pbl skenario ibu titipan
TRANSCRIPT
5/17/2018 PBL Skenario Ibu Titipan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-ibu-titipan 1/8
LI 1 Memahami dan menjelaskan ciri –ciri dokter muslim
1.Beriman dan Bertaqwa
2.Penyayang,Penghibur,Murah Senyum.
3.Sabar,Rendah Hati,Toleran
4.Tenang sekalipun dalam keadaan kritis
5.Peduli Terhadap Pasien
6.Memandang semua pasien sama
7.Pemberi Nasehat
8.Menjaga Kesehatan sendiri
9.Suci hatinya & dapat dipercaya
10.Berilmu Pengetahuan
LI 2 Memahami dan menjelaskan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) dan kaidah Dasar
Bioetik beneficience dan autonomi
LO 2.1. Memahami dan menejalaskan Etika Kedokteran
Etik berasal dari kata Yunani ethos, yang berarti akhlak, adat kebiasaan watak,
perasaan,sikap,yang baik,yang layak.
Etika kedokteran dibuat oleh IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
Tujuan Etika kedokteran adalah untuk menjadikan calon dokter lebih manusiawi
dengan memiliki kematangan intelektual dan emosional.
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwadarminta, 1953), etika adalah ilmu
pengetahuan tentang azas akhlak
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), etika adalah :
1. Ilmu tentang apa yang baik, apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral
2. Kumpulan atau seperangkat asa atau nilai yang berkenaan dengan akhlak
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat
Menurut Kamus Kedokteran(Ramali dan Pamuncak, 1987), etika adalah pengetahuan
tentang perilaku yang benar dalam suatu profesi.
Etik profesi kedokteran merupakan seperangkat perilaku para dokter dan dokter gigi
dalam hubungannya dengan pasien, keluarga, masyarakat, teman sejawat, dan mitra kerja.
LO 2.2. Memahami dan menjelaskan kaidah Dasar Bioetika beneficience dan autonomi
Kaidah dasar (prinsip) Etika / Bioetik adalah aksioma yang mempermudah penalaran
etik. empat kaidah dasar etika dalam praktik kedokteran, dengan prima facie sebagai judge;
penentu kaidah dasar mana yang dipilih ketika berada dalam konteks tertentu (‘ilat) yang
relevan.
a. Menghormati martabat manusia (respect for person/autonomy). Menghormati martabat
manusia. Pertama, setiap individu (pasien) harus diperlakukan sebagai manusia yang
memiliki otonomi (hak untuk menentukan nasib diri sendiri), dan kedua, setiap manusia
yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan.
Pandangan Kantotonomi kehendak = otonomi moral yakni adalah kebebasan bertindak,
memutuskan (memilih) dan menentukan diri sendiri sesuai dengan kesadaran terbaik bagi
dirinya yang ditentukan sendiri tanpa hambatan, paksaan atau campur-tangan pihak luar
5/17/2018 PBL Skenario Ibu Titipan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-ibu-titipan 2/8
(heteronomi), suatu motivasi dari dalam berdasar prinsip rasional atau self-legislation dari
manusia. Pandangan J. Stuart Millotonomi tindakan/pemikiran = otonomi individu, yakni
kemampuan melakukan pemikiran dan tindakan (merealisasikan keputusan dan
kemampuan melaksanakannya), hak penentuan diri dari sisi pandang pribadi.
b. Berbuat baik (beneficence). Selain menghormati martabat manusia, dokter juga harus
mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaan kesehatannya (patient
welfare).
General beneficence :
o melindungi & mempertahankan hak yang lain
o mencegah terjadi kerugian pada yang lain,
o menghilangkan kondisi penyebab kerugian pada yang lain,
Specific beneficence :
o menolong orang cacat,
o menyelamatkan orang dari bahaya.
c. Tidak berbuat yang merugikan (non-maleficence). Praktik Kedokteran haruslah memilih
pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno: first,
do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti.
d. Keadilan (justice).
Perbedaan kedudukan sosial, tingkat ekonomi, pandangan politik, agama dan faham
kepercayaan, kebangsaan dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan
jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada
pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter.
