perbandingan antara indeks dan beban...
TRANSCRIPT
PERBANDINGAN ANTARA INDEKS DAN BEBAN
GLIKEMIK KETOPRAK DAN LONTONG SAYUR
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh
Ega Gumilang Sugiarto
1112103000046
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1436 H/2015 M
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis haturkan pada kehadiran Allah SWT karena atas
rahmatnya dan karunianya penulis diberikan rahmat, karunia, dan nikmat sehat
wal afiat sehingga dapat menyelesaikan laporan penelitian tepat pada waktunya.
Tak lupa penulis haturkan pula kepada junjungan Nabi Muhammad SAW atas
segala suri tauladannya yang baik.Penulis menyadari bahwa dalam proses
penyelesaian laporan ini banyak mendapatkan support dari orang-orang terdekat.
Oleh sebab itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr.Arif Sumantri, S.KM, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan dan jajaran dekanatnya
2. dr.Achmad Zaki, SpOT, M Epid selaku ketua program studi pendidikan
dokter
3. dr. Nouval Shahab selaku penanggung jawab riset program studi
pendidikan dokter angkatan 2012.
4. dr.Witri Ardini M Gizi, SpGK selaku pembimbing I untuk segenap waktu,
tenaga pikiran yang ikhlas diberikan kepada penulis selama bimbingan
yang berlangsung. Segala hal yang telah diberikan sangat bermanfaat
untuk penulis dalam membantu proses penyelesaian laporan ini.
5. Bu Zeti Harriyati, M Biomed, selaku pembimbing 2 atas segala saran,
kritik dan kesabarannya dalam membimbing penulis hingga waktu siding
6. Papa dan Mama selaku orang tua yang senantiasa mensupport segala hal
yang dilakukan oleh anaknya. Doa penulis selalu terpanjatkan untuk
kebahagiaan kedua orang tua dan kesuksesan anakmu
7. Adik saya tercinta Rangga Sukma yang selalu mengingatkan saya untuk
menyelesaikan laporan penelitian ini
8. Teman-teman riset sekelompok riset dengan penlulis yaitu Nadiyah,
Zahra, Ranita dan Silvi yang selalu bisa menjadi tempat untuk berdiskusi,
sharing dan belajar dalam proses penyelesaian penelitian ini.
vi
9. Seluruh responden penelitian yang telah banyak bersabar, membantu, dan
koperatif dalam menjalani penelitian ini dari awal hingga akhir
10. Terima Kasih kepada Dessy Nabilah yang selalu menemani, mensupport,
memberikan ketenangan kepada penulis dalam menyelesaikan segala
persoalan, sehingga penulis dapat tetap ikhtiar dalam menyelesaikan
laporan ini.
11. Teman teman sejawat PSPD 2012 yang selalu mendukung apapun yang
penulis lakukan
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian yang telah selesai ini masih
jauh dari kata sempurna. Segala kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan. Demikian laporan penelitian ini saya susun, semoga
dapat diambil hikmah dan manfaat bagi diri saya pribadi, masyarakat dan
khalayak banyak.Amin
Ciputat 07 Agustus 2015
Ega Gumilang Sugiarto
vii
ABSTRAK
Ega Gumilang Sugiarto. Program Studi Pendidikan Dokter. Perbandingan
antara Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Ketoprak dan Lontong
Sayur.2015
Beberapa tahun terakhir ini, penderita penyakit kronis Diabetes Melitus dan
komplikasinya terus meningkat. Hal ini dikarenakan meningkatnya berbagai
faktor risiko yang salah satunya adalah pola makan. Pengonsumsian makanan
dengan indeks glikemik dan beban glikemik yang tinggi terbukti meningkatkan
risiko terjadinya penyakit tersebut. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah
untuk mengetahui indeks glikemik dan beban glikemik makanan ketoprak dan
lontong sayur. Penelitian ini menggunakan responden berjumlah 10 orang sehat
yang memiliki IMT normal dan tidak mengalami gangguan metabolisme glukosa.
Pemeriksaan dilakukan sebanyak tiga kali, satu makanan standar (roti tawar) dan
dua makanan uji, dilakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum hingga 2 jam
sesudah makan. Hasil data dilakukan proses pengolahan dan didapatkan nilai
rerata indeks glikemik. Indeks glikemik tertinggi dimiliki oleh lontong sayur
(101.1%), diikuti oleh roti tawar (100%) dan ketoprak (99.4%). Nilai Indeks
Glikemik yang telah didapat digunakan untuk melakukan perhitungan kembali
nilai beban glikemik. Nilai beban glikemik yang tertinggi dimiliki oleh Ketoprak
(66.7), diikuti oleh lontong sayur (51.2) dan roti tawar (17). Nilai Indeks Glikemik
dan beban glikemik yang didapatkan termasuk kategori makanan dengan indeks
glikemik dan beban glikemik tinggi. Program Statistik SPSS dengan uji Paired T-
Test menjukan hasil indeks glikemik dengan p value (p>0.05) dan hasl beban
glikemik dengan p value (p<0.05). Dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa
terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada indeks glikemik dan perbedaan
bermakna pada beban glikemik pada kedua makanan uji.
Kata Kunci : Indeks Glikemik, glukosa darah, beban glikemik, Ketoprak, Lontong
Sayur
viii
ABSTRACT
Ega Gumilang Sugiarto. Medical Education Study Program. The comparison of
glycemic index and glycemic load Ketoprak and Lontong Sayur. 2015
In the last few years, people with diabetes mellitus chronic disease and its
complications are continues to increase. This because the increasing variety of
risk factor, which one is the diet. The intake of foods with a high glycemic index
and glycemic load shown to increase the risk of this disease. The purpose of this
study is to determine the glycemic index and glycemic load from Ketoprak and
Lontong Sayur. This study takes ten healthy people with normal BMI and no
impaired glucose metabolism. Examinations were conducted three times, one
standard food and two test food, blood glucose test performed before giving the
test food until 2 hours after eating. The data result will be process and gains
average of glycemic index. The highest glycemic index is owned by Lontong
Sayur (101.1%), followed by white bread (100%) and Ketoprak (99.4%).
Glycemic Index values that have been obtained are used to perform recalculation
glycamic load values. Highest glycemic load values owned by Ketoprak (66.7),
followed by Lontong Sayur (51.2) and white bread (17). The result of glycemic
index and glycemic load were classified in foods with high glycemic index and
glycemic load. SPSS Statistics program with Paired T-Test showing glycemic
index result with p value (p>0.005) and glycemic load result with p
value(p<0.005). It could be concluded that in this study there are no significant
difference in glycemic index buat have a significant difference in glycemic load
from two test food.
Keywords : glycemic index, glycemic load, blood glucose, ketoprak, lontong
sayur.
ix
DAFTAR ISI
JUDUL…………………………………………………………………… i
LEMBAR PERNYATAAN ……………………………………………. ii
LEMBER PERSETUJUAN PEMBIMBING…………………………. iii
LEMBAR PENGESAHAN …………………………………………… iv
KATA PENGANTAR………………………………………………….. v
ABSTRAK………………………………………………………………. vii
DAFTAR ISI ……………………………………………………………. ix
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………. xi
DAFTAR TABEL……………………………………………………….. xii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………….. xiii
DAFTAR SINGKATAN………………………………………………… xiv
BAB 1 PENDAHULUAN………………………………………………… 1
1.1 LATAR BELAKANG……………………………………………... 1
1.2 Rumusan Masalah………………………………………………….. 2
1.3 Hipotesis Penelitian……………………………………………….. 2
1.4 Tujuan Penelitian………………………………………………….. 3
1.4.1 Tujuan Umum…………………………………………….. 3
1.4.2 Tujuan Khusus……………………………………………. 3
1.5 Manfaat Penelitian………………………………………………… 3
1.5.1 Untuk Mahasiswa…………………………………………. 3
1.5.2 Untuk Institusi …………………………………………….. 3
1.5.3 Untuk Masyarakat………………………………………… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 4
2.1. Karbohidrat………………………………………………….. 4
2.2 Absorpsi Karbohidrat………………………………………….. 6
2.3 Hormon Pankreas da Homeostatis Glukosa………………….. 8
2.4 Indeks Glikemik dan Beban Glikemik……………………….. 9
2.4.1 Indeks Glikemik……………………………………. 9
2.4.2 Beban Glikemik……………………………………. 10
x
2.5 Klasifikasi Indeks Glikemik dan Beban Glikemik dengan
fisiologis tubuh……………………………………………… 10
2.5.1 Indeks Glikemik……………………………………… 10
2.5.2 Beban Glikemik……………………………………. 12
2.6 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Indeks Glikemik
dan Beban Glikemik……………………………………….. 13
2.7 Ketoprak …………………………………………………….. 14
2.8 Lontong/Ketupat Sayur………………………………………. 15
2.9 Kerangka Teori……………………………………………………. 17
2.10 Kerangka Konsep…………………………………………………. 18
2.11 Definisi Operasional……………………………………………… 19
BAB III METODE PENELITIAN………………………………………. 20
1.1 Desain Penelitian………………………………………………….. 20
1.2 Waktu dan Tempat penelitian……………………………………… 20
1.3 Alat dan Bahan…………………………………………………….. 20
1.4 Kriteria Inklusi, Eksklusi dan Drop-out……………………………. 21
1.5 Besar Sampel penelitian………………..………………………….. 21
1.6 Alur Penelitian…………………………………………………….. 23
1.7 Cara Penelitian…………………………………………………….. 24
1.8 Rencana Pengolahan dan Analisis Data……………………………. 24
BAB IV PEMBAHASAN………………………………………………… 26
4.1 Karateristik Responden……………………………………………. 26
4.2 komposisi ketoprak dan lontong sayur…………………………….. 27
4.3 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah…………………………... 28
4.4 Indeks Glikemik……………………………………………………. 30
4.5 Beban Glikemik……………………………………………………. 32
4.6 Keterbatasan Penelitian…………………………………………….. 33
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………………………………….. 34
5.1 Kesimpulan………………………………………………………… 34
5.2 Saran……………………………………………………………….. 34
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 36
LAMPIRAN ……………………………………………………………... 39
xi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Struktur Monosakarida Pentose dan Hexose…………………… 5
Gambar 2.2 Struktur dan bentuk molekul dari Glukosa, Fruktosa dan
Sukrosa…….. …………………………………………………………….. 6
Gambar 2.3 Struktur dari molekul Glikogen Polisakarida utama didalam
tubuh……………………………………………………………….……… 6
Gambar 2.4 Pencernaan Karbohidrat……………………………………… 7
Gambar 2.5 Absorpsi Karbohidrat………………………………………… 7
