makalah pbl mandiri blok 18 olivia

49
Makalah PBL Mandiri Kanker Paru Disusun oleh : Olivia Ekaputri 10.2009.77 – B5 Email : [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jalan Terusan Arjuna No. 6 11510 Bab I Pendahuluan A. Latar belakang Kanker adalah penyakit neoplastik yang bersifat fatal. Pada kanker ditemukan suatu siklus sel yang abnormal, menunjukkan sifat invasive serta metastasis dan sangat anaplastik. Kanker dapat mengenai berbagai macam organ, pembuluh darah, kelenjar getah bening, bahkan tulang. B.Tujuan Adapun dari terbentuknya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami lebih lagi mengenai kanker, terutama kanker Makalah PBL – Kanker Paru Page 1

Upload: olivia-ekaputri

Post on 16-Apr-2015

270 views

Category:

Documents


9 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Makalah PBL Mandiri

Kanker Paru

Disusun oleh :

Olivia Ekaputri

10.2009.77 – B5

Email : [email protected]

Fakultas Kedokteran

Universitas Kristen Krida Wacana

Jalan Terusan Arjuna No. 6

11510

Bab I

Pendahuluan

A. Latar belakang

Kanker adalah penyakit neoplastik yang bersifat fatal. Pada kanker ditemukan suatu

siklus sel yang abnormal, menunjukkan sifat invasive serta metastasis dan sangat

anaplastik. Kanker dapat mengenai berbagai macam organ, pembuluh darah, kelenjar

getah bening, bahkan tulang.

B. Tujuan

Adapun dari terbentuknya makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami lebih lagi

mengenai kanker, terutama kanker paru seperti bahasan kita kali ini. Selain itu, dapat

mahasiswa dapat memenuhi kompetensi belajar dalam blok kali ini.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 1

Page 2: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Bab II

Pembahasan

Skenario

Seorang laki-laki berusia 65 tahun, datang berobat ke poliklinik dengan keluhan batuk

berdarah sejak 2 bulan yang lalu. Dalam sebulan ini berat badan pasien juga turun drastic.

Pasien juga mengeluh sakit sedang, kesadaran Compos Mentis, TD: 120/80 mmHg, denyut

nadi: 80x / menit, frekuensi pernafasan: 26x / menit. Tidak ada riwayat penyakit diabetes

pada pasien ini. Pasien ini juga tinggal dalam lingkungan dengan sanitasi yang baik. Namun

pasien adalah seorang perokok berat sejak muda.

A. Anamnesis

Karsinoma paru atau kanker paru yang umum dikenal adalah keganasan fatal ynag

ditemukan. Bisa menimbulkan gejala akibat penyakit lokal, metastasis, atau efek sistemik

dari keganasan.1

Pada pasien dengan dugaan kanker paru, berikut adalah yang harus ditanyakan saat

anamnesis:

1. Gejala penyakit lokal : hemoptisis, batuk, nyeri dada, mengi, sesak napas,

Sindrom Horner, efusi pleura, obstruksi Vena Cava Superior, Clubbing Finger,

limfadenopati, perubahan suara (kelumpuhan nervus laringeal rekuren), kelainan

rontgen toraks.

2. Gejala penyakit sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam, manifestasi

endokrin (misalnya sindrom Cushing), hiperkalsemia

3. Gejala metastase : ikterus, nyeri hepatik, lesi kulit

Adakah gejala yang menunjukkan penyebaran sekunder dari tumor primer lain?

Riwayat penyakit terdahulu

- Tanyakan riwayat merokok pasien

- Tanyakan pajanan asbestos

- Pernahkan menjalani radioterapi

- Pernahkan menjalani kemoterapi

Makalah PBL – Kanker Paru Page 2

Page 3: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

- Tanyakan riwayat atau pajanan di tempat kerja

- Tanyakan fungsi paru dan penyakit kardiorespiratorius lain

B. Pemeriksaan

1. Pemeriksaan Fisik

Dokter terkadang tidak mendapatkan kelainan pada pemeriksaan fisis penderita

kanker paru staging awal penyakitnya. Hal itu disebabkan tumor masih dengan

volume kecil dan belum menyebar sehingga tidak menimbulkan gangguan di tempat

lain. Pada kasus dengan staging lanjut akan dapat ditemukan kelainan tergantung pada

gangguan yang ditimbulkan oleh tumor primer atau penyebarannya. Kelainan yang

didapat tergantung letak dan besar tumor sehingga menimbulkan gangguan. Kanker

paru juga dapat menyebabkan timbulnya tumpukan cairan di rongga pleura atau

menekan pembuluh darah balik (vena), dll. Kelainan yang dapat ditemukan berkaitan

penyebaran kanker, misalnya benjolan di leher, ketiak. Tidak jarang juga pasien

datang dengan kelumpuhan akibat penyebaran di otak atau tulang belakang (vetebra).

Secara pemeriksaan fisik bisa dilakukan dengan pemeriksaan fisik paru yaitu dengan

inspeksi palpasi auskultasi dan perkusi.

2. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi2

- Foto thorax posterior – anterior (PA) dan lateral serta Tomografi dada.

Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker

paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa

udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau

vertebra.

- Bronkhografi. Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.

b. Laboratorium.

- Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).Dilakukan untuk mengkaji adanya/

tahap karsinoma.

- Pemeriksaan fungsi paru dan GDA. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas

untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 3

Page 4: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

- Tes kulit, jumlah absolute limfosit. Dapat dilakukan untuk mengevaluasi

kompetensi imun (umum pada kanker paru).

c. Histopatologi.

- Bronkoskopi. Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan

sitologi lesi (besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).

- Biopsi Trans Torakal (TTB). Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang

letaknya perifer dengan ukuran < 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.

- Torakoskopi. Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik

dengan cara torakoskopi.

- Mediastinosopi. Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah

bening yang terlibat.

- Torakotomi. Torakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila

bermacam – macam prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal

mendapatkan sel tumor.

d. Pencitraan.

- CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.

- MRI, untuk menunjukkan keadaan mediastinum.

e. Pemeriksaan lain

1. Petanda Tumor

Petanda tumor yang telah, seperti CEA, Cyfra21-1, NSE dan lainya tidak

dapat digunakan untuk mendiagnosis tetapi masih digunakan evaluasi hasil

pengobatan.

2. Pemeriksaan biologi molekuler

Pemeriksaan biologi molekuler telah semakin berkembang, cara paling

sederhana dapat menilai ekspresi beberapa gen atau produk gen yang terkait

dengan kanker paru,seperti protein p53, bcl2,dan lainya. Manfaat utama dari

pemeriksaan biologi molekuler adalah menentukan prognosis penyakit.

C. Diagnosis

1. Differential Diagnosis

Makalah PBL – Kanker Paru Page 4

Page 5: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama

dikenal manusia, misalnya dia dihubungan dengan tempat tinggal di daerah urban,

lingkungan yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang

vertebra torak yang khas TB dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan

zaman neolitikum, begitu juga penemuan yang berasal dari mumi dan ukiran dinding

pyramid di Mesir kuno pada tahun 2000-4000 SM. Hipokrates telah memperkenalkan

terminology phthisis yang diangkat dari bahasa Yunani yang menggambarkan

tampilan TB paru. 3

Di Indonesia sendiri tuberculosis bukanlah penyakit yang jarang ditemukan. Indonesia

adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India.

