peb a.ryan

Upload: aryan145

Post on 10-Feb-2018

236 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    1/58

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator utama status kesehatan di

    suatu masyarakat. Umumnya ukuran yang dipakai untuk menilai baik-buruknya keadaan

    pelayanan kebidanan (maternity care) dalam suatu negara. AKI didasarkan pada risiko kematian

    ibu berkaitan dengan proses melahirkan, persalinan, perawatan obstetrik, komplikasi kehamilan

    dan masa nifas. Kematian ibu adalah kematian seorang wanita yang sedang hamil atau dalam

    periode 42 hari setelah akhir kehamilannya, tanpa memandang lama dan lokasi kehamilan.

    Kematian tersebut disebabkan oleh berbagai penyebab yang berhubungan dengan kehamilan atau

    diperburuk oleh kehamilan atau penatalaksanaannya, tetapi bukan akibat kecelakaan atau trauma

    langsung.(Saifuddin, 2011)

    Di negara-negara miskin dan sedang berkembang, kematian maternal merupakan masalah

    besar namun sejumlah kematian yang cukup besar tidak dilaporkan dan tidak tercatat dalam

    statistik resmi. Tingkat kematian maternal di negara-negara maju berkisar antara 5 10 per

    100.000 kelahiran penduduk, sedangkan di Negara berkembang salah satunya, Indonesia,

    diperkirakan terjadi kematian maternal sekitar 450 per 100.000 kelahiran hidup dalam 10 tahun

    terakhir (1990-2000). Hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menyebutkan

    bahwa AKI pada tahun 2007 sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu ini

    turun bila dibandingkan pada tahun 2002 yang mencapai 307 per 100.000 kelahiran

    hidup.(Depkes, 2009)

    Kematian ibu dibagi menjadi kematian langsung dan tidak langsung. Kematian ibu

    langsung adalah sebagai akibat komplikasi kehamilan, persalinan, atau masa nifas dan segala

    intervensi atau penanganan tidak tepat dari komplikasi tersebut. Kematian ibu yang tidak

    langsung merupakan akibat dari penyakit yang sudah ada atau penyakit yang timbul sewaktu

    kehamilan yang berpengaruh terhadap kehamilan, misalnya malaria, anemia, HIV/AIDS dan

    penyakit kardiovaskuler. Secara global 80% kematian ibu tergolong pada kematian ibu langsung.

    Pola penyebab langsung dimana-mana sama, yaitu perdarahan (25%, biasanya perdarahan pada

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    2/58

    2

    persalinan), sepsis (15%), hipertensi dalam kehamilan (12%), partus macet (8%), komplikasi

    abortus yang tidak aman (13%) dan sebab-sebab lain (8%).(Saifuddin, 2002)

    Tiga penyebab utama kematian maternal adalah perdarahan, infeksi dan

    preeklampsia/hipertensi dalam kehamilan. Namun seiring dengan berkembangnya ilmu dan

    teknologi di bidang kesehatan, perdarahan dapat diturunkan prevalensinya asalkan penolong

    dapat bertindak cepat dan tepat dan dapat diberikan resusitasi cairan beserta transfuse yang

    adekuat. Sedangkan sepsis / infeksi yang mungkin terjadi, juga bisa dicegah kejadiannya dengan

    pemberian antibiotik yang sampai saat ini juga perkembangannya terus berkembang pesat,

    seiring dengan meningkatnya tingkat resistensi. Penyebab ketiga terbesar terakhir adalah

    preeklampsia, yang penyebabnya sampai saat ini masih belum jelas dan kemunculannya pun

    biasanya pada trimester akhir kehamilan. Hal inilah yang membuat preeklampsia secara tidak

    langsung dinilai jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan perdarahan dan infeksi/sepsis.

    Berdasarkan hasil penelitian terbaru, preeklampsia menempati posisi sebagai penyebab tersering

    kematian maternal, khususnya di Indonesia. Eklampsia secara global terjadi pada 0,5 %

    kelahiran hidup dan 4,5 % hipertensi dalam kehamilan. Preeklampsia mempengaruhi banyak

    organ vital. Pasca konvulsi pada eklampsia dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hati, edema

    paru, perdarahan serebral dan ablasio retina.Selain memiliki dampak yang buruk untuk sang ibu,

    preeklampsia juga dapat berakibat buruk bagi janin yang dikandung.(Saifuddin, 2011)

    Karena banyaknya penyebab kematian maternal dan perniatal beserta dengan

    komplikasinya maka diharapkan terdapat peningkatan pelayanan kesehatan untuk dapat

    menurunkan AKI dan AKB. Pelayanan kesehatan primer diperkirakan dapat menurunkan Angka

    Kematian Ibu sampai 20 %, namun dengan sistem rujukan yang efektif, angka kematian dapat

    ditekan sampai 80%. Menurut UNICEF, 80 % kematian ibu dan perinatal terjadi di rumah sakit

    rujukan. Walaupun kualitas pelayanan kesehatan, khususnya pelayanan kesehatan maternal dan

    neonatal dipengaruhi oleh banyak faktor, namun kemampuan tenaga kesehatan (bidan, dokter,

    dokter spesialis) merupakan salah satu faktor utama.

    Maka dari itu sebagi ujung tombak dalam

    memberikan pelayanan kesehatan di masyarakat, klinisi harus benar-benar menjalankan upaya

    Safe Motherhoodyang terdiri dari empat pilar : (1) Keluarga Berencana, (2) Asuhan Antenatal,

    (3) Pelayanan persalinan bersih dan aman, (4) Pelayanan Obstetri Esensial.

    Khusus untuk

    pelayanan obstetri esensial, memastikan bahwa pelayanan obstetri untuk risiko tinggi seperti ibu

    hamil dengan preeclampsia.(Saifuddin,2002)

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    3/58

    3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A. DefinisiMenurut Report on The National High Blood Pressure Education Program

    Working Group on High Blood Pressure in Pregnancy (AJOG Vol 183, 5. July 2000),

    hipertensi dalam kehamilan diklasifikasikan sebagai berikut(Roeshandi, 2004)

    :

    a. Hipertensi GestasionalHipertensi pada kehamilan > 20 minggu , dengan tekanan darah 140/90 mmHg,

    tanpa disertai proteinuria dan biasanya tekanan darah akan kembali normal sebelum 12

    minggu pasca-persalinan .

    b. PreeklampsiaApabila dijumpai tekanan darah 140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu

    disertai proteinuria 300 mg/24 jam atau pemeriksaan dengan dipstick 1 + .

    c. EklampsiaDitemukan kejang-kejang pada penderita preeklampsia, dapat disertai dengan koma .

    d. Hipertensi KronikDari sebelum hamil, atau sebelum kehamilan 20 minggu ditemukan tekanan darah

    140/90 mmHg dan tidak menghilang setelah 12 minggu pasca-persalinan .

    e. Hipertensi Kronis dengan Super Imposed PreeklampsiaPada wanita hamil dengan hipertensi kronis, muncul proteinuria 300mg/24 jam

    setelah kehamilan 20 minggu, dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia lainnya.

    Hipertensi Gestasional jika tidak tertangani dengan baik dapat berkembang

    menjadi preeklampsia / eklampsia atau menetap sampai pasca persalinan menjadi

    hipertensi kronis. Preeklampsia / eklampsia merupakan suatu keadaan yang sangat

    merugikan baik untuk ibu maupun untuk janin, khususnya untuk preeklampsia berat yang

    dewasa ini lebih sering terjadi merupakan resiko yang membahayakan ibu dan juga janin

    yang dikandungnya.(Roesandi, 2004)

    Preeklampsia dan eklampsia merupakan kelainan progresif yang hanya ditemukan

    pada kehamilan serta menjadi salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas ibu maupun

    janin (Shah, 2009). Preeklampsia merupakan suatu sindroma spesifik pada kehamilan

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    4/58

    4

    yang diakibatkan oleh kerusakan luas pada vaskular endotel dan vasospasme dan

    biasanya terjadi setelah minggu ke-20 gestasi dan bisa juga muncul pada minggu ke 4-6

    postpartum. Secara klinis biasa ditandai dengan adanya hipertensi dan proteinuria,

    dengan atau tanpa edema patologik.(Rozikhan, 2007)

    Penyakit ini umumnya terjadi dalam trimester ke-3 kehamilan, tetapi dapat juga

    terjadi pada trimester kedua kehamilan. Sering tidak diketahui atau diperhatikan oleh

    wanita hamil yang bersangkutan, sehingga tanpa disadari secara cepat dapat terjadi

    perkembangan secara cepat menjadi preeklampsia berat bahkan dapat menjadi

    eklampsia.(Roeshandi, 2007)

    Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu daripada tanda-tanda lain. Untuk

    menegakkan diagnosis preeklampsia, tekanan darah sistolik dan diastolik 140/90

    mmHg dengan menggunakan fase V Korotkoff untuk menentukan tekanan diastolik.

    Pengukuran tekanan darah sekurang-kurangnya dilakukan dua kali selang empat jam.

    Kenaikan tekanan darah sistolik 30 mmHg dan kenaikan tekanan darah diastolik 15

    mmHg sebagai parameter hipertensi sudah tidak digunakan lagi

    Edema ialah penimbunan cairan secara umum dan berlebihan dalam jaringan

    tubuh dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan kaki,

    jari tangan, dan muka. Edema yang dahulu digunakan sebagai tanda-tanda preeklampsia

    adalah edema tungkai, tetapi sekarang sudah tidak digunakan lagi kecuali edema

    generalisata (anasarka) yang biasanya disertai dengan kenaikan berat badan > 0,57

    kg/minggu. Bagi primigravida yang mempunyai kenaikan berat badan rendah, yaitu 35 tahun)

    Untuk penyakit dengan etiologi pasti yang belum dapat ditentukan, maka tentunya

    faktor resiko merupakan hal yang berperan penting untuk seseorang terhadap penyakit

    tersebut. Yang dimaksud faktor risiko tinggi adalah keadaan pada ibu, baik berupa faktor

    biologis maupun non-biologis, yang biasanya sudah dimiliki ibu sejak sebelum hamil dan

    dalam kehamilan mungkin memudahkan timbulnya gangguan lain (Depkes RI, 1999).

