaan ini disebabkan oleh kadar pati yang berbeda antara nasi
dan singkong. Nasi yang digunakan dalam penilitian ini adalah nasi pera
yang memiliki kadar amilosa lebih tinggi dibanding kadar amilopektinnya.
Sedangkan singkong memiliki kadar amilopektin lebih tinggi dibanding
kadar amilosanya.35
Amilopektin merupakan pati rantai bercabang yang
membuatnya lebih cepat dicerna oleh enzim. Sehingga didapatkan kadar
indeks glikemik pada nasi lebih rendah dibanding indeks glikemik yang
dimiliki singkong.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Triniad TP, dkk, mengenai
pengaruh kandungan amilosa dan serat makanan terhadap respons
32
glikemik varietas padi giling dan beras merah yang dimasak, didapatkan
hasil serupa yakni beras merah dengan kadar amilosa rendah memiliki
nilai IG tinggi dan yang memiliki amilosa tinggi memiliki nilai IG yang
rendah.36
Terdapat perbedaan yang bermakna antara IG singkong dengan IG
nasi (P= 0.002).
4.5. Beban Glikemik
Penghitungan nilai beban glikemik terhadap makanan standar dan
makanan uji disajikan dalam tabel berikut.
Tabel 4.4. Nilai beban glikemik
Makanan Nilai beban glikemik (%) Klasifikasi
Makanan standar 20 Tinggi
Nasi + lauk 24 Tinggi
Singkong + lauk 39 Tinggi
Berdasarkan table di atas terlihat bahwa masing- masing makanan
uji terklasifikasi pada beban glikemik tinggi, yang artinya pada sajian
perporsinya kedua makanan uji ini kurang baik untuk dikonsumsi berlebih
bagi pasien DM.
Berdasarkan hasil penelitian ini, peneliti ingin menginformasikan
bahwa beras pera merupakan bahan makanan pokok yang cukup baik
untuk dikonsumsi pasien DM dalam jumlah yang tidak berlebih.
Terdapat perbedaan yang bermakna antara BG singkong dengan
BG nasi (P= 0.002).
4.6. Kelebihan Penelitian
Meski penelitian mengenai IG dan BG singkong sudah ada,
penelitian IG dan BG singkong sebagai pengganti nasi merupakan
penelitian yang baru. Proses penelitian sudah dilakukan sesuai dengan
prosedur yang telah ditetapkan. Selain menghitung nilai indeks glikemik,
penelitian ini juga menghitung nilai beban glikemik yang keduanya
merupakan hal yang cukup penting sebagai pertimbangan konsumsi bagi
pasien DM.
33
4.7. Keterbatasan Penelitian
Dalam proses, peneliti hanya melakukan pemeriksaan satu kali
pada setiap makanan. Sebaiknya pemeriksaan dilakukan dua sampai tiga
kali untuk mendapat hasil yang akurat.34
Selain itu, karena belum ada
bumbu instan untuk membuat lauk tersebut, peneliti harus menghitung
sendiri kadar gizi dari lauk yang digunakan. Dan terakhir, peneliti
memiliki keterbatasan dalam memantau jumlah dan jenis makanan
maupun minuman yang dikonsumsi serta aktivitas responden pada malam
sebelum waktu pengambilan sampel.
34
BAB 5
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
1. Nilai IG dan BG singkong memiliki perbedaan bermakna dengan nilai
IG dan BG nasi.
2. Nasi dengan lauk ayam garang asem memiliki nilai IG sedang.
Sedangkan singkong dengan lauk ayam garang asem memiliki nilai IG
tinggi.
3. Kedua makanan uji yaitu nasi dengan lauk ayam garang asem dan
singkong dengan lauk ayam garang asem memiliki nilai BG tinggi.
5.2. Saran
1. Pemeriksaan respons glukosa darah perlu dilakukan lebih dari satu kali
untuk mendapatkan hasil IG dan BG yang lebih akurat.
2. Sebaiknya dilakukan pemantauan pada aktivitas fisik dan makanan
yang dikonsumsi oleh responden di malam sebelum pengambilan
sampel, lebih baik jenis dan jumlahnya disamakan.
