paper dina - edited.pdf

7

Click here to load reader

Upload: alkirom

Post on 10-Aug-2015

57 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Paper Dina - edited.pdf

ASPEK CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY DARISUDUT AKUNTANSI PERPAJAKAN

Dina Eka ShofianaUniversitas Pesantren Tinggi Darul ‘Ulum

[email protected]

ABSTRAK

Perkembangan Corporate Social Responsibility merupakan tanggung jawab sosial yangmuncul akibat adanya konflik antara masyarakat sekitar dengan perusahaan akibatdampak negatif yang timbul akibat keberadaan suatu perusahaan dalam suatulingkungan tertentu.telah menjadi bagian dari strategi bisnis perusahaan, utamanyaterkait dengan fungsi pemasaran, public relation, dan investment-decision making.Untuk dapat menghasilkan program CSR yang dapat menghasilkan program businessvalue sekaligus tax favorable. Akuntansi untuk mengukur kegiatan pertanggungjawabansosial perusahaan dikenal dengan akuntansi social dan ada baiknya jika wajib pajakmempertimbangkan aspek perpajakan saat merancang program CSR-nya.Dalam ranahPajak Penghasilan (PPh), ketentuan terkait aktivitas CSR diatur dalam Pasal 4 UUNomor & Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah beberapa kalidiubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh). Seperti yang dijelaskandalam ayat (1) huruf d angka 4 pasal tersebut, Objek PPh adalah penghasilan,termasuk di dalamnya keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan hartaberupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluargasedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badanpendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yangmenjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut denganPeraturan Menteri Keuangan (PMK), sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan.Kata Kunci : Corporate Social Responsibility, akuntansi, Pajak Penghasilan

ABSTRACT

Development of Corporate Social Responsibility is a social responsibility that arise as aresult of conflict between the communities surrounding the company due to the negativeimpact arising from the existence of a company in an environment tertentu.telah be partof the company's business strategy, primarily related to the functions of marketing,public relations, and investment-decision making. To be able to produce a CSRprogram that can generate business value as well as tax program favorable. Accountingfor measuring corporate social responsibility activities known as social accounting andit is better if the taxpayer taxation aspects to consider when designing a CSR program.In the realm of Income Tax (Income Tax), provisions related to CSR activities set out inArticle 4 of Law No. & Year 1983 on Income Tax as amended by Act No. 36 of 2008(Income Tax Act). As described in paragraph (1) letter d a 4 chapter, attractionsIncome is income, including gains from the sale or transfer of property in the form ofgrants, aid, or donations, except those given to blood relatives of the line of a straightone degree and religious bodies, educational entities, including charities, foundations,cooperatives, or individuals who run micro and small enterprises, the provisions ofwhich shall be further regulated by the Ministry of Finance (PMK), as long as there is

Page 2: Paper Dina - edited.pdf

no connection with the business, employment, ownership, or control between the partiesconcerned.Keywords: Corporate Social Responsibility, Accounting, Income Tax

PENDAHULUAN

Perkembangan aktivitas CSR di Indonesia dalam beberapa tahun terakhirmenunjukkan trend yang positif. Sebuah research study oleh Sihotang dan Margareth(2007) mendokumentasikan adanya peningkatan yang signifikan dalam kualitaspengungkapan (disclosure) aktivitas CSR (ekonomi, sosial , dan lingkungan) dalamannual report 30 (tiga puluh) emiten terbesar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode2003 s.d. 2005.

Fenomena tersebut dimungkinkan terjadi karena adanya peningkatanpemahaman para eksekutif perusahaan mengenai CSR, serta maraknya dukungan dariberbagai organisasi nirlaba dan akademisi. Selain itu, melalui Pasal 74 Undang-Undang(UU) Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, pemerintah telah mewajibkanpelaksanaan CSR bagi perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidangpengolahan sumber daya alam.Dalam konteks global, dewasa ini CSR banyak mendapatperhatian dari korporasi multinasional sebagai bagian dari strategi bisnis untukmeningkatkan kredibilitas perusahaan, manajemen resiko, sekaligus diferensiasi denganperusahaan competitor. Program-program CSR juga banyak digunakan sebagai mediayang efektif untuk pemasaran (green marketing) dan (public relation) untukmeningkatkan kepercayaan para investor.

