ega hersanta.docx
TRANSCRIPT
PERMOHONAN KERJA PRAKTEK
DIAJUKAN KEPADA
PETROCHINA INTERNATIONAL (BERMUDA) Ltd.
JAMBI SELATAN
OLEH :
EGA HERSANTA PRASETYA
410011132
DI LENGKAPI DENGAN :
1. Surat Permohonan Kerja Praktek
2. Proposal Kerja Praktek
3. Daftar Riwayat Hidup
4. Transkrip Nilai
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
DIAJUKAN KEPADA
PETROCHINA INTERNATIONAL (BERMUDA) Ltd.
JAMBI SELATAN
Disusun Oleh :
EGA HERSANTA PRASETYA
410011132
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI
FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI NASIONAL
YOGYAKARTA
2014
LEMBAR PENGESAHAN
PROPOSAL KERJA PRAKTEK
Diajukan untuk memperoleh Kerja Praktek di Petrochina International
(Bermuda) Ltd, sebagai salah satu syarat kelulusan di Jurusan Teknik Geologi, Fakultas
Teknologi Mineral, Universitas Sekolah Tinggi Teknologi Yogyakarta tahun akademik
2014/2015.
Diajukan Oleh :
Nama : Ega Hersanta Prasetya
NIM : 410011132
Prodi : Teknik Geologi
Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta.
Yogyakarta, 20 Oktober 2014
Mahasiswa Dosen Pembimbing
Ega HersantaP Ir. Setyo Pambudi , MT.
NIM. 410011132 NIK.19730058
Ketua Jurusan Teknik Geologi
STTNAS Yogyakarta
Winarti,ST.MT
NIK.19730134
EVALUASI FORMASI UNTUK MENENTUKAN BATUAN RESERVOIR HIDROKARBON BERDASARKAN DATA LOG
I. PENDAHULUAN
II. LATAR BELAKANG
Kebutuhan akan bahan bakar fosil saat ini sangatlah tinggi, segala ilmu
pengetahuan sdh dikembangkan untuk menjawab kebutuhan ini. Dalam ilmu
kebumian, petrofisik merupakan salah satu cara untuk mencari batuan atau lapisan
batuan yang memiliki prospek akan adanya hidrokarbon ini. Dengan adanya data
log maka beberapa karakteristik batuan dapat diketahui. Dari hasil itulah maka
dapat dilakukan tindakan yang lebih lanjut.
III. TUJUAN
Beberapa tujuan yang dapat diperoleh dalam pelaksanaan kerja praktek ini,
diantaranya :
1. Mengetahui respon data log yang digunakan untuk menduga batuan
reservoir hidrokarbon.
2. Mencari nilai Rt, Rw, Ф, Sw untuk dilakukannya analisa batuan prospek.
IV. MANFAAT
Dari pelaksanaan Kerja Praktek ini, dapat bermanfaat bagi pengembangan
keilmuaan, Universitas, dan Perusahaan.
1. Bagi Keilmuan, dapat membantu mengembangkan ilmu pengetahuan di
bidang industri perminyakan, khususnya dalam analisa petrofisika untuk
hidrokarbon.
2. Bagi Universitas, sebagai instansi yang menciptakan sarjana Geologi
dengan pelaksanaan kerja praktek ini dapat menjadikan sarjana Geologi
yang berwawasan di bidang eksplorasi maupun eksploitasi.
3. Bagi Perusahaan, sebagai sarana untuk menjalin interaksi antara
Perusahaan terkait dan Universitas yang dapat berguna pada saat
membutuhkan sarjana muda di bidang perminyakan.
V. TOPIK KERJA PRAKTEK
Topik kerja praktek diharapkan sesuai dengan bidang yang ditekuni dan
telah diperoleh di bangku kuliah yaitu:
1. Evaluasi Formasi Untuk Menentukan Batuan Reservoir Hidrokarbon
Berdasarkan Data Log.
2. Atau dapat menyesuaikan dengan alternatif topik yang diajukan oleh
Perusahaan dengan mempertimbangkan efektifitas, efisiensi dan
ketersediaan data-data yang ada.
VI. LOKASI KERJA PRAKTEK
Lokasi kerja praktek direncanakan akan dilaksanakan di perusahaan :
Petrochina International (Bermuda) Ltd.
VII. DASAR TEORI
VII.1 Pengertian Well Logging
Well Logging adalah kegiatan merekam karakteristik batuan sebagai
fungsi kedalaman. Ada dua macam pencatatan yang dibedakan menurut waktu
pengambilan data, yaitu :
a. Selama kegiatan pengeboran berjalan.
1. Mud Logging atau Log Mekanis, media pengantarnya adalah
lumpur pemboran.
2. Log While Drilling (LWD).
b. Pencatatan setelah kegiatan pengeboran dihentikan pada target
tertentu, dilakukan dengan media kabel, disebut “wireline log”.
Data-data yang didapat antara lain : resistivitas, porositas, lapisan
permeabel, mud cake pada dinding sumur, sifat radio aktif, sifat rambat suara,
temperatur dan tekanan formasi, tekanan jenis fluida dalam formasi, lithologi,
parameter drilling dan lain-lain.
VII.2 Tujuan Well Logging
Tujuan utama well logging adalah mencari kandungan migas yang bias
diproduksikan secara ekonomis di dalam batuan. Dari hasil well logging dapat
dilakukan :
1. Evaluasi formasi
2. Korelasi antar sumur
3. Deteksi daerah dengan tekanan berlebihan
4. Analisa kualitas semen
5. Pemeriksaan dan pemantuan reservoir
6. Analisa mekanika
7. Pemetaan reservoir
VII.3 Macam – macam Log
1. Resistivity log
Menurut Harsono, 1997 Log resistivity merupakan log elektrik yang
digunakan untuk mengetahui indikasi adanya zona yang mengandung air ataupun
hidrokarbon, zona permeable dan zona berpori. Standar log resistivity seperti deep
laterolog dan induction log menggunakan gelombang elektromagnetik dengan
frekuensi sekitar 35 sampai 20000 Hz. Pada reservoir, nilai konduktifitas
dipengaruhi oleh salinitas dan distribusi dari air formasi yang dikontrol oleh tipe
porositas dan wettability dari formasi.
