penyelidikan pendahuluan geologi dan geokimiapsdg.geologi.esdm.go.id/kolokium...

12
PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH WAPSALIT, KABUPATEN BURU – MALUKU Oleh: Bangbang Sulaeman, Mochammad Nur Hadi, Dudi Hernawan Kelompok Kerja Penelitian Panas Bumi SARI Daerah panas bumi Wapsalit terletak di Kabupaten Buru, Maluku. Stratigrafi batuan daerah panas bumi Wapsalit dibagi menjadi empat jenis batuan dan batuan tertua adalah batuan metamorfik/malihan (Pmm). Manifestasi yang muncul berupa mata air panas, tanah panas, alterasi , fumarol dan sinter silika. Struktur sesar normal Wapsalit yang berarah Barat Daya – Timur Laut dan sesar normal Waemetar yang berarah Barat Laut – Tenggara merupakan sesar yang berperan besar akan munculnya manifestasi air panas di daerah Wapsalit dan Metar. Pengukuran temperatur kelompok manifestasi air panas Wapsalit berkisar antara 99.8 - 101.3 °C, dengan tipe air bikarbonat-khlorida, temperatur tanah panas berkisar antara 80 -89°C, sedangkan air panas Metar antara 63.0-65.0 °C. Temperatur bawah permukaan dengan geotermometer (SiO 2 ) conductive cooling menunjukkan nilai tertinggi antara 224-247 o C dan nilai terendah 188 – 198 °C (Na/K) yang termasuk kedalam entalpi sedang – tinggi. . Kata kunci : panas bumi , Wapsalit, Buru, geotermometer, reservoir PENDAHULUAN Ketersediaan energi panas bumi di Indonesia secara umum berasosiasi dengan daerah magmatik dan vulkanik sebagai sumber panasnya. Namun berbeda halnya dengan daerah panas bumi Wapsalit, Kabupaten Buru, Maluku. Pulau Buru termasuk sebagai mikro kontinen dari lempeng Australia dan bagian dari busur banda bagian dalam yang memiliki kondisi geologi yang kompleks. Akibat adanya pertambahan jumlah penduduk dan perluasan wilayah pemukiman. kebutuhan tenaga listrik daerah Buru menjadi sangat terbatas, sehingga pemerintah melakukan eksplorasi/ penyelidikan terpadu panas bumi, dengan harapan untuk mengetahui besarnya potensi energi panas bumi bagi penyediaan tenaga listrik. Secara administratif, daerah penyelidikan panas bumi Wapsalit berada di wilayah Kecamatan Wae Apo, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Terletak pada koordinat antara 126º47’40’’- 126º56’47’’ BT dan 3º34’16’’- 3º26’09’’ LS atau pada 9608000 - 9620000mU dan 257000 – 271000 mT, dengan luas daerah sekitar ± 12 x 14 km 2 (Gambar. 1) GEOLOGI a. Geomorfologi Geomorfologi daerah Wapsalit dibagi menjadi tiga satuan, yaitu Satuan geomorfologi perbukitan curam, Satuan geomorfologi perbukitan bergelombang dan Satuan pedataran b. Stratigrafi Daerah panas bumi Wapsalit dibagi menjadi 4 satuan batuan, yaitu satuan batuan metamorfik/ malihan, satuan batulempung, satuan undak sungai dan satuan aluvium (gambar 2). Batuan metamorfik yang didominasi oleh filit, batu sabak, batu tanduk (hornfels), kuarsit, skiss dan arkosa. Penentuan umur radiometric dengan menggunakan mineral zirkon menunjukkan umur dari kuarsit adalah berumur Permian Akhir ( 265 MA). Batulempung (Kpll) tersebar di daerah Metar selang-seling dengan batupasir kasar dengan arah/kemiringan (strike/dip) sekitar N 275°E/15° - N 310° E/10°, ditemukan pengarangan kayu warna hitam kecoklatan menyerupai gambut yang mengindikasikan lingkungan pengendapan pada lingkungan darat.

Upload: dothuan

Post on 10-Mar-2019

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

PENYELIDIKAN GEOLOGI DAN GEOKIMIA PANAS BUMI DAERAH WAPSALIT, KABUPATEN BURU – MALUKU

Oleh:

Bangbang Sulaeman, Mochammad Nur Hadi, Dudi Hernawan Kelompok Kerja Penelitian Panas Bumi

SARI

Daerah panas bumi Wapsalit terletak di Kabupaten Buru, Maluku. Stratigrafi batuan daerah panas bumi Wapsalit dibagi menjadi empat jenis batuan dan batuan tertua adalah batuan metamorfik/malihan (Pmm). Manifestasi yang muncul berupa mata air panas, tanah panas, alterasi , fumarol dan sinter silika. Struktur sesar normal Wapsalit yang berarah Barat Daya – Timur Laut dan sesar normal Waemetar yang berarah Barat Laut – Tenggara merupakan sesar yang berperan besar akan munculnya manifestasi air panas di daerah Wapsalit dan Metar.

Pengukuran temperatur kelompok manifestasi air panas Wapsalit berkisar antara 99.8 - 101.3 °C, dengan tipe air bikarbonat-khlorida, temperatur tanah panas berkisar antara 80 -89°C, sedangkan air panas Metar antara 63.0-65.0 °C.

