tugas mandiri pbl blok respirasi rhinitis alergi

21
LI. 1. Anatomi SPA LO. 1.1. Makro HIDUNG Organ hidung merupakan organ yang pertama berfungsi dalam saluran nafas. Terdiri dari: 2 buah nares anterior / apertura nasalis anterior / nostrils Vestibulum nasi adalah bagian depan rongga hidung, tempat muara nares anterior. Pada mucosa hidung, terdapat cilia yang kasar yang berfungsi sebagai saringan udara. Rangka hidung / nasus externus bagian luar dibentuk oleh tulang-tulang sebagai berikut: os nasal, processus frontalis os maxillaris. Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan disebut cavum nasi mulai dari nares anterior sampai ke nares posterior yang dikenal dengan choanae. Cavum nasi mempunyai: dasar, atap, dinding lateral, dan medial. Dasar: dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan lamina horizontal os palatinus Atap: bagian bawah dibentuk os frontal dan os nasal, bagian tengah oleh lamina cribrosa os ethmoidalis Dinding: bagian lateral oleh tonjolan tulang conchae nasalis 3 buah; superior, media, inferior. Diantaranya ada saluran yang dinamakan meatus nasalis. Sekat antara kedua rongga hidung dibatasi oleh dinding yang berasal dari tulang dan mucusa disebut septum nasi yang dibentuk oleh tulang- tulang sebagai berikut: 1. Cartilogi septi nasi 2. Os vomer 3. Lamina perpendicularis os ethmoidalis

Upload: helena-azhar-ainun

Post on 20-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

FK YARSI

TRANSCRIPT

Page 1: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

LI. 1. Anatomi SPA

LO. 1.1. Makro

HIDUNG

Organ hidung merupakan organ yang pertama berfungsi dalam saluran nafas. Terdiri dari:

2 buah nares anterior / apertura nasalis anterior / nostrils Vestibulum nasi adalah bagian depan rongga hidung, tempat muara nares anterior. Pada

mucosa hidung, terdapat cilia yang kasar yang berfungsi sebagai saringan udara. Rangka hidung / nasus externus bagian luar dibentuk oleh tulang-tulang sebagai berikut: os

nasal, processus frontalis os maxillaris.

Bagian dalam rongga hidung yang berbentuk terowongan disebut cavum nasi mulai dari nares anterior sampai ke nares posterior yang dikenal dengan choanae.

Cavum nasi mempunyai: dasar, atap, dinding lateral, dan medial.

Dasar: dibentuk oleh processus palatinus os maxilla dan lamina horizontal os palatinus Atap: bagian bawah dibentuk os frontal dan os nasal, bagian tengah oleh lamina cribrosa os

ethmoidalis Dinding: bagian lateral oleh tonjolan tulang conchae nasalis 3 buah; superior, media, inferior.

Diantaranya ada saluran yang dinamakan meatus nasalis.

Sekat antara kedua rongga hidung dibatasi oleh dinding yang berasal dari tulang dan mucusa disebut septum nasi yang dibentuk oleh tulang-tulang sebagai berikut:

1. Cartilogi septi nasi2. Os vomer3. Lamina perpendicularis os ethmoidalis

http://

www.orangecountycosmeticsurgery.com/wp-content/uploads/2011/11/radix-tip-dorsum-alae-text.jpg

http://medicine.academic.ru/pictures/medicine/069.jpg

Page 2: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

http://www.netterimages.com/images/vpv/000/000/008/8423-0550x0475.jpg

Ada 3 buah concha nasalis yaitu: concha nasalis; superior, media, dan inferior.

Ada 3 buah saluran keluar cairan / lender melalui hidung yaitu:

1. Meatus nasalis superior (antara concha nasalis superior dan media)2. Meatus nasalis media (antara concha media dan inferior)3. Meatus nasalis inferior (antara concha nasalis inferior dan dinding atas maxilla)

Pada tulang cranium juga terdapat rongga yang disebut dengan sinus. Sinus-sinus yang berhubungan dengan cavum nasi dikenal dengan sinus paranasalis:

1. Sinus sphenoidalis ada 2 buah: mengeluarkan sekresinya melalui recessus sphenoethmoidalis keluar pada meatus superior di atas concha nasalis superior.

2. Sinus frontalis: ke meatus media

Page 3: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

3. Sinus ethmoidalis: ke meatus superior dan meatus media4. Sinus maxillaris: ke meatus media

Sinus-sinus di atas dilapisi oleh mucoperiosteum dan terisi udara, yang berfungsi sebagai resonator suara dan sekresi sinus dialirkan pada cavum nasi, dan bila aliran tersumbat maka sinus berisi cairan dapat merubah kualitas suara. Bila terdapat infeksi pada rongga hidung dapat menjalar ke dalam sinus, maka infeksi sinus dinamakan dengan sinusitis.

Pada sudut mata medial terdapat hubungan hidung dan mata melalui ductus nasolacrimalis tempat keluarnya air mata ke hidung melalui meatus inferior. Pada nasofaring terdapat huubungan antara hidung dengan rongga telinga melalui Osteum Pharyngeum Tuba Auditiva EUSTACHII (OPTA).

Persarafan hidung

1. Bagian depan dan atas cavum nasi mendapat persarafan sensoris dari nervus nasalis, nervus ethmoidalis anterior semuanya dari cabang n. ophtalmicus (N. V1).

2. Bagian bawah belakang termasuk mucusa conchae nasalis depan dipersarafi oleh rami nasalis posterior cabang dari n. maxillaris (V2).

