ega hersanta.docx

48
PERMOHONAN KERJA PRAKTEK DIAJUKAN KEPADA PETROCHINA INTERNATIONAL (BERMUDA) Ltd. JAMBI SELATAN OLEH : EGA HERSANTA PRASETYA 410011132 DI LENGKAPI DENGAN : 1. Surat Permohonan Kerja Praktek 2. Proposal Kerja Praktek 3. Daftar Riwayat Hidup 4. Transkrip Nilai PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

Upload: yohanes-paskah-pratama

Post on 15-Dec-2015

265 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

PERMOHONAN KERJA PRAKTEK

DIAJUKAN KEPADA

PETROCHINA INTERNATIONAL (BERMUDA) Ltd.

JAMBI SELATAN

OLEH :

EGA HERSANTA PRASETYA

410011132

DI LENGKAPI DENGAN :

1. Surat Permohonan Kerja Praktek

2. Proposal Kerja Praktek

3. Daftar Riwayat Hidup

4. Transkrip Nilai

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

DIAJUKAN KEPADA

PETROCHINA INTERNATIONAL (BERMUDA) Ltd.

JAMBI SELATAN

Disusun Oleh :

EGA HERSANTA PRASETYA

410011132

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL

UNIVERSITAS SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL

YOGYAKARTA

2014

LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL KERJA PRAKTEK

Diajukan untuk memperoleh Kerja Praktek di Petrochina International

(Bermuda) Ltd, sebagai salah satu syarat kelulusan di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas

Teknologi Mineral, Universitas Sekolah Tinggi Teknologi Yogyakarta tahun akademik

2014/2015.

Diajukan Oleh :

Nama : Ega Hersanta Prasetya

NIM : 410011132

Prodi : Teknik Geologi

Fakultas Teknologi Mineral

Universitas Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.

Yogyakarta, 20 Oktober 2014

Mahasiswa Dosen Pembimbing

Ega HersantaP Ir. Setyo Pambudi , MT.

NIM. 410011132 NIK.19730058

Ketua Jurusan Teknik Geologi

STTNAS Yogyakarta

Winarti,ST.MT

NIK.19730134

EVALUASI FORMASI UNTUK MENENTUKAN BATUAN RESERVOIR HIDROKARBON BERDASARKAN DATA LOG

I. PENDAHULUAN

II. LATAR BELAKANG

Kebutuhan akan bahan bakar fosil saat ini sangatlah tinggi, segala ilmu

pengetahuan sdh dikembangkan untuk menjawab kebutuhan ini. Dalam ilmu

kebumian, petrofisik merupakan salah satu cara untuk mencari batuan atau lapisan

batuan yang memiliki prospek akan adanya hidrokarbon ini. Dengan adanya data

log maka beberapa karakteristik batuan dapat diketahui. Dari hasil itulah maka

dapat dilakukan tindakan yang lebih lanjut.

III. TUJUAN

Beberapa tujuan yang dapat diperoleh dalam pelaksanaan kerja praktek ini,

diantaranya :

1. Mengetahui respon data log yang digunakan untuk menduga batuan

reservoir hidrokarbon.

2. Mencari nilai Rt, Rw, Ф, Sw untuk dilakukannya analisa batuan prospek.

IV. MANFAAT

Dari pelaksanaan Kerja Praktek ini, dapat bermanfaat bagi pengembangan

keilmuaan, Universitas, dan Perusahaan.

1. Bagi Keilmuan, dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan di

bidang industri perminyakan, khususnya dalam analisa petrofisika untuk

hidrokarbon.

2. Bagi Universitas, sebagai instansi yang menciptakan sarjana Geologi

dengan pelaksanaan kerja praktek ini dapat menjadikan sarjana Geologi

yang berwawasan di bidang eksplorasi maupun eksploitasi.

3. Bagi Perusahaan, sebagai sarana untuk menjalin interaksi antara

Perusahaan terkait dan Universitas yang dapat berguna pada saat

membutuhkan sarjana muda di bidang perminyakan.

V. TOPIK KERJA PRAKTEK

Topik kerja praktek diharapkan sesuai dengan bidang yang ditekuni dan

telah diperoleh di bangku kuliah yaitu:

1. Evaluasi Formasi Untuk Menentukan Batuan Reservoir Hidrokarbon

Berdasarkan Data Log.

2. Atau dapat menyesuaikan dengan alternatif topik yang diajukan oleh

Perusahaan dengan mempertimbangkan efektifitas, efisiensi dan

ketersediaan data-data yang ada.

VI. LOKASI KERJA PRAKTEK

Lokasi kerja praktek direncanakan akan dilaksanakan di perusahaan :

Petrochina International (Bermuda) Ltd.

VII. DASAR TEORI

VII.1 Pengertian Well Logging

Well Logging adalah kegiatan merekam karakteristik batuan sebagai

fungsi kedalaman. Ada dua macam pencatatan yang dibedakan menurut waktu

pengambilan data, yaitu :

a. Selama kegiatan pengeboran berjalan.

1. Mud Logging atau Log Mekanis, media pengantarnya adalah

lumpur pemboran.

2. Log While Drilling (LWD).

b. Pencatatan setelah kegiatan pengeboran dihentikan pada target

tertentu, dilakukan dengan media kabel, disebut “wireline log”.

Data-data yang didapat antara lain : resistivitas, porositas, lapisan

permeabel, mud cake pada dinding sumur, sifat radio aktif, sifat rambat suara,

temperatur dan tekanan formasi, tekanan jenis fluida dalam formasi, lithologi,

parameter drilling dan lain-lain.

