ca ovarium word

46
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121) PENDAHULUAN Di Indonesia kanker ovarium menduduki urutan keenam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit dan limfoma. Kanker ovarium memiliki angka kematian yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker ovarium, sekitar 14.000 atau separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini. Kanker ovarium adalah kanker yang berkembang dari organ ovarium pada wanita, sekitar 90% kanker ovarium berasal dari lapisan sel epitel yang secara normal melapisi ovarium, sisanya berasal dari sel granulosa, sel induk (germ cell tumours) yang banyak menyerang wanita muda, sarcoma dan limfoma. Oleh karena sifat epitel ovarium yang multipotensial sehingga dapat berdiferensiasi secara histopalologi menjadi tumor serous, mucinous, endometrioid, clear cell, brenner, undifferentiated. Penting ditentukan apakah tumor tersebut jinak, borderline atau ganas. WHO juga telah memuat kalsifikasi dan telah digunakan secara luas. Dalam mengenali penyakit ini penting bagi kita untuk mengetahui apa saja faktor resiko yang dapat menginduksi terjadinya penyakit ini, antara lain dilihat dari faktor resiko individual, faktor reproduksi, faktor hormonal, faktor genetik dan faktor lingkungan. Gejala dan keluhan yang dirasakan penyakit ini tidak khas. Pada umumnya kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor membesar dan menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam Kepanitraan Radiologi RSUD Kudus Periode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 1

Upload: elisse-stephanie

Post on 12-Aug-2015

94 views

Category:

Documents


23 download

DESCRIPTION

CA Ovarium Word

TRANSCRIPT

Page 1: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

PENDAHULUAN

Di Indonesia kanker ovarium menduduki urutan keenam terbanyak dari keganasan pada

wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit dan limfoma. Kanker ovarium

memiliki angka kematian yang tinggi, dari  23.100 kasus baru kanker ovarium, sekitar 14.000 atau

separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini.

Kanker ovarium adalah kanker yang berkembang dari organ ovarium pada wanita, sekitar

90% kanker ovarium berasal dari lapisan sel epitel yang secara normal melapisi ovarium, sisanya

berasal dari sel granulosa, sel induk (germ cell tumours) yang banyak menyerang wanita muda,

sarcoma dan limfoma. Oleh karena sifat epitel ovarium yang multipotensial sehingga dapat

berdiferensiasi secara histopalologi menjadi tumor serous, mucinous, endometrioid, clear cell,

brenner, undifferentiated. Penting ditentukan apakah tumor tersebut jinak, borderline atau ganas.

WHO juga telah memuat kalsifikasi dan telah digunakan secara luas.

Dalam mengenali penyakit ini penting bagi kita untuk mengetahui apa saja faktor resiko

yang dapat menginduksi terjadinya penyakit ini, antara lain dilihat dari faktor resiko individual, faktor

reproduksi, faktor hormonal, faktor genetik dan faktor lingkungan.

Gejala dan keluhan yang dirasakan penyakit ini tidak khas. Pada umumnya kanker ovarium

ditemukan pada stadium lanjut. Tumor membesar dan menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluhan.

Itulah sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan (silent

killer). Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah menyebar ke rongga

peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan pembedahan dan terapi adjuvan sering kali tidak

menolong. Yang paling sering adalah keluhan perasaan berat dan tidak nyaman pada perut bagian

bawah disertai nyeri, keluhan ini makin memberat seiring dengan perkembangan penyakit. Keluhan

yang lain adalah sering kencing dan sulit buang air besar, keluhan ini timbul jika masa tumor telah

menekan saluran kencing dan pencernaan.

Dalam menegakkan diagnosa kanker ovarium, tidak cukup hanya dengan melakukan

anamnesa dan pemeriksaan fisik saja, akan tetapi perlu dilakukan beberapa pemeriksaan tambahan

seperti USG dan penanda tumor (CA 125). Kombinasi dari anamnesa, pemeriksaan USG, dan

penanda tumor menghasilkan pemeriksaan yang lebih akurat yang dinamakan Risk of Malignancy

Index (RMI), dengan sensitifitas 87% dan spesifitas 97%, sehingga RMI direkomendasikan untuk

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 1

Page 2: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

memprediksi keganasan ovarium prabedah. Hal ini sangat diperlukan karena penatalaksanaan tumor

jinak dan tumor ganas sangat berbeda.

Terapi dari kanker ovarium tergantung dari stadium dari penyakit, tipe penyakit (primer atau

rekuren), terapi pilihan, dan kondisi tubuh pasien. Pada kanker Ovarium atipikal, sekitar 20%

stadium dini dapat menyebar ke intraabdomen dan memerlukan terapi operasi. Pasien kanker atipikal

ovarium dengan stadium dini yang masih ingin mempertahankan kesuburannya dapat melakukan

unilateral salpingo-oophorectomi. Stadium dini kanker ovarium adalah stadium I dan II. Terapi yang

dapat dilakukan pada stadium ini adalah operasi (total abdominal histerektomi, bilateral salpingo-

oophorektomi), kemoterapi (pada kasus dengan angka kesembuhan rendah, diberikan setelah operasi),

dan radiasi.

Stadium Lanjut kanker ovarium selalu membutuhkan terapi operasi yang optimal diikuti

kemoterapi setelah operasi untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup. Radiasi seluruh bagian

perut (whole abdominal radiation) dapat menjadi alternatif dari kemoterapi. Sedangkan untuk kanker

ovarium yang kambuh kandidat untuk dilakukan operasi yang kedua kalinya dengan kemoterapi

menggunakan agen yang berbeda. Terapi hormonal juga dapat digunakan. Terapi yang masih dalam

penelitian adalah terapi stem sel, imunoterapi menggunakan interferon, dan terapi genetik.

