dina epey new1

82
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling mematikan di dunia, karena penyakit ini bisa memicu penyakit kelas berat lain seperti gagal jantung dan stroke. Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang dewasa menderita penyakit ini. Diperkirakan jumlah penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar menjelang tahun 2025. Dari berbagai penelitian epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8- 28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi. Meski jumlah penderita penyakit ini sangat banyak, namun penyakit ini sering tidak disadari oleh penderitanya (Dorothy M.Russel, 2011). WHO (World Health Organization) bahwa di dunia penyakit kardiovaskuler merupakan sebab kematian terbesar pada populasi usia 65 tahun keatas dengan jumlah kematian lebih banyak di negara berkembang. Diperkirakan penyakit 1

Upload: thabroni

Post on 21-Oct-2015

37 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

uyyyeee

TRANSCRIPT

Page 1: Dina Epey New1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hipertensi adalah salah satu penyakit yang paling

mematikan di dunia, karena penyakit ini bisa memicu

penyakit kelas berat lain seperti gagal jantung dan stroke.

Sebanyak 1 miliar orang di dunia atau 1 dari 4 orang

dewasa menderita penyakit ini. Diperkirakan jumlah

penderita hipertensi akan meningkat menjadi 1,6 miliar

menjelang tahun 2025. Dari berbagai penelitian

epidemiologis yang dilakukan di Indonesia menunjukkan 1,8-

28,6% penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah

penderita hipertensi. Meski jumlah penderita penyakit ini

sangat banyak, namun penyakit ini sering tidak disadari

oleh penderitanya (Dorothy M.Russel, 2011).

WHO (World Health Organization) bahwa di dunia

penyakit kardiovaskuler merupakan sebab kematian terbesar

pada populasi usia 65 tahun keatas dengan jumlah kematian

lebih banyak di negara berkembang. Diperkirakan penyakit

kardiovaskuler merupakan 50% sebab kematian di negara

industri maju dan ¼ kematian di negara berkembang (Koswara,

2008).

1

1

Page 2: Dina Epey New1

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah

kondisi tekanan darah seseorang yang meningkat secara

kronis, dimana tekanan darah sistolik/diastoliknya melebihi

140/90 mmHg. Penyakit hipertensi sering disebut sebagai

‘The Silent Disease’ atau penyakit tersembunyi. Karena

sulit diketahui, penyakit ini juga sering disebut sebagai

silent killer atau pembunuh diam-diam (Hartono, 2012).

Hipertensi dapat disebabkan oleh multifaktor,

sekitar 95 % kasus tidak diketahui penyebabnya, banyak

faktor yang mempengaruhinya antara lain: genetik,

lingkungan, konsumsi makanan yang berlebihan, merokok,

alkohol, kelainan pada ginjal, riwayat obat-obatan bebas

dan lain-lain (Kapita selekta kedokteran, edisi 3, jilid

1).

Penyakit hipertensi dianggap tidak memiliki gejala

awal, sebenarnya ada beberapa gejala yang tidak terlalu

tampak sehingga sering tidak dihiraukan oleh penderita.

Gejala-gejala tersebut mulai bisa dirasakan oleh para

penderita hipertensi dengan tekanan darah lebih dari 140/90

mmHg. Gejala-gejala yang dirasakan antara lain sebagai

berikut: pusing, sakit/nyeri kepala, mudah marah, sukar

tidur, lemas, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, muka

pucat, mual muntah, mata berkunang-kunang, suhu tubuh

rendah (Sutanto, 2010).

2

Page 3: Dina Epey New1

Pada penderita hipertensi, oleh karena berbagai

sebab (makanan tinggi garam, penimbunan lemak, kolesterol,

dan lain-lain), pengatupan pembuluh darah (vasokontriksi),

yang mengakibatkan penurunan cardiac output. Jaringan tubuh

akan mengalami kekurangan nutrisi dan O2. Sebagai

kompensasi jantung akan meningkatkan kontraksinya untuk

memenuhi kebutuhan jaringan tadi, yang menyebabkan

peningkatan tekanan hidrostatik pembuluh darah. Kekakuan

dan meningkatnya tekanan hidrostatik menyebabkan ambang

batas terendah nyeri pembuluh darah otak mudah tersentuh

(terbentur), dan sensasi nyeri kepala akan dirasakan

penderita hipertensi.

Menurut Marlia (2010) penanganan hipertensi secara

umum yaitu secara hipertensi farmakologis dan non-

farmakologis, penanganan secara farmakologis terdiri atas

pemberian obat yang bersifat diuretik, simpatetik,

betabloker, dan vasodilator dengan memperhatikan tempat,

mekanisme kerja dan tingkat kepatuhan.

Sedangkan penanganan non-farmakologis yaitu meliputi

penurunan berat badan, olahraga secara teratur, diet rendah

lemak dan garam, dan terapi komplementer. Penanganan secara

non-farmakologis sangat di minati oleh masyarakat karena

sangat mudah, murah, dan sederhana untuk dipraktikkan.

Selain itu, penanganan non-farmakologis juga tidak memiliki

3

Page 4: Dina Epey New1

efek samping yang berbahaya tidak seperti penanganan

farmakologis (Marlia, 2009).

Salah satu tindakan komplementer atau non-

farmakologis dalam mengurangi gejala-gejala dari hipertensi

seperti halnya membantu mengurangi persepsi nyeri atau

memberikan rasa nyaman dalam keperawatan adalah dengan

melakukan teknik akupresur, yang dimaksud dengan akupresur

adalah proses untuk mengembalikan aliran energi normal di

meridian yang mempunyai pusat saraf dan titik refleks di

berbagai tempat di badan dengan menggunakan ujung-ujung

jari (Dr. Savitri, 2009). Akupresur merupakan salah satu

bentuk dari akupunktur (tusuk jarum) dan berusia lebih tua

dari akupunktur, dimana pemijatan pada titik-titik refleks

tertentu yang dilakukan dengan penekanan ujung-ujung jari

tangan pada daerah / titik tertentu di permukaan tubuh

ditujukan untuk mengembalikan keseimbangan yang ada di

dalam tubuh, dengan memberikan rangsangan agar aliran

energi kehidupan dapat mengalir dengan lancar. Dimana tubuh

akan memberikan respons untuk meningkatkan aliran darah

dengan memproduksi lebih banyak sel darah merah yang

membawa O2 kedalam otot, sehingga sensasi yang langsung

terasa adalah kesegaran, dengan akupresur juga membantu

membentuk hormon endorphin yang mirip dengan morfin yang

dapat menurunkan rasa sakit alami bagi tubuh (Agnes, 1996).

4

Page 5: Dina Epey New1

Berdasarkan hasil study pendahuluan yang dilakukan

peneliti di Puskesmas Labuhan Lombok, didapatkan data pada

tahun 2012 pasien mengalami hipertensi, untuk 7 bulan

terakhir (Januari-Juli 2012) sebanyak 116 pasien dengan

pravalensi penderita hipertensi yang mengalami nyeri kepala

berusia 45 tahun keatas adalah 40 orang (Data primer di

Puskesmas Labuhan Lombok, 2012).

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang

aktual atau potensial. Nyeri dianggap nyata meskipun tidak

ada penyebab fisik atau sumber yang dapat didentifikasi,

meskipun beberapa sensasi nyeri dihubungkan dengan status

mental atau status psikologis, karena kebanyakan sensasi

nyeri adalah akibat dari stimuli fisik dan mental atau

stimuli emosional (Brunner & Suddarth, 2002 edisi 8, vol

1).

Nyeri adalah penggiring psikis bagi refleks

pelindung, yang menentukan rangsang nyeri, umumnya

menimbulkan gerakan mengelak dan menghindar yang kuat, di

antaranya perasaan karena mengandung unsur emosional yang

khas (Ganong, 1990).

Di Indonesia, pengobatan alternatif sebagai pilihan

untuk menyembuhkan penyakit saat ini tengah berkembang

pesat. Satu di antara pengobatan altenatif yang berkembang

5

Page 6: Dina Epey New1

itu adalah terapi akupresur, yaitu sebuah sistem metode

yang menitik beratkan pada penekanan di titik - titik

syaraf tubuh. Penekanan pada titik - titik syaraf tubuh itu

adalah untuk mengobati berbagai macam penyakit (Dr. Yuda,

2010).

Dalam kesempatan ini peneliti ingin mencoba

memperkenalkan teknik akupresur untuk mengurangi nyeri

kepala pada penderita hipertensi, karena teknik akupresur

merupakan cara yang dapat digunakan untuk membantu

mengurangi nyeri.

Berdasarkan fenomena diatas, peneliti tertarik untuk

mengetahui dan membuktikan adakah pengaruh teknik akupresur

terhadap penurunan tingkat nyeri kepala pada penderita

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Lombok

Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

“Apakah ada pengaruh teknik akupresur terhadap penurunan

tingkat nyeri kepala pada penderita hipertensi di wilayah

kerja Puskesmas Labuhan Lombok Kecamatan Pringgabaya

Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012?”.

6

Page 7: Dina Epey New1

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Adapun tujuan umum dalam penelitian ini adalah

untuk mengetahui pengaruh teknik akupresur terhadap

penurunan tingkat nyeri kepala pada penderita hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Labuhan lombok Kecamatan

Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012.