Gambar 2.6 Kurva Glukosa Darah………………………………………… 9
Gambar 2.7 Hipotesis Efek Pengkonsumsian Pangan dan Indeks
Glikemik…………………………………………………………………. 12
Gambar 4.1 Perbandingan Kurva Kadar Glukosa Darah pada
makanan standar dan makanan uji……………………………………….. 29
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kategori indeks glikemik pangan berdasarkan rentangnya…….. 10
Tabel 2.2 Kategori beban glikemik berdasarkan rentang nilainya……….. 13
Tabel 4.1 Karateristik Responden………………………………………… 26
Tabel 4.2 Komposisi Makanan standar dan makan uji / porsi…………….. 27
Tabel 4.3 Kandungan gizi makanan standar makanan standard dan makanan
uji yang telah disesuaikan…………………………........................................28
Tabel 4.4 Rerata Kadar Glukosa Darah (mg/dL)………………………….. 28
Tabel 4.5 Presentase Kenaikan Kadar Glukosa Darah……………………. 30
Tabel 4.6 Nilai Indeks Glikemik………………………………………….. 31
Tabel 4.7 Nilai Beban Glikemik………………………………………....... 32
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Lembar Surat Persetujuan Responden………………………. 39
Lampiran 2 Lembar Status Kesehatan Responden……………………….. 40
Lampiran 3 Hasil Pemeriksaan Tanda Vital Responden………………… 41
Lampiran 4 Acuan Kriteria Status Gizi…………………………………… 42
Lampiran 5 Perhitungan Makanan Uji…………………………………… 43
Lampiran 6 Perhitungan Luas Area Dibawah Kurva……………………... 44
Lampiran 7 Hasil data uji Statistik……………………………………….. 46
Lampiran 8 Dokumentasi……………………………………..…………. 51
Lampiran 9 Daftar Riwayat Hidup …………………………………….. 52
xiv
DAFTAR SINGKATAN
\
IMT : Indeks Massa Tubuh
GDP : Gula Darah Puasa
IG : Indeks Glikemik
BG : Beban Glikemik
WHO : World Health Organization
NPU : Net protein utilization
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Diabetes Melitus (DM) adalah suatu kondisi adanya gangguan pada
mekanisme kerja insulin sehingga menimbulkan hambatan dalam utilisasi glukosa
dan peningkatan kadar glukosa darah.1 World Health Organisation (WHO) pada
tahun 2001 memperkirakan 150 juta orang di dunia menderita diabetes melitus
tipe-2.4 International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012, memperkirakan lebih
dari 371 juta orang diseluruh dunia mengalami DM, 4.8 juta diantaranya
menyebabkan kematian.2
Di Indonesia, penderita diabetes mencapai 4 juta orang pada tahun 2001, atau
meningkat 37,5% dari tahun 1994 dan pada masa sekarang ini penderita diabetes
melitus ini sudah mencapai angka 240 juta orang.4
Berdasarkan data riset kesehatan dasar (RISKESDAS) tahun 2013, penderita
DM berdasarkan wawancara yang dilakukan terjadi peningkatan dari 1.1% (2007)
menjadi 2.1% (2013). Prevalensi DM terbanyak terdapat pada Yogyakarta (2.6%)
dan DKI Jakarta (2.5%). Dari seluruh penderita ini, proporsi penduduk yang
berusia 15 tahun keatas berkisar 6.9% dengan merujuk ADA (American Diabetes
Association) 2011 dan gejala khas DM dengan hasil perempuan cenderung lebih
tinggi. International Diabetes Federation (IDF) tahun 2012, memperkirakan lebih
dari 371 juta orang diseluruh dunia mengalami DM, 4.8 juta diantaranya
menyebabkan kematian.2
Penyakit DM diklasifikasikan menjadi dua tipe yaitu pertama yang disebabkan
kelainan pankreas akibat faktor keturunan dan kedua yang disebabkan
ketidakseimbangan asupan dan pola makan.2
Dalam hal ini pola hidup yang
dominan berperan adalah asupan dan pola makan yang berkaitan dengan kadar
glukosa darah.
Ketoprak dan Lontong sayur merupakan makanan berbahan utama karbohidrat
yang sering dikonsumsi masyarakat. Namun sampai saat ini masyarakat belum
2
mengetahui secara jelas apakah makanan tersebut baik untuk dikonsumsi,
terutama bagi penderita DM atau individu berisiko tinggi DM. Minimnya
penelitian gizi mengenai ketoprak dan lontong sayur ini membuat peneliti ingin
menelusuri lebih jauh tentang hal ini.
Indeks Glikemik merupakan angka didalam persen yang menggambarkan
kemampuan suatu makanan dalam meningkatkan kadar glukosa darah.3,5,8
Nilai
IG menunjukan respon peningkatan glukosa darah terhadap makanan yang
diberikan.
Beban Glikemik (BG) merupakan sebuah metode yang dikembangkan setelah
mendapatkan nilai IG suatu makanan untuk menilai jumlah sajian karbohidrat
yang terdapat pada satu porsi makanan.3 IG dan BG sangat berkaitan erat dengan
kadar glukosa darah.
Pola makan dengan Indeks Glikemik rendah terbukti dapat menurunkan risiko
terjadinya diabetes mellitus dan komplikasi penyakit jantung.5,6
Nilai Beban
Glikemik (BG) rendah dapat menurunkan risiko penyakit jantung koroner.3,7
Dengan kedua nilai IG dan BG ini diharapkan dapat membantu program diet para
penderita DM agar lebih mudah dalam pemilihan makanan, dan mencegah
kenaikan gula darah (glycemic response) yang berlebihan. Nilai IG yang rendah
belum tentu baik jika memiliki BG yang tinggi, begitupula sebaliknya. Sumber
makanan yang mengandung karbohidrat merupakan pencetus dominan terhadap
kenaikan glukosa dalam darah. Hingga saat ini belum diketahui nilai IG dan BG
pada makanan ketoprak dan lontong sayur sehingga perlu diteliti untuk pedoman
dalam pemilihan bahan makanan.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah terdapat perbedaaan indeks glikemik dan beban glikemik pada dua
ketoprak dan lontong sayur?
1.3 Hipotesis Penelitian
Terdapat perbedaan indeks glikemik dan beban glikemik antara ketoprak
dan lontong sayur. Lontong sayur memiliki indeks glikemik yang lebih
3
tinggi dibandingkan ketoprak. Ketoprak memiliki beban glikemik yang
lebih tinggi dibandingkan dengan lontong sayur
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui nilai Indeks Glikemik ketoprak dan lontong sayur
Mengetahui nilai Beban Glikemik ketoprak dan Lontong Sayur
1.4.2 Tujuan Khusus
Mengetahui kecepatan respon tubuh terhadap asupan glukosa
Menggolongkan makanan menurut tingginya kadar Indeks glikemik dan
Beban Glikemik
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Untuk Mahasiswa, dapat menambah pengalaman dalam melakukan sebuah
penelitian eksprimen dan menggali ilmu lebih dalam seputar indeks
glikemik untuk bekal menjadi dokter nantinya.
1.5.2 Untuk Institusi, dapat memberikan sebuah karya tulis yang nantinya dapat
di publikasikan dan membawa harum nama universitas
1.5.3 Untuk masyarakat, dapat menambah pengetahuan mengenai indeks
glikemik dan beban glikemik makanan khususnya ketoprak dan lontong
sayur dengan penyajian yang tepat agar terhindar dari Diabetes Melitus
dan pencegahan komplikasi pada penderita DM.
4
BAB II
Tinjauan Pustaka
2.1. Karbohidrat
Karbohidrat atau hidrat arang merupakan suatu zat gizi yang memiliki fungsi
utama sebagai penghasil energi, dimana setiap gram karbohidrat menghasilkan 4
kilokalori. Secara umum karbohidrat merupakan senyawa organik yang
mengandung atom karbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O2) yang pada
umumnya molekul hidrogen akan berikatan dengan molekul oksigen membentuk
senyawa air (H2O). Rasio hidrogen dan oksigen dalam karbohidrat biasanya
sebesar 2:1 dan dalam satu molekul karbohidrat hanya memilki satu senyawa air
oleh karenanya molekul ini disebut “karbohidrat” yang berarti (water carbon).9
Karbohidrat diklasifikasikan menjadi 3 grup besar berdasarkan ukurannya, yaitu:
1. Monosakarida
Monosakarida dikenal sebagai monomer dari molekul karbohidrat., terdiri
dari 3-7 molekul atom karbon. Penamaan golongan ini diakhiri dengan
kata –ose dan diawali dengan seberapa banyak terdapat atom karbon pada
molekul karbohidratnya. Contohnya adalah triose (3 molekul karbon),
tetrose (4 molekul karbon), pentose (5 molekul karbon) dan hexose (6
molekul karbon). Beberapa contoh bentuk molekul pentose dan Hexose
pada Gambar 2.1. Monosakarida tidak mengalami hidrolisis dan dapat
langsung mengalami proses penyerapan menembus jaringan tubuh untuk
dimetabolisme dan menghasilkan ATP. 9
Gambar 2.1. Struktur monosakarida pentose dan hexoses9
5
2. Disakarida
Disakarida adalah molekul karbohidrat yang tersusun dari dua molekul
monosakarida oleh karena proses dehidrasi sintesis (Gambar 2.2).
Contohnya adalah kombinasi dari glukosa dan galaktosa, glukosa dan
fruktosa, serta fruktosa dan galaktosa. Molekul Glukosa dan Fruktosa
merupakan isomer; keduanya memiliki rumus molekul yang sama namun
posisi letak atom karbon dan oksigennya berbeda. Oleh karenanya
penggabungan dari dua molekul sakarida ini menyebabkan lepasnya
molekul air.9
Gambar 2.2. (A) Struktur dan bentuk molekul dari Glukosa, Fruktosa dan
Sukrosa. Jika dibaca dari kiri ke kanan terjadi proses dehidrasi sintesis dari
dua molekul monosakarida sehingga menghasilkan Sukrosa dan lepasnya
molekul air. Jika dilihat dari kanan ke kiri terjadi proses hidrolisis
pemecahan Sukrosa menjadi dua molekul monosakarida. (B) dan (C)
Struktur dan Formula dari molekul disakarida yang lainnya.9
3. Polisakarida
Kelompok besar ketiga dari karbohidrat adalah polisakarida. Setiap
molekul polisakarida terdiri dari 10 hingga ratusan jenis monosakarida
yang bergabung melalui proses reaksi dehidrasi sintesis. Tidak seperti
molekul monosakarida dan disakarida, polisakarida tidak larut dalam air
dan tidak terasa manis. Tubuh kita banyak menyimpan molekul
polisakarida dan sangat penting bagi tubuh karena merupakan bentuk
simpanan energi yaitu glikogen. Molekul glikogen banyak disimpan di hati
dan di otot-otot rangka yang sering berkontraksi (Gambar 2.3). Starches
atau biasa disebut pati adalah polisakarida yang terbentuk dari glukosa
6
yang berasal dari tumbuhan. Biasa terdapat pada makanan pasta. Selulosa
adalah satu-satunya molekul polisakarida yang tidak dapat dicerna oleh
tubuh manusia. Pada umumnya molekul polisakarida juga dapat diubah
kembali menjadi monosakarida dengan proses hidrolisis. 9
Gambar 2.3. Gambar struktur dari molekul glikogen sebagai polisakarida utama di
dalam tubuh9
2.2 Absorpsi Karbohidrat
Penyerapan karbohidrat dimulai saat makanan memasuki duodenum.