Saat ini peranan bidang radiologi terhadap kanker ovarium sudah mengalami banyak

kemajuan di berbagai aspek. Dalam memprediksi tingkat keganasan kanker ovarium peranan CT scan

sudah banyak memberikan kontribusi. CT scan dapat memberikan informasi mengenai ukuran dan

lokasi tumor, selain itu CT scan juga dapat memperlihatkan adanya pembesaran kelenjar limfe serta

adanya asites dalam rongga peritoneum. Selain CT scan, MRI juga dapat digunakan sebagai penentu

stadium kanker ovarium, tapi saat ini MRI hanya digunakan sebagai alternatif jika CT scan

merupakan kontraindikasi bagi pasien. Pemeriksaan terbaik untuk mendeteksi adanya asites di rongga

peritoneum adalah sonografi.

Selain dapat memprediksi tingkat keganasan kanker ovarium, CT scan dan sonografi juga

dapat dijadikan sebagai alat pencitraan untuk menuntun biopsi massa di rongga peritoneal. Dalam

bidang terapi kanker ovarium, radioterapi dapat digunakan sebagai pengobatan lanjutan umumnya

digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2. Akhir-akhir ini banyak diberikan bersama kemoterapi, baik

sebelum atau sesudahnya sebagai adjuvans, radio-sensitizer maupun radio-enhancer. Radiasi berguna

untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar

(radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 2

Page 3: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

OVARIUM

I. Embriologi Ovarium

Stadium indiferen dari gonad dimulai dengan adanya penebalan genital ridge, yang

merupakan modifikasi epitel coelom.

Tiga jaringan yang membentuk gonad adalah:

1. Penebalan epitel coelom yang terletak pada genital ridge

2. Mesenkim yang terletak di bawahnya

3. Sel germinal primordial yang kelak akan membentuk ovum.

Sel germinal primordial ini berasal dari migrasi sel hindgut. Dahulu disangka bahwa sel

germinal primordial berasal dari epitel permukaan coelom, oleh karena itu epitel permukaan

ovarium disebut epitel germinal. Epitel permukaan ini asalnya sama dengan yang membentuk

duktus Muller.

Pada kortex ovarium yang tumbuh, maka sel germinal mulai berproliferasi. Proliferasi

dan mitosis ini menjadi lambat pada minggu ke-20 dan berhenti pada waktu lahir. Sel granulosa,

yang berasal dari epitel permukaan, berproliferasi dan membentuk rongga kecil mengelilingi

ovum, membentuk folikel de Graff. Sel stroma sekitar folikel mengalami diferensiasi menjadi sel

theca.

Perkembangan folikel dimulai sebelum lahir dan kemudian di antara folikel ada yang

berkembang dan ada yang mengalami regresi. Ovulasi disertai pembentukan corpus luteum baru

terjadi pada masa pubertas.

II. Anatomi ovarium

Pada umumnya perempuan mempunyai 2 ovarium, kanan dan kiri. Mesoovarium

menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran

kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran 4 x 1,5 x 1,5 cm. Pinggir atasnya

berhubungan dengan mesoovarium tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan

serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Ujung yang dekat dengan tuba

terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat dengan uterus. Ujung ovarium yang lebih rendah

berhubungan dengan uterus melalui ligamentum ovarii propium.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 3

Page 4: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Struktur ovarium terdiri dari :

1. kortex, bagian luar yang diliputi oleh epitelium germinativum berbentuk kubik dan

didalamnya terdiri atas stroma dan folikel-folikel primordial.

2. medulla, bagian di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh darah,

serabut saraf, dan sedikit otot polos.

Folikel merupakan bagian terpenting dari ovarium (terletak di korteks ovarii) dengan

tingkat perkembangan yang berbeda, yaitu dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan

sel-sel saja sampai menjadi folikel de Graff yang matang terisi dengan likuor follikuli,

mengandung esterogen dan siap untuk berovulasi.

Folikel de Graaf yang matang terdiri atas :

1. Ovum, suatu sel besar dengan diameter 0,1mm, yang mempunyai nukleus dengan anyaman

kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus.

2. Stratum granulosum, yang terdiri atas sel-sel granulosa, yaitu sel-sel bulat kecil, dengan inti

yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum. Pada perkembangan lebih lanjut

ditengahnya terdapat suatu rongga likuor follikuli.

3. Teka Interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel-sel lebih kecil

daripada sel granulosa.

4. Teka eksterna, terletak di luar teka interna yang terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.

Pada ovulasi, folikel yang matang mendekati permukaan ovarium, ovarium pecah dan

melepaskan ovum ke rongga perut. Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai

berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor folikuli. Demikian pula

jaringan ikat dan pembuluh darah kecil yang ada di situ.

Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel berwarna

merah dan diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel-sel

timbul pigmen kuning dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-selnya membesar dan

mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat diantaranya. Ditengah-tengah masih

terdapat bekas pendarahan. Jika tidak ada pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta

mengandung lutein akan mengecil dan menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah.

Korpus luteum lalu menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi korpus luteum tetap ada dan

menjadi lebih besar.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 4

Page 5: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

III. Fungsi Ovarium dan Hormon Ovarium

Dalam endokrinologi reproduksi wanita, ovarium memiliki dua fungsi utama, yaitu:

Fungsi proliferatif (generatif), yaitu sebagai sumber ovum selama masa reproduksi. Pada

ovarium terjadi pertumbuhan folikel primer, folikel de Graff, peristiwa ovulasi, dan

pembentukan korpus luteum.

Fungsi sekretorik (vegetatif), yaitu tempat pembentukan dan pengeluaran hormon steroid

(estrogen dan progesteron).

Estrogen adalah hormon steroid dengan 10 atom C dan dibentuk terutama dari 17-

ketosteroid androstendion. Estrogen alamiah yang terpenting adalah Estradiol (E2), Estron (E1),

dan Estriol (E3). Khasiat biologis utama dari estrogen adalah sebagai perangsang sintesis DNA

melalui RNA, pembentuk utusan RNA (messenger RNA), sehingga terjadi peningkatan sintesis

protein.