2. Tujuan Khusus

a. Mengidentifikasi tingkat nyeri kepala sebelum

diberikan teknik akupresur pada penderita hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Lombok Kecamatan

Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012.

b. Mengidentifikasi tingkat nyeri kepala setelah

diberikan teknik akupresur pada penderita hipertensi

di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Lombok Kecamatan

Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun 2012.

c. Menganalisa pengaruh teknik akupresur terhadap

penurunan tingkat nyeri kepala pada penderita

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Lombok

Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur Tahun

2012.

7

Page 8: Dina Epey New1

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Dapat memberikan manfaat kepada peneliti dalam

menambah pengalaman dan pengetahuan untuk mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh selama dalam pendidikan.

2. Bagi Responden

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan acuan

bagi responden supaya menggunakan teknik akupresur untuk

mengatasi nyeri kepala.

3. Bagi Puskesmas

Sebagai suatu rekomendasi bahan masukan dan

informasi dalam meningkatkan mutu pelayanan puskesmas.

4. Bagi Institusi

Sebagai salah satu bahan refrensi/bahan rujukan

dalam proses belajar mengajar untuk pengembangan dan

peningkatan mutu pembelajaran, serta institusi pendidikan

dapat menggunakan hasil penelitian ini untuk menambah dan

mengembangkan literatur dalam pendidikan keperawatan.

5. Bagi Profesi Keperawatan

Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sebagai

acuan dalam memberikan tindakan keperawatan dalam

mengatasi nyeri kepala.

8

Page 9: Dina Epey New1

6. Bagi peneliti selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan

sebagai dasar yang dikembangkan dalam proses penelitian

berikutnya.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian serupa sebelumnya pernah dilakukan oleh

Baiq Ranti Widiastuti (2012) dengan judul ”Pengaruh

Pemberian Teknik Akupresur Terhadap Frekuensi Kontraksi

Uterus Untuk Kemajuan Persalinan Pada Persalinan Kala II Di

Puskesmas Aikmel Lombok Timur”. Desain penelitian yang

digunakan adalah Quasy Eksperimen dengan pendekatan Non

Equivalen Control Group, tehnik sampling yang digunakan

adalah accidental sampling, dan menggunakan analisa data

uji-chi square dengan signifikan 5%. Diketahui pemberian

teknik akupresur terhadap frekuensi kontraksi uterus untuk

kemajuan persalinan kala II berpengaruh terhadap frekuensi

kontraksi uterus untuk kemajuan pada persalinan kala II.

Dalam penelitian sekarang peneliti berkeinginan

untuk mengadakan penelitian yang berkaitan dengan

judul“pengaruh teknik akupresur terhadap penurunan tingkat

nyeri kepala pada penderita hipertensi di wilayah kerja

Puskesmas Labuhan Lombok Kecamatan Pringgabaya Kabupaten

Lombok Timur Tahun 2012”. Perbedaan pada Penelitian

terdahulu dengan penelitian sekarang ini adalah peneliti

9

Page 10: Dina Epey New1

menggunakan metode penelitian pre eksperimental dengan

pendekatan one group pre test -post test design, teknik

sampling yang digunakan adalah purposive sampling, analisa

data uji t-test dengan taraf signifikan 5% dengan

menggunakan SPSS, sedangkan pada penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Baiq Ranti Widiastuti (2012) menggunakan

Quasy Eksperimen dengan pendekatan Non Equivalen Control

Group, tehnik sampling yang digunakan adalah accidental

sampling, dan menggunakan analisa data uji-chi square

dengan signifikan 5%. Persamaan penelitian sekarang ini

dengan penelitian terdahulu adalah terletak pada variabel

independent yaitu teknik akupresur.

10

Page 11: Dina Epey New1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Akupresur

1. Pengertian

Yin dan Yang adalah dua aspek/ bagian dari sesuatu

yang saling mendasari, saling memepengaruhi, tidak mutlak

dan keduanya saling bertentangan tetapi membentuk suatu

kesatuan yang utuh dalam suatu keseimbangan yang harmonis

dan dinamis/ selalu bergerak (Doreen E. Bayli, 2009).

Akupresur (akupunktur tanpa jarum) adalah sebuah

teknik pemijatan atau totok jari yang sangat kuno yang

bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi chi (energi hidup)

di seluruh tubuh. Dengan menekan secara lembut pada

beberapa titik penting atau titik terpilih pada tubuh

dengan menggunakan jari, jempol yang dapat membantu

mengurangi gejala yang timbul pada penyakit tekanan darah

tinggi (Dr. Ritu, 2011).

Akupresur merupakan salah satu sistem penyembuhan

yang paling tua, dan sistem ini sudah dikenal di India

dan Asia Timur selama beberapa abad. Selama betahun-

tahun, terapi tanpa obat tradisional ini hanya

digunakan terbatas di beberapa negara sampai negara-

11

11

Page 12: Dina Epey New1

negara barat, terutama Amerika Serikat, menunjukkan minat

dalam mengembangkan dan menerapkan akupresur (Dr.

Savitri, 2009).

Akupresur merupakan penekanan pada titik tertentu

(yang dikenal dengan acupoint) dengan menggunakan

telunjuk maupun jari untuk menstimulasi aliran energi di

meridian yang penggunaannya sangat aman dan efektif mudah

dipelajari, dan juga membutuhkan waktu yang sedikit untuk

menerapkannya (Depkes RI, 1999).

Teknik tusuk jari/refleksi/akupresur adalah teknik

Penekanan dilakukan dengan ujung jari. Penekanan pada

saat awal harus dilakukan dengan lembut, kemudian secara

bertahap kekuatan penekanan ditambah sampai terasa

sensasi yang ringan, tetapi tidak sakit. Pada individu

yang sensitif seperti bayi, maupun orang tua maka tekanan

dapat dibuat lebih lembut. Penekanan dapat dilakukan 30

detik sampai 2 menit.

Akupresur merupakan teknik pengobatan Cina kuno/

Traditional Chinese Medicine (TCM), berasal dari teknik

pengobatan akupunktur awalnya. Akupunktur melibatkan

jarum halus yang ditusukkan ke dalam titik-titik

tertentu pada tubuh untuk menghilangkan nyeri dan

berbagai keluhan.

(http://www. akupresur keperawatan .com .2012.

12

Page 13: Dina Epey New1

Shiatsu dari jepang, akupunktur dari Tiongkok, dan

refleksologi tangan serta kaki dari timur, dan

sebagainya, merupakan berbagai bentuk dari akupresur.

Semua teknik ini didasarkan pada perangsang pada titik-

titik refleks tertentu dibadan untuk meringankan rasa

sakit atau penyakit lain. Badan kita mempunyai energi

menyembuhkan diri sendiri yang luar biasa, yang digunakan

oleh alam dan semua ilmu pengetahuan penyembuhan holistik

lain seperti penyembuhan alami, akupresur, akupunktur,

dan sebagainya.

Energi penyembuhan mengalir lewat badan dalam jalur

spesifik yang disebut meridian. Setiap meridian ini

mempunyai pusat saraf dan titik refleks diberbagai tempat

di badan. Dalam akupunktur, jarum ditusukkan ke pusat

saraf dan titik refleks, sedangkan dalam akupresur, jari

tangan tenaga penyembuh digunakan untuk memberikan

tekanan. Sebagian besar titik refleks tempat tekanan

diberikan dan terletak di kaki, tangan, punggung, wajah,

dan daun telinga.

Akupresur adalah proses untuk mengembalikan aliran

energi normal di meridian. Apapun yang menghambat atau

merintangi aliran energi dalam badan di meridian ini

mengakibatkan terganggunya kesehatan.

13

Page 14: Dina Epey New1

Kristal kecil yang terbentuk di ujung saraf dapat

juga mengganggu aliran imfuls energi yang tepat.

Interupsi dalam aliran energi ini menyebabkan rasa

sakit di titik refleks tertentu di meridian yang

bersangkutan.

Ketika tekanan diberikan di titik refleks ini,

titik itu terangsang dan perintang aliran energi

dilepaskan. Kesembuhan akan dialami setelah dilakukan

normalisasi aliran energi.

Setiap organ, dan bagian dari badan mempunyai titik

refleks di tangan dan kaki.

Penyimpangan dari fungsi normal atau perubahan

dalam struktur dari berbagai organ dalam badan

menimbulkan rasa sakit di titik refleks yang bersangkutan

di tangan dan kaki.

Menggunakan akupresur di titik-titik tertentu di

kaki dan tungkai untuk menyembuhkan penyakit dan

sebagainya refleksologi kaki. Terapi menggunakan tekanan

di tangan disebut refleksologi tangan.

Beberapa penyembuh menggunakan titik-titik refleks

di telinga, wajah, kepala, dan kulit kepala yang

ditumbuhi rambut untuk mengobati. Sebagian besar titik-

titik refleks yang digunakan dalam Shiatsu dari jepang

terletak di punggung, perut, dan anggota badan.

14

Page 15: Dina Epey New1

Akupresur dapat digunakan untuk mendiagnosis

berbagai masalah kesehatan. Sebuah titik refleks yang

terasa sakit ketika disentuh, mungkin berarti bahwa

fungsi atau struktur organ yang bersangkutan, atau

keduanya abnormal.

Ketidaknormalan ini mungkin mengungkapkan gejala-

gejala suatu penyakit terutama di tahap awalnya.

