penuntun praktikum teknologi fermentasi · selama fermentasi pada bahan makanan akan terjadi...
TRANSCRIPT
PENUNTUN PRAKTIKUM TEKNOLOGI FERMENTASI
Oleh: Ni W. Wisaniyasa
I Ngh. Kencana Putra Ni Ny. Puspawati
Revisi III
JURUSAN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA 2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang
Maha Esa) karena berkat rahmatNyalah Penuntun Praktikum Teknologi Fermentasi Revisi
I ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya. Penyusunan buku penuntun praktikum ini
bertujuan untuk memberikan panduan kepada mahasiswa semester VI Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanin, dalam melakukan praktikum mata kuliah
Teknologi Fermentasi sehingga memudahkan seluruh mahasiswa dalam menyelesaikan
praktikumnya.
Bersama ini kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung penyelesaian penyusunan buku penuntun praktikum ini. Penulis berharap
semoga buku penuntun ini dapat berguna bagi berbagai pihak. Saran maupun kritik yang
bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan buku ini.
Denpasar, 3 Januari 2017
Tim Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
Halaman :
COVER …………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ………………………………………………………. ii
DAFTAR ISI ………………………………………………………………… iii
I. PENDAHULUAN …………………………………………………….. 1
II. PEMBUATAN TEMPE ……………………………………………… 11
III. PEMBUATAN KECAP ………………………………………………. 17
IV. PEMBUATAN TAUCO ……………………………………………….. 27
V. PEMBUATAN ONCOM ………………………………………………. 30
VI. PEMBUATAN TAPE ………………………………………………….. 36
VII. PEMBUATAN BREM BALI …………………………………………… 44
VIII. PEMBUATAN SAKE …………………………………………………. 49
IX. PEMBUATAN ANGGUR (WINE) ……………………………………. 52
X. PEMBUATAN VINEGAR ………………………………………………. 57
XI. PEMBUATN CIDER NENAS ………………………………………….. 62
XII. PEMBUATAN CIDER TEH …………………………………………. 65
XIII. PEMBUATAN SAYUR ASIN (SAUERKRAUT) …………………… 67
XIV. PEMBUATAN KIMCHEE…………………………………………….. 69
XV. PEMBUATAN SOYGHURT …………………………………………… 72
XVI. PEMBUATAN ROTI ………………………………………………….. 74
XVII. PEMBUATAN NATA DE COCO ……………………………………. 77
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 81
iii
PENDAHULUAN
Fermentasi adalah proses pengawetan makanan yang telah dikenal sejak dahulu
kala. Kata fermentasi berasal dari bahasa latin “fervere” yang berarti mendidih (boiling),
oleh karena pada proses pembuatan minuman anggur bahan seolah-olah kelihatan
mendidih. Akan tetapi fermentasi sekarang ini tidak terbatas pada pembuatan anggur
saja., tetapi juga pada pembuatan makanan dan minuman selain anggur.
Bahan pangan yang banyak diolah secara fermentasi di Indonesia ini ialah kacang
kedele dan kacang tanah. Kacang kedele banyak dipakai untuk membuat makanan
terfermentasi , seperti tempe, kecap dan tauco sedangkan kacang tanah (bungkil) untuk
membuat oncom. Makanan terfermentasi (makanan yang diolah secara fermentasi)
kebanyakan dibuat secara kecil-kecilan atau skala industri rumah atas dasar warisan cara-
cara pembuatan yang turun-temurun. Tingkat pengetahuan pengusahanya kebanyakan
rendah sekali, sehingga sering terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Keracunan karena
makanan terfermentasi yang memberikan akibat yang fatal merupakan contoh dari hal-hal
yang tidak diinginkan tersebut.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan tersebut, perlu diketahui dasar-
dasar pengolahan makanan secara fermentasi, seperti bagaimana sampai dapat terbentuk
makanan terfermentasi, apa yang menyebabkannya, dan faktor-faktor apa yang
mempengaruhi jalannya proses fermentasi.
Dasar-dasar Fermentasi
Fermentasi menurut pengertian ilmu Biokimia adalah perubahan-perubahan kimia
atau pemecahan yang terarah pada bahan organik (contohnya pada makanan). Perubahan-
perubahan ini terjadi jika mikroba penyebab fermentasi kontak dengan substrat
(makanan) yang sesuai bagi pertumbuhannya. Akibat fermentasi bahan pangan akan
mengalami perubahan dalam sifat-sifatnya, contohnya: kacang kedele akan menjadi
mudah dicerna setelah menjadi tempe, ekstrak buah anggur akan terasa beralkohol, beras
ketan terasa manis bercampur rasa alkohol dll.
Pengawetan makanan secara fermentasi adalah berbeda sekali dengan pengawetan
makanan secara pengeringan, pendinginan, pemanasan dll. Pengawetan secara fermentasi
ditujukan untuk memperbanyak jumlah mikroba, sedangkan pengawetan secara
pengeringan dsb tersebut justru kebalikannya yaitu mengurangi jumlah mikroba. Pada
fermentasi, mikroba tertentu akan berkembang biak dan memberikan perubahan-
perubahan yang khas untuk masing-masing jenis makanan dan jenis mikroba yang
tumbuh.
Pada waktu makan, tubuh manusia akan mengeluarkan enzim-enzim untuk
memecah komponen-komponen dalam makanan menjadi bahan-bahan yang mudah larut
dan mudah dicerna, contohnya waktu mengunyah makanan akan dikeluarkan enzim
ptyalin bersama ludah yang akan memecah pati dari makanan menjadi senyawa yang
lebih sederhana yaitu dekstrin dan maltosa. Diperut akan dikeluarkan enzim pepsin yang
akan memecah protein menjadi pepton, dan juga enzim-enzim serta bahan-bahan lain
yang akan membantu mempermudah pemecahan bahan makanan. Pada pertumbuhan
mikroba, juga akan dikeluarkan enzim-enzim yang akan membantu memecah komponen
bahan makanan sehingga dapat dipergunakan untuk pertumbuhannya.
Perubahan selama proses fermentasi
Selama fermentasi pada bahan makanan akan terjadi perubahan-perubahan pada
komponen-komponen dalam bahan tersebut seperti disebutkan di atas yaitu antara lain
perubahan (pemecahan) protein, lemak, karbohidrat (hidrat arang).
Protein
Protein dari bahan selama fermentasi akan dipecah oleh aksi enzim dari mikroba
menjadi senyawa yang lebih sederhana, yaitu peptida-peptida, pepton dan asam amino.
Oleh karena bahan makanan yang kita makan juga akan dipecah dalam perut menjadi
asam-asam amino sebelum diserap oleh usus kita, maka jika kita makan akan
terfermentasi, protein akan lebih mudah dicerna dan diserap usus karena sudah ada dalam
bentuk senyawa-senyawa yang sederhana. Oleh karena itu makanan terfermentasi dari
kedele (terutama tempe) sekarang ini banyak diteliti dan dikembangkan untuk makanan
anak-anak pra-sekolah dinegara-negara yang sedang berkembang.
Lemak
Lemak selama fermentasi juga akan dipecah yaitu menjadi asam-asam lemak dan
gliserin. Enzim pemecah lemak berbeda dengan enzim pemecah protein. Enzim pemecah
lemak adalah lipase sedangkan pemecah protein adalah proteinase.
Karbohidrat
Karbohidrat seperti halnya protein dan lemak, juga akan dipecah oleh enzim
pemecah karbohidrat yang dikeluarkan oleh mikroba. Pati akan dipecah menjadi dekstrin,
maltosa atau glukosa.
Lain-lain
Selama fermentasi bahan makanan akan terjadi pula perubahan-perubahan dalam
kandungan vitamin. Vitamin-vitamin ada yang meningkat dan ada pula yang turun dalam
bahan makanan tersebut.
Pada proses fermentasi, mikroba yang berperan ada tiga macam yaitu khamir
(yeast), kapang (mold), dan bakteri.
Khamir (yeast)
Khamir (yeast) disebut juga roti karena khamir ini digunakan untuk membuat roti.
Disamping itu digunakan pula untuk pembuatan wine terutama jenis Saccharomyces sp.
Perkembang biakan dapat dilakukan dengan perkawinan seksual dan aseksual.
Perkembangan dapat dilakukan dengan perkawinan dua hipe atau dengan melakukan
pertunanasan/ penonjolan hipe atau dengan spora.
Kapang
Kapang adalah mikroba yang banyak dipakai untuk membuat makanan
terfermentasi. Makanan fermentasi yang bahan bakunya dari kedele atau kacang tanah
hampir seluruhnya dibuat dengan menggunakan kapang, baik pada pembuatan tempe,
kecap, tauco, taoji ataupun oncom. Makanan terfermentasi dari kedele atau kacang tanah
yang tidak menggunakan kapang pada pembuatannya ialah “yoghurt” kedele, “keju”
kedele dan “keju” kacang tanah. Jenis mikroba yang diinginkan dan tidak diinginkan
pada beberapa macam makanan terfermentasi dapat dilihat pada Tabel 1, sedangkan
nama mikrobanya dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 1. Mikroba yang diinginkan tumbuh pada beberapa makanan terfermentasi Indonesia
Jenis Makanan Mikroba/Mikroba Ikan Peda Bakteri
Kecap Kapang, bakteri, khamir Keju Bakteri, kapang
Oncom Kapang Tape Kapang, khamir Tauco Kapang, khamir, bakteri Tempe Kapang
Tempe Bongkrek Kapang Yoghurt Bakteri
Tabel 2. Bahan dan Mikroba pada Pembuatan Makanan Terfermentasi
Jenis Makanan Bahan Baku Mikroba /Mikroba yang Berperan Ikan Peda Ikan Bakteri halofilik Kecap Kedele Aspergillus orizae Aspergillus flavus Aspergillus niger Rhizopus sp Zygosaccharomyces sp Hansenula sp Lactobacillus sp Keju Susu Streptococcus lactis, bakteri lainnya Oncom Bungkil kacang tanah Neurospora sitophila (oncom merah) Rhizopus oligosporus (oncom hitam) Tape Ketela pohon, beras ketan Saccharomyces cerevisiae Zygosaccharomyces sp Beberapa macam kapang Tauco Kedele Aspergillus orizae Beberapa bakteri Tempe Kedele Rhizopus oligosporus Rhizopus orizae Rhizopus arrhizus Tempe bongkrek Bungkil kelapa Rhizopus oligosporus Rhizopus rodosus Yoghurt Susu Lactobacillus bulgaricus Streptococcus thermophilus Kapang waktu tumbuh pada bahan akan membentuk “benang-benang” (mycelium)
dan menembus ke dalam sel-sel bahan makanan tersebut. Kapang juga akan membentuk
spora-spora yang merupakan “alat” untuk berkembang biak. Jika spora-spora ini terbawa
angin dan jatuh pada bahan makanan yang cocok untuk pertumbuhan kapang tersebut,
maka kapang akan tumbuh pada bahan makanan tersebut. Jenis kapang kadang-kadang
dapat dibedakan dari warna sporanya, misalnya kapang oncom merah (Neurospora
sitophila) warna sporanya jingga, kapang tempe (Rhizopus sp) hitam.
Bakteri
Bakteri berperan pada pembuatan kecap yaitu pada waktu perendaman kedele
yang telah dijamurkan (ditumbuhi kapang) dalam larutan garam. Bakteri disini berperan
dalam meningkatkan bau kecap dan tauco dan membentuk asam-asam. Demikian pula
pada ikan peda, keju dan yoghurt
Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi jalannya proses fermentasi yaitu
diantaranya air, udara (oksigen), suhu dan asam.
Air
Air merupakan bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan mikroba. Mikroba
tidak akan tumbuh jika kadar air bahan kecil sekali. Air penting sekali untuk
pertumbuhan mikroba oleh karena diperlukan untuk mengangkut zat-zat makanan ke
dalam selnya.
Udara
Udara diperlukan oleh mikroba pada proses fermentasi seperti tempe, kecap,
tauco dan oncom sedangkan pada pembuatan anggur sebaliknya. Tanpa ada udara,
mikrobanya (terutama jamur) akan tumbuh kurang baik dan pertumbuhannya akan
dikalahkan oleh mikroba lain (terutama bakteri) sehingga bahan akan busuk.
Suhu
Suhu juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi proses fermentasi. Suhu
untuk pertumbuhan mikroba yang satu dan yang lainnya umumnya berbeda titik
optimumnya.
