pbl sk2 urin rizky a.hadi

37
NAMA : RIZKY AGUSTIAN HADI NPM : 1102011238 SASARAN BELAJAR LI.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI TENTANG VESICA URINARIA DAN URETHRA LO.1.1. ANATOMI MAKRO LO.1.2. ANATOMI MIKRO LI.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG FISIOLOGI BERKEMIH LI.3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PENYAKIT SALURAN KEMIH (ISK) LO.3.1. DEFINISI ISK LO.3.2. ETIOLOGI ISK LO.3.3. EPIDEMIOLOGI ISK LO.3.4. KLASIFIKASI ISK LO.3.5. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI ISK LO.3.6. MANIFESTASI KLINIS ISK LO.3.7. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING LO.3.8. PROGNOSIS ISK LO.3.10. KOMPLIKASI ISK LI.4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PENATALAKSANAAN DAN PENCEGAHAN ISK LI.5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG RUKHSAH DAN SALASIL BAUL 1

Upload: rizky-agustian

Post on 11-Nov-2015

254 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

t

TRANSCRIPT

NAMA: RIZKY AGUSTIAN HADI

NPM

: 1102011238

SASARAN BELAJAR

LI.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI TENTANG VESICA URINARIA

DAN URETHRA

LO.1.1. ANATOMI MAKRO

LO.1.2. ANATOMI MIKRO

LI.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG FISIOLOGI BERKEMIH

LI.3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PENYAKIT SALURAN KEMIH (ISK)

LO.3.1. DEFINISI ISK

LO.3.2. ETIOLOGI ISK

LO.3.3. EPIDEMIOLOGI ISK

LO.3.4. KLASIFIKASI ISK

LO.3.5. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI ISK

LO.3.6. MANIFESTASI KLINIS ISK

LO.3.7. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

LO.3.8. PROGNOSIS ISK

LO.3.10. KOMPLIKASI ISK

LI.4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PENATALAKSANAAN DAN

PENCEGAHAN ISK

LI.5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG RUKHSAH DAN SALASIL BAUL

LI.1. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN ANATOMI TENTANG VESICA URINARIA DAN URETHRA

LO.1.1. ANATOMI MAKRO

VESICA URINARIA

Vesica urinaria terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesica urinaria cukup baik untuk menyimpan urine. Vesica urinaria mempunyai dinding otot yang kuat. Bentuk dan batas-batasnya sangat bervariasi sesuai dengan jumlah urin di dalamnya. Vesica urinaria yang kosong pada dewasa seluruhnya terletak di dalam pelvis; bila vesica urinaria terisi, dinding atasnya terangkat sampai masuk regio hypogastricum. Pada anak kecil, vesica urinaria yang kosong menonjol di atas apertura pelvis superior; kemudian bila cavitas melebar, vesica urinaria terbenam di dalam pelvis untuk menempati posisi seperti pada orang dewasa.

Vesica urinaria yang kosong berbentuk piramid, mempunyai apex, basis, dan sebuah facies superior serta dua buah facies inferolateralis; juga mempunyai collum.

Apex vesicae mengarah ke depan dan terletak di belakang pinggir atas symphysis pubica. Apex vesicae dihubungkan dengan umbilicus oleh ligamentum umbilicale medianum (sisa urachus).

Basis, atau facies posterior vesicae, menghadap ke posterior dan berbentuk segitiga. Sudut superolateralis merupakan tempat muara ureter, dan sudut inferior merupakan tempat asal urethra. Kedua ductus deferens terletak berdampingan di facies posterior vesicae dan memisahkan vesicula seminalis satu dengan yang lain. Bagian atas facies posterior vesicae diliputi peritoneum, yang membentuk dinding anterior excavatio rectovesicalis. Bagian bawah facies posterior dipisahkan dari rectum oleh ductus deferens, vesicula seminalis, dan fascia rectovesicalis.

Facies superior vesicae diliputi peritoneum dan berbatasan dengan lengkung ileum atau colon sigmoideum. Sepanjang pinggir lateral permukaan ini, peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis. Bila vesica urinaria terisi, bentuknya menjadi lonjong, facies superiornya membesar dan menonjol ke atas, ke dalam cavitas abdominalis. Peritoneum yang meliputinya terangkat pada bagian bawah dinding anterior abdomen sehingga vesica urinaria berhubungan langsung dengan dinding anterior abdomen.

Facies inferolateralis di bagian depan berbatasan dengan bantalan lemak retropubica dan pubis. Lebih ke posterior, facies tersebut berbatasan di atas dengan musculus obturatorius internus dan di bawah dengan musculus levator ani.

Collum vesicae berada di inferior dan terletak pada superior prostatae. Di sini, serabut otot polos dinding vesica urinaria dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostata. Collum vesicae dipertahankan pada tempatnya oleh ligamentum puboprostaticum pada laki-laki dan ligamentum pubovesicale pada perempuan. Kedua ligamentum ini merupakan penebalan fascia pelvis.

Tunica mucosa sebagian besar berlipat-lipat pada vesica urinaria yang kosong dan lipatan-lipatan tersebut akan menghilang bila vesica urinaria terisi penuh. Area tunica mucosa yang meliputi permukaan dalam basis vesica urinaria dinamakan trigonum vesicae Liutaudi. Di sini, tunica mucosa selalu licin, walaupun dalam keadaan kosong karena membrana mucosa pada trigonum ini melekat dengan erat pada lapisan otot yang ada di bawahnya.

Trigonum vesicae dibatasi di sebelah atas oleh rigi muscular yang berjalan dari muara ureter yang satu ke muara ureter yang lain dan disebut sebagai plica interureterica. Uvula vesicae merupakan tonjolan kecil yang terletak tepat di belakang ostium urethrae yang disebabkan oleh lobus medius prostatae yang ada di bawahnya.

Tunica muscularis vesica urinaria terdiri atas otot polos yang tersusun dalam tiga lapisan yang saling berhubungan yang disebut sebagai musculus detrusor vesicae. Pada collum vesicae, komponen sirkular dari lapisan otot ini menebal membentuk musculus sphincter vesicae.

Gambar 1-1. Vesica urinaria dan prostata, dilihat dari ventral

Vaskularisasi Vesica Urinaria

Arteria vesicalis superior dan inferior, cabang arteria iliaca interna.

Venae membentuk plexus venosus vesicalis, di bawah berhubungan dengan plexus venosus prostaticus; dan bermuara ke vena iliaca interna.