    Faktor itu bisa digolongkan menjadi dua faktor, yaitu faktor medis dan faktor non medis.

    Faktor medis meliputi, usia, paritas, graviditas, jarak kehamilan, riwayat kehamilan dan

    persalinan, dan penyakit-penyakit ibu dan janin, kelainan obstetrik, gangguan plasenta,

    gangguan tali pusat, komplikasi persalinan. Sedangkan faktor non medis adalah

    pengawasan antenatal, status gizi buruk, sosial ekonomi yang rendah, kemiskinan,

    ketidaktahuan, adat, tradisi, kepercayaan, kebersihan lingkungan, kesadaran untuk

    memeriksakan kehamilan secara teratur, fasilitator dan sarana kesehatan yang serba

    kekurangan merupakan faktor non medis yang banyak terjadi terutama di negara-negara

    berkembang yang berdasarkan penelitian ternyata sangat mempengaruhi morbiditas dan

    mortalitas (Martaadisoebrata, 2005). Sebagian dari faktor resiko ini dapat dikenali bahkan

    diukur, sehingga kita dapat menggunakannya dalam upaya pelayanan kesehatan preventif

    atau yang sering dikenal sebagai strategi pendekatan faktor risiko

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    7/58

    7

    D. Patofisiologi Preeklampsia/eklampsiaPengetahuan mengenai etiologi dan patogenesis preeklampsia sangat diperlukan

    dalam rangka menurunkan angka mortalitas dan morbiditas maternal dan perinatal pada

    preeklampsia, walaupun hingga saat ini kedua hal tersebut masih kontroversi. Disfungsi

    sel endotel memainkan peranan penting dalam patogenesis preeklampsia. Penyebab dari

    disfungsi endotel adalah multifaktorial dan akibat dari disfungsi endotel adalah

    berkurangnya perfusi darah di plasenta, hal ini merupakan faktor penting pada

    preeklampsia

    Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui dengan jelas.

    Banyak teori yang telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi dalam kehamilan,

    tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang dianggap mutlak benar. Teori-teori yang

    sekarang banyak dianut adalah

    a. Teori Kelainan Vaskularisasi PlasentaPada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-

    cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus

    miometrium berupa arteri arkuata dan arteri arkuata memberi cabang arteri radialis.

    Arteri radialis kemudian menembus endometrium menjadi arteri basalis dan arteri

    basalis memberi cabang arteri spiralis.

    Pada hamil normal, dengan sebab yang belum jelas, terjadi invasi trofoblas ke

    dalam lapisan otot arteri spiralis, yang menimbulkan degenerasi lapisan otot tersebut

    sehingga terjadi dilatasi arteri spiralis. Invasi trofoblas ini juga memasuki jaringan

    sekitar arteri spiralis, sehingga jaringan matriks menjadi gembur dan memudahkan

    lumen arteri spiralis mengalami distensi dan dilatasi. Distensi dan vasodilatasi arteri

    spiralis ini memberikan dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi

    vaskular, dan peningkatan aliran darah utero plasenta. Akibatnya, aliran darah ke janin

    cukup banyak dan perfusi ke jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin

    pertumbuhan janin dengan baik. Proses ini dinamakan remodellingarteri spiralis.

    Pada hipertensi dalam kehamilan tidak terjadi invasi sel-sel trofoblas pada lapisan

    otot arteri spiralis dan jaringan matriks sekitarnya. Lapisan otot arteri spiralis tetap

    kaku dan keras sehingga lumen arteri spiralis tidak memungkinkan terjadinya

    vasodilatasi dan distensi. Akibatnya, arteri spiralis relatif mengalami vasokonstriksi,

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    8/58

    8

    dan terjadi kegagalan remodelling arteri spiralis, sehingga aliran darah utero

    plasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dan iskemia plasenta. Dampak dari iskemia

    plasenta akan menimbulkan perubahan-perubahan yang dapat menjelaskan patogenesis

    HDK atau preeklampsia selanjutnya.

    b. Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel1. Iskemia plasenta dan pembentukan oksidan/radikal bebas

    Plasenta yang mengalami iskemia akan menghasilkan oksidan atau disebut

    juga radikal bebas. Oksidan atau radikal bebas adalah senyawa penerima elektron

    atau atom/molekul yang mempunyai elektron yang tidak berpasangan. Salah satu

    oksidan penting yang dihasilkan adalah radikal hidroksil yang sangat toksis,

    khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Dahulu hal inilah yang

    menyebabkan hipertensi dalam kehamilan disebut toxaemia. Lebih lanjut lagi

    radikal hidroksil ini akan merusak membran sel, yang mengandung banyak asam

    lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak. Peroksida lemak selain akan merusak

    membran sel, juga akan merusak nukleus dan protein sel endotel.

    2. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilanPada hipertensi dalam kehamilan terdapat ketidakseimbangan kadar

    oksidan dan antioksidan tubuh. Dimana terjadi peningkatan kadar oksidan berupa

    peroksida lemak dan penurunan kadar antioksidan tubuh misalnya vitamin E.

    Selain itu asam lemak tidak jenuh menjadi sangat rentan terhadap oksidan radikal

    hidroksil, yang akan berubah menjadi peroksida lemak.

    3. Disfungsi sel endotelEndotel itu sendiri, adalah lapisan sel yang melapisi dinding vaskular yang

    menghadap ke lumen dan melekat pada jaringan subendotel yang terdiri atas

    kolagen dan berbagai glikosaminoglikan termasuk fibronektin. Dahulu dianggap

    bahwa fungsi endotel adalah sebagai barier struktural antara sirkulasi dengan

    jaringan disekitarnya, tetapi sekarang telah diketahui bahwa endotel memiliki

    banyak fungsi lain yaitu mengatur tonus vaskular, mencegah thrombosis,

    mengatur aktivitas sistem fibrinolisis, mencegah perlekatan leukosit dan mengatur

    pertumbuhan vaskular (Dharma, 2005).

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    9/58

    9

    Substansi vasoaktif yang dikeluarkan endotel antara lain nitric oxide (NO)

    yang juga disebut endothelial-derived relaxing factor (EDRF), endothelial-

    derived hyperpolarizing factor(EDHF), prostasiklin (PGI2), bradikinin,

    asetilkolin, serotonin dan histamin. Substansi vasokonstriktor antara lain

    endotelin, platelet activating factor (PAF), angiotensin II, prostaglandin H2,

    trombin dan nikotin. Endotel juga berperan pada hemostastis dengan

    mempertahankan permukaan yang bersifat antitrombotik. Melalui ekspresi

    trombomodulin, endotel membantu trombin dalam mengaktifkan protein C

    menjadi protein C aktif. Selain itu endotel juga merangsang sintesis protein S

    yang bekerja sebagai kofaktor protein C dalam mengaktivasi faktor Va dan faktor

    VIIIa. Endotel juga mensintesis faktor von williebrand yang berfungsi dalam

    proses adhesi trombosit dan sebagai pembawa faktor VIII. Endotel juga berperan

    dalam sistem fibrinolisis melalui pelepasan tissue plasminogen activator (tPA)

    yang akan melepaskan plasminogen menjadi plasmin. Namun endotel juga

    mensintesis plasminogen activator inhibitor-1 (PAI-1) yang berfungsi

    menghambat tPA (Dharma, 2005).

    Akibat sel endotel terpapar terhadap peroksida lemak, maka terjadi

    kerusakan sel endotel, yang tentu saja kerusakannya berawal dari membran sel

    endotel. Kerusakan membran sel endotel akan menyebabkan gangguan fungsi

    endotel, bahkan rusaknya seluruh struktur endotel. Keadaan ini disebut disfungsi

    endotel. Pada waktu terjadi kerusakan sel endotel yang mengakibatkan disfungsi

    sel endotel maka akan terjadi(Roeshandi, 2004)

    a) Gangguan metabolisme prostaglandin, karena salah satu fungsi sel endotel,adalah memproduksi prostaglandin, yaitu menurunnya produksi prostasiklin

    (PGE2); suatu vasodilator kuat.

    b) Agregasi sel-sel trombosit pada daerah endotel yang mengalami kerusakan.Agregasi sel trombosit ini adalah untuk menutup tempat-tempat di lapisan

    endotel yang mengalami kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi

    tromboksan (TXA2) suatu vasokonstriktor kuat.

    c) Perubahan khas pada sel endotel kapilar glomerulus (glomerularendotheliosis)

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    10/58

    10

    d) Peningkatan permeabilitas kapilare) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, yaitu endotelin.

    Kadar NO (vasodilator) menurun, sedangkan endotelin (vasokonstriktor)

    meningkat.

    f) Peningkatan faktor koagulasiPada keadaan ini terjadi ketidakseimbangan substansi vasoaktif sehingga

    dapat terjadi hipertensi. Disfungsi endotel juga menyebabkan peningkatan

    permeabilitas vaskular yang menyebabkan edema dan proteinuria.

    Peningkatan kadar lipid peroksidase juga akan mengaktifkan sistem

    koagulasi, sehingga akan terjadi agregasi trombosit dan pembentukan

    trombus.

    c. Teori Intoleransi Imunologik antara ibu dan janinDugaan bahwa faktor imunologik berperan terhadap terjadinya hipertensi dalam

    kehamilan terbukti dengan fakta sebagai berikut :

    1. Primigravida mempunyai risiko lebih besar terjadinya hipertensi dalam kehamilanjika dibandingkan dengan multigravida.

    2. Ibu multipara yang kemudian menikah lagi mempunyai risiko lebih besarterjadinya hipertensi dalam kehamilan jika dibandingkan dengan suami

    sebelumnya.

    3. Seks oral mempunyai risiko lebih rendah terjadinya resiko hipertensi dalamkehamilan. Hubungan lamanya periode hubungan seks sampai saat kehamilan

    ialah makin lama periode ini, makin kecil risiko terjadinya hipertensi dalam

    kehamilan.