Kebanyakan karbohidrat yang masuk masih dalam bentuk molekul disakarida
(hasil hidrolisis dari polisakarida), sukrosa dan laktosa. Molekul-molekul
disakarida ini nantinya akan menempel pada dinding brush border pada usus
halus yang mempunyai enzim disakaridase. Enzim ini terdiri dari laktosa, maltosa
dan sukrosa yang akan merubah disakarida menjadi monosakarida glukosa,
galaktosa dan fruktosa sehingga dapat diarbsopsi. 10
(Gambar 2.4)
7
Gambar 2.4. Pencernaan karbohidrat. (1) Karbohidrat Pati dan Glikogen akan
diubah terlebih dahulu menjadi bentuk disakarida oleh enzim amilase saliva dan
pankreas. (2). Disakarida Maltosa, Laktosa, Sukrosa akan diubah lagi menjadi
monosakarida di usus oleh enzim disakaridase (maltase, laktase, sukrase)10
Glukosa dan galaktosa diabsorpsi melalui transport aktif sekunder.
Contohnya adalah sodium and glucose transporter (SGLT) pada membran
luminal usus halus yang berfungsi jalur transportasi kedua molekul tersebut dan
juga mineral Na+ dari lumen menuju sel intestinal. Aktivasi dari simporter ini
tidak menghasilkan energinya sendiri, melainkan bergntung pada kadar Na+ yang
ada didalam sel epitelial yang diseimbangkan oleh aktivasi symporter lain yaitu
pompa Na+-K+ ATPase. Glukosa dan Galaktosa yang telah terkonsentrasi pada
sel intestinal akan menembus barrier sel epitel dan menuju pembuluh darah
melalui glucose transporter 2 (GLUT 2) dalam vilus usus. Namun selain
menggunakan transport aktif seperti diatas, penelitian menunjukan bahwa
sejumlah glukosa dapat terserap usus melalui celah-celah antar sel.10
Sedikit berbeda dengan yang lain, fruktosa di absorpsi oleh usus menuju sel
epitelial melalui GLUT 5. Lalu setelah terkonsentrasi akan keluar menuju
pembuluh darah melalui GLUT-2.10
(Gambar 2.5)
8
Gambar 2.5. Absorpsi Karbohidrat. (3) Monosakarida Glukosa dan Galaktosa
diabsorpsi menuju sel epitelial oleh pompa Na+ dan transport aktif sekunder
energy dependent (via symporter SGLT) yang terletak di membran luminal. (4)
Fruktosa masuk diabsorpsi melalui GLUT 5 melalui proses difusi pasif
terfasilitasi. (5) Semua molekul monosakarida (Glukosa, Galaktosa, dan Fruktosa)
keluar dari sel epitelial menuju pembuluh darah melalui GLUT-2. (6)
Monosakarida menembuh pembuluh darah dengan proses simple difuse.10\
2.3 Hormon Pankreas dan Homeostatis Glukosa
Setiap tubuh mengkonsumsi makanan-makanan yang mengandung molekul
karbohidrat pasti akan meningkatkan kadar glukosa darah. Glukosa darah yang
meningkat pada tubuh akan diseimbangkan oleh proses homeostasis secara
otomatis. Proses ini bergantung pada produksi glukosa di hati dan pemanfaatan
glukosa pada jaringan yang insulin-dependent (jaringan lemak dan otot) dan juga
jaringan yang insulin-independent (jaringan otak dan ginjal). Besar dari
penggunaan simpanan glukosa tubuh sangat dipengaruhi oleh hormon yang
disekresikan oleh pankreas yaitu Glukagon oleh sel a dan Insulin oleh sel B.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi respon homeostatis tubuh terhadap
glukosa berdasarkan kerja dari hormon tersebut seperti kemampuan tubuh untuk
mensekresikan hormon insulin, baik secara akut maupun terus menerus,
kemampuan Insulin untuk menghambat pemecahan simpanan glukosa dan
9
menstimulasi deposit glukosa, kemampuan dari glukosa untuk menembus jaringan
tanpa adanya hormon insulin. Disebut juga sensitivitas glukosa atau keefektifan
glukosa.11
2.4 Indeks Glikemik dan Beban Glikemik
2.4.1 Indeks Glikemik (IG)
Indeks Glikemik merupakan angka dalam persen yang menggambarkan
kemampuan suatu makanan untuk meningkatkan kadar glukosa darah.8
Sedangkan menurut peneliti dr.Brand-Miller, indeks glikemik bertujuan untuk
mengurutkan jenis makanan yang mengandung karbohidrat berdasarkan area yang
didapat dibawah kurva glukosa darah.6
Konsep dari indeks glikemik pertama kali dikenalkan oleh Jenkins et al. pada
tahun 1981. Indeks glikemik didapatkan dengan menghitung luas area dibawah
kurva glukosa darah suatu makanam dari sebelum hingga 2 jam setelah makan
dan dilakukan perbandingan terhadap makanan standar. Gambaran luas area
dibawah kurva glukosa darah di ilustrasikan pada Gambar 2.6. 12
Gambar 2.6 . Peningkatan dibawah kurva glukosa darah merupakan jumlah area
A, B, C, D, E, F. Area dibawah garis dasar yang bernilai negatif
tidak diperhitungkan1213
Nilai indeks glikemik didapatkan setelah menghitung luas area
dibawah kurva glukosa darah makanan uji dibandingkan dengan luas area
dibawah kurva makanan standard an dikalikan dengan 100%.
10
2.4.2 Beban Glikemik (BG)
Beban glikemik merupakan sebuah perangkat yang lebih akurat untuk
melakukan penilaian terhadap asupan karbohidrat. Beban glikemik lebih
memberikan gambaran respon suatu makanan dibandingkan indeks
glikemik karena mencakup jumlah karbohidrat yang disajikan pada tiap
porsinya. 14
Melihat dari definisinya, indeks glikemik lebih membandingkan kualitas
karbohidrat pada suatu jenis makanan bukan kuantitasnya. Pada tahun 1997,
konsep BG mulai diperkenalkan oleh salah seorang peneliti dari University of
Harvard untuk mengukur glycemic effect dari satu porsi makanan. Semakin
tinggi nilai beban glikemik maka akan semakin tinggi ekspektasi peningkatan
kadar gula darah dan efek insulinogenik dari makanan.15
Untk menghitung nilai beban glikemik (BG), nilai indeks glikemik harus
ditentukan terlebih dahulu. Setelah itu, nilai IG dikalikan dengan jumlah
karbohidrat yang terdapat dalam satu porsi makanan dan dibagi dengan angka
100.
2.5 Klasifikasi Indeks Glikemik dan Beban Glikemik Pangan dan Fisiologis
Tubuh
2.5.1 Indeks Glikemik
Berdasarkan nilainya, indeks glikemik dibagi menjadi tiga klasifikasi yaitu
IG tinggi, sedang dan rendah
Tabel 2.1 Kategori indeks glikemik pangan 15
Kategori Rentang Indeks Glikemik
IG Tinggi ≥70
IG Sedang 56-69
Ig Rendah ≤55
11
Setiap makanan dengan indeks glikemik yang berbeda akan menimbulkan
respon yang berbeda pada tubuh konsumen. Makanan dengan indeks glikemik
rendah dipercaya berdampak positif terhadap kadar glukosa darah. Makanan
dengan kadar indeks glikemik rendah dapat meningkatkan sensitivitas insulin dan
mempengaruhi kadar lipid darah pada tubuh terutama pada subjek pasien
gangguan jantung. Hasil laboratorium juga menunjukan bahwa makanan indeks
glikemik rendah berperan utama dalam kontrol berat badan.[11][5]
Pada orang yang
menderita obesitas cenderung disertai dengan nafsu makan yang tinggi, sama
sekali tidak tergantung berapa besar nailai IG pangan yang mereka konsumsi.
Pemberian pangan IG rendah secara bertahap pada pagi hari akan menekan nafsu
makan pada siang hari sehingga intake akan menurun dan mengurangi
kegemukan.16
Berkebalikan dengan makanan ber IG rendah, makanan ber IG tinggi akan
menimbulkan peningkatan dan penurunan glukosa darah dan peningkatan insulin
yang jauh lebih hebat dibandingkan makanan ber IG rendah. Insulin yang banyak
keluar sebagai respon tubuh akibat kadar glukosa yang tinggi akan mengakibatkan
penurunan glukosa darah dan asam lemak. Rendahnya kadar kedua molekul
tersebut akan memicu pusat nafsu makan yang akan memicu rasa lapar.15
Hal ini
menunjukan bahwa IG pangan juga memainkan peran penting dalam nafsu
makan.16
. Pada penderita diabetes melitus kadar glukosa darah yang tinggi tidak
dapat tertoleransi dengan insulin karena terjadi insufisiensi.
Penelitian menunjukan bahwa makanan ber IG rendah memiliki dampak
kepada sistem pencernaan di dalam tubuh. Makanan dengan IG rendah
menghambat laju sistem pencernaan terutama di daerah lambung sehingga waktu
untuk pengosongan lambung (gastric emptying rate) akan menjadi lebih lama dari
biasanya. Akibatnya makanan yang telah dicerna menjadi kimus di dalam
lambung akan terhambat menuju usus kecil (duodenum), sehingga pengabsorpsian
glukosa pada usus duodenum dan jejunum terjadi secara lambat. Hal ini yang
menjelaskan kenaikan kurva yang landai pada makanan berindeks glikemik
rendah. Dengan prinsip tersebut makanan ini sangat baik untuk mengontrol
respons glikemik dan sensitivitas insulin baik pada orang sehat maupun penderita
diabetes melitus.5,13,22
12
Pada makanan berindeks glikemik tinggi, semua berlangung lebih cepat
dari seharusnya baik laju pengosongan lambung, pencernaan molekul karbohidrat,
maupun penyerapan glukosa. Oleh karenanya kadar glukosa darah akibat
makanan berindeks glikemik tinggi cenderung fluktuatif.5,13
Gambar 2.7
Gambar 2.7 Hipotesis efek pengkonsumsian pangan dengan (A) indeks glikemik
rendah dan (B) indeks glikemik tinggi pada sistem gastrointestinal dan juga kurva
glukosa darah postprandial5,13
Secara umum pola hidup dan makanan yang kaya akan karbohidrat harus
menjadi pertimbangan terutama bagi penderita DM. Pada orang-orang yang
berisiko, konsumsi makanan dengan IG tinggi akan menghasilkan resistensi
insulin yang lebih tinggi dibandingkan dengan makanan dengan IG rendah.