Persarafan Vesica Urinaria

Persarafan vesica urinaria berasal dari plexus hypogastricus inferior. Serabut postganglionik simpatis berasal dari ganglion lumbalis I dan II lalu berjalan turun ke vesica urinaria melalui plexus hypogastricus. Serabut preganglionik parasimpatikus yang muncul sebagai nervi splanchnici pelvici berasal dari nervus sacrales II, III, dan IV, berjalan melalui plexus hypogastricus menuju ke dinding vesica urinaria, di tempat ini serabut tersebut bersinaps dengan neuron postganglionik. Sebagian besar serabut aferen sensorik yang berasal dari vesica urinaria menuju sistem saraf pusat melalui nervi splanchnici pelvici. Sebagian serabut aferen berjalan bersama saraf simpatis melalui plexus hypogastricus dan masuk ke medulla spinalis segmen lumbalis I dan II.

Saraf simpatis menghambat kontraksi musculus detrusor vesicae dan merangsang penutupan musculus sphincter vesicae. Saraf parasimpatis merangsang kontraksi musculus detrusor vesicae dan menghambat kerja musculus sphincter vesicae.Urethra Urethra masculinaUrethra masculina panjangnya sekitar 15-20 cm dan terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium urethra externum pada glans penis. Urethra masculina dibagi menjadi tiga bagian: (1) pars prostatica, (2) pars membranacea, dan (3) pars spongiosa.

Urethra pars prostatica panjangnya 3 cm dan berjalan melalui prostat dari basis sampai apexnya. Bagian ini merupakan bagian yang paling lebar dan yang paling dapat dilebarkan dari urethra. Pada bagian ini bermuara ductus ejaculatorius dan saluran keluar kelenjar prostat.

Urethra pars membranacea panjangnya sekitar 1,25 cm, terletak di dalam diaphragma urogenitale, dan dikelilingi oleh musculus sphincter urethrae. Bagian ini merupakan bagian urethra yang paling tidak bisa dilebarkan.

Urethra pars spongiosa panjangnya sekitar 15,75 cm dan dibungkus di dalam bulbus dan corpus spongiosum penis. Ostium urethrae externum merupakan bagian yang tersempit dari seluruh urethra. Bagian urethra yang terletak di dalam glans penis melebar membentuk fossa navicularis (fossa terminalis). Glandula bulbourethralis bermuara ke dalam urethra pars spongiosa distal dari diaphragma urogenitale Urethra femininaPanjang urethra feminina + 3,8 cm. Urethra terbentang dari collum vesicae urinaria sampai ostium urethrae externum yang bermuara ke dalam vestibulum sekitar 2,5 cm distal dari clitoris. Urethra menembus musculus sphinter urethrae dan terletak tepat di depan vagina. Di samping ostium urethrae externum, terdapat muara kecil dari ductus glandula paraurethralis. Urethra dapat dilebarkan dengan mudah.

Vaskularisasi Urethra

Arteria dorsalis penis dan arteria bulbourethralis yang merupakan cabang dari arteria pudenda interna.Persarafan Urethra

Persarafan urethra diurus oleh nervus dorsalis penis yang merupakan cabang-cabang dari nervus pudendus.

LO.1.2. ANATOMI MIKRO

VESIKA URINARIA

Mukosa dilapisi oleh epitel transitional, setebal 5 6 lapisan sel

Tunica muscularis terdiri dari otot polos yang berjalan kesegala arah tanpa lapisan yang jelas

Pada leher vesica dapat dibedakan 3 lapisan:

Lapisan dalam berjalan longitudinal, distal terhadap leher vesica berjalan circular mengelilingi urethra pars prostatica, menjadi sphincter urethra interna (involuntary)

Lapisan tengah berakhir pada leher vesica

Lapisan luar, longitudinal, berjalan sampai ke ujung prostat pada laki2, dan pada wanita berjalan sampai ke meatus externus urethrae

URETRA

Pria

Pars prostatica

Pada bagian distal terdapat tonjolan kedalam lumen: verumontanum. Ductus ejaculatorius bermuara dekat verumontanum

Dilapisi epitel transitional

Pars membranosa

Dilapisi epitel bertingkat torak

Dibungkus oleh sphincter urethra externa (voluntary)

Pars bulbosa dan pendulosa

Ujung distal lumen urethra melebar: fossa navicularis Umumnya dilapisi epitel bertingkat torak dan epitel selapis torak, dibeberapa tempat terdapat epitel berlapis gepeng

Kelenjar Littre, kelenjar mukosa yang terdapat disepanjang urethra, terutama pada pars pendulosa

Wanita

Pendek, 4-5 cm

Dilapisi epitel berlapis gepeng, dibeberapa tempat terdapat epitel bertingkat torak

Dipertengahan urethra terdapat sphinxter externa (muskular bercorak)

GLANDULA PROSTAT

Jenis epitelnya berlapis atau bertingkat dan bervariasi dari silindris sampai kubus rendah tergantung pada status endokrin dan kegiatan kelenjar.

Sekret mengandung fosfatase asam

Konkremen (corpora amylacea) : kondensasi sekret yg mungkin mengalami perkapuran

Mengelilingi pangkal urethra di bawah vesica urinaria

Tdd 30-50 kel tubuloalveolar bercabang

16 32 saluran keluar bermuara di ki-ka kolikulus seminalis

Alveoli kel, mbtk lipatan 2 mukosa

Epitel : selapis silindris kubis, sitoplasma mgd prosekret. Sekresi scr apokrin.

LI.2. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG FISIOLOGI BERKEMIH

Gambar 7. Kontrol Refleks dan Volunter Atas Berkemih

Proses berkemih

Setelah dibentuk ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih. Kontraksi otot peristaltik otot polos dalam dinding uretra juga mendorong urin bergerak dari ginjal menuju kandung kemih. Ureter menembus dinding kandung kemih secara oblik sebelum bermuara di rongga kandung kemih. Susunan anatomis ini mencegah aliran balik urin dari kandung kemih ke ginjal ketika terjadi peningkatan tekanan di kandung kemih.

Ketika kandung kemih terisi, ujung ureter yang terdapat di dinding kandung kemih tertekan dan menutup. Tapi urin masih tetap bisa masuk ke kandung kemih, karena kontraksi ureter menghasilkan tekanan yang cukup besar untuk mendorong urin melewati saluran yang tertutup. Lapisan epitel kandung kemih (epitel transisional) mampu meningkatkan atau mengurangi luas permukaan melalui proses teratur daur membran saat kandung kemih terisi atau kosong.

