peningkatan keterampilan menulis narasi melalui …...perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id...

of 102 /102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user i PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN 02 PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012 SKRIPSI Oleh: YAYUK KRISTIN SRIWIYANA K7108023 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Juni 2012

Author: trandang

Post on 13-May-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

Embed Size (px)

TRANSCRIPT

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI

MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN 02

PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

YAYUK KRISTIN SRIWIYANA

K7108023

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juni 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iii

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI

MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN 02

PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh:

YAYUK KRISTIN SRIWIYANA

K7108023

SKRIPSI

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar Sarjana

Pendidikan Guru Sekolah Dasar

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

Juni 2012

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

v

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi

ABSTRAK

Yayuk Kristin Sriwiyana. K7108023. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI MELALUI MODEL QUANTUM LEARNING PADA SISWA KELAS IV SDN 02 PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2011/2012. Skripsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui model quantum learning pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

Bentuk penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan/tindakan, observasi, dan refleksi. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012. Jumlah siswa yang diteliti adalah 43 siswa, terdiri dari 18 siswa laki-laki dan 25 siswa perempuan. Sedangkan objeknya adalah keterampilan menulis narasi oleh siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi, tes, dan dokumentasi. Validitas data yang digunakan adalah triangulasi data dan triangulasi metode. Pada penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa pada tahap prasiklus nilai rata-rata keterampilan menulis narasi siswa yaitu 62,93 dengan prosentase klasikal sebesar 44,18% atau sebanyak 19 siswa. Pada siklus I nilai rata-rata keterampilan menulis narasi siswa mengalami peningkatan yaitu 73,42 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 74,42% atau sebanyak 32 siswa. Sedangkan pada siklus II nilai rata-rata keterampilan menulis narasi siswa mengalami peningkatan kembali menjadi 81,80 dengan prosentase ketuntasan klasikal sebesar 93,02% atau sebanyak 40 siswa. Hal ini menunjukkan bahwa adanya peningkatan ketuntasan klasikal dari tindakan pra siklus ke tindakan siklus I sebesar 30,24%, peningkatan ketuntasan klasikal dari tindakan siklus I ke tindakan siklus II sebesar 18,60%, dan peningkatan ketuntasan klasikal dari tindakan pra siklus ke tindakan siklus II sebesar 48,84%.

Simpulan penelitian ini adalah melalui penerapan model quantum learning dapat meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang Karanganyar tahun pelajaran 2011/2012.

Kata kunci : keterampilan, menulis narasi, quantum learning

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vii

ABSTRACT

Yayuk Kristin Sriwiyana. K7108023. IMPROVING NARRATIVE WRITING SKILLS IN QUANTUM LEARNING MODEL OF 4th GRADE STUDENTS OF SDN PERENG MOJOGEDANG KARANGANYAR. Thesis. Surakarta: Teacher Training and Education Faculty Sebelas Maret University Surakarta 2012. This purpose of the research is to improve narrative skills in quantum learning model of 4th grade students of SDN Pereng Mojogedang Karanganyar in the academic year of 2011/2012. The research (PTK) that carried out in two cycle. Each cycle consist of 4 step, that is Planning, implementation/action, observation, and reflection. The subject of the study in this research is the 4th grade students of SDN Pereng Mojogedang Karanganyar in the academic year of 2011/2012. There were 43 students consisting 18 male students and 25 female students. While the object is narrative writing skill by students. The technique used for collecting data is interview, observation test and documentation. The validity of the data used for is triangulation of the data and triangulation methods. In this study, the technique used for collecting data is the interactive analysis technique.

Base on the result of the study, it is known that in the pre-cycle step the average value of narrative writing skill of the students is 62.93, with the classical percentage of 44,18% or as many as 19 students. In the 1st cycle the average value of narrative writing skill of the student was improved that is 73, 42 with the percentage which is the classical completeness of 74,42% or as many as 32 students. Whereas in the 2nd cycle the average value of narrative writing skill of the students improved become 81,80 with the percentage classical completeness of 93,02% or as many as 40 students. It is prove that there is a improve classical completeness by the action of pre-cycle to the action of 1st action cycle of 30,24%, the improving classical from the action 1st cycle to the 2nd cycle is 18,60%, and the improving classical completeness from the pre-cycle action to the 2nd action is 48,84%.

The result of the study is the application of quantum learning model can improve the narrative writing skill of 4th grade students of SDN Pereng Mojogedang Karanganyar of the academic year of 2011/2012.

Key Word : skill, narrative writing, quantum learning

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

MOTTO

Rahasia kesuksesan adalah persiapan, kerja keras, dan belajar dari kegagalan

(Collin Powel)

karya itu dengan

kecemerlangan

(Anies Baswedan)

"Nilai prestasi terletak dalam mencapainya."

(Albert Einstein)

(Penulis)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ix

PERSEMBAHAN

Dengan mengharap kehadirat Tuhan Yang Maha Esa ku persembahkan skripsi ini

kepada:

Bapak dan Ibuku (Bapak Supriyanto dan Ibu Sriatun)

Doa kalian yang tiada henti di setiap sujudmu, dukungan secara materiil dan

spiritual, serta kasih sayang yang tiada terbatas engkau berikan kepadaku.

Kakak dan adikku tercinta (Arik dan Dhita)

Terima kasih telah memberi bantuan, semangat, dan dukungan selama ini.

Sahabat-sahabatku (Okta dan Tia)

Terima kasih karena telah memberi semangat, motivasi, dan selalu ada di sampingku dalam suka maupun duka.

Rendra Wijaya

Terima kasih atas segala bantuan dan dukungan selama ini.

Teman-teman Kelas A S1 PGSD UNS angkatan 2008

Terimakasih atas segala bantuan, semangat, dan kerjasamanya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan berkat,

rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi

Penelitian Tindakan Kelas Peningkatan Keterampilan Menulis

Narasi Melalui Model Quantum Learning Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Pereng

Mojogedang Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012

untuk memenuhi salah satu syarat melakukan penelitian dan guna memperoleh

gelar Sarjana pada program PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Dalam menyusun skripsi ini, tentunya peneliti tidak lepas dari bantuan

maupun kerja sama dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan

terimakasih yang sebesar- besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

3. Ketua Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Sekretaris Program Studi PGSD Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Dra. Yulianti, M. Pd. selaku Pembimbing I yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Noer Hidayah, M. Pd. selaku Pembimbing II yang telah memberikan

bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini.

7. Pembimbing Akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan

kepada penulis selama menjadi mahasiswi di Program Studi PGSD FKIP

UNS.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi PGSD UNS yang secara tulus

memberikan ilmunya kepada penulis.

9. Kepala Sekolah SDN 02 Pereng yang telah memberikan izin penulis untuk

melaksanakan penelitian.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xi

10. Sugeng Riyadi, A. Ma. Pd. selaku guru kelas IV SDN 02 Pereng yang

bersedia untuk berkolaborasi dengan penulis.

11. Para siswa SDN 02 Pereng yang telah bersedia untuk berpartisipasi dalam

pelaksanaan penelitian ini.

12. Semua pihak yang turut membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak

mungkin penulis sebutkan satu persatu.

Peneliti menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan tugas

ini. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu

pengetahuan,bagi penulis sendiri dan bagi para pembaca.

Surakarta, Juni 2012

Peneliti

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERNYATAAN ........................................................................ ii

HALAMAN PENGAJUAN ............................................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. vi

HALAMAN ABSTRACT ............................................................................... vii

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... viii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... ix

KATA PENGANTAR ..................................................................................... x

DAFTAR ISI .................................................................................................... xii

DAFTAR TABEL ............................................................................................ xv

DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xvi

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian ................................................................... 5

BAB II LANDASAN TEORI .................................................................... 7

A. Kajian Pustaka ......................................................................... 7

1. Hakikat Keterampilan menulis narasi ................................. 7

a. Pengertian Keterampilan ................................................ 7

b. Pengertian Menulis Narasi .............................................. 8

c. Tahap- tahap Menulis ..................................................... 11

d. Tujuan Menulis ................................................................ 14

e. Manfaat Menulis .............................................................. 15

f. Jenis- jenis Karangan Narasi ........................................... 17

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiii

g. Ciri- ciri Karangan Narasi ............................................... 19

h. Langkah- langkah Menulis Narasi .................................. 19

i. Penilaian Menulis Narasi ................................................. 21

j. Keterampilan Menulis Narasi di SD ............................... 23

2. Hakikat Model Quantum Learning .................................... 25

a. Pengertian Model ........................................................... 25

b. Pengertian Model Quantum Learning ........................... 26

c. Karakteristik Model Quantum Learning ....................... 27

d. Asas Utama Model Quantum Learning ......................... 28

e. Prinsip- Prinsip Model Quantum Learning ................... 29

f. Kerangka Model Quantum Learning ............................ 30

g. Langkah- Langkah Model Quantum Learning .............. 31

h. Kelebihan dan Kelemahan Model Quantum Learning .. . 32

B. Penelitian Yang Relevan .......................................................... 34

C. Kerangka Berpikir ................................................................... 37

D. Hipotesis Tindakan ................................................................... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................... 40

A. Tempat dan Waktu Penelitian .................................................. 40

B. Subjek Penelitian ..................................................................... 40

C. Bentuk dan Strategi Penelitian ................................................ 41

D. Sumber Data ........................................................................... 43

E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................... 44

F. Validitas Data .......................................................................... 46

G. Teknik Analisis Data ............................................................... 47

H. Indikator Kinerja ...................................................................... 48

I. Prosedur Penelitian .................................................................. 49

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN ............................... 54

A. Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................... 54

B. Deskripsi Kondisi Awal ........................................................ 55

C. Deskripsi Hasil Tindakan Tiap Siklus .................................. 57

1. Tindakan Siklus I ............................................................... 57

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xiv

2. Tindakan Siklus II ............................................................. 67 D. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus ........................... 78

E. Pembahasan .......................................................................... 80

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ........................................ 82 A. Simpulan .................................................................................. 82

B. Implikasi .................................................................................. 82

C. Saran ....................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 85

LAMPIRAN ................................................................................................... 89

`

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 perbedaan narasi ekspositoris dan narasi sugestif........................... 18

Tabel 2.2 Penilaian Keterampilan Menulis Narasi ........................................... 21

Tabel 4.1 Data Nilai Keterampilan Menulis Narasi Tahap Prasiklus .............. 56

Tabel 4.2 Data Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus I ............................ 65

Tabel 4.3 Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Narasi

Antara Tahap Prasiklus Dan Siklus I ............................................... 66

Tabel 4.4 Data Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus II .......................... 75

Tabel 4.5 Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Narasi

Antara Prasiklus, Siklus I, Dan Siklus II .......................................... 77

Tabel 4.6 Peningkatan Rata-Rata Nilai Keterampilan Menulis Narasi dan

Prosentase Ketuntasan Klasikal pada Tahap Prasiklus, Siklus I,

dan Siklus II ................................................................................ 78

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Kerangka Berpikir ................................................................ 38

Gambar 3.1 Siklus Model Kurt Lewin ..................................................... 43

Gambar 3.2 Siklus Analisis Interaktif ...................................................... 48

Gambar 3.3 Model Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) .................. 53

Gambar 4.1 Grafik Nilai Keterampilan Menulis Narasi Tahap Prasiklus 55

Gambar 4.2 Grafik Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus I ............. 65

Gambar 4.3 Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan

Menulis Narasi Antara Prasiklus dan Siklus I ..................... 67

Gambar 4.4 Grafik Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus II ........... 76

Gambar 4.5 Grafik Perbandingan Ketuntasan Nilai Keterampilan

Menulis Narasi Antara Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II .... 77

Gambar 4.6. Grafik Peningkatan Nilai Keterampilan Menulis Narasi

Pada Tahap Prasiklus, Siklus I, dan Siklus

II.......................................................................................... 79

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Jadwal Kegiatan Penelitian ................................................ 89

Lampiran 2. Silabus Pembelajaran......................................................... 90

Lampiran 3. Kisi- Kisi Soal ................................................................... 94

Lampiran 4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I .......... 95

Lampiran 5. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ........ 126

Lampiran 6. Pedoman Wawancara Untuk Guru Sebelum Diterapkan

Model Quantum Learning ................................................. 154

Lampiran 7. Pedoman Wawancara Untuk Guru Setelah Diterapkan

Model Quantum Learning ................................................. 156

Lampiran 8. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Narasi Tahap

Prasiklus ............................................................................ 158

Lampiran 9. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus I

Pertemuan1 ........................................................................ 160

Lampiran 10. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus I

Pertemuan 2 ....................................................................... 162

Lampiran 11. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus II

Pertemuan1 ........................................................................ 164

Lampiran 12. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Narasi Siklus II

Pertemuan 2 ....................................................................... 166

Lampiran 13. Nilai Rata-rata Keterampilan Menulis Narasi Tahap

Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II ........................................ 168

Lampiran 14. Pedoman Penilaian Keteranpilan Menulis Narasi ............. 170

Lampiran 15. Pedoman Lembar Observasi Guru kepada Peneliti

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ....................... 172

Lampiran 16. Pedoman Lembar Penilaian Kemampuan Guru ................ 174

Lampiran 17. Penjelasan Deskriptor Observasi RPP .............................. 177

Lampiran 18. Penjelasan Deskriptor Penilaian Kemampuan Guru ......... 181

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

xviii

Lampiran 19. Lembar Observasi Guru kepada Peneliti Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 1 ... 189

Lampiran 20. Lembar Observasi Guru kepada Peneliti Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I Pertemuan 2 .. 191

Lampiran 21. Lembar Observasi Guru kepada Peneliti Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan ..... 193

Lampiran 22. Lembar Observasi Guru kepada Peneliti Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II Pertemuan 2 .. 195

Lampiran 23. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus I Pertemuan

1 ......................................................................................... 197

Lampiran 24. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus I Pertemuan

2 ......................................................................................... 200

Lampiran 25. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus II Pertemuan

1 ......................................................................................... 203

Lampiran 26. Lembar Penilaian Kemampuan Guru Siklus II Pertemuan

2 ......................................................................................... 206

Lampiran 27. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 1 ..... 209

Lampiran 28. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I Pertemuan 2 ..... 211

Lampiran 29. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 1... 213

Lampiran 30. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II Pertemuan 2 ... 215

Lampiran 31. Dokumentasi Penelitian ................................................... 217

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Bahasa merupakan alat atau sarana yang sangat penting dalam kehidupan

manusia karena bahasa digunakan untuk menyatakan pikiran dan perasaan kepada

orang lain, serta dapat digunakan untuk mengembangkan ekspresi dan

kemampuan intelektual yang dimiliki oleh seseorang. Menurut St. Y. Slamet

(2008 : 6) mengemukakan bahwa pembelajaran bahasa yang utama ialah sebagai

alat komunikasi seseorang, anak belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhan

dengan orang-orang disekitarnya. Oleh karena itu sedini mungkin anak-anak

diarahkan agar mampu menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,

untuk keperluan berkomunikasi dalam berbagai situasi. Komunikasi yang

dipergunakan antarmanusia tersebut tidak lain adalah bahasa. Pada hakikatnya,

belajar bahasa ialah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa

Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi

dengan bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tertulis.

Keterampilan berbahasa ada beberapa aspek, menurut Henry Guntur

Tarigan(2008: 1) mengemukakan bahwa keterampilan berbahasa mencakup empat

aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2) keterampilan berbicara, (3)

keterampilan membaca, dan (4) keterampilan menulis. Keempat keterampilan ini

saling berkaitan satu sama lain, tidak terpisah pisah sehingga membentuk

kesatuan yang utuh dalam proses pemerolehan bahasa setiap orang. Menurut St.

Y. Slamet (2008 : 6) mengemukakan bahwa keterampilan menyimak dan

membaca merupakan keterampilan berbahasa yang reseptif sedangkan

keterampilan berbicara dan menulis merupakan keterampilan berbahasa yang

produktif. Keterampilan berbicara dan menulis digunakan untuk menyampaikan

informasi. Salah satu keterampilan bahasa Indonesia yang penting dalam

kehidupan sehari-hari ialah keterampilan menulis sebagai media komunikasi

tertulis yang efektif. Menurut Suparno dan M. Yunus (2003: 1.3) menulis dapat

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi) dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya. Sejalan dengan pendapat

tersebut menurut Sabarti Akhadiah (1997: 1.3) menulis didefinisiskan sebagai

suatu kegiatan penyampaian pesan dengan menggunakan bahasa tulisan sebagai

mediumnya. Dari uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya

menulis itu bukan hanya berupa melahirkan pikiran atau perasaan saja, melainkan

juga merupakan pengungkapan ide, pengetahuan, ilmu, dan pengalaman hidup

seseorang dalam bahasa tulis. Dalam menulis seseorang dapat menyampaikan dan

menuangkan ide-ide serta gagasan yang dimilikinya kepada pembaca.

Dalam keterampilan menulis diperlukan beberapa keterampilan dasar

untuk menghasilkan suatu karya tulisan. Sejalan dengan hal tersebut M. Atar Semi

(1990: 10) mengungkapkan bahwa untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik

mengharuskan setiap penulis memiliki tiga keterampilan dasar dalam menulis

yaitu sebagai berikut:

(1) Keterampilan berbahasa, keterampilan berbahasa ini merupakan keterampilan yang paling penting. Pada hakekatnya menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa, merupakan kegiatan perekaman bahasa lisan ke dalam bentuk bahasa tulis. Keterampilan berbahasa yang diperlukan seorang penulis mencakup keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, dan penggunaan kalimat efektif, (2) Keterampilan penyajian, yaitu keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf, keterampilan memerinci pokok bahasan menjadi subpokok bahasan, menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis, dan (3) Keterampilan perwajahan, yaitu keterampilan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara efektif dan efisien, seperti penyusunan format, pemilihan ukuran kertas, tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel, dan lain-lain.

Berdasar pada uraian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa seorang

penulis jika akan menghasilkan suatu tulisan yang baik harus mempunyai

keterampilan dasar, ketiga keterampilan dasar tersebut diantaranya yaitu (1)

keterampilan berbahasa, (2) keterampilan penyajian, dan (3) keterampilan

perwajahan karena. Ketiga keterampilan tersebut sangat penting dan menunjang

dalam keberhasilan dalam menulis. Jika tidak memiliki ketiga keterampilan

tersebut seseorang akan mengalami kesukaran dalam menghasilkan tulisan yang

menarik.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Saat ini pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Dasar masih

didominasi oleh aspek-aspek pengetahuan. Para pelajar lebih banyak belajar

tentang bahasa, bukan belajar berbahasa sehingga kemampuan para siswa untuk

menyusun sebuah karya pikir baik dalam bentuk tulis ataupun lisan kurang

berkembang secara optimal. Karena selama ini pembelajaran bahasa Indonesia

khususnya menulis hanya menfokuskan pada penyampaian materi atau teori

menulis. Kemudian siswa diminta menulis menurut imajinasi mereka masing-

masing. Pada kenyataannya banyak siswa yang belum mampu menulis dengan

baik dan benar dalam menulis narasi atau cerita,sehingga siswa banyak

menemukan kesulitan dan siswa cenderung pasif untuk mengembangkan ide

kreatifnya.