Pengonsumsian makanan dengan karbohidrat yang rendah merupakan opsi yang
terbaik. Pada penderita Diabetes Melitus yang konsisten melakukan diet makanan
IG rendah, hasil penelitian menunjukan bahwa terjadi perbaikan kadar HbA1c
pada penderita seperti efek yang dihasilkan dari obat hipoglikemik oral. Dengan
demikian dapat disimpulkan pemberian makanan dengan IG rendah dapat
memperbaiki metabolisme penderita diabetes melitus6
2.5.2 Beban Glikemik
Nilai BG berhubungan dengan dampak suatu porsi makan terhadap kadar
gula darah, serta sebagai panduan untuk memilih makanan. Nilai BG
diklasifikasikan menjadi BG tinggi, BG sedang dan BG rendah.
13
Tabel 2.2 Kategori Beban Glikemik berdasarkan rentang nilainya.14
Beban Glikemik
Tinggi >20
Sedang 11-19
Rendah <=10
2.6 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik dan Beban
Glikemik
Bahan makanan dengan jenis dan kulitas yang sama tidak selamanya memiliki
kadar indeks glikemik yang sama pula. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor
yang berpengaruh, antara lain:
Rasio amilosa-amilopektin17
Daya cerna pati
Kadar protein dan lemak18,19
Cara pengolahan (tingkat gelatinisasi dan ukuran partikel)20
Kandungan amilosa pada suatu jenis bahan pangan terutama olahan dapat
menjelaskan banyak tentang perbedaan IG. Amilosa di dalam pangan akan
mengalami proses pencernaan yang lebih lambat dibandingkan molekul
amilopektin.Oleh karenanya untuk makanan, tidak bisa hanya melihat dari proses
pengolahan dan ukuran nya.17
Kadar protein dan lemak yang tinggi dalam makanan dapat menghambat
pengosongan lambung sehingga penyerapan duodenum akan membutuhkan waktu
yang lebih lama.18,19
Selain dari sisi makanan, alasan lain terdapatnya perbedaan nilai indeks
glikemik adalah dari proses metodologi yang digunakan pada saat mengukur
kadar IG yang berbeda-beda di seluruh dunia. Perbedaan metode ini termasuk
dalam penggunaan sampel darah yang berbeda (pembuluh kapiler atau vena),
14
perbedaan waktu penelitian, dan perbedaan kadar makanan yang diuji (50g dari
total karbohidrat yang tersedia).8
Kadar nilai BG akan banyak berpengaruh jika terdapat perbedaan
mencolok baik dari nilai indeks glikemik yang ada ataupun jumlah karbohidrat
yang terdapat dalam satu porsi makanan. BG akan lebih spesifik melihat feedback
dari sebuah makanan dengan tambahan perhitungan terhadap beberapa komponen
makanan yang sebelumnya di abaikan.21
2.7 Ketoprak
Ketoprak adalah makanan tradisional khas Indonesia yang sering dijumpai di
masyarakat. Ketoprak merupakan makanan lengkap yang dibuat dari beberapa
bahan penyusunnya, yaitu:
Ketupat / lontong
Ketupat atau lontong merupakan olahan beras yang dibungkus daun kelapa
(janur) atau daun pisang, kemudian direbus dalam waktu lama hingga
matang.. Karena berasal dari beras, maka makanan ini mengandung
banyak karbohidrat yang akan menjadi sumber potensial untuk energi.
Bahan makanan inilah yang akan paling potensial untuk mempengaruhi
indeks glikemik ketoprak
Tahu
Tahu adalah hasil pengolahan ekstrak kedelai yang telah mengalami
proses penggumpalan protein oleh asam, garam kalsium, atau bahan
penggumpal lainya. Tahu memiliki kandungan air yang cukup tinggi dan
protein yang cukup jika dibandingkan dengan jumlah airnya. Kandungan
gizi tahu terdiri dari kadar protein 8-12%, sedangkan mutu proteinnya
dinyatakan oleh Net protein utilization (NPU), salah satu indeks mutu
protein sebesar 65% dengan daya cerna yang sangat tinggi yaitu 95%. 22
Tauge
Tauge merupakan bahan makanan yang relatif mudah didapat dan murah
karena berasal dari kacang hijau. Kacang hijau akan diambil bijinya lalu
15
dibentuk kecambah atau tumbuhan kecil yang tumbuh yang disebu tauge.
Tauge memiliki banyak kandungan yang bermanfaat antara lain berbagai
macam jenis vitamin seperti Vit.C, thiamin, riboflavin; berbagai macam
mineral seperti kalsium (Ca), Besi (Fe) dan magnesium (Mg). Asam amino
esensial juga ditemukan antara lain seperti triptofan, treonin, dan
fenilalanin. Selain itu, tauge juga mengandung zat-zat yang berfungsi
sebagai antioksidan tubuh yaitu vitamin E dan fitosterol.23
Bahan penyusun diatas dilengkapi dengan bumbu kacang (gula merah, cabai,
kacang tanah, air, garam, bawang putih), timun, kerupuk, kecap, bawang goreng,
dan air
Dalam proses penyajiannya ketoprak merupakan salah satu jenis makanan
yang menggunakan kombinasi campuran sayuran yang masih mentah dan bahan
makanan matang. Sehingga penyajiannya apabila tidak higienis, maka tidak
menutup kemungkinan pula untuk terjadinya kontaminasi bakteri.24
2.8 Lontong/Ketupat Sayur
Ketupat sayur atau lontong sayur merupakan makanan yang tidak sulit
ditemukan di Indonesia, termasuk di Ibukota Jakarta. Berbagai macam versi dari
ketupat sayur ada di Indonesia mulai dari lontong sayur betawi, lontong sayur
banjar, lontong sayur padang, dan seterusnya. Namun lontong sayur yang biasa
masyarakat konsumsi dan kenali adalah lontong sayur betawi. 25
Sesuai dengan nama makanannya, lontong sayur terdiri dari ketupat dan
sayuran (pepaya muda, kacang panjang, labu siam) yang diiris kecil-kecil. Semua
bahan makanan tersebut di lengkapi oleh bumbu yang memiliki kombinasi
berbeda-beda dari setiap penjual yang umumnya terbuat dari santan dan bumbu-
bumbu seperti serai, lengkuas, daun salam, cabai, bawang merah, bawang putih,
dan juga terasi goreng. 25
Seperti umumnya pada kandungan sayur, terdapat berbagai macam mineral
dalam labu siam pada menu lontong sayur salah satunya adalah kalsium. Kalsium
berperan secara tidak langsung terhadap sekresi insulin. Proses metabolisme yang
16
di induksi oleh enzim glukokinase mengakibatkan perubahan rasio ATP/ADP,
sehingga menyebabkan tertutupnya kanal ion K+ dan memicu depolarisasi sel B
pankreas. Akhirnya tubuh merespon dengan cara mengkompensasi dengan
aktivasi kanal ion Ca2+ yang nantinya akan bergerak menuju sel B. Selanjutnya
Ca2+ ini akan merangsang sekresi insulin dari granulanya.26
17
2.2 Kerangka Teori
Intake
makanan
Proses
Pencernaan
Bolus
(polisakarida dan
disakarida)
Mulut
Chymus
(disakarida)
Lambung
Absorpsi Karbohidrat
(Monosakarida)
Duodenum dan
Jejunum
Ekskresi
Menghambat
pengosongan
Absorpsi FFA
dan asam
amino
Colon (usus
besar)
Penyimpanan Glukosa
dalam jaringan
Homeostatis Glukosa
Kadar Glukosa darah
meningkat
Kadar Nilai
Indeks Glikemik
Kadar Nilai
Beban Glikemik
Protein Lemak
Asam Lemak
Bebas
Asam amino
Karbohidrat
18
2.3 Kerangka Konsep
v
= Variabel yang diteliti
Responden Berpuasa
10-14 jam
Absorpsi makanan
Homeostatis Fisiologi
tubuh manusia Penyimpanan cadangan
makanan
Peningkatan Kadar
Glukosa darah
Dipengaruhi:
Sensitivitas
Insulin
Fungsi Pankreas
dan organ
pencernaan
Kandungan
makanan
Perbandingan luas area
dibawah kurva
Dipengaruhi oleh :
Cara
Pengolahan
Rasio amilosa-
amilopektin
Kadar Anti Gizi
Pangan
Kadar protein
dan lemak
Kadar Nilai Kadar
Indeks Glikemik
Kadar Nilai Beban
Glikemik
Roti Tawar Putih,
Ketoprak, dan Lontong
sayur yang sudah
mengalami penakaran
50g
Makanan standar dan
Makanan Uji
Dipengaruhi oleh :
Nilai Indeks
Glikemik
Jumlah
Karbohidrat
total dalam satu
porsi makanan
19
2.4 Definisi Operasional
No Variabel Definisi Cara ukur Instrumen Skala
Ukur
Hasil
Ukur
1. Indeks
Glikemik
Respon tubuh
terhadap
konsumsi
makanan uji
dan makanan
standard yang
mengandung
50g
Karbohidrat
selama 2 jam
setelah
dikonsumsi.
Membanding
kan nilai
IAUC pada
makanan uji
dengan
makanan
standar.
Timbangan Numerik Nilai
Indeks
Glikemik
(%)
2. Beban
Glikemik
Kemampuan
satu porsi
makanan yang
mengandung
sejumlah
karbohidrat
untuk
meningkatkan
kadar glukosa
darah
Nilai Indeks
Glikemik
dikalikan
dengan
jumlah total
karbohidrat
dalam satu
porsi
makanan,
dan dibagi
dengan 100
Timbangan Numerik Nilai
Beban
Glikemik
3. Kadar
Glukosa
Darah
Molekul
Karbohidrat
yang telah
mengalami
proses
pencernaan
menjadi
monosakarida
dan beredar di
aliran darah
yang nantinya
akan di jadikan
patokan
penelitian
Menggunaka
n metode
pengambilan
darah kapiler
(ujung-ujung
jari) dengan
strip blood
glucose
meter.
Glukometer Numerik Nilai
Gula
darah
(mg/dL)
20
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental untuk mengetahui nilai
kadar indeks glikemik dan beban glikemik pada ketoprak dan lontong sayur
3.2 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni 2015 (pada pagi hari
sebelum pukul (10.00).18
Tempat yang digunakan adalah lingkungan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Islam Negri Syarif Hidayatullah Jakarta dan
beberapa area disekitarnya.