3. Untuk penderita DM atau yang memiliki faktor risiko tinggi DM
sebaiknya menghindari konsumsi singkong sebagai pengganti nasi.
35
DAFTAR PUSTAKA
1. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setyohadi B, Syam AF.
Buku ajar ilmu penyakit dalam, Ed 6. Jakarta: Interna Publishing; 2014.
2. Kementerian Kesehatan RI. Situasi dan analisis diabetes. Jakarta:
Kementerian Kesehatan; 2014.
3. Riley L, Cowan M. Noncommunicable diseases country profiles 2014.
Geneva: World Health Organization; 2014.
4. Omar MS, Khudada K, Safarini S, Mehanna S, Nafach J. DiabCare survey
of diabetes management and complications in the Gulf countries. Indian J
Endocr Metab. 2016;20:219.
5. Galgani J, Aguirre C, Díaz E. Acute effect of meal glycemic index and
glycemic load on blood glucose and insulin responsses in humans. Nutr J.
2006;5:1.
6. Silva FM, Kramer CK, Crispim D, Azevedo MJ. A High–Glycemic Index,
Low-Fiber Breakfast Affects the Postprandial Plasma Glucose, Insulin,
and Ghrelin Responsses of Patients with Type 2 Diabetes in a Randomized
Clinical Trial. Nutr J. 2015;145:736-41.
7. BKPD Provinsi Jawa Barat 2014. 10 makanan pokok pengganti nasi.
Badan Ketahanan Pangan Daerah; 2014.
8. Bambang H, Dina K. Singkong. Jakarta: PT. Trisula Adisakti; 2013.
9. Fox, SI. Human Physiology 12th edition. USA: McGraw-Hill; 2013.
10. Robert KM, Daryl KG, Peter AM, Victor WR. Harper’s illustrated
biochemistry, 26th
edition. USA: McGraw-Hill; 2003.
11. Stephen R. Essential physiological biochemistry: an organ- based
approach. UK: Willey-Blackwell; 2009.
12. David L. Nelson, Michael M. Cox. Lehninger principles of biochemistry,
4th
edition. Madison: w. h. Freeman; 2004.
13. Collen S, Allan DM, Michael L. Marks’ basic medical biochemistry: a
clinical approach, 2nd
edition. Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins; 2003.
36
14. Silverthorn DU, Ober WC, Garrison CW, Silverthorn AC. Human
physiology: an integrated approach 6th edition. San Francisco, CA, USA:
Pearson/Benjamin Cummings; 2013.
15. Scanlon VC, Sanders T. Essentials of anatomy and physiology 7th edition.
New York: F.A. Davis Company; 2011.
16. Damin S. Pengantar kimia: buku panduan kuliah mahasiswa kedokteran.
Jakarta: EGC; 2008.
17. Neil AC, Jane BR, Lisa AU, Michael LC, Steven AW, Peter VM, Robert
BJ. Campbell biology, 9th
edition. USA: Pearson/Benjamin Cummings;
2010.
18. Barrett KE, Barman SM, Boitano S, Brooks HL. Ganong’s review of
medical physiology 24th
edition. USA: McGraw-Hill; 2013
19. Sherwood L. Human physiology – from cells to systems 7th edition.
Canada: Cengage Learning; 2010.
20. Hall, JE. Guyton and hall textbook of medycal physiology 12th ed.
Philadelphia: Saunders; 2011.
21. Martini FH, Nath JL, Bartholomew, EF. Fundamentals of anatomy &
physiology 10th edition. San Francisco: Pearson/Benjamin Cummings;
2015.
22. Martini FH, Ober WC, Bartholomew EF, Nath JL. Visual essentials of
anatomy & physiology. USA: Pearson Education; 2013.
23. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy & physiology 14th
edition. USA: John Wiley & Sons; 2014.
24. Mulroney SE, Myers AK. Netter’s essential physiology. Philadelphia:
Saunders; 2009.