Berdasarkan hasil tes kemampuan awal menulis narasi pada siswa kelas IV

SDN 02 Pereng (lampiran 8 halaman 158), diperoleh data sebagai berikut 44,18%

atau sebanyak 19 siswa mendapat nilai diatas KKM dan terdapat 55,82% atau 24

siswa mendapat nilai dibawah KKM. Berdasarkan data tersebut dapat diketahui

bahwa masih banyak siswa kelas IV SDN 02 Pereng yang mendapat nilai dibawah

KKM dan ini berarti kemampuan siswa kelas IV SDN 02 Pereng dalam menulis

narasi masih rendah.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan guru

kelas IV SDN 02 Pereng sebelum tindakan (lampiran 6 halaman 154) diketahui

beberapa faktor yang menyebabkan rendahnya keterampilan menulis narasi antara

lain dikarenakan pertama siswa kurang berminat atau termotivasi dalam kegiatan

menulis, yang kedua siswa terlalu pasif karena pembelajaran banyak didominasi

oleh guru, faktor ketiga yang menyebabkan rendahnya keterampilan menulis

adalah kurangnya latihan keterampilan menulis yang diterapkan dalam

pembelajaran, dan faktor yang terakhir adalah faktor yang sangat berpengaruh

yaitu guru masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional sehingga

mengurangi minat dan antusiasme siswa, dan membuat pembelajaran bahasa

Indonesia dalam keterampilan menulis menjadi membosankan.

Berpijak dari ulasan diatas, maka perlu segera dilakukan tindakan

perbaikan untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

SDN 02 Pereng agar tidak berkelanjutan. Sebagai salah satu solusinya, seorang

guru dituntut kemampuannya untuk menggunakan model pembelajaran yang

tepat. Model dalam pembelajaran memang banyak dan baik tetapi tidak semua

model tepat digunakan dalam pencapaian tujuan pembelajaran tertentu. Di

jelaskan Sri Anitah (2009:45) bahwa model pembelajaran ialah suatu kerangka

berpikir yang dipakai sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam

rangka mencapai tujuan tertentu. Dalam kegiatan pembelajaran di kelas

diperlukan penggunaan model pembelajaran yang tepat agar tercipta kondisi

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan materi dapat tersampaikan

secara efektif sehingga tujuan pembelajaran yang diharapkan dapat tercapai

dengan optimal. Salah satu model yang dapat diterapkan secara tepat dan

melibatkan siswa aktif untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa sekolah

dasar adalah model Quantum Learning.

Quantum Learning adalah sebuah model pembelajaran yang

menyenangkan yang digagas oleh Bobbi DePorter. Model ini mempunyai

kerangka pembelajaran TANDUR yaitu (Tumbuhkan, Alami, Namai,

Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan) ( Sugiyanto, 2009:84) di dalam model ini

siswa akan diajak belajar dalam suasana yang kondusif dan menyenangkan,

sehingga peserta didik akan lebih bebas dalam menemukan berbagai pengalaman

baru dalam belajarnya. Pembelajaran kuantum atau Quantum Learning

mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran.

Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran bisa berlangsung

lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.

Adapun alasan pemilihan model Quantum Learning adalah dengan

pertimbangan bahwa model ini dirasa lebih tepat yaitu lebih efektif dan lebih

efisien untuk diterapkan dalam pembelajaran keterampilan menulis narasi. Model

Quantum Learning ini diterapkan untuk menjawab permasalahan berbagai

penyebab rendahnya keterampilan menulis narasi siswa. Model Quantum

Learning ini dikatakan efektif dan efisien karena Quantum Learning memiliki

unsur demokrasi dalam setiap pengajarannya sehingga memberikan kesempatan

yang luas kepada seluruh siswa untuk terlibat aktif dan berpartisipasi dalam

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

pembelajaran. Selain itu, Quantum Learning

sehingga diharapkan dengan mengakui setiap kegiatan dan usaha yang dilakukan

oleh anak, anak akan merasa senang dan terus termotivasi untuk terus

meningkatkannya. Dan yang paling menonjol dari Quantum Learning adalah

penciptaan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan, jadi diharapkan

dalam pembelajaran menulis narasi jika dapat tercipta suasana yang sedemikian

rupa, ide-ide kreatif dan gagasan-gagasan yang ada dalam diri anak dapat tertuang

dalam tulisan-tulisan yang baik selain itu siswa akan merasa senang dan tertarik

untuk mengikuti kegiatan pembelajaran.

Berdasar pada uraian diatas, peneliti terdorong untuk melakukan upaya

peningkatan keterampilan menulis narasi melalui penelitian tindakan kelas yang

berjudul Peningkatan Keterampilan Menulis Narasi Melalui Model

Quantum Learning Pada Siswa Kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang

Karanganyar Tahun P

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka rumusan masalah

Quantum Learning dapat

meningkatkan keterampilan menulis narasi pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam

penelitian ini adalah untuk meningkatkan keterampilan menulis narasi melalui

model Quantum Learning pada siswa kelas IV SDN 02 Pereng Mojogedang

Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan tentang

menulis narasi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

b. Dengan penelitian ini diharapkan akan menjadi masukan dalam proses

pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya menulis narasi.

c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengajar (guru)

dalam memilih model pembelajaran yang tepat salah satunya yaitu model

Quantum Learning yang memberikan cara belajar dalam suasana nyaman dan

menyenangkan.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

1. Meningkatkan keaktifan siswa untuk belajar bahasa Indonesia khususnya

pelajaran menulis karangan narasi.

2. Bertambahnya kreatifitas siswa dalam menuangkan ide-ide atau gagasan-

gagasan serta pengalamannya secara tertulis dalam bentuk karangan.

b. Bagi Guru

1. Bertambahnya pengetahuan tentang pemanfaatan Quantum Learning

sebagai model pembelajaran

2. Meningkatnya motivasi guru dalam menerapkan model-model

pembelajaran yang lebih bervariasi dan inovatif sehingga pembelajaran

akan lebih menarik dan optimal.

3. Meningkatnya kualitas pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya menulis

narasi dengan menggunakan model Quantum Learning.

4. Meningkatnya kinerja guru dalam mengajar yang profesional.

c. Bagi Sekolah

1. Memberikan sumbangan yang baik bagi sekolah dalam rangka perbaikan

proses pembelajaran, untuk menciptakan pembelajaran yang aktif,

inovatif, kreatif, dan menyenangkan sehingga dapat meningkatkan kualitas

peserta didik dan sekolah.

2. Meningkatkan iklim pembelajaran yang kondusif.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

1. Hakikat Keterampilan Menulis Narasi

a. Pengertian Keterampilan

Keterampilan seseorang di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan atau

bidang tertentu jelas berbeda-beda. Keterampilan itu hanya dapat diperoleh

melalui proses belajar dan latihan yang berkesinambungan. Dengan

keterampilan, seseorang akan mampu menghasilkan suatu pola pikir dan karya

inovatif dengan penyelesaian yang efektif dan efisien. Menurut Soemarjadi,

Muzni Ramanto, dan Wikdati Zahri (2001: 2) berpendapat bahwa kata

keterampilan sama artinya dengan kata kecekatan. Terampil atau cekatan

adalah kepandaian melakukan sesuatu pekerjaan dengan cepat dan benar.

Ruang lingkup keterampilan cukup luas meliputi kegiatan berupa perbuatan,

berpikir, berbicara, melihat, mendengar, dan sebagainya.

Menurut Oemar (2010: 174) keterampilan meliputi beberapa

karakteristik. Karakteristik tersebut antara lain rangkaian respon, berupa

koherensi, kontinuitas dan kompleksitas.

Keterampilan menurut Muhibbin (2010: 117) diartikan sebagai suatu

kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang

lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik,

olahraga, dsb. Meskipun sifatnya motorik, tetapi keterampilan itu memerlukan

koordinasi gerak yang teliti dan kesadaran yang tinggi.

Berpijak dari beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan

bahwa keterampilan adalah kemampuan bertindak atau melakukan suatu

pekerjaan (tugas) dengan baik, cermat, cepat, dan tepat. Seseorang yang dapat

melakukan sesuatu dengan cepat tetapi salah tidak dapat dikatakan terampil.

Demikian pula, apabila seseorang yang dapat melakukan sesuatu dengan benar

tetapi lambat juga tidak dapat dikatakan terampil. Jadi, keterampilan itu

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

berlandaskan pada kecepatan dan ketepatan tertentu sehingga seseorang tidak

akan merasakan kesulitan-kesulitan yang berarti dalam pekerjaannya.

b. Pengertian Menulis Narasi

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Dalam

kehidupan sehari-hari kitasering menggunakan bahasa tulis untuk

berkomunikasi.Menulis merupakan salah satu cara untuk berkomunikasi yang

efektif dan efisien. Oleh karena itu, menulis memegang peranan penting dalam

kehidupan sehari-hari.Menurut Suparno dan M. Yunus (2003: 1.3) menulis

dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan (komunikasi)

dengan menggunakan bahasa tulis sebagai alat medianya.