Temperatur bawah permukaan dengan geotermometer (SiO2) conductive cooling menunjukkan nilai tertinggi antara 224-247oC dan nilai terendah 188 – 198 °C (Na/K) yang termasuk kedalam entalpi sedang – tinggi. . Kata kunci : panas bumi , Wapsalit, Buru, geotermometer, reservoir PENDAHULUAN

Ketersediaan energi panas bumi di Indonesia secara umum berasosiasi dengan daerah magmatik dan vulkanik sebagai sumber panasnya. Namun berbeda halnya dengan daerah panas bumi Wapsalit, Kabupaten Buru, Maluku. Pulau Buru termasuk sebagai mikro kontinen dari lempeng Australia dan bagian dari busur banda bagian dalam yang memiliki kondisi geologi yang kompleks.

Akibat adanya pertambahan jumlah penduduk dan perluasan wilayah pemukiman. kebutuhan tenaga listrik daerah Buru menjadi sangat terbatas, sehingga pemerintah melakukan eksplorasi/ penyelidikan terpadu panas bumi, dengan harapan untuk mengetahui besarnya potensi energi panas bumi bagi penyediaan tenaga listrik. Secara administratif, daerah penyelidikan panas bumi Wapsalit berada di wilayah Kecamatan Wae Apo, Kabupaten Buru, Provinsi Maluku. Terletak pada koordinat antara 126º47’40’’- 126º56’47’’ BT dan 3º34’16’’- 3º26’09’’ LS atau pada 9608000 - 9620000mU dan 257000 – 271000 mT, dengan luas daerah sekitar ± 12 x 14 km2 (Gambar. 1)

GEOLOGI

a. Geomorfologi

Geomorfologi daerah Wapsalit dibagi menjadi tiga satuan, yaitu Satuan geomorfologi perbukitan curam, Satuan geomorfologi perbukitan bergelombang dan Satuan pedataran

b. Stratigrafi

Daerah panas bumi Wapsalit dibagi menjadi 4 satuan batuan, yaitu satuan batuan metamorfik/ malihan, satuan batulempung, satuan undak sungai dan satuan aluvium (gambar 2). Batuan metamorfik yang didominasi oleh filit, batu sabak, batu tanduk (hornfels), kuarsit, skiss dan arkosa. Penentuan umur radiometric dengan menggunakan mineral zirkon menunjukkan umur dari kuarsit adalah berumur Permian Akhir ( 265 MA). Batulempung (Kpll) tersebar di daerah Metar selang-seling dengan batupasir kasar dengan arah/kemiringan (strike/dip) sekitar N 275°E/15° - N 310° E/10°, ditemukan pengarangan kayu warna hitam kecoklatan menyerupai gambut yang mengindikasikan lingkungan pengendapan pada lingkungan darat.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Tebal dari batulempung sekitar 20 – 150 cm. Batupasir kasar berwarna abu-abu kecoklatan, butiran sedang – kerikil , struktur sedimen penghalusan ke arah atas (graded bedding). Tebal dari batupasir antara 30 – 50 cm. Berdasarkan kesebandingan regional umur dari satuan ini adalah Kuarter Awal (Plistosen). Satuan Undak Sungai (Kpul) tersebar daerah Dusun Debu, Metar, Wae Tina dan Wae Flan. Litologi satuan ini didominasi oleh batuan sedimen rombakan berupa konglomerat berwarna coklat kemerahan – kehitaman, butiran mulai dari kerikil – kerakal, terpilah sangat buruk. Komponen/fragmen tersusun oleh batuan metamorfik seperti filit, skiss, sabak, kuarsit, pasir dan lempung. Satuan ini menindih selaras satuan batulempung dan diperkirakan berumur Kuarter Awal (Plistosen).

Satuan Alluvium (Qal), menempati sekitar pedataran sungai Wae Apo tersusun oleh lempung, pasir, bongkahan batuan metamorf yang lepas-lepas yang berada di pinggir Sungai Wae Apo yang merupakan sungai tua dengan gosong pasir/ sand bar yang luas.

Batuan Ubahan, alterasi yang terjadi pada batuan merupakan proses hidrotermal akibat reaksi antara fluida dengan batuan asal yang biasanya dipengaruhi oleh suhu, tekanan, jenis batuan asal serta komposisi fluida (khususnya pH). Fluida yang bersifat asam yang terjadi pada kedalaman dangkal dan elevasi yang relatif tinggi cenderung akan mengubah batuan asal menjadi mineral lempung.

Pada lokasi survei alterasi batuan berada di daerah Sungai Wae Kedang / Pemali mencakup daerah yang cukup luas ± 35.000 m2 . Ubahan yang terbentuk merupakan hasil interaksi antara fluida yang dibawa oleh air panas melalui bidang lemah / sesar yang mengalami kontak dengan batuan metamorfik/ malihan jenis filit. (Gambar 3)