    Pada perempuan hamil normal, respon imun tidak menolak adanya hasil

    konsepsi yang bersifat asing. Hal ini disebabkan adanya human leukocyte antigen

    protein G (HLA-G), yang berperan penting dalam modulasi respons imun, sehingga

    ibu tidak menolak hasil konsepsi (plasenta). Adanya HLA-G pada plasenta dapat

    melindungi trofoblas janin dari lisis oleh sel Natural Killer (NK) ibu. Selain itu,

    dengan keberadaan HLA-G akan mempermudah invasi sel trofoblas ke dalam jaringan

    desidua ibu. Pada plasenta pasien preeklampsia, terdapat penurunan ekspresi HLA-G

    dan dipercayai bahwa pada awal trimester kedua kehamilan perempuan yang

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    11/58

    11

    mempunyai kecenderungan terjadi preeklampsia, ternyata memiliki proporsi Helper

    Sel yang lebih rendah dibanding pada normotensif.

    d. Teori adaptasi kardiovaskularPada hamil normal pembuluh darah refrakter terhadap bahan-bahan vasopresor

    yang merupakan suatu perlindungan dari prostaglandin yang disintesis oleh sel endotel

    pembuluh darah. Pada hipertensi dalam kehamilan, tubuh kehilangan daya refrakter

    terhadap bahan-bahan vasopersor, dan hal ini sudah terjadi sejak trimester I (pertama)

    kehamilan.

    e. Teori GenetikAda faktor keturunan dan familial dengan model gen tunggal. Genotipe ibu

    lebih menentukan terjadinya hipertensi dalam kehamilan secara familial jika

    dibandingkan dengan genotipe janin. Telah terbukti bahwa pada ibu yang mengalami

    preeklampsia. 26 % anak perempuannya akan mengalami preeklampsia pula,

    sedangkan hanya 8% anak menantu mengalami preeklampsia.

    f. Teori Defisiensi GiziBeberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi

    berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Penelitian terakhir

    membuktikan bahwa konsumsi minyak ikan dapat menurunkan risiko preeklampsia.

    Minyak ikan mengandung banyak asam lemak tidak jenuh yang dapat menghambat

    produksi tromboksan, menghambat aktivasi trombosit dan mencegah vasokonstriksi

    pembuluh darah. Beberapa peneliti juga menganggap bahwa defisiensi kalsium pada

    diet perempuan hamil mengakibatkan risiko terjadinya preeklampsia/eklampsia.

    g. Teori Stimulus InflamasiTeori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi

    darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Pada kehamilan

    normal, jumlah debris trofoblas masih dalam batas wajar, sehingga reaksi inflamasi

    juga masih dalam batas normal. Berbeda dengan proses apoptosis pada preeklampsia,

    dimana terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga produksi debris apoptosis dan

    nekrotik trofoblas juga meningkat. Makin banyak sel trofoblas plasenta, misal pada

    plasenta besar, pada hamil ganda, maka reaksi stress oksidatif akan meningkat,

    sehingga jumlah sisa debris trofoblas juga makin meningkat. Keadaan ini

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    12/58

    12

    menimbulkan beban reaksi inflamasi yang lebih besar. Respons inflamasi ini adalah

    mengaktivasi sel endotel, dan sel-sel makrofag/granulosit yang lebih besar pula,

    sehingga terjadi reaksi sistemik inflamasi yang menimbulkan gejala-gejala

    preeklampsia pada ibu.

    Dalam perjalanannya ketujuh faktor diatas tidak berdiri sendiri, tetapi kadang

    saling berkaitan dengan titik temunya pada invasi trofoblas dan terjadinya iskemia

    plasenta).

    Gambar 5. Implantasi plasenta normal dan preeklampsia

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    13/58

    13

    Gambar 6. Arteri spiralis pada preeclampsia

    E. Manifestasi Klinis Preeklampsia/EklampsiaPada preeklampsia/eklampsia, setelah terjadi vasokonstriksi dan disfungsi endotel,

    jika prosesnya terus berlanjut maka dapat terjadi disfungsi dan kegagalan organ

    sehingga dapat mengganggu banyak sistem organ.Gangguan organ pada preeklampsia/eklampsia meliputi (Soekimin, 2006)

    a. Perubahan pada plasenta dan uterusMenurunnya aliran darah ke plasenta dapat mengakibatkan solutio plasenta.

    Pada hipertensi yang lama akan terjadi gangguan pertumbuhan janin. Pada

    hipertensi yang terjadi lebih pendek bisa menimbulkan gawat janin sampai

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    14/58

    14

    kematian janin, dikarenakan kurang oksigenasi. Kenaikan tonus uterus dan

    kepekaan tanpa perangsangan sering didapatkan pada preeklamsia/eklamsia,

    sehingga mudah terjadi partus prematurus.

    b. Perubahan pada ginjalPerubahan ini disebabkan oleh karena aliran darah ke dalam ginjal menurun,

    sehingga filtrasi glomerulus berkurang. Penurunan filtrasi akibat spasme arteriolus

    ginjal menyebabkan filtrasi natrium menurun yang menyebabkan retensi garam dan

    juga terjadi retensi air. Filtrasi glomerulus pada preeklampsia dapat menurun

    sampai 50% dari normal sehingga menyebabkan diuresis turun. Pada keadaan yang

    lanjut dapat terjadi oliguria sampai anuria. Selain itu kerusakan sel glomerulus

    mengakibatkan meningkatnya permeabilitas membran basalis sehingga terjadi

    kebocoran dan mengakibatkan proteinuria. Dapat pula terjadi gagal ginjal akut

    akibat dari nekrosis tubulus ginjal.

    c. Perubahan pada retinaTampak edema retina, spasme setempat atau menyeluruh pada satu atau

    beberapa arteri. Jarang terjadi perdarahan atau eksudat atau spasme. Retinopati

    arteriosklerotika pada preeklampsia akan terlihat bilamana didasari penyakit

    hipertensi yang menahun. Spasmus arteri retina yang nyata menunjukkan adanya

    preeklampsia berat. Pada preeklampsia pelepasan retina oleh karena edema

    intraokuler merupakan indikasi untuk pengakhiran kehamilan segera. Biasanya

    retina akan melekat kembali dalam dua hari sampai dua bulan setelah persalinan.

    Gangguan penglihatan secara tetap jarang ditemui. Skotoma, diplopia dan

    ambliopia pada preeklampsia merupakan gejala yang menjurus akan terjadinya

    eklamspia. Keadaan ini disebabkan oleh perubahan aliran darah didalam pusat

    penglihatan di kortex cerebri atau dalam retina.

    d. Perubahan pada paru-paruPenderita preeklampsia berat mempunyai resiko besar terjadinya edema

    paru dan biasanya merupakan penyebab utama kematian pada pasien

    preeklampsi/eklampsia. Edema paru dapat disebabkan oleh payah jantung kiri,

    kerusakan sel endotel pada pembuluh darah kapiler paru dan menurunnya diuresis.

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    15/58

    15

    e. Perubahan pada sistem neurologikPerubahan neurologik dapat berupa nyeri kepala yang disebabkan

    hiperperfusi otak, sehingga menimbulkan vasogenik edema. Resistensi pembuluh

    darah dalam otak pada hipertensi dalam kehamilan lebih meninggi, terutama pada

    preeklampsia. Sehingga salah satu akibatnya dapat menimbulkan edema

    serebri,kejang eklamptik, dan perdarahan intrakranial.

    f. Metabolisme air dan elektrolitHemokonsentrasi yang menyertai preeklamsia dan eklamsia tidak diketahui

    sebabnya. Terjadi pergeseran cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstisial,

    diikuti oleh kenaikan hematokrit, protein serum meningkat dan bertambahnya

    edema menyebabkan volume darah berkurang, viskositas darah meningkat, waktu

    peredaran darah tepi lebih lama. Aliran darah di berbagai aliran tubuh mengurang

    dan berakibat hipoksia. Dengan perbaikan keadaan, hemokonsentrasi berkurang

    sehingga turunnya hematokrit dapat dipakai sebagai ukuran tentang perbaikan

    keadaan penyakit dan tentang berhasilnya pengobatan. Jumlah air dan natrium pada

    penderita preeklampsia lebih banyak daripada wanita hamil biasa. Kadar kreatinin

    dan ureum pada preeklampsia tidak meningkat kecuali jika terjadi oliguria atau

    anuria. Protein serum total, perbandingan albumin globulin dan tekanan osmotik

    plasma menurun pada preeklampsia, kecuali pada penyakit berat dengan

    hemokonsentrasi.

    g. Perubahan pada sistem kardiovaskularPerubahan kardiovaskular disebabkan oleh peningkatan cardiac afterload

    akibat hipertensi dan penurunan cardiac preloadakibat hipovolemia.

    h. Perubahan pada heparDasar perubahan pada hepar ialah vasospasme, iskemia, dan perdarahan.

    Bila terjadi perdarahan pada sel periportal lobus perifer, akan terjadi nekrosis sel

    hepar dan peningkatan enzim hepar. Perdarahan ini dapat meluas hingga dibawah

    kapsula hepar dan disebut subkapsular hematoma. Nyeri epigastrium dan nyeri

    kuadran atas kanan abdomen disebabkan oleh teregangnya kapsula Glisone. Nyeri

    dapat sebagai gejala awal ruptur hepar dan pada keadaan seperti ini membutuhkan

    pembedahan.

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    16/58

    16

    i. Perubahan hematologikPerubahan hematologik disebabkan oleh hipovolemia akibat vasospasme,

    hipoalbuminemia hemolisis mikroangiopatik akibat spasme arteriole dan hemolisis

    akibat kerusakan endotel arteriole. Perubahan tersebut dapat berupa peningkatan

    hematokrit, peningkatan viskositas darah, trombositopenia (

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    17/58

    17

    b) Proteinuria : 300 mg/24 jam atau 1+ dipstikc) Edema : edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia,

    kecuali edema generalisata.