Memberi perlakuan sama untuk setiap orang (keadilan sebagai fairness) yakni : - Memberi sumbangan relatif sama terhadap kebahagiaan diukur dari kebutuhan mereka
(kesamaan sumbangan sesuai kebutuhan pasien yang memerlukan/membahagiakannya)
- Menuntut pengorbanan relatif sama, diukur dengan kemampuan mereka (kesamaan
beban sesuai dengan kemampuan pasien)
LO 2.3.Memahami dan menjelaskan Etika klinik
5/17/2018 PBL Skenario Ibu Titipan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-ibu-titipan 3/8
Praktik klinik berisi pendidikan berbasis komoetensi untuk klinik dan kedokteran
komunitas. In merupakan tahapan internship atau magang untuk mendapatkan sertifikat
praktik mandiri.
Setiap kasus di klinik, terutama yang menonjol apek etiknya dianjurkan pendekatan praktis
dalam mengambil keputusan menggunakan empat topic berikut:
1. Medical Indication
terkait prosedur diagnostik dan terapi yang sesuai … dari sisi etik kaidah yang digunakan
adalah beneficence dan nonmaleficence
2. Patient Preferrence
terkait nilai dan penilaian pasien tentang manfaat dan beban yang akan diterimanya …
cerminan kaidah otonomi
3. Quality of Life
aktualisasi salah satu tujuan kedokteran :memperbaiki, menjaga atau meningkatkan
kualitas hidup insani … terkait dengan beneficence, nonmaleficence & otonomi
4. Contextual Features
menyangkut aspek non medis yang mempengaruhi pembuatan keputusan, spt faktor
keluarga, ekonomi, budaya … kaidah terkait justice
LO 2.4. Memahami dan menjelaskan Hubungan Etik dengan Hukum
Hukum kesehatan menurut Anggaran Dasar Perhimpunan Hukum Kesehatab Indonesia
(PERHUKI) adalah semua ketentuan h ukum yang berhubungan langsung dengan
pemeliharaan pelayanan keseahatan dan penerepan hak dan kewajiban baik bagi
perseorangan maupun segenap lapisan masyrakat.
Hukum kesehatan mencakup komponen hokum bidang kesehatan yang bersinggungan
satu dengan yang lain yaitu Hukum Kedokteran/Kedokteran Gigi.
Persamaan Etik dan Hukum:
1. Alat pengatur tertibnya hidup bermasyarakat
2. Objeknya adalah tingkah laku manusia
3. Mengandung hak dan kewajiban anggota masyarakat
4. Menggugah kesadaran untuk bersikap manusiawi
5. Bersumber dari hasil pemikiran para pakar dan pengalaman para anggota senior
Perbedaan Etik dan Hukum :
1. Etik berlaku untuk profesi, Hukum berlaku untuk umum
2. Etik disusun berdasarkan kesepakatan anggota profesi, hokum disusun oleh badan
pemerintah3. Etik tidak seluruhnya tertulis, hokum tercantum secara terinci dalam undang undang dan
lembaran/berita Negara
4. Sanksi terhadap pelangggaran etik berupa tuntunan, sanksi terhadap pelanggaran hokum
berupa tuntutan
5. Penyelesaian pelanggaran Etik tidak selalu disertai bukti fisik, penyelesaian pelanggaran
hokum memerlukanbukti fisik.
5/17/2018 PBL Skenario Ibu Titipan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-ibu-titipan 4/8
Pelanggaran etikda kedokteran tidak selalu berarti pelanggaran hokum, begitu pula
sebaliknya. Pelanggaran etika kedokteran diproses melalui Majelis Kehormatan Disiplin
Kedokteran Indonesia (MKDKI) dan Majelis Kehirmatan Etika Kedokteran Indonesia (MKEK)
IDI, sedangkan pelanggaran hokum diselesaikan melalui pengadilan.
LI 3 Memahami dan menjelaskan Hubungan dokter dan pasien
LO 3.1. Memahami dan menjelaskan pola hubungan dokter-pasien
Pola dasar hubungan dokter dan pasien, terutama berdasarkan keadaan sosial budaya dan
penyakit pasien dapat dibedakan dalam tiga pola hubungan, yaitu:
1. Activity – passivity.
Pola hubungan orangtua-anak seperti ini merupakan pola klasik sejak profesi kedokteran mulai
mengenal kode etik, abad ke 5 S.M. Di sini dokter seolah-olah dapat sepenuhnya melaksanakan
ilmunya tanpa campur tangan pasien.