Halis analisis petrografi menunjukkan batuan metamorf yang terdapat di Sungai Pemali dan Sungai Waemetar menunjukkan struktur foliasi filonite dan skistose pada mineral kuarsa dan grup mika, yang merupakan ciri khas pada batuan filit dan skis sedangkan struktur granulose merupakan indikasi untuk batuan kuarsit yang didominasi oleh mineral kuarsa. Hasil analisis PIMA (Portable Infrared Minerals Analyzer) menunjukkan daerah alterasi yang berada di Sungai Pemali tersusun oleh mineral – mineral lempung seperti kaolinite,

halloysite, dickite, illite dan mineral alunite. Munculnya illite menunjukkan temperatur pembentukannya berada pada suhu yang cukup tinggi, antara 240 - 300°C menunjukkan tipe hidrotermal pada zona phyllic. Sedangkan munculnya mineral alunit menunjukkan tipe hidrotermal pada zona advance argilic, mineral alunit biasanya berasosiasi dengan tipe air panas asam dengan sulfida tinggi. Sedangkan mineral kaoline, halloysite dan dickite menunjukkan temperatur pembentukan yang lebih rendah dan biasanya termasuk pada zona hidrotermal argilik.

c. Struktur Geologi

Penentuan struktur yang berkembang di lokasi survei adalah hasil dari penarikan kelurusan morfologi baik kelurusan sungai, punggungan pada citra landsat maupun peta topografi DEM dan pengamatan langsung di lapangan yang diperlihatkan dengan ditemukannya cermin sesar, kekar, offset litologi, gawir, longsoran dan triangular facet. Sesar – sesar yang berkembang dikelompokkan menjadi Sesar Wapsalit, Sesar Waekedang, Komplek Sesar Waemetar, Sesar Normal Debu. Untuk Sesar Waetina, Sesar Waehidi, Sesar Waepata dan Sesar Resun ditentukan berdasarkan kelurusan sungai, kelurusan topografi dan triangular facet. Pola umum tektonik yang terbentuk di daerah survei tersusun oleh sesar – sesar dengan jenis oblik dengan arah barat laut – tenggara dan barat daya timur laut.

Sesar Wapsalit berarah hampir baratdaya - timurlaut sebagai struktur tua jenis oblique (menurun menganan). Indikasi sesar dicirikan dengan ditemukannya cermin sesar dengan arah sekitar N 50° E/ 65° pitch 25° - N 65°E / 65° dengan sudut pitch 30° ke Tenggara, zona hancuran dan longsoran di sepanjang jalan utama setelah dusun wapsalit ke arah Sungai Waehidi.

Sesar Waetina berarah hampir baratdaya – timurlaut, berdasarkan struktur regional sesar ini berjenis mendatar menganan dengan arah sekitar N 225°E. Keberadaan sesar ini dilapangan dicirikan oleh kelurusan topografi dan tebing di sekitar Dusun Waeplan serta longsoran di Sungai Waeplan berarah hampir baratdaya – timurlaut dengan arah sekitar N 220° E ditarik berdasarkan kelurusan topografi.

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Sesar Resun berarah hampir baratdaya – timurlaut dengan arah sekitar N 70° E , ditarik berdasarkan kelokan sungai yang tajam serta kelurusan topografi.

Sesar Waekedang berarah hampir baratlaut – tenggara. Sesar ini berjenis oblique (menurun mengiri) dengan arah sekitar N 320° E. Penarikan sesar didasarkan oleh kelurusan manifestasi mata air panas, kelurusan sungai dan zona hancuran di sepanjang dinding sungai.

Sesar Debu berarah hampir baratlaut - tenggara. Sesar ini berjenis sesar normal dengan kelurusan sekitar N 335° E, blok bagian timur laut sebagai hanging wall. Penarikan sesar didasarkan atas kelurusan topografi dan munculnya rawa di sepanjang perjalanan ke dusun Debu.

Komplek Sesar Waemetar dengan arah barat laut - tenggara sekitar N 175°E/ 65° sudut pitch 30°, arah barat daya – timur laut sekitar N 240° E / 70° sudut pitch 15° dengan arah pergeseran relatif ke timur, N 256° E/ 70° sudut pitch 60° dengan arah pergerakan ke tenggara. Arah hampir barat – timur sekitar N 105° E/ 20° dengan sudut pitch 20°, arah pergerakan relatif tenggara.

d. Manifestasi Panasbumi

Kenampakan gejala panas bumi di daerah panas bumi Wapsalit berupa sumber mata air panas, fumarol dan tanah panas dengan hembusan uap yang muncul di beberapa lokasi yang tersebar di sepanjang pinggir Sungai Waekedang atau biasa disebut Sungai Pemali serta dijumpai adanya sumber mata air panas yang terdapat di pinggir Sungai Waemetar.

Di sekitar manifestasi Wapsalit terdapat endapan belerang warna ke kuning-kuningan yang membentang pada lereng perbukitan dari arah timur laut ke baratdaya dengan lokasi berada di sekitar Sungai Pemali, di Kampung Metar dijumpai mata air panas Metar yang berada di pinggir Sungai Waemetar. Keseluruhan manifestasi ini termasuk ke dalam wilayah Desa Lele, Kecamatan Wae Apo , Kabupaten Buru. Data hasil pengukuran di lapangan dan laboratorium dapat dilihat dalam Tabel 1 dan Gambar 3.