3.3 Alat dan Bahan
3.31 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini berupa sarung tangan, jarum,
lanset, glukometer, strip glukosa darah, dan kapas alcohol
3.32 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sampel darah roti
tawar putih kupas polos (makanan kontrol), ketoprak (makanan uji 1), dan lontong
sayur (makanan uji 2)
Makanan uji ketoprak dan lontong sayur pada penelitian ini telah disesuaikan.
Makanan sampel menggunakan dua jenis makanan lengkap yang menggunakan
bahan dasar beras yaitu ketoprak dan lontong sayur. Setiap jenis makanan
memiliki kombinasi bahan pangan dan gizi yang berbeda yang akan
mempengaruhi nilai indeks glikemik (IG). Ketoprak dan lontong sayur yang
digunakan berasal dari satu penjual sehingga tidak menimbulkan kerancuan.
Menu ini sangat sering dikonsumsi dan mudah didapat di sekitar FKIK UIN
Syarif Hidayatullah. Makanan yang dipesan tidak mengalami proses pengolahan
kembali oleh peneliti.
21
Makanan uji dan makanan standar mengalami proses penakaran terlebih
dahulu sebelum layak untuk menjadi penelitian. Setiap makanan dihitung
kandungan karbohidrat yang terkandung di dalam setiap pangan penyusunnya
sehingga total takaran saji dari makanan tersebut setara dengan 50g karbohidrat
berdasarkan refrensi Daftar Analisis Bahan Makanan FK UI dan aplikasi
Nutrisurvey.18
Makanan uji di selingi dengan air sebanyak 250 ml.18
Dalam proses penakaran jumlah karbohidrat, terdapat beberapa poin yang
tidak menjadi perhitungan pada penelitian ini antara lain:
4. Sejumlah karbohidrat yang tidak diserap atau sukar dicerna dalam tubuh
manusia. Contoh : Selulosa
5. Beberapa asam organik. Contoh : Asam Sitrat27
3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
Responden sehat jasmani dan rohani, berusia sekitar 17-24 tahun
Responden memiliki IMT normal
Responden tidak memiliki penyakit intoleransi glukosa atau
resistensi insulin yang dibuktikan dengan pengecekan GDP
sebelum dilakukannya penelitian
Responden tidak memiliki riwayat gastritis dan kelainan lambung
lainnya
Responden bersedia mengikuti penelitian dari awal hingga berakhir
Kriteria Eksklusi
Responden sedang mengandung atau menyusui
Responden tidak dapat melanjutkan penelitian karena sakit atau
alasan lainnya
3.5 Besar Sampel Penelitian
Responden yang terdapat pada penelitian ini berjumlah 10 orang. Responden
adalah pria dan wanita yang kebanyakan adalah mahasiswa dan berusia kisaran
17-24 tahun. Pemilihan masing-masing responden dilakukan dengan teknik
Consecutive sampling. Pemilihan responden berlanjut hingga proses anamnesis
22
untuk memeriksa riwayat dari calon responden. Setelah itu dilakukan pemeriksaan
tanda vital oleh peneliti untuk memasikan responden dalam keadaan sehat. Serta
dilakukan pemeriksaan kadar gula darah puasa pada responden untuk memastikan
tidak adanya gangguan metabolisme karbohidrat. Semua pemeriksaan diatas
dilakukan untuk menyingkirkan kriteria eksklusi dan memenuhi kriteria inklusi
pada penelitian ini.
23
3.6 Alur Penelitian
Pemilihan 10 responden dari
populasi PSPD UIN sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi
Responden berpuasa terlebih
dahulu minimal 8 jam
Pengukuran BB, TB, IMT dan GDP
sebelum diberikannya sampel
makanan
Minggu 1
(roti tawar)
Minggu 2
(ketoprak)
Minggu 3
(lontong sayur)
Pemberian
makanan standar
Pemberian
makanan uji 1
Pemberian
makanan uji 2
Pengambilan darah responden
dengan finger prick test tiap 0,
15, 30, 45, 60, 90, 120
menit
Masukan kadar gula yang
didapat pada kurva
sumbu waktu dan glukosa
darah
Luas kurva kadar
glukosa darah
makanan uji 1
Membandingkan luas area dibawah kurva
antara makanan uji 1 dan makanan uji 2
terhadap makanan standar
Nilai Kadar Indeks Glikemik
Nilai Kadar Beban Glikemik
24
3.7 Cara penelitian
1. Dari populasi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta diambil 10
responden dengan teknik random sampling yang sesuai dengan kriteria
inklusi
2. Dilakukan penyaringan awal dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik dan
gula darah untuk menyingkirkan kriteria eksklusi
3. Responden diberitahukan untuk melakukan puasa seminimimal
minimalnya adalah selam 8 jam sebelum melakukan penelitian
4. Pemeriksaan pertama dilakukan dengan pemberian makanan standar
5. Responden mengonsumsi makanan standar berupa roti tawar polos dalam
waktu kurang dari 10 menit
6. Dilakukan pengambilan darah kapiler dari ujung-ujung jari tangan setelah
makanan habis pada menit ke 0, 15, 30, 45, 90, dan 120
7. Pencatatan kadar glukosa darah yang tercantum pada alat tiap kali
pemeriksaan
8. Hasil pencatatan dimasukan kedalam kurva kadar gula
9. Dilakuka pemeriksaan selanjutnya berselang 5-7 hari menggunakan
makanan uji kedua dan lalu makanan uji ketiga
10. Mengulang kembali prosedur poin (3) sampai poin (8) setiap dilakukannya
pemeriksaan makanan uji
11. Hitung luas area dibawah kurva gula darah
12. Membandingkan luas area dibawah kurva kadar gula pada makanan
standar maupun makanan uji 1 dan 2
3.8 Analisis data
Pertama, mencari nilai area dibawah kruva makanan uji yang berada di bawah
kadar glukosa darah dengan cara manual dan menggunakan program excel.
Metode yang digunakan adalah metode Trapezium dengan cara menghitung luas
25
semua bangun trapezium dalam kurva kenaikan gula darah yang pada akhirnya
dijumlahkan. Rumus luas trapezium adalah:
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑡𝑟𝑎𝑝𝑒𝑠𝑖𝑢𝑚 =Jumlah sisi − sisi sejajar
2x tinggi
Setelah mendapatkan luas area yang berada dibawah kruva dibandingkan
dengan nilai luas kurva yang ada pada makanan standari. Sehingga terbentukan
nilai persenan dari indeks glikemik yang ingin dicari. Rumus indeks glikemik
tersebut adalah:
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐺𝑙𝑖𝑘𝑒𝑚𝑖𝑘 =
Luas area di bawah kurva glukosa darah terhadap makanan uji setelah 2 jam
Luas area di bawah kurva glukosa darah terhadap makanan standar setelah 2 jam
x 100%
Langkah selanjutnya adalah mentakar jumlah karbohidrat dalam satu porsi.
Lalu dengan nilai indeks glikemik yang didapatkan pada rumus sebelumnya,
mamasukan nilai yang ada kedalam rumus Glykemik Load.
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐺𝑙𝑖𝑘𝑒𝑚𝑖𝑘 =Nilai Indeks Glikemik Makanan
100x Jumlah Karbohidrat dalam 1 porsi
Penelitian ini menggunakan analisis data statistik menggunakan program
Microsoft Excel 2007, dan program SPSS 21.0. Uji Normalitas data menggunakan
uji Shapiro-Wilk. Untuk melihat adakah signifikansi terhadap perbedaan nilai IG
dan BG yang didapat diantara dua makanan uji digunakanlah Paired T-Test
setelah dilakukan uji normalitas.
26
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti melakukan proses
pengolahan data dan analisis terhadap hasil yang didapatkan. Pembahasan
meliputi karakteristik responden, makanan standar dan makanan uji, indeks
glikemik, dan beban glikemik.
4.1 Karakteristik Responden
Responden pada penelitian gizi ini berjumlah 10 orang, terdiri dari empat
orang perempuan dan enam orang laki-laki. Semua diambil dari populasi PSPD
dari angkatan 2012-2014. Karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
Range Rata-rata Standar
Deviasi
Umur 18-22 19.30 ±1.41
Tinggi Badan 154.0-175.0 165.6 ±6.86
IMT 18.7-22.8 20.49 ±1.46
Berat Badan 48.0-65.0 56.25 ±5.14
GDP 73-100 87.50 ±9.98
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa rata-rata usia responden yang
digunakan adalah 19.3 dan IMT secara keseluruhan responden adalah normal
menurut kriteria Asia-Pasifik. Gula darah puasa juga menunjukan nilai normal
sehingga tidak ada gangguan pada proses penyerapan glukosa yang dapat
mengurangi validitas hasil penelitian.
4.2 Komposisi Ketoprak dan Lontong Sayur
Makanan standar yang digunakan pada penelitian ini adalah roti tawar putih
tanpa kulit. Sedangkan makanan yang diujikan adalah yaitu Ketoprak dan
27
Lontong Sayur. Kedua jenis makanan ini dipilih karena perbedaan komposisi
yang dikandungnya, dan cara penyajiannya yang kemungkinan besar akan
mempengaruhi nilai indeks glikemik dan beban glikemik.
Makanan standar yang digunakan adalah makanan siap saji, dan sudah
memiliki data analisis gizinya sehingga peneliti tidak memerlukan proses
pengolahan lebih lanjut untuk penyajiannya. Namun pada kedua makanan uji
ketoprak dan lontong sayur, semua bahan-bahan yang diujikan merupakan bahan
mentah dan tidak siap saji. Peneliti tidak melakukan proses pengolahan sendiri
namun melakukan beberapa intervensi kepada penjual dalam hal komposisi,
takaran dan penyajian agar memenuhi untuk dilakukan penelitian. Komposisi zat
gizi pada makanan standar dan makanan uji dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Kandungan gizi makanan standar dan makan uji / porsi
Jenis
Makanan
Total
Karbohidrat
(g)
Total
Lemak (g)
Total
Protein
(g)
Total
Serat (g)
Total
Energi
(kkal)
Ketoprak 67.1 45.1 19.7 4.9 732.2
Lontong
Sayur
50.3 40 14.9 4.3 600.6
Roti Tawar 17 1.5 3 1 90
Sebelum makanan standar dan kedua makana uji di atas diberikan kepada
responden, makanan harus mengalami proses penakaran dan penimbangan
terlebih dahulu hingga mencapai kandungan karbohidrat 50 g pada tiap makanan.
Analisis zat gizi makanan standar tertera pada label kemasan makanannya,
sedangkan untuk makanan uji peneliti mencocokan komposisi dari penyusunnya.