Biasanya hubungan ini berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya terancam, atau sedang
tidak sadar, atau menderita gangguan mental berat.
2. Guidance – Cooperation.
Pola ini ditemukan bila keadaan pasien tidak terlalu berat misalnya penyakit infeksi baru atau
penyakit akut lainnya. Meskipun sakit, pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta kemauan
sendiri. la berusaha mencari pertolongan pengobatan dan bersedia bekerjasama. Walau pun
dokter rnengetahui lebih banyak, ia tidak semata mata menjalankan kekuasaan, namun meng
harapkan kerjasama pasien yang diwujudkan dengan menuruti nasihat atau anjuran dokter.
3. Mutual participation.
Filosofi pola ini berdasarkan pemikiran bahwa setiap manusia memiliki martabat dan hak yang
sarna. Pola ini terjadi pada mereka yang ingin memelihara kesehatannya seperti medical check
up atau pada pasien penyakit kronis. Pasien secara sadar dan aktif berperan dalam pengobatan
terhadap dirinya. Hal ini tidak dapat diterapkan pada pasien dengan latar belakang pendidikan
dan sosial yang rendah, juga pada anak atau pasien dengan gangguan mental tertentu.
LO 3.2. Memahami dan menjelaskan jenis-jenis perjanjian kontrak terapeutik
Hubungan dokter dan pasien, secara hukum umumnya terjadi melalui suatu perjanjian atau
kontrak. Di mulai dengan tanya jawab (anarnnesis) antara dokter dan pasien, kemudian diikuti
dengan pemeriksaan fisik, akhirnya dokter rnenegakkan suatu diagnosis.
Dalam ilmu hukum dikenal dua jenis perjanji¬an, yaitu
1. resultaatsverbintenis, yang berdasarkan hasil kerja, artinya suatu perjanjian yang akan
memberikan resultaat atau hasil yang nyata sesuai dengan apa yang diperjanjikan.
2. inspanningsverbintenis, yang berdasar¬kan usaha yang maksimal (perjanjian upaya, artinya
kedua belah pihak berjanji atau sepakat untuk berdaya upaya secara maksimal untuk
mewujudkan apa yang diperjanjikan
Pada umumnya, secara hukum hubungan dok¬ter-pasien merupakan suatu hubungan ikhtiar
atau usaha maksimal. Dokter tidak menjanjikan kepastian kesembuhan, akan tetapi berikhtiar
se¬kuatnya agar pasien sembuh. Meskipun demikian, mungkin ada hubungan hasil kerja pada
5/17/2018 PBL Skenario Ibu Titipan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-ibu-titipan 5/8
keadaan-¬keadaan tertentu seperti pembuatan gigi palsu atau anggota badan palsu, oleh dokter
gigi atau ahli orthopedi.
Perbedaan antara kedua jenis perjanjian terse¬but secara yuridis terletak pada beban
pembukti¬annya. Pada inspanningsverbintenis, penggugat yang harus mengajukan bukti-bukti
bahwa ter¬dapat kelalaian pada pihak dokter atau rumah sakit sebagai tergugat. Sebaliknya
pada resulta¬atverbintenis, beban pembuktian terletak pada dokter.
Menurut Subekti suatu perjanjian adalah suatu peristiwa bahwa seseorang berjanji kepada
orang lain atau antara dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.
Untuk sahnya perjanjian terapetik, sebagaimana lazimnya ketentuan mengenai perjanjian, maka
harus dipenuhi syarat-syarat (unsur-unsur) yang ditentukan dalam Pasal 1320 K U H Perdata,
sebagai berikut:
1 . Kesepakatan dari pihak-pihak yang bersangkutan,
2, Kecakapan untuk membuat suatu perikat¬an,
3. mengenai Suatu hal tertentu, dan
4. Suatu sebab yang halal/diperbolehkan.
Dari keempat syarat tersebut, syarat 1 dan 2 merupakan syarat subyektif yang harus dipenuhi,yaitu para pihak harus sepakat, dan kesepakatan itu dilakukan oleh pihak-pihak yang cakap
untuk membuat suatu perjanjian (persyaratan dari subjek yang me¬lakukan kontrak medis),
sedangkan syarat 3 dan 4 adalah tentang objek kontrak medis tersebut. Apabila dilihat terutama
dari persyaratan subyektifnya, maka perjanjian medis mempunyai keunik¬an tersendiri yang
berbeda dengan perjanjian pada umumnya.