Estradiol memicu sintesis reseptor FSH di dalam sel-sel granula. Selain itu, estradiol juga

memicu sintesis reseptor LH di sel-sel teka. Adanya khasiat estrogen pada sistem reproduksi

wanita dapat dengan mudah dilihat, tanpa memerlukan pemeriksaan hormon serum atau urin.

Selain itu estradiol juga mengatur kecepatan pengeluaran ovum dan mempersiapkan spermatozoa

dalam genitalia wanita agar dapat menembus selubung ovum.

Progesteron merupakan steroid dengan atom 21 atom C dan terutama dibentuk di dalam

folikel dan plasenta. Selain itu dapat berasal dari metabolisme dari pregnandiol, dan disebut

sebagai progesteron residu, serta dibentuk pula di dalam adrenal. Dengan demikian tampak

bahwa progesteron tidak hanya merupakan satu hormon dasar, melainkan juga sebagai hasil

organ-organ yang membentuk steroid. Penghancuran progesteron terjadi setelah pengubahan

menjadi pregnandiol sebagai glukoronida atau sulfat. Selama fase folikuler kadar progesteron

plasma sekitar 1 ng/ml; sedangkan pada fase luteal 10-20 ng/ml.

Progesteron mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan, sehingga merupakan

syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi. Semua khasiat progesteron terjadi karena ada

pengaruh estradiol sebelumnya, karena estradiol mensintesis reseptor untuk progesteron.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 5

Page 6: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

KANKER OVARIUM DAN ASPEK RADIOLOGISNYA

Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel

germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ

lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker

ovarium.

I. Epidemiologi

Kanker ovarium merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering di seluruh dunia.

Kanker ovarium merupakan 20 % dari semua keganasan alat reproduksi wanita. Kanker ovarium

atau indung telur memiliki angka kematian yang tinggi, dari  23.100 kasus baru kanker indung

telur, sekitar 14.000 atau separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini.

Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker indung telur yang berasal dari sel

epitel merupakan kasus terbanyak dari seluruh kanker indung telur. Kanker epitel ovarium jarang

didapatkan pada wanita berusia < 40 tahun. Puncaknya terjadi pada wanita usia 60-64 tahun.

Angka kejadian kanker epitel ovarium rendah pada negara berkembang. Lebih sering pada

wanita kulit putih daripada kulit hitam.

II. Etiologi

Dikatakan bahwa penyebab dari kanker ovarium adalah multifaktor. Ada beberapa teori

yang mencoba menerangkan penyebab terjadinya kanker ovarium. Teori pertama menerangkan

mengenai trauma minor yang berlangsung terus menerus selama siklus ovulasi (siklus

pengeluaran telur setiap bulannya), teori kedua menerangkan mengenai pajanan indung telur

terhadap hormon gonadotropin dapat meningkatkan risiko keganasan. Teori ketiga menerangkan

mengenai karsinogen (zat yang dapat merangsang terjadinya keganasan) dapat berkontak dengan

indung telur melalui saluran reproduksi.

III. Faktor Resiko

Penyebab kanker ovarium masih diteliti, namun beberapa faktor yang berkaitan dengan

peningkatan risiko dari penyakit ini adalah:

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 6

Page 7: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

1. Faktor resiko individual

Usia lebih dari 40 tahun, baru memiliki satu anak atau belum memiliki anak, riwayat kanker

payudara atau kanker endometrium sebelumnya dapat meningkatkan angka kejadian kanker

ovarium.

2. Faktor reproduksi

Memiliki anak yang sedikit (kurang dari 3), menopause yang terlambat serta usia menarche

(mens pertama kali) yang terlalu muda merupakan faktor resiko.

Sedangakan faktor yang dapat mengurangi resiko penyakit kanker ovarium antara lain

penggunaan kontrasepsi pil, menyusui, pengikatan saluran tuba, dan histerektomi.

3. Faktor hormonal

Penggunaan hormon eksogen pada pengobatan yang berhubungan dengan menopause dapat

meningkatkan resiko kanker ovarium, selain itu peningkatan berat badan juga berhubungan

dengan peningkatan resiko penyakit ini.

4. Faktor genetik

Menurut dr. I Putu, faktor keturunan menyumbangkan angka 5-10%, sehingga riwayat

keluarga merupakan faktor penting dalam menentukan apakah seorang wanita memiliki resiko

terkena kanker ovarium. Selain itu, wanita dengan riwayat keluarga memiliki kanker

payudara, indung telur, endometrium memiliki peningkatan resiko untuk kanker ovarium.

5. Faktor Lingkungan

Ras kaukasian di negara-negara industri memiliki rata-rata tertinggi terkena penyakit ini. Pola

diet yang kaya daging dan sedikit sayuran telah diteliti meningkatkan insiden penyakit ini.

Konsumsi tembakau juga meningkatkan resiko penyakit ini.

Sedangkan sayur-sayuran mempunyai efek yang menguntungkan, yaitu menurunkan insiden

kanker ovarium. Selain sayur-sayuran, vitamin A dan vitamin C juga dapat menurunkan

resiko kanker ovarium.

IV. Gejala dan Keluhan

Sebanyak 60% wanita yang didiagnosis menderita kanker ovarium sudah memasuki

tahap lanjut dari penyakit ini. Pada umumnya tidak didapatkan gejala dini pada kanker ini,

seandainya ada biasanya samar-samar. Gejala tersebut termasuk diantaranya nyeri pada panggul,

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 7

Page 8: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

kembung, mudah lelah, penurunan berat badan, konstipasi (sembelit), perdarahan menstruasi

yang tidak teratur.

