peb
DESCRIPTION
diagnosis gejala klinis definisi penunjang Pre eklamsia beratTRANSCRIPT
PRESENTASI KASUS
PRE EKLAMSIA BERAT PADA PADA MULTIGRAVIDA HAMIL ATERM
BELUM DALAM PERSALINAN
Oleh :
Zakky Hazami G99121051
Niawati okhaniah G9911112104
Marwan Sofyan G9911112092
Cahyaning Gusti A. G9911112034
Pembimbing :
Dr. Asih, Sp.OG(K)
KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEBIDANAN DAN KANDUNGAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD Dr. MOEWARDI
SURAKARTA
2013
PRE EKLAMSIA BERAT PADA PADA MULTIGRAVIDA HAMIL ATERM
BELUM DALAM PERSALINAN
ABSTRAK
Sebuah kasus PEB pada grande multipara hamil aterm dalam persalinan kala I pada
G6P5A0 34 tahun, hamil 37+5 minggu. Kenceng-kenceng teratur dirasakan sejak 2 jam yang
lalu. Air kawah belum dirasakan keluar. Lendir darah (+). Gerakan janin masih dirasakan.
Riwayat obstetrik baik, janin tunggal, intra uterin, memanjang, punggung di kanan, preskep,
kepala janin masuk panggul < 1/3 bagian. Indikasi vakum ekstraksi pada penderita ini adalah
untuk memperingan kala II, karena pada penderita ini terdiagnosa pre-eklampsia berat. Pada
penderita ini tidak ditemukan adanya disproporsi kepala panggul dan malpresentasi, sehingga
tidak ada kontra indikasi untuk dilakukan vakum ekstraksi
Kata kunci : PEB , vakum ekstraksi
BAB I
PENDAHULUAN
Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edem akibat
kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 kehamilan, atau segera setelah
persalinan.1,2
Faktor Risiko Pre-eklampsia; Usia ( pada wanita hamil berusia kurang dari 25 ahun
insidens > 3 kali lipat, dan wanita hamil usia > 35 tahun ), primigravid muda maupun tua,
faktor keturunan, faktor gen, obesitas/overweight, iklim/musim, kehamilan ganda,
hidramnion, mola hidatidosa.1,2
Indikasi dilakukan ekstraksi dengan vakum pada kasus ini lebih ditekankan bagi ibu
yaitu untuk memperingan kala II, mengingat bahwa penderita PEB tidak boleh mengejan
terlalu kuat. Syarat untuk dilakukan ekstraksi dengan vakum terpenuhi untuk kasus ini, yaitu
pembukaan lengkap, kulit ketuban sudah pecah, janin hidup, janin presentasi belakang
kepala, kepala janin sudah turun di H III.5 Pada kasus ini tidak ditemukan adanya disproporsi
kepala panggul dan malpresentasi, sehinga tidak ada kontra indikasi untuk dilakukan vakum
ekstraksi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PRE-EKLAMPSIA BERAT
Definisi
Pre-eklampsia adalah timbulnya hipertensi disertai proteinuria dan edema akibat
kehamilan. Penyakit ini umumnya terjadi dalam triwulan ke 3 kehamilan, atau segera
setelah persalinan.1,2
Definisi lain menyebutkan bahwa pre eklamsia adalah suatu sindroma klinik pada
kehamilan viable (usia kehamilan > 20 minggu atau berat janin > 500 gram) yang
ditandai dengan hipertensi, proteinuria, dan edem.2
Etiologi
Penyebab preeklampsia sampai sekarang belum diketahui pasti. Teori yang dewasa
ini dapat dikemukakan sebagai penyebab preeklampsia ialah iskemia plasenta, yaitu
pembuluh darah yang mengalami dilatasi hanya arteri spirales di decidua, sedangkan
pembuluh darah di miometrium yaitu arteri spirales dan arteria basalis tidak melebar.