Air panas Wapsalit-1 (APWS-1) Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 98.8 –

101.3 0C pada temperatur udara setempat 26.9 oC, pH 9.28 dengan daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 4500 umhos dan debit sekitar 0.5 liter/detik. Mata air panas tersebut muncul melalui rekahan batuan. Luas manifestasi panas bumi Wapsalit-1 sekitar 80 x 50 m. Kondisi fisik dari air panas tersebut jernih, sedikit berbau belerang, berasa kesat, kadang-kadang muncul gelembung gas dan adanya endapan air panas berupa sinter silika. Pada lokasi ini dijumpai fumarol dan tanah panas yang berasap dan bau cukup menyengat dari gas-gas belerang dengan temperatur terukur 85-98 0C, dan batuan ubahan berwarna kecoklat-coklatan.

Air panas Wapsalit-2 (APWS-2) Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 99.2 - 101.6 0C pada temperatur udara setempat 27.2 oC, pH 8.82 dengan daya hantar listrik relatif tinggi sekitar 4360 umhos dan debit sekitar 2.0 liter/detik . Mata air panas tersebut muncul melalui rekahan batuan dengan luas kenampakan 60 x 50 m2 Kondisi fisik air panas tersebut relatif jernih, sedikit berbau belerang, berasa kesat, kadang-kadang muncul bualan gas serta dijumpai adanya endapan sinter silika. Pada lokasi manifestasi ini terdapat lapangan fumarol dan tanah panas yang berasap dengan bau yang cukup menyengat dari gas-gas belerang serta endapan silika berwarna keputih-putihan. Luas daerah manifestasi Wapsalit -2 diperkirakan sekitar 60 x 50 m2 .

Air panas Wapsalit-3 (APWS-3) Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 99.6 0C pada temperatur udara setempat 29.3 oC, pH 6.62 dengan daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 1690 umhos dan debit sekitar 5.0 liter/detik. Mata air panas tersebut muncul melalui rekah-rekahan endapan sinter dengan luas kenampakan sekitar 30 x 40 m2 . Kondisi fisik dari air panas tersebut jernih, sedikit berbau belerang, berasa kesat, kadang-kadang muncul gelembung gas dan adanya endapan air panas berupa sinter silika berwarna keputih-putihan.

Air panas Metar (APM), Temperatur mata air panas terukur di lapangan sekitar 63 -65 0C pada temperatur udara setempat 26 oC, pH terukur di lapangan 7.05 dengan daya hantar listrik yang relatif tinggi sekitar 1630 umhos dan debit sekitar 0.5 liter/detik . Mata air panas tersebut muncul melalui rekahan batuan yang merembes

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

masuk ke Sungai Waemetar dengan luas kenampakan 2 x 3 m2 . Kondisi fisik dari air panas tersebut jernih, tidak berbau, berasa sedikit kesat, kadang-kadang muncul gelembung gas dan terbentuk endapan oksida besi warna kecoklatan. Luas daerah manifestasi Metar diperkirakan sekitar 2 x 3 m2 .

KARAKTERISTIK DAN TIPE AIR PANAS

Berdasarkan klasifikasi dengan menggunakan diagram segitiga Cl-SO4-HCO3 serta Na-K-Mg dan Li-B-Cl (Ellis dan Mahon, Fournier dan Giggenbach) Komposisi dan konsentrasi kimia memperlihatkan semua mata air panas Wapsalit dan Metar termasuk kedalam tipe air bikarbonat-khlorida (Gambar 4), pengelompokan air panas ini diperkirakan berasal dari air bawah permukaan bertemperatur tinggi (umumnya daerah vulkanik) dan mengalami tingkat pendinginan oleh penurunan temperatur dengan gas CO2 yang tersisa di dalam uap yang naik melalui batuan membentuk ion karbonat. Munculnya endapan sinter silika dipermukaan didukung oleh data air, dimana nilai silika relatif tinggi (248,15 - 328,24 ppm) biasanya menunjukkan temperatur fluida reservoir yang tinggi. Hasil analisa kimia mata air panas Waesalit menunjukkan kandungan ion-ion seperti klorida (Cl), bikarbonat (HCO3) relatif tinggi sedangkan ion sulfat (SO4 ) relatif rendah seperti yang terdapat pada mata air panas Metar. Tinggi kandungan HCO3, Cl dan SO4 mengindikasikan bahwa telah terbentuk kondensasi uap di dalam air panas atau adanya kontaminasi uap pada air bawah permukaan, sehingga diduga air panas Wapsalit dan kemungkinan merupakan air permukaan yang terpanasi oleh uap, sehingga air panas ini merupakan “up flow “ atau merupakan air yang berasal langsung dari kedalaman, hal ini sangat didukung dari data kandungan isotop Oksigen-18 dan Deuterium. Tipe air bikarbonat mata air panas Wapsalit yang diindikasikan oleh adanya konsentrasi bikarbonat tinggi terjadi melalui proses terlarutnya gas CO2 kedalam air membentuk HCO3 yang berhubungan dengan gas magmatik di daerah Wapsalit.

Hasil ploting dalam diagram segitiga Na/1000-K/100-√Mg menunjukkan mata air panas Wapsalit berada di daerah “partial equilibrium” hal ini menggambarkan kondisi air panas kemungkinan berasal langsung dari kedalaman dengan temperatur cukup tinggi sedangkan mata air panas

Metar berada di daerah “immature waters“ yang menggambarkan adanya pengaruh air permukaan atau pengenceran oleh air meteorik cukup dominan sedangkan hasil ploting dalam diagram segitiga Cl-Li-B cenderung mata air panas Wapsalit dan Metar berada kearah Cl-B yang menunjukkan lingkungan pemunculan mata air panas pada umumnya berada pada batuan sedimen.

