pbl mandiri blok 11

Upload: mirah-wilayadi

Post on 02-Mar-2016

27 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Makalah Pribadi

SKENARIO MATERI KELOMPOK 3Seorang ibu umur 32 tahun datang periksa ke sokter dengan keluhan badan lemah, sejak 5 bulan yang lalu ia merasakan bahwa badannya makin gemuk, muka tampak bulat dan sembab, terdapat striae di sekitar perut bagian bawah. Ibu mengaku bahwa sejak 6 bulan yang lalu ia minum jamu pegel linu yang dibeli bebas setiap hari. Setelah dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium lengkap oleh dokter, ibu tersebut dinyatakan menderita sindroma cushing.BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sistem metabolik endokrin merupakan salah satu sistem terpenting dari tubuh kita, system ini berguna menghasilkan/mengeksresikan hormon-hormon yang berguna bagi tubuh maupun akan proses metabolisme dalam tubuh yang sangat penting seperti metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, dalam sistem metabolik endokrin ini, terdapat organ-organ penting seperti hipotalamus, hipofisis, kelenjar tiroid, paratiroid, hati, dan kelenjar adrenal serta pankreas. Dalam skenario ini yang dimunculkan adalah seorang ibu yang diperkirakan menderita sindroma cushing bila dilihat dari gejala-gejalanya seperti semakin gemuk, terlihat striae, buffalo hump, serta moonface. Sindroma cushing ini sendiri berhubungan erat dengan metabolik-endokrin sebab penyakit ini bergantung pada hormon acth dan kortisol yang menimbulkan reaksi proses metabolisme karbohidrat berlebih pada tubuh.Melalui tulisan ini akan dijabarkan tentang hal yang berhubungan dengan sindroma cushing, namun hanya dalam tahap dasar dan normal, seperti anatomi, histologi, fisiologi, serta biokimianya.1.2. Tujuan

Untuk mengetahui segala hal tentang sindroma cushing dalam tahap normal/fisiologis seperti secara makroskopik/anatomi, mikroskopik/histology, serta hormon, gejala, penyebab dan metabolisme yang terlibat didalamnya sesuai skenario. BAB II. PEMBAHASAN

2.1 Struktur Makroskopik Pada sindroma cushing bagian-bagian yang berperan adalah hipofisis cerebri dan kelenjar adrenal.

2.1.1.Hipofisis Cerebri

Kelenjar hipofisis atau hipofisis cerebri terletak pada bagian inferior dari otak pada daerah diencephalon dan tersambung dengan otak oleh sebuah struktur yang disebut tangkai hipofisis / pituitary stalk. Hipofisis berbentuk bulat seperti kacang berdiameter 1,3 cm. hipofisis terlingkupi oleh duramater dan ditopang oleh sella turcica dari tulang sphenoid. Kelenjar hipofisis dikelilingi oleh pembuluh darah cerebral yang kaya akan peredaran darah. Kelenjar hipofisis secara struktural dan fungsional dibedakan menjadi lobus anterior atau adenohipofisis dan lobus posterior atau neurohipofisis. Adenohipofisis terdiri atas dua bagian: yang pertama adalah pars distalis(hipofisis anterior) yang merupakan bagian depan yang membulat, yang kedua adalah pars tuberalis merupakan bagian tipis antara lobus anterior dan lobus posterior yang berkontak dengan infundibulum. Lalu ada pars intermedia, yaitu selapis jaringan antara lobus anterior dan posterior yang hanya ada pada fetus. Dalam perkembangannya, sel-selnya bergabung dengan lobus anterior, dan pada dewasa pars intermedia tidak lagi menjadi struktur pemisah. Neurohipofisis adalah bagian bersaraf pada kelenjar hipofisis, yang terdiri atas lobus nervosa(hipofisis posterior) yang membulat, yang berkontak dengan adenohipofisis, dan infundibulum yang berbentuk corong, yang merupakan sebuah tangkai yang menghubungkan hipofisis ke dasar dari hipotalamus. Jaringan saraf memanjang melewati infundibulum, bersama dengan sel menyerupai neuroglia yang disebut sel pituicyt.12.1.2.Kelenjar Adrenal