Komposisi zat gizi makanan yang telah disesuaikan dapat dilihat pada tabel 4.3
28
Tabel 4.3 Kandungan gizi makanan standar dan makanan uji yang telah
disesuaikan
Jenis
Makanan
Total
Karbohidrat
(g)
Total
Lemak (g)
Total
Protein
(g)
Total
Serat (g)
Total
Energi
(kkal)
Ketoprak 50.00 30.7 12.4 2.8 554.3
Lontong
Sayur
50.00 40 14.9 4.3 600.6
Roti Tawar 50.00 4.5 9 3 270
4.3 Hasil Pengukuran Kadar Glukosa Darah
Berdasarkan pengambilan data yang telah dilakukan, dari pengambilan
glukosa darah setiap 15 menit pada 1 jam pertama dilanjutkan setiap 30 menit
pada jam ke dua setelah responden diberikan makanan standar ataupun makanan
uji. Rerata hasil respon glukosa darah responden terhadap pemberian roti tawar
putih, ketoprak, dan lontong sayur dapat dilihat pada tabel 4.4
Tabel 4.4 Rerata Kadar Glukosa Darah (mg/dL)
Bahan
Makanan
Waktu (Menit)
0 15 30 45 60 90 120
Roti Tawar
putih 82.2 99.9 120.4 134.5 128.4 112.7 99.6
Ketoprak 89.7 106.9 130.7 134.3 117.2 107 95
Lontong Sayur 93.3 112.3 130.4 140.4 124.3 105.8 95.3
Dari pembacaan hasil tabel kadar glukosa darah diatas didapatkan hasil
yang cukup berdekatan antara makanan standard dan kedua makanan uji. Pada
makanan standard terjadi puncak kadar glukosa darah pada menit ke-45. Setelah
itu, terjadi penurunan kadar glukosa darah secara bertahap pada menit ke-60, ke-
90 dan -120. Pada makanan uji pertama yaitu ketoprak, kenaikan kadar gula darah
29
mencapai puncaknya pada menit ke-45, walaupun hanya berbeda sedikit dengan
kadar gula darah pada menit ke-30. Hampir sama dengan makanan standar, terjadi
penurunan kadar gula darah pada menit ke-60,ke-90, dan ke-120. Pada makanan
uji yang kedua yaitu Lontong Sayur puncak kenaikan kadar gula darah tidak jauh
berbeda. Puncak terjadi pada menit le-45 dan selanjutnya akan meurun secara
progresif pada menit ke-60, menit ke-90, dan menit ke-120. Dapat disimpulkan
dari ketiga makanan yang diberikan pada responden, ketiganya memiliki puncak
kadar glukosa darah pada menit yang sama, Namun, walaupun demikian kadar
glukosa darah yang didapat tidaklah sama,puncak tertinggi terdapat pada makanan
lontong sayur dan hal ini dipengaruhi oleh cara penyajian makanan, bahan
komponen penyusun makanan dan aktifitas responden sebelum dilakukannya
pengambilan. Berikut merupakan kurva rerata kadar glukosa darah dari responden
pada Gambar 4.1
Gambar 4.1 Perbandingan Kurva Kadar Glukosa Darah pada makanan standar
(Roti Tawar) dan Makanan Uji (Ketoprak dan Lontong Sayur)
Berdasarkan hasil respon glukosa dapat dikatakan bahwa hasil uji dari
ketiga makanan hampir sama. Berikut adalah tabel yang menunjukan presentase
kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah Tabel 4.5.
0,0
20,0
40,0
60,0
80,0
100,0
120,0
140,0
160,0
0 15 30 45 60 90 120
Axi
s Ti
tle
Indeks Glikemik
Roti Tawar Putih
Ketoprak
Lontong Sayur
30
Tabel 4.5 Presentase Kenaikan Kadar Glukosa Darah
No Makanan Uji
N Presentase kenaikan Kadar Glukosa Darah Pada menit ke-
15' 30' 45' 60' 90' 120'
1 Roti Tawar Putih
21.53 20.52 11.71 -4.53 -12.22 -11.62 2 Ketoprak 10 19.17 22.26 2.75 -12.73 -8.70 -11.21 3 Lontong
Sayur
20.36 16.11 7.66 -11.46 -14.88 -9.92
Jika dilihat pada tabel diatas, tidak banyak perbedaan yang mencolok pada
kenaikan gula darah tiap-tiap makanan. Namun dapat dilihat bahwa pada kurva
lontong sayur menujukan penurunan yang hampir paling mendekat kadar glukosa
darah puasa diawal dibandingkan kedua makanan lainnya. Sehingga kemungkinan
besar konsumsi makanan ini akan lebih cepat untuk merasa lapar kembali
dibandingkan kedua makanan lainnya.
4.4 Indeks Glikemik
Nilai IG didapat dengan cara menghitung luas total area dibawah kurva
daripada kurva glukosa darah makanan. Didapatkan 6 ruang total luas trapesium
pada setiap kurva dan didapatkan jumlah total dari seluruh kurva. Lalu dilakukan
perbandingan nilai jumlah kurva makanan uji dengan makanan standar dan
didapatkanlah nilai IG. Setelah melihat nilai indeks glikemik dan mengkaji hasil
yang didapat, dilakukan uji statistic dengan program SPSS yaitu uji Paired T-Test.
Hasil uji yang didapat dari tes tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Nilai IG
tertera pada Tabel 4.6
31
Tabel 4.6 Nilai Beban Glikemik
Makanan IG
Mean ± SD
Klasifikasi
Tinggi (> 70)
Sedang (55-69)
Rendah (<55)
P-value*
Roti tawar putih 100 ± 0,00 Tinggi 0,834
Ketoprak 99,42 ± 8,50 Tinggi
Roti tawar putih 100 ± 0,00 Tinggi 0,534
Lontong Sayur 101,86 ± 9,10 Tinggi
Ketoprak 99,42 ± 8,50 Tinggi 0,34
Lontong Sayur 101,86 ± 9,10 Tinggi
Dari tabel di atas maka dapat dilihat bahwa tidak banyak perbedaan yang
signifikan terlihat dari ketiga jenis makanan yang diberikan pada responden.
Indeks glikemik tertinggi dimiliki oleh lontong sayur diikuti dengan ketoprak.
Kedua makanan ini hanya sedikit memiliki perbedaan IG dan keduanya sama-
sama dapat dikategorikan sebagai makanan dengan IG yang tinggi (>70).
Persamaan dari ketiga jenis makanan yang diberikan pada responden
penelitian ini adalah bahwa pada tiap-tiap makanan memiliki jenis molekul
karbohidrat dominan yang hampir sama yaitu pati pada komponen beras yang
akan mengalami proses pengolahan menjadi lontong, memiliki serat yang
terkandung dalam sayur di bahan penyusunnya (tauge dan labu siam), dan bahan
penyusun lainnya yang menyerupai. Namun demikian, dari hasil pengambilan
data lontong sayur menempati nilai IG tertinggi dibandingkan makanan lainnya
dengan perbedaan yang cukup sedikit. Hal ini disebabkan oleh proses penyajian
makanan yang cendrung panas, karena santan yang dikandungnya akan basi bila
suhu penyimpanan cendrung rendah. Suhu makanan uji yang tinggi berpengaruh
akan laju penyerapan konsentrasi glukosa yang ada didalam makanan.28
Proses suhu pada makanan mengakibatkan perubahan cerna dari
karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin. Pemasakan akan meningkatkan
bioavailabilitas dari pati diberas dengan memecah molekulnya menjadi granul-
granul dan meningkatkan availibilitasnya dengan enzim amilase (di mulut) Proses
32
pemasakan (dengan kompor, oven, electric cooker, dll) juga akan meningkatkan
laju hidrolisis makanan beras dengan gelatinisasi sempurna. Dimana Holm and
Others (1998) melakukan penelitian makanan bahwa makanan dengan gelatinizasi
yang tidak sempurna akan lebih lama meningkatkan kadar glukosa darah pada
tikus dibandingkan sampel dengan geltinisasi yang sempurna.29
Dapat diambil kesimpulan bahwa tidak terdapat perbedaan IG yang signifikan
diantara makanan uji ketoprak dan lontong sayur.
4.5 Beban Glikemik
Perhitungan nilai BG dilakukan setelah nilai IG masing-masing makanan
didapatkan. Dimasukan kedalam rumus beban glikemik dan didapatkan hasil BG
pada tiap makanan. Setelah melihat nilai BG dan mengkaji hasil yang didapat,
dilakukan uji statistic dengan program SPSS yaitu uji Paired T-Test. Hasilnya
tertera pada Tabel 4.7.
Tabel 4.7 Nilai Beban Glikemik
Makanan BG
Mean ± SD
Klasifikasi
Tinggi
Sedang
Rendah
P-value*
Roti tawar putih 17 ± 0,00 Tinggi 0,000
Ketoprak 66,71 ±5,70 Tinggi
Roti tawar putih 17 ± 0,00 Tinggi 0,000
Lontong Sayur 51,23 ± 4,58 Tinggi
Ketoprak 66,71 ±5,70 Tinggi 0.000
Lontong Sayur 51,23 ± 4,58 Tinggi
Dapat dilihat pada tabel nilai BG terdapat perbedaan yang signifikan
dikedua makanan uji. Nilai ketoprak lebih tinggi dibandingkan makanan uji kedua
lontong sayur. Terdapat perbedaan dengan hasil yang didapat pada perhitungan
IG,
Berdasarkan hasil IG dan BG yang didapatkan pada penelitian ini, maka
jika kita membandingkan antara kedua jenis makanan yaitu ketoprak dan lontong
33
sayur maka ketoprak lebih tidak disarankan untuk dikonsumsi oleh penderita
diabetes mellitus dan gangguan toleransi glukosa lainnya. Lontong sayur memiliki
IG yang lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan ketoprak , namun BG lebih
rendah dibandingkan ketoprak. Sedangkan ketoprak memiliki IG lebih rendah
namun BG jauh lebih tinggi dibandingkan lontong sayur. Maka dapat ditarik
kesimpulan, walaupun keduanya tergolong makanan dengan IG dan BG yang
tinggi namun lebih dianjurkan memakan lontong sayur dengan tidak melebihi
porsi yang telah ditentukan dan penyajian normalnya.Bisa juga dilakukan
alternatif dengan mengurangi takaran karbohidrat dominan pada menu tersebut
seperti lontong agar glycemic response yang ditimbulkan lebih rendah.
4.6 Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian yang dilakukan kali ini tidak luput adanya keterbatasan
yang dijumpai oleh peneliti dalam proses pelaksanannya. Pada penelitian ini
proses penyajian makanan tidak dilakukan oleh peneliti secara langsung, tetapi
peneliti hanya melakukan proses penakaran berdasarkan data gizi yang telah
didapatkan serta dihitung. Penelitian ini juga hanya mengambil data kadar gula
darah satu kali untuk menghitung nilai indeks glikemik. Hal ini disebabkan oleh
keterbatasan yang peneliti miliki, sedangkan menurut refrensi untuk mendapatkan
hasil yang akurat minimal pengambilan kadar gula darah makanan diambil
sebanyak dua kali. Selain itu, aktifitas responden malam sebelum dilakukan
penelitian sulit untuk mendapatkan intervensi dan pemantauan demi
menghilangkan ketidak sesuaian hasil nantinya.
