penyelidikan potensi banjir bandang di kabupaten … 20100203... · penyelidikan potensi banjir...

9
Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk) PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR M. Nizar Firmansyah dan Eka Kadarsetia Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi – Badan Geologi Sari Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang rentan terhadap gerakan tanah dan mempunyai curah hujan tinggi. Sungai-sungai umumnya berhulu di Gunung Iyang-Argopuro dan Gunungapi Raung. Longsoran pada tebing sungai akibat hujan lebat atau gempabumi menyebabkan terbentuknya bendungan alami. Setelah terbentuknya bendungan longsor alami di hulu sungai, intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan luapan air yang pada batas tertentu dapat mengakibatkan aliran bahan rombakan atau lebih dikenal dengan banjir bandang. Daerah-daerah yang berada sekitar aliran K. Petung, K. Dinoyo dan K. Petawan sangat berpotensi terkena banjir bandang. Daerah-daerah sekitar aliran K. Wates, K. Pola, K. Jompo dan lain-lain juga harus waspada terhadap kemungkinan banjir bandang. STREAM OF SUSCEPTIBILITY TO DEBRIS FLOW INVESTIGATION IN JEMBER DISTRICT, EAST JAVA M. Nizar Firmansyah and Eka Kadarsetia Center for Volcanology and Geological Hazard Mitigation – Geological Agency Abtract Jember is one of the districts in East Java which has high susceptibility to landslide and high intensity of rainfall. The rivers generally originated from Mount Iyangargopuro and Raung Volcano. Landslide often occurred in the wall of the river caused the natural dam formation followed by debris flow, especially during the rainy season and earthquake. The areas along the stream of K. Petung, K. Dinoyo and K. Petawan are high susceptibility to debris flows. K. Wates, K.Pola and K.Jompo are the rivers which have to pay attention. 1. Pendahuluan Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang rentan terhadap gerakan tanah dan mempunyai curah hujan tinggi. Pada tanggal 1 Januari 2006, hujan yang berintensitas tinggi (178 mm/ hari), menyebabkan gerakan tanah yang berkembang menjadi banjir bandang. Daerah terparah yang terlanda adalah wilayah Desa Suci, Desa Panti dan Desa Kemiri, Kecamatan Panti. Akibat peristiwa ini 264 rumah hanyut dan rusak, 98 orang tewas, puluhan luka-luka, ratusan hektar persawahan rusak, ratusan rumah hancur, 6 jembatan hancur, 9 cekdam hancur serta sarana dan prasarana lainnya (Sudradjat dkk, 2006). Daerah lain yang mengalami bencana tanah longsor, yaitu : Desa Kemuning Lor (Kecamatan Arjasa), Desa Klungkung (Kecamatan Sukorambi) dan Desa Panti (Kecamatan Panti). Pada tanggal 5 Maret 2003 terjadi gerakan tanah yang menyebabkan 21 rumah rusak akibat terkubur oleh tanah longsor di Dusun Calok, Desa/Kecamatan Arjasa (Kompas, 2003). Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Jawa Bagian Timur (Djadja dkk, 2006) skala 1 : 500.000, daerah penyelidikan termasuk kedalam zona kerentanan gerakan tanah dari sangat rendah sampai tinggi. Kegiatan evaluasi potensi bencana gerakan tanah dilakukan pada daerah-daerah yang Hal :14 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2010 : 14-22

Upload: phungkhuong

Post on 10-Apr-2019

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN … 20100203... · Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk) PENYELIDIKAN POTENSI

Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk)

PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN JEMBER, JAWA TIMUR

M. Nizar Firmansyah dan Eka Kadarsetia

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi – Badan Geologi

Sari Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Jawa Timur yang rentan terhadap gerakan tanah dan

mempunyai curah hujan tinggi. Sungai-sungai umumnya berhulu di Gunung Iyang-Argopuro dan Gunungapi Raung. Longsoran pada tebing sungai akibat hujan lebat atau gempabumi menyebabkan terbentuknya bendungan alami. Setelah terbentuknya bendungan longsor alami di hulu sungai, intensitas curah hujan yang tinggi menyebabkan luapan air yang pada batas tertentu dapat mengakibatkan aliran bahan rombakan atau lebih dikenal dengan banjir bandang.

Daerah-daerah yang berada sekitar aliran K. Petung, K. Dinoyo dan K. Petawan sangat berpotensi terkena banjir bandang. Daerah-daerah sekitar aliran K. Wates, K. Pola, K. Jompo dan lain-lain juga harus waspada terhadap kemungkinan banjir bandang.