Kelenjar adrenal atau kelenjar suprarenalis adalah organ berpasangan yang berada pada batas superior dari ginjal. Kelenjar adrenal, bersama dengan ginjal, terletak retroperitoneal dan menempel pada otot bagian belakang dan dilindungi bantalan lemak. Setiap kelenjar adrenal terdiri dari bagian luar yaitu korteks dan bagian dalam yaitu medulla yang berfungsi sebagai kelenjar yang terpisah. Korteks adrenal teridiri atas tiga zona yaitu zona glomerulosa, zona fasciculata, dan zona retikularis. Medulla adrenal terdiri dari sekumpulan sel kromafin. Kelenjar adrenal diperdarahi oleh tiga arteri suprarenal, yaitu a.suprarenalis superior percabangan dari a.phrenicus inferior, lalu a.suprarenalis media percabangan dari aorta abdominalis, dan a.suprarenalis inferior percabangan dari arteri renalis. Sedangkan aliran balik vena berjalan dari vena suprarenalis menuju vena cava inferior untuk kelenjar adrenal dextra, dan dari vena suprarenalis menuju vena renalis untuk kelenjar adrenal sinistra. Kelenjar adrenal dipersarafi oleh neuron preganglion dari nervus splanchnicus dan plexus simpaticus.12.2.Struktur Mikroskopik 2.2.1.Hipofisis Cerebri

Hipofisis cerebri dilingkupi oleh kapsula fibrosa, dan terdiri atas lobus glandula yang besar yaitu adenohipofisis dan lobus cerebral yang lebih kecil yaitu neurohipofisis. Adenohipofisis terus menuju cranium sebagai bagian tubular dari hipofisis cerebri pars infundibularis. Infundibulum menghubungkan neurohipofisis ke diencephalon. Lobus intermedia terdapat diantara lobus anterior dan posterior merupakan bagian dari adenohipofisis.2

Lobus anterior dari adenohipofisis (pars distalis) terdiri atas sel asidofil, basofil, dan sel kromofob. Sel asidofil berbentuk bundar dan bergranula tebal serta berwarna merah, sedangkan sel basofil bergranul berwarna biru. Sedangkan sel kromofob tidak berpartisipasi dalam proses biosintesis hormon, hanya sebagai prekursor dari sel yang memproduksi hormon. Lobus intermedia yang terletak diantara lobus anterior dan posterior terdiri atas sisa kantung rathke. Sedangkan lobus posterior terdiri atas sel pituisit.22.2.2.Glandula Adrenal

Glandula adrenal terdiri atas korteks dan medulla. Pada bagian korteks dibagi menjadi tiga zona dan dilingkupi oleh kapsula fibrosa, sedangkan pada medulla berciri khas memiliki vena medullaris. Ketiga zona dari korteks adalah zona glomerulosa yang mirip kumpulan glomerulus, dan agak gelap dan menghasilkan mineralokortikoid, lalu zona fasciculata yang mirip bunga karang dan agak terang dan menghasilkan glukokortikoid, sedangkan yang terakhir zona retikularis, berbentuk sel-sel bulat yang berwarna lebih gelap dari zona fasciculata dan menghasilkan hormon-hormon seks. Sedangkan pada medulla lapisannya mirip dengan zona retikularis sehingga sulit dibedakan, namun memiliki ciri khas yaitu terdapat vena medullaris dan menghasilkan katekolamin yaitu epinefrin dan norepinefrin.22.3.Hormon

Pada sindroma cushing organ yang berperan mengsekresikan hormon adalah adenohipofisis dengan yang terutama ACTH dengan sel target adalah kelenjar adrenal.

Hormon-hormon yang disekresikan oleh adenohipofisis adalah: Growth hormon, TSH, ACTH, FSH, LH, Prolactin, MSH. Sedangkan neurohipofisis hanya menerima hasil sekresi hormon dari hypothalamus yaitu hormon ADH, dan oksitosin.3

Masing-masing hormon ini berfungsi :

GH: hormon yang berfungsi mengatur pertumbuhan tubuh secara keseluruhan

TSH : merangsang sekresi hormon tiroid dan pertumbuhan kelenjar tiroid

ACTH : merangsang sekresi kortisol oleh korteks adrenal dan meningkatkan pertumbuhan korteks adrenal.

FSH : memiliki fungsi berbeda pada pria dan wanita. Pada wanita hormon ini merangsang pertumbuhan dan perkembangan folikel ovarium, serta sekresi hormon estrogen oleh ovarium. Pada pria, FSH diperlukan untuk produksi sperma.