Yang paling sering adalah keluhan perasaan berat dan tidak nyaman pada perut bagian

bawah disertai nyeri, keluhan ini makin memberat seiring dengan perkembangan penyakit.

Keluhan yang lain adalah sering buang air kecil dan sulit buang air besar, keluhan ini timbul bila

massa tumor telah menekan saluran kencing dan pencernaan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan

adanya suatu massa atau benjolan pada panggul merupakan tanda yang perlu dicurigai.

Sebenarnya, pertumbuhan kanker primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang

menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti sering kembung, nafsu makan menurun,

makan sedikit cepat menjadi kenyang. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga

perut merupakan ciri khas tumor ovarium ganas yang menghasilkan asites.

V. Klasifikasi

Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat diterima semua pihak.

Hal ini terjadi karena klasifikasi berdasarkan histopatologi atau embriologi belum dapat

diberikan secara tuntas berhubung masih kurangnya pengetahuan kita mengenai asal-usul

beberapa tumor, dan pula berhubung dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang

sama rupanya mempunyai asal yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis, tumor-tumor

neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas, dan selanjutnya tumor jinak dibagi dalam

tumor kistik dan tumor solid.

- Tumor neoplastik jinak

1. Kistik

1.1 Kistoma ovarii simpleks

1.2 Kistadenoma ovarii musinosum

1.3 Kistadenoma ovarii serosum

1.4 Kista endometroid

1.5 Kista dermoid

2. Solid

2.1. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma.

2.2. Tumor Brenner

2.3. Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 8

Page 9: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

- Tumor neoplastik ganas

Tabel 5-1. Klasifikasi Tumor Ovarium Epitelial menurut WHO yang dimodifikasi

I. Tumor Epitelial yang umum: A. Serosa; B. Musinosa; C. Endometrioid; D. Clearcell

(mesonephroid): a. Benigna; b. Borderline malignancy; c. Karsinoma; E. Brenner; F.

Epitelial Campuran; G. Karsinoma tak terdiferensiansi; H. Tumor tidak terklasifikasi

II. Sex-cord stromal tumors; A. Tumor Granulosa-theca cell: a. Benigna; b.Maligna;

B.Androblastoma (Sertoli-Leydig); C. Gynandroblastoma; D. Tidak terklasifikasi

III.Tumor-tumor Lipid cell

IV.Tumor-tumor Germ cell: A. Disgerminoma; B. Tumor Sinus Endodermal (yolk sac

tumor); C. Karsinoma Embrional; D. Poliembrioma; E. Koriokarsinoma; F. Mixed germ

cell tumor; G. Teratoma: 1. immatur; 2. matur (solid atau kistik-kista dermoid); 3.

Monodermal (struma ovarii, karsinoid, struma ovarii dan karsinoi)

Sumber : Manual of Clinical Oncology, UICC 4-th Ed. 1987, p.238

VI. Diagnosis

Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan/atau di

rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi,

apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor

ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor; dalam hal ini mioma

subserosum atau mioma intraligamenter dapat menimbulkan kesulitan dalam diagnosis. Jika

tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu

konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kencing penuh.

Umumnya dengan memikirkan kemungkinan ini, pada pengambilan anamnesis yang cermat dan

disertai pemeriksaan tambahan, kemungkinan-kmungkinan ini dapat disingkirkan.

Di negara-negara berkembang, karena tumor ovarium tidak segera dioperasi, maka tumor

bisa menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar

untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau asites, akan tetapi

dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi. Jika

terdapat asites, perlu ditentukan sebab asites. Fibroma ovarii (Sindrom Meigs) dan tumor

ovarium ganas dapat menyebabkan asites, akan tetapi asites dapat pula ditentukan oleh penyakit

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 9

Page 10: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

lain, seperti sirosis hepatis. Pemeriksaan bimanual sebelum atau sesudah fungsi asites bisa

memberi petunjuk apakah ia disebabkan oleh tumor ovarium. Pemeriksaan kimiawi cairan dan

pemeriksaan histologik sedimen cairan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis. Pada

tuberkulosis peritonei terdapat pula cairan dalam rongga perut, akan tetapi di sini cairan tidak

bergerak dengan bebas seperti pada asites, karena dibatasi oleh perlekatan-perlekatan.

Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu

diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau non-neoplastik.

Tumor non-neoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan

gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan

tidak dapat digerakkan karena perlekatan. Kista non-neoplastik umumnya tidak menjadi besar,

dan di antaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.

Jika tumor ovarium itu bersifat neoplastik, timbul persoalan apakah tumornya jinak atau

ganas. Tidak jarang dalam hal ini tidak dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan operasi,

akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan

dapat membantu dalam pembuatan diagnosis diferensial.

Diagnosa kanker ovarium dapat ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan

fisik ginekologi, serta pemeriksaan penunjang.

1. Riwayat

Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul

berhubungan dengan peningkatan masa tumor, penyebaran masa tumor pada permukaan

serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh di perut, serta cepat merasa

kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah

mudah lelah, perut membuncit, sering kencing, dan nafas pendek akibat efusi pleura dan

asites yang masif.

Dalam melakukan anamnesis perlu diperhatikan umur penderita dan faktor resiko

terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista

fungsional yang kecil (1-2cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya

menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan menjadi peningkatan

insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan

disgerminoma.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 10

Page 11: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara

umum, akan terjadi peningkatan resiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan

45% setelah menopause. Pada wanita muda tumor jinak 5 kali lebih sering dibanding tumor

ganas. Pada wanita post-menopause perbandingan tumor ganas dan jinak adalah 2 : 1.

Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus, payudara,

dan traktus gastrointestinal.

2. Pemeriksaan fisik ginekologi

Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan

ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari masa tumor. Pada pemeriksaan rektovaginal

untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium,

kavum dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat

tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara.