Dalam dunia industri, log resistivitas lebih banyak digunakan untuk
menentukan indikasi zona yang mengandung air maupun hidrokarbon karena pada
dasarnya matriks ataupun butiran bersifat tidak konduktif sehingga kemampuan
batuan untuk mengalirkan arus merupakan fungsi keterdapatan air dalam batuan
yang berpori. Hidrokarbon seperti halnya matriks batuan yang bersifat tidak
konduktif sehingga keberadaan hidrokarbon pada batuan barakibat pengikatan
resistivitas batuan. Ada 2 tipe log yang digunakan untuk mengukur resistivitas
formasi yaitu log induksi dan log elektroda.
Peralatan log induksi terdiri dari satu atau lebih kumparan pemancar yang
mengirimkan arus bolak-balik berfrekuensi tinggi dengan intensitas konstan.
Medan magnet magnetik bolak-balik yang terbentuk menginduksikan arus
sekunder dalam formasi. Arus sekunder tersebut mengalir dengan tegak lurus
terhadap suhu lubang bor dan menghasilkan medan magnet yang menginduksi
sinyal-sinyal pada kumparan penerima. Sinyal-sinyal yang diterima receiver
sebanding dengan konduktivitas formasi dan berbanding terbalik dengan
resistivitasnya.
Log induksi hanya dapat dioperasikan pada sumur yang diisi non-sal-
saturated drilling muds (Mf > 3 rw) untuk mendapatkan harga Rt yang akurat.
Tipe-tipe log induksi adalah sebagai berikut:
a. Short normal
Log ini mengukur resistivitas pada daerah terinvasi (Rxo)
b. Log induksi
Log induksi di gunakan untuk mengukur resistivitas formasi sesungguhnya
(Rt)
c. Dual induction focused log
Merupakan tipe log induksi modem. Log ini mempunyai tiga peralatan
yang mengukur harga Rt (Rild), Ri (Rilm) dan Rxo (Rils) tipe log tersebut
digunakan untuk formasi-formasi dengan pengaruh invasi lumpur
pemboran yang dalam.
Log laterolog sendiri, terdiri dari beberapa jenis yaitu berupa log laterolog,
MSFL, Microlog, MLL dan PL:
1. Laterolog
Laterolog didesain untuk mengukur Rt, karena log ini dicatat pada sumur
yang diisi salt water based muds maka penentuan Rt tidak begitu
dipengaruhi oleh invasi.
2. Microspherically Focused Log (MSFL)
MSFL merupakan log elektroda tipe bantalan yang terfokuskan, digunakan
untuk mengukur Rxo (tahanan pada “flushed zone”).
3. Microlog
Microlog merupakan log elektroda tipe bantalan yang terutama digunakan
untuk mendeteksi kerak lumpur. Ada dua pengukuran yang dihasilkan
microlog yaitu mikrolog nomal (kedalam pengukuran 3-4 inchi, mengukur
Rxo) dan micro inverse ( kedalaman pengukuran 1-2 inchi, mengukur
Mc). Adanya kerak lumpur pemboran menunjukkan adanya invasi pada
zona pemeabel. Zona pemeabel dicirikan oleh adanya separasi positif pada
microlog (rxo > Mc).
4. Microlateral Log (MLL) dan Proximity Log (PL)
MLL dan PL merupakan log elektroda tipe bantalan terfokuskan yang
didesain untuk mengukur Rxo. MLL hanya bisa bekerja dalam sumur yang
diisi salt water base muds, sedangkan PL dapat digunakan pada fresh
water base muds.
2. Gamma ray log
Gamma ray log digunakan untuk mengukur kandungan radioaktif yang
terdapat pada batuan. Kandungan dari radioaktif yang terdeteksi akan berada pada
litologi yang berbeda tergantung kandungan mineral yang terdapat didalamnya.
Sehingga gamma ray log ini dapat digunakan untuk mengedintifikasi litologi serta
korelasi zona. Batupasir dan batugamping yang bersih (tanpa shale) mempunyai
konsentrasi radioaktif yang rendah dan memberikan bacaan gamma ray log yang
rendah, seiring dengan meningkatnya shale pada batuan maka bacaan gamma ray
log akan meningkat. Akan tetapi, batupasir yang bersih (dengan kandungan shale
rendah) dapat memberikan bacaan gamma ray yang tinggi jika mengandung
potassium feldspar, mika, glaukonit, ataupun air drngan kandungan uranium yang
tinggi. Spectral gamma ray log tidak hanya merekan jumlah sinar gamma yang
dipancarkan formasi tetapi juga menangkap nilai thorium (th), potassium (K) dan
uranium yang terdapat pada formasi (Haryoko, 2003).
3. Density log
Log densitas merupakan suatu tipe log porositas yang mengukur densitas
elektron suatu formasi. Prinsip pencatatan dari log densitas adalah suatu sumber
radioaktif (cobalt-60 atau cesium-137) yang dimasukkan kedalam lubang bor
mengemisikan sinar gamma ke dalam formasi. Di dalam formasi sinar tersebut
akan bertabrakan dengan elektron dari formasi. Pada setiap tabrakan sinar gamma
akan berkurang energinya (efek Comton Scattering). Sinar gamma yang
terhamburkan dan mencapai detektor pada suatu jarak tertentu dari sumber
dihitung sebagai indikasi densitas formasi. Jumlah tabrakan merupakan fungsi
langsung dari jumlah elektron didalam suatu formasi. Karena itu log densitas
dapat mendeteminasi densitas elektron (jumlah elektron per cm3) formasi
dihubungkan dengan densitas bulk sesungguhnya (ρb) ddalam gr/cc. Harga (ρb)
tergantung dari densitas matrik bantuan, porositas dan densitas fluida pengisi
formasi (Harsono, 1997).