LH : juga memiliki fungsi berbeda pada pria dan wanita. Pada wanita, LH bertanggung jawab untuk ovulasi, luteinisasi(pembentukan korpus luteum pascaovulasi yang menghasilkan hormon di ovarium), dan pengaturan sekresi estrogen dan progestreon, oleh ovarium. Pada pria, hormon ini merangsang sel interstisium leydig di testis untuk mengeluarkan hormon seks pria, testosteron, sehingga hormon ini juga diberi nama ICSH.

Prolaktin : meningkatkan perkembangan payudara dan pembentukan ASI pada wanita.

ADH : meningkatkan retensi air oleh ginjal / antidiuretik, dan menyebabkan kontraksi otot polos / vasopresor.

Oksitosin : merangsang kontraksi otot polos uterus untuk membantu persalinan dan proses laktasi pada menyusui.42.4.Penyebab dan ciri-ciri sindroma cushing

Hasil dari peningkatan sekresi kortisol oleh korteks adrenal

Penyebab :

- Stimulasi berlebihan korteks adrenal oleh CRH dan/atau ACTH

- Sekresi berlebihan dari ACTH oleh neoplasma di korteks adrenal

- Tumor penghasil ACTH yang terletak diluar hipofisis, terutama di paru

- Pemberian steroid dalam jumlah besar dan dalam waktu lama

Ciri-ciri cushing syndrome :

- Truncal obesity

- Moon face

- Buffalo hump

- Acne, hirsutism

- Abdominal striae

- Hypertension

- Osteoporosis

- Amenorrhea

- Gangguan psychiatric 2.5.Metabolisme pada sindroma cushing

Pada sindroma cushing terdapat efek berlebih kortisol sehingga terjadi pembentukan glukosa secara besar-besaran, dan siklus-siklus yang terjadi yaitu siklu glukoneogenesis, glikolisis, oksidasi asam lemak/ pembentukan benda keton, transaminasi urea dan siklus asam sitrat.

Proses awalnya adalah glukoneogenesis dan glikolisis, namun untuk mencapai glukoneogenesis diawali oleh oksidasi asam lemak dan transaminasi urea. Sedangkan siklus asam sitrat sudah termasuk didalam glukoneogenesis.

2.5.1.Transaminase

Transaminase melakukan interkonversi antara sepasang asam amino dan sepasang asam keto , umumnya berupa sebuah asam -amino dan sebuah asam -keto. Meskipin sebagian besar asam amino akan mengalami transaminasi, asam amino lisin, treonin, dan siklik prolinserta hidroksi prolin merupakan pengecualian. Karena transaminase bersifat reversibel bebas, enzim transaminase (aminotransferase), dapat bekerja baik pada proses katabolisme asam amino maupun pada biosintesisnya. Piridoksal fosfat terdapat pada tapak katalitik dari semua enzim transaminase dan banyak emzim lainnya dengan substrat asam amino.pada semua reaksi asam aminoyang bergantung piridoksal fosfat, tahap pemulanya merupakan pembentukan intermediat basa Schiff yang terikat-enzim dan distabilakan oleh interaksi dengan regio kationik tapak-aktif tersebut. Intermediat ini dapat disusun kembali dengan berbagai cara. Selama transaminase koenzim yang terikat berfungsi sebagai pembawa gugus asam amino. Penyusunan kembali akan membentuk asam keto dan pirodoksamin fosfat yang terikat enzim. Pirodoksamin fosfat yang terikat kemudian bersama dengan asam keto kedua membentuk basa Schiff.

Enzim alanin-piruvat transaminase (alanin transaminase) dan glutamat -keto glutarat transaminase (glutamat transaminase), yang terdapat pada sebagian besar jaringan mamalia, mengkatalisis pemindahan asam amino dari sebagian besar asam amino untuk membentuk alanin (dari piruvat) atau glutamat (-keto glutarat).52.5.2.Oksidasi beta asam lemak