VII.2 Tujuan Well Logging

Tujuan utama well logging adalah mencari kandungan migas yang bias

diproduksikan secara ekonomis di dalam batuan. Dari hasil well logging dapat

dilakukan :

1. Evaluasi formasi

2. Korelasi antar sumur

3. Deteksi daerah dengan tekanan berlebihan

4. Analisa kualitas semen

5. Pemeriksaan dan pemantuan reservoir

6. Analisa mekanika

7. Pemetaan reservoir

VII.3 Macam – macam Log

1. Resistivity log

Menurut Harsono, 1997 Log resistivity merupakan log elektrik yang

digunakan untuk mengetahui indikasi adanya zona yang mengandung air ataupun

hidrokarbon, zona permeable dan zona berpori. Standar log resistivity seperti deep

laterolog dan induction log menggunakan gelombang elektromagnetik dengan

frekuensi sekitar 35 sampai 20000 Hz. Pada reservoir, nilai konduktifitas

dipengaruhi oleh salinitas dan distribusi dari air formasi yang dikontrol oleh tipe

porositas dan wettability dari formasi.

Dalam dunia industri, log resistivitas lebih banyak digunakan untuk

menentukan indikasi zona yang mengandung air maupun hidrokarbon karena pada

dasarnya matriks ataupun butiran bersifat tidak konduktif sehingga kemampuan

batuan untuk mengalirkan arus merupakan fungsi keterdapatan air dalam batuan

yang berpori. Hidrokarbon seperti halnya matriks batuan yang bersifat tidak

konduktif sehingga keberadaan hidrokarbon pada batuan barakibat pengikatan

resistivitas batuan. Ada 2 tipe log yang digunakan untuk mengukur resistivitas

formasi yaitu log induksi dan log elektroda.

Peralatan log induksi terdiri dari satu atau lebih kumparan pemancar yang

mengirimkan arus bolak-balik berfrekuensi tinggi dengan intensitas konstan.

Medan magnet magnetik bolak-balik yang terbentuk menginduksikan arus

sekunder dalam formasi. Arus sekunder tersebut mengalir dengan tegak lurus

terhadap suhu lubang bor dan menghasilkan medan magnet yang menginduksi

sinyal-sinyal pada kumparan penerima. Sinyal-sinyal yang diterima receiver

sebanding dengan konduktivitas formasi dan berbanding terbalik dengan

resistivitasnya.

Log induksi hanya dapat dioperasikan pada sumur yang diisi non-sal-

saturated drilling muds (Mf > 3 rw) untuk mendapatkan harga Rt yang akurat.

Tipe-tipe log induksi adalah sebagai berikut:

a. Short normal

Log ini mengukur resistivitas pada daerah terinvasi (Rxo)

b. Log induksi

Log induksi di gunakan untuk mengukur resistivitas formasi sesungguhnya

(Rt)

c. Dual induction focused log

Merupakan tipe log induksi modem. Log ini mempunyai tiga peralatan

yang mengukur harga Rt (Rild), Ri (Rilm) dan Rxo (Rils) tipe log tersebut

digunakan untuk formasi-formasi dengan pengaruh invasi lumpur

pemboran yang dalam.

Log laterolog sendiri, terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa log laterolog,

MSFL, Microlog, MLL dan PL:

1. Laterolog

Laterolog didesain untuk mengukur Rt, karena log ini dicatat pada sumur

yang diisi salt water based muds maka penentuan Rt tidak begitu

dipengaruhi oleh invasi.

2. Microspherically Focused Log (MSFL)

MSFL merupakan log elektroda tipe bantalan yang terfokuskan, digunakan

untuk mengukur Rxo (tahanan pada “flushed zone”).

3. Microlog

Microlog merupakan log elektroda tipe bantalan yang terutama digunakan

untuk mendeteksi kerak lumpur. Ada dua pengukuran yang dihasilkan

microlog yaitu mikrolog nomal (kedalam pengukuran 3-4 inchi, mengukur

Rxo) dan micro inverse ( kedalaman pengukuran 1-2 inchi, mengukur

Mc). Adanya kerak lumpur pemboran menunjukkan adanya invasi pada

zona pemeabel. Zona pemeabel dicirikan oleh adanya separasi positif pada

microlog (rxo > Mc).

4. Microlateral Log (MLL) dan Proximity Log (PL)

MLL dan PL merupakan log elektroda tipe bantalan terfokuskan yang

didesain untuk mengukur Rxo. MLL hanya bisa bekerja dalam sumur yang

diisi salt water base muds, sedangkan PL dapat digunakan pada fresh

water base muds.

2. Gamma ray log

Gamma ray log digunakan untuk mengukur kandungan radioaktif yang

terdapat pada batuan. Kandungan dari radioaktif yang terdeteksi akan berada pada

litologi yang berbeda tergantung kandungan mineral yang terdapat didalamnya.

Sehingga gamma ray log ini dapat digunakan untuk mengedintifikasi litologi serta

korelasi zona. Batupasir dan batugamping yang bersih (tanpa shale) mempunyai

konsentrasi radioaktif yang rendah dan memberikan bacaan gamma ray log yang

rendah, seiring dengan meningkatnya shale pada batuan maka bacaan gamma ray

log akan meningkat. Akan tetapi, batupasir yang bersih (dengan kandungan shale

rendah) dapat memberikan bacaan gamma ray yang tinggi jika mengandung

potassium feldspar, mika, glaukonit, ataupun air drngan kandungan uranium yang

tinggi. Spectral gamma ray log tidak hanya merekan jumlah sinar gamma yang

dipancarkan formasi tetapi juga menangkap nilai thorium (th), potassium (K) dan

uranium yang terdapat pada formasi (Haryoko, 2003).