25. Marieb EN, Hoehn K. Human Anatomy & Physiology 9th edition. USA:
Pearson Education; 2013.
26. Dinas Pertanian dan Perternakan. Ketela pohon (Manihot Utilissima pohl).
Pati. Dinas Pertanian dan Perternakan bagian Proyek Pemberdayaan
Penyuluhan Pertanian Kabupaten Pati; 2003.
27. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian [Internet]. Varietas unggul
ubikayu untuk bahan pangan dan bahan industri. [Dikutip 1 Juni 2017].
37
Tersedia pada: http://pangan.litbang.pertanian.go.id/berita-420-varietas-
unggul-ubikayu-untuk-bahan-pangan-dan-bahan-industri.html.
28. Anton D Cassava: solusi pemberagaman kemandirian pangan. Jakarta:
Grasindo; 2009.
29. Benedicta RW. Mengolah singkong menjadi mocaf. Yogyakarta: Lily
publisher; 2011.
30. Deddy M, Nurhaeni SP, Made H. Metabolisme zat gizi: sumber, fungsi
dan kebutuhan bagi tubuh manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; 1993.
31. Rimbawan, Aldiner S. Indeks glikemik pangan. Jakarta: Penebar Swadaya;
2004.
32. Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan. Data kandungan gizi bahan
pangan dan hasil olahannya; 2014.
33. Abdullah BA, Agus B, dan Hoerudin. Nilai indeks glikemik produk
pangan dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Bogor: Balai Besar
Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian; 2013.
34. Brouns F, Bjorck I, Frayn KN, Gibbs AL, Lang V, Slama G, et al.
Glycemic index methodology. Nutr Res Rev. 2005; 18: 145.
35. Murtiningrum. Pengaruh preparasi ubi jalar (Ipomea batatas) sebagai
bahan pengental terhadap komposisi kimia dan sifat organoleptik saus
buah merah (Pandanus conoideus l). Jurnal Agrointek vol 6, no.1. Papua;
2012.
36. Trinidad TP, Mallillin AC, Encabo RR, Sagum RS, Felix AD, Juliano BO.
The effect of apparent amylose content and dietary fibre on the glycemic
responsse of different varieties of cooked milled and brown rice.
International journal of food sciences and nutrition. 2013; 64:89-93.
37. Rebecca AE, Jasper KI, Violet NK. Glycemic indices of cassava and sweet
potatoes consumed in Western Kenya. Food science and quality
mangement. 2017; 63.
38. Ainun N. Indeks glikemik beberapa variasi sajian mi instan. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2013.
38
39. Tiara PM. Perbedaan pengaruh pemberian berbagai menu makanan
berbahan dasar nasi terhadap kadar gula darah. Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014.
40. Nadhiyah ZL. Perbandingan indeks glikemik dan beban glikemik antara
bubur ayam instan dan tradisional. Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2015.
41. Silvia A. Perbandingan indeks glikemik dan beban glikemik antara bubur
kacang hijau dan bubur kacang hijau yang disertai ketan hitam. Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah. 2015.
39
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Surat Persetujuan Responden
FORMULIR INFORMED CONSENT
Nama saya Dewi Maulidina Azizah, mahasiswa PSKPD UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta, angkatan 2014 yang saat ini sedang melakukan penelitian berjudul
PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK
SINGKONG SEBAGAI PENGGANTI NASI. Pada penelitian ini saya akan
meminta Anda untuk mengonsumsi makanan standar berupa dekstrosa, yaitu gula
dingin yang dilarutkan dalam satu gelas air mineral dan makanan uji berupa
Singkong dengan ayam garang asem dan Nasi dengan ayam garang asem. Pada
pagi hari setelah sebelumnya berpuasa selama 10-14 jam. Saya akan mengambil
setetes darah kapiler di ujung jari Anda pada menit ke-0, 15, 30, 45, 60, 90, dan
120 setelah gigitan pertama. Setelah selanjutnya dijelaskan dan mengerti
mengenai tujuan, manfaat, prosedur, dan risiko dalam penelitian, maka yang
bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Usia :
Alamat :
Program studi :
Semester :
dengan ini menyatakan diri untuk berpartisipasi dalam penelitian tersebut tanpa
paksaan dari segala pihak dan bersedia untuk menjadi responden sesuai prosedur
yang telah dijelaskan. Data pribadi mengenai responden dirahasiakan. Responden
berhak untuk mengundurkan diri dari penelitian tersebut dengan alasan yang bisa
diterima.