Berdasarkan survey, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian

tertinggi di Indonesia.

Sistem kekebalan seseorang yang terinfeksi oleh tuberkulosis biasanya

menghancurkan bakteri atau menahannya di tempat terjadinya infeksi. Kadang bakteri

tidak dimusnahkan tetapi tetap berada dalam bentuk tidak aktif (dorman) di dalam

makrofag (sejenis sel darah putih) selama bertahun-tahun.

Sekitar 80% infeksi tuberkulosis terjadi akibat pengaktivan kembali bakteri yang

dorman. Bakteri yang tinggal di dalam jaringan parut akibat infeksi sebelumnya

(biasanya di puncak salah satu atau kedua paru-paru) mulai berkembangbiak.

Pengaktivan bakteri dorman ini bisa terjadi jika sistem kekebalan penderita menurun

(misalnya karena AIDS, pemakaian kortikosteroid atau lanjut usia).

Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan

kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas

peningkatan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi oleh M. tuberculosis biasanya

secara inhalasi sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis yang paling sering

dibanding organ lainnya. Penularan penyakit ini sebagian besar melalui inhalasi basil

yang mengandung droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan

batuk berdarah atau berdahak yang mengandung basil tahan asam (BTA).

Makalah PBL – Kanker Paru Page 5

Page 6: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Pada TB kulit atau jaringan lunak penularan bias melalui inokulasi langsung. Infeksi

yang disebabkan oleh M. bovis dapat disebabkan oleh susu yang tidak disterilkan

dengan baik atau terkontaminasi.

Penyebab tuberculosis adalah Mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk

batang. Sebagian besar dinding kuman terdiri atas asam lemak, kemudian

peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid inilah yang membuat kuman lebi asam

terhadap asam (asam alcohol) sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) dan ia juga

lebih tahan hidup di udara kering

Gejala Klinis

Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk.

Pada pagi hari, batuk bisa disertai sedikit dahak berwarna hijau atau kuning. Jumlah

dahak biasanya akan bertambah banyak, sejalan dengan perkembangan penyakit. Pada

akhirnya, dahak akan berwarna kemerahan karena mengandung darah.

Salah satu gejala yang paling sering ditemukan adalah berkeringat di malam hari.

Penderita sering terbangun di malam hari karena tubuhnya basah kuyup oleh keringat

sehingga pakaian atau bahkan sepreinya harus diganti.

Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks atau cairan (efusi

pleura) di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi ditemukan dalam bentuk

efusi pleura.

Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke dalam

kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem pertahanan tubuh alami

bisa mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan berlanjut dan bakteri menjadi

dorman.

Pada anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung bronkial

dan menyebabkan batuk atau bahkan mungkin menyebabkan penciutan paru-paru.

Kadang bakteri naik ke saluran getah bening dan membentuk sekelompok kelenjar

Makalah PBL – Kanker Paru Page 6

Page 7: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

getah bening di leher. Infeksi pada kelenjar getah bening ini bisa menembus kulit dan

menghasilkan nanah.

Tuberkulosis bisa menyerang organ tubuh selain paru-paru dan keadaan ini disebut

tuberkulosis ekstrapulmoner.

Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah ginjal dan tulang.

Tuberkulosis ginjal bisa hanya menghasilkan sedikit gejala, tetapi infeksi bisa

menghancurkan sebagian dari ginjal. Lalu tuberkulosis bisa menyebar ke kandung

kemih.

Pada pria, infeksi juga bisa menyebar ke prostat, vesikula seminalis dan epididimis,

menyebabkan terbentuknya benjolan di dalam kantung zakar.

Pada wanita, tuberkulosis bisa menyerang indung telur dan salurannya, sehingga

terjadi kemandulan. Dari indung telur, infeksi bisa menyebar ke selaput rongga perut

dan menyebabkan peritonitis tuberkulosis, dengan gejala berupa lelah, nyeri perut

disertai nyeri tekan ringan sampai nyeri hebat yang menyerupai radang usus buntu.

Infeksi bisa menyebar ke persendian, menyebabkan artritis tuberkulosis. Sendi

meradang dan nyeri. Yang paling sering terkena adalah sendi pinggul dan lutut; tetapi

bisa juga menyerang tulang pergelangan tangan, tangan dan sikut.

Tuberkulosis bisa menginfeksi kulit, usus dan kelenjar adrenal. Infeksi pada dinding

aorta (arteri utama) menyebabkan pecahnya aorta. Infeksi pada kantung jantung

menyebabkan perikarditis tuberkulosis, dimana perikardiuim teregang oleh cairan.

Cairan ini bisa mengganggu kemampuan jantung dalam memompa darah. Gejalanya

berupa demam, pelebaran vena leher dan sesak nafas.

Infeksi pada dasar otak disebut meningitis tuberkulosis. Gejalanya berupa demam,

sakit kepala yang menetap, mual dan penurunan kesadaran. Kuduk sangat kaku

sehingga dagu tidak dapat didekatkan ke dada. Kadang setelah meningitisnya

membaik, akan terbentuk massa di dalam otak, yang disebut tuberkuloma.

Tuberkuloma bisa menyebabkan kelemahan otot (seperti yang terjadi pada stroke) dan

harus diangkat melalui pembedahan.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 7

Page 8: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Pada anak-anak, bakteri bisa menginfeksi tulang belakang dan ujung tulang-tulang

panjang pada lengan dan tungkai. Jika keadaan ini tidak segera diatasi, bisa terjadi

kolaps pada 1 atau 2 tulan belakang yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

Di negara-negara berkembang, bakteri tuberkulosis bisa disebarkan melalui susu yang

terkontaminasi dan tinggal di dalam kelenjar getah bening leher atau di dalam usus

halus. Selaput lendir dari saluran pencernaan resisten terhadap bakteri, karena itu

infeksi baru terjadi jika bakteri terdapat dalam jumlah yang sangat banyak atau jika

terdapat gangguan sistem kekebalan. Tuberkulosis intestinalis bisa tidak

menimbulkan gejala, tetapi menyebabkan pertumbuhan jaringan yang abnormal di

daerah yang terinfeksi, yang bisa disalahartikan sebagai kanker.

Bronkhiektasis

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus

yang bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan

berkurangnya aliran udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis

digolongkan dalam penyakit paru obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai

peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps, lalu menyebabkan obstruksi aliran

udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus yang biasanya disertai

dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis.

Gejala Klinis :

-batuk kronis yang produktif

-hemoptisis

-dyspneu

-penurunan berat badan

-malaise

-demam biasanya terjadi karena infeksi yang berulang

2. Working Diagnosis

Kanker paru

Kanker dapat terjadi pada siapa saja, umur berapa saja dan dimana saja dalam tubuh

manusia. Besar kecilnya kemungkinan seseorang untuk menderita kanker jenis tertentu

Makalah PBL – Kanker Paru Page 8

Page 9: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

tergantung faktor risiko yang dimilikinya. Kanker yang paling banyak dikenal orang pada

orang dewasa adalah kanker payudara, kanker nasofaring, kanker usus, kanker leher

rahim, kanker prostat, kanker darah dan kanker paru. Kanker paru merupakan jenis

kanker yang paling sulit diobati, banyak diderita laki-laki dewasa ( usia > 40 tahun) dan

perokok.

Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan

tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan

ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin

kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru

dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli

bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan

penyakit ini sangat bergantung pada kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis

pasti. Penemuan kanker paru pada stadium dini akan sangat membantu penderita, dan

penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh

kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat

menyembuhkannya.4

Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru

terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru

membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan.

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup

keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis

tumor di paru).2

Keganasan di rongga torak mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis tumor

di paru dan mesotelioma ganas (kegasanan di pleura). Kasus keganasan rongga toraks

terbanyak adalah kanker paru. Di dunia, kanker paru merupakan penyebab kematian yang

paling utama di antara kematian akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok

kasus terbanyak meskipun angka kejadian pada perempuan cendrung meningkat, hal itu

berkaitan dengan gaya hidup (merokok).

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup

keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis tumor di paru.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 9

Page 10: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Metastasis tumor di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat  penyebaran

(metastasis) dari tumor primer organ lain.  Definisi khusus untuk  kanker paru primer

yakni tumor ganas yang berasal dari epitel bronkus. Meskipun jarang dapat ditemukan

kanker paru primer yang bukan berasal dari epitel bronkus misalnya bronchial gland

tumor. Tumor paru jinak yang sering adalah hamartoma

Gambar 1. Kanker paru5

Gejala Klinis

Tanda dan gejala kanker paru membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dapat diketahui

dan seringkali dikacaukan dengan gejala dari kondisi yang kurang serius. Tanda dan

gejala mungkin tidak kelihatan sampai penyakit telah mencapai tahap lanjut.

Batuk pada perokok yang terus menerus atau menjadi hebat

Batuk pada bukan perokok yang menetap sampai dengan lebih dari dua minggu

Dada, bahu atau nyeri punggung yang tidak berhubungan terhadap nyeri akibat batuk

yang terus menerus

Perubahan warna pada dahak

Meningkatnya jumlah dahak

Dahak berdarah

Bunyi menciut-ciut saat bernafas pada bukan penderita asma

Makalah PBL – Kanker Paru Page 10

Page 11: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Radang yang kambuh

Sulit bernafas

Nafas pendek

Serak

Suara kasar saat bernafas

Selain dari itu juga barangkali tanda-tanda dan gejala-gejala disebabkan oleh penyebaran

kanker paru pada bagian tubuh lainnya. Tergantung pada organ-organ yang dirusak.

Kelelahan kronis

Kehilangan nafsu makan

Sakit kepala, nyeri tulang, sakit yang menyertainya

Retak tulang yang tidak berhubungan dengan luka akibat kecelakaan

Gejala-gejala pada saraf (seperti: cara berjalan yang goyah dan atau kehilangan

ingatan sebagian)

Bengkak pada leher dan wajah

Kehilangan berat badan yang tidak diketahui penyebabnya

Karena pada umumnya gejala klinis yang ditemukan pada pasien muncul setelah tahap

lanjut, pada pasien sering terlihat Sindrom Paraneoplastik.

Sindrom paraneoplastik, terdapat pada 10% kanker paru dengan gejala :

a. sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam

b. hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi

c. hipertrofi osteoartropati

d. neurologis : demensia, ataksia, tremor, neuropati perifer

e. neuromiopati

f. endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia)

g. dermatologis : eritema multiformis, hyperkeratosis

h. renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)

Makalah PBL – Kanker Paru Page 11

Page 12: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Penemuan 6

Pengenalan awal penyakit ini sulit dilakukan bila hanya berdasarkan keluhan saja.

Biasanya keluhan ringan terjadi pada mereka yang masih dalam stage dini yaitu  stage I

dan II. Data di Indonesia maupun laporan negara maju kebanyakan kasus kanker paru 

terdiagnosis ketika penyakit telah berada pada stage lanjut (stage III dan IV).

Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk pengenalan awal ini, selain pemeriksaan klinis

adalah pemeriksaan foto toraks dan/atau pemeriksaan sitologi sputum. Pada foto toraks

dapat ditemukan gambaran tumor dengan tepi yang tidak rata dan penarikan pleura dan

bahkan destruksi tulang dinding dada. Tidak jarang ditemukan gambaran efusi pleura

masif sehingga tumor tidak terlihat. Sitologi  sputum akan memberikan hasil positif jika

tumor ada dibagian sentral atau intrabronkus.

Kemajuan di bidang teknologi endoskopi autoflouresensi telah terbukti dapat mendeteksi

lesi prakanker maupun lesi kanker yang berlokasi sentral. Perubahan yang ditemukan

pada mukosa bronkus pada lesi keganasan stadium dini sulit dilihat dengan bronkoskop

konvensional. Hal itu dapat diatasi dengan bronkoskop autoflouresensi karena dapat

mendeteksi lesi karsinoma in situ yang mungkin terlihat normal dengan bronkoskop

biasa.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 12

Page 13: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Gambar 1. Algoritme Kanker Paru6

Jenis-jenis Kanker Paru 2

1. Kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK = SCLC) merupakan 20% dari

seluruh kanker paru, bersifat lebih agresif tetapi sangat responsif dengan pengobatan

terutama kemoterapi dan radioterapi.

1. Neuroendokrin tumor

2. Tumbuh cepat

3. Metastase ke mediastinum, toraks, dan ekstra toraks.

4. Dapat menyempitkan bronki (kompresi)

5. Dapat menyebabkan serak (paralisis dari nervus laryngeal)

6. Tidak diindikasikan untuk tindakan operatif kecuali pada stase tertentu

7. Prognosis buruk

Makalah PBL – Kanker Paru Page 13

Page 14: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

2. Kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KBKBSK= NSCLC) yang terbanyak

yaitu sekitar 80% dari kanker paru-paru. Ada beberapa jenis KPKBSK yang dapat

dikenali diantaranya:

Karsinoma epidermoid (disebut juga karsinoma sel skuamosa)

30-35% dari pasien kanker paru

Berasal dari epitel bronchial

Sering ditemukan kavitas (sering menyebabkan diagnosis

menjadi TBC)

Tumbuh lambat, metastase jarang terjadi

Paling sering pada pria, dan sangat berhubungan dengan rokok.

Tumbuh di atau dekat hilus

Adenokarsinoma,

Terutama mengenai wanita, bukan perokok, <45 tahun.

Tidak terlalu berhubungan dengan rokok

Tumbuh lebih perifer

Karsinoma sel besar

Suatu karsinoma skuamosa atau adenokarsinoma yang

berdiferensiasi sangat buruk

Lain-lain:merupakan jenis yang jarang ditemukan misalnya karsinoid,

karsinoma bronkoalveolar.