3. Density log

Log densitas merupakan suatu tipe log porositas yang mengukur densitas

elektron suatu formasi. Prinsip pencatatan dari log densitas adalah suatu sumber

radioaktif (cobalt-60 atau cesium-137) yang dimasukkan kedalam lubang bor

mengemisikan sinar gamma ke dalam formasi. Di dalam formasi sinar tersebut

akan bertabrakan dengan elektron dari formasi. Pada setiap tabrakan sinar gamma

akan berkurang energinya (efek Comton Scattering). Sinar gamma yang

terhamburkan dan mencapai detektor pada suatu jarak tertentu dari sumber

dihitung sebagai indikasi densitas formasi. Jumlah tabrakan merupakan fungsi

langsung dari jumlah elektron didalam suatu formasi. Karena itu log densitas

dapat mendeteminasi densitas elektron (jumlah elektron per cm3) formasi

dihubungkan dengan densitas bulk sesungguhnya (ρb) ddalam gr/cc. Harga (ρb)

tergantung dari densitas matrik bantuan, porositas dan densitas fluida pengisi

formasi (Harsono, 1997).

Dalam melakukan evaluasi formasi sumur, log densitas berguna untuk:

Menentukan porositas

Alat-alat pada log densitas dapat mengukur porositas total suatu formasi,

baik porositas primer maupun porositas sekunder.

Identitas Litologi

Litologi dapat dideteminasikan dengan penggabungan log densitas,

neutron, dan sonik dalam “cross plot”, M-N (AK) atau M/D

Identifikasi Kandungan Gas

Adanya gas dalam suatu formasi, dapat dideteksi dengan menggunakan

gabungan log densitas dan log Neutron. Adanya separasi positif (ŕD > ŕN)

yang lebar antara log densitas dan log Neutron menunjukkan kandungan

gas.

Mendeteminasi densitas hidrokarbon

Dengan menggunakan chart CP-10 maka densitas hidrokarbon formasi

dapat ditentukan.

4. Neutron Porosity Log

Log neutron merupakan log porositas yang mengukur konsentrasi ion

hydrogen dalam suatu formasi. Pada formasi yang bersih (bebas dari shale)

dimana porositas terisi oleh air atau minyak maka log neutron akan mengukur

fluida yang mengisi porositas tersebut, sedangkan apabila porositas tersebut terisi

oleh gas maka porositas neutron akan lebih rendah, hal ini terjadi karena

kandungan hydrogen pada gas lebih rendah dibandingkan pada air atau minyak.

Rendahnya porositas neutron pada gas sering disebut efek gas (Harsono, 1997).

Pembacaan nilai porositas neutron bisa sangat bervariasi tergantung pada :

Perbedaan tipe detektor dan apa yang dideteksi (sinar gamma dan

atau neutron dengan energi yang berbeda)

Jarak antara detektor dengan sumber

Lithologi (seperti batupasir, batugamping dan dolomite).

5. Sonic Log

Log Sonik merupakan suatu log yang mengukur interval waktu tempuh

(∆t) dari suatu gelombang suara kompressional untuk melalui satu feet formasi.

Interval waktu letempuh (∆t) dengan satuan mikrodetik per kaki merupakan

kebalikan kecepatan gelombang suara kompressional (satuan feet per detik).

Alat log sonik terdiri dari satu atau lebih pemancar dan dua atau lebih

penerima gelombang. Log sonik digunakan untuk mengevaluasi porositas yang

terisi oleh cairan. Dalam interpretasi seismik, log sonik digunakan untuk

mendapatkan interval kecepatan dan profil kecepatan serta dikalibrasi dengan

seismik. Secara kualitatif, log sonik dapat digunakan untuk menentukan variasi

tekstur (dalam tipe porositas yang sama) dalam pasir dan shale. Hal ini dapat

membantu dalam mengidentifikasi litologi dan mengidentifikasi batuan sumber,

kompaksi normal, overpressure dan zona rekahan. Interval waktu tempuh

dipengaruhi oleh litologi dan porositas batuan. Oleh karena itu interval waktu

tempuh dari formasi harus diketahui untuk mengetahui nilai porositas sonik

(Harsono, 1997) .

Kombinasi dari data log sonik, neutron dan densitas dapat memberikan

indikasi keberadaan rekahan. Dalam hal ini, log sonik dianggap memberikan

informasi porositas matrik dan perbedann antara neutron (atau densitas atau

konbinasi neutron-densitas) dan porositas sonik diinterpretasi sebagai porositas

rekahan, atau dikenal sebagai porositas sekunder. Keterbatasan dari metode ini

yaitu:

Kombinasi dati tiga log ini menghasilkan nilai total dari porositas

sekunder. Porositas rekahan dapat dideteksi hanya jika tidak ada porositas

sekunder tipe lainnya.

Perhitungan total porositas sekunder yang dideteksi akan memberikan nilai

dibawah nilai sebenarnya, hal ini disebabkan pengukuran hanya dilakukan

pada satu sisi lubang bor, maka porositasnya tidak dapat dihitung.

Metoda ini mengindikasikan porositas rekahan semu akibat variasi dari

shale.

Total porositas yang didapat memberikan nilai yang diatas nilai

sebenarnya akibat ketidakteraturan lubang bor.

Harga (∆t) tergantung pada litologi dan porositas. Dalam suatu evaluasi

formasi, log sonik berguna untuk:

Menentukan porositas

Log Sonik dapat mengukur harga porositas primer namun tidak dapat

mengukur porositas sekunder.

Identifikasi litologi

Litologi dapat dideteminasikan dengan penggabungan log densitas,

Neutron dan sonik dalam “cross plot”, M-N (AK) atau M/D.

VII.4 Sifat Petrofisik pada Log

Sifat-sifat petrofisik yang dihasilkan oleh log dan dikorelasikan dengan

analisis core di laboratorium antara lain :

1. Porositas

Porositas : perbandingan rongga terhadap volume batuan (%). Porositas

merupakan representasi dari kemampuan suatu batuan reservoir untuk menyimpan

fluida. Secara matematis porositas didefinisikan sebagai perbandingan ruang

kosong terhadap volume keseluruhan dari suatu batuan:

Porositas merupakan fungsi dari banyak faktor lithologi diantaranya

heterogenitas penyemenan, leaching, kandungan lempung, tipe dari lempung

(swelling atau nonswelling), dan sebagainya. Ada beberapa macam porositas

diantaranya :

a. Porositas Primer

Ruang alami antar butir atau antar kristal yang terbentuk

dalam batuan pada saat konsolidasi, kompaksi, dan sementasi

pada sedimen yang lepas. Porositas primer dapat berkurang

akibat tekanan overburden dari batuan yang berada di atasnya.

