paper ca ovarium

28
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita kanker ini umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas 35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi dan menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30 - 60%. 1

Upload: reebero

Post on 25-Dec-2015

20 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Paper Ca Ovarium

TRANSCRIPT

Page 1: Paper CA Ovarium

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kanker ovarium (kanker indung telur) merupakan penyebab nomor satu

dari seluruh kematian yang disebabkan kanker pada saluran reproduksi. Penderita

kanker ini umumnya didiagnosis terlambat, karena belum adanya metode deteksi

dini yang akurat. Sehingga hanya 20-30% penderita kanker ovarium saja yang

dapat terdiagnosa pada stadium awal. Kanker ovarium erat hubungannya dengan

wanita yang mempunyai tingkat kesuburan yang rendah atau intenfertilitas dan

biasanya terjadi pada wanita nullipara, melahirkan pertama kali pada usia diatas

35 tahun dan wanita yang mempunyai keluarga dengan riwayat ovarium, kanker

payudara atau kanker kolon, sedangkan wanita dengan riwayat kehamilan pertama

terjadi pada usia di bawah 25 tahun, dengan penggunaan pil kontrasepsi dan

menyusui akan menurunkan kanker ovarium sebanyak 30 - 60%.

Di Indonesia tumor ganas ovarium banyak dijumpai dan merupakan

penyebab kematian ketiga setelah tumor ganas serviks dan tumor ganas payudara,

padahal five-years survival ratenya dalam 50 tahun terakhir ini tidak banyak

mengalami kemajuan yaitu berkisar antara 20-37%. Tumor ganas pada ovarium

ditemukan dengan proporsi sebesar 8% dari seluruh tumor ganas ginekologi.

Tumor ini dapat terjadi pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia

50 tahun yaitu sebesar 60%, sedangkan pada masa reproduksi kira-kira 30% dan

pada usia lebih muda sebanyak 10%. Akhir-akhir ini diperkirakan terjadi

peningkatan kasus dengan gambaran histopatologi antara neoplasma ovarian jinak

dan ganas, diklasifikasikan sebagai neoplasma ovarium borderline yang

1

Page 2: Paper CA Ovarium

penanganannya masih belum disepakati oleh para ahli. Diperkirakan sekitar 9,2%

dari seluruh keganasan ovarium adalah neoplasma kelompok ini, yang angka

ketahanan hidupnya dapat mencapai 95% meskipun kemungkinan rekurensi dan

kematian dapat terjadi 10-20 tahun kemudian. Hal ini disebabkan karena

neoplasma kelompok ini tetap memiliki kemampuan metastasis ke organ–organ

jauh diluar genitalia interna.

Berdasar data Departemen Kesehatan (Depkes,2001), di Indonesia terdapat

90-100 kasus kanker leher rahim per 100.000 penduduk. Setiap tahun terjadi

200.000 kasus kanker leher rahim. Sekitar 70-80% kanker ovarium ditemukan

pada waktu telah terjadi anak sebar. Karena gejala kanker ovarium tidak khas,

lebih dari 70% penderita kanker ovarium ditemukan sudah dalam stadium lanjut.

Lebih kurang setengah dari kasus kanker indung telur ditemukan pada perempuan

yang telah berusia lebih dari 60 tahun. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa

kanker ovary adalah jenis kanker yang paling sulit dideteksi dan diobati, hal ini

diakibatkan karena pada tahap awalnya kanker ovary menunjukkan sedikit sekali

gejala atau bahkan tidak ada gejala sama sekali. Kondisi ini yang menyebabkan

mereka yang terkena penyakit ini ketika di diagnosis lebih dari setengahnya sudah

berada pada tahap lanjutan sehingga kegagalan pengobatan atau perawatannya

lebih tinggi. Salah satu pengobatan kanker ovarii yaitu dengan cara kemoterapi.

Klien yang sudah melakukan kemoterapi akan mengalami mual, muntah, nafsu

makan menurun, stomatitis, nefripenia, sehingga klien dengan kemoterapi baik

sebelum dan sesudah tindakan sangat memerlukan perawatan khusus sehingga

efek dari therapy tersebut dapat diminimalkan.

2

Page 3: Paper CA Ovarium

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi Dan Fisiologi Ovarium

Ovarium merupakan kelenjar berbentuk buah kenari terletak di kiri dan kanan

uterus, di bawah tuba uterine dan terikat di sebelah belakang oleh ligamentum latum

uterus. Setiap bulan folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan pada saat kira-kira

pertengahan (hari ke-14) siklus menstruasi.Ovulasi yaitu pematangan folikel graaf dan

mengeluarkan ovum. Bila folikel graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah pada

ruang folikel.