STREAM OF SUSCEPTIBILITY TO DEBRIS FLOW INVESTIGATION IN JEMBER DISTRICT, EAST JAVA

M. Nizar Firmansyah and Eka Kadarsetia

Center for Volcanology and Geological Hazard Mitigation – Geological Agency

Abtract Jember is one of the districts in East Java which has high susceptibility to landslide and high intensity of

rainfall. The rivers generally originated from Mount Iyangargopuro and Raung Volcano. Landslide often occurred in the wall of the river caused the natural dam formation followed by debris flow, especially during the rainy season and earthquake.

The areas along the stream of K. Petung, K. Dinoyo and K. Petawan are high susceptibility to debris flows. K. Wates, K.Pola and K.Jompo are the rivers which have to pay attention.

1. Pendahuluan Kabupaten Jember merupakan salah satu

kabupaten di Jawa Timur yang rentan terhadap gerakan tanah dan mempunyai curah hujan tinggi. Pada tanggal 1 Januari 2006, hujan yang berintensitas tinggi (178 mm/ hari), menyebabkan gerakan tanah yang berkembang menjadi banjir bandang. Daerah terparah yang terlanda adalah wilayah Desa Suci, Desa Panti dan Desa Kemiri, Kecamatan Panti. Akibat peristiwa ini 264 rumah hanyut dan rusak, 98 orang tewas, puluhan luka-luka, ratusan hektar persawahan rusak, ratusan rumah hancur, 6 jembatan hancur, 9 cekdam hancur serta sarana dan prasarana lainnya (Sudradjat dkk, 2006).

Daerah lain yang mengalami bencana tanah longsor, yaitu : Desa Kemuning Lor (Kecamatan Arjasa), Desa Klungkung (Kecamatan Sukorambi) dan Desa Panti (Kecamatan Panti). Pada tanggal 5 Maret 2003 terjadi gerakan tanah yang menyebabkan 21 rumah rusak akibat terkubur oleh tanah longsor di Dusun Calok, Desa/Kecamatan Arjasa (Kompas, 2003).

Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Jawa Bagian Timur (Djadja dkk, 2006) skala 1 : 500.000, daerah penyelidikan termasuk kedalam zona kerentanan gerakan tanah dari sangat rendah sampai tinggi.

Kegiatan evaluasi potensi bencana gerakan tanah dilakukan pada daerah-daerah yang

Hal :14 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2010 : 14-22

Page 2: PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN … 20100203... · Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk) PENYELIDIKAN POTENSI

Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M.N. Firmansyah, dkk)

pernah terlanda gerakan tanah dengan skala yang lebih yaitu 1 : 50.000. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk menentukan potensi/tingkat kerentana gerakan tanah dan potensi banjir bandang serta kemungkinan dampaknya terhadap lingkungan.

Daerah yang diteliti secara geografis terletak pada kordinat 113°25’ sampai 113°50’ Bujur Timur dan antara 8°4’ sampai 8°10’ Lintang Selatan, secara administratif termasuk kedalam daerah Kecamatan Rambipuji, Panti, Arjasa dan Sukorambi, Kabupaten Jember, Provinsi Jawa Timur (Gambar. 1).

Lokasi penyelidikan

U Skala 1 : 1.750.000

7050’

7000’

8000’

8050’

114050’ 114000’ 113050’ 113000’ 112050’

Gambar 1. Peta lokasi daerah penyelidikan

2. Metoda Penyelidikan

Metoda penyelidikan mencakup beberapa pekerjaan, yaitu : pengamatan kondisi geologi setempat, pengamatan morfologi, jenis gerakan tanah, faktor penyebabnya, tata guna lahan, kondisi keairan, jenis dan sifat fisik tanah, pengambilan conto tanah/ batuan serta pengamatan kondisi sungai dan permukiman.

3. Geologi dan Potensi Gerakan Tanah Secara fisiografi daerah penyelidikan

termasuk dalam lembar Jember yang dapat dibagi atas: bagian selatan termasuk lajur pegunungan selatan, bagian tengah lajur depresi tengah dan bagian utara lajur gunungapi kuarter (van Bemmelen, 1949). Daerah penyelidikan berada bagian tengah pada lajur depresi tengah. Secara geologi daerah ini tersusun oleh Formasi

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2010 : 15-22 Hal :15

Page 3: PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN … 20100203... · Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk) PENYELIDIKAN POTENSI

Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M.N. Firmansyah, dkk)

Hal :16 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2010 : 16-22

Breksi Argopuro (Qvab), merupakan breksi gunungapi bersusunan andesit dan bersisipan lava (Gambar 2).