Keterbatasan lainnya adalah peneliti menggunakan responden yang sama
pada tiap pengukuran IG dan BG makanan sehingga sangat bergantung pada
respon fisiologis orang tersebut.
34
BAB V
KESIMPULAN dan SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Hasil indeks glikemik(IG) kedua makanan komplek ketoprak dan lontong
sayur tergolong dalam klasifikasi makanan dengan indeks glikemik tinggi
2. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa beban glikemik(BG) kedua
makanan ketoprak dan lontong sayur tergolong dalam klasifikasi makanan
dengan beban glikemik tinggi
3. Tidak terdapat perbedaan bermakna antara nilai IG ketoprak dengan IG
lontong sayur
4. Terdapat perbedaan yang bermakna antara nilai BG ketoprak dengan BG
lontong sayur, dengan nilai ketoprak lebih tinggi.
5. Ketoprak dan lontong sayur tidak dianjurkan untuk dikonsumsi oleh
penderita DM ataupun gangguan toleransi glukosa lainnya jika tidak
mengalami proses modifikasi
5.2 Saran
1. Sebaiknya pemeriksaan setiap makanan dilakukan dua kali pada tiap-tiap
responden untuk meningkatkan keakuratan dalam pencapaian hasil indeks
glikemik dan beban glikemik pada sebuah makanan
2. Perlu diberikan penjelasan secara mendetail tetang persiapan yang harus
dan tidak harus dilakukan sebelum dilakukan pengambilan data sehingga
data dapat valid dan akurat
3. Dikembangkannya penelitian sejenis ini pada makanan sejenis lainnya,
untuk membantu program diet dan pemilihan bahan makanan bagi
masyarakat luas
4. Bagi penderita gangguan toleransi glukosa ataupun diabetes mellitus tidak
dianjurkan mengkonsumsi makanan yang digunakan pada penelitian ini.
35
Lebih dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan-makanan lain yang
memiliki IG dan BG yang rendah
5. Badan Gizi nasional seharusnya memiliki database untuk analisis gizi pada
seluruh makanan yang ada di Indonesia guna mempermudah peneliti untuk
melakukan penelitian seputar efek pada tubuh
6. Pengambilan darah pada responden haruslah cukup, tepat dan sesuai
dengan SOP.
36
DAFTAR PUSTAKA
1. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi diabetes mellitus. Dalam: Sudoyo AW,
Setyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu penyakit
dalam jilid III edisi ke-4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI;
2006. h.1857-9
2. Kementerian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013.Jakarta:
Kementerian Kesehatan. 2013.
3. Bhupathiraju N Shilpa, Tobias K Deirdre, Malik Vasanti S, Pan An, et all.
Glycemic index, glycemic load, and risk of type 2 diabetes: results from 3 large
US cohorts and an updated meta-analysis1–3. Am J Clin Nutr. 2014
4. Mengenal indeks glikemik beras untuk Diabetes. IndoDiabetes[Internet].. 25th
November 2012 [Diakses 10 October 2014]. Tersedia pada:
http://indodiabetes.com/mengenal-glikemik-indeks-beras-untuk-diabetes.html
5. Jenkins DJ, Kendall CW, Augustin LS, Franceschi Silvia, et all. Glycemic
index: overview of implications in health disease. Am J Clin Nutr.
2002;76(suppl):266S–73S
6. Carden Sandra R, RD, CDN. The glycemic index in diabetes meal planning.
Medscape[Internet].[diupdate pada 06/11/2000; diakses pada 15 October 2014].
Tersedia pada : http://www.medscape.org/viewarticle/419090_print
7. Liu Simin, Willet Wilter C, Stampfer Meir J, Hu Frank B, et all. A prospective
study of dietary glycemic load, carbohydrate intake, and risk of coronary heart
disease in US women. Am J Clin Nutr 2000;71:1455–61.
8. Jenkins DJ, Wolever TM, Taylor RH, Barker H, Fielden H, Baldwin JM,
Bowling AC, Newman HC, Jenkins AL, Goff DV. Glycemic index of foods: a
physiological basis for carbohydrate exchange. Am J Clin Nutr 1981;34:362–6.
9. Tortora Gerrard J, Derrickson Bryan. Principle of Anatomy & Physiology 13th
edition. United States Of America: John Wiley and Sons Inc. 2012.
10. Sherwood Laurale. Human Physiology From Cells to Systems 7th edition.
Brooks/Cole: Yoloanda Cossio,Publisher. 2010
11. Kahn CR. Banting Lecture. Insulin action, diabetogenes, and the cause of type
II diabetes. Diabetes 1994. Aug;43(8):1066-1084
12. Ragnhild Arvidsson-Lenner, Nils-Georg Asp, Mette Axelsen, Susanne
Bryngelsson, Eliina Haapa, Anette Jarvi, Brita Karlstrom, Anne Raben, Annica
Sohlstrom, Inga Thorsdottir, and Bengt Vessby. Glycaemic Index. Scandinavian
Journal of Nutrition 2004 :48 (2) : 84-94
13. Hoerudin. Indeks Glikemik Buah dan Implikasinya Dalam Pengendalian
Kadar Glukosa Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian. 2012; 8(2): 8098.
37
14. Glycemic Index and Glycemic Load. University of Winconsin Integrative
Medicine (School Of Medicine and Publice Health) . July 2008
15. Foster-Powell Kaye , Holt Susanna HA, and Brand-Miller Janette C.
International table of glycemic index and glycemic load values. Am J Clin Nutr
2002;76:5–56.
16. Siagian Albian, Rimbawan, Syarief Hidayat, Dalimunthe Darwin. Pengaruh
Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara Pemberian Pangan Terhadap Nafsu
Makan Pada Subyek Obes dan Normal. Universitas Sumatra Utara.2010;101-112
17. Sundari DF, Siagian Albiner, Jumirah. Pengukuran Nilai Indeks Glikemik
Cookies Tepung Talas Belitung. FKM USU 2014;1(4)
18. Brouns F, Bjork I, Frayn K.N, Gibbs A.L, Lang V, Slama G, Wolever T.M.S.
Glycemic Index methodology. Nutrition Research Reviews.2005. 18, 145–171
19. Wolever Thomas MS, Jenkins David JA, Jenkins Alexandra A, and Josse
Robert G. The Glycemic Index : methodology and clinical implications. Am J Clin
Nutr.1991
20. Brown A. Understanding Food Principles and Preparation 4th
edition. USA:
2011
21. Estimated Glycemic LoadTM
. SelfNutritionData [Internet].. [Diakses pada 30
Juni 2015]. Tersedia pada : http://nutritiondata.self.com/help/estimated-glycemic-
load.
22. Perangin. Universitas Sumatra Utara[Internet]. 2013 [Diakses pada 2 Maret
2015]. Tersedia pada
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/37252/3/Chapter%20II.pdf
23. Maulana Aditya Iqbal. Pengaruh Ekstrak Tauge (Phaseolus radiatus)
Terhadap kerusakan sel ginjal mencit (Mus musculus) yang diinduksi
paracetamol. Surakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret. 2010
24. Susanna Dewi, Hartono Budi. Pemantauan Kualitas Makanan Ketoprak dan
Gado-Gado di Lingkungan Kampus UI Depok, Melalui Pemeriksaan
Bakteriologis. Departemen Kesehatan Lingkungan, Fakultas Kesehatan
Masyarakat UI. Juni 2003.
25. Surono Agus. Ketupat Sayur, Kelezatan Warisan Betawi. Intisari Online
[Internet]. 05 Februari 2014[Diakses pada 01 Maret 2015]. Tersedia pada
http://www.intisari-online.com/read/ketupat-sayur-kelezatan-warisan-betawi
26. Putri Olivia Bunga. Laporan Hasil Tulis Karya Ilmiah Pengaruh Pemberian
Ekstrak Buah Labu Siam (sechium edule) Terhadap Penurunan Kadar Glukosa
Darah Tikus Wistar yang Diinduksi Aloksa. Fakultas Kedokteran Universitas
Diponegoro.2012
38
27. Nio, Oey Kam. Daftar Analisis Bahan Makanan. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI.1992.
28. Arlita Malyan Afri, Waluyo Sri, Warji. Pengaruh Suhu Terhadap Penyerapan
Larutan Gula Pada Bengkuang(Pachyrrhizus erosus). Jurnal Teknik Pertanian
Lampung-Vol.2. 15 Agustus 2013; 1:85-94.
29. Kong E, Singh R.P. Disintegration of Solid Foods in Human Stomach. Journal
of food science 2008.Vol. 73, Nr. 5
39
LAMPIRAN
Lampiran 1
Lembar Surat Persetujuan Responden
SURAT PERSETUJUAN PENELITIAN
Perbandingan antara Indeks dan Beban Glikemik
Ketoprak dan Lontong Sayur
Saat ini saya Ega Gumilang Sugiarto mahasiswa PSPD UIN Jakarta angkatan
2012 sedang melakukan penelitian dengan judul Perbandingan Antara Indeks dan
Beban Glikemik Ketoprak dan Lontong Sayur. Pada penelitian ini saya akan
melakukan intervensi sebanyak 3x sejumlah dengan satu makanan standard dan
dua makanan uji. Pertama-tama responden akan berpuasa minimal 10 jam – 14
jam sebelum penelitian. Setelah itu akan diberikan makanan dan akan diukur
kadar gula darahnya menggunakan darah kapiler secara berkala selama 2 jam.
Setelah membaca penjelasan diatas, bahwa yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama :
Umur : tahun
Alamat :
TB : BB :
Dengan sukarela diikutsertakan dalam penelitian ini. Segala hal yang menyangkut
kerahasiaan tentang partisipan akan terjaga dengan baik oleh peneliti.
Ciputat, ......................... 2015
Mengetahui,
Yang membuat penyataan Peneliti
(..............................................) (..............................................)
40
Lampiran 2
Lembar Status Kesehatan Responden
LEMBAR ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIK
Perbandingan antara Indeks dan Beban Glikemik Ketoprak dan Lontong
Sayur
Nama :
Usia :
BB :
TB :
IMT :
Tanda Vital : -> Tekanan Darah :
- > Frekuensi Nafas :
- > Frekuensi Nadi :
-> Suhu Tubuh :
GDP :
Riwayat Penyakit :
Apakah anda menderita Diabetes Melitus?
(ya/tidak)
Apakah dalam keluarga anda ada yang mempunyai ataupun ada riwayat
DM?