3. Daerah nasofaring dan concha nasalis belakang mendapat persarafan sensorik dari cabang ganglion pterygopalatinum.

Nervus Olfactorius (Nervus 1)

Pada proses penciuman: di mulai dari sel-sel reseptor untuk penciuman yang terletak pada membrane mucusa 1/3 bagian atas depan hidung, septum, dan concha nasalis. Dalam cavum nasi berjalan ke atas masuk cavum cranii melalui lamina cribrosa os ethmoidalis untuk menuju ke bulbus olfactorius dan tractus olfactorius terakhir menuju pusat penciuman pada lobus frontalis otak. Serabut-serabut n. olfactorius, hanya berfungsi untuk fungsional penciuman saja.

Perdarahan hidung

Arteria carotis interna mempercabangakan arteria opthalmica. Selanjutnya:1. Arteria ethmoidalis anterior2. Arteria ethmoidalis posterior

Arteria carotis externa mempercabangkan a. maxillaris lalu mempercabangkan arteria sphenopalatinum.

Ketiga pembuluh darah di atas membentuk anyaman kapiler pembuluh darah yang dinamakan Plexus Kisselbach yang mudah pecah sehingga menjadi sumber epistaksis.

LARYNX

Larynx adalah organ yang berperan sebagai sphincter pelindung pada sistem respirasi dan berperan dalam pembentukan suara. Terletak setinggi vertebrae cervicalis 4, 5, dan 6, di bawah lidah dan tulang os hyoid (batas dagu dan leher), di bagian depan terdapat otot-otot dan bagian lateral ditutupi kelenjar tiroid.

Page 4: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

Rangka larynx terbentuk oleh: tulang dan tulang rawan yang dihubungkan oleh membrane dan ligamentum serta digerakkan oleh otot-otot larynx.

1. Berbentuk tulang adalah os hyoid (1 buah) dapat diraba di daerah batas atas leher dengan batas bawah dagu.

2. Berbentuk tulang rawan adalah thyroid (1 buah), arytenoid (2 buah), epiglottis (1 buah) pada arytenoid di bagian ujung (apex) terdapat tulang rawan kecil cartilage corniculata dan cuneiforme (sepasang), cricoid (1 buah) bentuk cincin bagian terbawah larynx.

Larynx merupakan ruang yang berbentuk rongga disebut dengan cavitas larynges. Pada bagian atasnya disebut sebagai pintu larynx yang dikenal dengan aditus larynges dan bagian bawah lebih kecil dan terbentuk oleh cartilage cricoid yang berbentuk lingkaran.

Cavitas laryngis terbagi dalam 3 bagian:

1. Vestibulum laryngis: dari aditus sampai plica vestibularis2. Daerah tengah: dari plica vestibularis sampai setinggi vocalis di bawahnya3. Daerah bawah: dari plica vocalis sampai ke pinggir bawah cartilage cricoid

Fossa piriformis adalah recessus yang terdapat di antara kedua sisi lipatan dan aditus laryngis, yang dibatasi oleh plica aryepiglotica di medial dan cartilage thyroid sebelah lateral. Sinus laryngis (ventriculus laryngis) adalah ruang yang terdapat di antara plica vestibularis dan plica vocalis.

OS HYOID (1 BUAH)

Terbentuk dari jaringan tulang, seperti besi telapak kuda Mempunyai 2 buah cornu, majus dan minus Dapat diraba Berfungsi tempat perlekatan otot mulut dan cartilago thyroid

CARTILAGO THYROID (1 BUAH)

Terletak di bagian depan dan dapat diraba tonjolan yang dikenal dengan “prominen’s laryngis” atau Adam’s apple.

Melekat ke atas dengan os hyoid dan ke bawah dengan cartilago cricoid, ke belakang dengan arytenoid.

Jaringan ikatnya adalah membrane thyrohyoid Mempunyai cornu superior dan cornu inferior Pendarahan dari a. thyroidea superior dan inferior.

CARTILAGO ARYTENOID (2 BUAH)

Terletak posterior dari lamina cartilage thyroid dan di atas dari cartilage cricoid Mempunyai bentuk seperti burung penguin, ada cartilago corniculata dan cuneiforme Kedua arytenoid dihubungkan oleh m.arytenoideus transversus

EPIGLOTIS (1 BUAH)

Tulang rawan berbentuk sendok, yang terletak di bawah radix lingue Tangkainya melekat pada cartilage thyroid di antara kedua cartilage arytenoid

Page 5: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

Berfungsi membuka dan menutup aditus laryngis (pintu larynx) Mempunyai lipatan plica epiglotica mediana dan lateralis, lekukan di sisi kiri dan kanan disebut

vallecula. Berhubungan dengan cartilage arytenoid melalui m. aryepiglotica Pada waktu biasa epiglottis terbuka, tetapi pada waktu menelan epiglottis menutup aditus

laryngis.

CARTILAGO CRICOID

Batas bawah cartilage thyroid Berhubungan dengan thyroid dengan ligamentum cricothyroid dan m. cricothyroid medial

lateral Batas bawah adalah cincin pertama trachea Berhubungan dengan cartilage arytenoid dengan otot m.cricoarytenoideus post dan lateralis.