Dalam melakukan evaluasi formasi sumur, log densitas berguna untuk:
Menentukan porositas
Alat-alat pada log densitas dapat mengukur porositas total suatu formasi,
baik porositas primer maupun porositas sekunder.
Identitas Litologi
Litologi dapat dideteminasikan dengan penggabungan log densitas,
neutron, dan sonik dalam “cross plot”, M-N (AK) atau M/D
Identifikasi Kandungan Gas
Adanya gas dalam suatu formasi, dapat dideteksi dengan menggunakan
gabungan log densitas dan log Neutron. Adanya separasi positif (ŕD > ŕN)
yang lebar antara log densitas dan log Neutron menunjukkan kandungan
gas.
Mendeteminasi densitas hidrokarbon
Dengan menggunakan chart CP-10 maka densitas hidrokarbon formasi
dapat ditentukan.
4. Neutron Porosity Log
Log neutron merupakan log porositas yang mengukur konsentrasi ion
hydrogen dalam suatu formasi. Pada formasi yang bersih (bebas dari shale)
dimana porositas terisi oleh air atau minyak maka log neutron akan mengukur
fluida yang mengisi porositas tersebut, sedangkan apabila porositas tersebut terisi
oleh gas maka porositas neutron akan lebih rendah, hal ini terjadi karena
kandungan hydrogen pada gas lebih rendah dibandingkan pada air atau minyak.
Rendahnya porositas neutron pada gas sering disebut efek gas (Harsono, 1997).
Pembacaan nilai porositas neutron bisa sangat bervariasi tergantung pada :
Perbedaan tipe detektor dan apa yang dideteksi (sinar gamma dan
atau neutron dengan energi yang berbeda)
Jarak antara detektor dengan sumber
Lithologi (seperti batupasir, batugamping dan dolomite).
5. Sonic Log
Log Sonik merupakan suatu log yang mengukur interval waktu tempuh
(∆t) dari suatu gelombang suara kompressional untuk melalui satu feet formasi.
Interval waktu letempuh (∆t) dengan satuan mikrodetik per kaki merupakan
kebalikan kecepatan gelombang suara kompressional (satuan feet per detik).
Alat log sonik terdiri dari satu atau lebih pemancar dan dua atau lebih
penerima gelombang. Log sonik digunakan untuk mengevaluasi porositas yang
terisi oleh cairan. Dalam interpretasi seismik, log sonik digunakan untuk
mendapatkan interval kecepatan dan profil kecepatan serta dikalibrasi dengan
seismik. Secara kualitatif, log sonik dapat digunakan untuk menentukan variasi
tekstur (dalam tipe porositas yang sama) dalam pasir dan shale. Hal ini dapat
membantu dalam mengidentifikasi litologi dan mengidentifikasi batuan sumber,
kompaksi normal, overpressure dan zona rekahan. Interval waktu tempuh
dipengaruhi oleh litologi dan porositas batuan. Oleh karena itu interval waktu
tempuh dari formasi harus diketahui untuk mengetahui nilai porositas sonik
(Harsono, 1997) .
Kombinasi dari data log sonik, neutron dan densitas dapat memberikan
indikasi keberadaan rekahan. Dalam hal ini, log sonik dianggap memberikan
informasi porositas matrik dan perbedann antara neutron (atau densitas atau
konbinasi neutron-densitas) dan porositas sonik diinterpretasi sebagai porositas
rekahan, atau dikenal sebagai porositas sekunder. Keterbatasan dari metode ini
yaitu:
Kombinasi dati tiga log ini menghasilkan nilai total dari porositas
sekunder. Porositas rekahan dapat dideteksi hanya jika tidak ada porositas
sekunder tipe lainnya.
Perhitungan total porositas sekunder yang dideteksi akan memberikan nilai
dibawah nilai sebenarnya, hal ini disebabkan pengukuran hanya dilakukan
pada satu sisi lubang bor, maka porositasnya tidak dapat dihitung.
Metoda ini mengindikasikan porositas rekahan semu akibat variasi dari
shale.
Total porositas yang didapat memberikan nilai yang diatas nilai
sebenarnya akibat ketidakteraturan lubang bor.
Harga (∆t) tergantung pada litologi dan porositas. Dalam suatu evaluasi
formasi, log sonik berguna untuk:
Menentukan porositas
Log Sonik dapat mengukur harga porositas primer namun tidak dapat
mengukur porositas sekunder.
Identifikasi litologi
Litologi dapat dideteminasikan dengan penggabungan log densitas,
Neutron dan sonik dalam “cross plot”, M-N (AK) atau M/D.
VII.4 Sifat Petrofisik pada Log
Sifat-sifat petrofisik yang dihasilkan oleh log dan dikorelasikan dengan
analisis core di laboratorium antara lain :
1. Porositas
Porositas : perbandingan rongga terhadap volume batuan (%). Porositas
merupakan representasi dari kemampuan suatu batuan reservoir untuk menyimpan
fluida. Secara matematis porositas didefinisikan sebagai perbandingan ruang
kosong terhadap volume keseluruhan dari suatu batuan:
Porositas merupakan fungsi dari banyak faktor lithologi diantaranya
heterogenitas penyemenan, leaching, kandungan lempung, tipe dari lempung
(swelling atau nonswelling), dan sebagainya. Ada beberapa macam porositas
diantaranya :
a. Porositas Primer
Ruang alami antar butir atau antar kristal yang terbentuk
dalam batuan pada saat konsolidasi, kompaksi, dan sementasi
pada sedimen yang lepas. Porositas primer dapat berkurang
akibat tekanan overburden dari batuan yang berada di atasnya.
