ca ovarium word
DESCRIPTION
CA Ovarium WordTRANSCRIPT
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
PENDAHULUAN
Di Indonesia kanker ovarium menduduki urutan keenam terbanyak dari keganasan pada
wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit dan limfoma. Kanker ovarium
memiliki angka kematian yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker ovarium, sekitar 14.000 atau
separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini.
Kanker ovarium adalah kanker yang berkembang dari organ ovarium pada wanita, sekitar
90% kanker ovarium berasal dari lapisan sel epitel yang secara normal melapisi ovarium, sisanya
berasal dari sel granulosa, sel induk (germ cell tumours) yang banyak menyerang wanita muda,
sarcoma dan limfoma. Oleh karena sifat epitel ovarium yang multipotensial sehingga dapat
berdiferensiasi secara histopalologi menjadi tumor serous, mucinous, endometrioid, clear cell,
brenner, undifferentiated. Penting ditentukan apakah tumor tersebut jinak, borderline atau ganas.
WHO juga telah memuat kalsifikasi dan telah digunakan secara luas.
Dalam mengenali penyakit ini penting bagi kita untuk mengetahui apa saja faktor resiko
yang dapat menginduksi terjadinya penyakit ini, antara lain dilihat dari faktor resiko individual, faktor
reproduksi, faktor hormonal, faktor genetik dan faktor lingkungan.
Gejala dan keluhan yang dirasakan penyakit ini tidak khas. Pada umumnya kanker ovarium
ditemukan pada stadium lanjut. Tumor membesar dan menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluhan.
Itulah sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan (silent
killer). Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah menyebar ke rongga
peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan pembedahan dan terapi adjuvan sering kali tidak
menolong. Yang paling sering adalah keluhan perasaan berat dan tidak nyaman pada perut bagian
bawah disertai nyeri, keluhan ini makin memberat seiring dengan perkembangan penyakit. Keluhan
yang lain adalah sering kencing dan sulit buang air besar, keluhan ini timbul jika masa tumor telah
menekan saluran kencing dan pencernaan.
Dalam menegakkan diagnosa kanker ovarium, tidak cukup hanya dengan melakukan
anamnesa dan pemeriksaan fisik saja, akan tetapi perlu dilakukan beberapa pemeriksaan tambahan
seperti USG dan penanda tumor (CA 125). Kombinasi dari anamnesa, pemeriksaan USG, dan
penanda tumor menghasilkan pemeriksaan yang lebih akurat yang dinamakan Risk of Malignancy
Index (RMI), dengan sensitifitas 87% dan spesifitas 97%, sehingga RMI direkomendasikan untuk
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 1
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
memprediksi keganasan ovarium prabedah. Hal ini sangat diperlukan karena penatalaksanaan tumor
jinak dan tumor ganas sangat berbeda.
Terapi dari kanker ovarium tergantung dari stadium dari penyakit, tipe penyakit (primer atau
rekuren), terapi pilihan, dan kondisi tubuh pasien. Pada kanker Ovarium atipikal, sekitar 20%
stadium dini dapat menyebar ke intraabdomen dan memerlukan terapi operasi. Pasien kanker atipikal
ovarium dengan stadium dini yang masih ingin mempertahankan kesuburannya dapat melakukan
unilateral salpingo-oophorectomi. Stadium dini kanker ovarium adalah stadium I dan II. Terapi yang
dapat dilakukan pada stadium ini adalah operasi (total abdominal histerektomi, bilateral salpingo-
oophorektomi), kemoterapi (pada kasus dengan angka kesembuhan rendah, diberikan setelah operasi),
dan radiasi.
Stadium Lanjut kanker ovarium selalu membutuhkan terapi operasi yang optimal diikuti
kemoterapi setelah operasi untuk meningkatkan kemampuan bertahan hidup. Radiasi seluruh bagian
perut (whole abdominal radiation) dapat menjadi alternatif dari kemoterapi. Sedangkan untuk kanker
ovarium yang kambuh kandidat untuk dilakukan operasi yang kedua kalinya dengan kemoterapi
menggunakan agen yang berbeda. Terapi hormonal juga dapat digunakan. Terapi yang masih dalam
penelitian adalah terapi stem sel, imunoterapi menggunakan interferon, dan terapi genetik.
Saat ini peranan bidang radiologi terhadap kanker ovarium sudah mengalami banyak
kemajuan di berbagai aspek. Dalam memprediksi tingkat keganasan kanker ovarium peranan CT scan
sudah banyak memberikan kontribusi. CT scan dapat memberikan informasi mengenai ukuran dan
lokasi tumor, selain itu CT scan juga dapat memperlihatkan adanya pembesaran kelenjar limfe serta
adanya asites dalam rongga peritoneum. Selain CT scan, MRI juga dapat digunakan sebagai penentu
stadium kanker ovarium, tapi saat ini MRI hanya digunakan sebagai alternatif jika CT scan
merupakan kontraindikasi bagi pasien. Pemeriksaan terbaik untuk mendeteksi adanya asites di rongga
peritoneum adalah sonografi.