(ya / tidak)
Apakah anda pernah memiliki luka yang tidak kunjung berhenti/sembuh?
(ya / tidak)
Apakah anda memiliki alergi makanan tertentu?
(ya/tidak)
41
Lampiran 3
Hasil Pemeriksaan Tanda Vital Responden
Tabel Lampiran 3. Hasil pemeriksaan tanda vital responden
No Nama Tekanan
Darah
(mmHg)
Frekuensi
Nadi
(x/menit)
Frekuensi
Nafas
(x/menit)
1 FMSR 110/80 70 20
2 MRS 110/70 72 20
3 FR 110/80 78 20
4 MK 100/72 76 18
5 RIT 110/70 76 16
6 HRD 100/70 70 19
7 PJ 110/70 85 16
8 FNA 100/70 80 18
9 RA 100/70 60 18
10 ARAH 120/80 70 18
„
No
Initial
Jenis
Kelamin
Umur
Tinggi
Badan /TB
(cm)
Berat
Badan / BB
(kg)
IMT
GDP
1 FMSR L 20 167 62 22.2 77
2 MRS L 21 165 52 19.1 99
3 FR L 18 169 65 22.8 98
4 MK L 19 170 54 18.7 73
5 RIT P 18 172 59 19.9 89
6 HRD L 18 175 58 18.9 100
7 PJ P 22 166 55 19.9 91
8 FNA P 20 155 51.5 21.4 75
9 RA P 18 154 48 20.2 85
10 ARAH L 19 163 58 21.8 88
Rata2 19.3 20.49 87.5
SD ±1.4181 ±1.4625 ±9.98
42
Lampiran 4
Acuan Kriteria Status Gizi
Sumber tabel : Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi IV.2006
Untuk memenuhi kriteria inklusi dari prosedur penelitian indeks glikemik
adalah dengan menggunakan responden yang memiliki Indeks Massa Tubuh
(Body Mass Index / BMI) yang normal. kriteria indeks massa tubuh yang normal
sudah tertera pada tabel diatas. Rumus Indeks Massa tubuh yang digunakan
adalah:
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑀𝑎𝑠𝑠𝑎 𝑇𝑢𝑏𝑢ℎ = 𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑏𝑎𝑑𝑎𝑛 (𝑘𝑔)
[Tinggi badan(m)]2
43
Lampiran 5
Perhitungan Makanan Uji
Makanan yang memenuhi standar penelitian indeks glikemik adalah
makanan dengan kandungan karbohidrat sebanyak 50g. Dengan berpacu pada
kadar karbohidrat maka pengukuran makanan uji dapat dilakukan dengan
menggunakan rumus perbandingan. Berdasarkan perhitungan akumulasi dari
bahan-bahan penyusun pada makanan uji yang ingin diteliti maka harus dilakukan
beberapa perhitungan dan intervensi sebagai berikut:
Tabel Lampiran 5.2 Hasil perhitungan dan penakaran makanan uji Lontong Sayur
No Bahan Penyusun Kandungan Karbohidrat (g) Berat Mentah/1 porsi (g) Berat / 1 porsi (g)
1 Lontong (beras) 26.8 34.0 156
2 Tahu Coklat 0.7 43 43
3 Telur 0.5 63 63
4 Kerupuk 6.9 8 10 keping
5 Sayur Labu 4.3 82 82
6 Santen (kuah) 6.5 85.6 234
(santen + gula putih
+ air) 7 Gula Putih (kuah) 4.7 5
8 Minyak Goreng
(kerupuk)
0 15.6 15.6
Total 50.3 322.6
Tabel Lampiran 5.1 Hasil perhitungan dan penakaran makanan uji Ketoprak
No. Bahan
Penyusun
Kandungan
Karbohidrat (g)
Berat Mentah/
1porsi (g)
Berat / 1 porsi (g) Berat
Mentah (g)
setelah
dikurangi
Kandungan
Karbohidrat
(g) --> setelah
dikurangi
Berat (g)/ 1 porsi --
> sudah
diakumulasi 50g
KH
1 Lontong 26.8 34.0 156 25.3 20.0 116.2
2 Tahu Putih 0.5 41 41 30.3 0.4 30.3
3 Toge 2.0 49 49 36.5 1.5 36.5
4 Bihun 9.8 11.9 30.5 8.9 7.3 22.7
5 Gula Merah
(Bumbu)
10.1 10.7 85
(gula
+kacang+air)
7.9 7.5 63.3
(gula+kacang+air)
6 Kacang
Tanah Goreng
(Bumbu)
11.1 43.5 32.5 8.3
7 Minyak
Goreng
(kerupuk)
0 15.6 15.6 11.5 0 11.5
8 Kerupuk Aci 6.9 8 10 keping 5.9 5.1 7.4 keping
TOTAL 67.1 213.7 158.8 50.0
44
Lampiran 6
Perhitungan Luas Area Dibawah Kurva
Luas Area dibawah kurva kadar glukosa darah ditentukan dengan rumus
trapezium.
Diambil data dari salah satu responden (MRS)
Kurva kadar glukosa makanan standard (roti tawar putih)
Kurva Kadar Glukosa makanan uji 1 (ketoprak)
0
20
40
60
80
100
120
140
160
0 15 30 45 60 90 120
kad
ar g
luko
sa d
arah
(m
g/d
L)
waktu (menit)
Roti Tawar
0
20
40
60
80
100
120
140
0 15 30 45 60 90 120
kad
ar g
luko
sa d
arah
(m
g/d
L)
da
Ketoprak
150
119 124 137
107
90 68
F E D C B A
89 99
112 126 132
114 99
F E D C B A
45
Lampiran 6 (lanjutan)
a. Perhitungan luas bangun trapezium dibawah kurva pada roti tawar :
Luas Bangun A : 68+90
2 x 15 = 1185
Luas Bangun B : 90+107
2 x 15= 1477.5
Luas Bangun C : 107+150
2x15 = 1927.5
Luas Bangun D : 150+137
2x15 = 2152.5
Luas Bangun E : 137+124
2x30 = 3915
Luas Bangun F : 124+119
2x30 = 3645
Total Luas Trapesium = 14302.5
b. Perhitungan luas trapezium dibawah kurva pada ketoprak :
Luas Bangun A : 99+114
2x15 = 1597.5
Luas Bangun B : 114+132
2x15 = 1845
Luas Bangun C : 132+126
2x15 = 1935
Luas Bangun D : 126+112
2x15 = 1785
Luas Bangun E : 112+99
2x30 = 3165
Luas Bangun F : 99+89
2x30 = 2820
Total Luas Trapesium = 13147.5
c. Perhitungan Indeks Glikemik
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐺𝑙𝑖𝑘𝑒𝑚𝑖𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑜𝑝𝑟𝑎𝑘 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 𝑘𝑒𝑡𝑜𝑝𝑟𝑎𝑘
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑎𝑟𝑒𝑎 𝑘𝑢𝑟𝑣𝑎 𝑟𝑜𝑡𝑖 𝑡𝑎𝑤𝑎𝑟𝑥100
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐺𝑙𝑖𝑘𝑒𝑚𝑖𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑜𝑝𝑟𝑎𝑘 = 13147.5
14302.5𝑥100
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝐺𝑙𝑖𝑘𝑒𝑚𝑖𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑜𝑝𝑟𝑎𝑘 = 91.9
d. Perhitungan Beban Glikemik
𝐺𝑙𝑖𝑘𝑒𝑚𝑖𝑘 𝐿𝑜𝑎𝑑 𝐾𝑒𝑡𝑜𝑝𝑟𝑎𝑘 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐼𝐺 𝐾𝑒𝑡𝑜𝑝𝑟𝑎𝑘 𝑋 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑎𝑟𝑏𝑜ℎ𝑖𝑑𝑟𝑎𝑡 𝑝𝑒𝑟𝑝𝑜𝑟𝑠𝑖
100
𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝐺𝑙𝑖𝑘𝑒𝑚𝑖𝑘 𝐾𝑒𝑡𝑜𝑝𝑟𝑎𝑘 = 91.9 𝑋 67.1
100 = 61.68
46
Lampiran 7
Hasil data uji Statistik
a. Uji normalitas Usia, IMT dan GDP
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
Umur 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%
IMT 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%
GDP 10 100.0% 0 0.0% 10 100.0%
47
Lampiran 7 (Lanjutan)
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic Df Sig. Statistic df Sig.
Umur .220 10 .185 .865 10 .087
IMT .179 10 .200* .922 10 .374
GDP .154 10 .200* .916 10 .328
*. This is a lower bound of the true significance.
a. Lilliefors Significance Correction
b. Uji Normalitas Hasil IG
Tests of Normalitya
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
IndeksGlikemik_K1 .218 10 .195 .877 10 .121
IndeksGlikemik_L1 .189 10 .200* .968 10 .871
*. This is a lower bound of the true significance.
a. IndeksGlikemik_R1 is constant. It has been omitted.
c. Lilliefors Significance Correction
48
Lampiran 7 (Lanjutan)
c. Uji Normalitas Hasil BG
Tests of Normalitya
Kolmogorov-Smirnovb Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
GlikemikLoad_K1 .218 10 .195 .877 10 .121
GlikemikLoad_L1 .189 10 .200* .968 10 .871
*. This is a lower bound of the true significance.
a. GlikemikLoad_R1 is constant. It has been omitted.
b. Lilliefors Significance Correction
49
Lampiran 7 (Lanjutan)
d. Uji Paired T-Test (Indeks Glikemik)
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 IndeksGlikemik_R1 &
IndeksGlikemik_K1
10 . .
Pair 2 IndeksGlikemik_R1 &
IndeksGlikemik_L1
10 . .
Pair 3 IndeksGlikemik_K1 &
IndeksGlikemik_L1
10 .623 .054
50
Lampiran 7 (Lanjutan)
e. Uji Paired T-Test (Beban Glikemik)
Paired Samples Correlations
N Correlation Sig.
Pair 1 GlikemikLoad_R1 &
GlikemikLoad_K1
10 . .
Pair 2 GlikemikLoad_R1 &
GlikemikLoad_L1
10 . .
Pair 3 GlikemikLoad_K1 &
GlikemikLoad_L1
10 .623 .054
51
Lampiran 8
Dokumentasi
52
Lampiran 9
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ega Gumilang Sugiarto
Tempat, tanggal, lahir : Jakarta, 26 Agustus 1994
Alamat : Komplek Masnaga, Jl.Bengkulu Blok F 549 Bekasi
No. Telpon : +62 812 89 177 527
Email : [email protected]
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Jakasetia IV Bekasi(2000-2002)
2. SDIT AL-MARJAN, duta indah pondok
gede(2002-2006)
3. SMP PUTRA 1 JAKARTA (2006-2009)
4. SMAN 71 JAKARTA (2009-2012)
5. PSPD FKIK UIN JAKARTA (2012-Sekarang)