Asam
Asam dapat menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk oleh karena asam dapat
menurunkan pH dari bahan makanan. Pada fermentasi dengan menggunakan kapang
sebaiknya pH bahan makanan rendah oleh karena kapang lebih mampu tumbuh
dibandingkan dengan bakteri.
Pentingnya starter pada pembuatan makanan terfermentasi
Starter atau bibit merupakan bahan yang penting pada pembuatan makanan
terfermentasi. Starter merupakan sumber mikroba yang diperlukan untuk fermentasi.
Tanpa menggunakan starter pada pembuatan makanan terfermentasi tidak akan
memperoleh hasil yang memuaskan, bahkan menyebabkan kegagalan-kegagalan. Selain
itu starter juga dapat merupakan “alat” untuk mempertahankan mutu makanan
terfermentasi. Mutu starter atau kemurnian starter juga dapat mempengaruhi hasil. Jika
starternya tidak murni (mengandung mikroba yang tidak diinginkan), maka mutu
makanan terfermentasi akan terpengaruh
II. PEMBUATAN TEMPE
Tempe adalah jenis makanan tradisional yang sudah banyak dikenal dan
digemari oleh masyarakat baik di Indonesia sendiri maupun di negara-negara luar. Jenis
makanan ini merupakan salah satu produk hasil dari proses fermentasi kapang dengan
menggunakan bahan mentah kedele.. Terlebih dahulu dibuat starter tempe. Pembuatan
starter tempe ada beberapa cara
Starter tempe
Starter tempe atau laru tempe adalah bibit yang digunakan untuk membuat tempe.
Starter tempe mengandung kapang jenis Rhizopus , yaitu kapang yang sporanya berwarna
hitam.
Secara tradisional, untuk starter tempe biasanya digunakan daun pisang bekas
bungkus tempe, daun waru atau daun jati. Penggunaan starter jenis ini biasanya terbatas
untuk pembuatan tempe dalam jumlah banyak biasanya dibuat starter khusus dari bahan
beras, gaplek atau bahan-bahan lainnya. Salah satu cara pembuatan starter tempe adalah
sebagai berikut :
1. Bahan
a. Beras
b. Tepung tempe (tempe dijemur atau dikeringkan )
c. Tepung beras yang telah disangrai
2. Alat
a. Kukusan untuk memasak beras
b. Tampah bambu
c. Pengiduk kayu
d. Plastik atau daun pisang
e. Alat penyimpan
f. Ayakan
g. Wajan
h. Kantung plastik untuk menyimpan starter yang yang telah jadi.
3. Cara pembuatan
a. Beras dicuci sampai bersih, kemudian ditanak menjadi nasi.
b. Pada nasi tersebut ditaburkan sedikit tepung tempe, kemudian diaduk sampai
merata.
c. Dimasukkan dalam tampah bambu yang bersih dan di atasnya tutup dengan
plastik atau daun pisang.
d. Disiimpan dalam ruangan tempat fermentasi (pemeraman) sampai seluruh nasi
ditumbuhi oleh kapang dan warnanya hitam yaitu sekitar 2 hari.
e. Nasi yang telah ditumbuhi kapang (berjamur) kemudian dijemur sampai
kering.
f. Ditumbuk atau giling sampai halus dan kemudian diayak. Bagian yang halus
adalah starter tempe.
g. Starter tempe ini mengandung banyak spora kapang, maka perlu penambahan
tepung beras yang telah disangrai terlebih dahulu kurang lebih 10 g starter
untuk 100 g tepung beras.
h. Dimasukkan ke dalam botol atau kantung plastik dan ditutup rapat.
i. Starter siap untuk digunakan.
Catatan
- Pengerjaan harus bersih ( peralatan dan pengerjaannya) untuk mencegah tumbuhnya
mikroba lain yang tidak diinginkan.
- Pada step (d), tutup plastik atau daun pisang sewaktu-waktu perlu dibuka
supaya banyak udara yang masuk untuk pertumbuhan dan pembentukan spora
kapang. Selain itu supaya tetesan-tetesan air (embun) yang menempel pada
bagian bawah tutup plastik/ daun pisang tidak menetes lagi pada bahan. Jika
hal ini terjadi, bahan makanan akan mudah busuk dan starter tidak akan jadi
dengan baik. Supaya banyak udara yang masuk, tutup plastik atau daun pisang
diberi lubang-lubang atau sobekan, atau diganti dengan tutup tampah bambu.
Diagram alir pembuatan starter tempe dapat dilihat pada Gambar 1 :
Beras dicuci bersih
Ditanak jadi nasi
Ditaburkan dengan tempe
Diaduk rata
Diletakkan di dalam tampah
Disimpan (fermentasi) selama 2 hari
Ditumbuk halus dan diayak
Diencerkan dengan penambahan tepung beras
Dimasukkan dalam botol (kantung plastik) Starter tempe Gambar 1. Diagram alir pembuatan starter tempe
Proses Pembuatan Tempe
Untuk membuat tempe dibutuhkan suatu bibit (kapang) atau yang lebih
dikenal dengan laru tempe atau ragi tempe. Laru ini dapat dibuat dengan berbagai cara
yaitu dengan daun waru yang digunakan untuk membungkus tempe (‘usar”), tempe yang
sudah jadi yang kemudian setelah dikeringkan dihaluskan, atau menggunakan biakan
murni dari jenis Rhizopus sp yang ditumbuhkan pada nasi atau gaplek. Untuk mengurangi
kepekatan dari laru tersebut dapat digunakan tepung terigu atau tepung beras yang sudah
disangrai lebih dahulu.
1. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Kedele
- Ragi tempe
b. Alat :
- Panci
- Kompor
- Tampah
- Kantong plastik
- Alat pengaduk
2. Cara Kerja
a. Dipilih kedele yang bermutu baik, ditimbang sebanyak 500 g, lalu dibersihkan
dan dicuci dengan air bersih. Direbus selama ½ jam, kemudian direndam dalam
air perebus selama 18-24 jam.
b. Setelah direndam, dikuliti sampai bersih. Kulit ari dibuang.
c. Kedele yang telah terkupas/dibuang kulit arinya, direbus dengan air bersih
selama 1 jam. Kemudian ditiriskan dan didinginkan sambil diaduk dan
dirasakan.
d. Setelah dingin, kedele ditaburi inokulum, sebanyak 1 ½ g. Diaduk dengan alat
pengaduk sampai inokulum tersebar rata pada seluruh bagian kedele.
e. Kedele yang sudah dicampur inokulum dimasukan kedalam kantung plastic yang
telah ditusuk-tusuk dengan jarum.
f. Diinkubasikan pada suhu kamar selama 2-3 hari.
Catatan :
Perlakuan: perendaman dengan asam, bubuk tempe dan inokulum murni.
Kedele
Sortasi
Utuh Kulit dikupas kering
Dicuci
Direbus (30 menit)
Direndam (22 jam)
Kulit dikupas Dicuci bersih
Dicuci bersih
Direbus (dikukus) Dikukus (45 – 60 menit)
Ditiriskan dan didinginkan
Diinokulasi dengan laru tempe
Dibungkus dengan daun (kantong plastik)
Diinkubasi (diperam) (36 – 40 menit)
Tempe
Gambar 2. Diagram Alir Pembuatan Tempe
Cara Tradisional
Cara Baru
Gambar : 17. Skema pemuatan tempe
Kedele dibersihkan
Direbus 30 menit, tidak sampai rusak untuk memudahkan menghilangkan kulit kedele
Kulit dihilangkan dengan tangan dan dilakukan pencucian
Direndam satu malam memberi kesempatan fermentasi oleh bakteri asam
Direbus 60 menit dengan air ( tidak sampai masak )
Tiriskan dan didinginkan
Diinokulasi dengan kapang murni atau dengan tempe segar
Difermentasikan 38 - 40 jam dibungkus dengan daun pisang bersih
Tempe
Gambar. 3. Diagram alir Pembuatan Tempe Tingkat Rumah Tangga di Indonesia.
III. PEMBUATAN KECAP
1. Pendahuluan
Kecap merupakan salah satu makanan hasil fermentasi yang berasal dari negeri
Cina dan sudah lama dikenal di Indonesia sebagai bahan penyedap makanan dalam
berbagai masakan. Di Cina kecap juga disebut “chiang yiu”dan di Jepang disebut
“shoyu”
Pembuatan kecap secara fermentasi pada dasarnya merupakan pemecahan protein,
lemak dan karbohidrat menjadi fraksi-fraksi yang lebih sederhana yang menentukan
citarasa, aroma dan komposisi kimia kecap. Pada pembuatan kecap kadang-kadang
ditambahkan bahan yang mengandung pati dengan maksud memperoleh kecap yang
wangi. Umumnya bahan-bahan yang dicampur pada kedele adalah terigu yang telah
disangrai.
2. Pembuatan Stater Kecap dan Tauco.
Starter untuk membuat kecap atau tauco umumnya adalah sama, yaitu bahan yang
mengandung kapang jenis Aspergillus oryzae. Kapang ini mempunyai spora yang
berwarna hijau kekuning-kuningan dan paling cocok untuk pembuatan kecap dan tauco.
Pembuatan starter kecap/tauco bermacam-macam caranya, ada yang dari bahan
beras, katul, bungkil kelapa dan lain-lain. Berikut ini akan diterangkan pembuatan starter
kecap dari bahan katul.
Bahan :
a. Katul
b. Kapang jenis Aspergillus oryzae
c. Tepung beras yang telah disangrai
Alat :
a. Kukusan untuk memasak katul
b. Tampah bambu
c. Pengaduk kayu
d. Plastik atau daun pisang
e. Alat penumbuk atau gilingan
f. Ayakan (mesh)
g. Wajan untuk menyangrai tepung beras
h. Botol atau kantung plastik untuk menyimpan starter
Cara pembuatan;
a. Katul ditambah air kemudian dikukus sampai masak
b. Pada katul yang telah masak dan didinginkan taburkan bahan yang
mengandung kapang Aspergillus oryzae sedikit dan kemudian aduk sampai
merata.
c. Masukkan dalam tampah bambu yang bersih dan di atasnya tutup dengan
plastik atau daun pisang.
d. Simpan dalam ruangan tempat fermentasi (pemeraman) sampai seluruh bahan
ditumbuhi kapang dan warnanya hijau kekuning-kuningan yaitu sekitar 3 hari.
e. Bahan yang telah ditumbuhi kapang (berjamur) kemudian dijemur sampai
kering.
f. Tumbuk atau giling dan kemudian diayak. Bagian yang halus astarter
kecap/tauco.
g. Supaya ekonomis starter diencerkan dengan mencampurkannya pada tepung
beras yang telah disangrai (kurang lebih 10 g starter untuk 100 g tepung beras).
h. Masukkan dalam botol atau kantung plastik dan tutup rapat.
i. Starter siap untuk dipakai.
Catatan :
- Bahan yang mengandung kapang Aspergillus oryzae
- Jangan menggunakan tampah bambu bekas pembuatan starter tape, tempe atau
oncom oleh karena dapat menular kan jenis-jenis kapang lain.
- Catatan-catatan lainnya sama dengan pembuatan starter
Diagram alir pembuatan starter kecap dan tauco secara tradisional di Indonesia terlihat
pada
Gambar 4.
Katul ditambah air dan dikukus
Didinginkan
Ditambah starter lama
Dimasukkan dalam tampah
Disimpan dalam ruangan (fermentasi)
Dijemur sampai kering
Digiling halus dan diayak
Diencerkan dengan tepung beras
Dimasukkan dalam botol (kantung plastik))
Starter kecap dan tauco
Gambar 4. Diagram Alir Pembuatan Starter Kecap dan Tauco.
Di Indonesia dikenal dua jenis kecap yaitu manis dan kecap asin. Di Jepang
dikenal dengan nama “shoyu” dan di Cina dengan nama “chiang yiu”. Prinsip cara
pembuatannya hampir sama.