Selain dapat memprediksi tingkat keganasan kanker ovarium, CT scan dan sonografi juga
dapat dijadikan sebagai alat pencitraan untuk menuntun biopsi massa di rongga peritoneal. Dalam
bidang terapi kanker ovarium, radioterapi dapat digunakan sebagai pengobatan lanjutan umumnya
digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2. Akhir-akhir ini banyak diberikan bersama kemoterapi, baik
sebelum atau sesudahnya sebagai adjuvans, radio-sensitizer maupun radio-enhancer. Radiasi berguna
untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar
(radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 2
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
OVARIUM
I. Embriologi Ovarium
Stadium indiferen dari gonad dimulai dengan adanya penebalan genital ridge, yang
merupakan modifikasi epitel coelom.
Tiga jaringan yang membentuk gonad adalah:
1. Penebalan epitel coelom yang terletak pada genital ridge
2. Mesenkim yang terletak di bawahnya
3. Sel germinal primordial yang kelak akan membentuk ovum.
Sel germinal primordial ini berasal dari migrasi sel hindgut. Dahulu disangka bahwa sel
germinal primordial berasal dari epitel permukaan coelom, oleh karena itu epitel permukaan
ovarium disebut epitel germinal. Epitel permukaan ini asalnya sama dengan yang membentuk
duktus Muller.
Pada kortex ovarium yang tumbuh, maka sel germinal mulai berproliferasi. Proliferasi
dan mitosis ini menjadi lambat pada minggu ke-20 dan berhenti pada waktu lahir. Sel granulosa,
yang berasal dari epitel permukaan, berproliferasi dan membentuk rongga kecil mengelilingi
ovum, membentuk folikel de Graff. Sel stroma sekitar folikel mengalami diferensiasi menjadi sel
theca.
Perkembangan folikel dimulai sebelum lahir dan kemudian di antara folikel ada yang
berkembang dan ada yang mengalami regresi. Ovulasi disertai pembentukan corpus luteum baru
terjadi pada masa pubertas.
II. Anatomi ovarium
Pada umumnya perempuan mempunyai 2 ovarium, kanan dan kiri. Mesoovarium
menggantung ovarium di bagian belakang ligamentum latum kiri dan kanan. Ovarium berukuran
kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran 4 x 1,5 x 1,5 cm. Pinggir atasnya
berhubungan dengan mesoovarium tempat ditemukannya pembuluh-pembuluh darah dan
serabut-serabut saraf untuk ovarium. Pinggir bawahnya bebas. Ujung yang dekat dengan tuba
terletak lebih tinggi daripada ujung yang dekat dengan uterus. Ujung ovarium yang lebih rendah
berhubungan dengan uterus melalui ligamentum ovarii propium.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 3
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Struktur ovarium terdiri dari :
1. kortex, bagian luar yang diliputi oleh epitelium germinativum berbentuk kubik dan
didalamnya terdiri atas stroma dan folikel-folikel primordial.
2. medulla, bagian di sebelah dalam korteks tempat terdapatnya stroma dengan pembuluh darah,
serabut saraf, dan sedikit otot polos.
Folikel merupakan bagian terpenting dari ovarium (terletak di korteks ovarii) dengan
tingkat perkembangan yang berbeda, yaitu dari satu sel telur yang dikelilingi oleh satu lapisan
sel-sel saja sampai menjadi folikel de Graff yang matang terisi dengan likuor follikuli,
mengandung esterogen dan siap untuk berovulasi.
Folikel de Graaf yang matang terdiri atas :
1. Ovum, suatu sel besar dengan diameter 0,1mm, yang mempunyai nukleus dengan anyaman
kromatin yang jelas sekali dan satu nukleolus.
2. Stratum granulosum, yang terdiri atas sel-sel granulosa, yaitu sel-sel bulat kecil, dengan inti
yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum. Pada perkembangan lebih lanjut
ditengahnya terdapat suatu rongga likuor follikuli.
3. Teka Interna, suatu lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel-sel lebih kecil
daripada sel granulosa.
4. Teka eksterna, terletak di luar teka interna yang terbentuk oleh stroma ovarium yang terdesak.
Pada ovulasi, folikel yang matang mendekati permukaan ovarium, ovarium pecah dan
melepaskan ovum ke rongga perut. Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai
berproliferasi dan masuk ke ruangan bekas tempat ovum dan likuor folikuli. Demikian pula
jaringan ikat dan pembuluh darah kecil yang ada di situ.
Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang menyebabkan bekas folikel berwarna
merah dan diberi nama korpus rubrum. Umur korpus rubrum ini hanya sebentar. Di dalam sel-sel
timbul pigmen kuning dan korpus rubrum menjadi korpus luteum. Sel-selnya membesar dan
mengandung lutein dengan banyak kapiler dan jaringan ikat diantaranya. Ditengah-tengah masih
terdapat bekas pendarahan. Jika tidak ada pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta
mengandung lutein akan mengecil dan menjadi atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertambah.