Hasil yang paling sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga

pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemriksaan fisik yang mampu membedakan jinak atau

ganas. Namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan

licin, unilateral, dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran

massa padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga

abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya

asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.

3. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan yang dapat menolong dalam

pembuatan diagnosis yang tepat, antara lain :

1) Ultrasonografi

Merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis suatu

tumor ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa

internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites.

Selain itu, Pemeriksaan ini juga dapat menentukan letak dan batas tumor, apakah

tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau

solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang

tidak.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 11

Page 12: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Ultrasonografi transvaginal lebih baik daripada transabdominal karena

memberikan resolusi yang lebih tajam. Namun, gambaran yang dihasilkan terbatas dan

tidak dapat digunakan pada pasien yang masih virgin.

2) MRI

MRI dengan Gadolinium memberi penilaian lebih jelas terhadap massa pada alat

ginekologi dibandingkan CT scan. MRI tidak perlu pada kebanyakan kasus dikarenakan

harganya mahal dan tingkat sensitifitas serta spesifitasnya tidak lebih baik dibandingkan

dengan ultrasonografi..

3) CT scan

Dapat untuk memeriksa isi abdomen dan retroperitoneum pada penyakit ovarium

ganas. CT scan juga dapat digunakan sebagai pemandu dilakukannya biopsi pada kanker

ovarium. Saat ini CT scan jga sudah menjadi pilihan untuk menentukan jenis-jenis

stadium dari kanker ovarium. CT scan sebagai penentu stadium kanker ovarium ini akan

dibahas lebih lanjut di pembahasan selanjutnya.

4) Laparoskopi

Pemeriksaan laparoskopik ini sebenarnya sangat berguna untuk mengetahui

apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk mengetahui sifat-sifat

tumor itu.

5) Foto Roentgen

Fato roentgen dapat menentukan ada tidaknya kemungkinan tumor-tumor bukan

dari ovarium yang terletak di daerah pelvis, antara lain ginjal ektopik, limpa bertangkai

dan tumor sigmoideum.

Gambaran yang dilihat terhadap suatu massa di ovarium:

- Komponen kista uni atau multiloculated

- Septa atau dinding tebal

- Adanya gumpalan darah, daerah solid di antara kista

- Dinding yang tidak beraturan atau batas yang tidak jelas

- Adanya asites

- Penyebaran lokal atau metastase jauh

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 12

Page 13: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Tidak ada suatu tanda khas yang langsung berhubungan dengan keganasan, tetapi

adanya asites, ukuran besar, komponen solid dan dinding yang tidak beraturan diduga

merupakan suatu keganasan. Diagnosis dengan analisis gambaran ultrasound memiliki tingkat

akurasi 80-90 % dalam membedakan tumor jinak dengan ganas

Tabel 6-1. Tumor ovarium

Gambaran jinak Gambaran ganas

Ukuran < 10 cm Ukuran > 10 cm

Dinding yang licin Dinding tidak beraturan atau batas tidak jelas

Kista unilocular,

Multilocular dengan septa tipis

Kista complex dengan komponen solid,

ada asites

Hanya memiliki suatu massa Nodul/nodus metastase

Dapat digerakkan Terfiksasi ke pelvis atau omentum

Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan

asites yang disertai massa di pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista bila

dinding kista tertusuk. tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi

kista.

Serum CA 125 merupakan penanda tumor yang paling sering digunakan dalam

penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian juga

telah diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis germinal, antara lain alfa-fetoprotein

(AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like

alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionik gonadotropin (hCG).

Tabel 6-2. Penanda tumor untuk kanker ovarium

Penanda Tumor % Positif

Antigen karsino-embrionik Karsinoma serosum

Karsinoma musinosum

50-70

25-50

Alfa-fetoprotein Sinus endodermal

Teratoma imatur

80-90

20-25

Gonadotropin korionik manusia Koriokarsinoma

Disgerminoma

Sebagian besar

5-35

Antigen epitel umum (CA-125) Tumor epitel umum 80

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 13

Page 14: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Tabel 6-3. Petanda tumor ganas sel germinal ovarium (dikutip dari Hurteau)

Histologi AFP hCG

Disgerminoma - ±

Yolk sac tumor + -

Teratoma imatur ± -

Mixed germ cell tumor ± ±

Korokarsinoma - +

Karsinoma embrional ± +

Poliembrioma ± +

VI. Penetapan tingkat klinik keganasan (stadium kanker ovarium)

Secara Internasional diakui 2 sistem klasifikasi yang keduanya umum digunakan, ialah

sistem TNM dari UICC ( Union Internationale Contra le Cancer) dan sistem FIGO (Federation

Internationale de Gynecologie et d’Obstetrigue). Saat ini, penentuan stadium kanker dapat

menggunakan alat bantu CT scan atau MRI sebagai alat bantu alternatif. CT scan di beberapa

negara sudah menjadi alat bantu pilihan untuk menentukan stadium kanker ovarium dengan

mengadopsi klasifikasi FIGO.

Tabel 7-1. FIGO staging classification in ovarian cancer

TNM FIGO Tumor

Tx Normal

To Tumor tidak terlihat

T1N0M0* Stadium I** Terbatas pada satu atau dua ovarium.

± asites

T2N0M0* Stadium II** Mengenai satu atau dua ovarium dan mengalami

perluasan ke panggul.

± asites

T3 atau T N1M0 Stadium III** Mengenai satu atau dua ovarium dan mengalami

perluasan sampai ke luar panggul (ke rongga

peritoneal).

T N M1 Stadium IV Metastase ke alat-alat jauh

Ket : stadium T1-T3* dan stadium I-III** dibagi lagi menjadi 3 subgrup (a-c).