Otot-otot Larynx

1. Otot ekstrinsik (leher dan dasar mulut): menarik larynx ke atas dan kebawah selama proses menelan.

Otot elevator (suprahyoid) yang berinsertio pada os hyoid; m. digastricus, m. stylohyoideus, m. mylohyoideus, dan m.geniohyoideus

Otot depressor (infrahyoid) yang berorigo pada os hyoid; m. sternothyroideus dan m. omohyoideus

2. Otot intrinsik

m. arytenoideus obliq dan m. arytenoideus epiglotica (mengecilkan aditus laryngis (m.sphincter larynx))

m. thyroepiglotica (memperlebar aditus laryngis) m. cricothyroideus (menegangkan pita suara) m. thyroatrytenoideus (melemaskan pita suara) m. cricoarytenoideus post (abduksi pita suara) m. cricoarytenoideus lateralis (adduksi pita suara) m. arytenoideus transversus (mendekatkan kedua cartilage arytenoid)

m. cricoarytenoideus (safety muscle of larynx)

PERSARAFAN LARYNX

Semua otot intrinsik larynx dipersarafi oleh n.recurrent laryngis (n. laryngis inferior) dari cabang nervus vagus. N. recurrent laryngis inferior terbagi atas dextra dan sinistra. Khusus sinistra, terlihat naik ke larynx setelah melingkar pada arcus aorta, naik ke larynx di sisi trachea, sedangkan sebelah kanan tidak. Khusus m. cricothyroideus dipersarafi oleh n. laryngis superior.

VASKULARISASI LARYNX

Page 6: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

1. Setengah bagian atas larynx diperdarahi oleh Aa. Laryngis superior cabang dari a. thyoidea superior

2. Setengah bagian bawah diperdarahi oleh Aa. Laryngis inferior cabang dari a. thyroidea inferior.

Sumber: buku dr inmar

LO. 1.2. Mikro

EPIGLOTIS

Kerangka epiglottis terbentuk dari tulang rawan elastis. Kerangka ini dilapisi oleh epitel yang berbeda. Permukaan laryngeal, dilapisi oleh epitel bertingkat torak dengan silia dan sel goblet, sama seperti epitel saluran pernafasan lainnya. Sedangkan permukaan lingual, dilapisi oleh epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, yang merupakan kelanjutan dari epitel rongga mulut. Di bawah epitel terdapat lamina propria yang terisi oleh kelenjar campur.

Sumber: buku praktikum histo

LI. 2. Faal dan fungsi SPA

Ketika masuk ronga hidung, udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini merupakan

fungsi utama mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia dan bersel goblet.

Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mucus yang disekresi oleh sel goblet dan kelenjar mukosa. Partikel

debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat dalam lubang hidung, sedangkan partikel

yang halus akan terjerat dalam lapisan mucus. Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke posterior

didalam rongga hidung, dank e superior didalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring. Dari

sini partikel halus akan tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan mucus memberikan air untuk

kelembaban, dan banyaknya jaringan pembuluh darah dibawahnya akan menyuplai panas ke udara

inspirasi. Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa, sehingga udara yang mencapai faring

hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembabannya mencapai 100%.

Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring terdiri dari rangkaian cincin tulang

rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Ruang berbentuk segitiga diantara

pita suara (yaitu glotis) bermuara kedalam trachea dan membentuk bagian antara saluran pernafasan atas

dan bawah.

Apabila udara digerakkan melalui celah sempit yang disebut chink selama ekspirasi, ligament suara bergetar dan menghasilkan bunyi. Nada dari bunyi yang dihasilkan tergantung pada panjang dan kekencangan ligament. Tekanan yang meningkat menghasilkan not yang lebih tinggi sedangkan tekanan yang lebih kendur menghasilkan not yang lebih rendah. Suara bergantung kepada tenaga yang menyebabkan udara terhisap. Perubahan suara menjadi kata-kata yang berbeda tergantung pada gerakan mulut, lidah, bibir dan otot muka.

http://nursekita.blogspot.com/2011/04/anatomi-dan-fisiologi-pernafasan-bagian.html

LI. 3. Rhinitis Alergi

Page 7: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

LO. 3.1. Definisi

Menurut WHO ARIA (Allergic Rhinitis and its Impact on Asthma) tahun 2001, rhinitis alergi adalah kelainan pada hidung dan gejala bersin-bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar allergen yang diperantarai oleh IgE.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf

LO. 3.2. Etiologi

Rhinitis alergi melibatkan interaksi antara lingkungan dengan predisposisi genetik dalam perkembangan penyakitnya. Faktor genetik dan herediter sangat berperan pada ekspresi rhinitis alergi. Penyebab tersering adalah allergen inhalan pada dewasa dan ingestan pada anak-anak. Pada anak-anak sering disertai gejala alegi lain seperti urtikaria dan gangguan pencernaan. Penyebab rhinitis alergi dapat berbeda tergantung dari klasifikasi.

Rhinitis alergi musiman biasanya berupa serbuk sari atau jamur. Rhinitis alergi perennial diantaranya debu tungau (Dermatophagoides farinae dan Dermatophagoides pteronyssinus), jamur, binatang peliharaan, dan binatang pengerat. Faktor resiko terpaparnya debu tungau biasanya karpet, sprei, suhu tinggi, dan kelembaban udara. Berbagai pemicu yang bisa berperan dan memperberat adalah beberapa faktor nonspesifik diantaranya asap rokok, polusi udara, bau aroma yang kuat atau merangsang dan perubahan cuaca.

Berdasarkan cara masuknya allergen dibagi atas:

Allergen inhalan yang masuk bersama dengan udara pernafasan misalnya, debu rumah, tungau, serpihan epitel bulu binatang, serta jamur.

Allergen ingestan yang masuk ke saluran cerna, berupa makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan, dan udang.

Allergen injektan yang masuk melalui suntikan atau tusukan misalnya penisilin atau sengatan lebah.

Allergen kontaktan yang masuk melalui kontak dengan kulit atau jaringan mukosa, misalnya bahan kosmetik atau perhiasan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf

LO 3.3 Epidemiologi

Di Amerika Serikat rinitis alergi merupakan penyakit alergi terbanyak dan menempati posisi ke-6 penyakit yang bersifat menahun (kronis). Rinitis alergi juga merupakan alasan ke-2 terbanyak kunjungan masyarakat ke ahli kesehatan profesional setelah pemeliharaan gigi. Angka kejadian rinitis alergi mencapai 20%.