Peneliti,
Ciputat, 2017
Peneliti,
Dewi Maulidina Azizah
Yang membuat pernyataan
( )
40
Lampiran 2
Lembar Status Kesehatan Responden
LEMBAR ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
PERBANDINGAN INDEKS GLIKEMIK DAN BEBAN GLIKEMIK
SINGKONG SEBAGAI PENGGANTI NASI
Nama :
Usia : tahun
Berat badan : kg
Tinggi badan : cm
(selanjutnya diisi oleh peneliti)
Indeks massa tubuh :
Glukosa darah puasa : mg/dl
Tanda vital
Tekanan darah : mmHg
Frekuensi napas : kali per menit
Frekuensi nadi : kali per menit
Suhu tubuh : °C
Riwayat penyakit
1. Apakah Anda menderita diabetes melitus?
Ya/Tidak
2. Apakah ada anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes melitus?
Ya/Tidak. Jika ya, siapa?
3. Apakah Anda sedang hamil dan/atau menyusui?
Ya/Tidak
4. Apakah Anda menderita intoleransi laktosa?
Ya/Tidak
5. Apakah Anda memiliki alergi makanan dan/atau minuman?
Ya/Tidak. Jika ya, apa?
6. Apakah Anda mampu berpuasa 10-14 jam sebelum pemeriksaan?
Ya/Tidak
41
Lampiran 3
Data hasil pemeriksaan kesehatan responden
Inisial Usia TD
(mmHg)
FN
(kali
per
menit)
FR
(kali
per
menit)
T
(oC)
TB
(cm)
BB
(kg)
IMT
(kg/m2)
GDP
(mg/dl)
INZ 23 110/80 88 14 37 159 46 18,20 78
RP 21 100/70 72 16 36,8 161 53 20,45 83
NKW 22 100/80 100 22 37,5 150 46 20,44 78
AT 21 120/80 72 15 36,5 156 52 21,37 72
LS 21 110/70 80 17 36,9 156 50 20,55 71
HLD 21 110/70 72 14 36,7 175 58 18,94 93
MFA 21 110/80 100 18 37,4 173 60 20,05 84
MRH 21 120/80 64 20 36,3 168 54 19,13 90
NR 20 100/70 84 16 37,5 153 52 22,21 84
WMS 20 110/70 100 18 36,6 153 46 19,65 90
MIY 20 100/80 80 12 36,5 167 52 18,65 79
LA 19 120/80 60 20 36,9 160 47 18,36 83
Keterangan:
TD : Tekanan darah
FN : Frekuensi nadi
FR : Frekuensi respirasi
T : Temperatur
TB : Tinggi badan
BB : Berat badan
IMT : Indeks massa tubuh
GDP : Glukosa darah puasa
42
Lampiran 4
Informasi nilai gizi makanan uji
Informasi nilali gizi atau nutrition facts yang terkandung dalam kemasan
Singkong, Nasi dan Ayam garang asem.
1. Informasi nilai gizi Singkong
Jumlah takaran saji 120 gr, 1 takaran saji setara dengan 175 kkal.
No. Nutrien Jumlah
1. Lemak total 0,36 gr
2. Protein 4 gr
3. Karbohidrat total 47,5 gr
4. Gula 37.84 gr
5. Serat 2.16 gr
2. Informasi nilai gizi nasi
Jumlah takaran saji 100 gr
Jumlah takaran saji 120 gr, 1 takaran saji setara dengan 175 kkal.