Pembuatan Kecap
2. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Kacang kedele
- Bahan pencampur (terigu) jika diperlukan
- Starter (kapang) kecap
- Garam
- Gula
b. Alat :
- Panci
- Tampah bambu
- Kain saring
- Botol dan tutup botol
3. Cara Kerja
a. Kedele dicuci bersih, kemudian direndam selama ± 12 jam.
b. Kedele selesai direndam direbus, lalu ditiriskan.
c. Dicampur atau tidak dicampur dengan bahan yang mengandung pati yang telah
disangrai.
d. Fermentasi pertama oleh kapang selama 3 hari.
e. Fermentasi kedua dalam larutan garam selama 2-3 bulan.
f. Kemudian dilakukan penyaringan.
g. Cairan dimasak dan ditambahkan gula serta bumbu-bumbu, maka hasilnya akan
menjadi kecap manis.
h. Cairan dimasak dan ditambahkan garam, maka hasilnya akan menjadi kecap
asin.
Diagram alir pembuatan kecap dapat dilihat pada Gambar :5.
Penyaringan
Ampas kecap
Cairan kecap asin Ditambah gula dan bumbu
↓ ↓
Kecap asin Kecap manis
Di Jepang terdapat 5 jenis “shoyu”yaitu :
1. Kecap koikuchi adalah kecap yang mempunyai aroma yang kuat berwarna gelap ke
coklat –coklatan mempunyai citarasa yang kuat. Koikuchi ini dibuat dari campuran
kedele dan wheat pada perbandingan yang sama. Mikroba yang berperanan dalam
fermentasi koikuchi adalah A. oryzae dan diikuti oleh bakteri asam laktat dan khamir.
Pasteurisasi dilakukan pada suhu yang tinggi. Hampir 90 persen kecap di Jepang
adalah jenis koikuchi
2. Kecap Usukuchi adalah kecap berwarna terang, citarasa lunak dan terutama
digunakan pada masakan masakan agar citarasa dan warnanya tidak berubah
Kedele
Dicuci dan dibersihkan
Direndam (± 12 jam)
Direbus
Ditiriskan
Ditampah asam tanpa terigu
Fermentasi I oleh kapang (± 3 hari)
Fermentasi II dalam larutan garam (2-3)
Penyaringan Ampas kecap
Cairan kecap asin Ditambah gula dan bumbu
Kecap asin Kecap manis
Gambar 5. Diagram alir pembuatan kecap
mempunyai kadar nitrogen sebesar mempunyai kadar nitrogen sebesar 1,2 %. Sekitar
10 persen kecap di Jepang jenis usukuchi.
3. Kecap Tamari adalah adalah kecap yang mempunyai citarasa kuat dan warnanya
coklat gelap. Dibuat dari kedele dan dicampur dengan wheat sedikit. Jenis kecap ini
banyak yang diproduksi di Asia Tenggara termasuk di Indonesia
4. Kecap Saishikomi adalah kecap yang mengandung sedikit alkohol
5. Kecap Shiro adalah kecap yang mengandung gula-gula reduksi dan berwarna ke
kuning-kuningan.
Beberapa Diagram alir pembuatan “shoyu” terlihat pada Gambar 6,7,8 dan 9 sebagai
berikut :
Kacang kedele Wheat Kultur Aspergillus soyae atau Aspergillus oryzae Perendaman dalam Disangrai (0,1 % dari berat air 15 jam pada suhu kamar bahan baku) Pemanasan dalam Dihancurkan otoklaf dg.tek. 1kg/cm2. Didinginkan Didinginkan Dicampur Dalam larutan garam Fermentasi koji pada 25 -35 C sela- ma 50 -72 jam Campuran Diagitasi dengan udara selama 3-4 bulan jika udara hangat, pada suhu biasa dalam waktu 12 bulan atau lebih lama.
Pada awalnya ditambahkan kultur Pediococcus soyae, setelah fermentasi 1 bulan diberi kultur Saccharomyces rouxii
Penuaan (lebih dari satu tahun untuk memperoleh kualitas yang baik Dipres Cake kecap (makanan hewan) Shoyu mentah Pasturisasi Didinginkan Dituangkan Shoyu bersih Sediment
Gambar 6. Diagram alir pembuatan kecap (shoyu) jenis koikuchi di Jepang (Steinkraus, 2004)
Kedele Wheat Garam Koji dan/atau (50%) tepung kedele
tanpa lemak Disangrai +ditumbuk Larutan (50%) Garam (a) Pemasaakan Dicampur Starter koji Inkubasi Koji Moromi Bakteri asam laktat Khamir Fermentasi (b) Moromi yang di - aging Dipres Bungkil (Cake) Kecap mentah (c) Pasteurisasi Shoyu Usukuchi
Gambar 7. Diagram alir proses pembuatan kecap Usukuchi: (a) Proses pembuatan koji, (b) proses fermentasi dalam larutan garam, (c) proses penjernihan (Steinkraus, 2004)
Kedele Wheat Garam dan/atau (10%) Tepung kedele
tanpa lemak Disangrai +ditumbuk Larutan (90%) Garam (a) Pemasaakan Startewr Koji Pencampuran Dinkubasi Koji Moromi (b) Fermentasi Filtrasi Residu Cairan yang
sudah bersih (c) Pencampuran
Kedele( 1 bagian) Wheat (1 bagian) Campuran hidrolisis dengan 20 % asam hidrokhlorat mendidih (12 -16 jam) Filtrasi Dinetralisasi dengan natrium hidroksida sampai pH 4,5 Pasteurisasi Kecap (18% w/v NaCl
Gambar 9. Diagram alir pembuatan kecap secara hidrolisis (Steinkraus, 2004)
IV. PEMBUATAN TAUCO
1. Pendahuluan
Tauco merupakan salah satu produk fermentasi tradisional Indonesia yang
berbentuk pasta (semi padat), mempunyai warna bermacam-macam dari kuning
keputihan sampai coklat kehitaman serta aroma dan rasa yang spesifik.
Pembuatan tauco pada prinsipnya adalah sama dengan pembuatan kecap
yaitu melalui proses fermentasi oleh kapang dan fermentasi oleh bakteri dan ragi
tauco dalam larutan garam. Kedele untuk membuat tauco harus dibuang dahulu
kulitnya (berbeda dengan pembuatan kecap), oleh karena pada pembuatan tauco, air
rendaman tidak dipisahkan dan kedelenya dapat dimakan bersama.
Jenis tauco yang beredar dipasaran Indonesia ada 2 macam, yaitu tauco
basah (dijual dalam botol) dan tauco kering (dijual dalam kantong plastik).
2. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Kacang kedele kuning
- Tepung beras ketan yang sudah disangrai
- Bibit (kapang) tauco
- Garam dapur
b. Peralatan :
- Wadah untuk merendam kedele
- Panci untuk merebus
- Tampah bambu untuk fermentasi
- Wadah untuk merendam kacang dalam larutan garam
- Wajan untuk menyangrai tepung beras ketan
- Botol untuk menyimpan tauco basah atau kantong plastik untuk menyimpan
tauco kering.
3. Cara Kerja
a. Kedele dibersihkan dari kotoran-kotoran dicuci sampai bersih dan kemudian
direndam dalam air selama 1 malam.
b. Kedele dibuang kulitnya dan kemudian direbus sampaii empuk, ditiriskan
kemudian dicampur dengan tepung beras ketan putih yang telah disangrai.
c. Campuran dimasukkan ke dalam tampah, lalu ditambah bibit kapang tauco dan
diaduk sampai rata.
d. Fermentasi selama ± 3 hari.
e. Bahan yang telah berjamur kemudian dimasukan dalam larutan garam 20%
(perbandingan 1 : 1), disimpan selama 1-3 bulan seperti pada pembuatan kecap.
f. Tauco, lalu dimasak dibumbui dan dibotolkan (tauco basah).
g. Untuk membuat tauco kering, bahan dimasak sampai kental dan setelah itu
dimasukkan dalam tampah bambu, dijemur sampai agak kering, kemudian
dibungkus dalam kantong plastik.
Catatan :
Perlakuan dapat dikerjakan dengan perbedaan konsentrasi garam di dalam larutan
garam.
Kedele
Dicuci dan dibersihkan
Direndam dalam air (± 12 jam)
Dibuang kulitnya
Direbus
Ditiriskan
Dicampur dengan tepung beras ketan yang telah disangrai
Ditambah bibit / starter tauco
Fermentasi I oleh kapang (2-3 hari)
Dimasukan ke dalam larutan garam 20%
Fermentasi II dalam larutan garam oleh bakteri dan kapang
(minimal 1 bulan)
Tauco basah Dipanaskan sampai kental
Dijemur diatas tampah
Tauco kering
Gambar :10. Diagram alir pembuatan tauco
V. PEMBUATAN ONCOM
1. Pendahuluan
Oncom adalah suatu jenis produk fermentasi kapang dengan menggunakan
bahan mentah kacang tanah. Jenis kapang yang digunakan dalam pembuatan oncom
adalah kapang Neurospora sitophila (oncom merah) dan Rhizopus oligosporus (oncom
hitam).
Pada waktu membuat oncom, perlu pula diperhatikan sanitasinya yaitu untuk
mencegah kontaminasi dari mikroba lainnya terutama dengan Aspergillus flavus yang
dapat memproduksi aflatoksin. Air yang digunakan untuk merendam bungkil kacang
tanah dapat ditambahkan asam cuka.
2. Pembuatan starter oncom
Starter oncom merah
Starter oncom merah adalah jenis kapang yang mempunyai spora berwarna
oranye, yaitu Neurispora sitophila. Ada dua macam starter oncom merah yaitu starter
kering(berupa serbuk) dan basah (segar). Cara pembuatan starter oncom adalah sebagai
berikut :
1. Bahan :
a. Jagung
b. Bungkil kacang tanah
c. Ampas tapioka (onggok)
d. Kapang oncom merah (Neurospora sitophila)
e. Tepung beras yang telah disangrai.
2. Alat
a. Ember atau panci untuk perendam jagung
b. Panci untuk merebus jagung
c. Panci
d. Tampah bambu
e. Plastik atau daun pisang
f. Pengaduk kayu
g. Wajan untuk menyangrai tepung beras
h. Alat penumbuk atau gilingan
i. Botol atau kantong plastik untuk menyimpan starter
j. Kukusan (langsung)
3. Cara pembuatan starter serbuk
a. Jagung dicuci sampai bersih
b. Rebus sampai masak atau empuk, kurang lebih 1 jam
c. Tiriskan, kemudian panas-panas tebarkan pada tampah bambu
d. Taburi dengan sedikit kapang oncom merah yang berasal dari oncom yang
jadi atau yang kita tumbuhkan sendiri.
e. Tutup dengan daun pisang atau plastik dan simpan pada tempat fermentasi
(pemeraman) sampai seluruh permukaan bahan ditutupi oleh spora-sora
kapang yang berwarna oranye (sekitar 2 hari).
f. Jemur sampai kering.
g. Tumbuk atau giling, kemudian diayak. Supaya spora-spora kapang tidak
beterbangan waktu menumbuk/menggiling , bagian yang oranye (spora)
dipisahkan dahulu, bagian jagungnya ditumbuk/digiling, lalu dicampurkan
lagi.
h. Starter di atas “diencerkan” dengan tepung beras yang telah disangrai
(kurang lebih 10 g starter untuk 100 g tepung beras).
i. Masukkan dalam botol atau kantung plastik dan ditutup rapat.
j. Starter siap untuk dipakai .
Catatan :
- pengerjaan harus bersih
- jangan menggunakan tampah beras pembuatan starter jenis lain
- Pada step (e), sebaiknya setelah kapang mulai aktif tumbuhnya, tutup
daun pisang/plastik diganti dengan tampah bambu supaya tutup tadi
kontak dengan bahan.
Cara pembuatan starter segar :
a. Bungkil kacang tanah direndam selama 1 malam
b. Cuci, tiriskan, kemudian campur dengan tepung ampas tapioka (onggok),
perbandingan kira-kira 2 : 1
c. Kukus sampai masak
d. Taburkan dalam tampah bambu
e. Taburi dengan kapang oncom merah (bagian yang merah/ oranye dari oncom
segar)
f. Tutup dengan daun pisang, plastik atau tampah bambu.
g. Biarkan sampai bahan hangat dan dtumbuhi benang-benang (mycelium) kapang,
sekitar 1 hari 1 malam.
h. Potong kecil-kecil (hancurkan) dengan pisau yang bersih
i. Bahan di atas adalah starter segar dan pemakainnya harus segera pada saat itu.
C a t a t a n : - pengerjaan harus bersih
- tampah jangan bekas starter lain
- starter ini dipakai dengan menebarkan secukupnya di atas bahan yang
akan dibuat oncom merah.