Valovirta7 dkk melaporkan, di AS sekitar 20-40% pasien rinitis alergi menderita asma bronkial. Sebaliknya 30-90% pasien asma bronkial memiliki gejala rinitis alergi sebelumnya. Dikutip dari Evans, penelitian dilakukan dari tahun 1965 sampai tahun 1984 di AS, didapatkan hasil yang hampir sama yaitu 38% pasien rinitis alergi juga memiliki gejala asma bronkial, atau sekitar 3-5% dari total populasi

Menurut International Study of Ashtma and Allergies in Children (ISAAC,2006), Indonesia

Page 8: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

bersama-sama dengan negara Albania, Rumania, Georgia dan Yunani memiliki prevalensi rinitis alergi yang rendah yaitu kurang dari 5%. Begitu juga dengan prevalensi asma bronkial juga kurang dari 5%. Prevalensi rinitis tertinggi di Nigeria (lebih dari 35%), Paraguay (30-35%) dan Hongkong (25-30%)

LO. 3.3. Klasifikasi

Saat ini digunakan klasifikasi berdasarkan rekomendasi dari WHO Iniative ARIA tahun 2000, yaitu berdasarkan sifat berlangsungnya dibagi menjadi:

1. intermitten (kadang-kadang): bila gejala kurang dari 4 hari/minggu atau kurang dari 4 minggu.

2. persisten/menetap bila gejala lebih dari 4 hari/minggu atau lebih dari 4 minggu.

Sedangkan untuk tingkat berat ringannya penyakit, dibagi menjadi:

1. ringan, bila tidak ditemukan gangguan tidur, gangguan aktifitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, dan hal lain yang mengganggu.

2. sedang atau berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut diatas.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf

LO. 3.4. Patofisiologi

Rhinitis alergi merupakan suatu penyakit inflamasi yang diawali dengan tahap sensitisasi dan diikuti dengan reaksi alergi. Reaksi alergi terdiri dari 2 fase yaitu immediate phase allergic reaction atau reaksi alergi fase cepat yang berlangsung sejak kontak dengan allergen sampai 1 jam setelahnya dan late phase allergic reaction atau reaksi alergi fase lambat yang berlangsung 2-4 jam dengan puncak 6-8 jam (fase hiperreaktivitas) setelah pemaparan dan dapat berlangsung 24-48 jam.

Pada kontak pertama dengan allergen atau tahap sensitisasi, makrofag atau monosit yang berperan sebagai sel penyaji ( Antigen Presenting Cell/APC) akan menangkap allergen yang membentuk fragmen mukosa hidung. Setelah diproses molekul HLA kelas II membentuk komplek peptide MHC kelas II (Major Histocompatibility Complex) yang kemudian dipresentasikan pada sel T helper (Th0). Kemudian sel penyaji akan melepas sitokin seperti interleukin 1 (IL-1) yang mengaktifkan Th0 untuk berproliferasi menjadi Th1 dan Th2. Th2 akan menghasilkan berbagai sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5, dan IL-13.

IL-4 dan IL-3 dapat diikat oleh reseptornya di permukaan sel limfosit B, sehingga sel limfosit B menjadi aktif dan akan memproduksi immunoglobulin E (IgE). IgE di sirkulasi darah akan masuk ke jaringan dan diikat oleh reseptor IgE di permukaan sel mastosit atau basophil (sel mediator) sehingga kedua sel ini menjadi aktif. Proses ini disebut sensitisasi yang menghasilkan sel mediator yang tersensitisasi. Bila mukosa yang sudah tersensitisasi terpapar allergen yang sama, maka kedua rantai IgE akan mengikat allergen yang spesifik dan terjadi degranulasi (pecahnya dinding sel) mastosit dan basophil dengan akibat terlepasnya mediator kimia yang sudah terbentuk (Performed Mediators) terutama histamine. Selain histamine juga dikeluarkan Newly Formed Mediators antara lain prostaglandin D2 Activating Factor (PAF), berbagai sitokin (IL-3, IL-4, IL-5, IL-6, IL- 6, GM-CSF (Granulocytes Macrophage Colony Stimulating Factor) dan lain-lain. Inilah yang disebut sebagai reaksi alergi fase cepat (RAFC).

Page 9: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

Histamine akan merangsang reseptor H1 pada ujung saraf vidianus sehingga menimbulkan rasa gatal pada hidung dan bersin-bersin. Histamine juga menyebabkan kelenjar mukosa dan sel goblet mengalami hipersekresi dan permeabilitas kapiler meningkat sehingga terjadi rinore. Gejala lain adalah hidung tersumbat akibat vasodilatasi sinusoid. Selain histamine merangsang ujung saraf Vidianus, juga menyebabkan rangsangan pad amukosa hidung sehingga terjadi pengeluaran Inter Cellular Adhesion Molecule 1 (ICAM1).