Tekanan overburden ini menekan batuan sehingga pori-pori

batuan mengecil dan mengeluarkan sebagian fluida. Proses

sementasi butiran batuan juga dapat mengurangi porositas

primer. Umumnya batupasir menunjukkan tipe porositas ini. Pada

batuan muda, berkurangnya porositas secara eksponensial

terhadap kedalaman. Hubungan metematisnya :

Ø max pada batuan sedimen adalah 40 % dan terendah

0 %. Jika butiran yang mempunyai diameter sama disusun, akan

diperoleh Ø dengan range 25.9 % hingga 47,6 % seperti yang

terlihat pada gambar 2-1 dan Ø dengan variasi ukuran butir

(gambar 1). Dalam batupasir, Ø primer bisa mencapai lebih dari

47%, namun pada umumnya berada pada rentang 5% hingga

27%. Ø shale juga menurun terhadap kedalaman dengan laju

penurunan yang jauh lebih cepat daripada batu pasir. Di

permukaan, lumpur mempunyai Ø sekitar 40%. Jika tekanan

normal, Ø shale pada kedalaman 10.000 kaki mencapai 5%.

Gambar 1. Porositas dipengaruhi variasi ukuran butiran (dari Western Atlas).

b. Porositas Sekunder

Ruang dalam batuan yang terjadi setelah batuan

terbentuk misalnya akibat proses disolusi, rekahan. Porositas ini

akibat pelapukan butiran-butiran batuan oleh asam (contoh pada

limestone) yang menyebabkan naiknya porositas, proses

sementasi sekunder batuan oleh presipitasi material-material

yang larut di air dalam pori batuan, atau air dari sirkulasi yang

menyebabkan turunnya porositas. Leaching dimulai dari bagian

terlemah pada batuan seperti bedding planes, sepanjang joint,

sepanjang rekahan, kemudian menjalar perlahan keseluruh

batuan yang membuat volume pori tambah besar.

Gambar 2. Porositas yang berbeda-beda tergantung susunan butiran batuan (dari

Western Atlas).

Dari ke dua jenis porositas tersebut dapat dibagi menjadi:

- Porositas Absolut

Porositas absolut adalah persentase dari ruang kosong terhadap volume

bulk batuan. Porositas absolut merupakan porositas total atau total ruang

kosong yang tersedia dalam batuan.

- Porositas Efektif

Porositas efektif adalah persentase dari volume pori yang berhubungan

satu sama lain terhadap volume bulk. Porositas efektif menunjukkan

indikasi kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida melalui saluran

pori-pori yang berhubungan. Ini berarti bahwa nilai porositas efektif akan

sama atau lebih kecil dari nilai porositas absolut. Gambar 3 adalah contoh

porositas efektif dan non efektif.

Gambar 3. Porositas efektif, non-efektif, dan total (dari Western Atlas).

Porositas dipengaruhi oleh:

Ukuran butir : Ukuran butir yang besar memiliki porositas yang lebih

tinggi dengan range 0.35 – 0.4 daripada ukuran butir yang kecil.

Bentuk butir : Bentuk butir yang seragam memiliki porositas lebih tinggi

daripada bentuk butir yang tidak seragam.

Material semen : batuan yang matriksnya tersemen oleh silica atau

kalsareus memiliki porositas yang rendah.

2. Permeabilitas (K)

Permeabilitas (K) : Kemampuan batuan untuk meloloskan fluida (Darcy).

Hukum Darcy yang mendefinisikan aliran fluida dalam media berpori diturunkan

secara empiris yaitu:

Dengan :

Qf = Laju alir fluida, cm3/sec

A = Luas penampang media berpori, cm2

μ = Viskositas fluida, cps

ΔP = P1 – P2 = Perbedaan tekanan, atm

L = Panjang dari media berpori, cm

K = Permeabilitas, Darcy

Gambar 4 adalah beberapa variabel yang dapat mempengaruhi

permeabilitas vertikal dan horizontal.

Gambar 4. Permeabilitas dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran butiran (dari

Western Atlas).

Umumnya semakin besar porositas maka permeabilitas juga semakin

besar, meskipun anggapan ini tidak selalu benar.

a. Permeabilitas Absolut : Kemampuan batuan meloloskan satu jenis

fluida yang 100% jenuh oleh fluida tersebut.

b. Permeabilitas Efektif : Kemampuan batuan meloloskan satu macam

fluida bila terdapat dua macam fluida yang immiscible. Permeabilitas

efektif lebih kecil daripada permeabilitas absolut.

c. Permeabilitas Relatif : Perbandingan antara permeabilitas efektif dan

absolut. Semakin besar saturasi air maka permeabilitas relatif air akan

membesar sebaliknya permeabilitas relatif minyak akan mengecil

hingga nol yaitu pada saat Sw = Swc (Critical water saturation).

Laju alir air dan minyak merupakan fungsi dari viskositas

dan permeabilitas relatif, seperti pada persamaan berikut :

Permeabilitas fracture dapat dianggap sebagai fungsi dari lebar fracture. K =

50.000.000 x lebar2 dimana k = Permeabilitas (Darcy) dan lebar dalam inch.

Hubungan permeabilitas dengan porositas :

Biasanya penambahan porositas diikuti dengan penambahan permeabilitas.

Batuan yang tua dan kompak porositas dan permeabilitasnya kecil.

Dolomitisasi menambah nilai porositas dan permeabilitas.

Permeabilitas dipengaruhi juga oleh besar, bentuk dan hubungan antar

butir.

3. Saturasi Air

Saturasi Air : Persentase volume pori batuan yang terisi air formasi (%).