Skema pembuatan starter oncom merah dapat dilihat pada Gambar 11
Jagung dicuci bersih
Direbus sampai masak
Ditiriskan dan ditebarkan pada tampah bambu
Ditabur starter lama
Disimpan (fermentasi) selama 2 hari
Dijemur sampai kering
Digiling halus
Diencerkan dengan tepung beras
Dimasukkan ke dalam botol (kantong plastik)
Gambar 11. Skema pembuatan starter oncom merah
4. Pembuatan oncom
4.1.Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Bungkil kacang tanah
- Ragi oncom
b. Alat :
- Panci
- Kompor
- Tampah
- Kantong plastik
- Alat pengaduk
4.2. Cara Kerja
a. Dipilih bungkil kacang tanah yang bermutu baik, selanjutnya direndam
sampai lunak
(22 – 24 jam)
b.Kotoran dibuang, dicuci dan ditiriskan.
c. Ditambahkan tepung tapioka sebanyak 2%, diaduk sampai rata kemudian
dikukus
selama 60-70 menit.
d. Dicetak, kemudian ditaburi inokulum sebanyak 1 gram/ 300 gram bungkil.
e. Diinkubasikan pada suhu kamar selama 2-3 hari.
Catatan :
Perlakuan dengan bermacam-macam tepung.
Skema pembuatan oncom dapat dilihat pada Gambar : 11.
Bungkil kacang tanah
Direndam dalam air sampai lunak (22-24 jam)
Dibersihkan (dicuci)
Diperas
Ditambah tepung tapioka
Dikukus selama 60-90 menit
Didinginkan
Dicetak
Ditaburi inokulum
Diinkubasikan pada suhu kamar (2-3 hari)
Oncom
Gambar : 12. Skema pembuatan oncom
VI. PEMBUATAN TAPE
Pendahuluan
Tape merupakan salah satu produk fermentasi tradisional yang menggunakan
bahan dasar dari singkong maupun ketan yang kaya akan pati.. Masalah yang sering
dijumpai dalam membuat tape adalah mutunya yang tidak stabil, bahkan kadang-kadang
gagal. Hal ini mungkin disebabkan karena populasi mikroba yang terdapat pada ragi tape
yang digunakan sangat beragam, atau kurang keaktifannya.Untuk membuat tape
singkong / ketan dibutuhkan ragi yang mampu menghasilkan tape manis yang terstunya
baik tidak lunak / berari dengan aroma baik dan sedikit alkohol.
Di dalam ragi ditemukan bermacam-macam karang, khamir dan bakteri yang
masing-masing mempunyai aktivitas sendiri dan tidak saling mengganggu. Kegiatan
mikroba tersebut merupakan suatu urutan yang saling menguntungkan. Kapang
mempunyai aktivitas mencegah pati menjadi gula, dan gula tersebut diubah menjadi
alkohol oleh khamir. Selain itu juga terbentuk ester dan bermacam-macam asam organik
sehingga terbentuk aroma yang khas.
Mikroba pada ragi tape
Mengenai berbagai macam mikroba yang terdapat pada ragi dan tape Indonesia
dapat dilihat pada Tabel 3. Mikroba penting yang terdapat pada ragi tape adalah kapang
Amylomyces rouxii dahulu dikenal dengan nama Chlamydomucor oryzae dan khamir
Endomycopsis burtonii (E. chodati),. Beberapa sampel ragi yang diambil di Thailand
Tengah ternyata terdapat beberapa macam mikroba yaitu Amylomyces, Rhizopus,
Aspergillus, Mucor, dan Absidia. Absidia mungkin merupakan mikroba yang bersifat
simbiotis dengan Acetobacter pada pembuatan vinegar, karena Acetobacter mungkin sulit
untuk hidup dalam keadaan asam.
Terdapat 41 strain khamir yang dapat diisolasi dari ragi dan tape Indonesia, 19
diantaranya bersifat amilolitik, 14 bersifat lipolitik tetapi tidak diketemukan yang bersifat
proteolitik. Semua kapang yang diisolasi bersifat amilolitik dan lipolitik dan 89 %
bersifat proteolitik.
Ko (1977) dalam Steinkraus (1983) membuat ragi yang mengandung biakan
murni yaitu satu jenis mikroba. Ia menggunakan A. rouxii dan Endomycopsis chodati
yang masing-masing ditumbuhkan pada nasi selama 4 hari pada suhu 30 0C. Kultur
kemudian dikeringkan dan dihancurkan.. Bila diperlukan bubuk ini dicampur dan
diinokulasikan kedalam ketan yang telah dimasak atau umbi ketela pohon., sehingga Ko
memperoleh tape ketan dan tape ketela pohon yang spesifik.
Tabel 3.. Mikroba pada ragi dan tape Indonesia.(Steinkraus,1983)
Genus Species Candida
Saccharomyces Endomycopsis
Hansenula
Amylomyces Aspergillus Fusarium
Mucor
Rhizopus
C. guilliermodii C. humicola C. intermedia C.japonica C. lactosa C. melinii C. mycoderma C.parapsilosis C. parapsilosis var. Intermedia C. pelliculosa C. solani S. cerevisiae E. chodatii E. fibuliger H. subpelliculosa H. anomala H. malanga A. rouxii A. oryzae Fusarium sp. M. circinelloides M. javanicus M. rouxii Rhizopus sp. R.oryzae
Di Indonesia dikenal beberapa macam ragi misalnya ragi tempe, ragi tape, ragi
roti dan lain-lainnya. Ragi tape yang beredar dipasaran dan banyak dikenal adalah ragi
NKL (Nak Kok Liong). Ragi ini berwarna putih dan dijual berbentuk butiran bulat dan
agak lonjong dengan berat sekitar 5 gram. Ragi tape merupakan media kering yang
terbuat dari tepung serealia dan diberi beberapa rempah-rempah mengandung kapang,
khamir dan beberapa macam bakteri. Ragi tape maupun ragi roti dapat menghasilkan
alkohol. Di Malaysia ragi tape disebut ragi tapai, jui-paing, di Thailand disebut ragi
loogpang, lukpaeng; di Filipina ragi bubod levadura; di China ragi chu, levure chinoise;
di India bakhar, mucha, ranu, atau u-y-iat; di Indonesia disebut ragi tape.
Jadi ragi merupakan media yang mengandung inokulum mikroba. Ragi tempe
adalah media yang mengandung inokulum untuk pembuatan tempe, ragi tape digunakan
untuk membuat tape.
Tepung beras dicampur dengan bubuk jahe, merica, cabai, lengkuas, bawang putih, air
perasan tebu, kayumanis, pekak dan lain-lainnya. Campuran ini diberi air atau cairan
peras tebu. Kemudian diinokulasi dengan bubuk ragi kering dan dibuat bulatan bulatan
pipih dengan ukuran 0,5 sampai 1 cm dan diletakan dalam nampan bambu dengan alas
merang padi kemudian ditutup dengan daun pisang. Dikeringkan pada suhu 25 sampai 30 0C selama 2 sampai 5 hari. Untuk jelasnya dapat dilihat pada diagram alir Gambar 13 dan
14.
Di Filipina ragi diberi nama bubod (bubud) levadura dibuat dengan berbagai
proses pembuatan. Bubud dapat dibuat dari beras ketan dicampur dengan beras. Beras
dicuci dengan baik direndam satu malam, ditiriskan dan kemudian digiling. Tepung ini
dicampur dengan bubuk akar jae, digulung berbentuk bulat atau berbentuk pipih dengan
tebal dan panjang berbeda-beda tanpa diberi inokulum. Cara lain pembuatan bubod
adalah dengan menginokulasikan bubuk bubod yang telah dibuat dan yang sudah jadi.
Inkubasi dilakukan pada kondisi suhu kamar disimpan sekurang-kurangnya 3 hari. Dalam
penyimpanan tersebut mikroba akan tumbuh. Mengenai diagram alir pembuatan bubod
dapat dilihat pada Gambar 15 dan 16.
Ketan putih Bumbu Tepung ketan putih Ditumbuk halus Dicampur Diayak Ditambah air perasan tebu sedikit demi sedikit Dibentuk bulatan pipih Diletakkan di tampah beralaskan merang Ditaburi ragi lama Dibiarkan 1 – 2 jam Dibalik dan ditaburi ragi lama Dibiarkan 2 – 3 jam Dijemur sampai kering Ragi tape
Gambar 13. Diagram alir pembuatan ragi
Tepung beras Ragi lama
Penambahan rempah rempah Dihancurkan Pemberian air atau cair perasan tebu membentuk pasta Diinokulasi pada salah satu proses ini Dibuat pipih diletakan pada nampan bambu dan ditutup dengan daun pisang Diinkubasi pada suhu 25 – 30 C selama 2-5 hari Dikeringkan Ragi tape Gambar 14. Diagram alir pembuatan ragi (Steinkraus, 1983).
Penambahan rempah-rempah pada pembuatan ragi dapat mencegah atau
membantu pertumbuhan mikroba tertentu. Rempah-rempah yang ditambahkan berupa
bawang putih, lada hitam, lengkuas, jeruk nipis, cabe merah, kayu manis, adas dan tebu.
Mengenai komposisi rempah-rempah yang digunakan pada pembuatan ragi tape dapat
dilihat pada Tabel 3.
Beras ketan Tepung beras biasa Direndam Dicampur dengan air,gula dan bubod Ditiriskan Diinokulasi dengan kapang Digiling Inkubasi 3 hari dan dikeringkan Dicampur dengan jae Bubod Diinokulasi dengan kapang Gambar 16 Diagram alir pembuatan Bubod (Steinkraus,1983) Ditaburi dengan bubod Inkubasi 3 hari dan dikeringkan Bubod Gambar 15. Diagram alir pembuatan ragi bubod (Steinkraus, 1983).
Tabel 4. Komposisi rempah-rempah pada pembuatan ragi tape (Saono et al, 1974
dalam Suliantari dan Rahayu, 1990)
Rempah-rempah Jumlah rempah (% terhadap beras)
Bawang putih (Allium sativum) Lada ( Piper nigrum Lada hitam ( Piper retrofacteum) Lengkuas (Alpina galanga) Jeruk nipis (Citrus auranticum aurantifolia) Cabe merah (Capsicum frutescent) Kayu manis (Cinnanomun burmani) Adas (Foeniculum officinarum) Tebu ( Saccharum officinarum)
0,50 – 18,70 0,05 – 6,20 0,30 – 2,50 2,50 – 50,00 2,50 0,25 – 6,20 0,05 – 3,50 2,50 – 3,00 1,00 – 12,5
Rempah-rempah kering mengandung berbagai macam mikroba. Beberapa minyak
esensial yang terdapat pada rempah-rempah dapat menghambat atau dapat sebagai
bakteriostatik mempunyai pengaruh spesifik, misalnya bawang putih, cengkeh dan kayu
manis mempunyai sifat bakteriostatis.
Kemungkinan pula bahwa pada rempah-rempah terdapat khamir dan kapang yang
bersifat amilolitik dan dapat menghambat pertumbuhan bakteria yang tidak diinginkan.
Bubuk ini dicampur dan diinokulasikan kedalam ketan yang telah dimasak atau umbi
ketela pohon., sehingga memperoleh tape ketan dan tape ketela pohon yang spesifik.
Pembuatan Tape
1. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Ketan / singkong
- Ragi
b. Alat :
- Panci dengan tutupnya
- Cubluk
- Talam
- Sendok
2. Cara kerja
a. Sebanyak 1 kg ketan / singkong dicuci bersih lalu ditanak sampai masak.
b. Dimasukan kedalam talan, langsung didinginkan.
c. Dalam keadaan dingin dicampur ragi merata sebanyak 1%.
d. Diinkubasi pada suhu kamar selama 3 hari.
Diagram alir pembuatan tape dapat dilihat pada Gambar 17
Beras Ketan Singkong
Dibersihkan dan dicuci Dikupas
Direndam 5 jam Dikerok dan dicuci
Dikukus (ditanak) Dikukus
Didinginkan Didinginkan
Ditaburi ragi Ditaburi ragi
Disimpan 3-4 hari Disimpan 3-4 hari
Tape ketan Tape singkong
Gambar : 17. Diagram alir pembuatan tape
VII. PEMBUATAN BREM BALI
1. Pendahuluan
Brem bali merupakan minuman beralkohol pada umumnya dibuat secara
tradisional. Brem bali dibuat dari ketan putih atau hitam atau campuran dari kedua ketan
tersebut tanpa melalui proses distilasi sama halnya seperti pada pembuatan sake.