Perkiraan temperatur bawah permukaan daerah Wapsalit dengan menggunakan geothermometer SiO2 (conductive-cooling) rata-rata berkisar antara 224-247 oC dan termasuk kedalam entalphi tinggi, sedangkan menggunakan geothermometer Na/K Giggenbach rata-rata berkisar antara 188-198 oC yang menunjukkan temperatur relatif cukup tinggi sedangkan daerah Metar dengan menggunakan geothermometer SiO2 (conductive-cooling) adalah 145 oC, sedangkan menggunakan geothermometer Na/K Giggenbach adalah 171oC dan termasuk kedalam entalphi sedang.

Berdasarkan data hasil Isotop 18O dan Deuterium (Gambar 6) yang diperoleh dari contoh mata air panas daerah Wapsalit dan Metar setelah diplot kedalam diagram pada umumnya cenderung menjauhi garis air meteorik (Meteoric Water Line), untuk mata air panas Wapsalit dan Metar yang mengindikasikan terjadinya pengkayaan 18O karena adanya interaksi fluida panas dengan batuan dikedalaman, hal ini mencerminkan bahwa mata air panas Wapsalit dan Metar kemungkinan berasal langsung dari kedalaman.

Kandungan gas didaerah Manifestasi Wapsalit sangat didominasi oleh kandungan gas CO2 dibandingkan gas-gas lainnya yang relatif sangat kecil, hal ini mencerminkan komposisi kimiawi mata air panas di daerah Wapsalit umumnya sangat didominasi oleh kandungan ion karbonat dimana termasuk kedalam tipe air karbonat-khlorida dengan derajat keasaman yang relatif netral sampai basa.

SEBARAN MERKURI DAN CO2

Hasil analisis unsur Hg dalam tanah dan CO2 udara tanah daerah Wapsalit menunjukkan kandungan unsur Hg tanah antara 3 - 15300 ppb dan kandungan CO2 dalam udara tanah antara 0.03 – 6.34 % selanjutnya di plot ke dalam peta kontur sebaran Hg dalam tanah, pH tanah,

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

kandungan CO2 dalam udara tanah serta temperatur pada kedalaman 1 meter seperti diperlihatkan pada Peta Kontur Sebaran Hg dan CO2 dalam udara tanah dan temperatur udara tanah kedalaman 1 meter di daerah Wapsalit, Desa Lele, Kecamatan Way Apo, Kabupaten Buru.

Dari kedua peta kontur sebaran Hg tanah (Gambar 7) dan C02 udara tanah (Gambar 8) terlihat adanya kelompok lokasi yang menunjukkan adanya kandungan Hg diatas nilai ambang batas sebagai “background value“ dan dihitung berdasarkan distribusi dan populasi yang mewakili secara keseluruhan data dari Wapsalit dan sekitarnya sehingga masing masing populasi diperoleh nilai anomali diatas 1367 ppb untuk kandungan Hg dalam tanah dan diatas 2.26 % (v/v) untuk kandungan CO2, Kandungan Hg diatas nilai ambang batas dijumpai sekitar manifestasi Wapsalit dan di bagian selatan kampung Wapsalit sebagian di wilayah kampung Metar. Pola penyebarannya menunjukkan arah hampir Utara-Selatan sejajar lokasi tempat pemunculan manifestasi.

DISKUSI

Pembentukan sistem panas bumi di daerah Wapsalit sangatlah berbeda dengan pola umum pembentukan panas bumi yang berkaitan dengan aktivitas kegunungapian. Sistem panas bumi daerah Wapsalit diperkirakan berkaitan dengan tubuh intrusi/ vulkanik yang tidak muncul di permukaan, dimana tubuh tersebut berperan sebagai sumber panas yang memanasi air bawah permukaan yang kemudian naik melalui celah-celah dan rekahan akibat kegiatan tektonik dan terperangkap dalam reservoir panas bumi.

Pemunculan mata air panas Wapsalit di Sungai Pemali dengan suhu antara 99.6 – 101.3 °C dengan pH 8.82 – 9.98 (basa), serta daerah alterasi yang cukup luas ± 35.000 m2 dikontrol oleh struktur sesar normal geser (oblik) Waekedang yang berarah baratlaut – tenggara dan komplek Sesar Metar yang berarah baratdaya – timur laut yang memotong batuan metamorf jenis filit. Sedangkan munculnya air panas Metar dengan suhu 60.7°C dan ber-pH 7.12 (netral) dikontrol oleh Sesar Metar jenis oblik yang berarah barat daya – timur laut.

Sinter silika yang ditemukan di sekitar air panas Wapsalit di daerah Sungai Pemali memiliki tebal ±

5 cm hampir ditemukan disetiap pemunculan air panas. Munculnya sinter silika mengindikasikan bahwa panas bumi di daerah Wapsalit bertemperatur tinggi, sedangkan alterasi yang cukup luas mengindikasikan bahwa batuan di sekitar manifestasi telah mengalami ubahan akibat interaksi antara fluida panas yang dibawa ke permukaan dengan batuan yang terlewati fluida tersebut.