Dengan menggunakan tekanan di titik refleks yang

sakit, fungsi dan struktur normal dapat dipulihkan dalam

suatu periode waktu.

2. Manfaat Akupresur

Sejarah telah membuktikan bahwa akupresur dapat

bermanfaat mencegah penyakit yang bertujuan untuk

mencegah masuknya sumber penyakit dan mempertahankan

kondisi tubuh, penyembuhan penyakit, rehabilitasi dan

promotif (Dibble, et al, 2007). Menurut Tournaire dan

Theau-Younneau (2007) dengan merangsang titik-titik

tertentu di sepanjang meridian yang ditransmisikan

melalui serabut saraf besar ke formation reticularis,

thalamus dan system limbic melepaskan endorphin.

Endorphin adalah zat penghilang rasa sakit yang secara

alami diproduksi dalam tubuh, memicu respon menenangkan

dan membangkitkan semangat dalam tubuh, memiliki efek

positif pada emosi, dapat menyebabkan rileks dan

15

Page 16: Dina Epey New1

normalisasi fungsi tubuh dan sebagian dari pelepasan

endorphin akan menurunkan tekanan darah dan meningkatkan

sirkulasi darah.

Agnes (2009) menerangkan, teknik akupresur adalah

pemijatan yang dilakukan pada titik tertentu di permukaan

tubuh sesuai dengan titik akupunktur, karena hal ini

menolong tubuh dan pikiran untuk penghilang rasa sakit

alami bagi tubuh. Akupresur mempunyai manfaat yaitu:

a. Meningkatkan daya tahan dan kekuatan tubuh

b. Mencegah penyakit tertentu

c. Mengatasi keluhan dan penyakit ringan

d. Memulihkan kondisi tubuh

Hadikusumo (2009) menerangkan manfaat dari teknik

akupresur yaitu:

a. Menghilangkan kepenatan atau kelelahan

b. Memperlancar sirkulasi darah

c. Melegakan pernafasan

d. Meningkatkan persediaan darah dalam nadi

e. Merangsang pembuangan sampah oleh getah bening dan

pembuluh darah

f. Membantu pembuangan produk yang tidak terpakai dari

otot dan alat tubuh lain

g. Mengurangi rasa perih dan nyeri (sifat analgesik)

h. Meningkatkan daya tahan tubuh

16

Page 17: Dina Epey New1

i. Membantu tercapainya ketenangan pada organ tubuh

(sifat sedatif) maupun jiwa atau mental seseorang

3. Cara Memijat Akupresur

a.Cara pemijatan bisa dilakukan dengan :

1.Pijatan bisa kita lakukan setalah menemukan titik

meridian yang tepat, yaitu timbulnya reaksi pada

titik pijat berupa rasa nyeri, linu atau pegal.

2.Pijatan bisa dilakukan dengan menggunakan jari

tangan, (Jempol dan Jari telunjuk).

3.Semua titik berpasangan kecuali untuk jalur meridian

Ren dan Tu.

b. Lama dan banyaknya tekanan (pemijatan):

1.Pijatan untuk menguatkan (Yang), untuk kasus

penyakit dingin, lemah, pucat/lesu, dapat dilakukan

dengan maksimal 50 kali tekanan, untuk masing-

masing titik dan pemutaran pemijatannya searah

jarum jam.

2.Pemijatan yang berfungsi melemahkan (Yin) untuk

kasus penyakit panas, kuat, muka merah, berlebihan/

hiper dapat dilakukan dengan minimal 50 kali

tekanan dan cara pemijatannya berlawanan jarum jam.

4. Metode Menekan pada Akupresur

Dr. Saviti (2009) Terdapat beberapa cara untuk

menekan dalam akupresur termasuk refleksologi. Besarnya

17

Page 18: Dina Epey New1

tekanan yang diberikan akan bervariasi dari orang yang

satu ke orang yang lain dan di berbagai bagian badan.

Daerah refleks harus dipegang dengan cara yang

benar ketika memberi tekanan. Bila tidak, pengaruh yang

diinginkan mungkin tidak tercapai. Kuku jari tangan

harus digunting sebelum dipakai untuk menekan agar tidak

menekan pada titik refleks.

a. Memutar

Ibu jari harus diputar searah dengan jarum jam

atau berlawanan dengan jarum jam di setiap titik

refleks, satu per satu. Sewaktu diputar, ibu jari

tetap harus bersentuhan dengan titik refleks

sehingga tekanan yang diberikan tidak berkurang.

Titik-titik tekanan di meridian dirangsang dengan

gerakan berlawanan arah dengan jarum jam dan

ditenangkan dengan gerakan searah dengan jarum jam.

b. Memompa

Ini harus dilakukan dengan menekankan bantalan

ibu jari di titik refleks. Tekanan harus diberikan

dan dihilangkan berganti-ganti.

c. Gerakan terus-menerus

Ini dilakukan dengan gerakan terus-menerus dari

ibu jari (ibu jari berjalan) atau dari jari (jari

berjalan). Dalam teknik ini, ibu jari berjalan

18

Page 19: Dina Epey New1

sepanjang jalur spesifik. Pertama-tama jari ditekan

dari ujung jari dan kemudian bergerak ke titik

berikutnya dengan menekankan bagian datar dari

persendian pertama ibu jari atau jari. Jari berjalan

dapat dilakukan baik dengan satu, dua, atau empat

buah jari, tergantung pada titik-titik yang ditekan.

Refleks di tangan dan punggung pada umumnya ditekan

dengan dua jari yang berjalan.

d. Menggosok

Gosok titik atau daerah refleks tanpa menekan.

e. Mencengkram

Mencengkram atau meremas daerah seperti bahu.

f. Menggetarkan

Ketika satu telapak tangan diletakkan di atas

telapak tangan yang lain atau satu jari diletakkan

di atas jari yang lain dan kemudian getaran buatan

diberikan.

g. Tekanan yang terputus-putus

Tekanan harus diberikan dengan ibu jari atau jari

seperti di punggung, paha, dan bagian belakang

tungkai.

h. Memelintir

Pelintir anggota badan yang dipegang dengan dua

tangan.

19

Page 20: Dina Epey New1

i. Menangkupkan

Kulit dan otot yang ada di bawahnya dipegang

dalam tangan yang ditangkupkan dan diberi tekanan

ringan.

5. Teknik Akupresur

a. Yin Tang, Titik istimewa (sedate)

Gunakan jari telunjuk dan jari tengah, lakukan

pijatan pada otot temporalis di daerah pelipis yang

letaknya satu jari di atas mata bagian luar.

Penekanan di lakukan searah dengan jarum jam titik

di sekitarnya selama 50 detik/ 60 hitungan masing-

masing 5 kali.

Gambar 2.1 : Titik pada wajah

1. (titik 2a/ yin tang sedate) Titik pijat istimewa

yang terletak di atas hidung di tengah-tengah alis

mata kanan dan kiri/ pertemuan antara garis yang

20

Yin TangGB1

GB 14

Page 21: Dina Epey New1

menghubungkan kedua telinga dan garis yang ditarik

dari bagian tengah hidung.

Teknik akupresur: Lakukan penekanan pada titik cien

cing atau titik istimewa tersebut menggunakan ibu

jari, berikan tekanan yang berasal dari sendi ibu

jari bukan dari lengan. Tekananan dapat dilakukan

pada setiap permulaan terjadinya nyeri kepala,

lakukan secara lembut dan terus-menerus untuk

membantu mengurangi nyeri.

2. (titik 2b/ GB 1 Tung Celiao sedate)

Titik pijat yang terletak pada cantus lateralis

mata, 0,5 cun lateral obita/ di sudut mata bagian

luar.

Teknik akupresur: Lakukan penekanan pada titik

tung celiao menggunakan ibu jari dan berikan

tekanan lembut, tekanan dapat ditingkatkan dengan

melakukan penekanan kearah belakang, guna membantu

menurunkan nyeri.

3.(titik 2c/GB 14 Yangbai sedate) Titik pijat yang

terletak satu cun di atas alis mata/ di dahi

sekitar 1 ibu jari di atas bagian tengah alis.

Teknik akupresur: Lakukan penekanan pada titik

yangbai dengan menggunakan tekanan ibu jari,

mengelilingi daerah atas alis mata sampai ke

21

Page 22: Dina Epey New1

pelipis, tekanan dilakukan dengan lembut, titik

ini membantu pelepasan endorphin ke dalam tubuh.

b.GB 20 Feng Chi sedate/ Titik di belakang telinga, satu

cun dari batas rambut belakang dalam sebuah lekukan.

Penekanan di lakukan searah dengan jarum jam titik

di sekitarnya selama 50 detik/ 60 hitungan masing-

masing 5 kali.

Gambar 2.2 : Feng chi

Teknik akupresur: Lakukan penekanan searah atau

berlawanan dengan jarum jam dengan pada titik Feng

chi tersebut dengan menggunakan ibu jari, berikan

tekanan yang berasal dari sendi ibu jari, lakukan

secara lembut untuk mengintensifkan nyeri dan

membuat rileks.

22

GB20

Page 23: Dina Epey New1

B. Konsep Nyeri

1. Pengertian

Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari

sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus

tertentu (Potter and perry, 2005).