Berasal dari sel alveolus atau bronchioles terminalis

Tidak menginvansi stroma, single , atau multiple

Menyerupai konsolidasi pneumonia

Tingkatan (Staging) Kanker Paru

Makalah PBL – Kanker Paru Page 14

Page 15: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Staging kanker paru ditentukan oleh tumor (T), keterlibatan kelenjar getah bening (N) dan

penyebaran jauh (M). Beberapa pemeriksaan tambahan harus dilakukan dokter spesialis

paru untuk menentukan staging penyakit. Pada pertemuan pertama dokter akan

melakukan foto toraks (foto polos dada). Jika pasien membawa foto yang telah lebih dari

1 minggu maka akan dibuat foto yang baru. Tetapi foto toraks hanya dapat metentukan

lokasi tumor, ukuran tumor ada tidaknya cairan. Foto toraks belum cukup karena tidak

dapat menentukan keterlibatan kelenjar getah bening dan metastasis luar paru. Bahkan

pada beberapa kondisi misalnya volume cairan yang banyak, paru kolaps luas menutup

tumor sehingga tidak terlihat. Sama perti pencarian jenis histologis kanker, pemeriksaan

untuk menetukan staging juga tidak mesti sama pada semua pasien tetapi masing masing

pasien mempunyai prioriti pemeriksaan yang harus segera dilakukan tergantung

kondisinya pada saat datang.

Staging (penderajatan) untuk kanker paru berdasarkan tumor (T) dan penyebarannya ke

getah bening (N) dan organ lain (M).

Stage  kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) terdiri dari :2

Stage terbatas (limited) jika hanya melibatkan satu sisi paru (hemitoraks). Tumor

ditemukan didalam satu paru dan penjelaran ke kelenjar getah bening dalam paru yang

sama

Stage luas (extensived) jika sudah meluas dari satu hemitoraks atau menyebar ke organ

lain. Tumor telah menyebar keluar dari satu paru atau ke organ lain diluar paru.

Stage kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan Sel Kecil (KPKBSK)

Staging/Tingkat I A/B. Satu tumor ukuran kurang atau lebih dari 3 cm pada satu lobus

paru

Staging/Tingkat II A/B. Satu tumor dalam lobus paru melekat ke dinding dada atau

menyebar ke kelenjar getah bening di dalam paru yang sama

Staging/Tingkat III A. Tumor yang menyebar ke kelenjar getah bening didalam area

trakeal memasuki dinding dada dan diaphragma

Staging/Tingkat III B. Tumor yang menyebar ke nodes getah bening pada lawan paru, atau

di dalam leher.

Staging/Tingkat IV. Tumor yang menyebar kebagian lain paru atau organ lain di luar paru.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 15

Page 16: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

STAGE

 Stadium  TNM

Occult carcinoma0IAIBIIAIIBIIIAIIIBIV

Tx  N0  M0Tis  N0  M0T1  N0  M0T2  N0  M0T1  N1  M0T2  N1  M0, T3 N0  M0T1  N2  M0, T2 N2  M0, T3  N1 M0, T3 N2  M0Sebarang T  N3  M0, T4  sebarang N  M0Sebarang T  sebarang N  M1

Table 1. Stage Kanker Paru2

Kategori TNM untuk Kanker Paru :

TTumor Primer   

1. To: Tidak ada bukti ada tumor primer

2. Tx: Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel

tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara radiologis

atau bronkoskopis.

3. Tis: Karsinoma in situ

4. T1: Tumor dengan garis tengah terbesar tidak melebihi 3 cm, dikelilingi oleh

jaringan paru atau pleura viseral dan secara bronkoskopik invasi tidak lebih

proksimal dari bronkus lobus (belum sampai ke bronkus utama). Tumor

sembarang ukuran dengan komponen invasif terbatas pada dinding bronkus yang

meluas ke proksimal bronkus utama.

5. T2: Setiap tumor dengan ukuran atau perluasan sebagai berikut :

- Garis tengah terbesar lebih dari 3 cm

- Mengenai bronkus utama sejauh 2 cm atau lebih distal dari karina, dapat mengenai

pleura visceral

- Berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif  yang meluas ke daerah

hilus, tetapi belum mengenai seluruh paru.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 16

Page 17: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

6. T3: Tumor sembarang ukuran, dengan perluasan langsung pada dinding dada

(termasuk tumor sulkus superior), diafragma, pleura mediastinum atau tumor

dalam bronkus utama yang jaraknya kurang dari 2 cm sebelah distal karina atau

tumor yang berhubungan dengan atelektasis atau pneumonitis obstruktif seluruh

paru.

7. T4: Tumor sembarang ukuran yang mengenai mediastinum atau jantung,

pembuluh besar, trakea, esofagus, korpus vertebra, karina, tumor yang disertai

dengan efusi pleura ganas atau tumor satelit nodul ipsilateral pada lobus yang

sama dengan tumor primer.

NKelenjar getah bening regional (KGB)

1. Nx: Kelenjar getah bening regional tak dapat dinilai

2. No: Tak terbukti keterlibatan kelenjar getah bening

3. N1: Metastasis pada kelenjar getah bening peribronkial dan/atau hilus

ipsilateral, termasuk perluasan tumor secara langsung

4. N2: Metastasis pada kelenjar getah bening mediatinum ipsilateral dan/atau

KGB subkarina

5. N3: Metastasis pada hilus atau mediastinum kontralateral atau KGB

skalenus/supraklavikula ipsilateral/kontralateral

MMetastasis (anak sebar) jauh

1. Mx: Metastasis tak dapat dinilai

2. Mo: Tidak ditemukan metastasis jauh

3. M1: Ditemukan metastasis jauh. Nodul ipsilateral di luar lobus tumor primer

dianggap sebagai M1

D. Etiopatogenesis

Meskipun etiologi sebenarnya dari kanker paru belum diketahui, tetapi ada beberapa

faktor yang berperan dalam peningkatan insiden kanker paru :

1. Merokok. Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang

defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari)

Makalah PBL – Kanker Paru Page 17

Page 18: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai

kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang

perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali

ke pola resiko bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun. Hidrokarbon

karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika dikenakan

pada kulit hewan, menimbulkan tumor.7

2. Iradiasi. Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg

dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat kanker

paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon. Bahan ini

diduga merupakan agen etiologi operatif.

3. Kanker paru akibat kerja. Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar

dengan karbonil nikel (pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja

pemecah hematite (paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan

asbestos dan dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.

4. Polusi udara.

Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari

pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen

dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota.8

5. Genetik.

Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru, yakni :

a. Proton oncogen.

b. Tumor suppressor gene.

c. Gene encoding enzyme.

6. Diet

Makanan menjadi salah satu yang berperan dalam perkembangan kanker. Dimulai

dari makanan siap saji (junk food), makanan dengan pengawet perasa pewarna

buatan.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 18

Page 19: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Patogenesis

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia

hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya

pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila

lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang

pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus

vertebra.9

Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini

menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian

distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan

dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi.

Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,

khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat

seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

E. Faktor Risiko

Faktor Risiko :

Laki-laki,

Usia lebih dari 40 tahun

Perokok (pengguna tembakau – perokok putih kretek atau cerutu)

Tinggal/bekerja di lingkungan yang mengandung zat karsinogen atau

polusi

Paparan industri / lingkungan kerja tertentu

Perempuan perokok pasif

Riwayat pernah mendapat kanker organ lain atau anggota keluarga dekat

yang menderita kanker paru (masih dalam penelitian).