Satuan ini merupakan hasil kegiatan Gunung Iyang-Argopuro yang terakhir. Batuannya sudah sangat lapuk sehingga membentuk tanah laterit yang cukup tebal berwarna merah bata (Safei, dkk, 1992). Dibawah satuan Breksi Argopuro (Qvab) terdapat satuan Tuf Argopuro (Qvat), dengan tuf sebagai satuan utama yang terdiri dari tuf

sela, tuf abu, dan tuf kaca. Tuf sela terdiri dari pecahan batuan bersusun andesit piroksen dengan tekstur porfiritik. Fenokrisnya plagioklas yang mengapung dalam masa dasar mikrolit plagioklas dan kaca. Tuf abu tersusun oleh mikrolit plagioklas dan sejumlah mineral hitam. Tuf kaca tersusun sebagian besar oleh kaca gunungapi. Satuan Tuf Argopuro (Qvat) ini sering muncul pada gawir-gawir longsoran dan lembah-lembah sungai.

Gambar 2. Peta Geologi Daerah Rambipuji dan sekitarnya (Safei dkk, 1992).

Page 4: PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN … 20100203... · Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk) PENYELIDIKAN POTENSI

Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M.N. Firmansyah, dkk)

Berdasarkan Peta Zona Kerentanan Gerakan

Tanah Jawa Timur (Djadja dkk, 2006), daerah bencana termasuk zona kerentanan gerakan tanah menengah sampai tinggi, artinya pada

daerah ini sering terjadi gerakan tanah dan gerakan tanah lama bisa terjadi lagi apabila curah hujan tinggi (Gambar 3).

U

↑ Skala 1 : 500.000

Gambar 3. Peta Potensi Gerakan Tanah Kabupaten Jember dan Sekitarnya, Jawa Timur (Djadja dkk, 2006). 4. Hasil Penyelidikan

Di daerah penyelidikan, daerah-daerah yang mempunyai kerentanan gerakan tanah tinggi umumnya menempati alur-alur sungai dengan dinding yang curam serta baranco-baranco di lereng Gunung Iyang-Argopuro, seperti hulu K. Petung, hulu K. Dinoyo, hulu K. Wates, K. Pala, hulu K. Jampa dan K. Blambangan. Daerah permukiman yang berada atau dekat dengan zona kerentanan gerakan tanah tinggi ini adalah Kampung Durja, Kampung Mujan, Karangsela wetan, Darungan, Gading, Gumuktiba, Kupang, Caluk dan Pakel.

Tataguna lahan sebagian besar berupa hutan, ladang, hutan, sebagian kecil pesawahan dan permukiman.

Pada daerah ini gerakan tanah dapat terjadi sewaktu-waktu karena terdapat gawir longsoran lama, nendatan dan retakan yang dapat aktif kembali akibat curah hujan yang tinggi atau parameter pemicu lainnya. Bisa juga gerakan tanah muncul pada titik yang baru apabila terjadi gempabumi, kenaikan intensitas curah hujan, erosi ataupun penggundulan hutan. Gerakan tanah yang terjadi pada tebing-tebing sungai dapat menyebabkan penyumbatan dan

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2010 : 17-22 Hal :17

Page 5: PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN … 20100203... · Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk) PENYELIDIKAN POTENSI

Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M.N. Firmansyah, dkk)

Hal :18 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2010 : 18-22

pembentukan bendungan longsor alami yang pada akhirnya dapat menimbulkan banjir bandang.

Menurut Sudrajat dkk (2006), tanah pelapukan di daerah Rambipuji dan sekitarnya terdiri dari lempung pasiran sampai pasir lempungan. Ketebalan tanah pelapukan mulai dari 2 meter sampai dengan lebih dari 10 meter.

Gabungan kondisi batuan yang lapuk serta kemiringan lereng yang curam terutama pada tebing-tebing sungai, menyebabkan sebagian kondisi lahan di daerah penyelidikan menjadi labil. Kondisi yang labil ini diperparah dengan tingginya curah hujan dan minimnya vegetasi yang berakar kuat sehingga menjadi rawan akan terjadinya gerakan tanah. Faktor tata guna lahan juga cukup berperan terhadap terjadinya gerakan tanah, pemotongan lereng menjadi hampir tegak tentu saja sangat memicu longsor.