LO 3.3. Memahami dan menjelaskan hak dan kewajiban dokter
Hak Dokter
a. Melakukan praktik dokter setelah memperoleh Surat Izin Dokter (SID) dan Surat Izin Praktik
(SIP)b. Memperoleh informasinyang benar dan lengkap dari pasien/keluarga tengtang penyakitnya
c. Bekerja sesuai standar profesi
d. Menolak melaukan tindakan medic yang bertentangan dengan etika, hokum, agama dan
hati nuraninya
e. Mengakhiri hubungan dengan seorang pasien jika menurut penilaiannya kerja sama pasien
dengannya tidak berguna lagi, kecuali dalam keadaan gawat darurat
f. Menolak pasien yang bukan spesialisasinya, kecuali dalam keadaan darurat atatu tidak ada
dokter lain yang mampu menanganinya.
g. Hak atas kebebasan pribadi ( privacy ) dokter
h. Ketentraman bekerjai. Mengeluarkan surat-surat keterangan dokter
j. Menerima imbalan jasa
k. Menjadi anggota perhimpunan profesi
l. Hak membela diri
Kewajiban Dokter
5/17/2018 PBL Skenario Ibu Titipan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-ibu-titipan 6/8
Dalam undang undang No.29 tahun 2004 , dinyatakan bahwa kewajiban dokteratau dokter
gigi adalah :
a. Memberikan pelayanan medis sesuai standard profesi dan standar prosedur operasional
serta kebutuhan medis pasien
b. Merujuk pasien ke dokter/dokter lain yang mempunyai keahlian atau kemampuan yang
lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemeriksaan atau pengobatan
c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien bahkan setelah pasien
tersebut meninggal dunia.
d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia yakin pada
orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya
e. Menambah ilmu pengetahuna dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran atau
kedokteran gigi.
Menurut KODEKI :
I. Kewajiban Umum
Pasal 1 Setiap dokter harus menjunjung tinggi, menjungjung tinggi, dan mengamalkan sumpah
Dokter
Pasal 2 Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai standard
Profesi yang tertinggi
Pasal 3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi
Oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi
Pasal 4 Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji.
Pasal 5 Tiap perbuatan atau nasihat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun
Fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh
Persetujuan pasien.
Pasal 6 Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan
Setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang be,um diuji kebenerannya dan
Hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat.
Pasal 7 Seorang dokter hanya member surat keterangan dan pendapat yang telah diperiksa
Sendiri kebenarannya
Pasal 8 Dalam melakukan pekerjaannya, seorang dokter harus memperhatikan kepentingan
Masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan
Pasal 9 Setiap dokter dalam bekerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan
Bidang lainnya serta masyarakat, harus saling menghormati.
II. Kewajiban Dokter terhadap pasien
Pasal 10 Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajibannya melindungi hidup mahluk
Pasal 11 Setiap dokter wajib bersikap tulus ikhlas dan mempergunakan segala ilmu dan
ketrampilannya untuk kepentingan penderita.
Pasal 12 Setiap dokter harus memberikan kesempatan kepada penderita agar senantiasa dapat
berhubungan dengan keluarga yang penasehatnya dalam beribadat dan atau dalam
masalah lainnya.
Pasal 13 Setiap dokter wajib merahasiakan segal sesuatu yang diketahuinya tentang seorang
5/17/2018 PBL Skenario Ibu Titipan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-ibu-titipan 7/8
penderita, bahkan juga setelah penderita itu meninggal dunia.
Pasal 14 Setiap dokter wajib melakukan pertolongan darurat sebagai suatu tugas kemanusiaan,
kecuali bila ia yakin ada orang lain bersedia dan mampu memberikannya.
III. Kewajiban Dokter terhadap teman sejawat
Pasal 15 Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya sebagaimana ia sendiri ingin
Diperlakukan
Pasal 16 Setiap dokter tidak boleh mengambil alih penderita dari teman sejawatnya tanpa
Persetujuannya
IV. Kewajiban Dokter terhadap diri sendiri
Pasal 17 Setiap dokter harus memelihara kesehatannya, supaya dapat bekerja dengan baik.
Pasal 18 Setiap dokter hendaknya senantiasa mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan
dan tetap setia kepada cita- citanya yang luhur.