Sedangkan pada pembuatan arak beras yang telah mengalami fermentasi cairan yang
diperoleh dilanjutkan dengan proses distillasi. Arak mempunyai kadar alcohol sebesar 42
% (Wibaut 1951), sake kadarnya 13% sedangkan pada brem mempunyai kadar alcohol 7
– 8 % (Sudjatha et al., 1997)
Kata brem tidak hanya dikenal di Bali tetapi juga di Jawa sehingga menurut
Steinkraus (1983) di Indonesia terdapat tiga macam brem yaitu brem padat madiun, brem
padat wonogiri dan brem bali (brem cair). Brem padat madiun dibuat di Madiun (Jawa
Timur), brem padat wonogiri dibuat di Wonogiri (Jawa Tengah), sedangkan brem bali
dibuat di Bali. Brem padat berwarna putih kekuningh-kuningan. Brem padat umumnya
dibuat dari ketan putih.
Brem bali oleh Rose (1982) dalam Steinkraus, 1983) dimasukkan dalam “rice
wine “ seperti halnya sake (Jepang), Mie chiu (China), Sato (Thailand), Sonti (India), dan
Yakyu (Korea). Brem bali mempunyai citarasa spesifik sebagai minuman tradisional.
Tamu- tamu manca Negara yang datang ke Bali selalu menanyakan brem bali dan
biasanya bagi pengelola hotel minuman brem bali dipakai sebagai minuman ucapan
“selamat datang”.Pada saat ini brem bali tidak hanya dipasarkan di daerah Bali juga
dipasarkan di kota –kota besar seperti di Jakarta, Surabaya dan kota- kota lainnya di
Indonesia tetapi belum memasuki pasaran internasional. Untuk memasuki pasaran
internasional perlu dilakukan perbaikan kualitas antara lain pengurangan rasa manis dan
peningkatan kadar alkohol.
Dari uraian di atas dapat dikatakan bahwa produksi brem bali harus tetap ada
sebab diperlukan dalam upacara agana Hindu di Bali sebagai tetabuhan disamping itu
beberapa penduduk diantaranya senang meminumnya. Brem bali mempunyai rasa manis
dengan kadar alcohol rendah (7 sampai 8 persen) sehingga agak kurang disukai oleh
wisatawan mancanegara tidak seperti wine atau sake atau minuman beralkohol lainnya.
Oleh karena itu perlu ditingkatkan mutunya apabila ditujukan sebagai komoditi bagi tamu
mancanegara atau sebagai komoditi ekspor untuk menambah devisa negara non migas.
Mutu brem bali perlu ditingkatkan tanpa menghilangkan sifat khasnya seperti aroma dan
citarasanya kecuali rasa manis dikurangi dan kadar alkoholnya perlu ditingkatkan. Akan
tetapi sebagai bahan tetabuhan tetap masih dapat digunakan.
Brem bali umumnya dibuat dari ketan putih atau hitam atau campuran dari kedua
macam ketan tersebut. Dengan makin berkembangnya teknologi timbul usaha-usaha
untuk membuat minuman beralkohol dari buah-buahan atau umbi-umbian sehingga
mempunyai citarasa, aroma dan kadar alkohol seperti brem yang terbuat dari beras ketan.
Apakah minuman demikian ini dapat dikatakan brem bali. Bila dikatakan brem bali maka
pergeseran definisi brem. Namun demikian dibawah ini akan diuraikan pembuatan brem
bali dari beras ketan dengan proses tradisional.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Ketan hitam
b. Alat :
- Cubluk
- Panci
- Stoples
- Sendok
3. Cara Kerja
a. Beras ketan hitam sebanyak 1 kg setelah dicuci dikukus.
b. Diaron dengan 1 1/3 liter air, lalu dikukus kembali selama 30 menit.
c. Dimasukkan kedalam panci langsung didinginkan.
d. Setelah dingin diinokulasi dengan ragi sebanyak 0,1% dan diperam selama 4
haqri dalam stoples.
e. Nasi ketan yang telah disakarifikasi kemudian diperas melalui kain batis, lalu
diencerkan dengan air 1 : 1.
f. Fermentasi alkohol pada suhu ruang.
g. Dimasukkan kedalam botol.
h. Dipasteurisasi pada suhu 60-70oC selama 30 menit.
i. Dimatangkan pada suhu 10-15oC selama 3 bulan atau lebih.
Catatan :
Untuk perlakuan dapat dilakukan dengan menggunakan ragi biasa dan ragi roti.
Brem ketan hitam
Dibersihkan dan dicuci
Dikukus
Diaron
Dikukus sampai matang
Didinginkan
Ditaburi ragi
Ditutup, dibiarkan (suhu ruang, 4 hari)
Diperas dan disaring
Cairan
Diencerkan (cairan : air) = 1 : 1
Fermentasi alkohol
Dibotolkan
Dipasteurisasi (60-70oC, 30 menit)
Dimatangkan (10-15oC, 3 bulan atau lebih
Brem Bali
Gambar 18. Skema pembuatan brem Bali
Ketan hitam Ketan putih
Dibersihkan Dibersihkan
Perendaman (24 jam) Perendaman (3 jam)
Dicampur 25% Ketan hitam 75% Ketan putih Dimasak Didinginkan Peragian Ragi tape Fermentasi 5 hari Pemisahan Tape Cairan Pres Ampas Cairan Makanan ternak Campuran Penambahan Yeast Fermentasi II (15 hari) Pemeraman Bottling Pengepakan
Gambar 19. Diagram alir pembuatan brem bali di Fa. Udiyana
VIII. PEMBUATAN SAKE
1. Pendahuluan
Sake adalah minuman beralkohol bening atau kuning pucat mengandung
kadar alkohol 15 sampai 18% atau lebih mempunyai aroma spesifik sedikit terasa
asam dan agak manis. Sake yang dibuat di Jepang erat hubungannya dengan wine
beras chua atau disebut shoosing chu sake sebagai minuman beralkohol telah
dikenal ribuan tahun yang lalu. Dalam tahun 1973 telah diproduksi sebanyak 1,8 juta
kilo liter sake.
2, Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Beras berbutir besar, dan dislip sehingga protein, lipeda dan mineral-
mineralnya habis.
- Air : tidak berwarna, tidak berbau, bebas dari nitrat, amoneak, zat-zat
organik mikroba.
b. Alat : Seperti pada pembuatan wine.
3. Cara Kerja
c. Beras dislip berbutir besar
d. Dicuci bersih
e. Direndam 1-20 jam tergantung kerasnya beras
f. Teruskan selama 4-8 jam
g. Dikukus selama 30-60 menit
h. Didinginkan sampai suhu 30oC
i. Tambahkan koji (Asperillus bayzae)
j. Fermentasi selama 3 minggu
k. Disaring
l. Sake segar
Beras
Disosoh
Bran
Beras sosoh (70 – 75% dari berat awal)
Dicuci
Direndam
Dikukus
Didinginkan
Spora Aspergillus oryzae Nasi Khamir sake
(Tane–koji)
Fermentasi Air
Koji Starter Khamir (Moto)
Dicampur Air (Moromi)
Fermentasi Utama (3 minggu)
Filtrasi Bungkil sake
Sake
Gambar 20. Diagram alir Pembuatan Sake (Steinkraus,1983).
Catatan :
Pembuatan koji untuk sake
Beras direndam ditiriskan dikukus didinginkan dan kemudian di inokilasi
dengan Aspergillus oryzae (tane koji). Pemberian dilakukan dengan
diinkubasi pada suhu 20-30 oC selama 5-66 hari atau sampai terjadinya
pertumbuhan jamur tersebut dan dilakukan pada kelembaban tinggi.
Pembuatan moto
Koji dan beras yang telah dikukus dicampur dengan air dibiarkan selama
13-19 hari. Pada saat ini akan ditumbuhi oleh yeas liar, dan bakteri asam
laktat kemudian baru diinokulasi sake dibiarkan 7-15 hari.
IX. PEMBUATAN ANGGUR (WINE)
1. Pendahuluan
Anggur (wine) merupakan minuman hasil fermentasi, yang pada mulanya
berasal dari perasan buah anggur, yang dilakukan oleh khamir. Perkembangan lebih
lanjut menunjukkan anggur dapat dibuat dari berbagai buah. Pada proses fermentasi
gula yang terdapat di dalam perasan akan dirombak oleh sel khamir menjadi alkohol
dan CO2.
Gula yang ditambahkan pada sari buah bertujuan untuk memperoleh kadar
alkohol yang lebih tinggi, walaupun bila kadar gula terlalu tinggi aktivitas dari
khamir dapat terhambat. Konsentrasi yang optimum untuk menghasilkan kadar
alkohol yang optimum adalah 20 %. Kadar gula yang baik untuk permulaan
fermentasi adalah 15-16%, hal ini bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan
khamir pada awal fermentasi.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Buah-buahan (angur, pisang, nenas, jambu mente, arbein, buni dan lain
sebagainya).
- Gula pasir
- Ragi roti
- Air
b. Alat :
- Kompor
- Panci
- Sendok
- Botol fermentasi
- Tong fermentasi
Cara Kerja
c. Buah dipilih yang cukup masak, tidak busuk, tidak asam dengan aroma yang
menyenangkan.
d. Buah dikupas, dipotong-potong diblender lalu dibungkus dengan kain lalu
diperas.
e. Diencerkan dengan tambahan air 3 kali volume sari buah dan ditambah gula
sampai mencapai kadar gula 16%, lalu dipasterurisasi para suhu 70-80oC selama
1 jam.
f. Semalam sebelum peragian, ragi diaktifkan dalam media starter yang dibuat dari
sari buah. Pembuatan starter sebanyak kira-kira seperseratus dari volume larutan
yang akan diragikan. Ragi ditambahkan sebanyak ± 5 gram per 100 ml larutan
starter dan dibiarkan satu malam.
g. Larutan starter dimasukan ke dalam media fermentasi hasil pasteurisasi,
kemudian peragian dibiarkan bekerja selama 4-7 hari, dengan setiap 1 hari kadar
gula diperiksa dipertahankan 16% dengan penambahan larutan gula pekat.
h. Anggur buah ini disimpan dalam gudang bawah tanah yang sejuk di dalam
tong-tong kayu besar selama 3 bulan. Pada proses ini aroma dari buah akan
timbul.
i. Anggur dipindahkan kedalam botol-botol, untuk disimpan lagi selama 6-12
bulan.
Catatan :
Untuk perlakuan anggur dapat dibuat dari bermacam-macam buah
Diagram alir pembuatan anggur dapat dilihat pada Gambar 21
Buah segar
Dikupas
Dihancurkan
Dikestraksi
Ditambahkan gula
Dipasteurisasi
Diinokulasi dengan starter
Dijernihkan
/ Difermentasi
Anggur (Wine)
Gambar 21. Diagram Alir Pembuatan Wine
Pembuatan wine secara umum dan White Table Wine berturut-turut terlihat pada
Gambar 23 dan 24
Vitis vinifera Belerang Khamir Fining Tempat aging ) dioksida crusher) Pres Filter Anggurmerah Rose wine manis Tempat Ke Botol pengeluaran wine putih Bak Bak Pemanasan tangkai Bak fermentasi pengendapan pengendapan Gambar 22. Diagram Alir Pembuatan Wine (Western US Method)
Buah Anggur Putih Dihancurkan Asam Tartrat Enzim Pektat SO2 Ditiriskan Cairan buah “ Free run “ Kulit dan tangkai Pengepresan Hasil pengepresan Residu hasil pengepresan Dicampur atau tetap terpisah Limbah Didinginkan, diendapkan dengan membiarkan(racked), disentrifuse, atau difilter Khamir Fermentasi Wine diendapkan dengan membiarkan ( racked), khamir mengendap Pengaturan pH Asam askorbat SO 2 Stabilisasi dg. pendinginan, dijernihkan dengan bentonit Dipindah-pindahkan dari suatu wadah kewadah lain dan disaring kasar Penyimpanan Dapat diberi gula Asam askorbat Diberi SO2 Sterilisasi dg filtrasi Dibotolkan (setelah berumur 3 - 6 bulan)
Gb 23. Diagram Alir Pembuatan WhiteTable Wine (Rankine, 1998)
X. PEMBUATAN VINEGAR
I. PENDAHULUAN
Vinegar di Indonesia dikenal dengan nama cuka. Kata vinegar berasal dari kata
sin-aegre yang berarti wine (anggur) asam. Hal ini dapat ditunjukan apabila wine
dibiarkan beberapa lama dalam keadaan terbuka akan terasa asam. Asam cuka disebut
acetum (bahasa Latin) atau acetic acid (bahasa Inggris). Pada produk vinegar
mengandung asam asetat sebesar 4- 5% ( 4-5 g asam asetat per 100 g vinegar). Vinegar
adalah penyedap makanan yang dibuat dari bahan yang mengandung gula atau pati
dengan melalui proses fermentasi alkohol yang diikuti oleh proses fermentasi asam
asetat.