Pada RAFC, sel mastosit juga akan melepaskan molekul kemotaktik yang menyebabkan akumulasi sel eosinophil dan netrofil di jaringan target. Respons ini tidak berhenti sampai disini saja, tetapi gejala akan berlanjut dan mencapai puncak 6-8 jam setelah pemaparan. Pada RAFL ini ditandai dengan penambahan jenis dan jumlah sel inflamasi seperti eosinophil, limfosit, netrofil, basophil dan mastosit di mukosa hidung serta peningkatan sitokin seperti IL-3, IL-4, IL-5 dan Granulocyte Macrophag Colony Stimulating Factor (GM-CSF) dan ICAM1 pada secret hidung. Timbulnya gejala hipereaktif atau hiperresponsif hidung adlaah akibat peranan eosinophil dengan mediator inflamasi dari granulanya seperti Eosinophilic Cationic Protein (ECP), Eosinophilic Derived Protein (EDP), Major Basic Protein (MBP), dan Eosinophilic Peroxidase (EPO). Pada fase ini, selain factor spesifik (allergen), iritasi oleh factor non spesifik dapat memperberat gejala seperti asap rokok, bau yang merangsang, perubahan cuaca dan kelembaban udara yang tinggi.

Secara Mikroskopik tampak adanya dilatasi pembuluh dengan pembesaran sel goblet dan sel pembentuk basal, serta ditemukan infiltrasi sel-sel eosinophil pada jaringan mukosa dan submukosa hidung. Gambaran yang ditemukan terdapat pada saat serangan. Diluar keadaan serangan, mukosa kembali normal. Akan tetapi serangan dapat terjadi terus-menerus sepanjang tahun, sehingga lama kelamaan terjadi perubahan yang irreversible, yaitu terjadi proliferasi jaringan ikat dan hiperplasa mukosa, seingga tampak mukosa hidung menebal, dengan masuknya antigen asing ke dalam tubuh terjadi yang secara garis besar terdiri dari :

1. Respon primerTerjadi proses eliminasi dan fagositosis (Ag). Reaksi ini bersifat non spesifik dan dapat

berakhir sampai disini. Bila Ag tidak berhasil seluruhnya dihilangkan, reaksi berlanjut menjadi respon sekunder.

2. Respon sekunderReaksi yang terjdi bersifat spesifik, yang mempunyai tiga kemungkinan ialah sistem

imunitas seluler atau humoral atau keduanya dibangkitkan. Bila Ag berhasil dieliminasi pada tahap ni, reaksi selesai. Bila Ag masih ada, atau memang sudah ada efek dari sistem imunologik, maka reaksi berlanjut menjadi respon tersier.

3. Respon tersierReaksi imunologik yang terjadi tidak menguntungkan tubuh. Reaksi ini dapat bersifat

sementara atau menetap, tergantung dari daya eliminasi Ag oleh tubuh.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf

LO. 3.5. Manifestasi Klinis

Page 10: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

Gejala khas dari rhinitis alergi adalah serangan bersin berulang. Bersin dianggap patologik bila terjadinya lebih dari 5 kali setiap serangan, sebagai akibat dilepaskannya histamine. Gejala lain ialah keluar ingus yang encer dan banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal, yang kadang disertai lakrimasi. Tanda alergi juga terlihat di hidung, mata, telinga, faring, atau laring.

Tanda hidung termasuk garis hitam melintang pada punggung hidung akibat sering menggosok hidung ke atas menirukan pemberian hormat (allergic salute), pucat dan edema mukosa hidung yang dapat muncul kebiruan. Lubang hidung bengkak disertai dengan secret mukoid dan cair. Tanda di mata termasuk edema kelopak mata, kongesti konjugtiva, lingkar hitam dibawah mata (allergic shiner). Tanda pada telinga termasuk retraksi membran timpani atau otitis media serosa sebagai hasil dari hambatan tuba eustachii. Tanda faringeal termasuk faringitis granuler akibat hyperplasia submucosa jaringan limfoid. Tanda laryngeal termasuk suara serak dan edema pita suara. Gejala lain yang tidak khas dapat berupa: batuk, sakit kepala, masalah penciuman, mengi, penekanan pada sinus dan nyeri wajah, post nasal drip. Beberapa orang juga mengalami lemah dan lesu, mudah marah, kehilangan nafsu makan, dan sulit tidur.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf

LO. 3.6. Diagnosis

ANAMNESIS

Sangat penting karena seringkali serangan tidak terjadi di hadapan pemeriksa. Hampir 50% diagnosis dapat ditegakkan dari anamnesis saja. Gejala rhinitis alergi yang khas adalah bersin berulang. Gejala lain juga sering dikeluhkan. Tanyakan pula pola gejala beserta onset dan keparahannya. Identifikasi faktor predisposisi karena faktor genetik dan herediter sangat berperan, kondisi lingkungan, dan pekerjaan. Rhinitis alergi dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, bila terdapat 2 atau lebih gejala seperti bersin-bersin lebih 5 kali setiap serangan, hidung dan mata gatal, ingus encer lebih dari satu jam, hidung tersumbat, dan mata merah serta berair maka dinyatakan positif.

PEMERIKSAAN FISIK

Pada muka biasanya didapatkan garis Dennie-Morgan dan allergic shiner, yaitu bayangan gelap di daerah bawah mata karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung. Selain itu dapat ditemukan juga allergic crease yaitu berupa garis melintang pada dorsum nasi bagian sepertiga bawah. Garis ini timbul akibat allergic salute. Pada pemeriksaan rinoskopi ditemukan mukosa hidung basah, berwarna pucat atau livid dengan konka edema dan secret yang encer dan banyak. Perlu juga dilihat adanya kelainan septum atau polip hidung yang dapat memperberat gejala hidung tersumbat. Selain itu dapat pula ditemukan konjugtivitis bilateral atau penyakit yang berhubungan lainnya seperti sinusitis dan otitis media.

PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. In vitro

Hitung eosinophil dalam darah tepi dapat normal atau meningkat. Demikian dengan pemeriksaan IgE total (prist paper radio immunosorbent test) seringkali menunjukkan nilai normal, kecuali bila tanda alergi pada pasien lebih dari satu macam penyakit, misalnya selain rhinitis alergi juga menderita asma bronkial atau urtikaria. Lebih bermakna dengan RAST (Radio Immuno Sorbent Test) atau ELISA.