Pada preeklamsi invasi sel-sel thropoblast ini tidak terjadi sehingga tonus pembuluh darah
tetap tinggi dan seolah-olah terjadi vasokonsrtiksi.1,2
Faktor Risiko Pre-eklampsia 1,2
1. Usia : pada wanita hamil berusia kurang dari 25 ahun insidens > 3 kali lipat, dan
wanita hamil usia > 35 tahun
2. Paritas : insidens tinggi pada primigravid muda maupun tua
3. Faktor keturunan
4. Faktor gen : diduga bersifat resesif
5. Obesitas / overweight
6. Iklim / musim : di daerah tropis insidens lebih tinggi
7. Kehamilan ganda, hidramnion, mola hidatidosa
Patofisiologi
Patofisiologi pre-eklampsia adalah :1,2,3
1. Penurunan kadar angiotensin II
Penurunan angiotensia II menyebabkan pembuluh darah menjadi sangat peka
terhadap basan-basan vaso aktif. Pada kehamilan normal terjadi penigkatan yang
progresif angiotensia II, sedangkan pada preeklamsi terjadi penurunan
angiotensia II
2. Perubahan volume intravaskuler
Pada kehamilan preeklamsi terjadi vasokontriksi menyeluruh pada sistem
pembuluh darah astiole dan prakapiler pada hakekatnya merupakan kompensasi
terhadap terjadinya hipovolemi.
3. Sistem kogulasi tidak normal
Terjadinya gangguan sistem koagulasi bisa menyebabkan komplikasi hemologik
seperti hellp syndrom (hemolytic anemia, elevated liver enzyme, low platelet)
Patofisiologi terpenting pada pre-eklampsia adalah perubahan arus darah di uterus
koriodesidua, dan plasenta yang merupakan faktor penentu hasil akhir kehamilan.1,2
1. Iskemia uteroplasenter
Ketidakseimbangan antara masa plasenta yang meningkat dengan perfusi darah
sirkulasi yang berkurang.
2. Hipoperfusi uterus
Produksi renin uteroplasenta meningkat menyebabkan terjadinya vasokonstriksi
vaskular dan meningkatkan kepekaan vaskuler pada zat – zat vasokonstriktor
lain ( angiotensi dan aldosteron ) yang menyebabkan tonus pembuluh darah
meningkat
3. Gangguan uteroplasenter
Suplai O2 jain berkurang sehingga terjadi gangguan pertumbuhan / hipoksia /
janin mati
Skema patofisiologi Pre-eklampsia
Faktor Predisposisi Pre-eklampsia( umur, paritas, genetik, dll )
Obstruksi mekanik dan fungsi dari arteri spiralis
Perubahan plasentasi
Menurunkan perfusi uteroplasenter
Renin/angiotensin II PGE2/PGI2 Tromboksan
Kerusakan endotelVasokonstriksi arteri
Disfungsi endotel endotelin, NO
Hipertensi sistemik
Aktivasi intravascular koagulasi
SSP
DIC
Ginjal Hati Organ lainnya
Proteinuri kejang LFT abnormal iskemi GFR koma Edema
Klasifikasi
Pre eklampsia dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :2
a. Pre eklampsia ringan
Tekanan darah 140/90 mmHg yang diukur pada posisi terlentang; atau kenaikan
sistolik 30 mmHg; atau kenaikan tekanan diastolik 15 mmHg.
Cara pengukuran sekurang-kurangnya pada dua kali pemeriksaan dengan jarak
periksa 1 jam, sebaiknya 6 jam.
Edem umum, kaki, jari tangan dan muka, atau kenaikan berat badan 1 kg per
minggu.
Proteinuria kuantitatif 0,3 gram/liter; kualitatif 1+ atau 2+ pada urin kateter atau
mid stream.
b. Pre eklampsia berat
Tekanan darah 160/110 mmHg.
Proteinuria 5 gram/liter.
Oligouria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc/24 jam.
Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan nyeri epigastrium.
Terdapat oedem paru dan sianosis.
Thrombosytopenia berat
Kerusakan hepatoseluler
Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat
Klasifikasi pre-eklampsia lain , yaitu :1,3
a. Genuine pre-eklampsia
Gejala pre-eklampsia yang timbul setelah kehamilan 20 minggu disertai dengan edem
(pitting) dan kenaikan tekanan darah 140/90 mmHg sampai 160/90. Juga terdapat
proteinuria 300 mg/24 jam (Esbach)
b. Super imposed pre-eklampsia
Gejala pre-eklampsia yang terjadi kurang dari 20 minggu disertai proteinuria 300
mg/24 jam (Esbach), dan bisa disertai edem. Biasanya disertai hipertensi kronis
sebelumnya.