No. Nutrien Jumlah
1. Lemak total 0 gr
2. Protein 4 gr
3. Karbohidrat total 40 gr
4. Gula 40 gr
5. Serat 0 gr
43
3. Informasi nilai gizi ayam garang asem
Takaran saji ayam 50 gr, dengan takaran saji bumbu disesuaikan dengan
resep dan dihitung manual kandungan gizinya. Bumbu ayam garang asam
perporsi terdiri dari bawang putih 6 gr, bawang merah 3,08 gr, jahe 10,3 gr,
lengkuas 0,9 gr, cabai 2,1 gr, belimbing wuluh 12,9 gr, daun salam 1
lembar, batang serai 1 lembar, gula 0,5 gr, garam 0,5 gr.
No. Nutrien Jumlah
1. Lemak total 2,09 gr
2. Protein 4,42 gr
3. Karbohidrat total 43,89 gr
4. Gula 3,43 gr
5. Serat 0,46 gr
44
Lampiran 5
Perhitungan kebutuhan makanan uji
Tabel berikut mendeskripsikan takaran makanan uji yang diberikan pada
responden.
Makanan Sajian Karbohidrat
tanpa serat
(gr)
Serat (gr) Lemak
total (gr)
Protein
(gr)
Nasi +
lauk
129 gr +
50 gr
50 gr 0,46 gr 0,09 gr 5,06 gr
Singkong
+ lauk
116 gr +
50 gr
50 gr 2,78 gr 0,45 gr 5,58 gr
Jumlah karbohdrat tanpa serat dalam penelitian ini haruslah berjumlah 50
gr, baik untuk makanan standar maupun makanan uji. Takaran makanan uji 1 dan
makanan uji 2 yang merupakan kombinasi singkong dengan lauk ayam garang
asem dan nasi dengan lauk garang asem disesuaikan dengan kansungan gizi
masing- masing makanan hingga jumlah karbohidrat mencapai 50 gr.
1. Setiap 1 porsi bumbu ayam garang asem mengandung 3,43 gr
karbohidrat tanpa serat diakumulasikan dari setiap kandungan gizi
bumbunya.
2. Setiap 100 gr singkong mengandung 36 gr karbohidrat tanpa serat.
Sehingga dibutuhkan 129 gr singkong atau setara 46,57 gr karbohidrat
tanpa serat untuk melengkapi jumlah 50 gr karbohidrat tanpa serat
setelah dijumlah dengan jumlah karbohidrat yang terkandung dalam
bumbu ayam garang asem.
3. Setiap 100 gr nasi mengandung 40 gr karbohidrat tanpa serat.
Sehingga dibutuhkan 116 gr nasi atau setara 46,57 gr karbohidrat tanpa
serat untuk melengkapi jumlah 50 gr karbohidrat tanpa serat setelah
dijumlah dengan jumlah karbohidrat yang terkandung dalam bumbu
ayam garang asem.
45
Lampiran 6
Perhitungan nilai Indeks Glikemik dan Beban Glikemik
Sebelum menghitung nilai indeks glikemik, dibutuhkan grafik dengan sumbu X
waktu pengambilan darah kapiler dalam menit dan sumbu Y kadar glukosa darah
dalam mg/dl pada seluruh makanan standar dan makanan uji. Berikut contoh
grafik dari salah satu responden.
Selanjutnya luas area di bawah kurva dihitung menggunakan rumus trapezium
dengan nilai GDP masing- masing makanan sebagai batas sumbu Y.