Ovarium mempunyai 3 fungsi, yaitu :

1. Memproduksi ovum,

2. Memproduksi hormone estrogen,

3. Memproduksi hormone progesterone.

Ovarium disebut juga indung telur, di dalam ovarium ini terdapat jaringan bulbus

dan tubulus yang menghasilkan telur (ovum) dan ovarium ini hanya terdapat pada wanita,

letaknya di dalam pelvis di kiri kanan uterus, membentuk, mengembang serta melepaskan

ovum dan menimbulkan sifat-sifat kewanitaan, misalnya : pelvis yang membesar,

timbulnya siklus menstruasi.

Bentuk ovarium bulat telur beratnya 5-6 kg, bagian dalam ovarium disebut

medulla ovary di buat di jaringan ikat, jaringan yang banyak mengandung kapiler darah

dan serabut kapiler saraf, bagian luar bernama korteks ovary, terdiri dari folikel-folikel

yaitu kantong-kantong kecil yang berdinding epithelium dan berisi ovum.

Kelenjar ovarika terdapat pada ovarium di samping kiri dan kanan uterus,

menghasilkan hormon estrogen dan progesterone.Hormon ini dapat mempengaruhi kerja

dan mempengaruhi sifat-sifat kewanitaan, misalnya panggul yang besar, panggul sempit

3

Page 4: Paper CA Ovarium

dan lain-lain. Apabila folikel de graaf sobek, maka terjadi penggumpalan darah di dalam

rongga folikel dan sel yang berwarna kuning yang berasal daridinding folikel masuk

dalam gumpalan itu dan membentuk korpus luteum tumbuh terus sampai beberapa bulan

menjadi besar. Bila ovum tidak dibuahi maka korpus luteum bertahan hanya sampai 12-

14 hari tepat sebelum masa menstruasi berikutnya, korpus luteum menjadi atropi.

Siklus menstruasi, perubahan yang terjadi di dalam ovarium dan uterus dimana

masa menstruasi berlangsung kira-kira 5 hari, selama masaini epithelium permukaan

dinding uterus terlepas dan terjadi sedikit perdarahan.

Masa setelah menstruasi adalah masa perbaikan dan pertumbuhan yang

berlangsung 9 hari ketika selaput terlepas untuk diperbaharui, tahapini dikendalikan olen

estrogen, sedangkan pengendalian estrogen dikendallikan oleh FSH (Folikel Stimulating

Hormon) terjadi pada hari ke-14, kemudian disusul 14 hari tahap sekretorik yang di

kendalikan oleh progesterone.

B. Definisi

Kanker ovarium merupakan kumpulan tumor dengan histogenesis yang beraneka

ragam, dapat berasal dari ketiga dermoblast (ektodermal, endodermal, dan mesodermal)

dengan sifat-sifat histologis maupun biologis yang beraneka ragam.

Terdapat pada usia menopause kira-kira 60%, dalam masa reproduksi 30% dan

10% terpadat pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak (benigna), tidak jelas

jinak tapi juga tidak jelas / pasti ganas (borderline malignancy atau carcinoma of low –

maligna potensial) dan jelas ganas (truemalignant).

Kanker ovarium sebagian besar berbentuk kista berisi cairan maupun padat.

tumor ovarium disebut sebagai silent killer. Karena ovarium terletak dibagian dalam

sehingga tidak mudah terdeteksi 70-80% kanker ovarium baru ditemukan pada stadium

lanjut dan telah menyebar (metastasis) kemana-mana.

4

Page 5: Paper CA Ovarium

C. Etiologi

Etiologi dari kanker ovarium sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun

beberapa penulis telah melaporkan bahwa faktor genetik, hormonal, lingkungan dan diet

telah diketahui berperan penting dalam terjadinya kanker ovarium.

Genetik

Kurang dari 10% kasus merupakan kanker ovarium herediter dengan pola

klasik dominan autosomal. HBOC ( hereditary– breast– ovarian cancer)

merupakan kelainan herediter yang paling banyak ditemukan dan merupakan

85-90% kanker ovarium herediter. Sebagian besar tumor berhubungan

dengan mutasi lokus BRCA1. Gen lain yang berperan dalam kerentanan

tehadap kanker ovarium dan payudara adalah BRCA2 pada kromosom 13 q

12. Wanita dengan mutasigen BRCA 1 dan riwayat keluarga dengan kanker

mempunyai risiko sebesar 90% untuk mendapat kanker payudara dan 65%

untuk mendapat kanker ovarium.