J. D Parera (1986: 3) mengungkapkan bahwa menulis merupakan suatu

proses. Kegiatan menulis harus mengalami tahap prakarsa, tahap pelanjutan,

tahap revisi, dan tahap pengakhiran. Sedangkan Yant Mujiyanto, dkk (1992:

63) mengemukakan bahwa menulis adalah menyusun buah pikiran atau data

informasi yang diperoleh menurut organisasi penulisan sistematis sehingga

tema karangan/tulisan yang disampaikan mudah dipahami oleh pembaca.

H.G Tarigan (2008: 21) berpendapat bahwa menulis adalah

menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan

suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang lain dapat

membaca lambang tersebut. Sedangkan menurut, Trudy Wallace (2004: 15)

writing is the final product of several separate acts

Artinya menulis

merupakan produk akhir dari beberapa tindakan yang terpisah, diantara

kegiatan yang terpisah antara lain memperhatikan, mengidentifikasi ide

pokok, membuat garis besar, membuat konsep, dan mengedit.

Sementara itu menurut Sabarti Akhadiah (1997: 1.3) menulis

didefinisiskan sebagai suatu kegiatan penyampaian pesan dengan

menggunakan bahasa tulisan sebagai mediumnya.

Menurut pendapat Mulyono Abdurrahman (2003: 224) kegiatan

menulis adalah kegiatan yang menggambarkan pikiran, perasaan, dan ide ke

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

dalam bentuk lambang-lambang bahasa grafis dan kegiatan menulis dilakukan

untuk keperluan mencatat dan komunikasi.

Pengertian menulis menurut Elina Syarif (2010: 5) merupakan suatu

komunikasi tidak langsung yang berupa pemindahan pikiran atau perasaan

dengan memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata dengan

menggunakan simbol-simbol. Sehingga dapat dibaca seperti yang diwakili oleh

simbol tersebut.

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa

menulis adalah suatu kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan yang

melahirkan pikiran-pikiran atau ide-ide dan menyampaikan maksudnya

kepada pihak lain secara tertulis.

Narasi merupakan salah satu jenis karangan yang biasanya

menceritakan suatu kejadian atau peristiwa. Menurut Gorys Keraf (2003: 135)

pengertian narasi adalah:

1) Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri peristiwa itu.

2) Narasi adalah suatu bentuk wacana yang sasaran utamanya adalah tindak-tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu kesatuan waktu.

3) Narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca suatu peristiwa yang telah terjadi.

Pengertian narasi menurut Jazir Burhan dan Undang Misdan (1980:

47) ialah suatu bentuk karangan yang bersifat cerita, menyajikan suatu

kejadian atau beberapa kejadian dan bagaimana berlangsungnya kejadian itu.

Menurut Lamuddin Finoza (2001:194) karangan narasi (berasal dari

narration = bercerita) adalah suatu bentuk tulisan yang berusaha menciptakan,

mengisahkan, merangkaikan tindak tanduk, perbuatan manusia dalam sebuah

peristiwa secara kronologis atau yang berlangsung dalam suatu kesatuan

waktu.

Menurut Mudrajad Kuncoro (2009: 77) narasi berasal dari kata to

narrate yang berarti bercerita. Cerita adalah rangkaian peristiwa atau kejadian

secara kronologis, baik fakta maupun rekaan atau fiksi.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Sementara itu menurut Suparno dan M. Yunus (2003:4.28)

mengungkapkan:

Narasi atau yang sering disebut dengan naratif berasal dari bahasa inggris narration (cerita) dan narrative (yang menceritakan) jadi karangan narasi adalah karangan yang berusaha menyampaikan serangkaian kejadian menurut urutan terjadinya (kronologis) dengan maksud memberi arti kepada sebuah atau serentetan kejadian sehingga pembaca dapat memetik hikmah dari cerita itu.

Pengertian narasi menurut Liang Gie (1992: 18) ialah suatu bentuk

pengungkapan yang menyampaikan pengalaman dalam kerangka urutan

waktu kepada pembaca dengan maksud untuk meninggalkan kesan tentang

perubahan atau gerak sesuatu dari pangkal awal sampai titik akhir.

Menurut Marjorie Lylod dalam international journal (2009: 6)

mengemukakan bahwa : Narratives provide us with stories or accounts of

everyday events that are often taken for granted. Yang artinya narasi

merupakan suatu cerita yang menceritakan kebenaran dari peristiwa sehari-

hari.

Sedangkan menurut Sabarti Akhadiah (1997: 1.14) mengungkapkan

bahwa narasi adalah ragam wacana yang menceritakan proses kejadian suatu

peristiwa. Sasarnnya adalah memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya

kepada pembaca mengenai fase, langkah, urutan, atau rangkaian terjadinya

sesuatu hal.

Berdasar pada uraian pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan

bahwa narasi adalah suatu karangan yang menceritakan suatu kejadian atau

peristiwa berdasarkan urutan waktu. Di Sekolah Dasar kegiatan menulis narasi

lebih mudah karena menulis narasi itu sendiri menulis yang menceritakan

suatu peristiwa berdasarkan urutan waktu. Sehingga dalam kegiatannya anak

dapat menceritakan pengalamannya sendiri ataupun pengalaman orang-orang

disekitarnya yang dengan mudah untuk dituangkan dalam tulisan karena anak

menceritakannya berdasarkan urutan waktu kejadiannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

c. Tahap- Tahap Menulis

Kegiatan keterampilan menulis ada beberapa tahap dalam kegiatannya

untuk menghasilkan suatu tulisan yang baik. Menurut Suparno dan M. Yunus

(2003: 1.13) sebagai suatu proses menulis merupakan serangkaian aktivitas

yang terjadi dan melibatkan beberapa fase yaitu fase prapenulisan (persiapan),

penulisan (pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi

atau penyempurnaan tulisan).

Sejalan dengan pendapat diatas tahap-tahap menulis menurut Sabarti

Akhadiah (1997: 1.21-1.31) antara lain :

a) Tahap Prapenulisan Pada tahap prapenulisan mencakup aktivitas-aktivitas sebagai berikut : (1) Menentukan topik (2) Mempertimbangkan maksud atau tujuan penulisan (3) Memperhatikan sasaran karangan (pembaca) (4) Mengumpulkan informasi pendukung (5) Mengorganisasikan ide dan informasi

b) Tahap Penulisan Pada tahap ini adalah tahap mengembangkan ide-ide menjadi sebuah karangan. Pada tahap ini jika telah menyelesaikan buram (draft) pertama karangan. Tahap selanjutnya ialah memeriksa, menilai, dan memperbaiki buram itu sehingga benar-benar menjadi karangan yang baik.

c) Tahap Pascapenulisan Tahap ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram yang dihasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan perbaikan (revisi).

Menurut Haryadi dan Zamzani (1996: 77-81) proses penulisan terdiri

atas lima tahap antara lain:

a) Pramenulis Pramenulis merupakan tahap persiapan. Pada tahap ini seorang

penulis melakukan berbagai kegiatan, seperti menemukan ide gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau jenis tulisan, membuat kerangka, dan mengumpulkan bahan-bahan.

b) Menulis Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan ide ke dalam bentuk

tulisan. Pada tahap ini diperlukan pula berbagai pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

c) Merevisi Tahap merevisi ini dilakukan koreksi terhadap keseluruhan

karangan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya struktur karangan dan kebahasaan.

d) Mengedit Tahap pengeditan ini diperlukan format baku yang akan menjadi

acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan spasi. e) Mempublikasikan

Mempublikasikan mempunyai dua pengertian. Pengertian pertama publikasi berarti menyampaikan karangan dalam bentuk cetakan, sedangkan pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk non cetakan. Penyampaian non cetakan dapat dilakukan dengan pementasan, penceritaan, peragaan, dan sebagainya. Agar hasil tulisan menjadi lebih baik, maka dalam kegiatannya akan

dibutuhkan beberapa tahap-tahap menulis. Menurut St.Y. Slamet (2008: 97)

bahwa menulis merupakan serangkaian aktivitas (kegiatan) yang terjadi dan

melibatkan beberapa fase (tahap) yaitu fase pramenulis (persiapan), penulisan

(pengembangan isi karangan), dan pascapenulisan (telaah dan revisi atau

penyempurnaan tulisan).

Sehubungan dengan hal itu DePorter dan Hernacki (2006: 194)

menyatakan ada tujuh tahapan dalam proses penulisan:

(1) persiapan, yaitu mengelompokkan dan memulai menulis; (2) draft-kasar, yaitu mencari dan mengembangkan gagasan; (3) berbagi, memberikan draft tulisan untuk di baca orang lain dan mendapatkan umpan balik; (4) perbaikan, yaitu memperbaiki tulisan; (5) penyuntingan, adalah memperbaiki semua kesalahan, tata bahasa, dan tanda baca; (6) penulisan kembali, memasukkan isi yang baru dan perubahan penyuntingan; dan (7) evaluasi, yaitu memeriksa apakah sudah selesai ataukah belum.