Tekanan overburden ini menekan batuan sehingga pori-pori
batuan mengecil dan mengeluarkan sebagian fluida. Proses
sementasi butiran batuan juga dapat mengurangi porositas
primer. Umumnya batupasir menunjukkan tipe porositas ini. Pada
batuan muda, berkurangnya porositas secara eksponensial
terhadap kedalaman. Hubungan metematisnya :
Ø max pada batuan sedimen adalah 40 % dan terendah
0 %. Jika butiran yang mempunyai diameter sama disusun, akan
diperoleh Ø dengan range 25.9 % hingga 47,6 % seperti yang
terlihat pada gambar 2-1 dan Ø dengan variasi ukuran butir
(gambar 1). Dalam batupasir, Ø primer bisa mencapai lebih dari
47%, namun pada umumnya berada pada rentang 5% hingga
27%. Ø shale juga menurun terhadap kedalaman dengan laju
penurunan yang jauh lebih cepat daripada batu pasir. Di
permukaan, lumpur mempunyai Ø sekitar 40%. Jika tekanan
normal, Ø shale pada kedalaman 10.000 kaki mencapai 5%.
Gambar 1. Porositas dipengaruhi variasi ukuran butiran (dari Western Atlas).
b. Porositas Sekunder
Ruang dalam batuan yang terjadi setelah batuan
terbentuk misalnya akibat proses disolusi, rekahan. Porositas ini
akibat pelapukan butiran-butiran batuan oleh asam (contoh pada
limestone) yang menyebabkan naiknya porositas, proses
sementasi sekunder batuan oleh presipitasi material-material
yang larut di air dalam pori batuan, atau air dari sirkulasi yang
menyebabkan turunnya porositas. Leaching dimulai dari bagian
terlemah pada batuan seperti bedding planes, sepanjang joint,
sepanjang rekahan, kemudian menjalar perlahan keseluruh
batuan yang membuat volume pori tambah besar.
Gambar 2. Porositas yang berbeda-beda tergantung susunan butiran batuan (dari
Western Atlas).
Dari ke dua jenis porositas tersebut dapat dibagi menjadi:
- Porositas Absolut
Porositas absolut adalah persentase dari ruang kosong terhadap volume
bulk batuan. Porositas absolut merupakan porositas total atau total ruang
kosong yang tersedia dalam batuan.
- Porositas Efektif
Porositas efektif adalah persentase dari volume pori yang berhubungan
satu sama lain terhadap volume bulk. Porositas efektif menunjukkan
indikasi kemampuan batuan untuk mengalirkan fluida melalui saluran
pori-pori yang berhubungan. Ini berarti bahwa nilai porositas efektif akan
sama atau lebih kecil dari nilai porositas absolut. Gambar 3 adalah contoh
porositas efektif dan non efektif.
Gambar 3. Porositas efektif, non-efektif, dan total (dari Western Atlas).
Porositas dipengaruhi oleh:
Ukuran butir : Ukuran butir yang besar memiliki porositas yang lebih
tinggi dengan range 0.35 – 0.4 daripada ukuran butir yang kecil.
Bentuk butir : Bentuk butir yang seragam memiliki porositas lebih tinggi
daripada bentuk butir yang tidak seragam.
Material semen : batuan yang matriksnya tersemen oleh silica atau
kalsareus memiliki porositas yang rendah.
2. Permeabilitas (K)
Permeabilitas (K) : Kemampuan batuan untuk meloloskan fluida (Darcy).
Hukum Darcy yang mendefinisikan aliran fluida dalam media berpori diturunkan
secara empiris yaitu:
Dengan :
Qf = Laju alir fluida, cm3/sec
A = Luas penampang media berpori, cm2
μ = Viskositas fluida, cps
ΔP = P1 – P2 = Perbedaan tekanan, atm
L = Panjang dari media berpori, cm
K = Permeabilitas, Darcy
Gambar 4 adalah beberapa variabel yang dapat mempengaruhi
permeabilitas vertikal dan horizontal.
Gambar 4. Permeabilitas dipengaruhi oleh bentuk dan ukuran butiran (dari
Western Atlas).
Umumnya semakin besar porositas maka permeabilitas juga semakin
besar, meskipun anggapan ini tidak selalu benar.
a. Permeabilitas Absolut : Kemampuan batuan meloloskan satu jenis
fluida yang 100% jenuh oleh fluida tersebut.
b. Permeabilitas Efektif : Kemampuan batuan meloloskan satu macam
fluida bila terdapat dua macam fluida yang immiscible. Permeabilitas
efektif lebih kecil daripada permeabilitas absolut.
c. Permeabilitas Relatif : Perbandingan antara permeabilitas efektif dan
absolut. Semakin besar saturasi air maka permeabilitas relatif air akan
membesar sebaliknya permeabilitas relatif minyak akan mengecil
hingga nol yaitu pada saat Sw = Swc (Critical water saturation).
Laju alir air dan minyak merupakan fungsi dari viskositas
dan permeabilitas relatif, seperti pada persamaan berikut :
Permeabilitas fracture dapat dianggap sebagai fungsi dari lebar fracture. K =
50.000.000 x lebar2 dimana k = Permeabilitas (Darcy) dan lebar dalam inch.
Hubungan permeabilitas dengan porositas :
Biasanya penambahan porositas diikuti dengan penambahan permeabilitas.
Batuan yang tua dan kompak porositas dan permeabilitasnya kecil.
Dolomitisasi menambah nilai porositas dan permeabilitas.
Permeabilitas dipengaruhi juga oleh besar, bentuk dan hubungan antar
butir.
3. Saturasi Air
Saturasi Air : Persentase volume pori batuan yang terisi air formasi (%).
Biasanya ruang pori tersebut diisi oleh air ataupun minyak dan gas, namun bisa
juga kombinasi ketiganya. Umumnya reservoir memiliki saturasi air 20% atau
lebih yang berarti 20 % pori-pori diisi oleh air dan 80 % diisi oleh fluida lain.