Biasanya ruang pori tersebut diisi oleh air ataupun minyak dan gas, namun bisa

juga kombinasi ketiganya. Umumnya reservoir memiliki saturasi air 20% atau

lebih yang berarti 20 % pori-pori diisi oleh air dan 80 % diisi oleh fluida lain.

Secara umum reservoir yang dianggap komersil/ekonomis harus memiliki saturasi

air lebih kecil dari 60%.

Dalam batuan granular terdapat hubungan antara irreducible water saturation,

porositas, dan permeabilitas (gambar 5). Saturasi Air Irreducible (Sw irr) : Saturasi

air dimana seluruh cairan tertahan dalam batuan karena tekanan kapiler.

Gambar 5. Diagram yang menggambarkan hubungan antara irreducible water

saturation, porositas, dan permeabilitas.

4. Resistivitas

Resistivitas : Daya tahan batuan terhadap arus (Ω-meter). Air destilisasi

mempunyai resistivitas di atas 106 ohm meter, berbeda dengan air yang tersaturasi

dengan garam mempunyai resistivitas kurang dari 0.1 ohm meter. Salinitas pada

well logging dinyatakan dalam satuan part per million (ppm). Air laut memiliki

salinitas 30.000 – 35.000 ppm. Larutan garam pada suhu kamar memiliki salinitas

sekitar 250.000 ppm atau sekitar 25 % berat.

Resistivitas dari Cairan

Air garam dengan resistivitas = Rw (ohm-m)

Resistivitas dari Batuan Basah

Butiran tak konduktif dicampur air garam dengan resistivitas = Rw (ohm-m)

Terdapat beberapa macam hal yang perlu kita ketahui dalam melakukan

analisis petrofisika yaitu diantaranya adalah koreksi pengaruh lubang bor,

penentuan porositas, penentuan volume shale, penentuan Rw, penentuan Rt,

penentuan Rxo, penentuan Sw.

1. Koreksi Pengaruh Lubang Bor

Melakukan koreksi terhadap data logging. Data perlu dikoreksi karena

adanya perbedaan atau penyimpangan dari keadaan yang sebenamya. Hal ini

disebabkan oleh kondisi sumur yang diametemya tidak seragam, pengaruh lumpur

pemboran dan lain sebagainya. Penyesuaian harus dilakukan pada pengukuran log

untuk mengembalikannya pada kondisi standard, yang sesuai dengan peralatan

yang digunakan.

Dalam melakukan koreksi terdapat beberapa macam log yang perlu

dikoreksi serta dalam melakukan koreksi dibutuhkan data log, data lubang sumur

atau data caliper serta data lumpur. Data-data yang harus dikoreksi diantaranya

adalah:

Koreksi Gamma Ray terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Deep Induction Log terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Deep Laterolog terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Laterolog7 terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Medium Induction Log terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Medium Laterolog (LLS) terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi 16” nomal (R16) terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Spherically Focused Log (SFL) terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Micro-Spherically Focused Log terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Micro-Laterolog (MLL) terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Compensated Neutron Log terhadap Efek Lubang Sumur.

Koreksi Fomation Density Compensated terhadap Lubang Sumur.

Koreksi Invasi untuk Induction Logs.

Koreksi Invasi untuk Laterologs.

Perhitungan Diameter Invasi Induction Log.

Perhitungan Diameter Invasi Laterologs

2. Penentuan Porositas

Porositas didefinisikan sebagai volume pori-pori persatuan volume dari

suatu formasi. Nilai porositas dari suatu formasi dapat ditentukan dari log neutron,

densitas dan sonik.

Adapun perhitungan mencari harga porositas adalah sebagai berikut:

a. Metode Log Densitas

Untuk formasi yang bersih berlaku persamaan (Haryoko, op.cit, Asep,

2010):

Untuk formasi lempungan berlaku persamaan:

ΦD : porositas dari log densitas

ρma : densitas matrik batuan (2.65 batupasir, 2.71 batugamping, 2.87

dolomit)

ρf : densitas cairan lumpur (1 lumpur tawar, 1.1 lumpur garam)

ρb : densitas bulk formasi

ΦDLP : Porositas densitas formasi lempung

Vlp : Volume lempung dalan formasi

b. Metode Log Neutron

Untuk formasi bersih lempung harga porositas dapat dibaca dari log

kemudian dikoreksi terhadap jenis litologi. Untuk formasi lempungan harga

tersebut diatas harus dikoreksi dengan persamaan:

ΦNc : porositas neutron terkoreksi

ΦNIp : porositas neutron zona lempungan

Vlp : volume lempung

c. Metode Log Sonik

Untuk formasi bersih, harga menggunakan persamaan dari Wyllie vida

Krygowki, 1986 atau Hunt-Raymer, 1986:

Untuk formasi lempungan harga tersebut diatas harus dikoreksi terhadap

volume dengan persamaan:

ΦS : porositas sonik zona yang diteliti

∆t : waktu tempuh gelombang suara dalam matriks batuan

∆tma : waktu tempuh gelombang suara dalam matriks batuan (51.5 –

55.5 batupasir, 49.0 batugamping, 13.5 dolomit)

Bcp : koreksi kompaksi

ΦSc : porositas sonik terkoreksi

ΦSlp : porositas sonik dari zona lempung

Vlp : volume lempung

3. Penentuan Volume Shale

Menentukan jenis dan volume shale (Clay, VSH) di dalam batuan pasir.

Jumlah shale perlu ditentukan karena shale dapat menyebabkan penimpangan

pembacaan log, yang akan dapat menyebabkan kesalahan interpretasi (Harsono,

1997).

a. Metode Gamma Ray

Log GR dapat digunakan untuk menentukan kandungan lempung dari

suatu formasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Uranium, Thorium dan

Potassium sebagian besar terkonsentrasi dalam mineral lempung.

Vsh : volume lempung.

GR log : harga kurva GR formasi (dibaca dari log GR).