Bahan baku yang umum digunakan untuk pembuatan vinegar adalah
1. Berasal dari sari buah misalnya sari buah apel, buah jeruk, buah pear dan lain-
lainnya.
2. Sayur-sayuran yang berpati misalnya kentang, ketela rambat. Patinya harus
terlebih dihidrolisis menjadi gula-gula.
3. Dari serealia yang dikecambahkan misalnya barley, wheat, jagung dan lain-
lainnya.
4. Dari gula-gula seperti sirup, mollase, madu, dan lain-lainnya.
5. Dari minuman yang beralkohol misalnya dari bir, wine dan sebagainya.
Vinegar umumnya berasal dari bahan yang memberikan gambaran pada cuka yang
dibuat sehingga berdasarkan bahan baku tersebut terdapat beberapa macam vinegar
1. Cider vinegar yang dibuat dari sari buah (buah apel)
2. Malt vinegar yang dibuat dari biji-bijian yang dikecambahkan kemudian
dilakukan fermentasi.
3. Wine vinegar dibuat dari buah anggur (wine) sangat populer di Perancis,
sedangkan alegar yang dibuat dari bir ale dikenal di Inggris.
4. Spirit (distelled vinegar, grain vinegar) merupakan vinegar dari alkohol yang
telah diencerkan. Alkohol yang digunakan adalah alkohol hasil destilasi dan
dalam 100 cc (suhu 20 0C) tidak boleh mengandung lebih dari 4 gram asam
asetat.
5. Sugar vinegar hasil fermentasi asam asetat dari sirup, mollase.
6. Glukosa vinegar hasil fermentasi dari glukosa dan dektrosa.
Ada dua cara pembuatan vinegar yaitu cara lambat (show method) dan cara cepat
(quick method).
Lambat (Slow Method)
Cairan buah misalnya sari buah apel dibiarkan terjadinya fermentasi alkohol
secara spontan, biasanya dapat menghasilkan alkohol 11 sampai 13 %. Larutan alkohol
dibiarkan untuk mengalami proses fermentasi asam asetat (asetifikasi) yang dilakukan
oleh bakteri vinegar secara alami sampai dihasilkan vinegar.
Lapisan tipis (film) bakteri vinegar yang disebut induk vinegar atau “mother of
vinegar” yang terbentuk pada permukaan cairan dan mengoksidasi alkohol menjadi
asam asetat. Akan tetapi dengan cara ini hasil yang diperoleh bermutu rendah, karena
tidak terdapat strain bakteri asam asetat yang produktif atau mungkin terjadi persaingan
pertumbuhan khamir dan kapang pada permukaan yang merusakan alkohol dan asam-
asam. Adanya bakteri yang tidak dikehendaki dapat membentuk citarasa
Proses Orleans atau French yang dibuat di Eropah lebih disukai dan merupakan
proses kontinyu. Cairan yang akan difermentasi dimasukan ke dalam barrel sebanyak
tiga perempatnya. Ke dalam barrel tersebut juga dimasukkan bakteri asam asetat aktif
untuk mengasamkan wine, cider atau cairan malt sehingga akan menghambat
perkembangan mikroba lain yang tidak dikehendaki.
Bakteri asam asetat tumbuh pada lapisan atas cairan dan akan terjadi oksidasi
alkohol menjadi asam asetat dalam waktu beberapa minggu sampai beberapa bulan.
Pada proses fermentasi ini berlangsung pada suhu 21,1 – 29,4 0C. Setelah terbentuk
vinegar sebagian vinegar dikeluarkan untuk dibotolkan dan kemudian dimasukan
kembali larutan alkohol sebanyak yang dikeluarkan demikian dilakukan berulang-
ulang. Tetapi timbul masalah yaitu banyaknya bakteri yang ikut keluar pada waktu
pengeluaran vinegar sehingga dapat menurunkan proses asetifikasi. Secara umum dapat
digambarkan diagram alir methoda lambat dan cepat terlihat pada diagram alir Gambar
25.
Methoda Cepat (Quick Methods)
Dalam methoda cepat ini proses asetifikasi menggunakan larutan alkohol.
Methoda cepat ini disebut juga methoda generator dan cara ini saat ini umum
digunakan. Bentuk generator adalah merupakan tangki silindris dengan berbagai macam
ukuran dan umumnya terbuat dari kayu. Pada bagian dalam terbagi menjadi 3 bagian :
1. Bagian atas tempat untuk memasukan alkohol.
2. Bagian tengah merupakan bagian paling luas tempat cairan dan pada bagian
ini diisi dengan bahan yang dapat memperluas permukaan kontak dengan
alkohol yang dimasukan. Untuk memperluas permukaan kontak dapat
digunakan tatal kayu (kayu beech) atau potongan-potongan rotan.
3. Pada bagian bawah tempat mengumpulan vinegar.
Cairan alkohol dimasukkan dari bagian atas dan melalui alat otomatis alkohol
dipercikan ke bagian tengah tempat tatal kayu tersebut. Di bagian tengah ini akan
tumbuh bakteri asam asetat yang akan mengoksidasi larutan alkohol menjadi asam
asetat. Udara masuk dari bagian bawah mengalir ke bagian tengah tangki. Pada proses
oksidasi akan terbentuk panas sehingga akan terjadi peningkatan suhu. Perlu dilakukan
pengaturan suhu dan suhunya tidak boleh lebih tinggi dari 29,4 0C sehingga diperlukan
pendinginan. Untuk pendinginan diperlukan koil pendingin Alkohol sebelum masuk ke
generator didinginkan atau dapat pula dilakukan pendinginan dalam pross asetifikasi.
Pada penggunaan generator baru hendaknya pada bagian tengah dimasukkan vinegar
yang mengandung bakteri asam asetat yang sedang aktif. Kemudian baru dimasukkan
larutan alkohol ke bagian tengah tangki yang sudah terdapat tatal kayu. Mengenai
skema generator terlihat pada Gambar 24
Gambar 24. Generator vinegar model lama, A. Tutup, B. Tempat distribusi,
C. Bagian depan distribusi, D. Termometer, E. Tempat masuknya udara, F. Bagian dasar, G. Kran (Crues,1958)
Methoda Lambat Methoda Cepat Sari buah /malt Parutan alkohol encer &Substrat Untuk pertumbuhan Bakteri asam asetat
Fermentasi alkohol oleh khamir
Larutan mengandung alkohol
Fermentasi asetat oleh baketri asam asetat
Vinegar muda
Penuaan (aging)
Vinegar dngan citarasa yang Baik
Penjernihan
Vinegar dengan citarasa yang baik dan jernih
Dibotolkan dan Pasteurisasi
Vinegar siap untuk dipasarkan
Gambar 25. Diagram Alir Methoda Lambat dan Methoda Cepat.
XI. PEMBUATAN CIDER NENAS
1. Pendahuluan
Istilah cider mempunyai beberapa pengertian yang berbeda di Amerika
Serikat, cider adalah minuman sari buah apel yang tidak mengalami proses
fermentasi. Apabila difermentasi sehingga mengandung alkohol 0,5-8,0% maka
minuman tersebut disebut “hard cider” atau “apple jack”. Di Inggris minuman sari
buah yang mengalami proses fermentasi disebut cider. Untuk memudahkan cider
dapat diartikan sebagai minuman hasil fermentasi sari buah dengan kadar alkohol
0.5 – 8,0%.
Mikroba yang digunakan dalam fermentasi cider adalah khamir
Saccharomyces uvarum. Sel khamir ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain
tidak menghasilkan metabolit yang tidak dikehendaki dalam cider, yaitu H2S dan
diacetyl serta tahan terhadap SO2.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan
- Nenas
- Gula pasir
- Biakan murni isolat ragi roti
b. Alat :
- Blender
- Gelas jar/stoples
- Pipa gelas
- Kain saring
3. Cara Kerja
a. Terlebih dahulu dipersiapkan starter yaitu 20 ml sari buah nenas diencerkan
dengan air suling sampai kadar gulanya 1 : 1. Kemudian tuangkan suspensi sel
khamir / isolat ragi roti.
b. Sebanyak 500 gram nenas yang telah dikupas dan dipotong kecil-kecil,
ditambah 500 ml air, lalu diblender. Kemudian cairan dipisahkan dari
ampasnya menggunakan kain saring.
c. Cairan dituangkan ke dalam dua buah gelas jar / stoples. Tambahkan gula pasir
ke dalam setiap stoples sebanyak 20% dari volume cairan. Pasteurisasikan
pada suhu 80oC selama 20 menit sambil diaduk. Ukur kadar gula total dengan
refraktometer.
d. Setelah dingin cairan diinokulasi dengan starter yang telah dipersiapkan
sebelumnya sebanyak 5%.
e. Inkubasikan pada suhu kamar selama 2 hari dengan tutup stoples yang agak
lepas. Sehari setelah inkubasi tambahkan lagi 20% gula pasir hanya kedalam
salah satu stoples.
f. Setelah inkubasi 1 hari, tutuplah stoples dengan tutup karet berlubang.
Hubungkan dengan gelas piala berisi air menggunakan pipa gelas. Diamkan
selama 6 minggu.
Catatan :
Perlakuan dapat dibuat dari bermacam-macam kadar gula.
Skema pembuatan cider nenas dapat dilihat pada Gambar 26.
Nenas
Dikupas
Dipotong-potong
Ditambahkan air
Diblender
Disaring
Ditambah gula
Dipasteurisasi
Ditambahkan starter
Diperas
Cider nenas
Gambar 26. Skema pembuatan cider nenas
XII. PEMBUATAN CIDER TEH
1. Pendahuluan
Minuman yang dibuat dari teh merupakan minuman yang umum
dipergunakan di Indonesia, dan minuman ini tidak mengandung alkohol. Akan tetapi di
Jeman tahun 1933 telah dilakukan percobaan pembuatan minuman dari seduhan teh
yang mengandung alkohol. Minuman ini disebut dengan nama “cider teh”. Minuman ini
dibuat dengan cara menumbuhkan starter ke dalam seduhan teh yang mengandung gula.
Selain proses fermentasi, maka dengan adanya starter juga akan timbul proses oksidasi.
Proses fermentasi akan menguraikan gula, dalam hal ini glukosa atau fruktosa menjadi
alkohol. Proses oksidasi akan mengubah alkohol menjadi asam asetat dan air. Oleh
karena itu “cider teh” akan memiliki rasa manis keasam-asaman dengan kadar alkohol
paling tinggi 1%, sedangkan aroma dan rasa teh tetap ada.
Mikroba yang terlibat dalam “cider teh” yaitu Saccharomycodes ludwigii dan
Bakterium xylinum.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Teh
- Gula pasir
- Air
- Biakan murni
b. Alat :
- Kompor
- Panci
- Botol
- Pipa gelas
- Kain saring
Cara Kerja
c. Dipersiapkan seduhan teh sebanyak 1 liter.
d. Seduhan teh diberi gula 20, dan starter 100% dihitung dari luas permukaan.
e. Diinkubasikan pada suhu kamar selama 2 hari dengan tutup botol agak lepas.
f. Setelah diinkubasi hari, botol ditutup dengan tutup karet berlubang.
Diembungkan dengan gelas piala berisi air menggunakan pipa gelas.
Didiamkan selama 2 bulan.
Skema pembuatan cider teh dapat dilihat pada Gambar : 27.