Kandung kemih terisi permukaan epitel meluas dengan cara vesikel-vesikel sitoplasma disisipkan ke dalam membran permukaan melalui proses eksositosis.

Isi kandung kemih keluar vesikel-vesikel ditarik melalui proses eksositosis.

Kandung kemih harus memiliki kapasitas penyimpanan yang cukup, sehingga urin tidak perlu terus menerus dikeluarkan.

Otot polos kandung kemih banyak mendapatkan persarafan parasimpatis, yang apabila dirangsang akan menyebabkan kontraksi kandung kemih. Ketika m.detrussor vesicae berkontraksi terjadi perangsangan urin.

Pintu keluar kandung kemih dijaga 2 sfingter:

Sfingter uretra interna, terdiri dari otot polos dan berada di bawah kontrol involunter. Sewaktu kandung kemih melemas/ rileks, susunan anatomis uretra interna menutupi pintu keluar kandung kemih.

Sfingter uretra eksterna, diperkuat seluruh diafragma pelvis, dipersarafi neuron motorik, di bawah kesadaran karena merupakan otot rangka. Dapat dengan sengaja dikontraksikan untuk mencegah pengeluaran urin sewaktu kandung kemih kontraksi & sfingter uretra interna terbuka.

Daya tampung kandung kemih berkisar 250-400ml, semakin banyak terisi urin maka volume di dalam kandung kemih juga semakin besar dan semakin besar pula tingkat pengaktifan reseptor regang.

Aktivasi reseptor regangke serat-serat aferenkorda spinalisantar neuronrangsang parasimpatishambat neuron motorik yang persarafi sfingter eksterna, kedua sfingter terbuka dan urin terdorong keluar menuju uretra karena gaya kontraksi kandung kemih.

(Proses Miksi (Rangsangan Berkemih).

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah 250 cc sudah cukup untuk merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus, diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung kemih.

Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter interus dihantarkan melalui serabut serabut para simpatis. Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf saraf yang menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.

Bila terjadi kerusakan pada saraf saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia urin (kencing keluar terus menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing tertahan).

Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira kira perbatasan ureter masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis sepanjang arteri umbilikalis.

LI.3. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PENYAKIT SALURAN KEMIH (ISK)

LO.3.1. DEFINISI ISK

Infeksi saluran kemih adalah suatu infeksi yang melibatkan ginjal, ureter, buli-buli, ataupun uretra. Infeksi saluran kemih (ISK) adalah istilah umum yang menunjukkan keberadaan mikroorganisme (MO) dalam urin (Sukandar, E., 2004).

LO.3.2. ETIOLOGI ISK

Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram negatif. Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang simtomatik maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti Proteus mirabilis (30 % dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 % pada anak perempuan ), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat juga sebagai penyebab. Organisme gram positif seperti Streptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus viridans jarang ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species. Pada ISK nosokomial atau ISK kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas (Lumbanbatu, S.M., 2003).

Faktor predisposisi yang mempermudah untuk terjadinya ISK, yaitu :

1. Bendungan aliran urin, terdiri atas :

a. Anomali kongenital

b. Batu saluran kemih

c. Oklusi ureter (sebagian atau total)

2. Refluks vesikoureter

3. Urin sisa dalam buli-buli karena :

a. Neurogenic bladderb. Striktura uretra

5.Hygienitas

6. Instrumentasi

a. Kateter

b. Dilatasi uretra

c. Sitoskopi

LO.3.3. EPIDEMIOLOGI ISK

Infeksi saluran kemih biasanya terjadi karena faktor pencetus seperti litiasi, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal polikistik, nekrosis papilar, Diabetes Melitus, senggama, kehamilan, kateterisasi, penyakit sickle cell dan tergantung oleh usia, gender, prevalensi, bakteriuria, sehingga menyebabkan perubahan struktur saluran kemih. Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung menderita ISK dibandingkan laki-laki.

Infeksi asendens sering ditemukan, terutama pada wanita; 10-20% wanita kemungkinan menderita bakteriuria selama kehidupannya, dimana 1% dijumpai pada anak perempuan yang masih sekolah, 4% pada wanita muda, 7% pada wanita diatas lima puluhan tahun. Infeksi saluran kemih pada wanita 10 kali lebih besar dari pada laki-laki. 90% infeksi saluran kemih pada anak-anak terjadi pada anak perempuan, hal ini terjadi karena pendeknya saluran uretra. Gejala yang sering ditemukan adalah frekuensi dan disuria yang disertai perasaan nyeri suprapubik dan pinggang, demam dan reaksi sistemik.

Prevalensi ISK pada neonatus berkisar antara 0,1% hingga 1%, dan meningkat menjadi14% pada neonatus dengan demam, dan 5,3% pada bayi.Pada bayi asimtomatik, bakteriuria didapatkan pada 0,3 hingga 0,4%.13 RisikoISK pada anak sebelum pubertas 3-5% pada anak perempuan dan 1-2% pada anak laki. Pada anak dengan demam berumur kurang dari 2 tahun, prevalensi ISK 3-5%.

LO.3.4. KLASIFIKASI ISK

Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi, yaitu:

1. Infeksi saluran kemih atas

Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri. Pielonefritis dapat bersifat akut atau kronik.

a. Pielonefritis akut adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh infeksi bakteri, biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat terjadi melalui infeksi hematogen.

b. . Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut atau berulang dari infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil. Biasanya dijumpai pada individu yang mengidap batu, obstruksi saluran kemih, serta refluks vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik. Kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menurun karena rusaknya tubulus-tubulus. Glomerulus biasanya tidak terkena, hal ini dapat menimbulkan gagal ginjal kronik.

2. Infeksi saluran kemih bawah

Cystitis adalah infeksi kandung kemih, yang merupakan tempat tersering terjadinya infeksi. Cystitis adalah inflamasi kandung kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih. Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.

Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual, meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti yang ditemukan pada cairan seminal.

Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih. Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih. Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

a. Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.

b. Cystitis sekunder, merukan gejala yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan prostatitis

Pada InfeksiSaluran Kemih (ISK) usia lanjut, dibedakan menjadi:

ISK uncomplicated (simple) SK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak baik,anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usi lanjut terutama mengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa superficial kandung kemih.