Menurut Mc. Caffery (1980) dalam (Potter and perry,

2005) nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan

seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja

seseorang mangatakan bahwa ia merasa nyeri.

Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang

tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang

aktual maupun potensial (Smeltzer, 2001).

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak

menyenangkan, bersifat sangat subyektif karena perasaan

nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau

tingkatanya, dan hanya pada orang tersebutlah yang dapat

menjelaskan atu mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya

(Alimul, 2006).

Berikut adalah pendapat beberapa ahli mengenai

pengertian nyeri yang dikutip dari (Alimul, 2006):

a. Mc. Coffery (1979), mendefinisikan nyeri sebagai suatu

keadaan yang memengaruhi seseorang yang keberadannya

diketahui hanya jika orang tersebut pernah

mengalaminya.

23

Page 24: Dina Epey New1

b. Wolf Weifsel Feurst(1979), mengatakan nyeri merupakan

suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau

perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

c. Artur C Cutron(1983), mengatakan bahwa nyeri merupakan

suatu mekanisme bagi tubuh, timbul ketika jaringan

sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut

bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri.

d. Scrumum, mengartikan nyeri sebagai suatu keadaan yang

tidak menyenangkan akibat terjadinya ransangan fisik

maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan

diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis maupun

emosional.

2. Fisiologi Nyeri

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi

untuk menerima rangsang nyeri. Organ tubuh yang berperan

sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam

kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang

secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga

nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri

(nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang

tidak bermielin dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat

dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada

kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada

24

Page 25: Dina Epey New1

daerah viseral, karena letaknya yang berbeda-beda

inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang

berbeda. Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan

subcutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya

mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor

jaringan kulit (kutaneus) terbagi dalam dua komponen

yaitu :

a. Reseptor A delta, merupakan serabut komponen cepat

(kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang memungkinkan

timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang

apabila penyebab nyeri dihilangkan

b. Serabut C, merupakan serabut komponen lambat

(kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada

daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat

tumpul dan sulit dilokalisasi. Struktur reseptor

nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang

terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf, otot,

dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur

reseptornya komplek, nyeri yang timbul merupakan

nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.

Reseptor nyeri jenis ketiga

adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi

organ-organ viseral seperti jantung, hati, usus,

ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada

25

Page 26: Dina Epey New1

reseptor ini biasanya tidak sensitif terhadap

pemotongan organ, tetapi sangat sensitif terhadap

penekanan, iskemia dan inflamasi. Teori

Pengontrolan nyeri (Gate control theory) Terdapat

berbagai teori yang berusaha menggambarkan

bagaimana nosireseptor dapat menghasilkan rangsang

nyeri. Sampai saat ini dikenal berbagai teori yang

mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul,

namun teori gerbang kendali nyeri dianggap paling

relevan (Tamsuri, 2007). Teori gate control dari

Melzack dan Wall (1965) mengusulkan bahwa impuls

nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme

pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori

ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat

sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat

sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup

pertahanan tersebut merupakan dasar teori

menghilangkan nyeri. Suatu keseimbangan aktivitas

dari neuron sensori dan serabut kontrol desenden

dari otak mengatur proses pertahanan. Neuron delta-

A dan C melepaskan substansi C melepaskan substansi

P untuk mentranmisi impuls melalui mekanisme

pertahanan. Selain itu, terdapat mekanoreseptor,

neuron beta-A yang lebih tebal, yang lebih cepat

26

Page 27: Dina Epey New1

yang melepaskan neurotransmiter penghambat. Apabila

masukan yang dominan berasal dari serabut beta-A,

maka akan menutup mekanisme pertahanan. Diyakini

mekanisme penutupan ini dapat terlihat saat seorang

perawat menggosok punggung klien dengan lembut.

Pesan yang dihasilkan akan menstimulasi

mekanoreseptor, apabila masukan yang dominan

berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka

akan membuka pertahanan tersebut dan klien

mempersepsikan sensasi nyeri. Bahkan jika impuls

nyeri dihantarkan ke otak, terdapat pusat kortek

yang lebih tinggi di otak yang memodifikasi nyeri.

Alur saraf desenden melepaskan opiat endogen,

seperti endorphin dan dinorphin, suatu pembunuh

nyeri alami yang berasal dari tubuh. Neuromedulator

ini menutup mekanisme pertahanan dengan menghambat

pelepasan substansi P. Tehnik distraksi, konseling

dan pemberian plasebo merupakan upaya untuk

melepaskan endorphin (Potter & Perry, 2005).

3. Klasifikasi Nyeri

a. Berdasarkan sumbernya

1) Cutaneus/ superfisial

27

Page 28: Dina Epey New1

Yaitu nyeri yang mengenai kulit/ atau jaringan

subcutan, biasanya bersifat burning (seperti

terkena ujung pisau/ gunting).

2) somatic/ nyeri dalam

Yaitu nyeri yang muncul dari pembuluh darah,

tendon syaraf, dan lebih lama dari pada

superfisial.

3) Visceral/ organ dalam

Simulasi reseptor nyeri dalam rongga abdomen,

1cranium dan thorak.

b. Berdasarkan penyebabnya

1) Fisik

Bisa terjadi karena stimulus fisik:

a. Radang tulang, otot dan rheumatic lainnya.

b. Nyeri otot, kuku / pemendekan otot (kram).

c. Sakit bahu dan tulang punggung

d. Salah posisi saat kerja / aktivitas dan tidur

e. Cedera olah raga.

f. Kelainan bentuk kaki.

g.  Pasca patah tulang, amputasi tulang dan

osteoporosis.

2) Psycogenik

28

Page 29: Dina Epey New1

Tejadi karena sebab yang kurang jelas/ susah

diidentifikasikan, bersumber dari emosi/ psikis dan

biasanya tidak disadari.

Contoh : orang yang marah tiba-tiba merasa nyeri

pada dadanya.

c. Berdasarkan lama/ durasinya

1) Nyeri akut

Nyeri yang terjadi segera setelah tubuh

terkena cidera, atau intervensi bedah dan memiliki

awitan yang cepat, dengan intensitas bervariasi

dari berat sampai ringan. Fungsi nyeri ini adalah

sebagai pemberi peringatan akan adanya cidera atau

penyakit yang akan datang. Nyeri ini terkadang bisa

hilang sendiri tanpa adanya intervensi medis,

setelah keadaan pulih pada area yang rusak. Apabila

nyeri akut ini muncul, biasanya tenaga kesehatan

sangat agresif untuk segera menghilangkan nyeri.

Nyeri akut secara serius mengancam proses

penyembuhan, untuk itu harus menjadi prioritas

perawatan.

2) Nyeri kronik

Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau

intermite yang menetap sepanjang suatu periode

tertentu, berlangsung lama, intensitas bervariasi,

29

Page 30: Dina Epey New1

dan biasa berlangsung lebih dari enam bulan. Nyeri

ini disebabkan oleh kanker yang tidak terkontrol,

karena pengobatan kanker tersebut atau karena

gangguan progresif lain. Nyeri ini biasanya

berlangsung terus sampai kematian. Pada nyeri

kronik, tenaga kesehatan tidak seagresif pada nyeri

akut. Penderita yang mengalami nyeri kronik akan

mengalami periode remisi (gejala hilang sebagian

atau keseluruhan) dan eksaserbasi (keparahan

meningkat). Nyeri ini biasanya tidak memberikan

respon terhadap pengobatan yang diarahkan pada

penyebabnya. Nyeri ini merupakan penyebab utama

ketidakmampuan fisik psikologis. Sifat nyeri kronik

yang tidak dapat diprediksi membuat penderita

menjadi frustasi dan sering kali mengarah pada

nyeri psikologis. Individu yang mengalami nyeri

kronik akan timbul perasaan yang tidak aman, karena

ia tidak pernah tahu apa yang akan dirasakan dari

hari ke hari.

d. Berdasarkan lokasi atau letak

1) Radiating pain

Nyeri menyebar dari sumber nyeri kejaringan di

dekatnya.

2) Reffered pain

30

Page 31: Dina Epey New1

Nyeri dirasakan pada bagian tubuh tertentu yang di

perkirakan berasal dari jaringan penyebab.

3) Intractable pain

Nyeri yang sangat susah dihilangkan.

4) Phantom pain

Sensasi nyeri dirasakan pada bagian tubuh yang

hilang atau bagian tubuh yang lumpuh karena injury

spinalis.

4.Respon Terhadap Nyeri

Struktur spesifik dalam sistem saraf terlibat

dalam mengubah stimulus menjadi nyeri. Sistem yang

terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut

sebagai sistem nasoseptif. Sensitivitas dari

komponen sistem nasoseptif dapat dipengaruhi

sejumlah faktor dan berbeda diantara individu

(Smeltzer & Bare, 2001).

Respon individu terhadap nyeri ada tiga tahap

yaitu :

a. Tahap aktivasi (Activation) :

Dimulai saat pertama individu menerima ransangan

nyeri, samapai tubuh bereaksi terhadap nyeri yang

meliputi respon, muscular dan emosional.

b. Tahap pemantulan (Rebound) :

31

Page 32: Dina Epey New1

Pada tahap ini nyeri sangat hebat tapi singkat. Pada

tahap ini sistem simpatis mangambil alih tugas sehingga

terjadi respon yang berlawanan dengan tahap aktivasi.

c. Tahap adaptasi (Adaptation) :

Apabila nyeri berlangsung lama maka tubuh akan

beradaptasi melalui pelepasan endorpin. Reaksi adaptasi

tubuh terhadap nyeri dapat berlangsung beberapa jam atau

beberapa hari, bila nyeri berkepanjangan maka akan

menurunkan reaksi noropinefrin sehingga induvidu merasa

tidak berdaya.