Hormonal

Terdapat hubungan antara hormon dengan terjadinya kanker ovarium.

Hormon mempunyai pengaruh tidak langsung yaitu merangsang ovulasi

yang selanjutnya akan menimbulkan proliferasi sel epitel ovarium. Wanita

dengan paritas rendah atau infertilitas , pemberian obat-obat perangsang

ovulasi mempunyai peningkatan risiko terhadap terjadinya kanker ovarium.

Lingkungan

Paparan terhadap talk (hydrous magnesium trisilicate), radiasi diduga

berperan dalam menimgkatkan risiko kanker ovarium, meskipun data yang

menunjang hal-hal tersebut masih bertentangan.

Diet

Diet tinggi lemak hewani dan laktosa ( pada penderita dengan defisiensi

enzim galactose-L-phospateuridyltransferase) diduga berhubungan dengan

5

Page 6: Paper CA Ovarium

risiko kanker ovarium.

D. Epidemiologi

Kanker ovarium merupakan penyebab kematian terbanyak dari semua kanker

ginekologi. Angka kematian yang tinggi ini disebabkan karena penyakit ini awalnya

bersifat asimptomatik dan baru menimbulkan keluhan apabila sudah terjadi metastasis,

sehingga 60-70% pasien datang pada stadium lanjut.

Gambar 1. Kejadian Kanker Ovarium

Umumnya secara histologis hampir seluruh kanker ovarium berasal dari epitel,

yaitu menempati sekitar 85–90% dari seluruh kanker ovarium.

E. Klasifikasi

Kanker ovarium biasanya terjadi pada tiga jaringan di bawah ini:

1. Germ cells (sel germinal), yaitu pada sel-sel yang memproduksi telur. Setiap

bulan, sejak masa puber hingga menopouse, perempuan selalu memproduksi

sebuah telur. Telur ini keluar dari permukaan indung telur dan menuju rahim

melalui melalui saluran telur.

2. Stromal cells (stromal sel), yaitu sel-sel yang menghasilkan hormon estrogen dan

prosgesteron pada perempuan.

6

Page 7: Paper CA Ovarium

3. Epithelial cells (sel epitel), yaitu pada sel-sel pembungkus indung telur.

Walaupun, kanker indung telur dapat bermula dari setiap sel tersebut, menurut

Lembaga Kanker Amerika atau American Cancer Society (ACS), pada 85 sampai

90 persen kasus menunjukkan, pertumbuhan kanker biasanya bermula di jaringan

sel-sel pembungkus indung telur (eptihelial cells).

Normalnya, sel-sel itu tumbuh, membelah diri dan mati lewat pola yang teratur.

Tapi, pada sel-sel yang terkena kanker, sel-sel itu akan berkembang biak terus-menerus

atau menjadi tumor (akibat menebalnya jaringan urat). Dalam beberapa kasus,

pertumbuhan sel-sel kanker menjadi invasif, sehingga menyebar jaringan dan organ-

organ tubuh lain, di luar indung telur (metastasis).

F. Patofisiologi

Tumor ganas ovarium diperkirakan sekitar 15-25% dari semua tumor ovarium.

Dapat ditemukan pada semua golongan umur, tetapi lebih sering pada usia 50 tahun ke

atas, pada masa reproduksi kira-kira separuh dari itu dan pada usia lebih muda jarang

ditemukan. Faktor predisposisi ialah tumor ovarium jinak.

Pertumbuhan tumor diikuti oleh infiltrasi, jaringan sekitar yang menyebabkan

berbagai keluhan samar-samar. Kecenderungan untuk melakukan implantasi dirongga

perut merupakan ciri khas suatu tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites.

Banyak tumor ovarium tidak menunjukkan tanda dan gejala, terutama tumor

ovarium kecil. Sebagian tanda dan gejala akibat dari pertumbuhan, aktivitas hormonal

dan komplikasi tumor-tumor tersebut.

1. Akibat Pertumbuhan

Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembesaran perut,

tekanan terhadap alat sekitarnya, disebabkan oleh besarnya tumor atau posisinya dalam

7

Page 8: Paper CA Ovarium

perut. Selain gangguan miksi, tekanan tumor dapat mengakibatkan konstipasi, edema,

tumor yang besar dapat mengakibatkan tidak nafsu makan dan rasa sakit.