Berbagai studi telah mendokumentasikan tumbuhnya kesadaran dari sebagianbesar eksekutif perusahaan. Disamping menciptakan keuntungan ekonomi yang sebesar-besarnya, korporasi juga mempunyai kewajiban untuk membantu masyarakat(responsible business). Dalam bursa saham menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaandengan peringkat terbaik dalam berbagai isu sosial dalam melaksanakan CorporateSocial Respontability (CSR) termasuk pemberian donasi, program pemberdayaanmasyarakat, pelestarian lingkungan, pemberdayaan wanita, dan pengembangan kaumminoritas – ternyata juga memiliki kinerja keuangan yang baik, dengan ukuranoperating income growth, sales-to assets ratio, sales growth, return on equity, earnings-to- asset growth, return on investment, return on assets, dan assets growth.

Pelaksanaan Corporate Social Responsibility beberapa tahun terakhir tidakhanya dipandang dari sudut akuntansi.akan tetapi dalam batasan tertentu, ketentuanperpajakan Indonesia juga memberikan skema insentif untuk program-program CSR.Pemberian insentif ini diusung sebagai bentuk akomodasi pemerintah atas kepentiganpublic dalam jangka panjang. Disini, skema insentif tax exemtion, tax deduction, atautax credit- yang digunakan disesuaikan dengan dasar hukum yang berlaku di Indonesiaserta aplikasi program-program CSR yang terjadi dalam masyarakat.

METODOLOGI

Metode Penelitian merupakan penjelasan secara teknis mengenai metode yangdigunakan dalam suatu penelitian. Data-data diperoleh diolah untuk dapat memperolehgambaran yang jelas mengenai manajemen akuntansi Corporate Social Responsibilitybeberapa tahun terakhir tidak hanya dipandang dari sudut akuntansi.akan tetapi dalambatasan tertentu, ketentuan perpajakan Indonesia juga memberikan skema insentif untukprogram-program CSR. Pemberian insentif ini diusung sebagai bentuk akomodasi

Page 3: Paper Dina - edited.pdf

pemerintah atas kepentigan public dalam jangka panjang. Disini, skema insentif taxexemtion, tax deduction, atau tax credit- yang digunakan disesuaikan dengan dasarhukum yang berlaku di Indonesia serta aplikasi program-program CSR yang terjadidalam masyarakat.

Karena penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif denganfokus penelitian pada upaya untuk mendalami fenomena yang terjadi dalam dinamikamasyarakat terkait dengan munculnya sebuah inovasi maka metode yang digunakanuntuk menganalisis dengan menggunakan pendekatan fenomenologi. Fenomenologiadalah studi yang mempelajari fenomena, seperti penampakan, segala hal yang munculdalam pengalaman kita, cara kita mengalami sesuatu, dan makna yang kita miliki dalampengalaman kita (Kuswarno, 2009). Tujuan utama fenomenologi menurut Kuswarno(2009):

Adalah mempelajari bagaimana fenomena dialami dalam kesadaran, pikiran, dandalam tindakan, sebagaimana fenomena tersebut bernilai atau diterima secaraestetis. Fenomenologi mencoba mencari pemahaman bagaimana manusiamengkonstruksi makna dan konsep-konsep penting, dalam kerangkaintersubyektivitas. Intersubyektif karena pemahaman kita mengenai duniadibentuk oleh hubungan kita dengan orang lain. Walaupun makna yang kitaciptakan dapat kita telusuri dalam tindakan, karya, dan aktivitas yang kita lakukan,tetap saja ada peran orang lain didalamnya.Penelitian kualitatif dalam paradigma fenomenologi berusaha memahami arti

(mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang biasa dalamsituasi tertentu (Moleong. 2005). Dengan kata lain penelitian kualitatif dalam paradigmafenomenologi adalah penelitian yang berusaha mengungkap makna terhadap fenomenaperilaku kehidupan manusia, baik manusia dalam kapasitas sebagai individu, kelompokmaupun masyarakat luas. Lebih lanjut, paradigma fenomenologi menekankan padametode penghayatan atau pemahaman interpretatif (verstehen). Jika seseorangmenunjukkan perilaku tertentu dalam masyarakat, maka perilaku tersebut merupakanrealisasi dari pandangan-pandangan atau pemikiran yang ada dalam kepala orangtersebut. Kenyataan merupakan ekspresi dari dalam pikiran seseorang; oleh karena itu,realitas tersebut bersifat subyektif dan interpretatif.

Maka penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatanfenomenologi yang membahas tentang fenomena Pemberian insentif ini diusung sebagaibentuk akomodasi pemerintah atas kepentigan public dalam jangka panjang. Disini,skema insentif tax exemtion, tax deduction, atau tax credit- yang digunakan disesuaikandengan dasar hukum yang berlaku di Indonesia serta aplikasi program-program CSRyang terjadi dalam masyarakat.