Secara umum reservoir yang dianggap komersil/ekonomis harus memiliki saturasi
air lebih kecil dari 60%.
Dalam batuan granular terdapat hubungan antara irreducible water saturation,
porositas, dan permeabilitas (gambar 5). Saturasi Air Irreducible (Sw irr) : Saturasi
air dimana seluruh cairan tertahan dalam batuan karena tekanan kapiler.
Gambar 5. Diagram yang menggambarkan hubungan antara irreducible water
saturation, porositas, dan permeabilitas.
4. Resistivitas
Resistivitas : Daya tahan batuan terhadap arus (Ω-meter). Air destilisasi
mempunyai resistivitas di atas 106 ohm meter, berbeda dengan air yang tersaturasi
dengan garam mempunyai resistivitas kurang dari 0.1 ohm meter. Salinitas pada
well logging dinyatakan dalam satuan part per million (ppm). Air laut memiliki
salinitas 30.000 – 35.000 ppm. Larutan garam pada suhu kamar memiliki salinitas
sekitar 250.000 ppm atau sekitar 25 % berat.
Resistivitas dari Cairan
Air garam dengan resistivitas = Rw (ohm-m)
Resistivitas dari Batuan Basah
Butiran tak konduktif dicampur air garam dengan resistivitas = Rw (ohm-m)
Terdapat beberapa macam hal yang perlu kita ketahui dalam melakukan
analisis petrofisika yaitu diantaranya adalah koreksi pengaruh lubang bor,
penentuan porositas, penentuan volume shale, penentuan Rw, penentuan Rt,
penentuan Rxo, penentuan Sw.
1. Koreksi Pengaruh Lubang Bor
Melakukan koreksi terhadap data logging. Data perlu dikoreksi karena
adanya perbedaan atau penyimpangan dari keadaan yang sebenamya. Hal ini
disebabkan oleh kondisi sumur yang diametemya tidak seragam, pengaruh lumpur
pemboran dan lain sebagainya. Penyesuaian harus dilakukan pada pengukuran log
untuk mengembalikannya pada kondisi standard, yang sesuai dengan peralatan
yang digunakan.
Dalam melakukan koreksi terdapat beberapa macam log yang perlu
dikoreksi serta dalam melakukan koreksi dibutuhkan data log, data lubang sumur
atau data caliper serta data lumpur. Data-data yang harus dikoreksi diantaranya
adalah:
Koreksi Gamma Ray terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi Deep Induction Log terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi Deep Laterolog terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi Laterolog7 terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi Medium Induction Log terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi Medium Laterolog (LLS) terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi 16” nomal (R16) terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi Spherically Focused Log (SFL) terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi Micro-Spherically Focused Log terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi Micro-Laterolog (MLL) terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi Compensated Neutron Log terhadap Efek Lubang Sumur.
Koreksi Fomation Density Compensated terhadap Lubang Sumur.
Koreksi Invasi untuk Induction Logs.
Koreksi Invasi untuk Laterologs.
Perhitungan Diameter Invasi Induction Log.
Perhitungan Diameter Invasi Laterologs
2. Penentuan Porositas
Porositas didefinisikan sebagai volume pori-pori persatuan volume dari
suatu formasi. Nilai porositas dari suatu formasi dapat ditentukan dari log neutron,
densitas dan sonik.
Adapun perhitungan mencari harga porositas adalah sebagai berikut:
a. Metode Log Densitas
Untuk formasi yang bersih berlaku persamaan (Haryoko, op.cit, Asep,
2010):
Untuk formasi lempungan berlaku persamaan:
ΦD : porositas dari log densitas
ρma : densitas matrik batuan (2.65 batupasir, 2.71 batugamping, 2.87
dolomit)
ρf : densitas cairan lumpur (1 lumpur tawar, 1.1 lumpur garam)
ρb : densitas bulk formasi
ΦDLP : Porositas densitas formasi lempung
Vlp : Volume lempung dalan formasi
b. Metode Log Neutron
Untuk formasi bersih lempung harga porositas dapat dibaca dari log
kemudian dikoreksi terhadap jenis litologi. Untuk formasi lempungan harga
tersebut diatas harus dikoreksi dengan persamaan:
ΦNc : porositas neutron terkoreksi
ΦNIp : porositas neutron zona lempungan
Vlp : volume lempung
c. Metode Log Sonik
Untuk formasi bersih, harga menggunakan persamaan dari Wyllie vida
Krygowki, 1986 atau Hunt-Raymer, 1986:
Untuk formasi lempungan harga tersebut diatas harus dikoreksi terhadap
volume dengan persamaan:
ΦS : porositas sonik zona yang diteliti
∆t : waktu tempuh gelombang suara dalam matriks batuan
∆tma : waktu tempuh gelombang suara dalam matriks batuan (51.5 –
55.5 batupasir, 49.0 batugamping, 13.5 dolomit)
Bcp : koreksi kompaksi
ΦSc : porositas sonik terkoreksi
ΦSlp : porositas sonik dari zona lempung
Vlp : volume lempung
3. Penentuan Volume Shale
Menentukan jenis dan volume shale (Clay, VSH) di dalam batuan pasir.
Jumlah shale perlu ditentukan karena shale dapat menyebabkan penimpangan
pembacaan log, yang akan dapat menyebabkan kesalahan interpretasi (Harsono,
1997).
a. Metode Gamma Ray
Log GR dapat digunakan untuk menentukan kandungan lempung dari
suatu formasi. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa Uranium, Thorium dan
Potassium sebagian besar terkonsentrasi dalam mineral lempung.
Vsh : volume lempung.
GR log : harga kurva GR formasi (dibaca dari log GR).
GR min : harga log GR minimum (zona bersih).