Hasil analisis PIMA menunjukkan daerah alterasi yang berada di Sungai Pemali tersusun oleh mineral – mineral lempung seperti kaolinite, halloysite, dickite, illite dan mineral alunite. Munculnya illite menunjukkan temperatur pembentukannya berada pada suhu yang cukup tinggi, antara 240 - 300°C menunjukkan tipe hidrotermal pada zona phyllic. Pemunculan mineral alunit menunjukkan tipe hidrotermal pada zona advance argillic, mineral alunit biasanya berasosiasi dengan tipe air panas asam dengan sulfida tinggi. Sedangkan mineral kaolin, halloysit dan dickit menunjukkan temperatur pembentukan yang lebih rendah dan biasanya termasuk pada zona hidrotermal argilik. Manifestasi panas bumi yang terdapat di daerah penyelidikan berada pada daerah pemunculan (discharge area) dan air permukaan (run off water), tepatnya di Sungai Pemali dan Sungai Waemetar. Air hujan yang meresap ke dalam bumi melalui zona permeabilitas batuan, kemudian mengalami proses pemanasan dari sumber panas melalui transfer panas pada batuan penghantar panas secara konveksi, konduksi atau radiasi, selanjutnya muncul ke permukaan berupa mata air panas.

Penampang model panas bumi (gambar 11) menggambarkan model tentatif sistem panas bumi Wapsalit. Penampang model ini dibuat sejajar struktur sesar Waekedang dan memotong struktur Sesar Wapsalit, Sesar Wae Hidi, Sesar Wae Tina dan komplek Sesar Waemetar dengan memperlihatkan keadaan stratigrafi dari satuan batuan penyusun daerah wapsalit, siklus aliran air bawah permukaan, indikasi sumber panas, batuan reservoir dan penudung. Sumber panas memanaskan batuan dasar, kemudian memanaskan air meteorik yang masuk ke bawah permukaan melalui zona-zona resapan secara konduksi dan konveksi sehingga fluida yang terpanaskan dan naik ke atas karena efek bouyansi dan terjebak dalam reservoir panas

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

bumi yang ditutupi oleh batuan penudung (cap rock). Sebagian kecil fluida panas ini ke luar ke permukaan sebagai mata air panas akibat gaya tektonik yang memotong batuan penudung.

Sumber panas dari sistem panas bumi Wapsalit adalah magma di bawah permukaan yang belum muncul atau masih dalam tahap awal pembentukan vulkanik muda.

Reservoir yang terbentuk diduga akibat pendinginan rekahan-rekahan dan kekar-kekar pengaruh proses tektonik. Permeabilitas dari reservoir ini dibentuk oleh pensesaran yang intensif terutama oleh sesar oblik Waekedang dan Sesar Waemetar serta serta komplek Sesar Waemetar.

Batuan penudung sistem panas bumi Wapsalit ini diperkirakan berupa batuan metamorf yang mengalami ubahan/ alterasi akibat kontak antarafluida panas dengan batuan sekitarnya.

Giggenbach, W.F., 1988. Geothermal Solute Equilibria Deviation of Na-K-Mg – Ca Geo Indicators. Geochemica Acta 52. pp. 2749 – 2765. Fluida panas yang muncul kerpermukaan keluar

dari suatu reservoir panas bumi bersuhu tinggi dengan fluida panasnya yang didominasi oleh air (water dominated). Hasil pendugaan temperatur reservoir dengan geothermometer SiO2 memperlihatkan bahwa suhu reservoir mencapai 224-247 oC dan termasuk kedalam entalphi tinggi. Daerah prospek yang menunjukkan adanya gejalapanas bumi diperkirakan tersebar di sekitar manifestasi air panas Wapsalit di sekitar sungai Waekedang dan menyebar ke arah timur laut sampai manifestasi air panas Metar di sekitarsungai Waemetar.

Lawless, J., 1995. Guidebook: An Introduction to Geothermal System. Short course. Unocal Ltd. Jakarta.

Mahon K., Ellis, A.J., 1977. Chemistry and Geothermal System. Academic Press Inc. Orlando.

KESIMPULAN

Stratigrafi batuan dibagi menjadi 4 satuan dengan urutan dari tua ke muda, terdiri dari batuan metamorf, satuan batulempung, satuan undak sungai, dan alluvium. Batuan tertua berumur 265 ± 0,2 ma atau Permian Akhir. Peranan struktur Sesar Waekedang yang berarah Barat Laut –Tenggara sangat penting sebagai kontrol geologi dan panas bumi di daerah manifestasi. Suhu tertinggi mencapai 101.3 °C, berada di S. Pemali termasuk sistem dominasi air (hot water dominated) Sumber panas diperkirakan berupa tubuh intrusi/ vulkanik yang belum muncul kepermukaan.

S. Tjokrosapoetro, T.Budhitrisna , E.Rusmana (1993) Tim Geologi regional/ Geologi bersistim P

Temperatur bawah permukaan yang berhubungan dengan reservoir panas bumi, menggunakan persamaan geotermometer SiO2, diperkirakan lebih dari 247 oC, termasuk entalpi tinggi.

Distribusi secara lateral pada kedalaman satu meter, memperlihatkan anomali Hg dan temperatur tinggi cenderung ke arah hulu sungai Pemali. Sistem panas bumi di daerah penyelidikan Wapsalit, diperkirakan up flow.