GR min : harga log GR minimum (zona bersih).

GR max : harga log GR maksimum (lempung).

b. Metode Spontaneous Potential

Log SP juga dapat digunakan dalam menentukan kandungan shale dengan

menggunakan persamaan sebagai berikut:

Dimana:

c. Metode Log Neutron

Baca harga porositas Neutron Log pada lapisan shale di dekatnya (ΦNSH)

dan pada lapisan yang bersangkutan (ΦN), lalu dengan menggunakan persamaan di

bawah bisa ditentukan harga kandungan shale.

d. Metode Log Neutron dan Densitas

Baca harga rata-rata porositas neutron ΦN lapisan yang bersangkutan, baca

harga rata-rata porositas densitas ΦD dari lapisan yang bersangkutan, baca harga

porositas neutron rata-rata lapisan shale ΦNsh yang terdekat, baca harga rata-rata

porositas densitas lapisan shale ΦDsh yang terdekat lalu hitung kandungan shale

dengan menggunakan persamaan di bawah ini:

4. Penentuan Resistivitas Air Formasi (Rw)

Penentuan harga tahanan listrik air formasi (fomation water resistivity)

perlu dilakukan dengan seksama mengingat perannya sebagai parameter penentu

pada perhitungan saturasi air, yang pada gilirannya akan menunjukkan ada

tidaknya prospek hidrokarbon. Segala cara harus dilakukan untuk menjamin

keakuratan penentuan ini, temasuk diantaranya meneliti contoh air yang didapat

langsung dari uji kandung lapisan maupun uji produksi .

Tahanan jenis air formasi merupakan tahanan jenis air yang terdapat dalam

formasi sebelum formasi tersebut ditembus oleh bit pemboran. Air yang terdapat

didalam formasi sebelum ditembus oleh bit pemboran ini sering disebut connate

wáter (Harsono, 1997).

Tahanan jenis air formasi (Rw) dapat ditentukan dengan berbagai cara :

a. Metode Rwa

Dalam suatu zona yang bersih berlaku:

Rw : tahanan jenis air formasi

Rt : tahanan formasi yang sesungguhnya

α : turtuosity (0.81 untuk batuan lunak, 1 batuan keras)

m : faktor sementasi

b. Metode Sontaneous Potential

Dalam suatu zona bersih yang basah berlaku:

SP : harga kurva SP dari formasi

K : suhu (faktor dasar)

Mfe : ekuivalen tahanan jenis cairan Lumpur

Rwe : ekuivalen tahanan jenis air formasi

Adapun prosedur penentuan harga Rw dengan metode SP adalah sebagai

berikut:

Memilih suatu zona yang bersih lempung, basah (ditunjukan oleh harga Rt

yang sama atau hampir sama dengan harga Rxo) dan bersifat sarang.

Melakukan pembacaan nilai kurva SP pada kedalaman dimana terjadi

defleksi maksimum dari zona yang telah dipilih.

Menentukan suhu formasi pada kedalaman dimana terjadi defleksi

maksimum kurva SP dengan menggunakan chart Schlumberger Gen-6

atau dengan persamaan:

Tf : suhu formasi

Ts : suhu pemukaan

Df : kedalaman formasi

Dmax : kedalaman maksimum pemboran

Tmax : suhu maksimum

Melakukan konversi harga Mf dari suhu pemukaan ke dalam suhu formasi

dengan menggunakan chart Schlumberger Gen-9 atau dengan persamaan:

Mf : tahanan jenis formasi yang dicari

Rt : tahanan jenis pada suhu tertentu harganya sudah diketahui

Tmax : suhu formasi

Tt : suhu tertentu yang sudah diketahui

Melakukan konversi harga Mf pada suhu formasi kedalam harga Mfeq.

Dalam konversi ini berlaku ketentuan:

1. Jika Mf pada suhu 75o F > 0.1 ohm - m, berlaku Mfeq = 0.85 Mf

2. Jika harga Mf pada suhu 75° lebih kecil atau sama dengan 0,1 ohm-m,

langsung digunakan chart SWS SP - 1 akan didapatkan harga Rweq.

Dengan menggunakan harga SP, suhu formasi dan Mfeq, yaitu dengan

memasukan harga-harga tersebut kedalam chart SWS SP-1 akan

didapatkan harga Rweq.

Mengkonversikan harga Rweq ke dalam harga Rw dengan menggunakan

chart SWS SP-2.

Dengan menggunakan chart Gen - 9 atau dengan persamaan seperti di atas

akan didapatkan harga Rw pada suhu yang dikehendaki.

c. Rw dari test produksi

Pada metode ini harga Rw ditentukan dengan cara mengukur secara

langsung tahanan jenis air formasi.

d. Rw ditentukan dari harga yang sudah diketahui

Pada metode ini harga tahanan jenis air formasi dari suatu sumur

ditentukan dengan melihat harga tahanan jenis air dari sumur yang berdekatan

yang telah diketahui harga tahanan jenis air formasi.

5. Penentuan Rt

Dari semua parameter yang dihasilkan log listrik, yang paling sulit diukur

yaitu tahanan daerah yang belum terinvasi Rt, karena semua pengukuran tahanan

dipengaruhi oleh tahanan lapisan di sekitamya dan oleh tahanan zona terinvasi

yang terletak dekat dengan lingkaran dinding dalam lubang bor. Umumnya R t

dihitung dari kombinasi tahanan dangkal, sedang dan dalam yang diperoleh dari

penyidik induksi dan laterolog. Pilihan peralatan tahanan yang dipakai pada

operasi logging tergantung pada tahanan batuan dan tahan lumpur.

Dari sisi peralatan log grafik pada Gambar 6. berikut dapat menjadi

panduan pemilihan tipe log yang cocok dengan lumpur pemboran yang

digunakan.

Gambar 6. Diagram panduan pemilihan tipe log untuk mendapatkan harga Rt

yang tepat pada berbagai macam lumpur pemboran.