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 14

Page 15: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Tabel 7-2. Klasifikasi tingkat keganasan kanker ovarium menurut UICC dan FIGO

UICC FIGO KriteriaT1 Stadium I Terbatas pada ovarium

T1a IA Terbatas pada satu ovarium, tanpa asites

T1b IB Mengenai kedua ovarium, tanpa asites

T1c IC Mengenai kedua ovarium, dengan asites

T2 Stadium II Mengenai satu atau dua ovarium dan perluasan ke panggul

T2a IIA Mengenai uterus dan atau tuba, tanpa asites

T2b IIB Mengenai jaringan panggul lainnya, tanpa asites

T2c IIC Mengenai jaringan panggul lainnya, dengan asites

T3 Stadium III Mengenai satu atau dua ovarium dengan perluasan ke usus

halus dan atau omentum atau ke luar panggul (rongga

peritoneal) termasuk ke permukaan hati dan atau ke kelenjar

retroperitoneal

IIIA Terbatas pada panggul, dengan asites yg besar

IIIB Mengenai ≤ 2 cm rongga peritoneal, dengan asites

IIIC Mengenai > 2 cm rongga peritoneal dan atau rongga

retroperitoneal atau kelenjar retroperitoneal, dengan

asites

M1 Stadium IV Mengenai satu atau dua ovarium, dengan metastase

jauh, metastase ke parenkin hati, pleura efusi dengan

pleura abnormal

Sumber: UICC Manual of Clin. Oncol, 4-th Ed, Fully Rev, 1987, p.240.

VIII. Terapi Tumor Ganas Ovarium

Untuk tumor ganas ovarium pembedahan merupakan pilihan utama. Pada tingkatan awal,

prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP (optional). Luas prosedur pembedahan ditentukan

oleh insidensi dari seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan

untuk menginvasi badan rahim (korpus uterus).

Biopsi di beberapa tempat, seperti omentum, kelenjar getah bening para maupun pre-

aortal dan area sub-diafragmatika, amatlah penting. Biopsi menggunakan bantuan pencitraan

radiologi merupakan kontribusi baru dalam menangani kanker ovarium. Biasanya biopsi diambil

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 15

Page 16: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

dari omentum atau massa di rongga peritoneal dengan bantuan CT scan atau sonografi dan

memakai jarum ukuran 18 (18-gauge core needles). Prosedur ini dikatakan aman dan

memberikan spesifitas mencapai 90%.

Pembedahan amat penting sebagai tindakan primer pada penderita dengan penyakit yang

ekstensif yaitu dengan mengangkat sebanyak mungkin jaringan tumor, bila keadaan

memungkinkan meskipun tidak semua jaringan tumor dapat diangkat seluruhnya (debulking).

Dengan debulking (bulk reductive surgery) memungkinkan kemo maupun radioterapi menjadi

lebih efektif.

1. Radioterapi

Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2

(FIGO: Tingkat I dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut. Juga

radioterapi dapat diberikan kepada penyakit yang tingkatannya agak lanjut, tetapi akhir-akhir

ini banyak diberikan bersama kemoterapi, baik sebelum atau sesudahnya sebagai adjuvans,

radio-sensitizer maupun radio-enhancer.

Di banyak center, radioterapi dianggap tidak lagi mempunyai tempat dalam

penanganan tumor ganas ovarium. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO) dilakukan debulking

dilanjutkan dengan kemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya

efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan

tumor sel granulosa.

2. Kemoterapi

Sekarang kemoterapi telah banyak diakui dalam penangan tumor ganas ovarium.

Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens alkylating (seperti

cyclophospamide, chlorambucil), antimetabolit (seperti MTX/Metotrexate dan 5

Fluorouracil/5-FU), antibiotika (seperti Adriamisin) dan agens lain (seperti Cis-Platinum).

Berbagai kombinasi dari agens telah digunakan yang ternyata dapat menunjukkan potensi

yang berarti.

Kemoterapi dapat mempengaruhi fungsi ovarium dan dan meningkatkan resiko

timbulnya keganasan di tempat lain. Maka dari itu penggunaan kemoterapi harus

memperhatikan dosis yang aman bagi penderita.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 16

Page 17: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Tabel 8-1. Kombinasi regimen kemoterapi untuk tumor ganas ovarium

Regimen Kombinasi Dosis

VAC Vinkristin

Aktinomisin D

Cyclophosphamide

1-1,5 mg/m2 hari I siklus

0,54 mg/hari pada hari 1-5 tiap minggu

5-7 mg/hari pada hari 1-5 tiap minggu

VBP Vinblastin

Bleomisin

Cisplastin

0,3 mg/kg dalam dosis terbagi, hari 1 dan 2

15 mg pada hari 1-5 (infus)

100mg/m2 pada hari I, ulangi 3-4 minggu kemudian

BEP Bleomisin

Etoposide

Cisplastin

10-15mg/hari, hari 1-3 (Drip)

100mg/m2/hari, hari1-3

100mg/m2 pada hari 1

Pengamatan lanjut

Untuk tumor ganas ovarium follow up control adalah sebagai berikut:

Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan,

Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan,

Kemudian sampai 5 tahun setelah penanganan, setiap 6 bulan,

Seterusnya setiap tahun sekali

IX. Tumor ganas ovarium (kanker ovarium)

A. Tumor-tumor epitelial ovarium

Tumor epitelial ovarium merupakan kasus terbanyak dari semua tumor ovarium. Ada 2

jenis: serosa dan musinosa. Keduanya cenderung untuk tumbuh bilateral dan berimplantasi di

rongga peritoneum. Perubahan ke arah ganas terjadi pada yang berjenis serosa.

Kistadenokarsinoma papiliferum pseudo-musinosa merupakan satu variasi dari tumor dengan

kemungkinan penyebaran lokal yang tinggi. Tumor-tumor endometrioid, mesonephroid dan

Brenner adalah jarang.