    3. Tujuan utama perawatan preeklampsiaMencegah kejang, perdarahan intrakranial, mencegah gangguan fungsi

    organ vital, dan melahirkan bayi sehat.

    4. Rawat jalan (ambulatoir)Ibu hamil dengan preeklampsia ringan dapat dirawat secara rawat

    jalan. Dianjurkan ibu hamil banyak istirahat (berbaring/tidur miring), tetapi

    tidak harus mutlak selalu tirah baring. Pada umur kehamilan di atas 20

    minggu, tirah baring dengan posisi miring menghilangkan tekanan rahim

    pada v. kava inferior, sehingga meningkatkan aliran darah balik dan akan

    menambah curah jantung. Hal ini berarti pula meningkatkan aliran darah ke

    organ-organ vital. Penambahan aliran darah ke ginjal akan meningkatkan

    filtrasi glomeruli dan meningkatkan diuresis. Diuresis dengan sendirinya

    meningkatkan ekskresi natrium, menurunkan reaktivitas kardiovaskular,

    sehingga mengurangi vasospasme. Peningkatan curah jantung akan

    meningkatkan pula aliran darah rahim, menambah oksigenisasi plasenta

    dan memperbaiki kondisi janin dalam rahim.

    Pada preeklampsia tidak perlu dilakukan restriksi garam sepanjang

    fungsi ginjal masih normal. Diet yang mengandung 2 g natrium atau 4-6 g

    NaCl (garam dapur) adalah cukup. Kehamilan sendiri lebih banyak

    membuang garam lewat ginjal, tetapi pertumbuhan janin justru

    membutuhkan lebih banyak konsumsi garam. Bila konsumsi garam hendak

    dibatasi, hendaknya diimbangi dengan konsumsi cairan yang banyak,

    berupa susu atau air buah.

    Diet diberikan cukup protein, rendah karbohidrat, lemak, garam

    secukupnya, dan robaransia prenatal.

    5. Rawat inap (dirawat di rumah sakit)Kriteria preeklampsia ringan dirawat di rumah sakit adalah :

    a) Bila tidak ada perbaikan : tekanan darah, kadar proteinuria selam

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    18/58

    18

    2 minggu

    b) Adanya satu atau lebih tanda-tanda preeklampsia beratSelama di rumah sakit dilakukan anamnesis, pemeriksaan fisik dan

    laboratorik. Pemeriksaan kesejahteraan janin, berupa pemeriksaan

    USG dan Doppler khususnya untuk evaluasi pertumbuhan janin dan

    jumlah cairan amnion. Serta dilakukan juga konsultasi dengan bagian

    mata, jantung, dan lain-lain.

    6. Perawatan obstetrik yaitu sikap terhadap kehamilannyaMenurut Williams, kehamilan preterm ialah kehamilan antara 22

    minggu sampai < 37 minggu (Cunningham, 2001). Pada kehamilan

    preterm (< 37 minggu), bila tekanan darah mencapai normotensif, selama

    perawatan, maka persalinan dapat ditunggu sampai aterm. Sementara itu

    pada kehamilan aterm (> 37 minggu) persalinan ditunggu sampai terjadi

    onset persalinan atau dipertimbangkan untuk melakukan induksi persalinan

    pada taksiran tanggal persalinan.

    b.Preeklampsia berat1. Definisi

    Adalah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik 160 mmHg dan

    tekanan darah diastolik 90 mmHg disertai proteinuria lebih dari 5 g/

    jumlah urin selama 24 jam. Atau dipstick 4+

    2. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan kriteria preeklampsia berat sebagaimana

    tercantum dibawah ini :

    a)Tekanan darah sistolik 160 mmHg atau tekanan darah diastolik 90mmHg. Tekanan darah ini tidak menurun meskipun ibu hamil sudah

    dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.

    b)Proteinuria > 5 g/24 jam atau 4 + pada pemeriksaan kualitatifc)Oliguria (jumlah urin kurang dari 500 cc/ 24 jam )d)Kenaikan kadar kreatinin plasma

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    19/58

    19

    e)Gangguan visus dan serebral : penurunan kesadaran, nyeri kepala,skotoma, penglihatan kabur.

    f) Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerah epigastrium(akibat teregangnya kapsula Glisson)

    g)Edema paru dan sianosish)Hemolisis mikroangiopatiki) Trombositopenia berat : < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit

    dengan cepat

    j) Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambatk)Sindrom HELLP (Hemolysis, Elevated Liver Enzyme, Low Platelets

    Count)

    l) Gangguan fungsi hepar (gangguan hepatoselular) : peningkatan kadaralanin dan aspartate aminotransferase.

    3. Pembagian preeklampsia beratPreeklampsia berat dibagi menjadi :

    a) Preeklampsia berat tanpa impendingeclampsiab) Preeklampsia berat dengan impendingeclampsiaDisebut impendingeclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala

    subjektif berupa nyeri kepala hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri

    epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.

    4. Perawatan dan pengobatan preeklampsia beratPengelolaan mencakup pencegahan kejang, pengobatan hipertensi,

    pengelolaan cairan, pelayanan suportif terhadap penyulit organ yang terlibat,

    dan saat yang tepat untuk persalinan.

    5. Monitoring selama di rumah sakitPemeriksaan sangat teliti diikuti dengan observasi harian tentang tanda-

    tanda klinik berupa: nyeri kepala, gangguan visus, nyeri epigastrium, dan

    kenaikan cepat berat badan. Selain itu perlu dilakukan pengukuran

    proteinuria, pengukuran tekanan darah, pemeriksaan laboratorium, dan

    pemeriksaan USG.

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    20/58

    20

    6. Sikap terhadap penyakit : pengobatan medikamentosaa) Penderita preeklampsia berat harus segera masuk rumah sakit untuk

    rawat inap dan dianjurkan tirah baring miring ke satu sisi (kiri).

    Perawatan yang penting adalah pengelolaan cairan karena

    penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk

    terjadinya edema paru dan oligouria. Oleh karena itu monitoring input

    cairan (melalui oral atau infus) dan outputcairan (melalui urin) sangat

    penting.

    Cairan yang dapat diberikan berupa : 5 % Ringer-dekstrose atau

    cairan garam faali dengan jumlah tetesan < 125 cc/jam atau infus

    Dekstrose 5 % yang tiap 1 liternya diselingi dengan infus Ringer laktat

    (60-125 cc/jam) 500 cc. Dipasang Foley catheter untuk mengukur

    pengeluaran urin. Diberikan antasida untuk menetralisir asam lambung

    sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari resiko aspirasi asam

    lambung yang sangat asam. Diet yang cukup protein, rendah

    karbohidrat, lemak dan garam.

    b) Pemberian obat anti kejangAntikonvulsan mencegah kambuhnya kejang dan mengakhiri

    aktivitas klinik dan elektrik kejang. Beberapa penelitian telah

    mengungkapkan bahwa magnesium sulfat merupakan drug of choice

    untuk mengobati kejang eklamptik (dibandingkan dengan diazepam dan

    fenitoin).

    Merupakan antikonvulsan yang efektif (mengontrol kejang

    eklamptik pada > 95% kasus) dan membantu mencegah kejang kambuh

    dan mempertahankan aliran darah ke uterus dan aliran darah ke fetus,

    serta mempunyai efek antihipertensi (Hutomo, 2008).

    Magnesium sulfat menghambat atau menurunkan kadar asetilkolin

    pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi

    neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada

    sinaps. Pada pemberian magnesium sulfat, magnesium akan menggeser

    kalsium, sehingga rangsangan tidak terjadi (Wiknjosastro, 2009). Dapat

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    21/58

    21

    diberikan dengan cara I V maupun IM. Rute IV lebih disukai karena

    dapat dikontrol lebih mudah dan waktu yang dibutuhkan untuk

    mencapai kadar terapetik lebih singkat. Sedangkan rute intramuskular

    cenderung nyeri dan kurang nyaman (Hutomo, 2008). Pemberian

    MgSO4 harus memenuhi syarat yaitu refleks patella normal, respirasi >

    16 kali per menit, produksi urin dalam 4 jam sebelumnya > 100 cc (0,5

    cc/kgBB/jam), siapkan ampul Kalsium Glukonat 10% dalam 10 cc.

    Selain itu dosis pemberian juga harus sesuai dengan protap : yaitu

    terdiri dari loading dose/initial dose injeksi 4gr (10ml) MgSO4 40% +

    10 ml akuades bolus iv dalam 15 menit dilanjutkan dengan

    maintenance dose injeksi 6gr (15ml) MgSO4 40%+500 ml RL drip 20

    tpm.

    c) Pemberian diuretikumTidak diberikan secara rutin, kecuali bila ada edema paru, payah

    jantung kongestif atau anasarka. Diuretikum yang digunakan adalah

    Furosemida. Namun pemberian diuretikum dapat merugikan, yaitu

    memperberat hipovolemia, memperburuk perfusi utero-plasenta,

    meningkatkan hemokonsentrasi, menimbulkan dehidrasi pada janin,

    dan menurunkan berat janin (Wiknjosastro, 2009).

    d) Pemberian antihipertensiAntihipertensi digunakan bila tekanan diastolik > 110 mmHg,

    untuk mempertahankan tekanan diastolik pada kisaran 90-110 mmHg

    (Hutomo, 2008). Tekanan darah diturunkan secara bertahap, yaitu

    penurunan awal 25% dari tekanan sistolik (Wiknjosastro, 2009). Bila

    tekanan darah diturunkan terlalu cepat akan berbahaya karena akan

    menyebabkan hipoperfusi uteroplasenta (Hutomo, 2008).

    Antihipertensi yang harus dihindari secara mutlak adalah

    diazokside, ketanserin, nimodipin, dan magnesium sulfat. Sedangkan

    antihipertensi lini pertama yang digunakan di Indonesia saat ini adalah

    Nifedipin, dengan dosis 10 - 20 mg per oral, diulangi setelah 30 menit,

    maksimum 120 mg dalam 24 jam (Wiknjosastro, 2009).