PEMBAHASAN

Perkembangan Corporate Social ResponsibilitySocial accounting berkembang sejalan dengan berkembangnya corporate social

responsibility. Kotler dan Lee (2005:3) menyatakan “corporate social responsibility isa commitment to improve community well-being through discretionary businesspractices and contributions of corporate resources”. Selanjutnya World BusinessCouncil for Suistanable Development menggambarkan bahwa “corporate socialresponsibility as ‘business’ commitment to contribute to suistanable economicdevelopment, working with employees, their families, the local community, and societyat large to improve their quality of life”. (Kotler dan Lee 2005)

Page 4: Paper Dina - edited.pdf

Perubahan pandangan masyarakat, investor dan pemerintah pada gilirannyamendorong perusahaan untuk menunjukkan bentuk tanggung jawab sosial perusahaanyang tidak terbatas hanya pada aktivitas perbaikan komposisi, kualitas dan keamananproduk yang dihasilkan, tetapi juga pada teknik dan proses produksi, serta penggunaansumberdaya manusia.

Manfaat Aktifitas Corporate Social ResponsibilityKotler dan Lee (2005) menyatakan bahwa partisipasi perusahaan dalam

berbagai bentuk tanggung jawab sosial dapat memberikan banyak manfaat bagiperusahaan, antara lain :

1. meningkatkan penjualan dan market share,2. memperkuat brand positioning,3. meningkatkan image dan pengaruh perusahaan,4. meningkatkan kemampuan untuk menarik hati, memotivasi, dan

mempertahankan (retain) karyawan5. menurunkan biaya operasional, dan6. meningkatkan hasrat bagi investor untuk berinvestasi.

Satyo (Media Akuntansi, Edisi 47/Tahun XII/Juli 2005) menyatakan penyajianlaporan berkaitan aktivitas sosial dan lingkungan memberikan banyak manfaat bagiperusahaan antara lain meningkatkan citra perusahaan, disukai konsumen, dan diminatiinvestor. Bukti bahwa partisipasi dalam tanggung jawab sosial mempengaruhikeberhasilan perusahaan dalam jangka panjang juga dapat dilihat pada Tabel 1-4 bagianterakhir tulisan ini.. Bukti-bukti tersebut menunjukkan beragam aktivitas tanggungjawab sosial perusahaan terhadap stakeholdersnya. Tanggung jawab sosial perusahaantersebut memberikan keuntungan bersama bagi semua pihak, baik perusahaan sendiri,karyawan, masyarakat, pemerintah maupun lingkungan.

Pengukuran Biaya Corporate Social ResponsibilityEstes dalam Harahap (2003:370) mengusulkan beberapa teknik pengukuran

manfaat dan biaya sosial yaitu:1. Penilaian pengganti (Surrogate Valuation).2. Teknik survey (Survey Techniques).3. Biaya perbaikan dan pencegahan (Restoration or Avoidance Cost).4. Penilaian (Appraisal) oleh tim independen.5. Putusan pengadilan (Court Decisions).6. Analisa (Analisys).7. Biaya pengeluaran (Outlay Cost).

Metode Penilaian Pengganti (Surrogate Valuation) menyatakan bahwa suatunilai ganti terhadap kerusakan lingkungan yang terjadi dapat dipilih sebagai caramenghitung kerugian saat nilai kerugian yang diinginkan tidak dapat dipenuhi secaralangsung.Teknik Survei (Survey Techniques) merupakan pendekatan yang dilakukandengan cara menanyakan secara langsung kepada masyarakat apa yang sangat berhargabagi mereka. Cara ini merupakan pendekatan survei yang tidak menyenangkan, namundalam kenyataannya memberikan informasi yang lebih berharga dan lebih akurat dansekaligus merupakan teknik yang mahal. Biaya Perbaikan atau Pencegahan (Restorationor Avoidance Cost) merupakan suatu cara untuk mengukur biaya sosial denganmemperkirakan pengeluaran uang yang sesungguhnya untuk mencegah ataumenghindari bahaya atau kerusakan lingkungan. Penaksiran (Appraisal) merupakan