Gambaran radiologis kistadenokarsinoma : adanya kista kompleks dengan berbagai

ukuran komponen solid dan adanya invasi lokal. Biasa ditemukan metastase dan asites. Asites

menunjukkan adanya penyebaran yang cepat.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 17

Page 18: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

B. Tumor-tumor stroma sex-cord

Diduga bahwa tumor ini berasal dari mesenkim gonad, yang potensial mampu

mendiferensiasi ke dalam struktur gonad laki-laki dan perempuan, hingga tumor dapat

mengakibatkan munculnya tanda-tanda maskulinisasi atau feminisasi pada penderitanya.

Androblastoma atau tumor yang berasal dari mesenkim akan mendiferensiasi ke dalam

struktur gonad laki-laki :

1. Arrhenoblastoma

2. Tumor Sertoli Cell

3. Tumor Sel Granulosa

4. Tumor Sel Theca

C. Tumor-tumor Sel Germinal

Tumor ini berasal dari sel germinal dan derivatnya. Pada prinsipnya tumor ganas ini

terjadi pada remaja dan wanita usia muda. Tumor ini memiliki pertumbuhan yang cepat,

kebanyakan penderita menunjukkan massa pada perut dan rasa nyeri.

1) Disgerminoma

Disgerminoma merupakan tumor ganas sel ovarium yang tersering. Secara

maksroskopik biasanya bilateral 10-15% kasus, dan secara mikroskopik dapat disertai

penyebaran ke ovarium kontralateral pada 10% kasus. Disgerminoma lebih sering

menyebar secara limfogen dibandingkan dengan tumor ganas sel germinal lainnya.

Biasanya terdapat pada wanita muda dan sangat radiosensitif.

Secara maksroskopis disgerminoma merupakan tumor dengan konsistensi padat,

berlobus-lobus, permukaan rata/halus, dengan fokus-fokus perdarahan dan neksrosis.

Secara mikroskopik disgerminoma menyerupai seminoma testis. Tumor terdiri dari sel

vesikuler besar dengan sitoplasma jernih mirip dengan sel primordial, dengan satu atau

lebih nukleoli besar.

Penyakit dengan stadium awal dapat dilakukan salfingoooferektomi unilateral

dengan mempertahankan oterus dan ovarium kontralateral. Menurut slayton, dkk pada

stadium lanjut dapat dilakukan pembedahan sitoreduksi dengan menggunakan regimen

kombinasi vinkristin, aktinomisin D, dan siklofosfamid (VAC). Dilaporkan pada

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 18

Page 19: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

penderita disgerminoma stadium II dan III yang dilakukan reseksi komplit, keberhasilan

kemoterapi mencapai 95%. Pemberiaan radioterapi pasca bedah ini dikarenakan tumor

ini sangat radiosensitif dan radiocurable.

Penderita disgerminoma dengan satdium IA dapat dilakukan pembedahan dan

kemudian diawasi secara ketat tanpa pemberian terpi adjuvan. Penderita dengan satdium

lebih tinggi harus diberikan terapi adjuvan, baik radioterapi ataupun kemoterapi.

Walaupun disgerminoma sangat sensitif terhadap radioterapi, akan tetapi radioterapi

dapat menyebabkan hilangnya fungsi reproduksi akibat rusaknya ovarium. Karena itu

radioterapi telah digantikan dengan kemoterapi.

2) Teratoma

Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu

membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Teratoma dibagi dalam tiga

kategori yaitu teratoma matur (jinak), teratoma imatur dan teratoma monodermal.

Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga tersering etelah

disgerminoma dan tumor sinus endodermal.

Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid. Umunya

teratoma kistik adalah jinak dan yang padat atau solid adalah ganas. Teratoma ganas

biasanya ditemukan pada anak-anak dan pada masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat

dan punya prognosis yang buruk.

Pada pemeriksaan klinik ditemukan tumor di samping uterus, kadang kala

disertai perdarahan uterus dan asites. Tumor sering bilateral, mengadakan penyebaran di

daerah sekitarnya sampai daerah panggul. Gamabaran makroskopik berupa tumor yang

besar unilateral dengan diamter 18 cm, permukaan rata dan licin. Adanya rambut dapat

ditemukan pada 2/5 kasus, gigi jarang ditemukan, tetapi tulang, tulang rawan dan

kalsifikasi sering ditemukan.

Terapi: pembedahan dengan kemoterapi sebelum atau sesudahnya.

3) Tumor Sinus Endodermal (yolk sac tumor)

Berasal dari yolk sac atau saccus vitellinus, umumnya ditemukan pada gadis atau

wanita muda (20 tahun), dan sangat ganas.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 19

Page 20: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

4) Karsinoma embrional

Karsinoma embrional murni jarang ditemukan diantara tumor sel germinal

ovarium. Tumor ini analog dengan karsinomaembrional testis. Ditemukan pada usia 4-28

tahun. Pada penampakan makroskopik, didapatkan tumor kistik, bulat, berkapsul dan

lunak, dapat ditemukan bagian hemoragik dan nekrosis, dengan ukuran rat-rata 17cm.

5) Khoriokarsinoma

Koriokarsinoma ovarium bisa ditemukan sebagai koriokarsinoma murni

(tunggal) atau lebih sering sebagai bagian dari suatu tumor sel germinal campuran.

Penentuan ini penting artinya, karena bila murni lebih mungkin tumor berasal dari hasil

konsepsi dari pada nongestational. Koriokarsinoma ini kemungkinan merupakan suatu

metastase dari uterus atau tuba. Koriokarsinoma non gestational kurang sensitif terhadap

radioterapi atau kemoterapi.

Secara maksroskopik koriokarsinoma sering terdiri atas 2 jenis sel, sitotrofoblast

dan sinsitiotrofoblas.