0
20
40
60
80
100
120
140
0 15 30 45 60 90 120
glu
kosa
dar
ah
(mg/
dl)
waktu pengambilan darah (menit)
Makanan standar
INZ
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
0 15 30 45 60 90 120
kad
ar g
luko
sa d
arah
(m
g/d
l)
waktu pengambilan darah (menit)
Singkong + lauk
INZ
A B C D
A
E F
A B C D
A
E F
46
1. Luas area pada kurva makanan standar
Luas area A = ((78−78)+(92−78)
2) ∗ 15 = 105
Luas area B = ((92−78)+(122−78)
2) ∗ 15 = 435
Luas area C = ((122−78)+(107−78)
2) ∗ 15 = 547,5
Luas area D = ((107−78)+(98−78)
2) ∗ 15 = 367,5
Luas area E = ((98−78)+(90−78)
2) ∗ 30 = 480
Luas area F = ((90−78)+(98−78)
2) ∗ 30 = 480
Total luas area = 2415
2. Luas area pada kurva singkong dengan lauk ayam garang asem
Luas area A = ((78−78)+(114−78)
2) ∗ 15 = 270
Luas area B = ((114−78)+(135−78)
2) ∗ 15 = 697,5
Luas area C = ((135−78)+(157−78
2) ∗ 15 = 1020
Luas area D = ((157−78)+(122−78
2) ∗ 15 = 922,5
Luas area E = ((122−78)+(93−78)
2) ∗ 30 = 885
Luas area F = ((93−78)+(83−78)
2) ∗ 30 = 300
Total luas area = 4095
Nilai indeks glikemik dihitung dengan cara membagi total luas area kurva
singkong + lauk ayam garang asem dengan total luas area kurva makanan standar
dan dikali 100.
IG = (4095
2415) ∗ 100 = 168,94
Nilai beban glikemik dihitung dengan cara mengalikan nilai IG dengan jumlah
karbohidrat total tanpa serat dari satu porsi singkong + lauk garang asem dan
dibagi 100.
BG = 168.94∗40
100 = 67,83
47
Lampiran 7
Hasil uji statistik
1. Uji Normalitas data usia, GDP, TD, FN, FR, T, TB, BB, IMT
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
S 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
D 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
FN 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
FR 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
T 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
TB 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
BB 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
Usia 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
IMT 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
Descriptives
Statistic Std. Error
S Mean 109.167 2.2891
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 104.128
Upper Bound 114.205
5% Trimmed Mean 109.074
Median 110.000
Variance 62.879
Std. Deviation 7.9296
Minimum 100.0
Maximum 120.0
Range 20.0
Interquartile Range 17.5
Skewness .161 .637
Kurtosis -1.261 1.232
D Mean 75.833 1.4865
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 72.562
Upper Bound 79.105
5% Trimmed Mean 75.926
Median 80.000
48
Variance 26.515
Std. Deviation 5.1493
Minimum 70.0
Maximum 80.0
Range 10.0
Interquartile Range 10.0
Skewness -.388 .637
Kurtosis -2.263 1.232
FN Mean 81.000 4.0038
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 72.188
Upper Bound 89.812
5% Trimmed Mean 81.111
Median 80.000
Variance 192.364
Std. Deviation 13.8695
Minimum 60.0
Maximum 100.0
Range 40.0
Interquartile Range 25.0
Skewness .187 .637
Kurtosis -1.090 1.232
FR Mean 16.833 .8424
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 14.979
Upper Bound 18.687
5% Trimmed Mean 16.815
Median 16.500
Variance 8.515
Std. Deviation 2.9181
Minimum 12.0
Maximum 22.0
Range 10.0
Interquartile Range 5.3
Skewness .171 .637
Kurtosis -.547 1.232
T Mean 36.883 .1167
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 36.627
Upper Bound 37.140
5% Trimmed Mean 36.881
Median 36.850
49
Variance .163
Std. Deviation .4041
Minimum 36.3
Maximum 37.5
Range 1.2
Interquartile Range .8
Skewness .443 .637
Kurtosis -.919 1.232
TB Mean 160.917 2.3499
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 155.745
Upper Bound 166.089
5% Trimmed Mean 160.741
Median 159.500
Variance 66.265
Std. Deviation 8.1403
Minimum 150.0
Maximum 175.0
Range 25.0
Interquartile Range 14.0
Skewness .526 .637
Kurtosis -.883 1.232
BB Mean 51.333 1.3390
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 48.386
Upper Bound 54.280
5% Trimmed Mean 51.148
Median 52.000
Variance 21.515
Std. Deviation 4.6384
Minimum 46.0
Maximum 60.0
Range 14.0
Interquartile Range 7.5
Skewness .473 .637
Kurtosis -.473 1.232
Usia Mean 20.833 .2973
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 20.179
Upper Bound 21.488
5% Trimmed Mean 20.815
Median 21.000
50
Variance 1.061
Std. Deviation 1.0299
Minimum 19.0
Maximum 23.0
Range 4.0
Interquartile Range 1.0
Skewness .388 .637
Kurtosis 1.099 1.232
IMT Mean 19.832309809725
974
.35795938807553
6
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 19.044446508656
236
Upper Bound 20.620173110795
710
5% Trimmed Mean 19.790946384509
592
Median 19.849003685529
060
Variance 1.538
Std. Deviation 1.2400076943861
85
Minimum 18.195482773624
460
Maximum 22.213678499722
330
Range 4.0181957260978
72
Interquartile Range 1.8022538135314
12
Skewness .437 .637
Kurtosis -.501 1.232
51
Tests of Normalitya,b
Kolmogorov-Smirnovc Shapiro-Wilk
Statist
ic df Sig.