Page 11: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

Pemeriksaan sitologi hidung, walaupun tidak dapat memastikan diagnosis, tetap berguna sebagai pemeriksaan pelengkap. Ditemukannya eosinophil dalam jumlah banyak menunjukkan alergi inhalan. Jika basophil 5sel/lap mungkin disebabkan alergi makanan, sedangkan jika ditemukan sel PMN menunjukkan adanya infeksi bakteri.

b. In vivo

Allergen penyebab dapat dicari dengan cara pemeriksaan tes cukit kulit, uji intrakutan atau intradermal yang tunggal atau berseri. SET (Set End Point Titration) dilakukan untuk allergen inhalan dengan menyuntikkan allergen dalam berbagai konsentrasi yang bertingkat kepekatannya. Keuntungan SET, selain allergen penyebab juga derajat alergi serta dosis inisial untuk desentisisasi dapat diketahui. Untuk alergi makanan, uji kulit kurang dapat diandalkan. Diagnosis biasanya ditegakkan dengan diet eliminasi dan provokasi (Challenge Test). Allergen ingestan secara tuntas lenyap dari tubuh dalam waktu lima hari. Karena itu pada challenge test, makanan yang dicurigai diberikan pada pasien setelah berpantang selama 5 hari, selanjutnya diamati reaksinya. Pada diet eliminasi, jenis makanan setiap kali dihilangkan dari menu makanan sampai suatu ketika gejala menghilang dengan meniadakan suatu jenis makanan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf

LO. 3.7. Diagnosis Banding

Sinusitis, Acute Sinusitis, Chronic

http://emedicine.medscape.com/article/134825-differential

LO. 3.8. Tatalaksana

1. Terapi yang paling ideal adalah dengan allergen penyebabnya (avoidance) dan eliminasi.2. Simptomatis

a. Medikamentosa-antihistamin yang dipakai adalah antagonis H-1 yang bekerja secara inhibitor kompetitif pada reseptor H-1 sel target, dan merupakan preparat farmakologik yang paling sering dipakai sebagai inti pertama pengobatan rhinitis alergi. Pemberian dapat dalam kombinasi atau tanpa kombinasi dengan dekongestan secara per oral. Antihistamin dibagi dalam 2 golongan yaitu antihistamin generasi 1 (klasik) dan generasi 2 (non sedatif). Antihistamin generasi 1 bersifat lipofilik sehingga dapat menembus sawar darah otak dan plasenta serta mempunyai efek kolinergik. Preparat kortikosteroid dipilih bila gejala trauma sumbatan hidung akibat respon fase lambat berhasil diatasi dengan obat lain. Yang sering dipakai adalah kortikosteroid topical. Preparat antikolinergik topical bermanfaat untuk mengatasi rinore karena aktifitas inhibisi reseptor kolinergik permukaan sel efektor.

b. Operatif – tindakan konkotomi (pemotongan konka inferior) perlu dipikirkan bila konka inferior hipertrofi berat dan tidak berhasil dikecilkan dengan cara kauterisasi memakai AgNO3 25% atau troklor asetat.

c. Imunoterapi – jenisnya desensitasi, hiposensitasi, dan netralisasi. Desensitasi dan hiposensitasi membentuk blocking antibody. Keduanya untuk alergi inhalan yang gejalanya berat, berlangsung lama dan hasil pengobatan lain belum memuaskan.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf

Page 12: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

LO. 3.9. Prognosis

Prognosis

Rhinitis alergi musiman cenderung berkurang sebagai orang usia . Semakin dini gejala mulai , semakin besar kemungkinan untuk perbaikan . Orang-orang yang mengembangkan rhinitis alergi musiman pada anak usia dini cenderung tidak memiliki alergi di usia dewasa . Dalam beberapa kasus , alergi masuk ke remisi selama bertahun-tahun dan kemudian kembali di kemudian hari . Orang-orang yang mengembangkan alergi setelah usia 20 , bagaimanapun, cenderung terus memiliki rhinitis alergi setidaknya sampai usia pertengahan .

KUALITAS HIDUP

Meskipun rhinitis alergi tidak dianggap sebagai kondisi yang serius , itu tetap dapat mengganggu banyak aspek penting kehidupan. Survei penderita alergi hidung melaporkan bahwa gejala seperti rasa lelah , sedih , atau marah yang hadir dalam 50-75 % pasien . Rhinitis alergi dapat mengganggu pekerjaan atau kinerja sekolah .

Orang dengan rhinitis alergi , terutama mereka dengan rinitis alergi perennial , mungkin mengalami gangguan tidur dan kelelahan siang hari . Seringkali mereka atribut ini untuk obat-obatan , tetapi studi menunjukkan kemacetan mungkin menjadi penyebab gejala ini . Pasien yang memiliki rhinitis alergi yang parah cenderung memiliki masalah tidur lebih buruk , termasuk mendengkur , dibandingkan dengan rhinitis alergi ringan .