Komplikasi 2
- HELLP syndrom
- Perdarahan otak
- Gagal ginjal
- Hipoalbuminemia
- Ablatio retina
- Edema paru
- Solusio plasenta
- Hipofibrinogenemia
- Hemolisis
- Prematuritas, dismaturitas dan kematian janin intrauterin
Penatalaksanaan Pre-eklampsia Berat
1. Penanganan aktif 1,2,3
Yaitu kehamilan diakhiri / terminasi bersama dengan pengobatan medisinal
Bila terdapat 1 / lebih kriteria :
- Terdapat tanda – tanda impending eklampsia
- HELLP syndrom
- Kegagalan penanganan konservatif
- Tanda gawat janin
- Kehamilan > 35 minggu
Penatalaksanaan :
- O2 nasal 4 – 6 liter/menit
- Obat anti kejang :
Larutan MgSO4 40 % disuntikkan intramuskular 4 gram bokong kanan dan 4
gram bokong kiri
CPZ 50 mg I.M
Diazepam 20 mg I.M
- Obat anti hipertensi :
Nifedipin 3-4 x 10 mg sublingual ( dapat diulang 2 jam bila tensi belum
turun )
2. Penanganan konservatif 1,2,3
Kehamilan dipertahankan bersama dengan pengobatan medisinal
- Kehamilan < 35 minggu tanpa tanda – tanda impending eklampsia dan janin baik
- Pengobatan sama seperti penanganan aktif, MgSO4 dihentikan bila ibu sudah
mencapai tanda peeklampsia ringan selambat – lambatnya dalam waktu 24 jam
- Bila tidak ada perbakan / > 6 jam tensi tetap naik maka dikatakan gagal dan dilakukan
terminasi kehamilan
B. VAKUM EKSTRAKSI
Sejak abad ke-17 diusahakan menciptakan alat yang dapat melahirkan kepala
janin tanpa mengadakan tekanan kepadanya, dan tidak memerlukan begitu banyak tempat
dalam rongga panggul, seperti halnya dengan cunam. Baru pada tahun 1957 Malstrom
berhasil membuat alat yang dinamakan ekstraktor vakum, yang dapat dipakai dengan
memuaskan, dan berdasar atas prinsip menyelenggarakan vakum antara kepala janin dan
alat penarik sehingga kepala mengikuti gerakan alat tersebut.4
Alat tersebut terdiri atas : 4
a) Sejenis mangkok dari logam yang agak mendatar dalam berbagai ukuran
(diameter 30 sampai dengan 60 mm) dengan lubang di tengah-tengahnya ;
b) Pipa karet yang pada ujung satu dihubungkan dengan mangkok dan pada ujung
yang lain dengan suatu alat penarik dari logam;
c) Rantai dari logam yang berhubungan dengan alat bundar dan datar; alt tersebut
dimasukkan ke dalam rongga mangkok sehingga dapat menutup lubangnya;
selanjutnya rantai dimasukkan ke dalam pipa karet dan setelah ditarik kuat
dikaitkan kepada alat penarik;
d) Pipa karet yang pada ujung yang satu dihubungkan dengan alat penarik dan pada
ujung yang lain dengan botol penampung cairan yang terisap (lendir, darah, air
ketuban, dan sebagainya)
e) Manometer dan pompa tangan untuk menghisap udara, yang berhubungan dengan
botol penampung dan menyelenggarakan vakum antara mangkok dan kepala
janin.
Syarat dilakukan Vakum Ekstraksi : 4
- presentasi belakang kepala
- janin hidup
- pembukaan lengkap
- kepala turun di Hodge III +
- kulit ketuban sudah pecah/dipecah
- ibu mampu mengejan
Indikasi Vakum Ekstraksi : 4
- memperingan kala II (Pre-eklampsi/Eklampsia)
- Bekas bedah caesar
- Gawat janin yang ringan
Kontra Indikasi Vakum Ekstraksi : 4
- panggul sempit / Disproporsi Kepala Panggul (DKP)
- malpresentasi (presentasi muka,presentasi dahi)
Komplikasi : 6
Pada Ibu :
- robekan pada serviks uteri
- robekan pada dinding vagina, perineum
Pada Anak :
- luka atau nekrosis pada jaringan di luar tengkorak anak pada tepat
pemasangan mangkok
- perdarahan dalam otak
- kaput suksedaneum artifisialis, yang biasanya akan hilang sendiri setelah
24-48 jam
BAB III
STATUS PENDERITA
A. ANAMNESIS
Tanggal 1 Mei 2013 jam 14 .00 WIB
1. Identitas Penderita
Nama : Ny. Tri Nuryani
Umur : 31 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Swasta
Agama : Islam
Alamat : Randuari 1/30 Mojosongo, Jebres, Surakarta
Status Perkawinan : Kawin 1 kali dengan suami 13 tahun
HPMT : 7 Agustus 2013
HPL : 14 Mei 2013
UK : 38 minggu
Tanggal Masuk : 1 Mei 2013
No.CM : 01193160
Berat badan : 70 Kg
Tinggi Badan : 150 cm
2. Keluhan Utama
Ingin melahirkan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Datang seorang G4P3A0, 31 tahun, kiriman dari Rumah Bersalin dengan
keterangan hamil aterm dengan PEB. Pasien merasa hamil 9 bulan. Kenceng-
kenceng dirasakan sejak 2 jam yang lalu. Air kawah belum dirasakan keluar. Lendir
darah (-). Gerakan janin masih dirasakan. Nyeri ulu hati (-), pusing (-), nyeri kepala
(-), pandangan kabur (-), kejang (-).