ISK complicated Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab sulitdiberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam antibiotika,sering terjadi bakterimia, sepsis dan shock

LO.3.5. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI ISK

a. Peranan Patogenesis Bakteri

Sejumlah flora saluran cerna termasuk E.coli diduga terkait dengan etiologi ISK. Patogenitas E. coli terkait dengan bagian permukaan sel polisakarida dan lipopolisakarin (LPS).Penentu VirulensiAlur

FimbriaeAdhesi

Pembentuk jaringan ikat (scarring)

Kapsul antigen KResistensi terhadap pertahanan tubuh

Perlengketan (attachment)

Lipopolysacharide side chains (O antigen)Resistensi terhadap fagositosis

Lipid A endotoksinInhibisi peristalsis ureter

Pro-inflamatori

Membran protein lainnyaKelasi besi

Antibiotika resisten

Kemungkinan perlengketan

HemolysinInhibisi fungsi fagosit

Sekuestrasi besi

Tabel 2. Faktor Virulensi Escherichia coli Peranan Bakterial Attachment of Mucosa.

Fimbriae merupakan salah satu pelengkap patogenisitas yang mempunyai kemampuan untuk melekat pada permukaan mukosa saluran kemih. Peranan faktor virulensi lainnya. Sifat patogenitas lain dari E. coli berhubungan dengan toksin. Beberapa sifat uropatogen MO ; seperti resistensi serum, sekustrasi besi, pembentukan hidroksat dan antigen K yang muncul mendahului manifestasi klinik. Faktor virulensi variase fase. Virulensi bakteri ditandai dengan kemampuan untuk mengalami perubahan bergantung pada dari respon faktor luar.b. Peranan Faktor Tuan Rumah (host)

Faktor predisposisi pencetus ISK. Faktor bakteri dan status saluran kemih pasien mempunyai peranan penting untuk kolonisasi bakteri pada saluran kemih. Kolonisasi bakteri sering mengalami kambuh (eksaserbasi) bila sudah terdapat kelainan struktur anatomi saluran kemih. Dilatasi saluran kemih termasuk pelvis ginjal tanpa obstruksi saluran kemih dapat menyebabkan gangguan proses klirens normal dan sangat peka terhadap infeksi.

Bstatus imunologik pasien (host). Penelitian laboratorium mengungkapkan bahwa golongan darah dan status sekretor mempunyai kontribusi untuk kepekaan terhadap ISK. Prevaleni ISK juga meningkat terkait dengan golongan darah AB, B dan PI (antigen terhadap tipe fimbriae bakteri) dan dengan fenotipe golongan darah lewis.

Keadaan-keadaan yang mempengaruhi patogenesis infeksi saluran kemih, yaitu :

1. Jenis kelamin dan aktivitas seksual

Uretra perempuan tampaknya lebih cenderung didiami oleh basil gram negatif, karena letaknya di atas anus, ukurannya pendek (kira-kira 4 cm), dan berakhir dibawah labia. Pijatan uretra, seperti yang terjadi selama hubungan seksual menyebabkan masuknya bakteri kedalam kandung kemih dan hal yang penting dalam patogenesis infeksi saluran kemih pada perempuan muda. Buang air kecil setelah hubungan seksual terbukti menurunkan resiko sistisis, mungkin karena tindakan ini meningkatkan eradikasi bakteri yang masuk selama hubungan seksual.

2. Kehamilan

Kecenderungan infeksi saluran kemih bagian atas selama kehamilan disebabkan oleh penurunan kekuatan ureter, penurunan peristaltik ureter, dan inkompetensi sementara katup vesikoureteral yang terjadi selama hamil.

3. Sumbatan

Adanya halangan aliran bebas urin seperti tumor, striktura, batu atau hipertrofi prostat yang menyebabkan hidronefrosis dan peningkatan frekuensi infeksi saluran kemih yang sangat tinggi. Super infeksi pada sumbatan saluran kemih dapat menyebabkan kerusakan jaringan ginjal yang cepat.

4. Disfungsi neurogenik kandung kemih

Gangguan saraf yang bekerja pada kandung kemih, seperti pada jejas korda spinalis, tabes dorsalis, multipel sklerosis, diabetes, atau penyakit lain dapat berhubungan dengan infeksi saluran kemih. Infeksi dapat diawali oleh penggunaan kateter untuk drainase kandung kemih dan didukung oleh stasus urin dalam kandung kemih untuk jangka waktu yang lama.

5. Refluks vesikoureteral

Keadaan ini didefinisikan sebagai refluks urin dari kandung kemih ke-ureter dan kadang sampai pelvis renal. Hal ini terjadi selama buang air kecil atau dengan peningkatan tekanan pada kandung kemih. Refluks vesikoureteral terjadi jika gerakan retrograd zat radio opak atau radioaktif dapat ditunjukkan melalui sistouretrogram selama buang air kecil. Gangguan anatomis pertemuan vesikoureteral menyebabkan refluks bakteri dan karena itu terjadilah infeksi saluran kemih.

6. Faktor virulensi bakteri

Faktor virulensi bakteri mempengaruhi kemungkinan strain tertentu, begitu dimasukkan ke dalam kandung kemih, akan menyebabkan infeksi traktus urinarius. Hampir semua strain E.coli yang menyebabkan pielonefritis pada pasien dengan traktus urinarius normal secara anatomik mempunyai pilus tertentu yang memperantarai perlekatan pada bagian digaktosida dan glikosfingolipid yang ada di uroepitel. Strain yang menimbulkan pielonefritis juga biasanya merupakan penghasil hemolisin, mempunyai aerobaktin dan resisten terhadap kerja bakterisidal dari serum manusia.

7. Faktor genetik

Faktor genetik penjamu mempengaruhi kerentanan terhadap infeksi urinarius. Jumlah dan tipe reseptor pada sel uroepitel tempat bakteri dapat menempel dan dapat ditentukan, setidaknya sebagian, secara genetik

Patofisiologi

Infeksi saluran kemih terjadi pada saat mikroorganisme masuk ke dalam saluran kemih dan berbiak di dalam media urine. Mikro organisme memasuki saluran kemih melalui cara : ascending, hematogen seperti pada penularan M. Tuberculosis atau S.aureus, limfogen, dan langsung dari organ sekitar yang sebelumnya telah terinfeksi.