2. Akibat aktivitas hormonal

Pada umumnya tumor ovarium tidak menganggu pola haid kecuali jika tumor itu

sendiri mengeluarkan hormon.

3. Akibat Komplikasi

a. Perdarahan ke dalam kista : Perdarahan biasanya sedikit, kalau tidak

sekonyong-konyong dalam jumlah banyak akan terjadi distensi dan menimbulkan

nyeri perut.

b. Torsi : Torsi atau putaran tangkai menyebabkan tarikan melalui ligamentum

infundibulo pelvikum terhadap peritonium parietal dan menimbulkan rasa sakit.

c. Infeksi pada tumor : Infeksi pada tumor dapat terjadi bila di dekat tumor ada

tumor kuman patogen seperti appendicitis, divertikalitis, atau salpingitis akut.

d. Robekan dinding kista : Robekan pada kista disertai hemoragi yang timbul

secara akut, maka perdarahan dapat sampai ke rongga peritonium dan

menimbulkan rasa nyeri terus menerus.

e. Perubahan keganasan : Dapat terjadi pada beberapa kista jinak, sehingga

setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama

terhadap kemungkinan perubahan keganasan.Tumor ovarium yang ganas,

menyebar secara limfogen ke kelenjar para aorta, medistinal dan supraclavikular.

Untuk selanjutnya menyebar kealat-alat yang jauh terutama paru-paru, hati dan

otak, obstruksi usus dan ureter merupakan masalah yang sering menyertai

penderita tumor ganas ovarium.

8

Page 9: Paper CA Ovarium

GAMBAR 6.1. PATOFISIOLOGI CA. OVARIUM

9

Page 10: Paper CA Ovarium

G. Stadium

Penentuan stadium neoplasma ovarium yang paling luas digunakan adalah

menurut International Federation of Gynecology and Obstetrics (FIGO). Ingatlah bahwa

penentuan stadium kanker ovarium mencakup semua penemuan saat operasi, berlawanan

dengan kanker serviks dan vulva yang penentuan stadiumnya didasarkan atas temuan

klinis non operatif.

TabelV.1.Stadium karsinomaovarium(FIGO1988)

Stadium Deskri I

IA

IB

IC

II

IIA IIB IIC

III

IIIA

IIIB IIIC

IV

Tumor terbatas pada ovarium

Pada1 ovarium,tidak ada asites, tidak ada tumor pada permukaan luar, kapsul intakPada kedua ovarium, tidak ada asites, tidak ada tumor pada permukaan luar, kapsul intakTumor sesuai stadium IA atau IB tetapi dengan tumor pada permukaan luar pada 1 atau kedua ovarium, atau dengan ruptur kapsul atau dengan asites yang mengandung sel-sel ganas atau dengan peritonel washing positip

Tumor pada satu/kedua ovarium dengan ekstensi pelvis

Ekstensi dan / atau metastase pada uterus dan / atau tubaPada satu/ kedua ovarium dengan ekstensi pelvisTumor sesuai stadium IIA atau IIB dengan tumor pada permukaan luar 1 atau kedua ovarium, atau dengan ruptur kapsul atau dengan asites yang mengandung sel-sel ganas atau dengan peritonel washing positip

Tumor pada satu atau kedua ovarium dengan penyebaran pada peritoneum di luar pelvis dan / atau kelenjar retroperitoneal atau inguinal positip.Metastase ke hati yang superficial termasuk stadium III. Tumor terbatas pada rongga pelvis,tetapi disertai ekstensi ke usus halus dan omentum

Tumor terbatas pada rongga pelvis ,kelenjar getah bening negatip, tetapi adanya penyebaran mikroskopis (terbukti secara histopatologi) pada permukaan peritoneum abdominalTumor pada satu /kedua ovarium dengan implan pada permukaan peritoneum abdominal (terbukti secara histopatologis), tidak ada yang melebihi diameter 2 cm, tidak ada kelenjar getah beningImplan abdominal dengan diameter >2cm dan / atau kelenjar getah bening retroperitoneal / inguinal positip

Tumor pada satu / kedua ovarium dengan metasta sejauh. Bila didapatkan efusi pleura, harus disertai pemeriksaan sitologis positip. Metastase pada parenkhim hati termasuk stadium IV.

10

Page 11: Paper CA Ovarium

H. Manifestasi KlinikKanker ovarium tidak menimbulkan gejala pada waktu yang lama. Gejala

umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.

