penatalaksanaan ck

6
a. Penatalaksanaan Penatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya bertujuan untuk memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder serta memperbaiki keadaan umum seoptimal mungkin sehingga dapat membantu penyembuhan sel-sel otak yang sakit. Penatalaksanaan cedera kepala tergantung pada tingkat keparahannya, berupa cedera kepala ringan, sedang, atau berat. Prinsip penanganan awal meliputi survei primer dan survei sekunder. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang diprioritaskan antara lain airway, breathing, circulation, disability, dan exposure, yang kemudian dilanjutkan dengan resusitasi. Pada penderita cedera kepala khususnya dengan cedera kepala berat survei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak sekunder dan mencegah homeostasis otak. Tidak semua pasien cedera kepala perlu di rawat inap di rumah sakit. Indikasi rawat antara lain: 1. Amnesia posttraumatika jelas (lebih dari 1 jam) 2. Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit) 3. Penurunan tingkat kesadaran 4. Nyeri kepala sedang hingga berat 5. Intoksikasi alkohol atau obat 6. Fraktura tengkorak 7. Kebocoran CSS, otorrhea atau rhinorrhea 8. Cedera penyerta yang jelas

Upload: dwi-permana-putra

Post on 05-Dec-2015

289 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tatalaksana cedera kepala

TRANSCRIPT

Page 1: Penatalaksanaan CK

a. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan awal penderita cedara kepala pada dasarnya bertujuan untuk

memantau sedini mungkin dan mencegah cedera kepala sekunder serta memperbaiki

keadaan umum seoptimal mungkin sehingga dapat membantu penyembuhan sel-sel otak

yang sakit. Penatalaksanaan cedera kepala tergantung pada tingkat keparahannya,

berupa cedera kepala ringan, sedang, atau berat. Prinsip penanganan awal meliputi

survei primer dan survei sekunder. Dalam penatalaksanaan survei primer hal-hal yang

diprioritaskan antara lain airway, breathing, circulation, disability, dan exposure, yang

kemudian dilanjutkan dengan resusitasi. Pada penderita cedera kepala khususnya

dengan cedera kepala berat survei primer sangatlah penting untuk mencegah cedera otak

sekunder dan mencegah homeostasis otak. Tidak semua pasien cedera kepala perlu di

rawat inap di rumah sakit. Indikasi rawat antara lain:

1. Amnesia posttraumatika jelas (lebih dari 1 jam)

2. Riwayat kehilangan kesadaran (lebih dari 15 menit)

3. Penurunan tingkat kesadaran

4. Nyeri kepala sedang hingga berat

5. Intoksikasi alkohol atau obat

6. Fraktura tengkorak

7. Kebocoran CSS, otorrhea atau rhinorrhea

8. Cedera penyerta yang jelas

9. Tidak punya orang serumah yang dapat dipertanggungjawabkan

10. CT scan abnormal

Page 2: Penatalaksanaan CK

Gambar 14. Algoritma penanganan Cedera Kepala Ringan

Gambar 15. Algoritma Penanganan pada Cedera Kepala Sedang

Page 3: Penatalaksanaan CK

Gambar 16. Penanganan Cedera Kepala Berat

Terapi medikamentosa pada penderita cedera kepala dilakukan untuk memberikan

suasana yang optimal untuk kesembuhan. Hal-hal yang dilakukan dalam terapi ini dapat

berupa pemberian cairan intravena, hiperventilasi, pemberian manitol, steroid,

furosemid, barbiturat dan antikonvulsan.

Pada penanganan beberapa kasus cedera kepala memerlukan tindakan operatif.

Indikasi untuk tindakan operatif ditentukan oleh kondisi klinis pasien, temuan

neuroradiologi dan patofisiologi dari lesi. Secara umum digunakan panduan sebagai

berikut:

1. Volume masa hematom mencapai lebih dari 40 ml di daerah supratentorial atau

lebih

2. Dari 20 cc di daerah infratentorial

3. Kondisi pasien yang semula sadar semakin memburuk secara klinis, serta gejala

dan tanda fokal neurologis semakin berat

4. Terjadi gejala sakit kepala, mual, dan muntah yang semakin hebat

5. Pendorongan garis tengah sampai lebih dari 3 mm

6. Terjadi kenaikan tekanan intrakranial lebih dari 25 mmHg.

7. Terjadi penambahan ukuran hematom pada pemeriksaan CT scan

8. Terjadi gejala akan terjadi herniasi otak

Page 4: Penatalaksanaan CK

9. Terjadi kompresi / obliterasi sisterna basalis

Tindakan Operatif

1. Craniotomy

Trepanasi/kraniotomi adalah suatu tindakan membuka tulang kepala yang

bertujuan mencapai otak untuk tindakan pembedahan definitif. Epidural Hematoma

(EDH) adalah suatu perdarahan yang terjadi di antara tulang dan lapisan duramater.

Subdural hematoma (SDH) adalah suatu perdarahan yang terdapat pada rongga

diantara lapisan duramater dengan araknoidea

2. Craniectomi Dekompresi

Merupakan operasi pembedahan dengan membuka tulang kepala, dengan

terlebih dahulu membuat beberapa lubang bor pada tulang kepala, kemudian antara

lubang gergaji, fragmen tulang dapat disimpan atau dibuang apabila dinilai tidak

vital.

Craniectomi dekompresi dapat dilakukan dengan cara mengevakuasi sebagian

jaringan otak yang contusio. Secara histopatologi pada otak yang contusio didapati

adanya dua komponen yaitu daerah pusat perdarahan dan kerusakan neuron yang

ireversibel, yang dapat dilihat dengan mikroskop biasa maupun mikroskop electron.

Dengan cara-cara tersebut diharapkan membuat ruangan intra cranial menjadi

lebih luas, sehingga sesuai dengna hokum Monro-Kellie maka diharapkan tidak

terjadi peningkatan TIK yang diakibatkan oleh contusion cerebri.

b. Prognosis

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh MRC CRASH Trial Collaborators

(2008), Umur yang tua, Glasgow Coma Scale yang rendah, pupil tidak reaktif, dan

terdapatnya cedera ekstrakranial mayor merupakan prediksi buruknya prognosis.

Apabila penanganan pasien yang mengalami cedera kepala sudah mendapat terapi yang

agresif, terutama pada anak-anak biasanya memiliki daya pemulihan yang baik.

Penderita yang berusia lanjut biasanya mempunyai kemungkinan yang lebih rendah

untuk pemulihan dari cedera kepala. Selain itu lokasi terjadinya lesi pada bagian kepala

Page 5: Penatalaksanaan CK

pada saat trauma juga sangat mempengaruhi kondisi kedepannya bagi penderita

(American college of surgeon,1997)

Referensi

1. American college of Surgeons, 1997. Advance Trauma Life Suport . United States

of America: Firs Impression