Terjadinya infeksi saluran karena adanya gangguan keseimbangan antara mikroorganisme penyebab infeksi (uropatogen) sebagai agent dan epitel saluran kemih sebagai host. Gangguan keseimbangan ini disebabkan oleh karena pertahanan tubuh dari host yang menurun atau karena virulensi agent meningkat.

LO.3.6. MANIFESTASI KLINIS ISK

Tanda dan gejala ISK pada bagian bawah adalah :

Nyeri yang sering dan rasa panas ketika berkemih

Spasame pada area kandung kemih dan suprapubis

Hematuria

Nyeri punggung dapat terjadi

Tanda dan gejala ISK bagian atas adalah :

Demam

Menggigil

Nyeri panggul dan pinggang

Nyeri ketika berkemih

Malaise

Pusing

Mual dan muntah

LO.3.7. DIAGNOSIS DAN DIAGNOSIS BANDING

Anamnesis a. secara Alloanamnesa.

b. Tanyakan riwayat radang tenggorokkan? (pernah / sering / jarang)

c. Tanyakan riwayat ISPA d. Tanyakan Riwayat Tumbuh kembang dan Imunisasi?

e. Tanyakan riwayat kehamilan?. Pemeriksaan Fisika. Inspeksi : Keadaan umum, biasanya anak datang dengan keadaan kesadaran komposmentis dan tampak sedang sakit.Tampak adanya udema ringan disekitar wajah atau bagian bawah tubuh ( tetapi jarang terjadi, atau hanya pada pagi hari).b. Tanda Vital : Nadi biasanya normal reguler, Suhu biasanya Normal atau sedikit meninggi, Tekanan Darah biasanya Tinggi.c. PF Thorax Normal.d. PF Abdomen : Shifting Dulness (+), Undulasi (-).e. Diagnosis ditegakkan setelah pemeriksaan Laboratorium menunjukkan adanya Glomerulonefritis.

Gejala pada bayi baru lahir timbul demam, hipotermia, nafsu makan (ASI) yang menurun, ikterus, kegagalan pertumbuhan atau sepsis pada bayi timbul demam yang tidak diketahui sebabnya, berkurangnya nafsu makan yang mengakibatkan kegagalan pertumbuhan, kesakitan waktu kencing, dan iritabel.

Pada anak pra sekolah timbul nyeri abdominal, muntah, demam, kesakitan waktu kencing, urgensi, frekuensi sampai disuria.

Pada anak usia sekolah timbul tanda klasik dari ISK, meliputi : urgensi, frekuensi sampai disuria, demam, atau nyeri panggul. Kadang-kadang anak dengan ISK bakterial disertai dengan cystitis hemoragik. Semua grup umum diatas bila menderita ISK asimtomatik dapat menyebabkan kerusakan ginjal terutama pada bayi dan anak kemungkinan dapat berkembangmenjadi refluks vesikourethral. Anak penderita ISK yang disertai dengan demam, nyeri panggul, nyeri abdominal, maningkatnya lekosit PMN di dalam darah, peningkatan jumlah sedimen, atau peningkatan c-reaktive protein biasanya membuktikan adanya pyelonefritis. Anak yang menderita ISK asimtomatik dan disertai adanya infesi traktus urinarius bagian bawah yang bisa pula disertai dengan infeksi traktus urinarius bagian atas yang asimtomatik,hati-hati terhadap anak yang mempunyai tanda klasik dan cystitis sering kali bukan ISK tetapi karena iritasi urethral atau karena sebab lain misalnya vaginitis.

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan diagnosis infeksi saluran kemih, antara lain :1) Urinalisis Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria. Yang dinilai adalah sebagai berikut: a) Eritrosit

Ditemukannya eritrosit dalam urin (hematuria) dapat merupakan penanda bagi berbagai penyakit glomeruler maupun non-gromeruler, seperti batu saluran kemih dan infeksi saluran kemih. Positif bila ditemukan 5-10 per lapang pandang sedimen urin.b) Piuria

Piuria atau sedimen leukosit dalam urin yang didefinisikan olehStamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per ml urin yang tidak disentrifus atau setara dengan 2-5 leukosit per lapangan pandang besar pada urin yang di sentrifus. Infeksi saluran kemih dapat dipastikan bila terdapat leukosit sebanyak > 10 per mikroliter urin atau > 10.000 per ml urin.

c) Silinder

Silinder dalam urin dapat memiliki arti dalam diagnosis penyakit ginjal, antara lain :

Silinder eritrosit, sangat diagnostik untuk glomerulonefritis atau vaskulitis ginjal

Silinder leukosit bersama dengan hanya piuria, diagnostik untuk pielonefritis

Silinder epitel, dapat ditemukan pada nekrosis tubuler akut atau pada gromerulonefritis akut

Silinder lemak, merupakan penanda untuk sindroma nefrotik bila ditemukan bersamaan dengan proteinuria nefrotik.

d) Kristal

Kristal dalam urin tidak diagnostik untuk penyakit ginjal.

e) Bakteri

Bakteri dalam urin yang ditemukan dalam urinalisis tidak identik dengan infeksi saluran kemih, lebih sering hanya disebabkan oleh kontaminasi.

Cara Pengambilan Sampel Bahan urin untuk pemeriksaaan harus segar dan sebaiknya diambil pagi hari. Bahan urin dapat diambil dengan cara punksi suprapubik Untuk pengumpulan spesimen, dapat dipilih pengumpulan urin melalui urin porsi tengah, pungsi suprapubik, dan kateter uretra. Secara umum, untuk anak laki-laki dan perempuan yang sudah bisa berkemih sendiri, maka cara pengumpulan spesimen yang dapat dipilih adalah dengan cara urin porsi tengah.Urin yang dipergunakan adalah urin porsi tengah (midstream). Untuk bayi dan anak kecil, spesimen didapat dengan memasang kantong steril pada genitalia eksterna. Cara terbaik dalam pengumpulan spesimen adalah dengan cara pungsi suprapubik, walaupun tingkat kesulitannya paling tinggi dibanding cara yang lain karena harus dibantu dengan alat USG untuk memvisualisasikan adanya urine dalam vesica urinaria. Bahan urin yang paling mudah diperoleh adalah urin porsi tengah yang ditampung dalam wadah bermulut lebar dan steril.