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sesak nafas : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat Mondok : Disangkal
Riwayat Hipertensi : Disangkal
Riwayat Penyakit Jantung : Disangkal
Riwayat DM : Disangkal
Riwayat Asma : Disangkal
Riwayat Alergi Obat/makanan : Disangkal
6. Riwayat Fertilitas
Baik
7. Riwayat Obstetri
I. Wanita, 12 tahun, BBL: 3700 gram, lahir spontan di bidan
II. Laki-laki, 11 tahun, BBL: 3700 gram, lahir spontan di bidan
III. Wanita, 5 tahun, BBL: 3700 gram, lahir spontan di bidan
Kesimpulan : riwayat obstetri baik
8. Riwayat Ante Natal Care (ANC)
Teratur, pertama kali periksa ke puskesmas pada usia kehamilan 1 bulan.
9. Riwayat Haid
- Menarche : 12 tahun
- Lama menstruasi : 6 hari
- Siklus menstruasi : 28 hari
10. Riwayat Perkawinan
Menikah 1 kali ( umur 18 tahun )
11. Riwayat Keluarga Berencana
(-)
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Interna
Keadaan Umum :Baik, Compos Mentis, Gizi kesan cukup
Tanda Vital :
Tensi : 160/110 mmHg
Nadi : 88 x / menit
Respiratory Rate : 20 x/menit
Suhu : 36,8 0C
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjuctiva anemis (-/-), Sklera Ikterik (-/-)
THT : Tonsil tidak membesar, Pharinx hiperemis (-)
Leher : Pembesaran kelenjar tiroid (-)
Thorax : Gld. Mammae dalam batas normal, areola mammae
hiperpigmentasi (+)
Cor :
Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus Cordis tidak kuat angkat
Perkusi : Batas jantung kesan tidak melebar
Auskultasi : Bunyi jantung I-II intensitas normal, reguler, bising (-)
Pulmo :
Inspeksi : Pengembangan dada ka = ki
Palpasi : Fremitus raba dada ka = ki
Perkusi : Sonor/Sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Ronki basah kasar (-/-)
Abdomen:
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada
Stria gravidarum (+)
Palpasi : Supel, NT (-), hepar lien tidak membesar
Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus, redup pada daerah uterus
Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Genital : Lendir darah (+) ,air ketuban (-)
Ekstremitas : Oedema
- -
+ +
Akral dingin
- -
- -
2. Status Obstetri
Inspeksi
Kepala : Mesocephal
Mata : Conjungtiva Anemis (-/-), sclera ikterik (-/-)
Wajah : Kloasma gravidarum (+)
Thorax : Glandula mammae hipertrofi (+), aerola mammae
hiperpigmentasi (+)
Abdomen :
Inspeksi : Dinding perut > dinding dada, stria gravidarum (+)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), teraba janin tunggal, intra uterin,
memanjang, punggung janin di kanan, preskep, kepala janin
masuk panggul < 1/3 bagian, TFU 34 cm, TBJ : 3565 gram, , HIS
(-), denyut jantung janin (+) 12-13-12/reguler
Pemeriksaan Leopold
I : teraba bagian lunak, kesan bokong
II : di sebelah kanan teraba bagian keras, rata, memanjang, kesan
punggung
III : teraba bagian keras dan bulat, kesan kepala janin
IV : kepala janin masuk panggul < 1/3 bagian
Perkusi : Tympani pada bawah processus xipoideus, redup pada daerah
uterus
Auskultasi : DJJ (+) 12-13-12/reguler
Genital eksterna : Vulva/uretra tidak ada kelainan, lendir darah (-), peradangan