Menurut M. Atar Semi (1990: 11-merupakan mengalami suatu proses yang secara sadar dilalui dan secara sadar pula dilihat hubungan satu dengan yang lain, sehingga berakhir pada suatu tujuan yang jelas. Sebagai suatu proses, menulis itu dilaksanakan secara garis besar atas tujuh langkah antara lain: a) Pemilihan dan Penetapan Topik

Memilih dan menetapkan topik merupakan suatu langkah awal yang

penting, sebab tidak ada tulisan tanpa ada sesuatu yang hendak ditulis. Di

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

dalam memilih dan menetapkan topik ini diperlukan pula danya

keterampilan dan kesungguhan.

b) Pengumpulan Informasi

Langkah kedua yang harus ditempuh adalah mengumpulkan informasi dan

data bagi kelengkapan serta pengayan topik yang telah dipilih. Hal ini

dilakukan agar tulisan tersebut menjadi tulisan yang berbobot dan

meyakinkan.

c) Penetapan Tujuan

Menerapkan tujuan tulisan adalah langkah ketiga yang merupakan langkah

penting sebelum mulai menulis, karena tujuan itu sangat berpengaruh

dalam menetapkan bentuk, panjang, sifat, dan cara penyajian tulisan.

d) Perancangan Tulisan

Langkah keempat yaitu merancang tulisan dapat diartikan sebagai suatu

kegiatan menilai kembali informasi dan data, memilih subtopik yang perlu

dimuat, melakukan pengelompokkan topik-topik kecil ke dalam suatu

kelompok yang lebih besar dan memilih suatu sistem notasi dan sistem

penyajian yang dianggap paling baik.

e) Penulisan

Langkah kelima dari tahap menulis yaitu penulisan. Di dalam penulisan

perlu dipilih organisasi dan sistem penyajian yang tepat. Artinya, tepat

menurut jenis tulisan, tepat menurut topik, dan tepat menurut tujuan atau

sasaran tulisan.

f) Penyuntingan atau Revisi

Langkah yang ketujuh ialah kegiatan menyunting, kegiatan ini amatlah

penting. Bahkan dapat dikatakan menyunting sama pentingnya dengan

menulis. Sebuah tulisan belum selesai ditulis sebelum selesai disunting.

Cara menyunting yang paling baik adalah dengan membiarkan tulisan itu

terendap beberapa waktu setelah penulisan dan kemudian melakukan

suntingan dengan membaca teliti serta menganggap bahwa tulisan yang

dihadapi sewaktu menyunting itu adalah tulisan orang lain.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

g) Penulisan Naskah Jadi

langkah ketujuh setelah penyuntingan langkah terakhir tentu saja harus

ditulis kembali agar menjadi tulisan yang selesai, rapi dan bersih. Dalam

pengetikan terakhir ini perlu diperhatikan kembali masalah ejaan dan

tanda baca.

Menurut Ahmad dan Darmiyati (2001: 51) menuturkan bahwa menulis

dipandang sebagai rangkaian akvitas yang bersifat fleksibel. Rangkaian

aktivitas yang dimaksud meliputi: (1) pramenulis, (2) penulisan draft, (3)

revisi, (4) penyuntingan, dan (5) publikasi.

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan

bahwa tahap-tahap menulis narasi meliputi tiga tahap utama, yaitu: tahap

prapenulisan, tahap penulisan, dan tahap merevisi. Dalam tiap tahap tersebut

ada proses yang lebih rinci yaitu persiapan, draft-kasar, berbagi, perbaikan,

penyuntingan, dan penulisan kembali. Evaluasi juga perlu dilakukan di akhir

kegiatan menulis, supaya menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu.

d. Tujuan Menulis

Menulis pada dasarnya adalah sarana untuk menyampaikan pendapat

atau gagasan dalam bentuk tulisan agar dapat dipahami dan diterima oleh

orang lain. Oleh karena itu, menulis mempunyai tujuan-tujuan dalam

penyampaiannya. Menurut M. Atar Semi (1990: 19) tujuan menulis antara

lain:

a) Memberikan arahan, yakni memberikan petunjuk kepada orang lain dalam mengerjakan sesuatu.

b) Menjelaskan sesuatu, yakni memberikan uraian atau penjelasan tentang suatu hal yang harus diketahui oleh orang lain.

c) Menceritakan kejadian, yaitu memberikan informasi tentang suatu yang berlangsung di suatu tempat pada suatu waktu.

d) Meringkaskan, yaitu membuat rangkuman suatu tulisan sehingga menjadi lebih singkat.

e) Meyakinkan, yaitu tulisan yang berusaha meyakinkan orang lain agar setuju atau sependapat dengannya.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

Tujuan menulis menurut Tarigan (2008 : 24) antara lain sebagai

berikut:

a) memberitahukan atau mengajar

b) meyakinkan atau mendesak

c) menghibur atau menyenangkan

d) mengutarakan atau mengespresikan perasaan dan emosi yang berapi-api

Sejalan dengan hal tersebut, ada beberapa tujuan menulis yang

diungkapkan oleh Elina Syarif (2009: 6), di antaranya:

1) Menginformasikan segala sesuatu, baik itu fakta, data, maupun peristiwa termasuk pendapat dan pandangan terhadap fakta, data maupun peristiwa agar khalayak pembaca memperoleh pengetahuan dan pemahaman baru tentang berbagai hal yang terjadi di muka bumi ini.

2) Membujuk kepada pembaca, melalui tulisannya, seorang penulis mengharapkan pembaca dapat menentukan sikap, akan menyetujui atau mendukung yang dikemukakan. Penulis harus mampu membujuk dan meyakinkan pembaca dengan menggunakan gaya bahasa yang persuasif. Oleh karena itu, tulisan akan dapat menghasilkan apabila penulis mampu menyajikan dengan gaya bahasa yang menarik, akrab, bersahabat, dan mudah dicerna.

3) Mendidik merupakan salah satu tujuan dari komunikasi melalui tulisan. Melalui membaca hasil tulisan, wawasan dan pengetahuan seseorang akan terus bertambah dan kecerdasan terus diasah yang pada akhirnya akan menetukan perilaku seseorang.

4) Menghibur khalayak pembaca. Melalui tulisan maupun bacaan ringan yang kaya dengan anekdot, cerita dan pengalaman lucu dapat menjadi bacaan penglipur lara.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan

menulis yaitu menyampaikan informasi kepada pembaca. Sehingga pembaca

memperoleh informasi dari tulisan yang telah dibacanya. Karena pembelajaran

menulis di sekolah dasar melatih anak untuk menghasilkan suatu karya tulisan

yang bertujuan untuk menyampaikan apa yang telah ditulis kepada guru

ataupun temannya.

e. Manfaat Menulis

Kegiatan menulis merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam

proses belajar yang dialami oleh siswa, terutama siswa Sekolah Dasar.

Menurut St. Y. Slamet (2008 : 104) dijelaskan manfaat menulis antara lain:

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

a) Peningkatan kecerdasan

b) Pengembangan daya inisiatif dan kreatifitas

c) Penumbuhan keberanian

d) Pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi

Menurut Sabarti Akhadiah (1994: 1), manfaat menulis diantaranya:

1) Menulis dapat mengenali kemampuan dan potensi dalam diri kita, terutama yang berkaitan dengan pengetahuan mengenai suatu topik.

2) Menulis akan mengembangkan berbagai gagasan maupun ide yang akan dikemukakan.

3) Kegiatan menulis dapat menyerap, mencari, serta menguasai informasi sehubungan dengan topik yang akan kita tulis.

4) Kegiatan menulis akan memperluas wawasan baik secara teoritis maupun praktis.

5) Menulis dapat menjelaskan permasalahan yang masih samar dan tersurat, sehingga permasalahan yang ada menjadi konkret dan dapat menganalisisnya secara tersurat.

6) Melalui tulisan, akan dapat meninjau serta menilai suatu gagasan secara lebih obyektif.

7) Menulis akan memotivasi dan mendorong kita belajar lebih giat dan aktif dalam menanggapi suatu masalah.

8) Kegiatan menulis yang terencana dan terstruktur akan melatih kita berpikir dan berbahasa secara tertib dan sistematis.

Menurut Elina (2010: 15-16) adapun keuntungan dan manfaat dari

menulis antara lain:

1) Menggali pengetahuan dan pengalaman yang kadang tersimpan di alambawah sadar serta mengembangkan daya nalar;

2) Memperluas wawasan, baik mengenai teori maupun mengenai fakta yangberhubungan;

3) Menjelaskan masalah yang semula masih samar bagi diri sendiri; 4) Dapat meninjau serta menilai gagasan sendiri secara lebih objektif; 5) Lebih mudah memecahkan masalah, yaitu dengan menganalisisnya

secara tersurat dalam konteks yang lebih konkret; 6) Mendorong kita belajar secara aktif, menjadi penemu sekaligus pemecah

masalah; 7) Menulis terencana membiasakan kita berpikir dan berbahasa secara

tertib.

Berdasarkan uraian-uraian yang telah dijelaskan diatas maka dapat

disimpulkan bahwa manfaat menulis antara lain : (1) meningkatkan

kecerdasan, (2) mengembangkan daya kreatifitas, (3) menumbuhkan

keberanian, (4) mendorong kemauan mengumpulkan informasi, (5)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

memotivasi diri untuk belajar lebih giat, (6) memperluas wawasan, dan (7)

mendorong siswa untuk belajar aktif.

f. Jenis- Jenis Karangan Narasi

Karangan narasi adalah suatu karangan yang menceritakan suatu

peristiwa atau kejadian berdasarkan urutan waktu, karangan narasi terdiri atas

beberapa macam. Menurut Gorys Keraf (2003:135) karangan narasi terbagi

atas dua macam yaitu karangan narasi ekspositoris dan karangan narasi

sugestif.

(1) Narasi Ekspositoris

Pengertian narasi ekspositoris ialah narasi yang memiliki sasaran

penyampaian informasi secara tepat tentang suatu peristiwa dengan tujuan

memperluas pengetahuan orang tentang kisah seseorang. Dalam narasi

ekspositorik, penulis menceritakan suatu peristiwa berdasarkan data yang

sebenarnya. Pelaku yang ditonjolkan biasanya, satu orang. Pelaku

diceritakan mulai dari kecil sampai saat ini atau sampai terakhir dalam

kehidupannya. Karangan narasi ini diwarnai oleh eksposisi, maka

ketentuan eksposisi juga berlaku pada penulisan narasi ekspositoris.