2) Bakteriologis

a) Mikroskopis

Pada pemeriksaan mikroskopis dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau pewarnaan gram. Bakteri dinyatakan positif bila dijumpai satu bakteri lapangan pandang minyak emersi.

b) Biakan bakteri

Pembiakan bakteri sedimen urin dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam jumlah bermakna, yaitu:Pengambilan spesimenJumlah koloni bakteri per ml urin

Aspirasi supra pubik>100 cfu/ml dari 1 atau lebih organisme patogen

Kateter>20.000 cfu/ml dari 1 organisme patogen

Urine bag atau urin porsi tengah>100.000 cfu/ml

3) Tes KimiawiDipakai untuk penyaring adanya bakteriuria, diantaranya yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate (untuk bakteri gram negative). Dasarnya adalah sebagian besar mikroba kecualienter ococci mereduksi nitrat. Batasannya bila ditemukan bakteri >100.000. Kepekaannya mencapai 90% dengan spesifitas 99%.4) Tes Plat-Celup (Dip-Slide)Beberapa pabrik mengeluarkan biakan buatan yang berupa lempengan plastik bertangkai dimana pada kedua sisi permukaannya dilapisi pembenihan padat khusus. Lempengan tersebut dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempengan dimasukkan kembali kedalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu diletakkan pada suhu 37oC selama satu malam. Penentuan jumlah kuman/mL dilakukan dengan membandingkan pola pertumbuhan kuman yang terjadi dengan serangkaian gambar yang memperlihatkan pola kepadatan koloni antara 1000 hingga 10.000.000 cfu per mL urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah dan cukup adekuat. Kekurangannya adalah jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.5) Pemeriksaan Kultur UrinDeteksi jumlah bermakna kuman patogen (significant bacteriuria) dari kultur urin masih merupakan baku emas untuk diagnosis ISK. Bila jumlah koloni yang tumbuh > 105 koloni/ml urin, maka dapat dipastikan bahwa bakteri yang tumbuh merupakan penyebab ISK. Sedangkan bila hanya tumbuh koloni dengan jumlah < 103 koloni / ml urin, maka bakteri yang tumbuh kemungkinan besar hanya merupakan kontaminasi flora normal dari muara uretra. Jika diperoleh jumlah koloni antara 103 - 105 koloni

ml urin, kemungkinan kontaminasi belum dapat disingkirkan dan sebaiknya dilakukan biakan ulang dengan bahan urin yang baru. Faktor yang dapat mempengaruhi jumlah kuman adalah kondisi hidrasi pasien, frekuensi berkemih dan pemberian antibiotika sebelumnya.Perlu diperhatikan pula banyaknya jenis bakteri yang tumbuh. Bila > 3 jenis bakteri yang terisolasi, maka kemungkinan besar bahan urin yang diperiksa telah terkontaminasi.

oTes Penyakit Menular Seksual (PMS) :Uretritia akut akibat organisme menular secara seksual (misal,klamidia trakomatis, neisseria gonorrhoeae, herpes simplek).

oTes- tes tambahan :Urogram intravena (IVU), Pielografi (IVP), msistografi, dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menentukan apakah infeksi akibat dari abnormalitas traktus urinarius, adanya batu, massa renalatau abses, hodronerosis atau hiperplasie prostate. Urogram IV atauevaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab kambuhnya infeksi yang resisten.

Radiologis dan pemeriksaan penunjang lainnya

Pemeriksaan radiologis pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK. Pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainnya, misalnya ultrasonografi dan CT Scan.DIAGNOSIS BANDING

Yang penting adalah membedakan antara pielonefritis dan sistitis. Pielonefritis bila didapatkan infeksi dengan hipertensi, disertai gejala-gejala umum, adanya faktor predisposisis, fungsi konsentrasi ginjal menurun, respon terhadap antibiotik kurang baik.Dapat juga didiagnosis dengan :

1. infeksi saluran kemih bawah ( sistitis dan sindrom uretra akut)

2. infeksi saluran kemih atas

3. batu saluran kemih

LO.3.8. PROGNOSIS ISK

Sebuah prognosis yang baik adalah yang biasa untuk ISK spontan diselesaikan dan cepat ditangani. Bahkan pasien yang telah berkembang pesat dan gejala pielonefritis dini dapat memiliki prognosis yang baik jika cepat dan cukup dirawat. Prognosis mulai menurun jika ISK tidak cepat diakui atau diobati. Pasien Lansia dan imunosupresi mungkin tidak memiliki UTI diakui awal, prognosis mereka bisa berkisar dari adil untuk miskin, tergantung pada seberapa banyak kerusakan yang dilakukan pada saluran kemih atau jika komplikasi seperti sepsis terjadi. Seperti orang dewasa, kebanyakan anak-anak diobati akan memiliki prognosis yang baik. Anak-anak dan orang dewasa dengan ISK berulang dapat mengembangkan komplikasi dan prognosis buruk, ISK berulang mungkin merupakan gejala dari masalah yang mendasari dengan struktur saluran kemih. Pasien-pasien harus dirujuk ke spesialis (ahli urologi) untuk evaluasi lebih lanjut.

LO.3.9. KOMPLIKASI ISK

Reaksi alergi merupakan resiko terapi antibiotik.

Anak dengan pielonefritis akut dapat berkembang menjadi inflamasi lobus

ginjal atau abses ginjal.

Inflamasi parenkim ginjal dapat mengawali pembentukan jaringan parut.

Komplikasi jangka panjang dari pielonefritis akut adalah hipertensi, fungsi ginjal terganggu, ESRD dan komplikasi terhadap kehamilan (cth. ISK,hipertensi pada kehamilan, BBLR).LI.4. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG PENATALAKSANAAN DAN

PENCEGAHAN ISK

A. PENATALAKSANAAN

Farmakokinetik

Absorpsi:

melalui saluran cerna mudah dan cepat, terutama pada usus halus, beberapa jenis sulfa

di absorpsi di lambung.

Distribusi:

Semua sulfonamis terikat dengan protein plasma terutama albumin dalam derajat yang

berbeda-beda. Obat ini tersebar ke seluruh jaringan tubuh, karena itu berguna untuk

infeksi sistemik.

Obat dapat menembus sawar uri dan menimbulkan efek antimikroba dan efek toksik

pada janin.