(-), tumor (-)
Pemeriksaan Dalam :
VT : vulva / uretra tenang, dinding vagina dalam batas normal, portio lunak
mencucu, Ø - cm, preskep, kepala janin turun di H II, eff 40%, KK
dan penunjuk kehamilan belum dapat dinilai, AK (-), STLD (-)
UPD : promontorium tidak teraba
linea terminalis teraba < 1/3 bagian
spina ischiadica menonjol tidak prominen
arcus pubis > 900
kesan : panggul normal
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Laboratorium 1 Mei 2013
HEMATOLOGI Nilai Nilai Rujukan Satuan
Hb 10,2 13,5 – 18 g/dl
Hct 31 40 – 54 %
AE 3,84 4,6 – 6,2 106/uL
AL 12,1 4,5 – 11 103/uL
AT 299 150 – 440 103/uL
Gol. Drh B
GDS 83 80-110 mg/dL
Ur 11 10-50 mg/dL
Cr 0,3 0,6-1,1 mg/dL
Na+ 139 136-146 mmol/L
K+ 2,7 3,5-5,1 mmol/L
Chlorida 104 98-106 mmol/L
Prot total 6,6 6,6-8,7 g/dl
Albumin 3,3 3,4-5,0 g/dl
SGOT 19 0-38 U/L
SGPT 18 0-41 /L
HBsAg -
LDH 261
Protein ewitz (+3)
D. KESIMPULAN
Seorang G4P3A0, 31 tahun, UK 38 minggu, riwayat obstetri baik, riwayat fertilitas baik,
teraba janin tunggal, intra uterin memanjang, preskep, kepala janin turun di Hodge II.
E. DIAGNOSA AWAL
Pre Eklamsia Berat pada Multigravida Hamil Aterm belum dalam persalinan
F. PROGNOSA
Baik
G. TERAPI
Induksi oksitosin 5IU dalam 500 cc RL
O2 3 lpm
Infus RL
Injeksi MgSO4 40% 8 gr 4 gr bokong kanan, 4 gr bokong kiri selanjutnya
4 gr/6 jam bila syarat terpenuhi
Pasang DC balance cairan
Awsi tanda-tanda eklampsia
Siapkan VE
Siapkan resusitasi bayi
Evaluasi tanggal 1 Mei 2013 pukul 23.00
Lahir bayi : secara VE. jenis kelamin laki-laki, 3700 g, PB : 50cm
LK/LD : 37/36, anus (+), AS : 8-9-10
Plasenta lahir spontan, lengkap bentuk cakram.
Plasenta I : ukuran 20x20x2 cm
PTP : 50 cm
Lama persalinan : Perdarahan :
Kala I : 14 jam Kala II : 30cc
KalaII : 15 menit Kala III : 40 cc
Kala III: 10 menit Kala IV : 20 cc
Total : 14 Jam 25 menit Total : 90 cc
- Selesai jahit episiotomi
- Identifikasi perdarahan → perdarahan rembes dari jalan lahir
Evaluasi 2 jam post partum
Keadaan Umum : baik, compos mentis, gizi cukup
Tanda vital : T : 150/100
N: 84x/menit
Rr: 16x/menit
T : 36,8OC
BAB IV
ANALISA KASUS
A. Analisa Kasus Diagnosis
1. Preeklamsia Berat (PEB)
Preeklampsia adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, proteinuria dan
edema. Preeklamsia digolongkan berat apabila terdapat salah satu atau lebih gejala dan
tanda di bawah ini :
a. Tekanan darah : pasien dalam keadaan istirahat tekanan sistolik ≥ 160 mmHg dan
tekanan diastolik ≥ 110 mmHg.
b. Proteinuria : ≥ 5 gr/jumlah urin selama 24 atau dipstick 4+.
c. Oliguria : produksi urin < 400-500 cc/24 jam.
d. Kenaikan kreatinin serum.
e. Edema paru dan sianosis.
f.Nyeri epigastrium dan nyeri kuadran atas kanan abdomen. Hal ini disebabkan karena
teregangnya kapsula Glisone. Nyeri dapat sebagai gejala awal ruptur hepar.
g. Gangguan otak dan visus : perubahan kesadaran, nyeri kepala, scotomata, dan
pandangan kabur.
h. Gangguan fungsi hepar : peningkatan alanine atau aspartate amino transferase.
i.Hemolisis mikroangiopatik.