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    22/58

    22

    Antihipertensi lini kedua adalah Sodium nitroprusside dan

    Diazokside. Obat antihipertensi lini pertama yang digunakan di

    Amerika adalah hidralazin injeksi, di Indonesia tidak tersedia.

    Merupakan suatu vasodilator langsung pada arteriole yang

    menimbulkan refleks takikardia, peningkatan cardiac output, sehingga

    memperbaiki sirkulasi uteroplasenta

    e) Pemberian glukokortikoidPemberian glukokortikoid untuk pematangan paru janin tidak

    merugikan ibu. Diberikan pada kehamilan 3234 minggu, 2 x 24 jam.

    Obat ini juga diberikan pada sindrom HELLP.

    7. Sikap terhadap kehamilannyaBerdasarkan Williams Obstetrics (Cunningham, 2005), ditinjau dari umur

    kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama

    perawatan, maka sikap terhadap kehamilannya dibagi menjadi :

    a) Perawatan aktif (aggressive management)Berarti kehamilan segera diakhiri/diterminasi bersamaan dengan

    pemberian pengobatan medikamentosa. Cara mengakhiri kehamilan

    dilakukan berdasarkan keadaan obstetrik pada waktu itu, apakah sudah

    inpartu atau belum (Wiknjosastro, 2009). Tindakan terminasi sebaiknya

    dilakukan setelah keadaan ibu stabil dan apabila diperlukan dilakukan

    tindakan seksio sesarea (Karkata, 2007).

    Indikasi perawatan aktif ialah bila didapatkan satu/lebih keadaan

    di bawah ini :

    1) Ibu(a) Umur kehamilan > 37 minggu(b) Adanya tanda-tandaImpending Eclampsia(c) Kegagalan terapi konservatif : keadaan klinik dan

    laboratorik memburuk

    (d) Diduga terjadi solusio plasenta(e) Timbul onsetpersalinan, ketuban pecah, atau perdarahan

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    23/58

    23

    2) Janina) Adanya tanda-tandafetal distressb) Adanya tanda-tanda intra uterine growth restriction (IUGR)c) Terjadinya oligohidramnion

    3) Laboratorika) Adanya tanda-tanda Sindroma HELLP khususnya

    menurunnya trombosit dengan cepat

    b) Perawatan konservatif (ekspektatif)Indikasi perawatan konservatif adalah bila kehamilan < 37 minggu

    tanpa disertai tanda-tanda impending eclampsia dengan keadaan janin

    baiK.

    c. EklampsiaJika terjadi tanda-tanda preeklampsia yang lebih berat dan disertai dengan

    adanya kejang, maka dapat digolongkan ke dalam eklampsia.

    K. PenatalaksanaanTujuan penatalaksanaan preeklampsia dan eklampsia adalah melahirkan

    bayi yang cukup bulan dan dapat hidup di luar, disamping juga mencegah

    komplikasi yang dapat terjadi dengan ibu. Tujuan lainnya adalah mencegah

    terjadinya kejang/eklampsia yang akan memperburuk keadaan ibu hamil.

    Morbiditas dan mortalitas penderita preeklampsia sangat ditentukan umur

    kehamilan saat ditemukan, beratnya penyakit, kualitas penanganan dan adanya

    penyakit penyerta lainnya. Preeklampsia ringan yang ditemukan pada kehamilan >

    36 minggu biasanya tidak bermasalah dan prognosenya baik, sebaliknya

    preeklampsia berat yang ditemukan pada kehamilan < 34 minggu akan

    meningkatkan morbiditas dan mortalitas ibu, apalagi jika dijumpai penyakit

    penyerta lainnya (Roeshadi, 2007).

    Berikut ini adalah Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi dalam

    penanganan kasus hipertensi dalam kehamilan, preeklampsia, dan preeklampsia

    berat (POGI, 2006):

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    24/58

    24

    a. Hipertensi dalam kehamilan1. Pemeliharaan kehamilan sesuai dengan kehamilan normal, kecuali

    pemberian obat antihipertensi seperti pemberian calcium chanel blocker

    2. Monitor proteinuria3. Persalinan dan kelahiran sesuai indikasi obstetrik kecuali terjadi krisis

    hipertensi

    4. Prognosis pada umumnya baikb.Preeklampsia ringan

    1. Pemeliharaan kehamilan sesuai kehamilan normal2. Banyak istirahat/tirah baring3. Monitor proteinuria4. Persalinan dan kelahiran diupayakan pada 37 minggu penuh5. Prognosis pada umumnya baik

    c. Preeklampsia berat1. Rawat rumah sakit2. Periksa laboratorium sesuai kemampuan rumah sakit3. Berikan MgSO44. Berikan obat anti hipertensi, nifedipin sebagai obat terpilih5. Terminasi kehamilan adalah : terapi definitif, variasi usia gestasi pada saat

    pengakhiran kehamilan bergantung dari kemampuan masing-masing rumah

    sakit

    6. Prognosis sangat bervariasi tergantung kondisi pasien

    Penyulit Preeklampsia

    a. Penyulit ibu1. Sistem saraf pusat : perdarahan intrakranial, trombosis vena sentral,

    hipertensi ensefalopati, edema serebri, edema retina, retina detachment.

    2. Gastrointestinal-hepatik : subkapsular hematoma hepar, ruptur kapsulhepar.

    3. Ginjal : gagal ginjal akut, nekrosis tubular akut.4. Hematologik : DIC, trombositopenia dan hematoma luka operasi.

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    25/58

    25

    5. Kardiopulmonar : edema paru kardiogenik atau nonkardiogenik, depresipernapasan, kardiakarrest, iskemia miokardium.

    6. Lain-lain : asites, edema laring, hipertensi yang tidak terkendalikanb.Penyulit janin

    1.Intrauterine fetal growth restriction2. Solusio plasenta3. Prematuritas4. Sindroma distress napas5. Kematian janin intrauterin6.Necrotizing enterocolitis7. Sepsis8. Cerebral palsy

    Pencegahan Preeklampsia

    Yang dimaksud pencegahan ialah upaya untuk mencegah terjadinya

    preeklampsia pada perempuan hamil yang mempunyai resiko terjadinya

    preeklampsia. Preeklampsia adalah suatu sindroma dari proses implantasi

    sehingga tidak secara keseluruhan dapat dicegah (Wiknjosastro, 2009).

    Pencegahan dapat dilakukan dengan nonmedikal dan medikal:

    a. Pencegahan dengan nonmedikalPencegahan nonmedikal adalah dengan tidak memberikan obat. Cara yang

    paling sederhana ialah melakukan tirah baring. Selain itu dapat pula melakukan

    restriksi garam (Wiknjosastro, 2009), walaupun tidak terbukti dapat mencegah

    terjadinya preeklampsia. Pencegahan lainnya adalah berupa manipulasi diet

    seperti pemberian suplemen yang mengandung minyak ikan yang kaya dengan

    asam lemak tidak jenuh dan antioksidan

    b.Pencegahan dengan medikalPencegahan secara farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian obat,

    baik anti hipertensi maupun diuretik walaupun hingga saat ini belum ada bukti

    yang kuat dan sahih tentang hasil dari pemberian tersebut. Untuk pemberian

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    26/58

    26

    diuretik tidak terbukti mencegah terjadinya preeklampsia bahkan memperberat

    keadaan hipovolemia

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    27/58

    27

    BAB III

    KASUS

    Identitas Pasien

    Nama : Ny. R

    Umur : 32 tahun

    Agama : Islam

    Alamat : Asrama Arhanud 6, Tanjung Priuk, Jakarta Utara

    Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

    Pendidikan : SMA

    Tanggal masuk RS : 03 September 2013 pkl. 11.40 WIB

    No. Rekam Medik : 288288

    Anamnesis

    Keluhan Utama

    Rujukan poliklinik fetomaternal RSPAD Gatot Soebroto dengan tekanan darah tinggi

    (190/100 mmHg)

    Riwayat Kehamilan Sekarang

    Pasien G2P1A0 gemeli hamil 32 minggu, HPHT 9 Januari 2013, TP 16 Oktober 2013,

    tekanan darah tinggi sejak 16 minggu umur kehamilan. Pasien melakukan ANC teratur setiap

    bulan di poliklinik fetomaternal RSPAD Gatot Soebroto. Keluhan mulas - mulas (-), keluar

    lendir darah (-), keluar air-air (-), Gerak janin aktif (+). Pasien menyangkal adanya pusing,

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    28/58

    28

    pandangan kabur, mual muntah, demam, maupun nyeri ulu hati. Riwayat keputihan (-). Riwayat

    gigi berlubang (-). Riwayat HT sebelum hamil atau sebelum usia kehamilan 20 minggu

    disangkal. Ada riwayat keturunan hamil kembar.

    Riwayat Penyakit Dahulu

    Hipertensi, DM, penyakit paru, penyakit jantung, alergi obat dan makanan disangkal

    Riwayat Penyakit Keluarga

    Hipertensi, DM, penyakit paru, penyakit jantung, alergi obat dan makanan disangkal

    Riwayat Menstruasi

    Menarche usia 16 tahun, siklus teratur 28 hari, lama menstruasi 7 hari, ganti pembalut 4x/hari,

    nyeri haid (-).

    Riwayat KB

    Pemakaian KB suntik semenjak kelahiran anak pertama, kemudian berhenti selama 5 bulan

    sebelum kehamilan anak kedua.

    Riwayat Pernikahan

    Menikah 1x (27 September 2005)

    Riwayat Obstetri

    G2P1A0 :

    1. Perempuan, 6 thn, 3300 gram, lahir SC a/i KPD 24 jam

    2. Hamil saat ini.

    Pemeriksaan Fisik

    Status Generalis

    Keadaan Umum : Baik, Compos MentisTanda vital : TD 190/100 mmHg, Nadi 86 x/menit, Suhu 36,7

    oC, Pernapasan

    22x/menit

    Mata : konjungtiva tidak pucat, sklera tidak ikterik

    Jantung : BJ I-II normal, Murmur (-), Gallop (-)

    Paru : BN veskuler, Rh -/-, Wh -/-

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    29/58

    29

    Abdomen : lebih besar dari usia kehamilan

    Ekstremitas : akral hangat, perfusi perifer cukup, edema +/+

    Status Obstetrik / Ginekologi

    Palpasi

    LI: TFU 38 cm, pada fundus teraba 2 bagian yang lunak, tidak melenting dan kurang

    bundar yang berarti bokong.