Tuberkulosis paru (scar cancer), angka kejadiannya sangat kecil.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 19

Page 20: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Radon dan asbes

Orang-orang yang termasuk dalam kelompok atau terpapar pada faktor risiko di

atas dan mempunyai tanda dan gejala respirasi yaitu batuk, sesak napas, nyeri

dada disebut golongan risiko tinggi (GRT) maka sebaiknya segera dirujuk ke

dokter spesialis paru

F. Epidemiologi

Di dunia, kanker paru merupakan penyebab kematian yang paling utama di antara

kematian akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok kasus terbanyak

meskipun angka kejadian pada perempuan cendrung meningkat, hal itu berkaitan dengan

gaya hidup (merokok) . Setiap tahun, terdapat lebih dari 1,3 juta kasus kanker paru di

seluruh dunia dengan angka kematian 1,1 juta setiap tahunnya. Di Eropa, diperkirakan

ada 381.500 kasus kanker paru pada 2004, dengan angka kematian 342.000 atau 936

kematian setiap hari.10

Selama 50 tahun terakhir terdapat suatu peningkatan insidensi paru – paru yang

mengejutkan. America Cancer Society memperkirakan bahwa terdapat 1.500.000 kasua

baru dalam tahun 1987 dan 136.000 meningggal. Prevalensi kanker paru di negara maju

sangat tinggi, di USA tahun 1993 dilaporkan 173.000/tahun, di Inggris 40.000/tahun,

sedangkan di Indonesia menduduki peringkat 4 kanker terbanyak. Di RS Kanker

Dharmais Jakarta tahun 1998 tumor paru menduduki urutan ke 3 sesudah kanker

payudara dan leher rahim. Karena sistem pencatatan kita yang belum baik, prevalensi

pastinya belum diketahui tetapi klinik tumor dan paru di rumah sakit merasakan benar

peningkatannya. Sebagian besar kanker paru mengenai pria (65 %), life time risk 1:13

dan pada wanita 1:20. Pada pria lebih besar prevalensinya disebabkan faktor merokok

yang lebih banyak pada pria. Insiden puncak kanker paru terjadi antara usia 55 – 65

tahun.

Akan tetapi dengan berkembangnya waktu, insiden diatas berubah, saat ini menurut

WHO terdapat 1,5 – 2 juta kasus baru tiap tahun, mendekati 1,1 jta orang meninggal

akibat kanker paru. Dan saat ini baik di Indonesia maupun Negara lain, tempat pertama

yang menempati tempat dalam kanker dengan kasus kematian terbanyam adalah Kanker

paru.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 20

Page 21: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

G. Tatalaksana

1. Kuratif

2. Suportif

3. Paliatif

- Mengurangi rasa sakit dan gejala tidak nyaman lainnya

- Menegaskan arti kehidupan dan memandang kematian sebagai suatu proses yang

normal;

- Tidak bertujuan untuk mempercepat ataupun menunda kematian;

- Memadukan aspek-aspek psikologi dan spirital dalam pengobatan pasien;

- Menawarkan dukungan untuk membantu pasien hidup seaktif mungkin sampai saat

meninggalnya;

- Menawarkan dukungan untuk membantu keluarga pasien agar tabah selama pasien

sakit serta di saat-saat sedih dan kehilangan;

- Menggunakan pendekatan secara tim untuk menjawab kebutuhan pasien dan

keluarganya, termasuk dukungan di saat-saat sedih dan kehilangan, jika diperlukan;

- Meningkatkan kualitas hidup, dan memberikan pengaruh positif selama sakit;

- Dapat diterapkan sejak awal pengobatan penyakit, bersamaan dengan terapi-terapi

lain yang bertujuan untuk memperpanjang hidup misalnya kemoterapi atau terapi

radiasi, dan mencakup penyelidikan yang diperlukan untuk dapat memahami dan

menangani berbagai komplikasi klinis yang menyulitkan dengan lebih baik.

Pada umumnya, mayoritas pasien kanker sudah berada pada kanker stadium lanjut

saat pertama kali bertemu dengan profesional medis. Bagi mereka, satu-satunya

pilihan pengobatan yang realistis adalah penghilangan rasa sakit dan pengobatan

paliatif. Metode pendekatan yang efektif dalam pengobatan paliatif untuk

meningkatkan kualitas hidup para pasien kanker tersedia di sini.

Bedah6

Hanya dilakukan untuk KPKBSK staging I atau II atau untuk pengobatan paliatif

yaitu pada kondisi mengancam nyawa misal batuk darah masif, gawat napas yang

Makalah PBL – Kanker Paru Page 21

Page 22: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

mengancam jiwa, atau nyeri hebat. Bedah yang dilakukan adalah dengan membuang 1

lobus paru (kadang lebih) tempat ditemukannya tumor dan juga membuang semua

kelenjar getah bening mediastinal. Diagnosis sebelum bedah mungkin saja akan

berubah setelah bedah. Hal itu terjadi karena keterbatasan alat bantu diagnosis atau

penyakit telah berkembang selama putusan bedah dilakukan. Akibatnya mungkin saja

setelah bedah pasien harus mendapat radiasi atau kemoterapi segera setelah luka

operasinya sembuh.

Pada kasus khusus misal dengan penyebaran kepala dan hanya ditemukan 1 tumor di

otak dan mengganggu kualiti hidup pasien dapat dilakukan pembuangan tumor di

kepala dengan bedah. Di Indonesia (Jakarta) telah dapat melakukan terapi tampa

pembedahan di kepala dengan menggunakan cyber knife.

Bedah paliatif lain dilakukan oleh dokter bedah syaraf yaitu membuang tumor

metastasis yang berupa soliter nodule di otak dan menimbulkan gangguan kualitas

hidup penderita. Pilihan lain untuk tumor meta dikepala adalah menggunakan cyber

knife yang sudah dapat dilakukan beberapa senter di Indonesia.

Bedah adalah terapi lokal dan dapat terjadi stage pre-bedah (cTNM) berbeda  dengan

diagnosis pasca-bedah. Jika terjadi perbedaan maka stage yang digunakan adalah

stage pasca-bedah (pTNM) dan pilihan terapi tergantung pada hasil akhir.

Beberapa jenis pembedahan yang mungkin digunakan untuk mengobati NSCLC,

antara lain:

- Pneumonectomy: seluruh paru-paru (kiri atau kanan) diangkat pada operasi ini

- Lobektomi: lobus paru-paru diangkat dalam operasi ini

- Segmen Resection: bagian dari suatu lobus diangkat dalam operasi ini

- Wedges Resection: bagian kecil dari paru diangkat

Tindakan pembedahan memiliki angka kegagalan (death rate) sekitar 4,4% yang

tergantung juga pada fungsi paru-paru pasien dan risiko lainnya.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 22

Page 23: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Kadang pada kasus kanker paru stadium lanjut dimana banyaknya cairan

terkumpul pada rongga dada (pleural effusion), dokter perlu membuat suatu

lubang kecil pada dada untuk mengeluarkan cairan.

Efek samping pembedahan yang mungkin timbul sesudah operasi, antara lain

bronchitis kronis (terutama pada mantan perokok aktif).

Radioterapi

Radioterapi atau iradiasi diberikan pada staging III dan IV KPKBSK, dapat diberikan

tunggal untuk mengatasi masalah di paru (terapi lokal) atau gabungan dengan

kemoterapi. Pasien yang diputuskan akan mendapat radioterapi akan dirujuk dokter

spesialis paru ke dokter spesialis radioterapi dan akan kembali ke dokter semula jika

terapi tidak memberikan respons atau radioterpai telah selesai atau muncul efek

samping akibat radioterapi itu. Radioterapi dapat diberikan jika sistem homeostatik

(darah) baik yaitu

HB > 10 gr%

Leukosit > 4.000/dl

Trombosit > 100.000/dl

Dosis untuk kanker primer adalah 5.000 – 6.000 cGy dengan menggunakan COBALT

atau LINAC dengan cara pemberian 200 cGy/x/hari, 5 hari dalam seminggu.