RISIKO TINGGI UNTUK ASMA DAN ALERGI LAIN

Asma dan alergi sering hidup berdampingan . Pasien dengan rhinitis alergi sering memiliki asma atau peningkatan risiko mengembangkan itu . Rhinitis alergi juga berhubungan dengan eksim ( dermatitis atopik ) , reaksi alergi pada kulit yang ditandai dengan gatal , scaling, dan kulit bengkak merah. Kronis rhinitis alergi yang tidak terkontrol dapat memperburuk serangan asma dan eksim .

http://www.nytimes.com/health/guides/disease/allergic-rhinitis/prognosis.html

LO. 3.11. Komplikasi

a. polip hidung yang memiliki tanda patognomonis: inspited mucous glands, akumulasi sel inflamasi yang luar biasa banyaknya (lebih eosinophil dan limfosit T CD4+), hyperplasia epitel, hyperplasia goblet, dan metaplasia skuamosa.

b. otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.

c. sinusitis paranasal merupakan inflamasi mukosa satu atau lebih sinus paranasal. Terjadi akibat edema ostia sinus oleh proses alergis dalam mukosa yang menyebabkan sumbatan ostia sehingga terjadi penurunan oksigenasi dan tekanan udara rongga sinus. Hal tersebut akan menyuburkan pertumbuhan bakteri terutama bakteri anaerob dan menyebabkan rusaknya fungsi barrier epitel antara lain akibat destruksi mukosa oleh mediator protein basa yang dilepas sel eosinophil (MBP) dengan akibat sinusitis akan semakin parah.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21493/4/Chapter%20II.pdf

LO. 3.11. Pencegahan

Page 13: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

Cara terbaik untuk mencegah reaksi alergi adalah dengan menghindari alergen yang menyebabkannya. Namun, hal ini tidak selalu mudah . Alergen, seperti tungau debu , akan sulit untuk spot dan dapat berkembang biak bahkan rumah terbersih. Hal ini juga kadang-kadang bisa sulit untuk menghindari kontak dengan hewan peliharaan , terutama jika mereka milik teman-teman dan keluarga. Berikut adalah beberapa saran untuk membantu Anda menghindari alergen yang paling umum .

Tungau debu rumah

Debu tungau adalah salah satu penyebab terbesar alergi. Mereka adalah serangga mikroskopis yang berkembang biak dalam debu rumah tangga . Berikut adalah beberapa cara yang dapat Anda membatasi jumlah tungau di rumah Anda :

Pertimbangkan membeli udara - permeabel kasur dan selimut penutup oklusif ( jenis tempat tidur bertindak sebagai penghalang terhadap tungau debu dan kotoran mereka ) .

Pilih kayu atau hard penutup lantai vinyl bukannya karpet . Roller blinds Fit yang dapat dengan mudah dibersihkan . Bantal bersih , mainan , tirai dan furnitur berlapis secara teratur , baik dengan mencuci atau

debu mereka . Gunakan bantal sintetis dan selimut akrilik bukannya selimut wol atau bulu selimut . Gunakan vacuum cleaner dilengkapi dengan udara partikulat efisiensi tinggi ( HEPA ) filter

karena dapat mengeluarkan debu lebih dari penyedot debu biasa . Gunakan basah , kain bersih untuk menyeka permukaan karena debu kering dapat menyebarkan

alergen lanjut . Memusatkan upaya Anda pada pengendalian tungau debu di daerah rumah Anda di mana Anda

menghabiskan sebagian besar waktu , seperti kamar tidur dan ruang tamu .

Hewan

Hal ini bukan bulu yang menyebabkan reaksi alergi , tetapi paparan serpihan kulit mati mereka, air liur dan urin dikeringkan .Jika Anda tidak dapat secara permanen menghapus hewan peliharaan dari rumah , Anda mungkin menemukan tips berikut berguna :

menjaga hewan peliharaan di luar sebanyak mungkin atau membatasi mereka untuk satu ruangan , sebaiknya satu tanpa karpet

tidak membiarkan hewan peliharaan di kamar tidur mencuci hewan peliharaan setidaknya sekali dua minggu pengantin pria anjing secara teratur di luar mencuci semua selimut dan soft furnishing hewan peliharaan Anda telah di Jika Anda mengunjungi teman atau saudara dengan hewan peliharaan , meminta mereka untuk

tidak debu atau vacuum pada hari Anda mengunjungi karena akan mengganggu alergen ke udara. Mengambil obat antihistamin satu jam sebelum memasuki rumah yang dihuni hewan peliharaan dapat membantu mengurangi gejala .

serbuk sari

Tanaman yang berbeda dan pohon menyerbuki pada waktu yang berbeda tahun ini , jadi ketika Anda mendapatkan rhinitis alergi akan tergantung pada apa jenis serbuk sari ( s ) Anda alergi. Kebanyakan orang yang terkena selama musim semi dan musim panas bulan karena ini adalah ketika sebagian besar

Page 14: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

pohon dan tanaman penyerbukan. Untuk menghindari paparan terhadap serbuk sari , Anda mungkin menemukan tips berikut berguna :

memeriksa laporan cuaca untuk menghitung serbuk sari dan tinggal di dalam rumah ketika itu tinggi

menghindari line- pengeringan pakaian dan tempat tidur ketika jumlah serbuk sari tinggi memakai kacamata hitam sampul untuk melindungi mata Anda dari serbuk sari menjaga pintu dan jendela tertutup selama pertengahan pagi dan sore hari , ketika ada sebagian

serbuk sari di udara mandi , cuci rambut Anda dan mengubah pakaian Anda setelah berada di luar menghindari daerah berumput , seperti taman dan ladang jika Anda memiliki rumput , meminta orang lain untuk memotong rumput untuk Anda

http://www.nhs.uk/Conditions/Rhinitis---allergic/Pages/Prevention.aspx

LI. 4. Manfaat Wudhu

a. Manfaat secara umum

Kulit merupakan organ yang terbesar tubuh kita yang fungsi utamanya membungkus tubuh serta melindungi tubuh dari berbagai ancaman kuman, racun, radiasi juga mengatur suhu tubuh, fungsi ekskresi ( tempat pembuangan zat-zat yang tak berguna melalui pori-pori ) dan media komunikasi antar sel syaraf untuk rangsang nyeri, panas, sentuhan secara tekanan. Begitu besar fungsi kulit maka kestabilannya ditentukan oleh pH (derajat keasaman) dan kelembaban.