6) Poliembrional

Jenis ini sangat jarang, mengandung komponen embrional bodies yang

berasal dari sel embrional normal. Kebanyakan tumor ini berkaitan dengan tumor sel

germinal lainnya terutama teratoma. Poliembrional merupakan neoplasma sel germinal

dengan tingkat keganasan yang tinggi. Tumor ini radioresisten.

7) Mixed germ cell tumor

Tumor ganas mixed germ cell terdiri dari dua atau lebih tipe neoplasma sel

germinal yang berbeda. Umur penderita berkisar 5-33 tahun, dan lebih dari sepertiganya

terjadi sebelum pubertas. Biasanya berukuran besar, unilateral tetapi penampakannya

tergantung tipe tumor sel germinal yang dominan.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 20

Page 21: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

D. Tumor Ovarium Sekunder

Ovarium merupakan salah satu alat tubuh yang paling sering terkena metastase

dibandingkan dengan alat kelamin lain. Metastase itu berasal dari:

1. Karsinoma alat tubuh pelvis lain melalui saluran limfe atau per continuitatum. Gambaran

histologik pada ovarium menyerupai tumor asalnya.

2. Karsinoma dari saluran pencernaan bagian atas, yaitu lambung, saluran empedu dan

pankreas.

Diagnosis tumor ganas ini sering dibuat sesudah laparotomi atau indikasi ditemukannya

tumor ovarium. Agar tindakan yang benar tidak terlambat dilakukan, seharusnya dilakukan

pemeriksaan histologi Frozen Section. Pada laparotomi juga tidak boleh dilupakan pembilasan

kavum peritonei untuk melihat ada atau tidaknya sel ganas.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 21

Page 22: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

KESIMPULAN

Tingkat kematian kanker ovarium pada kasus keganasan ginekologi cukup tinggi.

Kanker ovarium dikenal sebagai penyakit silent killer dikarenakan kanker ovarium baru menimbulkan

keluhan apabila telah menyebar ke rongga peritoneum dan gejala yang ditimbulkan umumnya juga

tidak khas.

Dalam menegakkan diagnosa kanker ovarium diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan

lainnya. Pemeriksaan radiologis merupakan cara pemeriksaan sekaligus cara evaluasi, yang

memegang peranan penting di samping pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan klinis lainnya.

Pemeriksaan radiologis yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:

- Ultrasonogarfi (USG)

- CT scan

- MRI

- Laparaskopi

- Foto roentgen

Pembedahan merupakan pilihan utama dalam menangani kanker ovarium. Pembedahan

dilakukan dengan mengangkat sebanyak mungkin jaringan tumor, bila keadaan memungkinkan

meskipun tidak semua jaringan tumor dapat diangkat seluruhnya (debulking). Dengan debulking

(bulk reductive surgery) kemungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi lebih efektif.

Saat ini peranan bidang radiologi terhadap kanker ovarium sudah mengalami banyak

kemajuan di berbagai aspek. Dalam memprediksi tingkat keganasan kanker ovarium peranan CT scan

dan MRI sudah banyak memberikan kontribusi. CT scan dan sonografi juga dapat dijadikan sebagai

alat pencitraan untuk menuntun biopsi massa di rongga peritoneal. Sedangkan dalam bidang terapi

kanker ovarium, radioterapi dapat digunakan sebagai pengobatan lanjutan. Radiasi berguna untuk

membunuh sel-sel tumor yang tersisa, efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar

(radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.

.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 22

Page 23: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

DAFTAR PUSTAKA

1. Himawan, Sutisna. 1973. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

2. Patel, Pradid. 2006. Lecture Notes Radiologi. Jakarta : Penerbir Erlangga.

3. Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo.

4. Sutarto, Ade, dkk. 2010. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.

5. Sutton, David. 1992. Textbook of Radiology and Medical Imaging (fifth edition). Great Britain :

Churchill Livingstone.

6. http://www.emedicine.com/radio/topic511.htm

7. http://www.emedicine.com/med/topic1699.htm

8. http://www.emedicine.com/med/topic565.hhtm

9. http://www.emedicine.com/med/topic76.htm

LAMPIRAN

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 23

Page 24: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 24

Page 25: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Gambar sel telur yang keluar dari ovarium

Gambaran anatomi kanker ovarium

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 25

Page 26: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Figure 11. Pathway of imaging in investigation of suspected ovarian cancer.

Transvaginal dan Doppler sonogram dari kanker ovarium tingkat pertama. Perhatikan

penebalan dan dinding yang tidak teratur dari tumor adneksa kiri.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 26

Page 27: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Transvaginal Doppler sonogram menunjukkan massa solid pada ovarium kiri. Aliran impedansi yang

rendah (low impedance flow) terlihat di antara massa ini, yaitu Clear Cell Carcinoma dari ovarium.

Gambaran Color Doppler menunjukkan vaskularitas di antara septa-septa. Warna merah dan biru

menunjukkan aliran darah ke dan dari transducer. Resistive indexnya rendah. Histologi: suatu

Kistadenokarsinoma Musinosum dengan potensi keganasan rendah.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 27

Page 28: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 28

Page 29: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 29

Page 30: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 30

Page 31: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 31

Page 32: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Figure 1. CT of the upper abdomen in a woman with stage IIIC ovarian cancer showing tumour filling

the supracolic spaces between the spleen and stomach both of which have extensive serosal disease.

Such tumour bulk suggests unsuccessful cytoreductive surgery.

Figure 2. CT of a patient with stage IIIC ovarian cancer showing bulky high retroperitoneal

lymphadenopathy again beyond the scope of cytoreductive surgery.

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 32

Page 33: CA Ovarium Word

Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)

Figure 3. CT guided biopsy of a woman with a large omental cake, other peritoneal tumour and

bilateral solid ovarian masses but no ascites. Histology: non-Hodgkin lymphoma.

Figure 4. Ultrasound guided biopsy of a large omental cake showing echogenic needle track (courtesy

of Dr Michael Weston).

Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 33