LO 3.4. Memahami dan menjelaskan hak dan kewajiban pasien
Hak Pasien
Dalam KODEKI terdapat pasal-pasal tentang kewajiban dokter terhadap pasien yang juga
merupakan pula hak-hak pasien yang perlu diperhatikan. Pada dasarnya hak-hak pasien adalah
sebagai berikut:
a. Hak untuk hidup, hak atas tubuhnya sendiri, dan hak untuk mati secara wajar
b. Memperoleh pelayanan kedokteran yang manusiawi sesuai dengan standar profesi
kedokteran
c. Memperoleh penjelasan tentang diagnosis dan terapi dari dokter yang mengobatinya
kontrak terapeutik.
d. Memperoleh penjelasan tentang riset kedokteran yang akan diikutinya
e. Menolak atau menerima keikutsertaannya dalam riset kedokteran.
f. Dirujuk kepada dokter spesialis kalau diperlukan dan dikembalikan kepada dokter yang
merujuknya setelah selesai konsultasi atau pengobatan untuk memperoleh perawatan
atau tindak lanjut.
g. Kerahasiaan dan rekam medisnya atas hal pribadi
h. Memperoleh penjelasan tentang peraturan rumah sakit
i. Berhubungan dengan keluarga, penasihat, atau rohaniwan dan lain lain yang diperlukan
selama perawatan di rumah sakit.
j. Memperoleh penjelasan tentang perincian biaya rawat inap, obat, pemeriksaan
laboratorium, pemeriksaan Rontgen, Ultrasonografi (USG), CT-scan, Magnetic
Resonance Imaging(IMG), dan sebagainya, (kalau dilakukan), biaya kamar bedah, kamar
bersalin,imbalan jasa dokter dan lain-lain.
Kewajiban Pasien
a. Memeriksakan diri sendiri sedini mungkin pada dokter
b. Memberikan informasi yang benar dan lengkap tentang penyakitnya
c. Mematuhi naihat dan petunjuk dokter
d. Menandatangani surat-surat PTM, surat jaminan dirawat di rumah sakit dan lain-lainnya
e. Yakin pada dokternya dan yakin akan sembuh
5/17/2018 PBL Skenario Ibu Titipan - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/pbl-skenario-ibu-titipan 8/8
f. Melunasi biaya perawatan di rumah sakit, biaya pemeriksaan dan pengobatan serta
honorarium dokter.
LI 4 Memahami dan menjelaskan tentang hokum praktik bayi tabung dan surrogate mother
atau Ibu titipan menurut Islam
Praktik surrogate mother mengandung maslahah (kebaikan) dan mudharat (keburukan).
Mashlahahnya adalah untuk menyelamatkan embrio dari tindakan pemusnahan karena
dianggap tidak menghormati kehidupan insane dan merupakan pembunuhan dengan sengaja.
Mudharatnya antara lain :
a. Kehadiran anak tersebut dapat menjadi konflik antara pihak penyewa rahim dengan pemilik
rahim
b. Kemungkinan terjadinya komersialisasi rahim sehingga wanita catik tidak mau mengandung
karena takut merusak tubuhnya dan gemuk.
c. Tidak terjalinnya hubungan keibuan antara anak dengan ibu yang menyewa rahim.
Mayoritas ulama menolak praktik surrogate mother dengan alasan utamanya karena
menimbulkan persoalan hokum yang krusial, intinya pada kerancuan nasab, bahkan dapagt
terjadi perebutan bayi antara pasangan suami-istri yang menitipkan embrionya dalam rahim
orang lain.
MUI menetapkan hokum surrogate mother sebagai berikut:
1. Transfer embrio hasil inseminasi buatan antara sperma suami dan ovum isteri yang
ditempatkan pada rahim wanita lain adalah haram
2. Transfer embrio hasil inseminasi buatan antara sperma suami dan ovum istri yang
ditempatkan pada rahim istri yang lain adalah haram
3. Transfer embrio hasil inseminasi buatan antara sperma suami dan ovum isteri yang
ditempatkan pada rahim wanita lain yang tidak menginginkan kehamilan adalah haram
Nasab dari anak dari yang dilahirkan melalui proses surrogate mother adalah milik dari ibu
yang melahirkan (berdasarkan al-mujadalah:2)