Teh
Dicampur air panas
Ditambah gula
Disaring
Didinginkan
Ditambahkan starter
Diperam selama 2 bulan
Cider teh
Gambar :27. Daigram alir pembuatan “cider teh”
XIII. PEMBUATAN SAYUR ASIN (SAUERKRAUT)
Pendahuluan
Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang mudah didapat dan
relatif murah harganya. Pembatas dari penggunaan sayuran adalah sifat alamiahnya
yang mudah busuk. Pengawetan sayuran yang sudah dikenal antara lain adalah
pembuatan sayur asin. Sayur asin pada prinsipnya sama dengan apa yang dinamakan
“sauerkraut yaitu produk yang dihasilkan dari proses fermentasi dari bahan kubis yang
diberi garam. Pemberian garam tidak kurang dari 2% dan tidak lebih dari 3%. Setelah
fermentasi, mengandung asam laktat minimal 1-5% dan mempunyai aroma yang khas.
Dalam fermentasi sayur asin, terjadi pembentukan asam laktat. Bakteri
pembentuk asam laktat yang aktif berperan dalam fermentasi tersebut adalah
Leuconostoc mesenteroides, Lactobacilus cucumeris dan Lactobacillus pentoaceticus.
Pembuatan sayur asin
1. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Kubis, sawi hijau, kubis atau sawi putih
- Garam dapur
- Gula pasir
b. Alat :
- Baskom plastik
- Tampah
- Talenan
- Timbangan
- Pisau
- Stoples
- Kompor
- Panci
2. Cara Kerja
a. Sayur kubis dipisahkan helai demi helai daun kemudian dicuci sampai bersih.
b. Sayur kubis diatur di atas tampah bersih dan dibiarkan dalam suhu ruang
selama satu malam atau dijemur sampai terlihat layu.
c. Dibuat larutan garam 2 ½, didihkan, kemudian didinginkan.
d. Syur kubis yang telah layu diremas-remas dengan penambahan garam 2 ½%,
dan dimasukan kedalam stoples yang berisi larutan garam, kemudian ditekan
hingga semua sayur terendam dan ditutup rata.
e. Fermentasi sayur asin berlangsung selama 7 hari.
Untuk membuat sayur asin dapat digunakan sawi hijau, kobis, sawi putih dan sawi
petsai
Skema pembuatan sayur asin dapat dilihat pada Gambar 28
Kubis segar
Dipotong dan dibersihkan
Bagian tengah kubis dihilangkan
Kubis dihamparkan dengan tebal 2-5 mm
Diberi garam 2,25% (b/b)
Masukkan ke dalam wadah
Ditutup rapat
Fermentasi (7hari)
Pasteurisasi
Saue
rkraut Sayur asin
Dimasukkan dalam kantong plastik Dapat diberi pengawet.
Gambar 28. Pembuatan sayur asin
XIV. PEMBUATAN KIMCHEE
1. Pendahuluan
Hampir semua jenis sayuran termasuk buah-buahan bersifat seperti
sayuran, misalnya mentimun, tomat dan beberapa buah yang lain dapat difermentasi
oleh bakteri asam laktat. Bahan-bahan ini mengandung gula dan cukup bergizi untuk
pertumbuhan bakteri asam laktat. Faktor-faktor lingkungan yang penting dalam
fermentasi sayuran seperti : kadar garam secukupnya, suhu, starter, dan suasana
anaerobik/aeobik. Perubahan-perubahan kompleks yang terjadi pada fermentasi sayuran
dihasilkan oleh pertumbuhan serangkaian bakteri asam laktat, seperti produk kimchee,
sayuran terfermentasi yang dilakukan secara tradisional di Korea, menggunakan
beberapa jenis mikroba dalam keadaan aerobik mikroba yang terlihat Pseudomonas
mira, P. nigrifaciens dan Bacillus macerans, sedangkan mikroba anaerobik ialah
Lactobacillus plantarum, L. brevis, P. cerevisiae, Strep tococcus faecalis dan
Lenconostok mesenteroides. Pada tingkat fermentasi lanjut muncul yeast (khamir) dan
kapang sehingga dapat menyebabkan kimchiee tersebut menjadi lunak.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Kubis 88%
- Daun bawang putih 3%
- Cabai merah 2%
- Bawang putih 1%
- Garam 5,9%
- Jahe 0,1%
b. Alat :
- Baskom plastik
- Tampah
- Talenan
- Timbangan
- Pisau
- Stoples
- Kompor
- Panci
3. Cara Kerja
a. Cuci dan potong-potong 1 kg, kubis dengan ukuran ± 1 ½ inci. Taruh di dalam
wadah yang baru.
b. Rendam di dalam larutan dimana ½ cangkir garam dilarutkan di dalam 4
cangkir air dingin.
c. Biarkan semalam, kemudian ditiriskan.
d. “Desalting” (pengurangan garam) selama 2 jam dengan jalan merendam di
dalam air dingin (air es) dan airnya diganti beberapa kali, kemudian ditiriskan.
e. Siapkan larutan pikel yang terdiri dari :
- 3 batang daun bawang putih (dipotong halus)
- Jahe (1 inchi, diiris halus)
- Bawang putih (6 siung, diiris halus)
- Gula pasir (1/2 sendok teh)
- Vetsin (MSG) (1/2 sendok teh)
- Cabai (secukupnya)
- Air (1/2 cangkir)
f. Campurkan kubis dengan baik di dalam larutan pikel.
g. Masukan kedalam stoples dan biarkan tertutup rapat dengan kantong plastik
yang diisi air dan tutupnya sendiri (anaerob).
h. Biarkan selama 24 jam, kemudian cairannya ditiriskan.
i. Didihkan cairannya (untuk membunuh mikroba).
j. Masukan sayuran dalam cairannya yang panas itu kedalam stoples dan tutup
setengah rapat dan dipasteurisasi di dalam “waterbath” selama 30 menit (± 60 oC). Bila dikalengkan, pasteurisasi pada 70oC selama 25 menit atau 15 menit
pada tem 80oC. Bisa juga ditambahkan bahan pengawet kimia seperti : asam
sorbat (0,1%) dan sodium dehydroacetate (0,01%). Kimchee dapat disimpan
pada suhu 0oC (terbaik). Diagram alir pembuatan kimchee terlihat pada
Gambar 29.
Kubis dicuci dan dipotong-potong
Direndam dalam larutan garam
Dibiarkan semalam
Ditiriskan
Direndam dalam air dingin (pengurangan kadar garam)
Dimasukan kedalam larutan pikel
Dibiarkan selama 24 jam
Ditiriskan
Dididihkan
Dipasteurisasi
Ditambahkan zat pengawet
Disimpan (0oC)
Gambar : 29. Diagram alir pembuatan kimchee.
XV. PEMBUATAN SOYGHURT
1. Pendahuluan
Yoghurt adalah susu yang disengaja diasamkan dengan menggunakan
bakteri Lactobadicillus bulgaricus dan Streptococcus, termophilus, sedangkan yoghurt
yang dibuat dari bahan kedele (susu kedele), disebut soyghurt.
Dibanding dengan yoghurt, soyghurt mempunyai beberapa keuntungan yaitu
lebih- sedikit memerlukan bibit (starter), pembuatannya dapat dilakukan pada suhu
kamar biasa dan lebih kaya akan cita rasa. Dilihat dari segi gizi, soyghurt mengandung
kadar protein lebih tinggi dibandingkan yoghurt.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Susu kedele
- Starter
b. Alat :
- Anto clove
- Inkubator
- Almanies
- Panci
- Stoples
3. Cara Kerja
a. Pertama-tama harus disiapkan susu kedele.
b. Susu dimasukkan ke dalam panci, kemudian disterilkan di atas kompor/di
dalam oven selama 15-30 menit pada suhu 90oC.
c. Selanjutnya suhu diturunkan dan bila sudah mencapai 43oC , starter
ditambahkan sebanyak 2%.
d. Pemeraman dilakukan pada suhu 43oC selama 5-6 jam.
Diagram alir pembuatan soyghurt terlihat pada Gambar 30.
Susu kedele
Diupasteurisasi (90oC, 15 menit)
Suhu diturunkan (43oC)
Ditambahkan starter (2%)
Dihomogenkan
Diinkubasikan (43oC, 5 jam)
Soyghurt
Gambar 30. Diagram alir pembuatan soyghurt.
XVI. PEMBUATAN ROTI
1. Pendahuluan
Daya mengembang adonan roti merupakan faktor penting karena akan
menentukan mutu roti yang dihasilkan. Mengembangnya adonan roti disebabkan karena
terbentuknya gas CO2 akibat aktivitas sel khamis S. cerivisiae pada waktu proses
fermentasi adonan roti. Banyaknya gas CO2 yang terbentuk tergantung pada strain sel
khamir dan jumlah sel khamir yang aktif pada proses fermentasi.
Cara pembuatan
2. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Tepung terigu
- Tepung gula
- Garam dapur
- Margarin
- Ragi roti
b. Alat :
- Talenan
- Gelas piala 300 ml
- Oven
- Baki aluminium
- Wadah plastik
3. Cara Kerja
Adonan roti dibuat dengan resep sebagai berikut :
- Tepung terigu 165 gram
- Tepung gula 10 gram
- Garam dapur 4 gram
- Margarin 6 gram
- Ragi roti 2 gram
- Air 120 ml
a. Dibuat suspensi ragi roti dengan cara menambahkan 5 ml air suam-suam dalam
tabung reaksi yang berisi 2 gram ragi roti.
b. Dibuat campurkan tepung terigu, tepung gula dan garam dapur, aduk sampai
rata. Ditambahkan margarine dan aduk kembali sampai rata.
c. Suspensi ragi roti dituangkan ke dalam campuran tepung di atas dan
ditambahkan air sedikit demi sedikit sambil diaduk dan ditekan-tekan sampai
terbentuk adonan yang tidak menempel/lengket pada telapak tangan dan wadah
yang digunakan.
d. Dimasukan adonan kedalam gelang piala yang telah diolesi minyak. Ditekan
sehingga permukaan adonan rata, kemudian diinkubasikan pada suhu kamar
selama 1 jam.
e. Adonan tersebut dipindahkan ke dalam baki aluminium, kemudian dipanaskan
di dalam oven pada suhu 250oC selama ± 25 menit.
Diagram alir pembuatan roti roti dapat dilihat pada Gambar 31.
1/0 bagian, terigu + ragi + air Diaduk dibuat adonan (15 menit) Diaduk lagi dengan sisa terigu dan ditambah air Dibiarkan (15 menit) Ditambah gula, garam dan air Diaduk lagi (15 menit) Dibiarkan 15 menit Ditambah margarine Diaduk dan dibanting-banding (20 menit) Diletakkan diatas meja (20 menit) Di potong-potong dan ditimbang Dibentuk menjadi bulatan-bulatan Dibiarkan mengembang (60 menit) Diroll Dilipat dan dibentuk Dimasukan dalam loyang Dibiarkan (60 menit) Dipanggang dalam oven Didinginkan pada suhu kamar Dimasukan dalam kantong plastik
Gambar 31. Diagram alir pembuatan roti.
XVII. PEMBUATAN NATA DE COCO
1. Pendahuluan
Nata de coco merupakan produk hasil proses fermentasi air kelapa oleh bakteri
cetuater xylium. Bakteri ini berbentuk batang, gram negatif, obligat aerob dan tidak
membentuk spora. Perbedaannya dengan species lain dari genus Acetobacter adalah
bila timbuhkan pada media yang mengandung gula, bakteri Acetobacter xylinum dapat
merubah gula menjadi selulosa.
Beberapa faktor yang berpengaruh dalam pembuatan nata de coco adalah pH,
suhu, kadar gula dan komposisi substrat.
2. Bahan dan Alat
a. Bahan :
- Air kelapa
- Gula pasir
- Kecambah kacang ijo
- Asam cuka glasial
- Bibit “nata”
b. Alat :
- Ember plastik
- Alat penyaring dari plastik
- Panci / cubluj
- Kain saring
- Stoples
- Pisau
- Kantong plastik
3. Cara Pembuatan
a. Air kelapa yang digunakan sebagai media adalah air kelapa segar (yang baru
dikeluarkan dari buah) kemudian disaring dengan alat penyaring untuk
mencegah ikutnya pecahan dingin buah yang tertinggal, bekas pecahan
tempurung dan kotoran-kotoran lain kalau ada.
b. Selanjutnya dilakukan perebusan dan sebelumnya ditambahkan 7 ½ gula pasir
dan 1 ½ kecambah kacang ijo dari berat air kelapa. Lama perebusan dihitung
mulai mendidih selama 20 menit.
c. Kemudian dilakukan penyaringan sekali lagi dengan menggunakan kain saring.