    LII: Pada perut bagian kiri dan kanan teraba lebar dan memberikan rintangan yang besar

    berarti punggung .

    LIII: Bagian terendah janin teraba 2 bagian besar, bulat, dan keras yang berarti kepala.

    LIV: Kepala janin belum masuk PAP.

    Auskultasi

    DJJ bayi 1: 145 dpm, bayi 2: 138 dpm teratur, kualitas kuat

    Inpekulo

    Vulva - uretra tenang, perdarahan (-), portio livid, Fluor (-), Fluksus (-)

    VT : Portio kenyal, belum ada, Ketuban (+),

    Pemeriksaan penunjang

    Laboratorium

    (03 September 2013)

    Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujukan

    Hb 12,0 12-16 g/dl

    Ht 33 37-47 %

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    30/58

    30

    Eritrosit 4,0 4,3-6,0 jula/l

    Leukosit 13700 4800-10800 /l

    Trombosit 285000 150000-400000 /l

    MCV 83 80-96 fl

    MCH 30 27-32 pg

    MCHC 37 32-36 g/dl

    SGOT 22 < 35 u/l

    SGPT 15 < 40 u/l

    Albumin 3,1 3,5-5,0 g/dl

    Ureum 29 20-50 mg/dl

    Kreatinin 1,6 0,5-1,5 mg/dl

    GDS 84 < 140 mg/dl

    Na 143 135-147 mmol/l

    K 4,0 3,5-5,0 mmol/l

    Cl 107 95-105 mmol/l

    Urinalisis

    pH 6,0 4,6-8,0

    Berat jenis 1015 1010-1030

    Protein ++ Negatif

    Glukosa Negatif Negatif

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    31/58

    31

    Bilirubin Negatif Negatif

    Nitrit Negatif Negatif

    Kelon Negatif Negatif

    Urobilinogen Negatif Negatif-positif 1

    Eritrosit 2-2-2 < 2 LPB

    Leukosit 7-6-7 < 5 LPB

    Silinder Negatif Negatif

    Faal hemostasis

    PT 10,2 9,8-12,5 detik

    APTT 32,3 27-39 detik

    CTG

    Bayi 1

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    32/58

    32

    Frekuensi dasar 140 dpm; variabilitas 5-20 dpm; akselerasi (+); deselerasi (-); pola disfungsi

    SSP tidak ada; gerak janin > 10x dalam 10 menit; His (-)

    Diagnosa : kategori 1

    Bayi 2

    Frekuensi dasar 145 dpm; variabilitas 5-20 dpm; akselerasi (+); deselerasi (-); pola disfungsi

    SSP tidak ada; gerak janin > 10x dalam 10 menit; His (-)

    Diagnosa : kategori 1

    USG

    Bayi 1 Pengukuran USG Bayi 2

    75 BPD 77

    251 HC 282

    236 AC 254

    56 FL 59

    1326 TBJ 1579

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    33/58

    33

    Hasil pemeriksaan USG

    Janin : gemeli presentasi kepala-kepala .

    Plasenta : korpus depan

    Amnion : ICA cukup, sekat (+)

    Jantung : janin 1: 149 dpm, janin 2: 144 dpm

    Anomali : kelainan kongenital sulit dievaluasi

    Doppler : tidak dilakukan

    Aktivitas : baik

    Penilaian : Janin gemeli presentasi kepala-kepala biometri umur kehamilan 32-33 minggu

    Diagnosis kerja

    Ibu

    G2P1A0 Hamil 34 minggu (HPHT) dengan HDK dd PEB,

    Janin

    Janin gemeli kepala kepala hidup keduanya

    Penatalaksanaan

    Rencana Diagnostik

    - Observasi Tanda vital, His, DJJ / jam- Observasi perburukan PEB

    Rencana Terapi

    - Tatalaksana PEB MgSO4 4 gram bolus dilanjutkan 1gr/jam I.VNifedipin 4 x 10 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru dexametason 2 x 6 mg I.V (2 hari)

    NAC 3 x 600 mg P.O

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    34/58

    34

    Vit. C 2 x 400 mg P.O

    Elevasi kepala 300

    Follow up

    TANGGAL PERJALANAN PENYAKIT INSTRUKSI

    03/09/13

    14.30

    S : Mules (-), lendir darah (-), air-air (-), pusing (-),

    pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), gerak janin

    (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 140/100 mmHg N

    90 x/m RR 18 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 145 dpm,

    bayi 2 : 140 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan HDK

    dd PEB, Janin gemeli kepala kepala hidup

    keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    Nifedipin 4 x 10 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru

    dexametason 2 x 6 mg I.V (2

    hari)

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    16.30 S : Mules (-), lendir darah (-), air-air (-), pusing (-),

    pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), gerak janin

    (+)

    O : Ku/kes : baik/CM TTV : TD 160/100 mmHg,

    N 90 x/m, RR 18 x/m, S 36.5C, TFU : 38 cm, DJJ

    bayi 1: 145 dpm, bayi 2 : 140 dpm

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru

    dexametason 2 x 6 mg I.V (2

    hari)

    NAC 3 x 600 mg P.O

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    35/58

    35

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    20.30 S : tidak ada keluhan, kontraksi (-), gerak janin (+)O : Ku/kes : baik/CM TTV : TD 150/100 mmHg,

    N 90 x/m, RR 18 x/m, S 36.5C, TFU : 38 cm, DJJ

    bayi 1: 148 dpm, bayi 2 : 152 dpm

    04/09/2013

    07.00

    S : Mules (-), lendir darah (-), air-air (-), pusing (-),

    pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), gerak janin

    (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 180/100 mmHg N

    90 x/m RR 18 x/m S 36.5CSt. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 142 dpm,

    bayi 2 : 150 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru

    dexametason 2 x 6 mg I.V (2

    hari)

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    09.00 S : Mules (-), lendir darah (-), air-air (-), pusing

    (+), pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), gerak

    janin (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 140/100 mmHg N

    90 x/m RR 18 x/m S 36.5CSt. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 130 dpm,

    bayi 2 : 135 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    CTG bayi 1: kategori 1, bayi 2: kategori 2

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru

    dexametason 2 x 6 mg I.V (2

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    36/58

    36

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    hari)

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    Konsul IPD, mata,

    kardiologi.

    14.00 S : Mules (-), lendir darah (-), air-air (-), pusing

    (+), pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), gerak

    janin (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 140/100 mmHg N

    90 x/m RR 18 x/m S 36.5CSt. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 140 dpm,

    bayi 2 : 150 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru

    dexametason 2 x 6 mg I.V (2

    hari)

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    18.00 S : Mules (-), lendir darah (-), air-air (-), pusing

    (+), pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), gerak

    janin (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 140/100 mmHg N

    80 x/m RR 18 x/m S 36CSt. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 142 dpm,

    bayi 2 : 150 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru

    dexametason 2 x 6 mg I.V (2

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    37/58

    37

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    hari)

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    21.00 S : Mules (-), lendir darah (-), air-air (-), pusing (-),

    pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), gerak janin

    (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 160/100 mmHg N

    90 x/m RR 18 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 138 dpm,

    bayi 2 : 140 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru

    dexametason 2 x 6 mg I.V (2

    hari)

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    05/09/2013

    07.00

    S : Mules (-), lendir darah (-), air-air (-), pusing (-),

    pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), gerak janin

    (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 150/90 mmHg N

    90 x/m RR 18 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 143 dpm,

    bayi 2 : 138 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    38/58

    38

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    05/09/2013

    13.00

    S : Mules (-), lendir darah (-), air-air (-), pusing (-),

    pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), gerak janin

    (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 190/110 mmHg N

    86 x/m RR 20 x/m S 36C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 143 dpm,

    bayi 2 : 138 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    06/09/2013

    07.00

    S : Pasien mengeluh lelah, gerak janin (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 190/100 mmHg N

    90 x/m RR 18 x/m S 36.3C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 145 dpm,

    bayi 2 : 150 dpm

    Urinalisis

    pH 6,0 4,6-8,0

    Berat jenis 1015 1010-1030

    Protein ++ Negatif

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    39/58

    39

    Glukosa Negatif Negatif

    Bilirubin Negatif Negatif

    Nitrit Negatif Negatif

    Kelon Negatif Negatif

    Urobilinogen Negatif Negatif-positif

    1

    Eritrosit 2-3-2 < 2 LPB

    Leukosit 6-6-6 < 5 LPB

    Silinder Negatif Negatif/LPK

    Kristal Negatif Negatif

    Epitel Positif 1 Negatif

    Lain-lain Bakteri

    +/positif +

    Negatif

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    06/09/2013

    19.15

    S : keluhan tidak ada, gerak janin (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 140/90 mmHg N

    82 x/m RR 18 x/m S 36C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 145 dpm,

    bayi 2 : 150 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    40/58

    40

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    21.00 S : keluhan tidak ada

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 150/90 mmHg N

    90 x/m RR 18 x/m S 36.3C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 148 dpm,

    bayi 2 : 150 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    07/09/2013

    06.00

    S : tidak ada keluhan

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 190/120 mmHg N

    80 x/m RR 20 x/m S 36.7C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 148 dpm,

    bayi 2 : 135 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    41/58

    41

    Pemeriksaan Hasil Nilai

    rujukan

    Urinalisis

    protein

    Positif 2 Negatif

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Kaptopril 2 x 0,15 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    13.00 S : tidak ada keluhan, gerak janin aktif