5. Respon Nyeri Berdasarkan Tingkat Nyeri

Manifestasi klinis tingkat nyeri (Tamsuri, 2006):

a. Nyeri ringan

Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan

baik.

b. Nyeri Sedang

Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikan nyeri,

dan dapat mengikuti perintah dengan baik.

c. Nyeri Berat

Secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tetapi merespon terhadap tindakan, dapat

32

Page 33: Dina Epey New1

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikan

nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, napas

panjang (relaksasi) dan pengalihan perhatian

(distraksi).

d. Sangat Nyeri

Klien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi.

Meinhart dan Mc Caffery (1983) yang dikutip dalam

(Qittun, 2008) mendeskripsikan 3 fase pengalaman

nyeri:

a. Fase antisipasi

Fase antisipasi terjadi sebelum mempersepsikan

nyeri. Seorang individu mengetahui nyeri akan terjadi.

Antisisipasi terhadap nyeri memungkinkan individu

untuk belajar tentang nyeri dan upaya untuk

menghilangkanya. Dengan instruksi dan dukungan yang

adekuat, klien belajar untuk memahami dan mengontrol

ansietas sebelum nyeri terjadi.

b. Fase sensasi

Sensasi nyeri terjadi ketika merasakan nyeri.

Individu bereaksi terhadap nyeri dengan cara berbeda-

beda. Toleransi individu terhadap nyeri merupakan

titik yaitu terdapat suatu ketidak inginan untuk

menerima nyeri dengan tingkat keparahan yang lebih

tinggi dan durasi yang lebih lama. Toleransi

33

Page 34: Dina Epey New1

bergantung pada sikap, motivasi, dan nilai yang

diyakini seseorang.

Gerakan tubuh yang khas dan ekspresi wajah yang

mengindikasikan nyeri meliputi menggerakkan gigi,

memegang bagian tubuh yang terasa nyeri, postur tubuh

membengkok, dan ekspresi wajah yang menyeringai, dll.

c. Fase akibat

Fase ini terjadi ketika nyeri berkurang atau

berhenti.

6. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Nyeri

a. Usia

Usia merupakan variabel penting yang mempengaruhi

nyeri, khususnya pada anak-anak dan lanjut usia.

Perbedaan perkembangan yang ditemukan diantara

kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-

anak dan lanjut usia bereaksi terhadap nyeri (Potter

and Perry, 2005).

b. Jenis kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda

secara bermakna dalam berespon terhadap nyeri (Potter

and perry, 2005).

c. Kebudayaan

Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara

individu mengatasi nyeri. Budaya dan etnisitas

34

Page 35: Dina Epey New1

mempunyai pengaruh pada dan bagaiman seorang berespon

terhadap nyeri (bagaimana nyeri diuraikan atau

seseorang berprilaku merespon nyeri). Namun, budaya

dan etnik tidak mempengaruhi persepsi nyeri (Smeltzer

& Bare, 2001).

d. Makna nyeri

Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri

mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang

beradaptasi terhadap nyeri, Misalnya seorang wanita

yang sedang bersalin akan mempersepsikan nyeri berbeda

dengan seseorang wanita yang mengalami nyeri akibat

pukulan dari pasangannya. Derajat dan kualitas nyeri

di persepsikan klien berhubungan dengan makna nyeri.

e. Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada

nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian

yang meningkatkan dihubungkan dengan nyeri yang

meningkat, sedang upaya pengalihan (ditraksi)

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun (Potter

and perry, 2006).

f. Ansietas

Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks.

Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri,

tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan

35

Page 36: Dina Epey New1

ansietas. Pola bangkitan autonom adalah sama dalam

nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan dua

sensasi. Paice (1991) melaporkan suatu bukti bahwa

suatu stimulasi nyeri mengaktifkan bagian system

limbic yang diyakini mengendalikan emosi seseorang,

khususnya ansietas. Sistem limbic dapat memproses

reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau

menghilangkan nyeri(Potter and Perry, 2006).

g. Keletihan

Keletihan meningkatkan persepsi nyeri. Rasa

kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif

dan menurunkan kemampuan koping (Potter and Perry,

2006).

h. Pengalaman masa lalu

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri,

pengalaman nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa

individu tersebut akan menerima nyeri dengan lebih

mudah pada masa yang akan datang, maka persepsi

pertama nyeri dapat menggangu koping terhadap nyeri

(Potter and Perry, 2006).

i. Dukungan keluarga dan social

Faktor lain yang bermakna mempengaruhi respon

nyeri ialah kehadiran orang-orang terdekat klien dan

bagaimana sikap mereka terhadap klien. Apabila

36

Page 37: Dina Epey New1

tidak ada keluarga atau teman, seringkali

pengalaman nyeri membuat klien semakin tertekan

(Potter and Perry, 2006).

j. Efek placebo

Efek placebo terjadi ketika seseorang berespon

terhadap pengobatan atau tindakan lain karena suatu

harapan bahwa pengobatan atau tindakan tersebut akan

memberikan hasil bukan karena tindakan atau pengobatan

tersebut benar-benar bekerja. Menerima pengobatan atau

tindakan saja sudah memberi efek positif (Potter and

Perry, 2005).

7. Tindakan Keperawatan dalam Peredaan Nyeri

Selain metode pereda nyeri dengan obat, dikenal pula

metode pereda nyeri alami. Metode ini juga bisa

meningkatkan stamina untuk mengatasi rasa nyeri dan tidak

berdampak pada penderita.

Metode pereda nyeri alami bisa digabungkan dengan

metode pereda nyeri dengan obat. Bila ingin

menggunakannya, ada baiknya mendiskusikan terlebih dulu

dengan dokter.

a. Bimbingan Antisipasi

Bimbingan antisipasi memberikan penjelasan yang

jujur tentang pengalaman nyeri. Perawat juga memeberi

37

Page 38: Dina Epey New1

instruksi tentang teknik menghilangkan nyeri sehingga

klien siap untuk mengatasi rasa tidak nyaman yang akan

ia alami, karena dengan pemberian informasi yang

terlalu banyak akan memperburuk nyeri ( Potter &

Perry, 2005).

b. Metode panas-dingin.

Metode ini tidak menghilangkan keseluruhan nyeri

tetapi setidaknya memberikan rasa nyaman. Botol air

panas yang dibungkus handuk dan dicelup ke air dingin

mengurangi pegal di punggung dan kram bila ditempel di

punggung. Menaruh handuk dingin di wajah juga bisa

mengurangi ketegangan.

c. Gerakan

Teruslah bergerak agar sirkulasi darah

meningkat, nyeri berkurang, dan perhatian teralih dari

rasa nyeri.

d. Masase

Masase pada bahu, leher, wajah, dan punggung

bisa meredakan ketegangan otot serta memberi rasa

rileks. Sirkulasi darah juga menjadi lancar sehingga

nyeri berkurang. Pijat dapat membantu relaksasi,

langsung memengaruhi sistem tubuh yang menjalankan

fungsi detak jantung, tekanan darah, pernafasan, dan

pencernaan.

38

Page 39: Dina Epey New1

e. Aromaterapi

Mengirup aroma minyak esensial bisa mengurangi

ketegangan. Essential oil (aromaterapi) dipercaya

memiliki efek tertentu, dari pengobatan hingga

penambah gairah. Beberapa jenis, sifatnya secara umum,

meningkatkan relaksasi dan keseimbangan. Beberapa

lainnya membangkitkan semangat, serta menimbulkan

perasaan muda dan menyegarkan. Seperti chamomile

misalnya, essential ini digunakan untuk meredakan

ketegangan dan insomnia. Sedangkan rosemary sangat

baik untuk sirkulasi dan rasa lelah. Sementara

peppermint digunakan untuk memperbaiki masalah

pencernaan, sage untuk masalah otot, dan sandalwood

memiliki efek relaksasi, dan masih banyak yang lainnya

seperti cypress, lavender, basil, neroli, juniper,

ylang-ylang dan marjoram.

f. Pernapasan dan relaksasi

Pernapasan yang terkontrol dan kemampuan untuk

rileks setiap saat sangatlah esensial dalam

menanggulangi nyeri. Latihan pernapasan sederhana dan

teknik relaksasi otot menghasilkan manfaat terapi

seperti detak jantung yang tenang, menanggulangi

nyeri, dan dapat menurunkan tekanan darah.

g. Imajinasi terbimbing

39

Page 40: Dina Epey New1

Imajinasi terbimbing dapat digunakan bersamaan

saat melakukan tindakan relaksasi, atau merupakan

tindakan terpisah. Imajinasi terbimbing adalah upaya

untuk menciptakan kesan dalam pikiran klien, kemudian

berkonsentrasi dalam kesan tersebut sehingga secara

bertahap dapat menurunkan persepsi klien terhadap

nyeri.