Ketentuan ini berkaitan dengan penggunaan bahasa yang logis,

berdasarkan fakta yang ada, tidak memasukan unsur sugestif atau bersifat

objektif.

Narasi ekspositoris mempunyai dua sifat yaitu khas atau khusus

dan generalasasi. Narasi ekspositoris yang bersifat generalisasi adalah

narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat

dilakukan siapa saja dan dapat pula dilakukan secara berulang-ulang.

Sedangkan narasi yang bersifat khusus ialah narasi yang berusaha

menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali.

Peristiwa yang khas ialah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali,

karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu

saja.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

(2) Narasi Sugestif

Menurut Gorys Keraf (2003: 138) pengertian narasi sugestif ialah

suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga

merangsang daya khayal para pembaca.

Menurut Lamuddin Finoza (2001:194-195) mengungkapkan

bahwa:

Karangan narasi memiliki dua macam sifat, yaitu narasi ekspositoris/ narasi faktual dan narasi sugestif/ narasi berplot. Narasi yang hanya bertujuan untuk memberi informasi kepada pembaca agar pengetahuannya bertambah luas disebut narasi ekspositoris, sedangkan narasi yang mampu menimbulkan daya khayal pembaca, mampu menyampaikan makna kepada para pembaca melalui daya khayal disebut narasi sugestif.

Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif (Gorys Keraf, 2001:

138-139)

Narasi Ekpositoris Narasi Sugestif 1. Memperluas pengetahuan.

2. Menyampaikan informasi mengenai suatu kejadian.

3. Didasarkan pada penalaran untuk mencapai kesepakatan nasional.

4. Bahasanya lebih condong ke bahasa informatif dengan pengunaan kata-kata denotatif.

1. Menyampaikan suatu makna atau makna secara tersirat.

2. Menimbulkan daya khayal.

3. Penalaran hanya berfungsi sebagai alat untuk menyampaikan makna.

4. Bahasanya lebih condong ke bahasa figuratif dengan penggunaan kata-kata konotatif.

Tabel 2.1. Tabel Perbedaan Narasi Ekspositoris dan Narasi Sugestif

Berdasar pada uraian-uraian pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

jenis-jenis narasi ada dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif. Narasi

ekspositoris adalah narasi yang isinya tentang pengetahuan sedangkan narasi

sugestif adalah narasi yang isinya menceritakan tentang dunia khayal.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

g. Ciri-ciri Karangan Narasi

Karangan narasi mempunyai ciri-ciri tersendiri yang dapat

membedakan dengan jenis karangan yang lain. Menurut Gorys Keraf

(2003:136) ciri-ciri karangan narasi antara lain sebagai berikut :

(1) Menonjolkan unsur perbuatan atau tindakan.

(2) Dirangkai dalam urutan waktu.

(3) Berusaha menjawab pertanyaan, apa yang terjadi?

(4) Ada konfliks.

Lebih lanjut menurut M. Atar Semi (2003: 31) mengungkapkan bahwa

narasi mempunyai ciri penanda sebagai berikut:

(1) Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman manusia; (2) Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa peristiwa atau

kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata imajinasi, atau gabungan keduannya;

(3) Berdasarkan konflik. Karena, tanpa konflik biasanya narasi tidak menarik; (4) Memiliki nilai estetika karena isi dan cara penyampainnya bersifat sastra,

khususnya narasi yang berbentuk fiksi; (5) Menekankan susunan kronologis (catatan: menekankan susunan ruang) (6) Biasanya memiliki dialog

Sementara itu menurut Elina (2010: 9) menyatakan bahwa karangan

narasi mempunyai suatu ciri khusus yaitu lebih menekankan pada dimensi

latar dan adanya alur atau konflik.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

karangan narasi mempunyai mempunyai ciri-ciri yang menonjol yaitu

menceritakan suatu kejadian atau peristiwa berdasarkan urutan waktu kejadian

dengan adanya alur dan konflik.

h. Langkah-langkah Menulis Narasi

Kegiatan menulis karangan narasi ada langkah-langkah yang harus

diterapkan dalam pelaksanaanya. Menurut Suparno dan M. Yunus (2003:

4.45-4.46) menjelaskan bahwa langkah-langkah menulis narasi yaitu :

(1) Tentukan dulu tema dan amanat yang akan disampaikan. (2) Tetapkan sasaran pembaca kita.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

(3) Rancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam bentuk skema alur.

(4) Bagi peristiwa utama itu ke dalam bagian awal, perkembangan, dan akhir cerita.

(5) Rincian peristiwa-peristiwa utama ke dalam detail-detail peristiwa sebagai pendukung cerita.

(6) Susun tokoh dan perwatakan, latar, dan sudut pandang. Menurut Haryadi dan Zamzani (1996: 77-81) proses penulisan terdiri

atas lima tahap antara lain: (1) Pramenulis, (2) Menulis, (3) Merevisi, (4)

Mengedit, dan (5) Mempublikasikan. Dalam menulis narasi tahap-tahap

tersebut harus dilakukan dengan runtut dan urut mulai dari tahap pramenulis

hingga pembublikasian, karena menulis narasi itu sendiri menulis suatu

karangan yang berdasarkan pada urutan waktu kejadian atau peristiwa.

Sehingga keruntutan waktu dari kejadian itulah yang menjadi ciri menonjol

dari karangan narasi.

Sementara itu menurut Sabarti Akhadiah (1997:7.22) mengungkapkan

bahwa dalam merencanakan karangan narasi ada beberapa hal yang harus

dipersiapkan antara lain:

(1) Menentukan tema dan amanat (2) Menetapkan sasaran (3) Merancang peristiwa-peristiwa utama yang akan ditampilkan dalam

bentuk skema alur (4) Membagi peristiwa-peristiwa utama ke dalam bagian pendahuluan,

perkembangan, dan penutup cerita (5) Merinci peristiwa-peristiwa utama ke dalam peristiwa-peristiwa

pendukung (6) Menyusun tokoh dan perwatakan, latar dan pusat pengisahan atau sudut

pandang.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah dalam menulis karangan narasi antara lain : (1) menentukan

tema dan amanat, (2) menetapkan sasaran atau tujuan, (3) mengklasifikasikan

urutan peristiwa, dan (4) menyusun tokoh, perwatakan, latar, Dan sudut

pandang.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

i. Penilaian Keterampilan Menulis Narasi

Penilaian merupakan bagian dari proses pendidikan yang dapat

memacu dan memotivasi peserta didik untuk lebih berprestasi, meraih tingkat

dan level yang setinggi-tingginya sesuai dengan potensi peserta didik. Potensi

peserta didik sangat beragam sehingga sulit untuk dapat secara tepat

mengakomodasi kebutuhan setiap individu peserta didik dalam proses

pendidikan. Dalam penilaian keterampilan menulis ada beberapa model-

model penilaian. Salah satu model yang memiliki kerincian dan ketelitian

dalam memberikan skor dan dapat dipertanggungjawabkan adalah model

penilaian yang dipergunakan pada program ESL (English as a Second

Language). Hal ini dikemukakan oleh Burhan Nurgiyantoro (1995: 305-306).

Penilaian dengan model tersebut ditunjukkan pada tabel di bawah ini:

PROFIL PENILAIAN KARANGAN NAMA SISWA : JUDUL :

ASPEK YANG

DINILAI

SKOR

KRITERIA

I

S I

27-30 22-26

17-21

13-16

SANGAT BAIK-SEMPURNA: padat informasi *substansif *pengembangan tesis tuntas *relevan dengan permasalahan dan tuntas CUKUP-BAIK: informasi cukup *substansi cukup *pengembangan tesis terbatas *relevan dengan masalah tetapi tak lengkap SEDANG-CUKUP: informasi terbatas *substansi cukup *pengembangan tesis tak cukup *permasalahan tak cukup SANGAT-KURANG: tak berisi *tak ada substansi *tak ada pengembangan tesis *tak ada permasalahan

O R G A N I S A S I

18-20

14-17 10-13

7-9

SANGAT BAIK-SEMPURNA: ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis, dan kohesif. CUKUP-BAIK: kurang lancar *kurang terorganisir tetapi ide utama terlihat *bahan pendukung terbatas *urutan logis tetapi tak lengkap SEDANG-CUKUP: tak lancar *gagasan kacau, terpotong-potong *urutan dan pengembangan tak logis

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

SANGAT-KURANG: tak komunikatif *tak terorganisir *tak layak nilai

K

O

S

A

K

A

T

A

18-20 14-17

10-13

7-9

SANGAT BAIK-SEMPURNA: pemanfaatan potensi kata canggih *pilihan kata dan ungkapan tepat *menguasai pembentukan kata CUKUP-BAIK: pemanfaatan potensi kata agak canggih *pilihan kata dan ungkapan kadang-kadang kurang tepat tetapi tak mengganggu SEDANG-CUKUP: pemanfaatan potensi kata terbatas *sering terjadi kesalahan penggunaan kosa kata dan dapat merusak makna SANGAT-KURANG: pemanfaatan potensi kata asal-asalan *pengetahuan tentang kosa kata rendah *tak layak nilai

P E N G

B A H A S A

22-25

18-21 11-17

5-10

SANGAT BAIK-SEMPURNA: konstruksi kompleks tetapi efektif *hanya terjadi sedikit kesalahan penggunaan bentuk kebahasaan CUKUP-BAIK: konstruksi sederhana tetapi efektif *kesalahan kecil pada konstruksi kompeks *terjadi sejumlah kesalahan tetapi makna tak kabur SEDANG-CUKUP: terjadi kesalahan serius dalam konstruksi kalimat *makna membingugkan atau kabur SANGAT-KURANG: tak menguasai aturan sintaksis *terdapat banyak kesalahan *tak komunikatif *tak layak nilai