DAFTAR PUSTAKA

Fournier, R.O., 1981. Application of Water Geochemistry Geothermal Exploration and Reservoir Engineering, “Geothermal System: Principles and Case Histories”. John Willey & Sons. New York.

Kusnawan, S.Simanjuntak, A.Prakosa (1992) Peruntukan Lahan Usaha Pertambangan Dalam Tata Ruang Wilayah Di Kabupaten Maluku Tengah, Propinsi Maluku.,PPTM, 1992.

Supramono. 1974. Inventarisasi kenampakan gejala panas bumi di daerah Maluku Utara (P. Makian, P. Tidore, P. Halmahera), daerah Gorontalo dan Kepulauan Sangihe Talaut (Sulawesi Utara)

3G telah melakukan pemetaan “Geologi Regional Lembar Buru, Maluku, skala 1: 250.000”

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Lokasi Penyelidikan

Gambar 1. Lokasi Penyelidikan daerah Wapsalit, P. Buru, Maluku

Gambar 2. Peta Geologi daerah panas bumi Wapsalit, Kabupaten Buru, Maluku

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Gambar 3. Peta isotherm pengukuran suhu air panas dan tanah

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Tabel .1 Hasil Analisis Kimia Mata Air Panas Wapsalit-P.Buru No. PARAMETER SATUAN MAP.

Wapsalit-1 MAP.

Wapsalit-2 MAP.

Wapsalit-3 MAP. Metar

MAD. Metar

1. pH - 9.40 9.10 9.30 7.20 7.10 Na ppm 1234.00 1216.00 1101.00 686.00 3.34

2. K ppm 75.20 76.80 60.00 28.80 0.36 Li ppm 6.80 6.90 5.20 2.80 0.01

3. Ca ppm 0.00 0.00 0.00 16.80 0.29 4. Mg ppm 0.02 0.02 0.01 3.41 0.53 5. Fe ppm 0.02 0.03 0.03 0.21 0.03 6. Al ppm 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 7. CO3 ppm 637.16 407.55 499.19 0.00 0.00 8. As ppm 0.20 0.10 0.00 0.00 0.00 9. NH4 ppm 2.73 5.64 4.73 9.09 0.00

10. HCO3 ppm 1540.08 2001.79 1532.35 1816.64 7.50 11 Cl ppm 228.67 232.19 182.34 105.54 1.00 12. SO4 ppm 40.00 40.00 50.00 1.00 4.50 13. B ppm 33.58 35.08 25.51 15.28 0.26 14. F ppm 2.00 3.00 1.00 1.00 0.00 15. SiO2 ppm 328.24 323.87 248.15 73.46 18.82 16. Conductivity uhos/cm 4500 4360 4300 2330 178 17. Oksigen - 18 (o/oo) -5.16 - -4.64 -6.05 -7.71 18. Deuterium (o/oo) -42.4 - -36.4 -43.7 -48.6 19. Temp.Airpanas ppm 101.3 99.8 99.6 60.7 23.6 20. T-SiO2(cc) ppm 247 245 224 145 - 21. T-SiO2(ac ) ppm 197 196 180 119 - 22. T-Na-K(F) ppm 178 180 170 152 - 23. T-Na-K(G) ppm 195 198 188 171 -

% Cl

HCO3/Cl

% SO420

20

40

40

60

60

80

80

Cl

SO4 HCO3

Cl

SO4 HCO3

Mature waters

Pheripheral waters

Volc

anic

wat

e rs

Steam heated water s

2

2

KETERANGAN

Ap. Wap Salit-1Ap. Wap Salit-2Ap. Wap Salit-3Ap. Metar

K E T E R A N G A N :

A p . Wa p S a l i t - 1 A p . Wa p S a l i t - 2 A p . Wa p S a l i t - 3 A p . M e t a r

Cl/100

B/4Li 20

20

40

40

60

60

80

80

Li less

or Cl a

bsorptio

n

Rhyoli

te

Basalt

Low B

/Cl steam

Low B/Cl steam

Absorption of

Absorption of

4

5

Gambar 5. Diagram segitiga Cl-SO4-HCO3; Na/1000-K/100-√Mg dan Cl-Li-B

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

Tabel 2. Hasil Analisis Kimia Gas manifestasi Wapsalit

No PARAMETER SATUAN Wapsalit -1

Wapsalit -2

2. Koordinat (UTM) X Y Z

261229 9614458

87

261229 9614458

87 4. T-manifestasi OC 92.6 94.8 5. H2 % mole 1.03x10-3 4.09 x 10-3

6. O2+Ar % mole 0.13 0.13 7. N2 % mole 0.023 0.018 8. CH4 % mole 0.00 0.00 9. CO % mole 0.00 0.00

10. CO2 % mole 0.94 0.95 11. SO2 % mole 0.00 0.00 12. H2S % mole 0.00 0.06 13. HCl % mole 0.00 0.00 14. NH3 % mole 0.012 0.011 15. H2O % mole 98.90 98.89

Gambar.3.2-5 Diagram Isotop 18O dan Deuterium

Daerah Wap Salit - P.Buru, Maluku

-80

-70

-60

-50

-40

-30

-20

-10

0

10

20

-12 -10 -8 -6 -4 -2 0 2 4

δ 18O ( H2O )

δD ( H

2O )