Oksidasi beta asam lemak meliputi pemecahan yang berurutan dengan pelepasan asetil KoA. Dalam oksidasi , dua atom karbon di pecah sekaligus dari molekul asil-KoA, dangan di mulai pada ujung karboksil. Rantai tersebut di putus di antara atom karbon (2),dan (3),sehinga proses ini di namakan oksidasi . Unit dua karbon yang terbentuk adalah asetil-KoA, dengan demikian palmitoil KoA membentuk delapan molekul asetil-KoA. Beberapa enzim secara kolektif di kenal sebagai enzim oksidase asam lemak di temukan dalam matriks mitokondria berdekatan dengan rantai respirasi (yang di temukan di dalam membrane internal). Enzim ini mengkatalisasi asil-KoA menjadi asetil-KoA dan sistem ini di rangkaikan dengan fosforilasi ADP menjadi ATP . Setelah penetrasi moietas asil melalui membran mitokondria lewat sistem pengangkutan karnitin dan pembentukan kembali asil KoA, kemudian terjadi pengeluaran dua atom hidrogen dari atom karbon 2() dan 3() dengan di katalisis oleh enzim asil-KoA dehidrogenase. Peristiwa ini mengahasilkan pembentukan 2 trans enoil KoA. Koenzim untuk dehidrogenase adalah flavoprotein yang mengandung FAD sebagai gugus prostetik di mana oksidasi ulang oleh rantai respirasi memerlukan perantaraan flavoprotein lain yang di namakan flavoprotein pemindah electron. Air di tambahkan untuk menjenuhkan ikatan rangkap dan membentuk 3 hidroksil KoA yang di katalisis oleh enzim 2 enoil KoA hidratase. Derivate 3 hidroksi menjalani pproses dehidrogenasi selanjutnya pada ataom karbon 3 ( L(+)-3-hidroksiasil-KoA dehidrogenase) untuk membentuk senyawa ketoasil-KoA yang bersesuaian. Pada kasus ini NAD+ merupakan koenzim yang terlibat daam dehidrogenasi.5Akhirnya 3 ketoasil KoA di pecah pada posisi 2,3 oleh enzim tiolase( 3-ketoasil KoA-tiolase) , yang mengakatalisasi pemecahan tiolitik dengan melibatkan molekul KoA lainnya. Produk reaksi ini adalah asetil-KoA dan derivat asil-KoA yang mengandung lebih sedikit dua atom karbon ketimbang molekul asil KoA aslinya yang menjalani oksidasi. Asil-KoA yang terbentuk dalam raeksi pemecahan tersebut masuk kembali ke dalam lintasan oksidatif pada reaksi 2. Dengan cara ini asam lemak rantai panjang dapat di uraikan sepenuhnya menjadi asetil-KoA. Karena asetil-KoA dapat di oksidasi menjadi CO2 dan air lewat siklus asam sitrat ,oksidasi lengkap asam lemak akan tercapai.52.5.2.1.Metabolisme benda keton

Dalam kondisi metabolik tertentu di sertai oksidasi asam lemak dengan kecepatan tinggi, hepar menghasilkan sejumlah besar senyawa asetoasetat dan D 3 hidroksi butirat ( hidroksibutirat). Senyawa asetoasetat terus menerus mengalami dekarboksilasi spontan hingga menghasilkan aseton. Ketiga substansi ini secara kolektif di kenal sebagai badan keton ( keton bodies; juga di sebut badan aseton atau aceton bodies). Asetoasetat dan 3 hidroksibutirat mengalami interkonversi oleh enzim mitokondria D 3 hidroksibutirat dehidrogenase ; keseimbangan reaksi interkonversi tersebut di kendalikan oleh rasio NAD+ terhadap NADH dalam mitokondria yaitu keadaan redoks. 5Enzim yang bertanggung jawab atas pembentukan badan keton terutama berhubungan dengan mitokondria. Pada mulanya dianggap hanya satu molekul asetoasetat yang di bentu dari empat karbon terminal pada sebuah asam lemak ketika berlangsung oksidasi. Unit C2 yang terbentuk dalam oksidasi akan terkondensasi satu sama lain hingga terbentuk asetoasetat. Peristiwa ini dapat terjadi dengan pembalikan reaksi tiolase di mana dua molekul aseti KoA mengadakan kondensasi untuk membentuk asetoasil KoA, jadi asetoasil KoA yang merupakan bahan pangkal bagi ketogenesis bisa timbul langsung selama proses oksidasi atau sebagai hasil kondensasi asetil KoA. Lintasan tersebut meliputi kondensasi asetoasetil KoA dengan molekul asetil KoA lainnya untuk membentuk HMG KoA, yang di katalisis oleh enzim 3 hidroksi 3 metilglutaril KoA sintase. Adanya enzim lain dalam mitokondria, yaitu 3 hidroksi 3 metilglutaril KoA liase, menyebabkan asetil KoA terpecah dari HMG KoA dengan meninggalkan asetoasetat bebas. Atom karbon yang terpecah di dalam molekul asetil KoA berasal dari molekul asetoasetil KoA yang asli. Kedua enzim harus terdapat dalam mitokondria agar ketogenesis dapat berlangsung.5Asetoasetat berada dalam keseimbangan dengan senyawa D 3 hidroksibutirat yang di katalisis oleh enzim D 3 hidroksibutirat dehidrogenage yang terdapat dalam mitokondria pada banyak jaringan, termasuk hepar. Senyawa D 3 dehidroksibutirat secara kuantitatif merupakan badan keton yang terutama di temukan di dalam darah dan urin penderita ketosis.52.5.3.Glikogenesis dan Glikogenolisis