h. Stimulasi kutaneus

Stimulasi kutaneus adalah stimulasi kulit yang

dilakukan untuk menghilangkan nyeri. Masase, mandi air

hangat, kompres hangat, kompres dengan menggunakan

kantong es, dan stimulasi saraf elektrik transkutan

(TENS) merupakan langkah-langkah sederhana dalam upaya

menurunkan persepsi nyeri. Salah satu pemikiran adalah

bahwa stimulasi kutaneus menyebabkan pelepasan

endorphin, sehingga memblok transmisi stimulus nyeri

(Potter % Perry, 2005).

i. Akupunktur

Dalam filosofi Cina, rasa sakit dan nyeri

terjadi akibat ketidakseimbangan aliran energi dalam

tubuh. Keseimbangan itu dikendalikan dengan menusukkan

jarum-jarum kecil atau menggunakan tekanan jari tangan

ke titik-titik tertentu di tubuh (Dr. Ritu, 2011).

j. Akupresur (akupunktur tanpa jarum)

40

Page 41: Dina Epey New1

Akupresur merupakan terapi komplementer untuk

menyeimbangkan sistem saraf dan sistem endokrin. Atau

totok jari yang sangat kuno yang bertujuan untuk

meningkatkan sirkulasi chi (energi hidup) di seluruh

tubuh. Dengan menekan secara lembut pada beberapa

titik penting atau titik terpilih pada tubuh dengan

menggunakan jari, jempol yang dapat membantu

mengurangi gejala yang timbul pada penyakit tekanan

darah tinggi (Dr. Ritu, 2011).

k. Refleksologi

Menekan titik di kaki untuk mengurangi nyeri.

Pijatan lembut di kaki juga membuat nyaman.

l. Hypnobirthing

Dengan dibimbing terapis hipnotis, bisa

mengontrol pikiran, rasa nyeri pun akan hilang.

Banyaklah berlatih dengan terapis sebelum memilih

metode ini.

Bagi yang sudah menguasai metodenya, hipnotis

diri sendiri/self hypnosis bisa dilakukan dengan

menggunakan indra penglihatan. Caranya, setelah mata

terpejam sejenak, buka mata perlahan-lahan sambil

memandang satu titik tepat di atas mata, makin lama

kelopak mata makin relaks, berkedip, dan pada hitungan

ke-5, mata akan menutup. Pada saat ketiga unsur jiwa

41

Page 42: Dina Epey New1

(perasaan, kemauan, pikiran) dan raga beristirahat,

masukkan pikiran positif yang akan terekam dalam alam

bawah sadar (Dr. Ritu, 2011).

8. Skala Intensitas Nyeri

Untuk mengetahui tingkat nyeri yang diderita oleh

seseorang, dan untuk mengetahui apakah suatu tindakan

terhadap nyeri berhasil atau tidak, perlu adanya suatu

alat ukur. Pengkajian yang terbaik dari nyeri adalah

hasil evaluasi dari klien. Data yang perlu dikumpulkan

dari sifat-sifat nyeri adalah lokasi, intensitas,

kualitas, waktu (serangan, kekerapan, sebab). Cara

pendekatan yang digunakan adalah dengan mengkaji PQRST:

P: Provoking (pemicu) faktor yang mempergawat atau

meringankan nyeri

Q: Qualitiy (kwalitas) tumpul, tajam dan merobek

R: Region (daerah)

S: Sarvety (keganasan) atau intensitas

T: Time (waktu) serangan, lamanya, kekerapan dan

sebabnya.

Menurut smeltzer, S.C bare B.G (2002) adapun bentuk

skala nyeri adalah sebagai berikut :

a. skala intensitas nyeri deskritif

42

Page 43: Dina Epey New1

b. Skala identitas nyeri numerik

c. Skala analog visual

d. Skala nyeri menurut bourbanis

Tabel 2.1 Keterangan skala nyeri bourbanisSkor Tingkat nyeri Keterangan0 Tidak nyeri -

1-3 Nyeri ringan Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik.

43

Page 44: Dina Epey New1

4-6 Nyeri sedang Secara objektif klien mendesis, menyiringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendiskripsikan nyeri, dan dapat mengikuti perintah dengan baik.

7-9 Nyeri berat terkontrol

Secara objektif klien terkadang tidak dapat mengikuti perintah tetapi merespon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri,tidak dapat mendeskripsikan nyeri, tidak dapat di atasi dengan alih posisi, napas panjang (relaksasi) dan pengalihan perhatian (distraksi).

10 Nyeri paling berat Klien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi.

Tabel 2.2 Skla nyeri menurut MankoskiSkala Karakteristik Nyeri Tindakan0 Tidak nyeri Tanpa pengobatan1 Sedikit nyeri Tanpa pengobatan2 Nyeri sedikit lebih kuat

dari No. 1Tanpa pengobatan

3 Nyeri cukup mengganggu tetapi dapat dikontrol dengan tindakan

Tapa pengobatan, nyeri efektif dikurangi dengan analgesik ringan

4 Nyeri menggangu kerja, tapi masih dapat dikontrol dengan teknik distraksi

Nyeri kurang dengan analgesik ringan (aspirin, ibupropen)

5 Nyeri bertahan lebih dari 30 menit.

Selam 3-4 jam. Nyeri dikurangi dengan analgesik ringan (aspirin, ibupropin)

6 Nyeri tidak bisa dihindari dalam waktu yang lama tapi masih dapat bekerja dan berpartisipasi dalam aktivitas social

Selama 3-4 jam. Nyeri dikurangi dengan algesik kuat (kodein, vicodin) selama 3-4 jam

44

Page 45: Dina Epey New1

7 Nyeri dapat menyebabkan sulit konsentasi dan sulit tidur

Dengan analgesik kuat hanyak sebagian saja yang efektif

8 Nyeri menyebabkan tidak dapat melakukan aktifitas berat, mual dan pusing.

Analalgesik kuat bisa mengurangi nyeri selama 3-4 jam

9 Tidak bisa bicara, menangis, bingung

Analgesik kuat sebagian efektif

10 Pengaruh tingkat kesadaran (syok)

Analgesik kuat sebagian efektif

C. Konsep Hipertensi

1. Pengertian

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi

adalah kondisi tekanan darah seseorang yang meningkat

secara kronis, dimana tekanan darah

sistolik/diastoliknya melebihi 140/90 mmHg. Penyakit

hipertensi sering disebut sebagai ‘ The Silent Disease’

atau penyakit tersembunyi. Karena sulit diketahui,

penyakit ini juga sering disebut sebagai silent killer

atau pembunuh diam-diam (Hartono, 2012).

2. Etiologi

Ada satu jenis hipertensi yang tidak diketahui

penyebabnya dengan jelas, yang kemudian disebut

hipertensi primer atau hipertensi esensial. Hipertensi

primer ini sangat mungkin disebabkan oleh faktor genetik

yang dipicu oleh perubahan lingkungan, atau dari riwayat

penyakit kardiovaskuler (sistem pompa darah dan saluran-

salurannya) dalam keluarga yang dapat berupa

45

Page 46: Dina Epey New1

sensitivitas terhadap natrium, kepekaan terhadap setres,

peningkatan reaktivitas vaskuler (terhadap

vasokontriksi) dan resisten insulin. Faktor yang lain

yang menjadi penyebab hipertensi primer ini adalh

konsumsi garam yang terlalu tinggi, rokk, dan obesitas.

Beberapa penyebab terjadinya hipertensi skunder

yaitu:

a. Penyakit ginjal

Kelainan pada ginjal seperti adanya tumor, penyakit

ginjal polikista (biasanya diturunkan), trauma pada

ginjal akibat luka, tetapi penyinaran yang mengenai

ginjal, akan mengakibat tekanan darah tinggi.

e. Faktor genetik

Peran faktor genetik terhadap timbulnya hipertensi

terbukti dengan ditemukannya kejadian bahwa hipertensi

lebih banyak pada kembar monozigot (satu sel telur)

daripada heterozigot (berbeda sel telur).

f. Kelainan hormonal

Kelainan hormonal adalah saat hormon-hormon di

dalam tubuh mengalami peningkatan atau penurunan secara

drastis. Penyebab ketidakseimbangan hormon secara umum

bisa karena kelenjar atau organ tidak terbentuk saat

janin (kadar hormon turun) atau ada kelenjar tambahan

(ektopik) akan menghasilkan hormon berlebihan, bahan yang

46

Page 47: Dina Epey New1

menghambat perubahan prohormon menjadi hormon (kadar

rendah).

Penyebabnya bisa disebabkan kelainan bawaan,

penyakit infeksi, penyakit autoimun (kelainan fungsi

imunitas), tumor, faktor luar seperti obat-obatan, dan

lain sebagainya (Dorothy M.Russel, 2011).

3. Tanda dan gejala

Penyakit hipertensi dianggap tidak memiliki gejala

awal, sebenarnya ada beberapa gejala yang tidak terlalu

tampak sehingga sering tidak dihiraukan oleh penderita.

Gejala-gejala tersebut mulai bisa dirasakan oleh para

penderita hipertensi dengan tekanan darah lebih dari

140/90 mmHg. Gejala-gejala yang dirasakan antara lain

sebagai berikut: pusing, sakit/nyeri kepala, mudah

marah, sukar tidur, lemas, sesak nafas, rasa berat di

tengkuk, muka pucat, mual muntah, mata berkunang-kunang,

suhu tubuh rendah (Sutanto, 2010).