Page 5: Paper Dina - edited.pdf

penaksiran yang yang dilakukan oleh pihak independen dalam menilai barangberwujud seperti bangunan dan tanah. Teknik ini hampir sama dengan penilaianpengganti, hanya disini menggunakan tenaga ahli sebagai pihak penaksir independen.Putusan Pengadilan (Court Decisions) merupakan cara untuk menilai atau menghitungkerusakan atau biaya tertentu melalui putusan pengadilan. Penilaian ini akurat dalamjumlah dan diidentifikasi dengan menggunakan biaya sosial yang khusus. PendekatanAnalisis (Analisys) dilakukan melalui analisa ekonomi dan statistik terhadap data yangada menghasilkan dalam suatu nilai yang sah dan pengukuran yang dapat dipercaya.Biaya Pengeluaran (Outlay Cost) merupakan teknik yang digunakan untuk menilaiprogram yang berkaitan dengan kegiatan masyarakat, seperti kegiatan pembaharuanurbanisasi, pertahanan militer, atau konstruksi jalan raya. Biaya pengeluaran dilakukandengan mencari hubungan kegiatan tersebut secara langsung dan mengukurkegunaannya.

Informasi nonkeuangan dan keterlibatan sosial perusahaan dikomunikasikankepada para stakeholder. Pengkomunikasian aktivitas tersebut dilakukan denganberbagai cara dan media pengungkapan. Salah satu alat atau media yang dapatdigunakan adalah laporan tahunan. Pengungkapan (disclose) berarti penyampaian(release) informasi. Akuntan cenderung menggunakan dalam pengertian yang lebihterbatas yaitu penyampaian informasi keuangan tentang suatu perusahaan di dalamlaporan keuangan, biasanya laporan tahunan (Hendriksen dan Van Breda , 2002:78).

CSR dalam Perpajakan IndonesiaDalam batasan tertentu, ketentuan perpajakan Indonesia juga memberikan skema

insentif untuk program-program CSR. Pemberian insentif ini diusung sebagai bentukakomodasi pemerintah atas kepentigan public dalam jangka panjang. Disini, skemainsentif tax exemtion, tax deduction, atau tax credit- yang digunakan disesuaikandengan dasar hukum yang berlaku di Indonesia serta aplikasi program-program CSRyang terjadi dalam masyarakat.

Dalam ranah Pajak Penghasilan (PPh), ketentuan terkait aktivitas CSR diaturdalam Pasal 4 UU Nomor & Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telahbeberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 (UU PPh). Sepertiyang dijelaskan dalam ayat (1) huruf d angka 4 pasal tersebut, Objek PPh adalahpenghasilan, termasuk di dalamnya keuntungan karena penjualan atau karenapengalihan harta berupa hibah, bantuan, atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepadakeluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badanpendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yangmenjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur lebih lanjut denganperaturan Menteri Keuangan (PMK), sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha,pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihak yang bersangkutan. Ituartinya, keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta berupa hibah,bantuan, atau sumbangan yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garisketurunan lurus satu derajat dan badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosialtermasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dankecil, bukan merupakan Objek PPh bagi yang menerima.

Kemudian, dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a UU PPh juga diatur aktivitas CSR lainyang dikecualikan dari objek PPh. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yangditerima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkanoleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak atau sumbangankeagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang dibentuk atau disahkan olehpemerintah dan yang diterima oleh penerima dengan atau berdasarkan peraturan

Page 6: Paper Dina - edited.pdf

pemerintah dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garisketurunan lurus satu derajat, badan keagamaan, badan pendidikan, badan sosialtermasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dankecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan PMK, sepanjang tidak adahubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-pihakyang bersangkutan.

Selain itu, dalam Pasal 4 ayat (3) huruf k UU PPh, diatur bahwa penghasilanyang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa bagian laba dari badan

pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia,dikecualikan dari Objek PPh. Dengan catatan, badan pasangan usaha tersebutmerupakan perusahaan mikro, kecil, menengah, atau yang menjalankan kegiatan dalamsektor-sektor usaha yang diatur dengan atau berdasarkan PMK dan sahamnya tidakdiperdagangkan di bursa efek di Indonesia.

Tidak berhenti sampai disitu, dalam Pasal 4 ayat (3) huruf l,m, dan n UU PPhjuga diatur pengecualian pengenaan PPh atas aktivitas CSR. Seperti halnya beasiswayang memenuhi persyaratan tertentu, sisa lebih diterima atau diperoleh badan ataulembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang pendidikan dan atau bidang penelitian danpengembangan yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya-yangditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan ataupenelitian dan pengembangan dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejakdiperolehnya sisa lebih tersebut, serta bantuan atau santunan yang dibayarkan olehBadan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib Pajak tertentu.