Glukoasa akan mengalami fosforilasi menjadi glukosa 6-fosfat, yaitu rekasi yang lazim terjadi sebagai reaksi pertama dengan lintasan glikolisis dari glukosa. Reaksi fosforilasi ini dikatalisis oleh enzim heksokinase di dalam otot dan glukokianse dalam hepar. Glikosa 6-fosfat akan diubah menjadi glukosa 1-fosfat dalam reaksi yang dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase. Enzim itu sendiri akan mengalami fosforilasi, dan gugus fosfo akan mengambil bagian dalam reaksi reversibel dimana glukosa 1,6-bifosfat merupakan senyawa-antara. Selanjutnya, senyawa glukosa 1-fosfat berekais dengan uridin trifosfat (UTP) untuk membentuk nukleotida aktif uridin difosfat glukosa (UDPGlc). Reaksi antara glukosa 1-fosfat dan uridin trifosfat dikatalisis oleh enzim UDPGlc pirofosforilase. Hidrolisis berikutnya pirofosfat anorganik oleh enzim pirofosfotase anorganik akan menarik reaksi ke arah kanan persamaan reaksi. Dengan kerja enzim glikogen sintase, atom C1 pada glukosa aktif UDPGlu membentuk ikatan glikosidik dengan C4 pada residu glukosa terminal glikogen, sehingga membebaskan uridin difosfat (UDP). Molekul glikogen yang sudah ada sebelumnya atau molekul glikogen primer harus ada untuk memicu reaksi ini. Molekul primer glikogen selanjutnya dapat terbentuk pada primer protein yang dikenal sebagai glikogenin. Glikogenin adalah protein dengan 37 kDa yang terglikosilasi pada residu tirosin khusus oleh UDPGlc. Lebih lanjut residu glukosa melekat dalam posisi 14 untuk membentuk rantai pendek yang diaktifkan oleh glikogen sintase. Pada otot rangka glikogenin tetap melekat di bagian tengah molekul glikogen, sedangkan di hati jumlah molekul glikogen lebih dibandingkan molekul glikogenin. Penambahan residu glukosa kepada rantai glikogen yang sudah ada sebelumnya atau primer terjadi pada ujung luar molekul yang bersifat nonreduksi sehingga cadang-cabang pada pohon glikogen akan memanjang begitu terbentuk ikatan 14 yang berturutan. Setelah rantai tersebut diperpanjang hingga mencapai mininal 11 residu glukosa, maka enzim glukosa yaitu enzim percabangan (aminol [14][16]-transglukosidase) akan memindahkan bagian rantai dari rantai 14 (panjang minimal 6 residu glukosa) kepada rantai sebelahnya untuk membentuk ikatan 16 dan dengan demikian membentuk titik percabangan dalam molekul tersebut. Cabang-cabang itu akan tumbuh dengan penambahan lebih lanjut unit 14-glukosil dan percabangan selanjutnya5.

Penguraian (degradasi) merupakan tahap yang dikatalisasi oleh enzim fosforilase dengan membatasi kecepatan dalam glikogenolisis. Enzim ini spesifik untuk proses pemecahan fosforilasi (fosforolisis) ikatan 14 glikogen untuk menghasilkan glukosa 1-fosfat. Residu glukosil terminal pada rantai paling luar molekul glikogen dikeluarkan secara sekuensial sampai kurang-lebih 4 residu glukosa tetap berada pada tiap sisi cabang 16. Enzim glukon transferase memindahkan unit trisakarida dari cabang satu ke cabang yang lainnya. Sehingga cabang 1...6 terpajan. Pemecahan hidrolisis ikatan 16 memerlukan kerja enzim penghilang cabang (amilo [16]glukosidase) yang spesifik, sehingga kerja enzim fosforilase dapat berlangsung. Gabungan kerja enzim fosforilase dan yang lainnya mengahasilkan pemecahan lengkap glikogen. Reaksi yang dikatalisis oleh enzim fosfoglukomutase bersifat revesibel, sehingga glukosa 6-fosfat dapat dibentuk dari glukosa 1-fosfat. Dalam hepar dan ginjal glukosa 6-fosfatase, mengeluarkan gugus fosfat dari glukosa 6-fosfat sehingga memudahkan difusi glukosa ke dalam darah. Peristiwa ini merupakan tahap akhir dalam proses glikogenolisis hepatik, yang dicerminkan dengan kenaikan kadar glukosa darah5.