M E K A N I K

5

4

3

2

SANGAT BAIK-SEMPURNA: menguasai aturan penulisan *hanya terdapat beberapa kesalahan ejaan CUKUP-BAIK: kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan tetapi tak mengaburkan makna SEDANG-CUKUP: sering terjadi kesalahaan ejaan *makna membingungkan atau kabur SANGAT-KURANG: tak menguasai aturan penulisan *terdapat banyak kesalahan ejaan *tulisan tak terbaca *tak layak nilai

JUMLAH: KOMENTAR:

PENILAI :

Tabel 2.2. Tabel Penilaian Keterampilan Menulis

Pembobotan yang dicontohkan oleh model di atas, tidak bersifat

mutlak. Setiap guru dapat membuat atau memilih model yag dianggap cocok

dan sesuai dengan kemampuan siswa. Akan tetapi, dalam menilai sebuah

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

karangan hendaknya seobjektif dan secermat mungkin agar hasilnya dapat

dipertanggungjawabkan dan sesuai dengan kemampuan siswa.

j. Keterampilan Menulis Narasi di SD

Keterampilan menulis merupakan salah bentuk keterampilan berbahasa

yang sangat penting bagi siswa, disamping keterampilan menyimak, berbicara,

dan membaca, baik selama mereka masih sekolah maupun dalam

kehidupannya nanti di masyarakat. Keterampilan menulis siswa sangat

menentukan keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar-mengajar di sekolah.

Oleh sebab itu, pembelajaran menulis mempunyai kedudukan yang sangat

strategis dalam pendidikan dan pengajaran di sekolah. Keterampilan menulis

tidak terlepas dengan keterampilan-keterampilan berbahasa yang lain.

Keterampilan-keterampilan itu saling berkaitan satu sama lain dan mendukung

dalam keberhasilan menghasilkan tulisan. Menurut Mulyono Abdurrahman

(2003: 224) proses belajar menulis melibatkan rentang waktu yang panjang,

yang dalam prosesnya tidak dapat dilepaskan kaitannya dengan proses belajar

berbicara dan membaca.

Sejalan dengan pendapat di atas Darmiyati Zuchdi dan Budiasih

(2001:116-118) mengemukakan bahwa keterampilan menulis terkait dengan

keterampilan bahasa yang lain yaitu keterampilan berbicara dan keterampilan

membaca.Dalam berbicara dan menulis dibutuhkan kemampuan menyandikan

simbol-simbol, simbol lisan dalam berbicara dan simbol tertulis dalam

menulis. Sementara itu membaca dan menulis merupakan keterampilan yang

saling melengkapi. Tidak ada yang perlu ditulis kalau tidak ada yang

membacanya, dan tidak ada yang dapat dibaca kalau belum ada yang ditulis.

Menurut M. Atar Semi (1990: 10) mengungkapkan bahwa untuk

menghasilkan suatu tulisan yang baik mengharuskan setiap penulis memliki

tiga keterampilan dasar dalam menulis yaitu sebagai berikut:

1) Keterampilan Berbahasa Keterampilan berbahasa ini merupakan keterampilan yang paling

penting. Pada hakekatnya menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa, merupakan kegiatan perekaman bahasa lisan ke dalam bentuk

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

bahasa tulis. Keterampilan berbahasa yang diperlukan seorang penulis mencakup keterampilan menggunakan ejaan, tanda baca, pembentukan kata, dan penggunaan kalimat efektif.

2) Keterampilan Penyajian Yaitu keterampilan pembentukan dan pengembangan paragraf,

keterampilan memerinci pokok bahasan menjadi subpokok bahasan, menyusun pokok bahasan dan subpokok bahasan ke dalam susunan yang sistematis.

3) Keterampilan Perwajahan Yaitu keterampilan tipografi dan pemanfaatan sarana tulis secara

efektif dan efisien, seperti penyusunan format, pemilihan ukuran kertas,

tipe huruf, penjilidan, penyusunan tabel, dan lain-lain.

Menurut Elina (2010: 6) mengemukakan bahwa keterampilan menulis

bersifat mekanistik. Ini berarti bahwa penguasaan keterampilan menulis

tersebut harus melalui latihan atau praktik. Dengan perkataan lain semakin

banyak seseorang melakukan kegiatan menulis semakin terampil menulis

yang bersangkutan. Karakteristik keterampilan menulis seperti ini menuntut

pembelajaran menulis yang memungkinkan siswa banyak latihan, praktek,

atau mengalami berbagai pengalaman kegiatan menulis.

Berpijak pada pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa

dalam keterampilan menulis narasi perlu memperhatikan keterampilan-

keterampilan berbahasa yang lain seperti keterampilan berbicara, keterampilan

membaca, dan keterampilan mendengarkan. Begitu pula keterampilan menulis

narasi di SD di perlukan model, metode, ataupun media yang tepat agar siswa

lebih mudah untuk menghasilkan tulisan yang baik dan bermutu.

Pembelajaran keterampilan narasi terutama di kelas IV siswa sudah

dapat menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah dialami oleh anak

dalam bentuk karangan narasi. Keterampilan menulis narasi lebih mudah

untuk dikembangkan karena menceritakan suatu kejadian atau peristiwa

berdasarkan urutan waktu.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

2. Hakikat Model Quantum Learning

a. Pengertian Model

Model di dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting

karena merupakan tata cara dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran

untuk mencapai suatu tujuan. Melalui penggunakan model secara tepat dan

akurat, guru akan mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran. Jadi, guru

sebaiknya menggunakan model pembelajaran yang dapat menunjang kegiatan

belajar-mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang paling efektif

untuk mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Sri Anitah (2009: 45)

mengemukakan bahwa model adalah suatu kerangka berpikir yang dipakai

sebagai panduan untuk melaksanakan kegiatan dalam rangka mencapai tujuan

tertentu.

Sementara itu Anton Sukarno (2006: 144) mengemukakan bahwa model

ialah sebagai suatu kerangka konseptual, benda tiruan atau barang. Secara

umum model diartikan sebagai sebagai barang atau benda tiruan umpama

globe. Sedangkan secara khusus model diartikan sebagai kerangka konseptual

dipergunakan sebagai pedoman melakukan suatu kegiatan.

Pengertian model dalam pembelajaranseperti yang dikemukakan oleh

Soli Abimanyu (2008: 3-20) diartikan sebagaisuatu kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi

para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan

melaksanakan pembelajaran.

Menurut Rusman (2011: 133) mengartikan model pembelajaran dapat

dijadikan pola pilihan artinya para guru boleh memilih model pembelajaran

yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Sejalan dengan pendapat-pendapat di atas pengertian model dalam

suatu kegiatan pembelajaran atau yang sering disebut dengan model

pembelajaran menurut Trianto (2010: 51) mendefinisikan bahwa model

pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur

sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang

pembelajaran dan para guru dalam merancang dan melaksanakan

pembelajaran. Model pembelajaran merupakan pedoman baik dalam

merancang maupun melaksanakan kegiatan pembelajaran.

Sementara itu menurut Hidayati (2008: 7-29) megungkapkan bahwa

model dapat berupa cara mengoperasikan sesuatu. Ini berarti model dapat

dijadikan acuan untuk mengoperasikan sesuatu atau melakukan suatu hal.

Berpijak pada pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian

model ialah suatu kerangka konseptual atau acuan dari sesuatu yang akan

dihasilkan atau dibuat dalam pembelajaran model digunakan sebagai pedoman

untuk melaksanakan suatu kegiatan pembelajaran.

b. Pengertian Model Quantum Learning

Model Quantum Learning merupakan suatu model pembelajaran yang

digagas oleh dePorter. Menurut (DePorter dan Hernacki 2006: 16) Quantum

Learning didefinisikan sebagai :

adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali

kecepatan cahaya kuadrat sama dengan Energi. Rumus ini biasa dikenal

dengan 2mcE . Tubuh kita secara fisik adalah materi, sebagai pelajar tujuan

kita adalah meraih sebanyak mungkin cahaya, interaksi, hubungan, inspirasi

agar menghasilkan energi cahaya.

Quantum merupakan interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya.

Quantum learning merupakan seperangkat metode atau falsafah belajar yang

telah terbukti efektif di sekolah dan bisnis kerja untuk semuat tipe orang dan

segala usia. Quantum learning berakar dari upaya Dr. Georgi Lozanov,

seorang psikolog yang berupaya mengembangkan prinsip yang disebut

atau Menurutnya sugesti dapat dan pasti

mempengaruhi hasil belajar dan setiap kali keadaan apapun memberikan

sugesti positif atau negatif (Bobbi de Porter dan Hernacki, 2006:14).

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

Sementara itu menurut Made Wena (2009: 160) mengemukakan bahwa

pembelajaran kuantum merupakan cara baru yang memudahkan proses

belajar, yang memadukan unsur seni dan pencapaian yang terarah, untuk

segala macam pelajaran.