Sulfonamide di bagi ke dalam 3 golongan besar:

1. sulfonamide dengan absorpsi dan eksresi cepat

sulfisoksazol

dosis permulaan untuk dewasa 2-4mg, di lanjutkan dengan 1g setiap 4-

6jam

untuk anak 150mg/kgBB sehari

obat ini bisa menimbulkan hipersensitivitas yang kadang bersifat letal

sediaan dalam bentuk tablet 500mg untuk oral

sulfametoksazol

derivate sulfisoksazol dgn absorpsi dan eksresi lebih lambat

dapat diberikan pada pasien dengan infeksi saluran kemih dan infeksi

sistemik

umumnya di gunakan dengan kombinasi tetap dengan trimetoprim

sulfadiazine

dosis permulaan oral pada orang dewasa 2-4g, dilanjutkan dgn 2-4g

dalam 3-6 kali pemberian, lama pemberian tergantung keadaan

penyakit.

Anak-anak >2 bln, diberikan setengah dosis awal per hari, kemudian di

lanjutkan dengan 60-150mg/kgBB(maksimum 6g/hari) dalam 4-6 kali

pemberian

Sediaan dalam bentuk tablet 500mg

Sulfasitin

Eksresinya cepat untuk penggunaan per-oral pada

infeksi saluran kemih.

Pemberian dosis awal 500mg, dilanjutkan dengan dosis

250mg empat kali sehari.

Tersedia dalam bentuk tablet 250mg(tdk di Indonesia)

Sulfametizol

Digunakan untuk infeksi saluran kemih dengan dosis 500-1000mg

dalam 3-4 kali pemberian sehari.

Tersedia dalam bentuk tablet 250mg dan 500mg

Efek samping

Reaksi ini dapat hebat dan kadang bersifat letal. Bila mulai terlihat adannya

gejala reaksi toksik dan sensitisasi, pemakain secepat mungkin dihentikan.

Dan tidak diberikan lagi.

Gangguan system hematopoetik:anemia hemolitik akut,

Agranulositosis(sulfadiazine), anemia aplastik, trombositopenia ringan,

eosinofilia, gejala HPS.

Gangguan saluran kemih: anuria dan kematian dapat terjadi kristaluria atau

hematuria(jarang terjadi)

Reaksi alergi: gambaran HPS pada kulit dan mukosa bervariasi, berupa

kelainan morbiliform, purpura, petekia, eritema nodosum, eritema multiformis

tipe stevens-johnson, dll. Demam obat dapat terjadi(timbul demam tiba2, pada

hari ke tujuh sampai ke 10 pengobatan, di sertai sakit kepala, menggigil, rasa

lemah, dan erupsi kulit, semuanya bersifat reversible).

Lain2:mual dan muntah

Tidak diberikan pada wanita hamil aterm

CORTIMOKSAZOL

Trimetropin + sulfametoksazol

Mikroba yang peka : enterobacter, klebsiella, diphteri, E.coli, S.aureus,

S.viridans, dll

Untuk mikroba yang resisten sulfonamid agak resisten trimetropin

Farmako dinamik : 2 tahap berurutan rekasi enzimatis 1. Sulfo = hambat

PABA,

2. Trime : hambat reaksi dari dehidrofolat tetrahidrofolat

Farmako kinetik : karena trimetropin lipofilik volume distribusi >> besar

dari sulfa

Rasio sulfa : trime 5:1

Diekskresi di urin

Indikasi : ISK, IS nafas, IS cerna, Inf. Genital

E.S : megaloblastosis, leukopenia atau trombositopenia, pada kulit karena

Sulfonamide

GOL. CEPHALOSPORIN

Generasi 3 tunggal atau dalam kombinasi dengan aminoglikosida merupakan

obat pilihan utama untuk infeksi berat oleh Klebsiella , Enterobacter , Proteus ,

Providencia , Srratia , Dan Haemophillus Spesies.

Farmako dinamik :

a) Generasi I : proteus, E.coli, klebsiella

b) Generasi II : Haemophilus, enterobacter, Neisseria=gram (-)

c) Generasi III : contoh : cefritriaavus, cefotaxim, ceftazidim

(pseudomonas aeruginosa)

Farmako kinetik : IV karena absorbsi oral jelek, distribusi ; luas, ekskresi melaui

empedu ke dalam feses

E.S : alergi, perdarahan jika diberikan bersama sefamandol atau sefoperason =

anti vitamin K

Efek samping : reaksi alergi , anafilaksis , dengan spasme bronkus dan

urtikaria dapat terjadi

Secara oral

Obat Mahal

GOL. TETRACYCLIN

Efektif untuk infeksi Chlamydia

Tidak boleh pada anak-anak dan wanita hamil.

Secara Oral

GOL. FLUOROKUINOLON

Efektif untuk ISK dengan atau tanpa penyulit disebabkan oleh kuman-kuman yang

multiresisten dan P.Aeruginosa.

Siprofloksasin, Norfloksasin, dan Ofloksasin untuk terapi Prostatitis bacterial akut

maupun kronis anak-anak dan ibu hamil tidak boleh.

Farmako dinamik : hambat pemisahan double helix DNA saat replikasi dan transkripsi

dengan bantuan enzim DNA girase hambat DNA girase pada kuman dan bersifat

bakterisid

Untuk bakteri : kuinolon lama (gram (-)) E.coli, proteus, klebsiella, enterobakter

Flurokuinolon baru : gram (+), gram (-) dan kuman atipik (mycoplasma, klamidia)

Farmako kinetik : diserap baik di saluran cerna, dalam sediaan oral, hanya sakit yang

terikat protein, distribusi baik ke berbagai organ, capai kadar tinggi di prostat, T1/2

panjang 2x sehari diperlukan. Di metabolisme di hati, ekskresi ginjal sebagian

empedu.

Indikasi : ISK, Infeksi saluran nafas, penyakit menular hubungan sex, infeksi tukak

dan sendi, dll.

E.S : mual, muntah, tidak enak diperut : halunisasi, kejang ; hepatotoksik ; fatotoksif

B. PENCEGAHANMengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko infeksi saluran kemih:

Minum banyak cairan, terutama air Minum air membantu mengencerkan urin Anda dan memastikan bahwa Anda akan buang air kecil lebih sering -. Memungkinkan bakteri akan memerah dari saluran kemih Anda sebelum infeksi dapat dimulai.

Usap dari depan ke belakang. Melakukannya setelah buang air kecil dan setelah buang air besar membantu mencegah bakteri di daerah anus menyebar ke vagina dan uretra.