2.5.4.Glukoneogenesis

Krebs menegaskan adanya penghalang energi yang merintangi pembalikan sederhana glikolisis antara piruvat dan fosfoenolpirivat antara fruktosa 1,6-bifosfat dan fruktosa 6-fosfat antara glukosa 6-fosfat dan glukosa serta antara glukosa 1-fosfat dan glikogen. Semua reaksi ini bersifat non-ekuilibrim dengan melepaskan banyak energi bebas dalam bentuk panas sehingga secara fisiologis tidak reversibel. Reaksi-reaksi tersebut dielakan oleh sejumlah reaksi khusus5.a. Piruvat dan fosfoenolpiruvat: di dalam mitokondria terdapat enzim piruvat karboksilase, yang dengan adanya ATP, vitamin B biotin dan CO2 akan mengubah piruvat menjadi oksaloasetat. Biotin berfungsi untuk mengikat CO2 dari bikarbonat pada enzim sebelum penambahan CO2 pada piruvat. Enzim kedua, fosfoenolpiruvat karboksikinase, mengkatalisasi konversi oksaloasetat menjadi fosfoenolpiruvat. Fosfat energi tinggi dalam GTP atau ITP diperlukan dalam reaksi ini dan CO2 dibebaskan. Jadi dengan bantuan 2 enzim yang mengkatalisasi transformasi endergonik ini dan enzim laktat dehidrogenase, maka senyawa laktat dapat diubah menjadi fosfoenolpirufat dengan mengatasi penghalang energi antara piruvat dan fosfoenolpiruvat5.

b. Fruktosa 1,6 bifosfat dan fruktosa 6-fosfat: konversi fruktosa 1,6-bifosfat menjadi fruktosa 6-fosfat, yang diperlukan untuk mencapai pembalikan glikolisis, dikatalisis oleh enzim spesifik yaitu fruktosa 1,6-bifosfatase yang penting karena keberadaanya menentukan dapat tidaknya suatu jaringan mensitesis glikogen bukan saja dari piruvat tapi juga dari triosafosfat. Enzim fruktosa 1,6-bifosfatase terdapat dalam hepar serta ginjal juga dalam otot lurik5.

c. Glukosa 6-fosfat dan glukosa: konversi glukosa 6-fosfat menjadi glukosa dikatalisasi oleh enzim fosfatase, glukosa 6-fosfatase. Enzim ini terdapat dalam hepar dan ginjal tapi tidak ditemukan dalam jaringan adiposa dan otot. Memungkinkan jaringan menambah glukosa ke dalam darah5.

d. Glukosa 1-fosfat dan glikogen: pemecahan glikogen menjadi glukosa 1-fosfat dilaksanakan oleh enzim fosforilase. Sintesis glikogen meliputi lintasan yang sama sekali berbeda melalui pembentukan uridin difosfat glukosa dan aktifitas enzim glikogen sintase. Enzim yang penting ini memungkinkan pembalikan glikolisis untuk memainkan peranan yang utama dalam glukoneogenesis. Setelah transaminasi atau deaminasi, asam amino glikogenik membentuk piruvat atau anggota lain siklus asam sitrat. Maka reaksi yang diuraikan di atas dapat menjelaskan proses konversi baik asam amino glukogenik maupun laktat membentuk piruvat dan harus memasuki mitokondria sebelum konversi menjadi okseloasetat serta konversi-akhir menjadi glukosa berlangsung5.