Didiamkan dalam keadaan tertutup, sampai suhunya sama dengan suhu kamar.
d. Dalam keadaan media dingin ditambahkan cuka biang (asam cuka glasial)
sebanyak ½ dari volume air kelapa. Selanjutnya diaduk sampai diperoleh
media yang serba sama.
e. Setelah selesai penambahan asam cuka, baru ditambahkan starter (bibir) dari
Acetobacter xylinum sebanyak 10% dari volume media. Campuran kembali
diaduk sampai rata seluruh bagian.
f. Kemudian dituangkan kedalam stoples kira-kira tingginya 3-5 cm dari alas
wadah (± ½ liter). Dan selanjutnya ditutup dengan plastik berikutnya disimpan
pada rak-rak yang datar.
g. Pemeraman (fermentasi) dilakukan selama 2-3 minggu pada suhu kamar dan
selama pemeraman sama sekali tidak boleh diganggu.
h. Setelah tebal lapisan (film) kira-kira 1 cm (2-3 minggu), maka dilakukan
pemanenan. Untuk menghilangkan asam cuka, sari kelapa direndam selama 3
hari dengan mengganti air perendam setiap hari.
i. Sari kelapa ( natap) yang sudah bebas asam diiris-iris berbentuk kubus dengan
ukuran 1 x 1 cm, selanjutnya digodog dalam air selama 20 menit (setelah
mendidih) berikutnya ditiriskan.
j. Sari kelapa yang sudah terpotong-potong dimasukan ke dalam sirup yang
berkadar gula 5%. Dididamkan semalam agar gula meresap kedalam sari
kelapa. Kemudian baru dimasukan kedalam kantong-kantong plastik.
Skema pembuatan nata de coco dapat dilihat pada Gambar : 32.
Air Kelapa Gula Pasir Kecambah kacang ijo 1 ½ %
Campuran direbus selama 20 menit
Disaring
Ditambah asam cuka glasial ½%
Ditambah binit 10%
Diperam selama 2-3 minggu
Dipanen dan direndam selama 3 hari
Dipotong-potong dan ditambah sirup
Dimasukan kedalam kantong plastik
Gambar 32. Skema pembuatan “nata”
Selain cara pembuatan nata de coco seperti dikemukakan diatas ada pula cara
lain. Untuk jelasnya dapat dilihat padadiagram alir seperti pada Gambar 32. Oleh
karena kesulitan untuk memperoleh air kelapa dapat pula pembuatan nata tanpa air
kelapa. Hasil penelitian menunjukan tanpa menggunakan air kelapa dan sebagai
penggantinya air biasa dan pemberian sukrosa sama dengan pemberian Sukrosa pada
pembuatan nata de coco dari kelapa (15%). Nata yang diperoleh mempunyai
karakteristik sama dengan nata dari nata de coco.
Diagram lain yang sering dilakukan adalah terlihat pada Gambar 33.
Air Kelapa
nata de coco
Gambar 33. Diagram alir pembuatan nata de coco secara tradisional di Filipina (Mendoza,1961 dalam Steinkraus, 1983)
Disaring dengan kain putih bersih . Ditambah 20 ml asam asetat glasial/liter dan
150 g. sukrosa/liter Diaduk dan diinokulasi dengan
biakan murni A. xylinum (1 - 10 %)
Dimasukkan ke dalam wadah dengan tinggi volume cairan 7,5 cm
Disimpan 10 - 14 hari pada suhu 28-30oC
Nata yang terbentuk dipanen Direndam dan dicuci sampai
rasa asamnya hilang
Dipanaskan dan dicampur sukrosa (1 bagian sukrosa dengan 2 bagian nata)
DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R.I. Bhratara Karya Aksara, Jakarta
Anonimus. 1995. Standar Anggur Brem bali. Standar Nasional Indonesia (SNI), Dewan
Standarisasi Nasional (DSN). Departemen Undustri Indonesia, Jakarta. Amerine, M.A. 1964. Wine. In Food, J.E. Hoff and J Jamiek ( eds). Scientific
American, W.H. Freeman and Company, San Francisco. Amerine, M.A., H.W. Berg, and W.V. Cruess. 1972. The Technology of Wine Making. The Avi Pubishing Company, Inc. Wesport, Connecticut. Amerine, M.A. andV.L. Singleton. 1977. Wine. Australia & New Zealand Book Company, Sydney. Araullo.E.V., D.B. De Padua, M. Graham. 1976. Postharvest Technology. International
Development Research Centre. Ottawa. Astawan, M. dan M.W. Astawan. 1991. Teknologi Pengolahan Pangan Nabati Tepat
Guna. Akademika Press,Jakarta. Beuchat L.R. 2001.Traditional Fermented Foods. In Food Microbiology, Fundamentals
and Frontiers., Doyle, M.P, L.R., Beuchat and T.J Montville. ASM press. Washington, D.C.
Birch,G.G., N. Blakebrough and K.J. Parker. 1981. Enzym and Food Processing. Applied Science Publisher Ltd. London.
Buda,K. 1981. Pengolahan Buah Kelapa. Fakultas Pertanian Universitas Udayana Cang, K.C. Korean Soy Sauce Cahang,C.H.,S.R.Lee, T.I.Mheen, T.W. Kwon, and Park.
1977. Fernmented Soybean Food. In Handbook of Indigenous Fermented Foods. K.H.Steinkraus (Ed). Marcel Dekker. Inc, New York
Caruso, M., A. Capece, G. Satzano and P. Romano. 2002. Typing of Saccharomyces cerevisiae and Kloeckera apiculata strains from Aglianico wine. Letters in Applied Microbiology 34 : 323-328. Collado, Lilia, S. 1987. Nata Processing and Problems of Industry in the Philiphines. In
Traditional Food and Their Processing in Asia NODAI, Yanagada, Y. Tokai, S. Homma, S. Koto, dan Y. Ondo (Eds). Research Institute. Tokyo University of Agriculture. Dohan Press, Co,. LTD. Tokyo.
Crues,W.V. 1958. Commercial Fruit and Vegetable Products. McGraw Hill Book `Company, Inc. New York
Doyle, Michael P, Larry R.Beuchat and Thomas J. Monville. 2001. Food Microbilogy. Fundamentals and Frontiers 2 nd Edition. ASM Press. Washington,D.C Fardiaz, S. 1988. Mikrobiologi Pangan. Pusat Antar UniversitasTinggi. IPB. Bogor Frazier, W.C. 1967. Food Microbiology. Tata Mc Graw- Hill Publishing Company Ltd., New Delhi. Jay, J.M. 1992. Modern Food Microbiology. Chapman & Hall, New York. Judoamidjojo, M., Abdul Aziz Darwis dan Endang Gumbira Said. 1990. Teknologi Fermentasi. Rajawali Pers, Jakarta. Kyung Man You, Claire-Lise Rosenfield and Doglas C. Knipple. 2003. Ethanol Tolerance in the Khamir Saccharomyces cerevisiae is Dependent on Cellular
Oleic Acid Content. Applied and Environmental Microbiology 69:.1400-1593 Characteristics and Identity. The Philipine Journal of Science. Vol. 96. No. 2., 1967.
Liu,K. 2004. Fermented Soy Food: An Overview. In Handbook of Food and Beverage ` Fermentation Technology. Y.H. Hui, L.M. Goddik, A.S. Hansen, J.Yosephsen, W.K. Nip, P.S. Stanfield and F. Toldra (Eds) Marcel Dekker, Inc. p 481 -492. Pederson, Carls. 1971. Microbilogy of Food Fermentations. The Avi Publishing
Company, Inc. Westport, Connecticut.
Piluharto, B. 2003. Kajian Sifat Fisik Film Tipis Nata dr Coco Sebagai Membran
Ultrafiltrasi. Jurnal Ilmu Dasar Vol.4.No.1, 2003: 52-57. Pirt, S.L. 1975. Principles of Microbe and Cell Cultivation. Blackwell Scientific
Publication. Oxford. Rahayu, E.S., dan K.R. Kuswanto. 1988. Teknologi Pengolahan Minuman Beralkohol. Pusat Antar Universitas dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Rankine, B. 1998. Making Good Wine. A Manual of making Practice For Austaralia and New Zealand. Pan Macmillan Australia Pty Limited, Sydney Reed, G. 1975. Enzymes in Food Processing. Academic Press. New York. Rump,H.H. and H Kriat. 1988. Laboratory Manual for the Examination of Water, Waste Water and Soil. V.C.H. Velagsgesellscaftmbh D 6940 Winheim Germany. Said, E.G.1987. Bioindustri, Penerapan Teknologi Fermentasi. P.T. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Sikyta, B. 1983. Methods Industrial Microbiology. John Willey and Sons. New York. Smith, G, E.M. Gilbert, G.S. Brtan, R.L. Evans, and J.F. Stauffer. 1958. A Texbook of General Botany. The Macmillan Company. New York. Steinkraus, Keith H. 1983. Handbook of Indigenous Fermented Foods. Marcel Dekker. Inc, New York. Soedarmo, P. dan A.D. Sediaoetama. 1977. Ilmu Gizi. Penerbit Dian Rakyat. Jakarta Sudarmadji, S., B. Haryono, dan Suhardi. 1981. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Penerbit Yogyakarta. Sudjatha,W., A.A.G.N. Anom Jambe, dan I.D.G.Mayun Permana. 1993.Pengaruh
Pemberiam Ragi Tape Terhadap Mutu Biji Coklat Kering Siap Ekspor Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perguruan Tinggi Dep. Pendidikan Dan Kebudayaan, Buku VII Hal.232 - 243.
Sudjatha, W., K. Sulandra, G.P. Yamasuta. 1997. . Perbaikan Mutu Brem Bali Produksi
Fa. Udiyana. Majalah Ilmiah Gitayana Vol.: 2 No. :2.
Sudjatha, W., Ni W. Wisaniyasa.dan Agus Slamet Duniaji. 2000. Pengolahan Brem bali dengan Peralatan Tradisional Guna Mencegah Terdapatnya Logam Berat Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
Sudjatha, W., Ni W. Wisaniyasa. 2002. Pengaruh Lama Peragian Tape Ketan Tergadap
Konsentrasi Logam dalamn Brem Muda. Program Studi Teknologi Pertanian Universitas Udayana.
Sudjatha, W., Ni W. Wisaniyasa. 2003. Pengaruh lama Waktu Pemeraman Beras Ketan
(Penapean) dan Pemberan ragi fermifan pada Brem Muda terhadap Pembentukan Alkohol dan Asam Asetat pada Brem.
Suliantari dan W. P. Rahayu. 1990. Teknologi Fermentasi Biji-Bijian dan Umbi-
Umbian. Pusat Antar Universitas IPB , Bogor. Tibbott, S. 2004. Tempeh: The “Other” White Beancake. In Handbook of Food and Beverage Fermentation Technology. Y.H. Hui, L.M. Goddik, A.S. Hansen, J.Yosephsen, W.K. Nip, P.S. Stanfield and F. Toldra (Eds) Marcel Dekker, Inc.
p 583-594.
Tucker, G.A. and L.F.J. Woods. 1995. Enzymes in Food Processing.Blackie Academic & Professional. London. White, J. 1954. Yeast Technology. John Willey and Sons Inc, New York
Wills,R.H.H.,T.H. Lee,D. Graham, W.B. Mc Glasson and Hall.1981. Postharvest an introduction to the Physiology and Handling of Fruit and Vegetables. New
South Wales University Press Limited, Australia. Winarno, F.G. 1983. Enzim Pangan. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Winarno, F.G. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. Penerbit PT Gramedia, Jakarta. Wisaniyasa, N.W. dan W.Sudjatha. 2003. Perbaikan Mutu Brem bali dengan Pemberian Saccharomyces cerevisiae dan Beberapa Macam Merk Ragi Roti pada Cairan Tape Ketan ( Brem Muda) Wurzburg, O.B. 1968. Starch in Food Idustry. In Handbook of Food Additives.
T.E.Furia (ed). The Chemical Rubber CO. Ohio. p 377-411. Yanagida, Fujiharu.,Yasuo Takai,Seuchi Homma,Shigera Kato, dan Yashiko
Ando.1987. Traditional Foods And Their Processing in Asia.NODAI Research Institute,Tokyo University of Agriculture..John Press Co. Ltd., Tokyo.
.