GR max : harga log GR maksimum (lempung).
b. Metode Spontaneous Potential
Log SP juga dapat digunakan dalam menentukan kandungan shale dengan
menggunakan persamaan sebagai berikut:
Dimana:
c. Metode Log Neutron
Baca harga porositas Neutron Log pada lapisan shale di dekatnya (ΦNSH)
dan pada lapisan yang bersangkutan (ΦN), lalu dengan menggunakan persamaan di
bawah bisa ditentukan harga kandungan shale.
d. Metode Log Neutron dan Densitas
Baca harga rata-rata porositas neutron ΦN lapisan yang bersangkutan, baca
harga rata-rata porositas densitas ΦD dari lapisan yang bersangkutan, baca harga
porositas neutron rata-rata lapisan shale ΦNsh yang terdekat, baca harga rata-rata
porositas densitas lapisan shale ΦDsh yang terdekat lalu hitung kandungan shale
dengan menggunakan persamaan di bawah ini:
4. Penentuan Resistivitas Air Formasi (Rw)
Penentuan harga tahanan listrik air formasi (fomation water resistivity)
perlu dilakukan dengan seksama mengingat perannya sebagai parameter penentu
pada perhitungan saturasi air, yang pada gilirannya akan menunjukkan ada
tidaknya prospek hidrokarbon. Segala cara harus dilakukan untuk menjamin
keakuratan penentuan ini, temasuk diantaranya meneliti contoh air yang didapat
langsung dari uji kandung lapisan maupun uji produksi .
Tahanan jenis air formasi merupakan tahanan jenis air yang terdapat dalam
formasi sebelum formasi tersebut ditembus oleh bit pemboran. Air yang terdapat
didalam formasi sebelum ditembus oleh bit pemboran ini sering disebut connate
wáter (Harsono, 1997).
Tahanan jenis air formasi (Rw) dapat ditentukan dengan berbagai cara :
a. Metode Rwa
Dalam suatu zona yang bersih berlaku:
Rw : tahanan jenis air formasi
Rt : tahanan formasi yang sesungguhnya
α : turtuosity (0.81 untuk batuan lunak, 1 batuan keras)
m : faktor sementasi
b. Metode Sontaneous Potential
Dalam suatu zona bersih yang basah berlaku:
SP : harga kurva SP dari formasi
K : suhu (faktor dasar)
Mfe : ekuivalen tahanan jenis cairan Lumpur
Rwe : ekuivalen tahanan jenis air formasi
Adapun prosedur penentuan harga Rw dengan metode SP adalah sebagai
berikut:
Memilih suatu zona yang bersih lempung, basah (ditunjukan oleh harga Rt
yang sama atau hampir sama dengan harga Rxo) dan bersifat sarang.
Melakukan pembacaan nilai kurva SP pada kedalaman dimana terjadi
defleksi maksimum dari zona yang telah dipilih.
Menentukan suhu formasi pada kedalaman dimana terjadi defleksi
maksimum kurva SP dengan menggunakan chart Schlumberger Gen-6
atau dengan persamaan:
Tf : suhu formasi
Ts : suhu pemukaan
Df : kedalaman formasi
Dmax : kedalaman maksimum pemboran
Tmax : suhu maksimum
Melakukan konversi harga Mf dari suhu pemukaan ke dalam suhu formasi
dengan menggunakan chart Schlumberger Gen-9 atau dengan persamaan:
Mf : tahanan jenis formasi yang dicari
Rt : tahanan jenis pada suhu tertentu harganya sudah diketahui
Tmax : suhu formasi
Tt : suhu tertentu yang sudah diketahui
Melakukan konversi harga Mf pada suhu formasi kedalam harga Mfeq.
Dalam konversi ini berlaku ketentuan:
1. Jika Mf pada suhu 75o F > 0.1 ohm - m, berlaku Mfeq = 0.85 Mf
2. Jika harga Mf pada suhu 75° lebih kecil atau sama dengan 0,1 ohm-m,
langsung digunakan chart SWS SP - 1 akan didapatkan harga Rweq.
Dengan menggunakan harga SP, suhu formasi dan Mfeq, yaitu dengan
memasukan harga-harga tersebut kedalam chart SWS SP-1 akan
didapatkan harga Rweq.
Mengkonversikan harga Rweq ke dalam harga Rw dengan menggunakan
chart SWS SP-2.
Dengan menggunakan chart Gen - 9 atau dengan persamaan seperti di atas
akan didapatkan harga Rw pada suhu yang dikehendaki.
c. Rw dari test produksi
Pada metode ini harga Rw ditentukan dengan cara mengukur secara
langsung tahanan jenis air formasi.
d. Rw ditentukan dari harga yang sudah diketahui
Pada metode ini harga tahanan jenis air formasi dari suatu sumur
ditentukan dengan melihat harga tahanan jenis air dari sumur yang berdekatan
yang telah diketahui harga tahanan jenis air formasi.
5. Penentuan Rt
Dari semua parameter yang dihasilkan log listrik, yang paling sulit diukur
yaitu tahanan daerah yang belum terinvasi Rt, karena semua pengukuran tahanan
dipengaruhi oleh tahanan lapisan di sekitamya dan oleh tahanan zona terinvasi
yang terletak dekat dengan lingkaran dinding dalam lubang bor. Umumnya R t
dihitung dari kombinasi tahanan dangkal, sedang dan dalam yang diperoleh dari
penyidik induksi dan laterolog. Pilihan peralatan tahanan yang dipakai pada
operasi logging tergantung pada tahanan batuan dan tahan lumpur.
Dari sisi peralatan log grafik pada Gambar 6. berikut dapat menjadi
panduan pemilihan tipe log yang cocok dengan lumpur pemboran yang
digunakan.
Gambar 6. Diagram panduan pemilihan tipe log untuk mendapatkan harga Rt
yang tepat pada berbagai macam lumpur pemboran.