Berdasarkan hasil penyelidikan di lapangan, faktor-faktor penyebab terjadinya gerakan tanah yang diikuti banjir bandang di daerah penyelidikan antara lain : 1. Kondisi batuan : Batuan penysun di lokasi

longsor adalah batuan vulkanik produk Gunung Iyang-Argopuro yang tingkat pelapukannya sangat tinggi, karena Gunung Iyang-Argopuro merupakan gunungapi tua (Tipe B).

2. Adanya batuan dasar yang kedap air seperti lava dan breksi vulkanik yang sangat kompak dan padu, sehingga menjadi bidang penahan air dan bidang gelincir.

3. Kemiringan lereng (geomorfologi) : longsoran umumnya terjadi pada lereng yang curam dan di tebing-tebing sungai.

4. Hidrologi : Intensitas hujan yang tinggi menyebabkan batuan menjadi jenuh air, sehingga menjadi repui, lembek dan mudah longsor. Batuan disekitar aliran sungai menjadi lebih jenuh.

5. Vegetasi dan tataguna lahan : Pohon berfungsi sebagai penghisap air tanah dan sebagai pengikat tanah, sehingga keberadaannya akan berguna untuk mengurangi terjadinya longsoran.

Pembangunan rumah/permukiman di tepi gawir atau di bawah gawir dapat memperburuk keadaan.

6. Jika gerakan tanah terjadi di tebing-tebing sungai di daerah hulu seperti K. Dinoyo, K. Petung, K. Petawan, K. Wates, K. Pola, K. Jompo dan lain-lain, maka sungai-sungai tersebut sangat rawan terkena banjir bandang.

5. Pembahasan

Gerakan tanah atau longsor adalah perpindahan masa tanah dari bagian atas lereng ke bawah sepanjang lereng. Morfologi umum daerah Rambipuji dan sekitarnya merupakan deretan perbukitan Gunung Iyang-Argopuro yang terjal dan curam di lereng bagian atas. Umumnya kemiringan lereng sebagin besar diatas 45°. Bentuk lembah umumnya sempit dan curam (bentuk V) dengan kedalaman lembah 20 - 40 m. Di lereng bagian tengah merupakan daerah berglombang dengan kemiringan lereng 15 - 20°, di lereng bagian tengah - bawah merupakan daerah medan bergelombang sampai datar, merupakan daerah peladangan dan permukiman penduduk. Daerah ini merupakan daerah yang terparah tingkat kerusakannya akibat banjir bandang.

Gerakan tanah dapat berkembang menjadi ”debris flow” atau aliran bahan rombakan yang selanjutnya menjadi banjir bandang. Bendung alam terbentuk di beberapa lokasi di bagian hulu sungai-sungai di daerah bencana, akibatnya terjadilah akumulasi air dan penumpukan material longsoran, yang sewaktu-waktu bisa jebol dan mengakibatkan terjadinya banjir bandang. Gerakan tanah di sepanjang tebing sungai mulai dari hulu sampai hilir menyebabkan terjadinya penyumbatan aliran air atau bendung alam, sehingga terjadi akumulasi air yang cukup besar. Pola aliran sungai yang mendaun (dendritik), dengan lembah berbentuk ”V” serta kemiringan lereng yang curam menyebabkan arus sungai menjadi sangat deras ketika terjadi banjir bandang yang dapat menyeret berbagai material di sekitar alur

Page 6: PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN … 20100203... · Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk) PENYELIDIKAN POTENSI

Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M.N. Firmansyah, dkk)

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2010 : 19-22 Hal :19

sungai, sehingga memperparah dampak dari banjir tersebut. Kejadian gerakan tanah yang berkembang menjadi banjir bandang telah terjadi beberapa kali.