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 190/110 mmHg N

    82 x/m RR 22 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 146 dpm,

    bayi 2 : 150 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Kaptopril 2 x 0,15 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    16.00 S : tidak ada keluhan, gerak janin aktif, kontraksi(-)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 150/110 mmHg N

    82 x/m RR 22 x/m S 36C

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    42/58

    42

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 137 dpm,

    bayi 2 : 143 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Kaptopril 2 x 0,15 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    21.00 S : mules (-), gerak janin aktif

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 160/110 mmHg N

    84 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 146 dpm,

    bayi 2 : 150 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Kaptopril 2 x 0,15 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    43/58

    43

    Elevasi kepala 30

    08/09/2013

    06.00

    S : tidak pusing dan mual muntah, tidak perdarahan

    dan kontraksi, gerak janin (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 150/100 mmHg N

    80 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 135 dpm,

    bayi 2 : 145 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    Urinalisis

    pH 6,5 4,6-8,0

    Berat jenis 1015 1010-1030

    Protein +++ Negatif

    Glukosa Negatif Negatif

    Bilirubin Negatif Negatif

    Nitrit Negatif Negatif

    Kelon Negatif Negatif

    Urobilinogen Negatif Negatif-positif

    1

    Eritrosit 2-3-2 < 2 LPB

    Leukosit 5-6-5 < 5 LPB

    Silinder Negatif Negatif/LPK

    Kristal Negatif Negatif

    Epitel Positif 1 Negatif

    Lain-lain Bakteri

    +/positif +

    Negatif

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEBMgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Kaptopril 2 x 0,15 mg P.O

    Pematangan paru sudahselesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    Rencana terminasi kehamilan

    dengan SC

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    44/58

    44

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    10.00 Diskusi dengan Dr. Ichnandy SpOG, terminasi

    pasien dengan G2P1A0 hamil 30 minggu

    PEB superimposed BSC 1x post pematangan

    paru & MgSO4 TBJ bayi 1 1500gr bayi 2

    1300gr

    Prinsip setuju terminasi pada

    PEB post pematangan paru h

    30 minggu diskusikan

    dengan Dr. Judi SpOG (FM)

    ttg perumbuhkembangan

    perinatologi.

    11.00 S : mules (-), gerak janin aktif

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 150/100 mmHg N84 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 135 dpm,

    bayi 2 : 145 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Kaptopril 2 x 0,15 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    12.05 Diskusi Dr. Judi SpOG,pasien dengan G2P1A0

    hamil 30 minggu PEB superimposed BSC 1x

    post pematangan paru & MgSO4 TBJ bayi 1

    1500gr bayi 2 1300gr terminasi jika TD

    Bila sewaktu-waktu TD tidak

    terkendali SC cito dgn

    mengundang Dr. Ichnandy

    SpOG dan SpA.

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    45/58

    45

    tidak terkendali. Konsultasikan juga dengan

    perinatologi untuk back up

    NICU

    18.00 S : Keluhan tidak ada

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 180/110 mmHg N

    90 x/m RR 20 x/m S 36C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 140 dpm,

    bayi 2 : 146 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Kaptopril 2 x 0,15 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    20.30 S : mules (-), gerak janin aktif

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 170/110 mmHg N

    84 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 138 dpm,

    bayi 2 : 146 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Kaptopril 2 x 0,15 mg P.O

    Pematangan paru sudah

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    46/58

    46

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    21.15 S : mules (-), gerak janin aktif

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 160/100 mmHg N

    84 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 38 cm, DJJ bayi 1: 140 dpm,bayi 2 : 131 dpm

    I : v/u tenang, tidak ada perdarahan

    A : G2P1A0 Hamil 34 minggu dengan PEB

    superimposed TD fluktuatif, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    MgSO4 4 gram bolus

    dilanjutkan 1gr/jam I.V

    selesai

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Kaptopril 2 x 0,15 mg P.O

    Pematangan paru sudah

    selesai

    Batasi cairan seimbang

    1800cc

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    Persiapan SC esok hari,

    pasien dipuasakan

    09/09/2013

    11.00

    S : Mules (-), lendir darah (-), air-air (-), pusing (-),

    pandangan kabur (-), nyeri ulu hati (-), gerak janin

    (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 200/120 mmHg N

    84 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

    Observasi perburukan PEB

    Puasa diteruskan

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    47/58

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    48/58

    48

    Leukosit 8-10-8 < 5/LPB

    Analisa gas

    darah

    Hasil Nilai rujukan

    pH 7,386 7,37-7,45

    pCO2 20,6 33-44 mmHg

    pO2 177,0 71-104 mmHg

    Bikarbonat

    HCO3

    12,5 22-29 mmol/l

    Kelebihan

    basa (BE)

    -10,6 (-2)-3 mmol/l

    Saturasi O2 99,1 94-98 %

    11.20

    11.35

    11.50

    12.05

    12.20

    12.30

    12.33

    12.35

    12.50

    13.00

    Perdipine drips mulai 1,8 cc dipasang

    TD 220/130 mmHg perdipine drips 3,6 cc

    TD 220/130 mmHg perdipine drips 5,4 cc

    TD 220/130 mmHg perdipine drips 7,2 cc

    TD 220/120 mmHg perdipine drips 9,0 cc

    TD 220/130 mmHg perdipine drips 10,8 cc

    TD 220/130 mmHg perdipine drips 18,0 cc

    TD 200/110 mmHg perdipine drips 27,0 cc

    Profenid supp 1 per rectal

    TD 200/110 mmHg perdipine drips 30,6 cc,

    nifedipine 10mg, metildopa 250 P.O, Adalat oros

    P.O

    TD 200/100 mmHg pasien diantar ke OK central

    17.05 S : sesak (-), mual (-)

    O :Ku/kes : sakit berat/CM TTV : TD 160/90

    Observasi Tanda vital, His,

    DJJ / jam

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    49/58

    49

    mmHg N 80 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    A : Post SC a/i G2P1A0 Hamil 34 minggu

    dengan PEB superimposed TD fluktuatif

    G2P1A0 Hamil 34 minggu, Janin gemeli

    kepala kepala hidup keduanya PJT

    Diet mulai makan bertahap

    IVFD RL + pitocin 20

    unit/24jam

    Fentanyl 200mg + 50mg

    Ceftriaxon 1 x 2gr I.V

    OMZ 1 x 40 mg I.V

    Vit C 1 x 400 mg I.V

    NB5000 1 x 1 amp

    10/09/2013 S : pusing/nyeri kepala (-), pandangan kabur (-),

    nyeri ulu hati (-), mual-muntah (-), nyeri luka

    operasi (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 150/90 mmHg N

    90 x/m RR 20 x/m S 36.8C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 3 cm di bawah pusat, kontraksi

    baik

    I : v/u tenang, perdarahan aktif (-)

    A : perawatan hari ke-1 pada P2 post SC a/i

    PEB, gemeli, BSC 1x dengan PEB TD

    terkontrol, hipoalbuminemia.

    Pemeriksaan

    hematologi

    Hasil Nilai rujukan

    Hb 10,8 12-16 g/dl

    Ht 31 37-47 %

    Eritrosit 3,6 4,3-6,0 juta/l

    Leukosit 24500 4800-10800 l

    Observasi Tanda vital,

    kontraksi, dan perdarahan

    Observasi perburukan PEB

    Batasi cairan seimbang

    2000cc/24 jam

    IVFD line 1 KaenMg 20

    tts/mnt, line 2 Ringerfudin

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    Diet TKTP, mobilisasi

    bertahap, GV hari ke-3,

    hygene v/u.

    Cefadroxil 2 x 500 mg P.O

    Asam mefenamat 3 x 500 mg

    P.O

    Sangobiad 1 x 1 tab P.O

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 250 mg P.O

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    50/58

    50

    16.00

    21.00

    PT 11,0 9,8-12,6 detik

    APTT 33,1 27-39 detik

    Albumin 2,7 3,5-5,0 g/dl

    Ureum 58 20-50 mg/dl

    Kreatinin 2,2 0,5-1,5 mg/dl

    Magnesium 3,46 1,8-3,0 mEq/l

    Klorida 108 95-105 mmol/l

    Analisa gas

    darah

    Hasil Nilai rujukan

    pH 7,355 7,37-7,45

    pCO2 26,2 33-44 mmHg

    pO2 84,6 71-104 mmHg

    Bikarbonat

    HCO3

    14,8 22-29 mmol/l

    Kelebihan

    basa (BE)

    -8,8 (-2)-3 mmol/l

    Saturasi O2 95,9 94-98 %

    TD 180/100 mmHg, PEB TD belum terkontrol

    TD 190/90 mmHG

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Rencanakan konsul IPD

    11/09/2013 S : pusing/nyeri kepala (-), pandangan kabur (-), Observasi Tanda vital,

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    51/58

    51

    nyeri ulu hati (-), mual-muntah (-), nyeri luka

    operasi (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 160/100 mmHg N

    80 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 3 cm di bawah pusat, kontraksi

    baik

    I : v/u tenang, perdarahan aktif (-)

    A : perawatan hari ke-2 pada P2 post SC a/i

    PEB, gemeli, BSC 1x dengan PEB TD belum

    terkontrol, hipoalbuminemia.

    kontraksi, dan perdarahan

    Observasi perburukan PEB

    Batasi cairan seimbang

    2000cc/24 jam

    IVFD line 1 KaenMg 20

    tts/mnt, line 2 Ringerfudin

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    Diet TKTP, mobilisasi

    bertahap, GV hari ke-3,

    hygene v/u.

    Cefadroxil 2 x 500 mg P.O

    Asam mefenamat 3 x 500 mg

    P.O

    Sangobiad 1 x 1 tab P.O

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Konsul IPD : valsartan 1 x 80

    mg P.O

    12/09/2013 S : pusing/nyeri kepala (-), pandangan kabur (-),

    nyeri ulu hati (-), mual-muntah (-), nyeri luka

    operasi (+)

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 180/100 mmHg N

    80 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 3 cm di bawah pusat, kontraksi

    baik

    I : v/u tenang, perdarahan aktif (-)

    A : perawatan hari ke-2 pada P2 post SC a/i

    Observasi Tanda vital,

    kontraksi, dan perdarahan

    Observasi perburukan PEB

    Batasi cairan seimbang

    1800cc/24 jam

    IVFD line 1 KaenMg 20

    tts/mnt, line 2 Ringerfudin

    habis stop

    NAC 3 x 600 mg P.O

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    52/58

    52

    PEB, gemeli, BSC 1x dengan PEB TD belum

    terkontrol, hipoalbuminemia.