Tahanan jenis formasi (Rt), merupakan harga tahanan jenis dari formasi

yang cukup jauh dari lubang bor dan tidak terpengaruh oleh pemboran atau invasi,

sehingga tahanan jenis tersebut merupakan harga yang actual. Harga tahanan jenis

ini dapat langsung dibaca pada log tahanan jenis dengan alat yang dalam

(LLD/Laterolog deep) atau dari log induksi (ILD/Induction Log Deep).

6. Penentuan Rxo

Alat pengukur tahanan listrik zona terinvasi atau microresistivity

menggunakan prinsip laterolog yang didesain khusus untuk jangkauan penyidikan

dangkal. Proses invasi dan pengukuran kuantitatif tahanan listrik zona terinvasi

Rxo merupakan parameter kunci untuk interpretation log lengkap yang mengarah

pada identifikasi adanya hidrokarbon. Beberapa manfaat pengetahuan tentang Rxo

diantaranya:

Diperlukan untuk penentuan tahanan listrik formasi Rt dengan akurat.

Mendeteksi adanya mud cake, karena adanya mud cake bisa membantu

identifikasi zona pemeabel.

Beberapa metode interpretasi untuk menghitung saturasi air Sw dan

jauhnya invasi menggunakan rasio Rxo/Rt

Harga tahanan jenis dari zona terusir (Rxo) ini dapat dibaca pada log

MSFL (Microsphericaly Focused Log) atau dari Log MLL (Mikro Laterolog).

7. Kejenuhan Air Zona Terusir (Sxo)

Kejenuhan air pada zona terusir dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan sebagai berikut (Pertamima, 2003) :

Sxo : kejenuhan air zona terusir

Rxo : tahanan jenis air formasi

Φ I : porositas rata-rata setelah dikoreksi terhadap zona lempung

Rmf : tahanan jenis cairan lumpur

a : faktor pembanding (1 batugamping, 0.8 batupasir)

Atau dengan persamaan Persamaan modifikasi Simandoux, 1986:

Φe : porositas efektif dari formasi

Φe : ΦDc = ΦD - (ΦDIp x Vlp)

Φe : ΦNc = ΦN – (ΦNlp x Vlp)

m : faktor sementasi (2 untuk batuan keras)

8. Kejenuhan Air Formasi (Sw)

Harga kejenuhan air formasi dapat ditentukan dengan menggunakan

persamaan Dari Schlumberger (1972) atau dari persamaan Modifikasi Simandoux

(1986), seperti berikut:

Rt : tahanan jenis formasi

Φ : kesarangan yang sesungguhnya

Rw : tahanan jenis air formasi

Adapun cara untuk mencari harga kesarangan sesungguhnya dengan

menggunakan persamaan:

Φ = Φ I - ∆ Φ. Φ I

∆ Φ : 0.10 Shr

Shr : 1 – Sxo

Φ = Φ I - ∆ Φ. Φ I

= Φ I. (1 - ∆ Φ)

= Φ I. (1 – 0.10 Shr)

Φ : kesarangan sesungguhnya

Φ I : kesarangan rata-rata dari log neutron dan log densitas

∆ Φ : harga sesungguhnya

Shr : harga kejenuhan hidrokarbon sisa

Selain menggunakan persamaan Schlumberger (1972), untuk menentukan

harga kejenuhan air formasi dapat juga dengan menggunakan persamaan

modifikasi Simandoux (Krygowski, 1986) seperti berikut:

a : faktor perbandingan

Φ e : porositas efektif

m : faktor sementasi (m=2)

Selain itu, untuk daerah dengan formasi lempungan dapat digunakan

persamaan Indonesia sebagai berikut:

Dengan mendapatkan harga Sw dan Sxo, maka akan dapat ditentukan

parameter-parameter indeks mobilitas hidrokarbon, kejenuhan hidrokarbon dan

volume hidrokarbon yang dapat bergerak.

9. Indeks Mobilitas Hidrokarbon

Harga indeks mobilitas hidrokarbon yang terakumulasi dalam suatu

formasi dapat ditentukan dari harga Sw dan Sxo, yaitu merupakan harga

perbandingan dari Sw/Sxo. Jika didapatkan.

Sw/Sxo = 1, maka minyak yang terdapat di dalam batuan reservoir

temasuk minyak yang tidak dapat bergerak.

Sw/Sxo < 1, maka temasuk hidrokarbon yang dapat bergerak (moveable

hidrokarbon), dan suatu akumulasi hidrokarbon akan komersial jika Sw/Sxo < 0.7.

Konsep hidrokarbon bergerak (moved hidrokarbon) ini lebih baik

digunakan untuk reservoir-reservoir minyak daripada reservoir-reservoir gas

(Schlumberger, 1985 -1986).

10. Kejenuhan Hidrokarbon Bergerak

Dalam suatu sumur hidrokarbon, seluruh cadangan hidrokarbon di dalam

reservoar-reservoar tidak dapat dikeluarkan semua, ada hidrokarbon yang tersisa

di dalam formasi. Kejenuhan hidrokarbon sisa pada pada terusir dirumuskan

sebagai :

Kejenuhan hidrokarbon yang dapat bergerak adalah sebesar kejenuhan

hidrokarbon (Sh) dari formasi dikurangi harga kejenuhan sisa (Shr) atau sama

dengan harga kejenuhan air pada zona terusir (Sxo) dikurangi harga kejenuhan

formasi (Sw).

11. Volume Hidrokarbon Bergerak

Dengan mengetahui harga kejenuhan hidrokarbon yang dapat bergerak,

akan dapat ditentukan juga besarnya volume hidrokarbon yang dapat naik ke

permukaan. Volume hidrokarbon yang dapat naik kepermukaan dirumuskan:

V : volume hidrokarbon yang dapat bergerak

Φ : porositas sesungguhnya

Sxo : kejenuhan air pada zona tertembus

Sw : kejenuhan air formasi

Sh : kejenuhan hidrokarbon

Shr : kejenuhan hidrokarbon sisa

Dengan mengetahui presentase volume hidrokarbon yang dapat bergerak

ini, akan dapat diketahui ekonomis tidaknya suatu cadangan hidrokarbon dalam

reservoir.