Ketentuan yang telah diuraikan di atas merupakan bentuk dari kebijakan pajak-yang berupa tax exemption – untuk aktivitas CSR dalam ranah PPh. Disisi lain, dalamranah Pajak Pertambahan Nilai (PPN) juga diatur mengenai tax exemption terkaitaktivitas CSR. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 4A ayat (3) UU Nomor 8 Tahun1993 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas BarangMewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan UU Nomor 42 Tahun2009 (UU PPN) bahwa jasa pelayanan kesehatan medis, jasa pelayanan sosial, jasakeagamaan, jasa pendidikan, dan jasa kesenian dan hiburan tidak dikenakan PPN.

Selain tax exemption, pemerintah Indonesia juga memberikan kebijakan insentifperpajakan untuk aktivitas CSR berupa tax deduction. Sebagaimana diatur dalam Pasal6 ayat (1) UU PPh, terdapat sejumlah biaya terkait dengan aktivitas CSR yangdiperkenakan sebagai deductible expense dalam menghitung Ph KP Wajib Pajak. Biayatersebut adalah : Biaya pengolahan limbah; Biaya beasiswa, magang dan pelatihan; Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya

diatur dengan peraturan pemerintah (PP); Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di

Indonesia yang ketentuannya diatur dengan PP; Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan PP; Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan PP; Sumbangan dalam rangka pembinaan olah raga yang ketentuannya diatur

dengan PP.

KESIMPULAN

Aktivitas CSR telah berkembang menjadi bagian dari strategi bisnis perusahaan,terutama dalam melakukan fungsi pemasaran, public relations dan investment-decision

Page 7: Paper Dina - edited.pdf

making. Oleh karena itu, aspek perpajakan merupakan salah satu faktor penting yangmenjadi pertimbangan organisasi dalam merancang program CSR-nya agarmenghasilkan program CSR yang dapat menambah business value sekaligus taxfavorable. Lebih lanjut, biaya-biaya yang terkait dengan aktivitas CSR seharusnyadapat dikategorikan sebagai biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memeliharapenghasilan yang dapat dikurangkan (deductible expense) pada saat menghitung taxbase.Kebijakan pemberian insentif perpajakan untuk aktivitas CSR dan organisasi yangmenerima/mengelola dana CSR merupakan kebijakan yang lazim dilakukan olehotoritas pajak di berbagai negara, baik negara berkembang maupun negara maju.Meskipun masih dalam ruang lingkup, yang terbatas, pemerintah Indonesia juga telahmemberikan insentif pajak untuk aktivitas CSR berupa tax exemption dan tax deductiondalam UU PPh dan UU PPN. Sesuai dengan semangat reformasi perpajakan, agar lebihbusiness-friendly seharusnya adopsi aspek-aspek CSR dalam ketentuan perpajakanIndonesia dapat diperluas. Selain itu, kebijakan insentif perpajakan untuk aktivitas CSRdan organisasi yang menerima/mengelola dana CSR harus dilengkapi denganmekanisme check and balances untuk mendorong terciptanya akuntabilitas dantransparansi dalam pelaksanaannya. Adanya audit khusus untuk dana atau biaya-biayaCSR sebelum mendapat insentif perpajakan dapat dijadikan sebagai salah satu pilihankebijakan untuk tujuan tersebut.Pemerintah perlu mengatur dengan detail organisasiyang bisa mendapatkan insentif, besaran insentif yang didapatkan mekanisme danproses pengajuannya, serta batasan dan larangan yang harus dipatuhi oleh penerimanyatermasuk sanksi dan hukuman agar program-program CSR dapat bekembang danmemberikan manfaat yang optimal bagi seluruh elemen masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA

Effendi, Subagio.2010. Indonesia Tax revew Vol. III edisi 19Fitriandi, Primandita., Yuda Aryanto, dan Agus Puji Priyono. 2010. Kompilasi Undang-

Undang Perpajakan Terlengkap Susunan Satu Naskah. Jakarta: PenerbitSalemba Empat.

Hendriksen, Eldon S. dan Michael F. Van Breda. 2002. Teori Akunting. Terjemahanoleh Herman Wibowo. Buku 2. Edisi Kelima. Jakarta : Interaksara.

Kuswarno, Engkus. 2009. Metodologi penelitian Komunikasi Fenomonologi konsepsipedoman dan Contoh Penelitian. Bandung : Penerbit Widya Padjajaran

Kotler, Philip and Nancy Lee. 2005. Corporate Social Responsibility. New Jersey : JohnWiley and Sons, Inc..

Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi Revisi. Yogyakarta : Andi OffsetMoleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.www.pajak.go.id diakses tanggal 6 September 2012