Mengosongkan kandung kemih Anda segera setelah berhubungan. Juga, minum segelas penuh air untuk membantu bakteri flush.

Hindari produk feminin berpotensi menjengkelkan. Menggunakan semprotan deodorant atau produk feminin lain, seperti douches dan bubuk, di area genital dapat mengiritasi uretra.

Setelah menopause, seorang wanita dapat menggunakan krim estrogen di daerah vagina untuk mengurangi kemungkinan infeksi lebih lanjut.

RENANG DAN HIGIENE

Pilih pembalut bukan tampon, yang beberapa dokter percaya membuat infeksi lebih mungkin. Mengganti pembalut setiap kali Anda menggunakan kamar mandi.

Jangan douche atau menggunakan semprotan kewanitaan atau bubuk. Sebagai aturan umum, jangan menggunakan produk yang mengandung parfum di daerah genital.

Mengambil mandi bukannya mandi. Hindari minyak mandi.

Jaga area genital Anda bersih. Bersihkan daerah genital dan anal Anda sebelum dan sesudah aktivitas seksual.

Buang air kecil sebelum dan sesudah aktivitas seksual.

Usap dari depan ke belakang setelah menggunakan kamar mandi.

CLOTHING

Hindari celana ketat.

Kenakan kapas kain pakaian dan pantyhose, dan mengubah baik setidaknya sekali sehari.

DIET

Minum banyak cairan (2 sampai 4 liter setiap hari).

Minum jus cranberry atau menggunakan tablet cranberry, tetapi jika anda tidak memiliki riwayat pribadi atau keluarga dari batu ginjal.

Jangan minum cairan yang mengiritasi kandung kemih, seperti alkohol dan kafein.

LI.5. MEMAHAMI DAN MENJELASKAN TENTANG RUKHSAH DAN SALASIL BAUL

Bersuci (thaharah: wudhu, tayammum atau mandi) merupakan syarat sah ibadah yang mewajibkan dalam keadaan suci, seperti shalat. Sehingga ibadah tersebut tidak dikatakan sah tanpa thaharah. Namun kewajiban tersebut bisa jatuh ketika seseorang dalam keadaan tertentu yang menghalangi seseorang melakukan thaharah sebagaimana firman Allah Swt.

()

"Dan Dia tidak menjadikan bagimu kesulitan dalam agama Islam.

Salah satu contoh adalah penyakit kencing yang terus-menerus atau dalam istilah para

fuqaha dinamakan salisul-baul.

Pengertian salisul-baul

Menurut mazhab Hanafi, salisul-baul adalah penyakit yang menyebabkan keluarnya air kencing secara kontinyu, atau keluar angin(kentut) secara kontinyu, darah istihadhah,mencret yang kontinyu, dan penyakit lainnya yang serupa.

Menurut mazhab Hanbali, salisul-baul adalah hadas yang kontinyu, baik itu berupa air kencing, air madzi, kentut, atau yang lainnya yang serupa.

Menurut mazhab Maliki, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar dikarenakan penyakit seperti keluar air kencing secara kontinyu.

Menurut mazhab Syafi'i, salisul-baul adalah sesuatu yang keluar secara kontinyu yang diwajibkan kepada orang yang mengalaminya untuk menjaga dan memakaikan kain atau sesuatu yang lain seperti pembalut pada tempat keluarnya yang bisa menjaga agar air kencing tersebut tidak jatuh ke tempat shalat.

Dalil tentang salisul-baul

.

"Ubad bin Basyar menderita penyakit mencret dan dia tetap melanjutkan shalatnya (dalam keadaan mencret tersebut)."

Dari hadis tersebut bisa disimpulkan bahwa seseorang yang mempunyai penyakit mencret, keluar kentut/air kencing secara kontinyu tidak memiliki kewajiban untuk mengulang-ulang wudhunya, namun tetap meneruskan shalat dalam keadaan tersebut.

Syarat-syarat dibolehkan ibadah dalam keadaan salisul-baul,Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar ibadah tertentu diperbolehkan dalam keadaan salisul-baul:

1. Sebelum melakukan wudhu harus didahului dengan istinja'

2. Ada kontinyuitas antara istinja' dengan memakaikan kain atau pembalut dan

semacamnya, dan adanya kontinyuitas antara memakaikan kain pada tempat keluar

hadas tersebut dengan wudhu.

3. Ada kontinyuitas antara amalan-amalan dalam wudhu (rukun dan sunnahnya)

4. Ada kontinyuitas antara wudhu dan shalat, yaitu segera melaksanakan shalat

seusai wudhu dan tidak melakukan pekerjaan lain selain shalat. Adapun jika

seseorang berwudhu di rumah maka perginya ke mesjid tidak menjadi masalah dan

tidak menggugurkan syarat keempat.

5. Keempat syarat diatas dipenuhi ketika memasuki waktu shalat. Maka, jika

melakukannya sebelum masuk waktu shalat maka batal, dan harus mengulang lagi di

waktu shalat.

Apabila telah terpenuhi kelima syarat ini maka jika seseorang berwudhu kemudian

keluar air kencing atau kentut dan lainnya aka dia tidak mempunyai kewajiban untuk

melakukan istinja' dan berwudhu lagi. Namun cukup dengan wudhu yang telah ia lakukan di awal.

DAFTAR PUSTAKA

Guyton AC, Hall JE. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC; 2006.

Idrus, Alwi dkk. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan IPD FKUI

Mansjoer Akan.,Suprohaita.,Wardhani,W.I.,,Setiowulan,W.,(2001). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, Media Aesculapius FKUI, Jakarta

Prince, Sylvia. A. 2005. Patofisiologi Buku 2 Edisi 6. EGC : JakartaRobbins. 2007 . Buku Ajar Patologi ed. 7. EGC : Jakarta

Sherwood L. Fisiologi manusia. Edisi 2. Jakarta: EGC; 2001.

Sukandar,E.,(2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam: Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Edisi 5. Jilid 2. Penerbit Departemen Ilmu Penyakit Dalam, FKUI, Jakarta

http://mutafaqqih.blogspot.com/2010/02/keluar-air-kencing-secara-kontinyu.html

http://www.docstoc.com/docs/4824982/Infeksi-Saluran-Kemih

(http://www.mayoclinic.com/health/urinary-tract-infection/DS00286/DSECTION=prevention)

Gambar 1-3. Urethra masculina; pars prostatica, pars membranacea, pars cavernosa

19