VIII. METODOLOGI

Pada penelitian dalam mengidentifikasi zona hidrokarbon tersebut,

dilakukan beberapa tahapan yang secara garis besar ditunjukkan oleh diagram alir

penelitian berikut :

Gambar 7. Diagram alir penelitian

IX. WAKTU PELAKSANAAN

Waktu pelaksanaan kerja praktek ini dapat disesuaikan oleh pihak

perusahaan Petrochina International (Bermuda) Ltd. dan ditargetkan berlangsung

selama 4 minggu dengan rencana kegiatan yang diusulkan, yaitu:

JENIS KEGIATANMINGGU

1 2 3 4

Studi Literatur

Pengumpulan Data

Pengolahan data, Analisis dan Diskusi

Pembuatan Laporan

Presentasi dan Evaluasi

X. PERALATAN DAN FASILITAS

Beberapa peralatan dan fasilitas pendukung yang dibutuhkan dalam

kegiatan kerja praktek ini, yaitu:

Peralatan:

1. Literatur yang terkait.

2. Data Log.

3. Seperangkat komputer (PC).

4. Peralatan lain yang menunjang Kerja Praktek (KP).

Fasilitas:

1. Akses ke perpustakaan.

2. Akses ke internet.

XI. PEMBIMBING

Untuk pembimbing lapangan diharapkan dapat disediakan oleh

Petrochina International (Bermuda) Ltd, sedangkan untuk pembimbing di

kampus oleh Dosen di Program Studi Teknik Geologi Universitas Sekolah Tinggi

Teknologi Yogyakarta.

XII. LAPORAN

Semua hasil pengolahan data selama kerja praktek akan disusun dalam

bentuk laporan tertulis yang akan dilaporkan kepada Petrochina International

(Bermuda) Ltd. dan kemudian diberikan pengesahan sebagai bukti telah

menempuh mata kuliah wajib kerja praktek sebanyak 2 sks.

XIII. PENUTUP

Kesempatan yang diberikan pada mahasiswa dalam melakukan kerja

praktek di Petrochina International (Bermuda) Ltd akan menambah wawasan

dalam perkembangan di bidang perminyakan. Pada kesempatan ini mahasiswa

yang bersangkutan akan memanfaatkan seoptimal mungkin kesempatan yang

telah diberikan serta hasil dari kerja praktek (KP) ini dibuat dalam bentuk laporan.

Semoga akan selalu terjalin hubungan kerjasama yang baik dan saling

menguntungkan antara lembaga Perguruan Tinggi dalam hal ini Universitas

Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta dengan pihak perusahaan

dalam hal ini Petrochina International (Bermuda) Ltd.

DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, Ordas, 2008, Estimasi Cadangan Hidrokarbon Pada Batuan Reservoir

Bersih Menggunakan Metode Interpretasi Dan Analisa Log, Jurusan

Fisika FMIPA, UNILA.

Harsono, Adi, 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log. Schlumberger Oilfield

Service, Jakarta.

Saeful, Asep Ma’arif, 2010, Analisis Sifat Kesekatan Sesar Pada Perangkap

Struktur Berdasarkan Data Log Dan Seismik Lapangan “Asp” Formasi

Pendopo Cekungan Sumatera Selatan, Yogyakarta

CURICULUM VITAE

Nama : Ega Hersanta Prasetya

Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 11 Oktober 1992

Agama : Islam

Kewarganegaraan : Indonesia

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Tinggi dan Berat Badan : 180 cm dan 60 kg

Status : Belum Menikah

Alamat Yogyakarta : Sagan Gk V/839 RT 42 RW 8 Gondokusuma Yogyakarta.

Alamat Orang Tua : Sagan Gk V/839 RT 42 RW 8 Gondokusuman Yogyakarta.

Telp./Hp : 087746548566

E-mail : [email protected]

Pekerjaan : Mahasiswa

Pendidikan Formal

2011-sekarang : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral

Universitas Sekolah Tinggi Teknologi Nasional

Yogyakarta

2011 : SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta

2008 : SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta

2005 : SD Negeri Ungaran 2 Yogyakarta

Pengalaman Organisasi

( 2011)Member of ALBHAMA SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Community

( 2011)Member of HMTG BUMI STTNas Yogyakarta

( 2011)Member of UKM Merpatih Putih STTNas Yogyakarta

( 2013)Member of SM IAGI STTNas Yogyakarta

Periode 2012 – 2013 : Divisi Kerohanian, Himpunan Mahasiswa

Teknik Geologi “BUMI” Yogyakarta.

Pengalaman

Ekskursi Petrologi Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta.

(2014)Assistant of research “Kaitan antar a aspek litologi produk erupsi

G.Merapi berupa endapan awan panas (megaskopis, mikroskopis, dan

geokimia) dengan pr ediksi perilaku erupsi G. Merapi mendatang”

(2014)Numerator and assistant geologist of “Measured section on kali

ngalang,Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta” Dr.Hita

Pandita Project

21 Februari - 02 Maret 2013 Kuliah Lapangan 1 di Kecamatan Kalibawang

dan Sekitarnya, Kab Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta

11 Agustus – 27 agustus 2014 Kuliah Lapangan 2 di Kecamatan Bayat dan

Sekitarnya, Kab Klaten, Daerah Istimewa Yogyakarta

2012-2013 : Asisten Dosen Kristal dan Mineral dan Petrologi

Demikian daftar riwayat hidup di atas adalah benar dan dapat di-

pertanggungjawabkan kebenarannya.

Yogyakarta, 20 Oktober 2014

Ega Hersanta Prasetya