Tahanan jenis formasi (Rt), merupakan harga tahanan jenis dari formasi
yang cukup jauh dari lubang bor dan tidak terpengaruh oleh pemboran atau invasi,
sehingga tahanan jenis tersebut merupakan harga yang actual. Harga tahanan jenis
ini dapat langsung dibaca pada log tahanan jenis dengan alat yang dalam
(LLD/Laterolog deep) atau dari log induksi (ILD/Induction Log Deep).
6. Penentuan Rxo
Alat pengukur tahanan listrik zona terinvasi atau microresistivity
menggunakan prinsip laterolog yang didesain khusus untuk jangkauan penyidikan
dangkal. Proses invasi dan pengukuran kuantitatif tahanan listrik zona terinvasi
Rxo merupakan parameter kunci untuk interpretation log lengkap yang mengarah
pada identifikasi adanya hidrokarbon. Beberapa manfaat pengetahuan tentang Rxo
diantaranya:
Diperlukan untuk penentuan tahanan listrik formasi Rt dengan akurat.
Mendeteksi adanya mud cake, karena adanya mud cake bisa membantu
identifikasi zona pemeabel.
Beberapa metode interpretasi untuk menghitung saturasi air Sw dan
jauhnya invasi menggunakan rasio Rxo/Rt
Harga tahanan jenis dari zona terusir (Rxo) ini dapat dibaca pada log
MSFL (Microsphericaly Focused Log) atau dari Log MLL (Mikro Laterolog).
7. Kejenuhan Air Zona Terusir (Sxo)
Kejenuhan air pada zona terusir dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan sebagai berikut (Pertamima, 2003) :
Sxo : kejenuhan air zona terusir
Rxo : tahanan jenis air formasi
Φ I : porositas rata-rata setelah dikoreksi terhadap zona lempung
Rmf : tahanan jenis cairan lumpur
a : faktor pembanding (1 batugamping, 0.8 batupasir)
Atau dengan persamaan Persamaan modifikasi Simandoux, 1986:
Φe : porositas efektif dari formasi
Φe : ΦDc = ΦD - (ΦDIp x Vlp)
Φe : ΦNc = ΦN – (ΦNlp x Vlp)
m : faktor sementasi (2 untuk batuan keras)
8. Kejenuhan Air Formasi (Sw)
Harga kejenuhan air formasi dapat ditentukan dengan menggunakan
persamaan Dari Schlumberger (1972) atau dari persamaan Modifikasi Simandoux
(1986), seperti berikut:
Rt : tahanan jenis formasi
Φ : kesarangan yang sesungguhnya
Rw : tahanan jenis air formasi
Adapun cara untuk mencari harga kesarangan sesungguhnya dengan
menggunakan persamaan:
Φ = Φ I - ∆ Φ. Φ I
∆ Φ : 0.10 Shr
Shr : 1 – Sxo
Φ = Φ I - ∆ Φ. Φ I
= Φ I. (1 - ∆ Φ)
= Φ I. (1 – 0.10 Shr)
Φ : kesarangan sesungguhnya
Φ I : kesarangan rata-rata dari log neutron dan log densitas
∆ Φ : harga sesungguhnya
Shr : harga kejenuhan hidrokarbon sisa
Selain menggunakan persamaan Schlumberger (1972), untuk menentukan
harga kejenuhan air formasi dapat juga dengan menggunakan persamaan
modifikasi Simandoux (Krygowski, 1986) seperti berikut:
a : faktor perbandingan
Φ e : porositas efektif
m : faktor sementasi (m=2)
Selain itu, untuk daerah dengan formasi lempungan dapat digunakan
persamaan Indonesia sebagai berikut:
Dengan mendapatkan harga Sw dan Sxo, maka akan dapat ditentukan
parameter-parameter indeks mobilitas hidrokarbon, kejenuhan hidrokarbon dan
volume hidrokarbon yang dapat bergerak.
9. Indeks Mobilitas Hidrokarbon
Harga indeks mobilitas hidrokarbon yang terakumulasi dalam suatu
formasi dapat ditentukan dari harga Sw dan Sxo, yaitu merupakan harga
perbandingan dari Sw/Sxo. Jika didapatkan.
Sw/Sxo = 1, maka minyak yang terdapat di dalam batuan reservoir
temasuk minyak yang tidak dapat bergerak.
Sw/Sxo < 1, maka temasuk hidrokarbon yang dapat bergerak (moveable
hidrokarbon), dan suatu akumulasi hidrokarbon akan komersial jika Sw/Sxo < 0.7.
Konsep hidrokarbon bergerak (moved hidrokarbon) ini lebih baik
digunakan untuk reservoir-reservoir minyak daripada reservoir-reservoir gas
(Schlumberger, 1985 -1986).
10. Kejenuhan Hidrokarbon Bergerak
Dalam suatu sumur hidrokarbon, seluruh cadangan hidrokarbon di dalam
reservoar-reservoar tidak dapat dikeluarkan semua, ada hidrokarbon yang tersisa
di dalam formasi. Kejenuhan hidrokarbon sisa pada pada terusir dirumuskan
sebagai :
Kejenuhan hidrokarbon yang dapat bergerak adalah sebesar kejenuhan
hidrokarbon (Sh) dari formasi dikurangi harga kejenuhan sisa (Shr) atau sama
dengan harga kejenuhan air pada zona terusir (Sxo) dikurangi harga kejenuhan
formasi (Sw).
11. Volume Hidrokarbon Bergerak
Dengan mengetahui harga kejenuhan hidrokarbon yang dapat bergerak,
akan dapat ditentukan juga besarnya volume hidrokarbon yang dapat naik ke
permukaan. Volume hidrokarbon yang dapat naik kepermukaan dirumuskan:
V : volume hidrokarbon yang dapat bergerak
Φ : porositas sesungguhnya
Sxo : kejenuhan air pada zona tertembus
Sw : kejenuhan air formasi
Sh : kejenuhan hidrokarbon
Shr : kejenuhan hidrokarbon sisa
Dengan mengetahui presentase volume hidrokarbon yang dapat bergerak
ini, akan dapat diketahui ekonomis tidaknya suatu cadangan hidrokarbon dalam
reservoir.