Statist
ic df Sig.
IGNasi .213 12 .138 .784 12 .006
BGNasi .213 12 .138 .784 12 .006
IGSingkon
g .195 12 .200* .942 12 .525
BGSingko
ng .195 12 .200* .942 12 .525
*. This is a lower bound of the true significance.
a. IGStandard is constant. It has been omitted.
b. BGStandard is constant. It has been omitted.
c. Lilliefors Significance Correction
2. Uji normalitas data indeks glikemik dan beban glikemik
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
IGStandar 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
BGStandar 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
IGNasi 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
BGNasi 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
IGSingkong 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
BGSingkong 12 92.3% 1 7.7% 13 100.0%
Descriptives a, b
Statistic Std. Error
IGNasi Mean 69.493495728232
990
10.572841497957
302
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 46.222828491227
915
Upper Bound 92.764162965238
060
5% Trimmed Mean 65.758061857299
550
52
Median 60.505440378243
605
Variance 1341.420
Std. Deviation 36.625397309669
370
Minimum 37.280701754385
966
Maximum 168.94409937888
2000
Range 131.66339762449
6000
Interquartile Range 42.909137106364
550
Skewness 1.971 .637
Kurtosis 4.826 1.232
BGNasi Mean 27.797398291293
190
4.2291365991829
21
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 18.489131396491
160
Upper Bound 37.105665186095
220
5% Trimmed Mean 26.303224742919
816
Median 24.202176151297
444
Variance 214.627
Std. Deviation 14.650158923867
746
Minimum 14.912280701754
387
Maximum 67.577639751552
800
Range 52.665359049798
410
Interquartile Range 17.163654842545
814
Skewness 1.971 .637
Kurtosis 4.826 1.232
53
IGSingkong Mean 105.00558288117
9990
11.673587598047
533
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 79.312189812847
580
Upper Bound 130.69897594951
2400
5% Trimmed Mean 104.22140928325
5330
Median 98.012207360035
930
Variance 1635.272
Std. Deviation 40.438493652848
514
Minimum 41.168091168091
166
Maximum 182.95819935691
3180
Range 141.79010818882
2020
Interquartile Range 45.569632221971
150
Skewness .667 .637
Kurtosis .351 1.232
BGSingkong Mean 42.002233152472
000
4.6694350392190
14
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound 31.724875925139
030
Upper Bound 52.279590379804
970
5% Trimmed Mean 41.688563713302
130
Median 39.204882944014
370
Variance 261.643
Std. Deviation 16.175397461139
408
Minimum 16.467236467236
468
Maximum 73.183279742765
270
54
Range 56.716043275528
800
Interquartile Range 18.227852888788
455
Skewness .667 .637
Kurtosis .351 1.232
a. IGStandar is constant. It has been omitted.
b. BGStandar is constant. It has been omitted.