1. Stadium Awal

a. Gangguan haid

b. Konstipasi (pembesaran tumor ovarium menekan rectum)

c. Sering berkemih (tumor menekan vesika urinaria)

d. Nyeri spontan panggul (pembesaran ovarium)

e. Nyeri saat bersenggama (penekanan / peradangan daerah panggul)

f. Melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebihan padalapisan

rahim, (pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut)

2. Stadium Lanjut

a. Asites

b. Penyebaran ke omentum (lemak perut)

c. Perut membuncit

d. Kembung dan mual

e. Gangguan nafsu makan

f. Gangguan BAB dan BAK

g. Sesak nafas

h. Dyspepsia

11

Page 12: Paper CA Ovarium

I. Diagnosis

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik ginekologi, serta

pemeriksaan penunjang.

A. Anamnesa

Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang

timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada

permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta

cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang

sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek

akibat efusi pleura dan asites yang masif.

Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur

penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat

ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari

hormon ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila

menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang

tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia

kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan

risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause.

Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus,

payudara, dan traktus gastrointestinal.

B. Pemeriksaan fisik ginekologi

Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam

memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada

pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum

sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan rektum.Adanya nodul di payudara perlu

mendapat perhatian, mengingat tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari

karsinoma payudara.

12

Page 13: Paper CA Ovarium

Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga

pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor

adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak

cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan

tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering

bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih

mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada

cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

C. Pemeriksaan penunjang

o USG Ginekologi

Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang dalam diagnosis suatu tumor

ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa

internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites. Walaupun ada

pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT-Scan, MRI, dan positron tomografi

akan memberikan gambaran yang lebih mengesankan, namun pada penelitian

tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari

ultrasonografi.

o CT-Scan (Computed Tomography Scanning) dan MRI (Magnetic Resonance

Imaging).

o Laparoskopi

o Parasentesis cairan asites

Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita

dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya

dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi

rongga perut. Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita

13

Page 14: Paper CA Ovarium

mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma. Bila terdapat cairan ascites yang

tidak dapat diterangkan asalnya atau sebabnya (misalnya akibat Cirrhosis

hepatis), laparatomi eksploratif harus dijalankan.

o Tumor marker

Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan

dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai

keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk

jenis sel germinal, antara lain Alpha-fetoprotein (AFP), Lactic acid

dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline

phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin (hCG).

J. Penatalaksanaan

Pada dasarnya setiap tumor ovarium yang diameternya lebih dari 5 sentimeter

merupakan indikasi untuk tindakan laparatomi, karena kecenderungan untuk mengalami

komplikasi.Apabila tumor ovarium tidak inemberikan gejala dan diameternya kurang dari

5 sentimeter, biasanya merupakan kista folikel atau kista lutein.

Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan

radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba

dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan

sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di

beberapa tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga

dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut (surgical

staging).Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan

kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.

Pembedahan

14

Page 15: Paper CA Ovarium

Terapi standar terdiri atas histerektomi abdominal total (TAH),

salpingoooforektomi bilateral (BSO) dan omentektomi serta APP (optional).Nodus

retroperitoneal harus dipalpasi dan dibiopsi jika mencurigakan. Sebanyak mungkin

tumor (untuk memperkecil) harus diangkat untuk mengurangi keseluruhan massa

tumor. Namun pembedahan lebih radikal belum terbukti menambah manfaat.

Dapat didahului frozen section untuk kepastian ganas dan tindakan operasi lebih

lanjut. Hasil operasi harus dilakukan pemeriksaan PA, sehingga kepastian klasifikasi

tumor dapat ditetapkan untuk menentukan terapi.

Pada sebagian kasus, penyakit terlalu luas untuk histerektomitotal, adneksektomi dan

omentektomi.pada kasus-kasus seperti ini sebaiknya sebanyak mungkin tumor

diangkat untuk meningkatkan hasil terapi tambahan (kemoterapi dan terapi radiasi).

Operasi tumor ganas diharapkan dengan cara “debulking” (cytoreductive) –

pengambilan sebanyak mungkin jaringan tumor sampai dalam batas aman.Dengan

debulking memungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi lebih efektif.

Radioterapi

Untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya efektif pada jenis tumor yang

peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.

Radioterapi sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1

dan T2 yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut.