Pemberian radiosensitiser dapat lebih meningkatkan respons irradiasi itu, misalnya

dengan memberikan obat anti-kanker karboplatin, golongan taxan, gemsitabine,

capecitabine dengan dosis sangat kecil sehingga tidak mempunyai efek sistemik.

Radioterapi dapat diberikan sendiri (radiotherapy only) atau kombinasi dengan

kemoterapi (konkuren, sekuensial atau alternating) meskipun sebagai konsekuensinya

toksisiti menjadi lebih banyak dan sangat mengganggu.

Evaluasi toksisiti harus dilakukan setiap setelah pemberian 5x, jika ditemukan

gangguan sistem hemostatik salah satu atau lebih :

HB  <10 gr%

Leukosit  < 3.000/dl

Makalah PBL – Kanker Paru Page 23

Page 24: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Trombosit < 100.000/dl

Maka pemberian irradiasi harus dihentikan dulu dan dilakukan koreksi toksisiti itu

dan dapat segera dimulai jika sudah memenuhi syarat. Toksisiti non-hematologik juga

sering timbul dan yang sangat menganggu pasien adalah esopagitis, batuk akibat

pneumonitis radiasi atau fibrosis. Jika melebihi grade 3 WHO naka irradiasi harus

dipertimbangkan untuk dihentikan.

Evaluasi renspons irradiasi dilakukan setiap setelah pemberian 10x (1.000 cGy)

dengan foto toraks.

Respons komplit : tumor menghilang 100%, iradiasi dapat dilanjutkan

sampai selesai

Respons sebagian/parsial : tumor mengecil < 90% tapi > 50%, irradiasi

dapat dilanjutkan dan nilai kembali setelah 10x pemberian berikutnya.

Tumor menetap/stabil : tumor mengecil < 50% atau membesar <25%,

irradiasi dapat diteruskan dengan evalauasi lebih ketat. Jika respons

subyektif memburuk atau bertambah irradiasi harus di hentikan.

Progresif : tumor bertambah besar > 25% atau tumbuh tumor baru

maka irradiasi harus dihentikan.

Pemberian irradiasi untuk KPKSK harus diberikan setelah pasien mendapat

kemoterapi 6 siklus.

Kemoterapi6

Kemoterapi adalah memberikan obat anti-kanker pada pasien dengan cara diinfuskan.

Pada kemoterapi diberikan lebih dari 1 jenis obat antikanker dan biasanya 2 macam,

tujuannya agar lebih banyak sel kanker yang dapat dibunuh dengan jalur yang

berbeda. Pemberian kemoterapi harus dilakukan di rumah sakit karena diberikan

dalam prosedur tertentu atau ptotokol yang berbeda tergantung pada jenis obat anti-

kanker yang digunakan.

Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru dan tujuannya bukan hanya

membunuh sel kanker pada tumor primer tetapi juga mengejar sel kanker yang

Makalah PBL – Kanker Paru Page 24

Page 25: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

menyebar di tempat lain. Kemoterapi adalah pilihan terapi untuk KPKSK dan

KPKBSK stage III/IV.

Pemberian kemoterapi memerlukan beberapa syarat antar lain kondisi umum pasien

baik yaitu masih dapat melakukan aktiviti sendiri, fungsi hati, fungsi ginjal dan fungsi

hemostatik (HB, jumlah sel darah putih atau lekosit dan jumlah trombosit darah)

harus baik. Kemoterapi dihitung dengan siklus pemberian yang dapat dilakukan setiap

21 – 28 hari setiap siklusnya.

Efek samping kemoterapi kadang sangat mengganggu, misalnya rontoknya rambut s/d

botak, mual muntah, semutan, mencret dan bahkan alergi. Efek samping itu tidak

sama waktu muncul dan berat ringannya pada setiap orang dan juga tergantung pada

jenis obat yang digunakan. Efek samping lain yang dapat menganggu proses

pemberian adalah gangguan fungsi hemostatik HB < 10 gr%. Leukosit < 3.000/dl atau

trombosit < 100.000/dl. Efek samping dinilai sejak mulai kemoterapi I diberikan.

Efek samping yang berat dapat menghentikan jadwal pemberian, dokter akan

mengkoreksi efek samping yang muncul dengan memberikan obat dan tranfusi darah

jika perlu.

Evaluasi hasil kemoterapi dinilai minimal setelah 2 siklus pemberian (sebelum

kemoterapi III diberikan) yang dapat merupa respons subyektif yaitu apkah BB

meningkat atau keluhan berkurang dan foto toraks untuk melihat kelainan di paru.

Evaluasi dengan menggunakan CT-scan toraks dilakukan setelah pemberian 3 siklus (

sebelum pemberian kemoterapi IV). Jika pada penelian tumor hilang (komplit

respons) mengecil sebagian (respons partial) atau tumor menetap tapi respons

subyektif baik maka kemoterapi dapat diterudskan samapi 4 – 6 siklus. Tetapi jika

pada evaluasi terjadi perburukan misalnya tumor membesar atau tumbuh tumor yang

baru, kemoterapi harus dihentikan dan diganti dengan jenis obat anti-kanker yang

lain.

Toksisiti kemoterapi

Evaluasi toksisiti non-hematologik segera setelah pemberian kemoterapi dimulai, toksisiti itu

dinilai tingat keparahannya berdasarkan skala toksisiti WHO sedangkan toksisiti hematologik

Makalah PBL – Kanker Paru Page 25

Page 26: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

sebaiknya dilakukan setiap 1 minggu. Berat ringannya toksisiti akan mempengaruhi jadwal

pemberian kemoterapi berikutnya. Toksisiti non-hematologik yang paling sering timbul

Mual dan muntah

Diare

Neuropati

Alopesia

Toksisiti hematologi grade III/IV harus segera dikoreksi untuk menghindarkan terjadinya

neutropenia fever yaitu demam pada pasien dengan neutrofil < 1.000/dl. Jadwal kemoterapi

akan tertunda jika ditemukan gangguan sistem hematopoitik

HB < 10 gr%

Leukosit < 3.000/dl

Trombosit < 100.000/dl

Jika setelah dilakukan koreksi nilai batas dapat dicapai maka kemoterapi dapat segera

diberikan. Jadwal kemoterapi sebaiknya jangan tertunda > 2 minggu.

Rejimen  kemoterapi

Kemoterapi untuk kanker paru minimal berupa rejimen yang terdiri dari lebih dari 1 obat anti-

kanker dan diberikan dengan siklus 21 atau 28 hari setiap siklusnya. Kemoterapi untuk

KPKSK diberikan sampai 6 siklus dengan ”cisplatin based” rejimen yang diberikan :

Sisplatin + etoposid

Sisplatin + irinotekan (CPT-11)

Pada keadaan tertentu sisplatin dapat digantikan dengan karboplatin dan

irinotekan digantikan dengan dosetaksel. 