Tests of Normality a,b
Kolmogorov-Smirnovc Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
IGNasi .213 12 .138 .784 12 .006
BGNasi .213 12 .138 .784 12 .006
IGSingkong .195 12 .200* .942 12 .525
BGSingkong .195 12 .200* .942 12 .525
*. This is a lower bound of the true significance.
a. IGStandar is constant. It has been omitted.
b. BGStandar is constant. It has been omitted.
c. Lilliefors Significance Correction
3. Uji Wilcoxon index glikemik
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
IGNasi - IGStandar Negative Ranks 11a 6.00 66.00
Positive Ranks 1b 12.00 12.00
Ties 0c
Total 12
IGSingkong - IGStandar Negative Ranks 7d 5.57 39.00
Positive Ranks 5e 7.80 39.00
Ties 0f
Total 12
IGSingkong - IGNasi Negative Ranks 0g .00 .00
Positive Ranks 12h 6.50 78.00
Ties 0i
Total 12
a. IGNasi < IGStandar
b. IGNasi > IGStandar
55
c. IGNasi = IGStandar
d. IGSingkong < IGStandar
e. IGSingkong > IGStandar
f. IGSingkong = IGStandar
g. IGSingkong < IGNasi
h. IGSingkong > IGNasi
i. IGSingkong = IGNasi
Test Statisticsa
IGNasi - IGStandar
IGSingkong -
IGStandar
IGSingkong -
IGNasi
Z -2.118b .000c -3.059d
Asymp. Sig. (2-tailed) .034 1.000 .002
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on positive ranks.
c. The sum of negative ranks equals the sum of positive ranks.
d. Based on negative ranks.
4. Uji Wilcoxon beban glikemik
Wilcoxon Signed Ranks Test
Ranks
N Mean Rank Sum of Ranks
BGNasi - BGStandar Negative Ranks 5a 4.00 20.00
Positive Ranks 7b 8.29 58.00
Ties 0c
Total 12
BGSingkong - BGStandar Negative Ranks 1d 1.00 1.00
Positive Ranks 11e 7.00 77.00
Ties 0f
Total 12
BGSingkong - BGNasi Negative Ranks 0g .00 .00
Positive Ranks 12h 6.50 78.00
Ties 0i
Total 12
a. BGNasi < BGStandar
b. BGNasi > BGStandar
c. BGNasi = BGStandar
d. BGSingkong < BGStandar
e. BGSingkong > BGStandar
f. BGSingkong = BGStandar
56
g. BGSingkong < BGNasi
h. BGSingkong > BGNasi
i. BGSingkong = BGNasi
Test Statisticsa
BGNasi -
BGStandar
BGSingkong -
BGStandar
BGSingkong -
BGNasi
Z -1.490b -2.981b -3.059b
Asymp. Sig. (2-tailed) .136 .003 .002
a. Wilcoxon Signed Ranks Test
b. Based on negative ranks.
57
Lampiran 8
Dokumentasi
58
59
Lampiran 9
Riwayat hidup peneliti
Nama : Dewi Maulidina Azizah
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 19 Juli 1997
Alamat : Perumahan Puri Bojong Lestari 2 blok. Ww no. 01
rt. 13/ 14, 16921
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
MI Miftahul Huda (2002- 2003)
Pondok Pesantren Al- munawwariyah (2003- 2005)
MI Tansyitul Mutaallimin (2005- 2008)
MTs Al- Awwabin (2008- 2011)
MAN 1 Cibinong (2011- 2014)
PSKPD FKIK UIN Jakarta (2014- sekarang)
Riwayat Organisasi
Sekretaris OSIS MTs Al- Awwabiin Periode 2009- 2012
Vice Local Exchange Officer for Outgoing SCOPE CIMSA UIN Periode
2015- 2016
FNMC Team National Exchange Committee CIMSA Nasional Periode
2015- 2016
Anggota SCOPE CIMSA UIN 2015- sekarang
Sekretaris Divisi Operasional USMR Periode 2015- 2016
Anggota Divisi Operasional USMR Periode 2016- sekarang
Kepala Divisi Kaderisasi dan Pengembangan Wilayah PTBMMKI
Wilayah 2 Periode 2015- 2016
Koordinator Wilayah 2 PTBMMKI Periode 2016- 2017
Staff Public Relation Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
Periode 2017- 2018
Dewan Perwakilan Organisasi PTBMMKI periode 2017- 2018