Kemoterapi

Merupakan terapi tambahan awal yang lebih disukai karena terapi radiasi

mempunyai keterbatasan (misalnya merusak hati atau ginjal). Setelah mendapatkan

radiasi atau kemoterapi, dapat dilakukan operasi ke dua (eksplorasi ulang) untuk

mengambil sebanyak mungkin jaringan tumor.

Untuk memastikan keberhasilan penanganan dengan radioterapi atau kemoterapi,

lazim dilakukan lapatotomi kedua (second-look laparotomi), bahkan kadang sampai

ketiga (third-look laparotomi). Hal ini memungkinkan kita membuat penilaian akurat

15

Page 16: Paper CA Ovarium

proses penyakit, hingga dapat menetapkan strategi pengobatan selanjutnya. Bisa

dihentikan atau perlu dilanjutkan dengan alternatif pengobatan lain.

K. Komplikasi

Obstruksi usus merupakan komplikasi yang sering terjadi pada kasus tingkatan

lanjut yang dikelola dengan melakukan reseksi usus sekali atau beberapa kali untuk

membuat by pass bila kondisi penderita mengizinkan.

L. Prognosis

Angka kelangsungan hidup 5 tahun (“Five years survival rate”) penderita kanker

ovarium stadium lanjut hanya kira-kira 20-30%.

Prognosis dari tumor ovarium tergantung dari beberapa hal antara lain :

Stadium

Jenis histologis

Derajat diferensiasi tumor

Residu tumor

Free disease interval

M. Pengamatan Lanjut

Untuk tumor ganas ovarium skema/bagan pengamatan lanjut (follow up control)

adalah sebagai berikut :

Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan.

Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan.

Kemudian sampai 5 tahun setelah penanganan, setiap 6 bulan

Seterusnya setiap setahun sekali.

16

Page 17: Paper CA Ovarium

BAB III

KESIMPULAN

Sebagian besar kanker ovarium bermula dari suatu kista. Oleh karena itu, apabila

pada seorang wanita ditemukan suatu kista ovarium harus dilakukan pemeriksaan lebih

lanjut untuk menentukan apakah kista tersebut bersifat jinak atau ganas (kanker ovarium).

Ciri-ciri kista yang bersifat ganas yaitu dapat dilihat pada penemuan saat pemeriksaan

panggul, penemuan saat pembedahan , dan dengan menggunakan indeks keganasan

ovarium . Dengan menggunakan indeks keganasan ovarium, didapatkan skor 6 yang

berarti bahwa kista ovarium tersebut dapat dikatakan ganas. Namun diagnosis pasti hanya

dapat diketahui dengan dilakukannya pemeriksaan histopatologi (PA).

Pengobatan baku dari kanker ovarium stadium awal adalah dengan pembedahan

radikal berupa pengangkatan tumor secara utuh, pengangkatan uterus beserta kedua tuba

dan ovarium, pengangkatan omentum, pengangkatan kelenjar getah bening, pengambilan

sampel dari peritoneum dan diafragma, serta melakukan bilasan rongga peritoneum di

beberapa tempat untuk pemeriksaan sitologi. Tindakan pembedahan ini juga

dimaksudkan untuk menentukan stadium dari kanker ovarium tersebut (surgical staging).

Setelah pembedahan radikal ini, jika diperlukan diberikan terapi adjuvant dengan

kemoterapi, radioterapi atau immunoterapi.

Prognosis pada pasien ini adalah dubia ad malam, karena angka kelangsungan

hidup 5 tahun (“Five years survival rate”) penderita kanker ovarium stadium lanjut hanya

kira-kira 20-30%.

17

Page 18: Paper CA Ovarium

DAFTAR PUSTAKA

1. www.asiancancer.com/indonesian/cancer-treatment

2. http://Obgynmag.blogspot.com/2011/01/kanker-ovarium-i.html

3. http://infocomacces.blogspot.com/2012/ca-ovarii.html

4. Prawirohardjo, S. Ilmu Kandungan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. 2005.

5. Busmar, B. Kanker Ovarium. Dalam Buku Acuan Nasional Onkologi Ginekologi.

Editor: M.F. Azis, Andrijono, dan A.B. Saifuddin.Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Sarwono Prawirohardjo, 2006: hal. 468-257.

6. De Jong, W. Tumor Ovarium dalam Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta: EGC.

2003:729-730.

7. Mochtar R. Anatomi Alat Kandungan. Dalam : Sinopsis Obstetri, Jilid 1, Edisi 2.

Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta, 1998 ; 299-300.

18