Bersuci merupakan salah satu metode menjaga kestabilan tersebut khususnya kelembaban kulit.

Kalau kulit sering kering akan sangat berbahaya bagi kesehatan kulit terutama mudah terinfeksi kuman. Dengan bersuci berarti terjadinya proses peremajaan dan pencucian kulit, selaput lendir, dan juga lubang-lubang tubuh yang berhubungan dengan dunia luar (pori kulit, rongga mulut, hidung, telinga). Seperti kita ketahui kulit merupakan tempat berkembangnya banya kuman dan flora normal, diantaranya Staphylococcus epidermis, Staphylococcus aureus, Streptococcus pyogenes, Mycobacterium sp (penyakit TBC kulit). Begitu juga dengan rongga hidung terdapat kuman Streptococcus pneumonia (penyakit pneumoni paru), Neisseria sp, Hemophilus sp.

Seorang ahli bedah diwajibkan membasuh kedua belah tangan setiap kali melakukan operasi sebagai proses sterilisasi dari kuman. Cara ini baru dikenal abad ke-20,sebagaimana kita tahu jepang membutuhkan 100 tahun untuk membiasakan cuci tangan, kapanye2 cuci tangan juga sedang gencar2nya di media massa, padahal umat Islam sudah membudayakan sejak abad ke-14 yang lalu. Luar Biasa!b. Keutamaan Berkumur –kumur

Berkumur –kumur berarti membersihkan rongga mulut dari penularan penyakit. Sisa makanan sering mengendap atau tersangkut di antara sela gigi yang jika tidak dibersihkan ( dengan berkumur-kumur atau menggosok gigi) akhirnya akan menjadi mediasi pertumbuhan kuman. Dengan berkumur-kumur secara benar dan dilakukan lima kali sehari berarti tanpa kita sadari dapat mencegah dari infeksi gigi dan mulut.

Page 15: TUGAS MANDIRI PBL BLOK RESPIRASI RHINITIS ALERGI

Penelitian modern membuktikan bahwa berkumur dapat menjaga mulut dan tenggorokan dari radang dan menjaga gusi dari luka. Berkumur juga dapat menjaga dan membersihkan gigi dengan menghilangkan sisa-sisa makanan yang terdapat di sela-sela gigi setelah makan. Manfaat berkumur lainnya yg juga penting adalah menguatkan sebagian otot-otot wajah dan menjaga kesegarannya. Berkumur merupakan latihan penting yang diakui oleh pakar dalam bidang olahraga, karena berkumur jika dilakukan dengan menggerakkan otot-otot wajah dengan baik dapat menjadikan jiwa seseorang tenang.c. Istinsyaq

Istinsyaq berarti menghirup air dengan lubang hidung, melalui rongga hidung sampai ke tenggorokan bagian hidung (nasofaring). Fungsinya untuk mensucikan selaput dan lendir hidung yang tercemar oleh udara kotor dan juga kuman.Selama ini kita ketahui selaput dan lendir hidung merupakan basis pertahanan pertama pernapasan.

Dengan istinsyaq mudah-mudahan kuman infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) dapat dicegah.

Penelitian ilmu modern yang dilakukan oleh tim kedokteran Universitas Aleksandria membuktikan bahwa kebanyakan orang yg berwudhu secara kontinyu, maka hidung mereka bersih dan bebas dari debu, bakteri dan mikroba. Tidak diragukan lagi bahwa lubang hidung merupakan tempat yg rentan dihinggapi mikroba dan virus, tetapi dengan membasuh hidung secara kontinyu den melakukan istinsyaq (memasukan dan mengeluarkan air ke dan dari hidung di saat berwudhu), maka lubang hidung menjadi bersih dan terbebas dari radang dan bakteri, dan ini mencerminkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Proses ini dapat menjaga manusia akan bahaya pemindahan mikroba dari hidung ke anggota tubuh yg lain

d. Membasuh Wajah dan Kedua Telapak Tangan

Membasuh wajah dan kedua telapak tangan sampai ke siku memiliki manfaat yang sangat besar dalam menghilangkan debu dan mikroba, lebih dari membasuh hidung. Membasuh wajah dan kedua telapak tangan sanpai ke siku juga daat menghilangkan keringat dan permukaan kulit dan membersihkan kulit dari lemak yg dipartisi oleh kelenjar kulit, dan ini biasanya menjadi tempat yg ideal untuk berkembang biaknya bakteri.

Begitu pula dengan pembersihan telinga sampai dengan pensucian kaki beserta telapak kaki yang tak kalah pentingnya untuk mencegah berbagai infeksi cacing yang masih menjadi masalah terbesar di negara kita

e. Membasuh Kedua Telapak Kaki

Membasuh kedua telapak kaki dengan memijat secara baik danpat mendatangkan perasaan tenang dan nyaman, karena telapak kaki merupakan cerminan seluruh perangkat tubuh. Orang yang berwudhu seakan-akan memijat seluruh tubuhnya satu-persatu, padahal ia hanya membasuh kedua telapak kakinya dengan air dan memijatnya dengan baik. Ini merupakan salah satu rahasia timbulnya perasaan tenang dan nyaman yang dirasakan oleh seorang muslim setelah berwudhu.http://smkn3pacitan.sch.id/index.php?option=com_content&view=article&id=118:manfaat-wudhu-dan-sholat-dari-segi-kesehatan-modern&catid=48:umum