Faktor-faktor penyebab terjadinya banjir bandang antara lain adalah tingginya tingkat kerentanan gerakan tanah di sepanjang aliran sungai, tingginya intensitas curah hujan, bentuk dan pola aliran sungai, geomorfologi, kemiringan lereng yang tinggi di daerah hulu dan faktor vegetasi. Data curah hujan pada Desember 2005 dan Januari 2006, yang dicatat oleh Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) di Stasiun Hujan DAS Dinoyo adalah sebagai berikut : a. Stasiun Rambipuji : 115 mm/hari b. Stasiun Klatakan : 178 mm/ hari c. Stasiun Dam Makam : 127 mm/ hari d. Stasiun Semampir : 120 mm/ hari e. Stasiun Pono : 107 mm/ hari f. Stasiun Dam Pecoro : 75 mm/ hari

Secara keseluruhan sungai-sungai di daerah penyelidikan mengalir ke selatan dan umumnya berasal dari Gunung Iyang-Argopuro, Gunungapi Raung dan Pegunungan Meru-Betiri. Pola aliran sungainya, mendaun sejajar dan memencar, dengan sifat perennial hingga epimeral atau periodik. Pola aliran sungai merupakan pola aliran dendritik yang tidak begitu lebar, hampir menyempit seperti pohon cemara. Type pola aliran sungai yang demikian mempunyai karakteristik peningkatan debit air yang tajam dalam waktu yang singkat, peningkatan debit sungai akibat curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan banjir bandang. Daerah Aliran Sungai (DAS) Dinoyo merupakan rangkaian kawasan perbukitan dan pegunungan dari Gunung Iyang-Argopuro. DAS Dinoyo ini terdiri dari beberapa anak sungai, yang semuanya bermuara pada sungai utama, yaitu K. Putih dan K. Dinoyo, yang akhirnya bermuara pada K. Beladung. Sistem sungai DAS Dinoyo di bagian hulu diawali dari bagian puncak pegunungan Argopuro. Daerah Aliran Sungai (DAS) Dinoyo merupakan

rangkaian kawasan perbukitan dan pegunungan dari Gunung Iyang-Argopuro.

K. Petung yang terletak di sebelah barat Rambipuji mempunyai hulu di Gunung Iyang-Argopuro. Di hulunya terdapat baranco dengan panjang sekitar 5 km dan lebar rata-rata sekitar 2 km, memanjang membentuk pola aliran sungai yang mengalir ke arah selatan. Jika terjadi penyumbatan akibat longsor di tebing-tebing sungai, maka akan terbentuk dam alami. Ketika penyumbat tidak tahan lagi menahan bobot tekanan air, maka dam akan jebol dan mengalir ke hilir dengan kecepatan yang tinggi karena kemiringan lereng yang tajam. Daerah yang rawan terkena terjangan banjir adalah Desa Pakis, Badeyan, Sumbersari, Jereng, Petung dan desa-desa lain yang berada di sekitar aliran K. Petung.

K. Dinoyo yang mengalir di Desa Rambipuji juga berhulu dari Gunung Iyang-Argopuro dan berpotensi terjadi banjir bandang, dengan mekanisme yang kurang lebih sama dengan K. Petung. Daerah yang berpotensi terlanda antara lain Gebang, Rambipuji, Gemukgong dan dusun-dusun lain yang berada di sekitar aliran K. Dinoyo. Sungai lain yang sangat berpotensi menimbulkan banjir bandang adalah K. Petawan yang mengalir di sebelah timur Rambipuji, juga berhulu di Gunung Iyang-Argopuro yang membentuk baranco sepanjang lebih dari 5 km dengan lebar sekitar 1 km. Daerah-daerah yang dapat terlanda antara lain : Kemiri, Tenggiling, Karanganom, Serut, Panti, Gajahwera, Satrian, Rambigundam, Rambi puji dan lain-lain.

K. Pala juga mempunyai potensi terjadi banjir bandang, dengan daerah yang mungkin dapat terlanda seperti daerah Durja, Jatian, Kebonagung dan lain-lain. K. Jompo berpotensi mengancam daerah Klumpangan, Puring-wetan dan lain-lain. K. Rembangan berpotensi mengancam daerah Karangsela-wetan, Darungan, Gading dan lain-lain. Daerah-daerah yang berada sekitar aliran K. Petung, K. Dinoyo dan K. Petawan sangat rawan terkena banjir bandang. Daerah-daerah sekitar aliran K.

Page 7: PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN … 20100203... · Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk) PENYELIDIKAN POTENSI

Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M.N. Firmansyah, dkk)

Hal :20 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2010 : 20-22

Wates, K. Pola, K. Jompo dan lain-lain juga harus waspada terhadap banjir bandang. 6. Kesimpulan

Terjadinya gerakan tanah di daerah penyelidikan disebabkan oleh tingginya tingkat pelapukan batuan, curah hujan yang tinggi, lereng dan tebing yang curam, faktor vegetasi dan tata guna lahan serta adanya batuan dasar yang kedap air dan berfungsi sebagai bidang gelincir. Pada areal berbukit dan tebing-tebing sungai yang curam di daerah Arjasa dan sekitarnya memiliki potensi mengalami gerakan tanah.