VIII. METODOLOGI
Pada penelitian dalam mengidentifikasi zona hidrokarbon tersebut,
dilakukan beberapa tahapan yang secara garis besar ditunjukkan oleh diagram alir
penelitian berikut :
Waktu pelaksanaan kerja praktek ini dapat disesuaikan oleh pihak
perusahaan Petrochina International (Bermuda) Ltd. dan ditargetkan berlangsung
selama 4 minggu dengan rencana kegiatan yang diusulkan, yaitu:
JENIS KEGIATANMINGGU
1 2 3 4
Studi Literatur
Pengumpulan Data
Pengolahan data, Analisis dan Diskusi
Pembuatan Laporan
Presentasi dan Evaluasi
X. PERALATAN DAN FASILITAS
Beberapa peralatan dan fasilitas pendukung yang dibutuhkan dalam
kegiatan kerja praktek ini, yaitu:
Peralatan:
1. Literatur yang terkait.
2. Data Log.
3. Seperangkat komputer (PC).
4. Peralatan lain yang menunjang Kerja Praktek (KP).
Fasilitas:
1. Akses ke perpustakaan.
2. Akses ke internet.
XI. PEMBIMBING
Untuk pembimbing lapangan diharapkan dapat disediakan oleh
Petrochina International (Bermuda) Ltd, sedangkan untuk pembimbing di
kampus oleh Dosen di Program Studi Teknik Geologi Universitas Sekolah Tinggi
Teknologi Yogyakarta.
XII. LAPORAN
Semua hasil pengolahan data selama kerja praktek akan disusun dalam
bentuk laporan tertulis yang akan dilaporkan kepada Petrochina International
(Bermuda) Ltd. dan kemudian diberikan pengesahan sebagai bukti telah
menempuh mata kuliah wajib kerja praktek sebanyak 2 sks.
XIII. PENUTUP
Kesempatan yang diberikan pada mahasiswa dalam melakukan kerja
praktek di Petrochina International (Bermuda) Ltd akan menambah wawasan
dalam perkembangan di bidang perminyakan. Pada kesempatan ini mahasiswa
yang bersangkutan akan memanfaatkan seoptimal mungkin kesempatan yang
telah diberikan serta hasil dari kerja praktek (KP) ini dibuat dalam bentuk laporan.
Semoga akan selalu terjalin hubungan kerjasama yang baik dan saling
menguntungkan antara lembaga Perguruan Tinggi dalam hal ini Universitas
Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta dengan pihak perusahaan
dalam hal ini Petrochina International (Bermuda) Ltd.
DAFTAR PUSTAKA
Dewanto, Ordas, 2008, Estimasi Cadangan Hidrokarbon Pada Batuan Reservoir
Bersih Menggunakan Metode Interpretasi Dan Analisa Log, Jurusan
Fisika FMIPA, UNILA.
Harsono, Adi, 1997, Evaluasi Formasi dan Aplikasi Log. Schlumberger Oilfield
Service, Jakarta.
Saeful, Asep Ma’arif, 2010, Analisis Sifat Kesekatan Sesar Pada Perangkap
Struktur Berdasarkan Data Log Dan Seismik Lapangan “Asp” Formasi
Pendopo Cekungan Sumatera Selatan, Yogyakarta
CURICULUM VITAE
Nama : Ega Hersanta Prasetya
Tempat, tanggal lahir : Yogyakarta, 11 Oktober 1992
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tinggi dan Berat Badan : 180 cm dan 60 kg
Status : Belum Menikah
Alamat Yogyakarta : Sagan Gk V/839 RT 42 RW 8 Gondokusuma Yogyakarta.
Alamat Orang Tua : Sagan Gk V/839 RT 42 RW 8 Gondokusuman Yogyakarta.
Telp./Hp : 087746548566
E-mail : [email protected]
Pekerjaan : Mahasiswa
Pendidikan Formal
2011-sekarang : Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral
Universitas Sekolah Tinggi Teknologi Nasional
Yogyakarta
2011 : SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta
2008 : SMP Muhammadiyah 3 Yogyakarta
2005 : SD Negeri Ungaran 2 Yogyakarta
Pengalaman Organisasi
( 2011)Member of ALBHAMA SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta Community
( 2011)Member of HMTG BUMI STTNas Yogyakarta
( 2011)Member of UKM Merpatih Putih STTNas Yogyakarta
( 2013)Member of SM IAGI STTNas Yogyakarta
Periode 2012 – 2013 : Divisi Kerohanian, Himpunan Mahasiswa
Teknik Geologi “BUMI” Yogyakarta.
Pengalaman
Ekskursi Petrologi Kabupaten Kulonprogo Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
(2014)Assistant of research “Kaitan antar a aspek litologi produk erupsi
G.Merapi berupa endapan awan panas (megaskopis, mikroskopis, dan
geokimia) dengan pr ediksi perilaku erupsi G. Merapi mendatang”
(2014)Numerator and assistant geologist of “Measured section on kali
ngalang,Gedangsari, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta” Dr.Hita
Pandita Project
21 Februari - 02 Maret 2013 Kuliah Lapangan 1 di Kecamatan Kalibawang
dan Sekitarnya, Kab Kulonprogo, Daerah Istimewa Yogyakarta
11 Agustus – 27 agustus 2014 Kuliah Lapangan 2 di Kecamatan Bayat dan
Sekitarnya, Kab Klaten, Daerah Istimewa Yogyakarta
2012-2013 : Asisten Dosen Kristal dan Mineral dan Petrologi
Demikian daftar riwayat hidup di atas adalah benar dan dapat di-
pertanggungjawabkan kebenarannya.
Yogyakarta, 20 Oktober 2014
Ega Hersanta Prasetya