Lebih lanjut menurut Agus Nggermanto (2008: 24) dijelaskan bahwa

Quantum Learning mengungkapkan bahwa setiap orang sebenarnya memiliki

potensi otak yang sama besar dengan Einstein. Dalam Quantum Learning

terdapat tiga tipe modalitas belajar manusia yaitu tipe visual, auditorial, dan

kinestesial. Bila seseorang mampu mengenali tipe belajarnya dan melakukan

pembelajaran yang sesuai maka belajar akan terasa sangat menyenangkan dan

memberikan hasil yang optimal. Pembelajaran dapat dilakukan diberbagai

tempat dan tidak harus mengambil bentuk kelas sekolah. Quantum Learning

mengerahkan segenap usaha untuk menemukan cara belajar paling efektif dan

cepat. Jadi dengan Quantum Learning kita belajar cara belajar. Kita akan

mendapatkan cara membaca cepat, menghafal cepat, dan menjadi kreatif

sesuai dengan gaya kita masing-masing.

Berpijak pada pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

Quantum Learning adalah suatu model pembelajaran yang mengarahkan siswa

untuk belajar yang efektif dan menyenangkan sehingga pembelajaran dapat

berhasil dengan optimal.

c. Karakteristik Model Quantum Learning

Model Quantum Learning memiliki karakteristik yang dapat

memantapkan dan menguatkan sosoknya. Beberapa karakteristik yang tampak

membentuk sosok pembelajaran kuantum menurut Sugiyanto (2009: 73-78)

meliouti 12 karakteristik, yaitu:

1) Pembelajaran kuantum berpangkal pada psikologi kognitif, bukan fisika

kuantum meskipun serba sedikit istilah dan konsep kuantum dipakai.

2) Pembelajaran kuantum lebih bersifat humanistis, bukan positivistis-

-

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

3) Pembelajaran kuantum lebih konstruktivistis, bukan positivistis-empiris,

behavioristis.

4) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang

bermutu dan bermakna, bukan sekedar transaksi makna.

5) Pembelajaran kuantum sangat menekankan pada pemercepatan

pembelajaran dengan taraf keberhasilan tinggi.

6) Pembelajaran kuantum sangat menentukan kealamiahan dan kewajaran

proses pembelajaran, bukan keartifisialan atau keadaan yang dibuat-buat.

7) Pembelajaran kuantum sangat menekankan kebermaknaan dan

kebermutuan proses pembelajaran.

8) Pembelajaran kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi

pembelajaran.

9) Pembelajaran kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan

keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup, dan prestasi fisikal

atau material.

10) Pembelajaran kuantum menempatkan nilai dan keyakinan sebagai bagian

penting proses pembelajaran.

11) Pembelajaran kuantum mengutamakan keberagaman dan kebebasan,

bukan keseragaman dan ketertiban.

12) Pembelajaran kuantum mengintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran dalam

proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

karakteristik Quantum Learning adalah menekankan kebermaknaan proses

pembelajaran dengan menintegrasikan totalitas tubuh dan pikiran untuk

menghasilkan suatu pembelajaran dengan taraf keberhasilan yang tinggi.

d. Asas Utama Model Quantum Learning

Model Quantum Learning mempunyai asas utama dalam

pembelajarannya. Bobbi DePorter, Mark Reardon, dan Sarah Singer-Nourie

(2005: 6-7) mengemukakan asas utama, alasan dibalik segala strategi, model,

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

dan keyakinan Quantum Learning

dalam diri kita harus mampu membawa siswa untuk memahami dan mencoba

menerapkannya dalam kehidupan.

Cara agar memudahkan perjalanan siswa menuju ilmu pengetahuan yang

lebih luas, guru harus mengajarkannya dengan sebuah peristiwa, pikiran, atau

perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah, sosial, seni, atletik, rekreasi,

atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, maka dapat membawa

siswa ke dalam dunia guru dan memberikan pemahaman mengenai isi dunia

itu, maka kosa kata baru, model, mental, rumus, dan lain-lain dapat

dibeberkan. Akhirnya dengan pengertian yang lebih luas dan penguasaan lebih

mendalam, siswa dapat membawa apa yang dipelajari ke dalam dunia siswa

dan menerapkannya pada situasi baru.

e. Prinsip- Prinsip Model Quantum Learning

Pembelajaran kuantum memiliki prinsip-prinsip dalam dalam

pelaksanaannya. Menurut Sri Anitah (2009: 77) mengemukakan bahwa ada

lima prinsip utama yang membangun sosok pembelajaran kuantum. Kelima

prinsip utama itu yaitu:

1) Segalanya berbicara

Segala sesuatu di lingkungan kelas hingga bahasa tubuh guru, dari kertas

yaang dibagikan sampai rancangan pembelajaran, semuanya mengirim

pesan tentang belajar.

2) Segalanya bertujuan

Semua yang terjadi dalam pengubahan mempunyai tujuan.

3) Berangkat dari pengalaman

Proses belajar paling baik terjadi ketika peserta didik telah mengalami

informasi sebelum memperoleh label untuk sesuatu yang dipelajari.

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

4) Hargai setiap usaha

Belajar mengandung resiko. Belajar berarti melangkah keluar dari

kenyamanan. Pada saat peserta didik mengambil langkah ini, patut

mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan dirinya.

5) Rayakan setiap keberhasilan

Perayaan memberikan tentang umpan balik tentang kemajuan belajar dan

mengingatkan asosiasi emosi positif.

Berpijak pada uraian pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip-

prinsip dari pembelajaran kuantum atau Quantum Learning adalah dalam

setiap pembelajarannya Quantum Learning menggunakan prinsip-prinsip yang

dapat membuat segala yang dipelajari mempunyai tujuan dan menghargai

setiap usaha dari peserta didik dengan memberikan penghargaan dari setiap

usaha yang dilakukan oleh peserta didik.

f. Kerangka Model Quantum Learning

Setiap model pembelajaran ada kerangka utama yang membangun,

begitu juga model Quantum Learning ada kerangka-kerangka utama yang

membangun dalam kegiatan pembelajarannya. Menurut Sri Anitah (2009: 79)

mengemukakan bahwa kerangka pembelajaran kuantum antara lain:

1) Tumbuhkan

Tumbuhkan minat belajar siswa dengan mengatakan Apakah Manfaat

Bagiku (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan peserta didik.

2) Alami

Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua

peserta didik.

3) Namai

Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah masukan.

4) Demonstrasikan

Sediakan kesempatan bagi peserta didik untuk menunjukkan bahwa

mereka tahu.

5) Ulangi

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

Tunjukkan kepada peserta didik cara-cara mengulang materi dan

6) Rayakan

Pengakuan untuk suatu penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan

pengetahuan dan keterampilan. Perayaan adalah ekspresi kelompok atau

seseorang yang telah berhasil mengerjakan sesuatu tugas atau kewajiban

dengan baik. Jadi, jika siswa sudah mengerjakan tugas dan kewajibannya

dengan baik, layak untuk dirayakan lewat : Bertepuk tangan, bernyanyi

bersama-sama, atau secara bersama-

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa kerangka

pembelajaran kuantum jika diterapkan dengan baik dalam kegiatan

pembelajaran, maka pembelajaran akan berlangsung lebih nyaman, menarik,

dan menyenangkan.

g. Langkah-langkah Model Quantum Learning

Model Quantum Learning dalam pelaksanaannya terdapat langkah-

langkah yang harus diterapkan. Menurut Sugiyanto (2009: 84-93)

mengemukakan bahwa langkah-langkah dalam melaksanakan Quantum

Learning antara lain:

1) Tumbuhkan

Yaitu apersepsi menarik perhatian siswa, memfokuskan perhatian siswa,

caranya tidaklah harus dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan dari

materi sebelumnya, namun caranya dapat bermacam-macam, seperti:

penyajian gambar/ media yang menarik, penyajian peta konsep, puisi,

cerita menarik atau lucu, isu-isu mutakhir, dan sebagainya. Garis besar

Tumbuhkan adalah memberi kebermaknaan yang cepat dan mudah

dipahami siswa.

2) Alami

Dalam langkah ini gunakan jembatan keledai, permainan atau simulasi.

Gunakan pengalaman untuk menciptakan ikatan emosional, seperti yang

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

kita ketahui bahwa pengalaman adalah menciptakan peluang untuk

pemberian makna (Penamaan).

3) Namai

Disinilah kita bisa memuaskan otak siswa, yaitu membuat mereka

penasaran, penuh pertanyaan mengenai pengalaman mereka. Penamaan

merupakan informasi, fakta, rumus pemikiran, tempat dan sebagainya.

4) Demonstrasikan

Dalam langkah ini kita benar-benar mengaitkan pengalaman dan nama

dengan cara menunjukkan dan melakukannya. Kesempatan

mendemonstrasikan apa yang dipelajari akan mempatrikan pengetahuan

dan pengalaman dalam memori kita.

5) Ulangi

Dalam langkah ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk mengajarkan

pengetahuan baru kepada orang lain (kelompok lain) menirukan orang-

orang terkenal seperti guru, ahli, tokoh.

6) Rayakan

Pada langkah ini hal yang dapat dilakukan ialah memberikan pujian,

bernyanyi bersama, pesta kelas, pemberian reward berupa tepukan, dan

lain-lain.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah dalam

pembelajaran kuantum sangatlah membantu siswa menemukan suasana

belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga minat dan potensi siswa

dapat tergali secara maksimal dari setaip langkah yang dilakukan.

h. Kelebihan dan Kelemahan Model Quantum Learning

Model Quantum Learning terdapat beberapa kelebihan dan kelemahan.

Menurut Miftahul A la (2010: 41- 43) kelebihan Quantum Learning antara

lain sebagai berikut:

1) Kelebihan :

(1) Adanya unsur demokrasi dalam pengajaran (2) Adanya kepuasan pada diri si anak

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33