Meteoric Water LineAp.Wap Salit-1Ap.Wap Salit-3Ap.MetarAd.Metar

δD = 8 δ18O + 14

Gambar 6. Grafik Isotop O-18 dan Deuterium daerah Wapsalit

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

A 2000

A 2500

A 3000

A 3500

A 4000

A 4500

A 5000

B 2000

B 2500B 2750

B 3000B 3250

B 3500

B 4000

B 4500

B 5000

B 5500

B 6000

B 6500

B 7000

C 2000

C 2500

C 3000

C 3500

C 4000

C 4500

C 5000

C 5500

C 6000

D 2000D 2500

D 3000

D 3500D 3750

D 4000D 4250

D 4500

D 5000

D 5450

E 3000

E 3500

E 4000

E 4500

E 5000

E 5500

E 6000

E 6500

E 7000

F 1500

F 2000

F 2500

F 3000

F 3500

F 4000

F 4500

F 5000F 5250

F 5500

G 1500

G 2000

G 2500

G 3000

G 3500

G 4000

G 4500

G 5000G 5250

G 5500

Y1

Y3

Y5

Y7

Y10

Y 12

Y 16

Y 18

Y 20

Y 23

Y 26

Y 28

Y 30

Y 32

S1

S3S4S10

R 5

R 10

R 11

GK-1

GK-2

GK-3

GK-4

GK-5

GK-6

250300 50

250

100

150

50

50100

150 50

250

200

300

150

50

100

15020

0250

300

350

50

50100

150

200

250150

200

150

150

200

250

100

150

200250300

350

400

450

450

200

250

300

350

150200250300350400

450

400

350

450

450

400

350

300

300

250200

200

250

250

200200

200

50

50

100

100 5050

50

100

100

5050

50

50

Grandeng

Waeleman

Waelo

Resun

Bangkarua

Abun

WaemetarMokiniakin

Wapsalit

Waeplan

Waetina

Debu

Metar

Lele

258000 mE 259000 mE 260000 mE 261000 mE 262000 mE 263000 mE 264000 mE 265000 mE 266000 mE 267000 mE 268000 mE 269000 mE 270000 mE 271000 mE9608000 mN

9609000 mN

9610000 mN

9611000 mN

9612000 mN

9613000 mN

9614000 mN

9615000 mN

9616000 mN

9617000 mN

9618000 mN

9619000 mN

9620000 mN

Waemlaha

Waekedang

126º49'30 126º50'30 126º51'30 126º52'30 126º53'30 126º54'30 126º55'30

-3º32'30

-3º31'30

-3º30'30

-3º29'30

-3º28'30

-3º27'30

-3º26'30

-

-

-

-

Gambar 7. Peta kontur sebaran Hg tanah daerah Wapsalit

PROCEEDING PEMAPARAN HASIL KEGIATAN LAPANGAN DAN NON LAPANGAN TAHUN 2007 PUSAT SUMBER DAYA GEOLOGI

A 2000

A 2500

A 3000

A 3500

A 4000

A 4500

A 5000

B 2000

B 2500B 2750

B 3000B 3250

B 3500

B 4000

B 4500

B 5000

B 5500

B 6000

B 6500

B 7000

C 2000

C 2500

C 3000

C 3500

C 4000

C 4500

C 5000

C 5500

C 6000

D 2000D 2500

D 3000

D 3500D 3750

D 4000D 4250

D 4500

D 5000

D 5450

E 3000

E 3500

E 4000

E 4500

E 5000

E 5500

E 6000

E 6500

E 7000

F 1500

F 2000

F 2500

F 3000

F 3500

F 4000

F 4500

F 5000F 5250

F 5500

G 1500

G 2000

G 2500

G 3000

G 3500

G 4000

G 4500

G 5000G 5250

G 5500

Y1

Y3

Y5

Y7

Y10

Y 12

Y 16

Y 18

Y 20

Y 23

Y 26

Y 28

Y 30

Y 32

S1

S3S4

S10

R 5

R 10

R 11

GK-1

GK-2

GK-3

GK-4

GK-5

GK-6

250300 50

250

100

150

50

50100

150 50

250

200

300

150

50

100

15020

0250

300

350

50

50100

150

200

250150

200

150

150

200

250

100

150

200250300

350

400

450

450

200

250

300

350

150200250300350400

450

400

350

450

450

400

350

300

300

250200

200

250

250

200200

200

50

50

100

100 5050

50

100

100

5050

50

50

Grandeng

Waeleman

Waelo

Resun

Bangkarua

Abun

WaemetarMokiniakin

Wapsalit

Waeplan

Waetina

Debu

Metar

Lele

258000 mE 259000 mE 260000 mE 261000 mE 262000 mE 263000 mE 264000 mE 265000 mE 266000 mE 267000 mE 268000 mE 269000 mE 270000 mE 271000 mE9608000 mN

9609000 mN

9610000 mN

9611000 mN

9612000 mN

9613000 mN

9614000 mN

9615000 mN

9616000 mN

9617000 mN

9618000 mN

9619000 mN

9620000 mN

Waemlaha

Waekedang

126º49'30 126º50'30 126º51'30 126º52'30 126º53'30 126º54'30 126º55'30

-3º32'30

-3º31'30

-3º30'30

-3º29'30

-3º28'30

-3º27'30

-3º26'30

Gambar 8. Peta anomali CO2 daerah Wapsalit, P.Buru