Kemoterapi untuk KPKBSK dapat 6 siklus (pada kasus tertentu diberikan sampai lebih dari 6

siklus) dengan ”platinum based” rejimen yang diberikan sebagai terapi lini pertama (first line)

adalah :

Karboplatin/sisplatin + etoposid

Karboplatin/sisplatin + gemsitabin

Makalah PBL – Kanker Paru Page 26

Page 27: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Karboplatin/sisplatin + paklitaksel

Karboplatin/sisplatin + dosetaksel

Tampilan umum berdasarkan Skala karnofsky  dan WHO

Skala Pengertian

90 – 100 0 dapat beraktifiti normal, tanpa keluhan yang menetap

70 - 80 1 dapat beraktifiti normal tetapi ada keluhan berhubungan dengan sakitnya

50 – 70 2 membutuhkan bantuan orang lain untuk melakukan aktifiti yang spesifik

30 – 50 3 sangat bergantung pada bantuan orang lain untuk aktifiti rutin

10 - 30 4 Tidak dapat bangkit dari tempat tidur

Tabel 2. Skala Karnofsky

Targeted therapy

Pada banyak kondisi pasien tidak dapat memenuhi syarat untuk dilakukan

pembedahan, radioterapi atau kemoterapi maka dapat ditawarkan pemberian obat

golongan baru dengan mekanisme kerja yang telah teruji dikenal dengan istilah

targeted therapy. Obat golongan ini diberikan 1x perhari dengan cara diminum.

Sampai saat ini anjuran penggunaan targeted therapy untuk kanker paru adalah

sebaiknya setelah kemoterapi diberikan kecuali pada kasus kasus pilihan terapi utama

tidak dapat dilakukan.

Targeted therapy adalah obat kanker yang menggunakan reseptor untuk membunuh

sel kanker, yang telah digunakan luas saat ini adalah obat yang bekerja sebagai TKI

(tirosin kinase inhibitor). Seperti erlotinib dan gefitinib, obat golongan ini lebih

sederhana cara pemberiannya dan ringan efek sampingnya, tetapi pemanfaatannya

sebagai terapi lini pertama  (first line) masih perlu pembuktian lebih lanjut.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 27

Page 28: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Penggunaan obat obat lain misal imunoterapi, herbal medicine, chinese traditional

medicine, dll masih dalam penelitian dan belum menjadi standar pengobatan kanker

paru.

Terapi lain

Dengan berbagai alasan banyak pasien kanker paru memilih obat alternatif yang

belum teruji dan bukan standar untuk pengobatan kanker paru. Jika diputuskan itu

pilihan pasien dan keluarga anjurannya adalah pasien tetap kontroil ke dokter spesialis

parunya agar dapat dipantau efek samping obat obatan yang digunakan dan dapat

memutuskan kapan obat obat alternatif itu tidak bermanfaat dan sebaiknya dihentikan.

H. Komplikasi

SINDROMA PARANEOPLASTIK

Sindroma Paraneoplastik adalah sekumpulan gejala yang bukan disebabkan oleh

tumornya sendiri, tetapi oleh zat-zat yang dihasilkan oleh kanker. Beberapa zat yang

dapat dihasilkan oleh tumor adalah hormon, sitokinese dan berbagai protein lainnya.

Zat-zat tersebut mempengaruhi organ atau jaringan melalui efek kimianya.

Bagaimana tepatnya kanker mengenai sisi yang jauh belum sepenuhnya dimengerti.

Beberapa kanker mengeluarkan zat ke dalam aliran darah yang merusak jaringan yang

jauh melalui suatu reaksi autoimun. Kanker lainnya mengeluarkan zat yang secara

langsung mempengaruhi fungsi dari organ yang berbeda atau merusak jaringan.

Bisa terjadi kadar gula darah yang rendah, diare dan tekanan darah tinggi.

Sering mengenai sistem saraf.

Beberapa efek dari Sindroma Paraneoplastik

Organ Yg

TerkenaEfek Kanker Penyebab

Otak, saraf &

ototKelainan neurologis, nyeri otot, kelemahan Kanker paru-paru

Darah & jaringan

pembentuk darah

Anemia, jumlah trombosit yg tinggi, jumlah sel darah

putih yg tinggi, pembekuan yg menyebar luas dalam

Semua kanker

Makalah PBL – Kanker Paru Page 28

Page 29: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

pembuluh darah, mudah memar, jumlah trombosit sedikit

GinjalGlomerulonefritis membranous akibat adanya antibodi

dalam aliran darah

Kanker usus besar atau

indung telur, limfoma,

penyakit Hodgkin, leukemia

Tulang Ujung jari tangan membengkak (clubbing

Kanker paru-paru atau

kanker metastase dari

berbagai kanker

KulitSejumlah lesi kulit, sering berupa pewarnaan kulit (mis.

akantosis nigrikans)

Kanker saluran pencernaan

atau hati, limfoma,

melanoma

Seluruh tubuh Demam

Leukemia, limfoma,

penyakit Hodgkin, kanker

ginjal atau hati

Tabel 3. Sindrom paraneoplastik

Beberapa gejala dapat diobati secara langsung, tetapi untuk mengobati sindroma

paraneoplastik biasanya harus dilakukan pengendalian terhadap kanker penyebabnya.

KEDARURATAN KANKER

Yang termasuk ke dalam kedaruratan kanker adalah:

1. Tamponade jantung

Tamponade jantung adalah pengumpulan cairan di dalam kantong jantung (kantong

perikardium, kantong perikardial), yang menyebabkan penekanan terhadap jantung dan

kemampuan memompa jantung.

Pengumpulan cairan terjadi jika kanker menyusup ke dalam perikardium dan menyebabkan

terjadinya iritasi. Kanker yang paling mungkin menyusup ke dalam perikardium adalah

kanker paru-paru, payudara dan limfoma.

Tamponade jantung terjadi secara mendadak jika begitu banyak cairan terkumpul sehingga

jantung tidak dapat berdenyut secara normal. Sebelum timbulnya tamponade, penderita

biasanya merasakan nyeri samar-samar atau tekanan di dada, yang akan bertambah buruk jika

Makalah PBL – Kanker Paru Page 29

Page 30: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

berbaring dan akan membaik jika duduk tegak.

Penderita mengalami gangguan pernafasan yang berat dan selama menghirup udara, vena-

vena di leher membengkak.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan:

- rontgen dada

- EKG

- ekokardiogram.

Untuk mengurangi penekanan, dimasukkan jarum ke dalam kantong perikardium dan cairan

dikeluarkan dengan bantuan alat suntik. Prosedur ini dinamakan perikardiosintesis. Contoh

cairan diperiksa dibawah mikroskop untuk melihat apakah cairan mengandung sel-sel kanker.

Selanjutnya dibuat sayatan pada perikardium untuk mencegah kambuhnya tamponade.

Pengobatan lainnya tergantung kepada jenis kanker yang terjadi.

2. Efusi pleura

Efusi pleura merupakan pengumpulan cairan di dalam kantong yang mengelilingi paru-paru

(kantong pleura), yang bisa menyebabkan sesak nafas. Pengumpulan cairan di kantong

pleura bisa disebabkan oleh berbagai hal, salah satunya adalah kanker.