Dr. Ritu (2011) menyatakan ketika tekanan darah

menyentuh batas yang dapat ditoleransi, tanda dan gejala

yang bermunculan, antara lain:

a. Sakit kepala

b. Nyeri atau sesak pada dada

c. Terengah-engah saat

beraktivitas

47

Page 48: Dina Epey New1

d. Jantung berdebar-debar

e. Pusing/ pening

f. Gangguan tidur

g. Mimisan

h. Gangguan penglihatan

i. Kebal dan kesemutan

j. Gelisah dan mudah marah

k. Kram otot

l. Keringat berlebihan

m. Badan lemah lesu

n. Sering buang air kecil

o. Pembengkakan di bawah mata

pada pagi hari

4. Klasifikasi Hipertensi

a. Klasifikasi hipertensi

1) Hipertensi primer

Hipertensi primer memiliki banyak penyebab,

beberapa perubahan pada jantung dan pembuluh darah

bersama-sama menyebabkan meningkatkan tekanan darah

(Dorothy M.Russel, 2011). Faktor-faktor risiko,

seperti:

a. Genetik

b. Stress

c. Usia

48

Page 49: Dina Epey New1

d. Ras

e. Obesitas

f. Merokok, Konsumsi alkohol yang tinggi

2) Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang

diketahui penyebabnya. Pada sekitar 5-10 %

penderita hipertensi, penyebabnya adalah penyakit

ginjal. Pada sekitar 1-2 %, penyebabnya adalah

kelainan hormonal atau pemakaian obat tertentu

(misalnya pil KB) (Dorothy M.Russel, 2011).

b. Kriteria hipertensi

Untuk mengetahui tingkatan hipertensi dapat

dipergunakan klasifikasi sebagai berikut:

Tabel 2.3 Klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa

berusia 18 tahun keatas (Smeltzer, 2001).

Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Normal Kurang 130 Kurang 85Normal tinggi 130-139 85-89HipertensiHipertensi stadium 1 (ringan)

140-159 85-89

Hipertensi stadium 2 (sedang)

160-179 90-99

Hipertensi stadium 3 (berat)

180-209 110-119

Hipertensi stadium 4 (sangat berat)

=210 =110

5. Patofisiologi

49

Page 50: Dina Epey New1

Sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah

sebagai respon rangsang emosi. Kelenjar adrenal juga

teransang, mengakibatkan tambahan aktifitaas

vasokontriksi. Medula adrenal mensekresi epinefrin yang

menyebabkan vasokontriksi. Korteks adrenal mensekresi

kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat

respon vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi

yang menyebabkan penurunan aliran darah keginjal,

menyebabkan pelepasan renin. Renin meransang pembentukan

angiotensin II, suatu vasokonstriktorkuat, yang pada

gilirannya meransang sekresialdosteron oleh korteks

adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air

oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan volume

intravaskuler, semua faktor tersebut cendrung mencetuskan

keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan

struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer

bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang

terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi

aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan

penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang

pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya

regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri

besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume

50

Page 51: Dina Epey New1

darah yang dipompa oleh jantung ( volume sekuncup ),

mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan

tahanan perifer ( Brunner & Suddarth, 2002 ).

6. Penatalaksanaan

a. Modifikasi gaya hidup, berolah raga secara rutin

b. Mengkonsumsi makanan yang sehat

c. Mengendalikan berat badan

d. Mengurangi asupan lemak dan minyak

e. Mengurangi konsumsi garam

51

Page 52: Dina Epey New1

D. Kerangka Konsep

Ket

: Diteliti

: Tidak diteliti

52

Hipertensi

Faktor yang dapat menyebabkan hipertensi

antra lain:1. Stres2. Genetik3. Usia4. Obesitas5. Merokok, alkohol dll

Tanda dan gejala hipertensi:

a. Sakit/ nyeri kepala

b. Nyeri atau sesak pada dada

c. Pusing/peningd. Gangguan tidure. Rasa berat ditengkukf. Kelemahan ototg. mual muntah

Tindakan non farmakologis yang dapat

mengurangi nyeri:a. Metode panas dinginb. Gerakanc. Pijatd. Aromaterapie. Pernafasan dan

relaksasif. Akupunkturg. Refleksologih. Hypnobirthingi. Akupresur

Vasodilatasi pembuluh darah

Nyeri

1. Tidak nyeri2. Nyeri ringan3. Nyeri sedang

Page 53: Dina Epey New1

Bagan 2.4: Kerangka Konsep Pengaruh Teknik Akupresur Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri.

E. Hipotesis

Hipotesis merupakan suatu jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti

melalui data yang dikumpulkan (Arikunto, 2006).

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, maka

dapat diajukan suatu hipotesis yaitu:

Ho : Teknik akupresur/tidak berpengaruh terhadap

penurunan tingkat nyeri kepala pada penderita

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Labuhan

Lombok.

Ha : Teknik akupresur/berpengaruh terhadap penurunan

tingkat nyeri kepala pada penderita hipertensi di

wilayah kerja Puskesmas Labuhan Lombok.

53

Page 54: Dina Epey New1

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Subyek Penelitian

Pada penelitian ini yang menjadi subyek penelitian

adalah penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas

Labuhan Lombok Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok

Timur.

B. Populasi Dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi merupakan wilayah generalisasi yang

terdiri atas (obyek/subyek) yang mempunyai kualitas dan

karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya

(Sugiyono, 2010).

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi

penelitian adalah semua penderita hipertensi yang menjadi

pasien di Puskesmas Labuhan Lombok 7 bulan terakhir

(Januari-Juli 2012) yaitu sebanyak 116 pasien.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah sebagian dari keseluruhan

54

Page 55: Dina Epey New1

obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi (Notoatmodjo, 2005).

Dalam penelitian ini yang menjadi sampelnya adalah

semua pasien yang terdaftar menderita hipertensi di

Puskesmas Labuhan Lombok 7 bulan terakhir (Januari-Juli

2012) yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 40 orang.

3. Tehnik Pengambilan Sampel (Sampling)

Teknik sampling merupakan cara atau teknik-teknik

tertentu, sehingga sampel tersebut sedapat mungkin

mewakili populasinya (Notoatmodjo, 2005). Teknik sampling

pada penelitian ini menggunakan non probability sampling

yaitu porpusive sampling, teknik penetapan sampel

didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat

oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat

populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo,

2005).

Dari jumlah penderita hipertensi yang mengalami

nyeri kepala diatas 45 tahun sesudah dimasukkan kriteria

inklusi dan ekslusi jumlah sampel sebanyak 40 orang.

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subyek

penelitian dari suatu populasi target yang terjangkau

yang akan diteliti (Nursalam, 2008). Adapun kriteria

inklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Pasien yang terdaftar menderita hipertensi 7 bulan

55

54

Page 56: Dina Epey New1

terakhir (Januari-Juli) di Puskesmas Labuhan Lombok.

b. Pasien yang tidak mengalami gangguan kesadaran.

c. Pasien yang mengalami atau mempunyai keluhan nyeri

kepala.

d. Pasien yang berumur diatas 45 tahun.

e. Pasien hipertensi yang tidak pulang dengan alasan

tertentu.

f. Penderita hipertensi yang tinggal di wilayah kerja

Puskesmas Labuhan Lombok.

g. Pasien yang bersedia menjadi responden.

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subyek yang memenuhi kriteria inklusi dari

studi karena berbagai sebab (Nursalam, 2008).

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

a. Penderita hipertensi yang pindah wilayah (tempat

tinggal).

b. Penderita hipertensi yang mengalami nyeri sangat

berat.

c. Penderita hipertensi yang mengalami nyeri tetapi telah

mengkonsumsi obat sakit/ nyeri kepala.

d. Pasien yang menolak menjadi responden

C. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan suatu rancangan yang

bisa digunakan peneliti sebagai petunjuk dalam perencanaan

56

Page 57: Dina Epey New1

dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan atau

menjawab suatu pertanyaan penelitian (Nursalam, 2008).

Jenis penelitian ini adalah penelitian Pre Eksperimenal.

Dengan menggunakan rancangan atau desain One Group Pra

Test-Post Test Design (pra-pasca tes dalam satu kelompok).

Yaitu mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara

melibatkan satu kelompok subyek. Kelompok subyek

diobservasi dan diwawancara sebelum dilakukan intervensi,

kemudian diobservasi dan diwawancara lagi setelah

intervensi. Satu kelompok sebelum dikenai perlakuan

tertentu diberi pre-tes, kemudian setelah perlakuan

dilakukan pengukuran lagi untuk mengetahui akibat dari

perlakuan. Penguji sebab-akibat dengan pasca-tes.

D. Tehnik Pengumpulan dan Pengolahan Data

1. Instrumen Penelitian

Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini

terdiri dari dua macam yaitu:

a. Observasi

Pedoman observasi merupakan alat ukur dengan cara

memberikan observasi secara langsung kepada responden

yang dilakukan peneliti untuk mencari perubahan atau

hal-hal yang akan diteliti. Alat ukur observasi ini

dapat digunakan apabila obyek penelitian bersifat

57

Page 58: Dina Epey New1

prilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan

bila responden yang diamati terlalu kecil (Sugiyono,

2010).