Propiat merupakan sumber utama glukosa, dan memasuki lintasan glukoneogenesis utama lewat siklus asam sitrat setelah proses konversi menjadi suksinil-KoA. Propiat pertama-tama diaktifkan dengan ATP dan KoA oleh enzim asil-KoA sintetase yang tepat. Propionil-KoA, yaitu produk reaksi ini menjalani reaksi fiksasi CO2 untuk membentuk D-metilmalonil-KoA, dan reaksi ini dikatalisasi oleh enzim propionil-KoA karboksilase. Reaksi fiksasi ini analog dengan fiksasi CO2 dalam asetil-KoA, sama-sama membentuk derivat malonil, dan memerlukan biotin sebagai koenzim. D-metilmalonil-KoA harus diubah menjadi bentuk steroisomernya yaitu L-metilmalonil-KoA, oleh enzim metilmalonil-KoA rasemase, sebelum berlangsung isomerasi akhir senyawa tersebut menjadi suksinil-KoA oleh enzim metilmalonil-KoA isomerase yang memerlukan vitamin B12 sebagai koenzim. Defisiensi vitamin ini dapat menyebabkan metilmalonat asiduria. Meskipun lintasan ke arah suksinat merupakan jalur utama metabolisme, propinat dapat pula digunakan sebagai molekul pengalang sintesis asam lemak dalam jaringan adiposa dan kelenjar payudara dengan jumlah atom karbon ganjil dalam molekul tersebut. Dalam bentuk seperti itu lemak tersebut merupakan sumber asam lemak penting dalam makanan manusia dan akhirnya dipecah menjadi propionat dalam jaringan tubuh. Gliserol merupakan produk metabolisme jaringan adiposa, dan hanya jaringan yang mempunyai pengaktifnya, gliserol kinase, yang dapat menggunakan senyawa gliserol. Enzim ini memerlukan ATP, ditemukan di dalam hepar dan ginjal di antara jaringan lainnya. Gliserol kinase mengkatalisasi proses konversi gliserol menjadi gliserol 3-fosfat. Lintasan ini berhubungan dengan tahap triosafosfat pada lintasan glikolisis, karena gliserol 3-fosfat dapat dioksidasi menjadi dehidroksiaseton fosfat oleh NAD+ dengan enzim gliserol 3-fosfat dehidrogenase. Hepar dan ginjal mampu mengubah gliserol menjadi glukosa darah dengan enzim tersebut, beberapa enzim glikolisis yang spesifik pada glukoneogenesis adalah fruktosa-1,6-bifosfatase dan glukosa 6-fosfatase. Glukosa dibentuk dari senyawa glukogenik yang mengalami glukoneogenesis seperti senyawa asam amino dan produk metabolisme parsial glukosa pada jaringan tertentu diangkut ke hati dan ginjal untuk disentesis lagi menjadi glukosa, maka laktat dalam otot rangka dan eritrosit ditransfer ke hati dan ginjal untuk menjadi glukosa lagi, yang disebut dengan siklus Cori atau siklus asam laktat. Di antara asam-asam amino yang ditranspor dari otot ke dalam hati selama masa kelaparan, alanin paling dominan. Sehingga terjadi siklus glukosa-alanin yang berdefek pendauran glukosa dari hati ke otot dengan pembentukan piruvat, yang diikuti dengan transaminasi menjadi alanin, lalu alanin dibawa ke hati kemudian masuk dalam glukoneogenesis menjadi glukosa5.

BAB III. PENUTUP

3.1.Kesimpulan

Dari hasil yang didapat pada Bab II, dapat disimpulkan bahwa hasil hipotesis yang disepakati, yaitu gangguan pada hipofisis terutama hipofisis anterior maupun korteks adrenal terutama zona fasciculata dan retikularis dapat memicu terjadinya sindroma cushing adalah benar, sebab gangguan dari sistem ini dapat mengakibatkan tersekresinya kortisol secara berlebih sehingga membuat penumpukan glukosa yang diubah menjadi lemak dan tersimpan dalam jaringan tubuh tertentu yang menjadi ciri khas sindroma cushing.DAFTAR PUSTAKA1. Graaff VD. Human anatomy. 6th ed. McGraw-Hill; 2001.

2. Kuehnel W. Color atlas of cytology, histology, and microscopic anatomy. 4th ed. New York: Thieme; 2003.3. Sherwood L. Fisiologi manusia : dari sel ke sistem. 2nd ed. EGC ; 2001.4. Ganong WF. Fisiologi kedokteran. Edisi 22. Jakarta: EGC; 2005.5. Murray RK, Granner DK, Mayes PA, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi 25. Jakarta: EGC; 2003.

PAGE 1