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    Diet TKTP, mobilisasi

    bertahap, GV hari ke-3,hygene v/u.

    Cefadroxil 2 x 500 mg P.O

    Asam mefenamat 3 x 500 mg

    P.O

    Sangobiad 1 x 1 tab P.O

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Valsartan 1 x 80 mg P.O

    13/09/2013 S : nyeri luka operasi (+), sudah dapat mobilisasi

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 180/100 mmHg N

    80 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 3 cm di bawah pusat, kontraksi

    baikI : v/u tenang, perdarahan aktif (-)

    A : perawatan hari ke-3 pada P2 post SC a/i

    PEB, gemeli, BSC 1x dengan PEB TD belum

    terkontrol, hipoalbuminemia.

    Observasi Tanda vital,

    kontraksi, dan perdarahan

    Observasi perburukan PEB

    Batasi cairan seimbang

    1800cc/24 jam

    IVFD line 1 KaenMg 20

    tts/mnt.

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    Diet TKTP, mobilisasi

    bertahap, GV hari ke-3,

    hygene v/u.

    Cefadroxil 2 x 500 mg P.O

    Asam mefenamat 3 x 500 mg

    P.O

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    53/58

    53

    Sangobiad 1 x 1 tab P.O

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Valsartan 1 x 80 mg P.O

    14/09/2013 S : nyeri luka operasi (+), sudah dapat mobilisasi

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 160/100 mmHg N

    80 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 3 cm di bawah pusat, kontraksi

    baik

    I : v/u tenang, perdarahan aktif (-)

    A : perawatan hari ke-4 pada P2 post SC a/i

    PEB, gemeli, BSC 1x dengan PEB TD belum

    terkontrol, hipoalbuminemia.

    Observasi Tanda vital,

    kontraksi, dan perdarahan

    Observasi perburukan PEB

    Batasi cairan seimbang

    1800cc/24 jam

    IVFD line 1 KaenMg 20

    tts/mnt

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    Diet TKTP, mobilisasi

    bertahap, hygene v/u.

    Cefadroxil 2 x 500 mg P.O

    Asam mefenamat 3 x 500 mg

    P.O

    Sangobiad 1 x 1 tab P.O

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Valsartan 1 x 80 mg P.O

    15/09/2013 S : nyeri luka operasi (+), sudah dapat mobilisasi

    O :Ku/kes : baik/CM TTV : TD 150/90 mmHg N

    80 x/m RR 20 x/m S 36.5C

    St. generalis : dalam batas normal

    St. obstetri : TFU : 3 cm di bawah pusat, kontraksi

    Observasi Tanda vital,

    kontraksi, dan perdarahan

    Observasi perburukan PEB

    Batasi cairan seimbang

    1800cc/24 jam

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    54/58

    54

    baik

    I : v/u tenang, perdarahan aktif (-)

    A : perawatan hari ke-5 pada P2 post SC a/i

    PEB, gemeli, BSC 1x dengan PEB TD

    terkontrol, hipoalbuminemia.

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg I.V

    Elevasi kepala 300

    Diet TKTP, mobilisasi

    bertahap, hygene v/u.

    Cefadroxil 2 x 500 mg P.O

    Asam mefenamat 3 x 500 mg

    P.O

    Sangobiad 1 x 1 tab P.O

    Adalat oros 2 x 30 mg P.O

    Metildopa 3 x 500 mg P.O

    Valsartan 1 x 80 mg P.O

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    55/58

    55

    BAB IV

    ANALISA KASUS

    Pada kasus Ny. R, 32 tahun didapat diagnosa G2P1 Hamil 34 minggj + PEB, Janin

    Gemeli Hidup Presentasi Kepala Riwayat SC 1x kehamilan sebelumnya. Berdasarkan anamnesa,

    pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Hal-hal yang mendukung diagnosa PEB adalah

    sebagai berikut:

    Anamnesa:

    Pasien datang rujukan dari Poliklinik Fetomaternal RSPAD dengan tekanan darah tinggi 190/100

    mmHg. Pusing (-), mual muntah (-), nyeri ulu hati (-), pandangan kabur (-). Riwayat HT sebelum

    hamil atau sebelum usia kehamilan 20 minggu disangkal.

    Pemeri ksaan f isik & pemeri ksaan penunjang:

    - TD 190/100 mmHg- Proteinuria +2

    Penatalaksanaan

    Rencana Diagnostik

    - Observasi Tanda vital, His, DJJ / jam- Observasi perburukan PEB

    Rencana Terapi

    - Tatalaksana PEB MgSO4 4 gram bolus dilanjutkan 1gr/jam I.VNifedipin 4 x 10 mg P.OMetildopa 3 x 500 mg P.O

    Pematangan paru dexametason 2 x 6 mg I.V (2 hari)

    NAC 3 x 600 mg P.O

    Vit. C 2 x 400 mg P.O

    Elevasi kepala 300

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    56/58

    56

    Pemberian MgSO4 bertujuan untuk mencegah terjadinya kejang atau berlanjut menjadi

    eklamsia. Pemberian pertama loading dose yaitu 4 gr MgSO4 40% dalam 10 cc. MgSO4 yang

    tersedia adalah Sediaan MgSO4 40% dalam 25 cc = 10 gram 1 gram = 2,5 cc. Maka 4 gr

    MgSO4 40% = 10 cc, diencerkan hingga 20cc diberikan iv perlahan dalam 15 menit.

    Kemudian dilanjutan dosis maintenace 1gr/jam dalam 24 jam.

    Antihipertensi yang diberikan adalah nifedipine 4 x 10 mg per oral, tidak diberikan

    sublingual karena karena absorbsi yang terbaik adalah melalui saluran pencernaan makan.

    Pemberian NAC dan Vitamin C adalah sebagai antioksidan dan anti radikal bebas

    untuk mencegah kerusakan yang berlebihan akibat radikal bebas berbahaya akibat efek

    dari stres oksidatif pada preeklampsia.

    Pada pasien ini juga dilakukan elevasi kepala dan pemberian cairan yang cukup.

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    57/58

    57

    BAB V

    KESIMPULAN

    1. Kehamilan risiko tinggi adalah ibu hamil yang mempunyai resiko atau bahaya dankomplikasi yang lebih besar pada kehamilan / persalinannnya baik terhadap ibu maupun

    terhadap janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan ataupun nifas

    dibandingkan dengan ibu hamil dengan kehamilan / persalinan normal. Kehamilan risiko

    tinggi juga merupakan keadaan yang dapat mempengaruhi optimalisasi ibu maupun janin

    pada kehamilan yang dihadapi.

    2. Berdasarkan hasil penelitian terbaru, preeklampsia menempati posisi sebagai penyebabtersering kematian maternal, khususnya di Indonesia. Preeklampsia ditandai dengan

    peningkatan tekanan darah yang biasanya terjadi pada trimester ke-III dan proteinuria serta

    edema (anasarka).

    3. Dapat disimpulkan bahwa usaha yang dapat dilakukan untuk pencegahan penyulit pada kehamilan danpersalinan adalah : asuhan antenatal yang baik dan bermutu bagi setiap wanita hamil,

    peningkatan pelayanan/jaringan pelayanan dan sistem rujukan kesehatan, peningkatan

    pelayanan gawat darurat sampai ke lini terdepan, peningkatan status wanita baik dalam

    pendidikan/gizi/masalah kesehatan wanita dan reproduksi dan peningkatan status sosial

    ekonominya, serta menurunkan tingkat fertilitas yang tinggi melalui program

    keluarga berencana.

  • 7/22/2019 PEB A.RYAN

    58/58

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Saifuddin Abdul Bari, Rachimhadhi, Wiknjosastro Gulardi. Ilmu Kebidanan SarwonoPrawirohardjo. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo;2011

    2. Depkes RI. 2009. Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta. Direktorat JenderalPembinaan Kesehatan Masyarakat

    3. Saifuddin Abdul Bari, Wiknjosastro Gulardi, Waspodo Djoko. Buku Acuan NasionalPelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

    Prawirohardjo; 2002

    4. Roeshadi RH. 2004. Gangguan Dan Penyulit Pada Masa Kehamilan. Avaliable in:http://repository.usu.ac.id/. Diakses pada tanggal 20 September 2013.

    5. Roeshadi RH. 2007. Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian IbuPada Penderita Preeklampsia dan Eklampsia. Indonesian Journal of Obstetrics and

    Gynecology: 31(3). pp.123-133

    6. Rozikhan. 2007. Faktor-Faktor Risiko Terjadinya Preeklampsia Berat Di Rumah SakitDr. H. Soewondo Kendal Semarang, Tesis, Program Studi Magister Epidemiologi,

    Universitas Diponegoro.

    7. Soekimin, Tambunan Gani W, Wibisono AH, Sufida. 2006. Gambaran HistopatologiPlasenta pada Kehamilan Normotensif dan Kehamilan dengan Klinis Preeklampsia.

    Majalah Kedokteran Nusantara : 39(1). pp. 42-47

    8. Wiknjosastro H, Saifuddin B, Rachimhadhi T. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : YayasanBina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. pp.530-561

    9. Cunningham, F.G et al. 2005. Breech Presentation and Delivery In: WilliamsObstetrics.22st edition. New York: Mc Graw Hill Medical Publising Division, 509-536.

    10.Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. 2006. Standar Pelayanan MedikObstetri dan Ginekologi. Jakarta: Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia.

    http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3563/1/obstetri-haryono.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3563/1/obstetri-haryono.pdfhttp://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3563/1/obstetri-haryono.pdf