Gerakan tanah menyebabkan terjadinya penyumbatan sungai di daerah hulu, sehingga terjadi akumulasi air yang cukup besar, kemudian sumbatan tersebut jebol dan menjadi banjir bandang.

Daerah-daerah yang berada sekitar aliran K. Petung, K. Dinoyo dan K. Petawan sangat rawan terkena banjir bandang. Daerah-daerah sekitar aliran K. Wates, K. Pola, K. Jompo dan lain-lain juga harus waspada terhadap banjir bandang. 7. Saran-saran

1. Meningkatkan kewaspadaan bila hujan turun secara terus menerus.

2. Harap waspada jika terjadi pengurangan debit sungai (penyusutan air sungai) yang tiba-tiba, karena kemungkinan terjadi penyumbatan di daerah hulu dan bisa menjadi banjir bandang.

3. Areal permukiman dan sarananya hendaknya dibangun menjauhi daerah aliran sungai yang berpotensi banjir bandang.

4. Beberapa metoda yang dapat diterapkan dalam penanganan gerakan tanah antara lain adalah pengendalian air permukaan dan air rembesan, penambatan longsoran tanah (misal : tembok penahan, bronjong), penambatan longsor batuan dan penanaman pohon/ penghijauan.

DAFTAR PUSTAKA Bishop, A.W., 1960, Stability Coeficients for

Earth Slope, Geotechniq 10 : 129-150

Djadja., Suranta, Darsoatmodjo, A., & Lutfi, A., 2006, Peta Zona Kerentanan Gerakan Tanah Daerah Jawa Bagian Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Jember Dalam Angka, 2005. Kadarsetia, E., Firmansyah, M.N. dan Effendi,

W., 2008. Evaluasi Potensi Gerakan Tanah dan Banjir Bandang Daerah Rambipuji dan Sekitarnya, Kabupaten Jember, Jawa Timur. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Tidak Dipublikasikan.

Kertapati, E.K., Soehaimi, A., Djuhanda A., Effendi, I., 1998, Peta Seismotektonik Indonesia, Skala 1: 5000.000, Puslitbang Geologi, Bandung.

Koran Kompas Tanggal 5 Maret 2003. Maemunah,I., dkk., 2007, Tanggap Darurat

Mitigasi Bencana Gempabumi di Wilayah Jember dan Sekitarnya, Jawa Timur. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Pangluar dan Suroso., 1985, Petunjuk Penyelidikan dan Penanggulangan Gerakan Tanah, Puslitbang Pengairan.

Sapei, T., Suganda, A.H., Astadiredja, K.A.S., & Suharsono, 1992, Peta Geologi Lembar Jember, Jawa Timur; Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Page 8: PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN … 20100203... · Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk) PENYELIDIKAN POTENSI

Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M.N. Firmansyah, dkk)

Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2010 : 21-22 Hal :21

Sudradjat, G.M., dkk, 2006, Pemeriksaan Bencana Gerakan Tanah Dan Banjir Bandang di Kecamatan Rambipuji Kabupaten Jember, Propinsi Jawa Timur, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Waar, T.S., 1978, Faktor of Safety Approach to Landslide Potential Delineation, Desertation Department of Civil Engineering Colorado State Forthcolins, Colorado.

Wesley, L.D., 1976, Mekanika Tanah dan Batuan, Departemen Pekerjaan Umum, Cetakan VI.

Page 9: PENYELIDIKAN POTENSI BANJIR BANDANG DI KABUPATEN … 20100203... · Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M. Nizar Firmansyah, dkk) PENYELIDIKAN POTENSI

Penyelidikan Potensi Banjir Bandang di Kabupaten Jember, Jawa Timur (M.N. Firmansyah, dkk)

LAMPIRAN : PETA ZONA KERENTANAN GERAKANTANAH DAN BANJIR BANDANG DAERAH JEMBER DAN SEKITARNYA (Kadarsetia dkk, 2008)

U

SKALA 1 : 100.000

113o 30’BT 113o 45’BT 8o 04’ LS

8o 10’ LS

Hal :22 Bulletin Vulkanologi dan Bencana Geologi, Volume 5 Nomor 2, Agustus 2010 : 22-22