Untuk mengeluarkan cairan, dimasukkan jarum suntik diantara tulang iga menuju ke kantong

pleura. Jika setelah prosedur ini cairan dengan cepat mulai terkumpul kembali, akan

dimasukkan selang melalui dinding dada menuju ke kantong pleura, yang akan tetap

terpasang disini sampai keadaan penderita membaik.

Zat kimia khusus bisa dimasukkan ke dalam kantong pleura untuk mengiritasi dindingnya

dan menyebabkan kedua lapisan kantong melekat satu sama lain.

Hal ini akan menghilangkan rongga dimana cairan terkumpul dan mengurangi kemungkinan

kambuhnya efusi pleura.

3. Sindroma vena kava superior

Sindroma vena kava superior terjadi jika kanker menyumbat sebagian atau seluruh vena-vena

(vena kava superior), yang mengalirkan darah dari tubuh bagian atas ke dalam jantung.

Penyumbatan vena kava superior menyebabkan vena-vena di dada bagian atas dan di leher

Makalah PBL – Kanker Paru Page 30

Page 31: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

membengkak, sehingga terjadi pembengkakan di wajah, leher dan dada bagian atas.

4. Sindroma penekanan tulang belakang

Sindroma penekanan tulang belakang terjadi jika kanker menekan tulang belakang atau

saraf-saraf tulang belakang, dan menyebabkan nyeri serta hilangnya fungsi.

Semakin lama penderita mengalami kelainan neurologis, semakin kecil kemungkinan

kembalinya fungsi saraf yang normal. Biasanya pengobatan akan memberikan hasil yang

terbaik jika dilakukan dalam 12-24 jam setelah timbulnya gejala. Diberikan kortikosteroid

(misalnya prednison) intravena untuk mengurangi pembengkakan dan terapi penyinaran.

Meskipun jarang, jika penyebabnya tidak diketahui, pembedahan akan membantu diagnosis

yang tepat dan mengobati keadaan ini karena memungkinkan ahli bedah untuk mengurangi

tekanan pada korda spinalis.

5. Sindroma hiperkalemik.

Sindroma hiperkalemik terjadi jika kanker menghasilkan hormon yang akan meningkatkan

kadar kalsium darah atau hormon yang secara langsung mempengaruhi tulang. Penderita

mengalami kebingungan, yang bisa berlanjut menjadi koma dan menyebabkan kematian.

Berbagai macam obat dapat mengurangi kadar kalsium

I. Pencegahan

Penelitian telah membuktikan bahwa lebih dari 80 % kanker paru berhubungan dengan

merokok. Berhenti merokok akan mengurangi dengan sangat berarti risiko seseorang

terkena kanker paru. Risiko pada bekas perokok lebih besar daripada orang-orang yang

tidak pernah merokok. Jadi cara utama untuk seseorang mengurangi risiko terkena

kanker paru adalah berhenti merokok.

Program berhenti merokok. Untuk bukan perokok, cara ini sepertinya hal yang mudah

tapi tidak untuk perokok. Bagaimanapun banyak perokok yang telah mencoba berhenti

merokok dan mengatakan usaha untuk berhenti merokok adalah hal luar biasa sulit.

Kecanduan nikotin pada perokok dapt disamakan dengan sakau pada pengguna heroin,

bahkan boleh jadi kadang kadang lebih keras lagi. Ini barangkali catatan kenapa banyak

sekali perokok berusaha untuk berhenti namun gagal. Seseorang perokok yang telah

Makalah PBL – Kanker Paru Page 31

Page 32: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

berhasil berhenti 10 tahun lamanya berarti telah dapat menurunkan risiko 30 -50 persen

untuk terkena kanker paru.

Faktor utama keberhasilan untuk program berhenti merokok adalah niat dan diikuti

dengan bantuan lingkungan sekitarnya agar usaha itu berhasil dengan sukses.

Usaha pencegahan kanker yang lain dikenal dengan istilah kemopreventif

(Chemoprevention). Kemopreventif adalah penggunaan bahan alami, metode diet tertentu

dan zat kimia sintetis untuk mencegah perkembangan penyakit. Misalnya vitamin, diet,

dan terapi hormone. Banyak cara dan bahan yang sedang diuji cobakan dengan tujuan

bukan hanya mengurangi resiko kanker, tetapi juga untuk mengurangi kesempatan akan

berulangnya kanker (relaps).

Hasilnya uji coba kemopreventif masih belum telralu mengembirakan berbeda denngan

program berhenti merokok yang secara nyata telah menurunkan jumlah penderita kanker

paru laki laki di Amerika karena meningkatnya jumlah orang yang berhenti merokok.

J. Prognosis

Angka hidup setelah 5 tahun 0-15%. Bergantung pada :

1.Stadium

2.Tipe tumor

3.Umur

4.Jenis terapi

Bab III

Penutup

Kanker adalah suatu penyakit neoplastik yang berakibat fatal. Untuk itu perlu diagnosis

dini dan penanganan yang tepat serta suatu dukungan moral.

Kanker paru sendiri terdiri dari beberapa jenis yaitu Karsinoma sel kecil dan karsinoma

Non sel kecil. Masing-masing memiliki cirri khas tersendiri dan keganasan yang berbeda.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 32

Page 33: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

Untuk menghindari kanker yang diperlukan adalah menghindari factor risiko yang dapat

memperberat seperti polusi, diet. Selain itu pajanan-pajanan terhadap zat karsinogenik

lainnya lebih baik dihindari.

Daftar Pustaka

1. Gleadle J. At a glance: anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga;

2007.p.170-171.

2. DeVita VT Jr., Lawrence TS, Rosenberg SA, Hellman S. Cancer principles and

practice on oncology. In: Non small cell lung cancer and small cell lung cancer.

8thedition. Philadelphia: Wolters Kluwer – Lippincott Williams & Wilkins;

2008.p.896-966.

3. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editors. Buku ajar ilmu

penuakit dalam. In: Tuberkulosis paru. Edisi 5. Jakarta: Interna Publishing;

2010.p.2230-2253.

4. McPhee SJ, Papadakis MA, Tierney LM. Current medical diagnosis and treatment. In:

Bronchogenic carcinoma. 47th edition. USA: McGraw-Hill Medical; 2008.p.1398-

1404.

5. Lung cancer. 05 October 2010. Diunduh dari

http://www.medicinenet.com/lung_cancer_pictures_slideshow/article.htm, 18 Juli

2011.

6. Kanker paru. 13 Juni 2006. Diunduh dari http://kankerparu.org/main/index.php?

option=com_content&task=view&id=17&Itemid=31, 18 juli 2011.

7. Hudoyo A. Bagaimana kanker terbentuk. Semijurnal Farmasi & Kedokteran Ethical

Digest. 2006;33:21-26.

8. Price SA, Wilson LM. Patofisiologi. In: Tumor ganas paru. Edisi 6. Jakarta: EGC;

2005.p.843-849.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 33

Page 34: Makalah PBL Mandiri Blok 18 Olivia

9. Underwood JCE, editor. General and systematic pathology. In: Respiratory tract. 4th

edition. USA: Churchill Livingston – Elsevier; 2005.p.352-358.

10. Bower M, Waxman J. Oncology lecture notes. In : Lung cancer. UK: Blackwell

Publishing; 2006.p.156-160.

Makalah PBL – Kanker Paru Page 34