Dalam proposal ini calon peneliti berencana akan

melakukan pengumpulan data dengan menggunakan metode

observasi yaitu dengan mengamati skala nyeri yang

nampak pada responden dengan menggunakan alat bantu cek

list untuk mengetahui intensitas nyeri.

Adapun skala nyeri tersebut adalah sebagai

berikut:

Keterangan:

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif pasien dapat

berkomunikasi dengan baik.

4-6 : Nyeri sedang : secara obyektif pasien

mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan

lokasi nyeri, dapat mendeskripsikan, dapat

mengikuti perintah dengan baik

7-9 : Nyeri berat : secara obyektif pasien

terkadang tidak dapat mengikuti perintah

58

Page 59: Dina Epey New1

tetapi masih respon terhadap tindakan, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikan, tidak dapat diatasi dengan

alih posisi, nafas panjang dan distraksi

10 : Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu

lagi berkomukasi.

b. Wawancara

Pedoman wawancara merupakan suatu metode yang

dipergunakan untuk mengumpulkan data, di mana peneliti

mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan

dari seseorang sasaran penelitian (responden), atau

bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut

(face to face) (Notoatmodjo, 2005). Dalam proposal

penelitian ini calon peneliti berencana akan melakukan

pengumpulan data menggunakan metode wawancara, ini

dilakukan secara lisan dan sistimatis untuk memperoleh

data sesuai dengan tujuan penelitian yang telah

ditetapkan. Adapun jenis metode wawancara yang

digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara

langsung guna mendapatkan data tentang tingkat nyeri

pada penderita hipertensi.

2. Proses Pengumpulan Data

Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti

mengajukan permohonan untuk mendapatkan izin meneliti

59

Page 60: Dina Epey New1

kepada kepala Puskesmas Labuhan Lombok. Setelah terlebih

dahulu menjelaskan tujuan penelitian yang akan dilakukan.

Setelah mendapatkan izin. Peneliti memberikan informend

consent pada pasien untuk mendapatkan persetujuan menjadi

responden. Jika pasien bersedia menjadi responden, maka

harus menandatangani lembar persetujuan menjadi

responden. Sebelum melakukan perlakuan peneliti

menjelaskan tindakan yang akan dilakukan dan untuk

pengukuran tingkat nyeri, peneliti terlebih dahulu

menjelaskan tingkat nyeri pada responden agar mengetahui

tingkat nyeri yang sedang dialaminya. Setelah itu

mengobservasi dan mengukur tingkat nyeri responden dengan

wawancara sebelum diberikan perlakuan menggunakan skala

nyeri. Kemudian mengobservasi dan mengukur kembali

tingkat nyeri responden dengan wawancara setelah

diberikan perlakuan.

3. Tehnik Pengolahan Data

Dalam tahap pengolahan data ini, data yang akan

diolah yaitu data dari hasil wawancara pada penderita

hipertensi tentang nyeri yang dialaminya. Langkah-

langkah selanjutnya yang akan dilakukan peneliti

adalah :

a. Data tentang responden ditabulasi dan dianalisa

secara kuantitatif.

60

Page 61: Dina Epey New1

b. Data tingkat nyeri sebelum diberikan perlakuan (teknik

akupresur) diberi skor dan selanjutnya ditabulasi dan

dianalisa secara statistik berdasarkan tingkat skala

nyeri setelah diwawancara.

c. Data tingkat nyeri sesudah diberikan perlakuan (teknik

akupresur) diberi skor selanjutnya ditabulasi dan

dianalisa secara statistik berdasarkan skala nyeri

setelah diwawancara .

d. Data skala nyeri sebelum dan sesudah diberikan

perlakuan (teknik akupresur) dianalisis kemaknaan

tingkat perbedaan dengan formulasi uji t-test dengan

taraf signifikan 5% dengan SPSS. untuk mengetahui

tingkat signifikannya sebagai dampak dari suatu

perlakuan. Jika t– hitung lebih besar dari pada t

tabel maka hipotesis alternatif yang diajukan dapat

diterima yang artinya ada pengaruh teknik akupresur

terhadap tingkat nyeri kepala pada penderita

hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Labuhan Lombok

Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur.

E. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel

Variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai

dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

61

Page 62: Dina Epey New1

dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2010).

a. Variabel Independent

Variabel independent (bebas) merupakan variabel

yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau

timbulnya variabel dependent terikat (Sugiyono,2010).

Variabel independent dalam penelitian ini adalah

teknik akupresur.

b. Variabel Dependent

Variabel dependent (terikat) merupakan variabel

yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (Sugiyono, 2010). Variabel

dependen dalam penelitian ini adalah tingkat nyeri.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendifinisikan variable

secara operasional berdasarkan karakteristik yang diamati

sehingga memungkinkan peneliti untuk melakukan observasi

atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau

fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan

parameter yang di dijadikan ukuran dalam penelitian.

Sedangkan cara pemgukuran merupakan cara dimana variable

dapat di ukur dan ditentukan karakteristiknya (Alimul,

2007).

62

Page 63: Dina Epey New1

a. Teknik akupresur (akupunktur tanpa jarum) adalah

sebuah teknik pemijatan atau totok jari yang sangat

kuno yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi chi

(energi hidup) di seluruh tubuh. Dengan menekan secara

lembut pada beberapa titik refleks atau titik terpilih

pada tubuh dengan menggunakan jari, jempol yang dapat

membantu mengurangi gejala yang timbul pada penyakit

tekanan darah tinggi, dilakukan selama 50 detik/ 60

hitungan masing-masing 5 kali.

b. Tingkat nyeri adalah suatu keadaan dari suatu rasa

tidak nyaman akibat kerusakan jaringan, yang dirasakan

pasien dari tingkat paling ringan sampai tingkat

paling berat, yaitu nyeri kepala yang dirasakan oleh

pasien karena hipertensi.

c. Penderita hipertensi adalah seseorang yang saat

dilakukan penelitian tekanan darahnya melebihi batas

normal yang disebabkan oleh multifaktor.

63

Page 64: Dina Epey New1

Tabel 3.1 : Definisi Operasional Pengaruh Teknik Akupresur Terhadap Penurunan Tingkat

Nyeri Kepala Pada Penderita Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Lombok

Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur

No

Variabel DefinisiOperasional

Parameter Alat Ukur Skala Skor

1 Independent: Teknik akupresur

(akupunktur tanpa jarum) adalah sebuah teknik pemijatan atau totok jari yang sangat kuno yang bertujuan untuk meningkatkan sirkulasi chi (energi hidup) di seluruh tubuh. Dengan menekan secara lembut pada beberapa titik refleks atau titik terpilih pada tubuh dengan menggunakan jari, jempol yang dapat membantu mengurangi gejala yang timbul pada penyakit tekanan darah tinggi, dilakukan selama 50/ 60 detik masing-masing 5 kali, karena penelitian ini dilakukan pada 4 bagian maka waktu yang digunakan yaitu ± 20 menit.

Pedoman pelaksanaan pemberian teknik akupresur

Cek list - -

64

Page 65: Dina Epey New1

2 Dependent : Tingkat nyeri

Keadaan dari suatu rasa yang tidak nyama akibat kerusakan jaringan, gangguan sirkulasi, dan lain-lain yang dirasakan pasien dari tingkat yang paling ringan sampai yang paling berat

Skala intensitas

nyeri

Wawancara dan

observasi

Interval Rentang skala nyeri:Tidak nyeri = 0Nyeri ringan = 1-3Nyeri sedang = 4-6

65

Page 66: Dina Epey New1

F. Rencana Analisa Data

Dalam penelitian kuantitatif, tehnik analisa data yang

digunakan sudah jelas, yaitu diarahkan untuk menjawab

rumusan masalah atau menguji hipotesis yang telah

dirumuskan (Sugiyono, 2007). Karena datanya kuantitatif,

maka tehnik analisa data menggunakan metode statistik.

Analisa data pada penelitian ini menggunakan uji

statistik t-test dengan taraf signifikan 5% dengan SPSS.

Menurut Arikunto (2009), untuk menganalisis hasil

eksperimen yang menggunakan pre-test dan post-test

design, maka rumus yang digunakan yaitu

Md

t =

Σ X2d

N (N - 1)

Keterangan :

Md = Mean dari perbedaan pre test dengan post test

(pre test-post test)

Xd = Deviasai masing-masing subjek (d-Md)

ΣX2d = Rata-rata mean sample kedua

N = Subjek pada sampel

d.b. = Di tentukan dengan N-1

66

Page 67: Dina Epey New1

G. Kerangka Kerja

Bagan 3.2 : Kerangka Kerja Pengaruh Teknik Akupresur Terhadap Penurunan Tingkat Nyeri Kepala Pada Penderita Hipertensi di Dusun Banjar Desa Labuhan Lombok Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Lombok.

69

Populasi penelitian:Semua penderita hipertensi di dusun banjar wilayah kerja Puskesmas Labuhan Lombok

sampel yang memenuhi kriteria

Total sample

Informed concent

Identifikasi skala nyeri sebelum perlakuan (pre test) observasi

dengan bantuan wawancara

perlakuan

Identifikasi skala nyeri sesudah perlakuan (post test) observasi

dengan bantuan wawancara

Analisa data

hasil

Uji t-test dengan spss 17

75