j.Trombositopenia : < 100.000 /mm3
k. Adanya Sindroma HELLP
Pada kasus ini kriteria yang mendukung ke arah pre-eklampsia berat ( PEB )
yaitu :
a) Pemeriksaan fisik, vital sign Tensi : 160/110 mmHg
b) Pemeriksaan laboratorium proteinuria ( Ewitz ) +3
Faktor yang meningkatkan risiko terjadinya preeklamsia dibagi menjadi tiga,
yaitu:
A. Risiko yang berhubungan dengan partner laki-laki
1. primigravida
2. primipaternity
3. umur yang ekstrim: terlalu muda atau terlalu tua untuk kehamilan
4. patner laki-laki yang pernah menikahi wanita yang kemudian hamil dan
mengalami preeklamsia
5. pemaparan terbatas terbatas terhadap sperma
6. inseminasi donor dan donor oocyte
B. Resiko yang berhubungan dengan riwayat penyakit terdahulu dan riwayat penyakit
keluarga
1. riwayat pernah preeklamsia
2. hipertensi kronik
3. penyakit ginjal
4. obesitas
5. diabetes gestational, diabetes mellitus tipe I
6. antiphospholipid antibodies dan hiperhomocysteinemia
C. Resiko yang berhubungan dengan kehamilan
1. mola hidatidosa
2. kehamilan multiple
3. infeksi saluran kencing pada kehamilan
4. hydrops fetalis
Pada tanggal 1 Mei 2013 jam 15.00 pada pasien dilakukan usaha untuk
menurunkan tekanan darah dan observasi selama 6 jam, dimana pada awal masuk
pasien didapatkan T=160/110 mmHg, N=88x/menit, RR=20x/menit, S=36,80C.
Kemudian kondisi pasien mulai membaik, T=150/100mmHg, N=88x/menit,
RR=20x/menit, S=36,80C. Penderita respon terapi jika dilihat dari penurunan tekanan
darah dari ketika datang 160/110 dan 6 jam kemudian menjadi 150/100.
Analisa Kasus Penatalaksanaan
Penatalaksanaan kasus PEB pada primigravida hamil aterm belum dalam
persalinan, seharusnya adalah terminasi kehamilan dengan elective. Sebelum itu kita
bisa melakukan penurunan tekanan darah penderita guna persiapan operasi. Maka saat
tekanan darah penderita turun, sudah seharusnya untuk segera dilakukan sectio caesaria.
Pada penderita PEB hamil aterm dan Bishop Score < 5 sudah seharusnya
dilakukan terminasi kehamilan dengan sectio caesaria. Namun jika Bishop Score > 6,
terminasi kehamilan pervaginam dengan stimulasi.
Vakum Ekstraksi
Eksraksi dengan vakum adalah salah satu tindakan obstetri untuk membantu
mengakhiri persalinan pada keadaan dimana ibu atau janin memerlukan penyelesaian
dalam waktu singkat.
Penatalaksanaan untuk kasus ini dengan diagnosa PEB, gemelli, preskep-
preskep pada multigravida h. aterm adalah vakum ekstraksi.
Indikasi dilakukan ekstraksi dengan vakum pada kasus ini lebih ditekankan
bagi ibu yaitu untuk memperingan kala II, mengingat bahwa penderita PEB tidak boleh
mengejan terlalu kuat. Syarat untuk dilakukan ekstraksi dengan vakum terpenuhi untuk
kasus ini, yaitu pembukaan lengkap, kulit ketuban sudah pecah, janin hidup, janin I
presentasi belakang kepala, kepala janin I sudah turun di H III. Pada kasus ini tidak
ditemukan adanya disproporsi kepala panggul dan malpresentasi, sehinga tidak ada
kontra indikasi untuk dilakukan vakum ekstraksi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Cunningham FG Mac Donal P.C. William Obsetric, Edisi 18, Appletion & Lange,
1998 : 881-903.
2. Fernando Arias, Practicial Guide to Hight Risk Pregnancy and Delivery, 2 nd
Edition, St. Louis Missiori, USA, 1993 : 100-10, 213-223.
3. Hacker Moore, Essential Obstetries dan Gynekology, Edisi 2, W.B Saunder Company,
Philadelphia, Pennsylvania, 297-309.
4. Wiknyosastro H. Kelainan Dalam Lamanya Kehamilan. Ilmu Kebidanan Yayasan Bina
Pustaka Sarwono Prawiroharjo, Jakarta, 1991. 281-301, 386-400,675-688.
5. Mochtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid I Editor. Delfi Lutan. EGC, Jakarta, 1998: 63-67.