Korpus luteum lalu menjadi korpus albikans. Jika pembuahan terjadi korpus luteum tetap ada dan
menjadi lebih besar.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 4
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
III. Fungsi Ovarium dan Hormon Ovarium
Dalam endokrinologi reproduksi wanita, ovarium memiliki dua fungsi utama, yaitu:
Fungsi proliferatif (generatif), yaitu sebagai sumber ovum selama masa reproduksi. Pada
ovarium terjadi pertumbuhan folikel primer, folikel de Graff, peristiwa ovulasi, dan
pembentukan korpus luteum.
Fungsi sekretorik (vegetatif), yaitu tempat pembentukan dan pengeluaran hormon steroid
(estrogen dan progesteron).
Estrogen adalah hormon steroid dengan 10 atom C dan dibentuk terutama dari 17-
ketosteroid androstendion. Estrogen alamiah yang terpenting adalah Estradiol (E2), Estron (E1),
dan Estriol (E3). Khasiat biologis utama dari estrogen adalah sebagai perangsang sintesis DNA
melalui RNA, pembentuk utusan RNA (messenger RNA), sehingga terjadi peningkatan sintesis
protein.
Estradiol memicu sintesis reseptor FSH di dalam sel-sel granula. Selain itu, estradiol juga
memicu sintesis reseptor LH di sel-sel teka. Adanya khasiat estrogen pada sistem reproduksi
wanita dapat dengan mudah dilihat, tanpa memerlukan pemeriksaan hormon serum atau urin.
Selain itu estradiol juga mengatur kecepatan pengeluaran ovum dan mempersiapkan spermatozoa
dalam genitalia wanita agar dapat menembus selubung ovum.
Progesteron merupakan steroid dengan atom 21 atom C dan terutama dibentuk di dalam
folikel dan plasenta. Selain itu dapat berasal dari metabolisme dari pregnandiol, dan disebut
sebagai progesteron residu, serta dibentuk pula di dalam adrenal. Dengan demikian tampak
bahwa progesteron tidak hanya merupakan satu hormon dasar, melainkan juga sebagai hasil
organ-organ yang membentuk steroid. Penghancuran progesteron terjadi setelah pengubahan
menjadi pregnandiol sebagai glukoronida atau sulfat. Selama fase folikuler kadar progesteron
plasma sekitar 1 ng/ml; sedangkan pada fase luteal 10-20 ng/ml.
Progesteron mempersiapkan tubuh untuk menerima kehamilan, sehingga merupakan
syarat mutlak untuk konsepsi dan implantasi. Semua khasiat progesteron terjadi karena ada
pengaruh estradiol sebelumnya, karena estradiol mensintesis reseptor untuk progesteron.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 5
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
KANKER OVARIUM DAN ASPEK RADIOLOGISNYA
Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel
germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ
lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker
ovarium.
I. Epidemiologi
Kanker ovarium merupakan salah satu dari 7 keganasan tersering di seluruh dunia.
Kanker ovarium merupakan 20 % dari semua keganasan alat reproduksi wanita. Kanker ovarium
atau indung telur memiliki angka kematian yang tinggi, dari 23.100 kasus baru kanker indung
telur, sekitar 14.000 atau separuh lebih wanita meninggal karena penyakit ini.
Kanker epitel ovarium atau dikenal dengan kanker indung telur yang berasal dari sel
epitel merupakan kasus terbanyak dari seluruh kanker indung telur. Kanker epitel ovarium jarang
didapatkan pada wanita berusia < 40 tahun. Puncaknya terjadi pada wanita usia 60-64 tahun.
Angka kejadian kanker epitel ovarium rendah pada negara berkembang. Lebih sering pada
wanita kulit putih daripada kulit hitam.
II. Etiologi
Dikatakan bahwa penyebab dari kanker ovarium adalah multifaktor. Ada beberapa teori
yang mencoba menerangkan penyebab terjadinya kanker ovarium. Teori pertama menerangkan
mengenai trauma minor yang berlangsung terus menerus selama siklus ovulasi (siklus
pengeluaran telur setiap bulannya), teori kedua menerangkan mengenai pajanan indung telur
terhadap hormon gonadotropin dapat meningkatkan risiko keganasan. Teori ketiga menerangkan
mengenai karsinogen (zat yang dapat merangsang terjadinya keganasan) dapat berkontak dengan
indung telur melalui saluran reproduksi.
III. Faktor Resiko
Penyebab kanker ovarium masih diteliti, namun beberapa faktor yang berkaitan dengan
peningkatan risiko dari penyakit ini adalah:
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 6
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
1. Faktor resiko individual
Usia lebih dari 40 tahun, baru memiliki satu anak atau belum memiliki anak, riwayat kanker
payudara atau kanker endometrium sebelumnya dapat meningkatkan angka kejadian kanker
ovarium.
2. Faktor reproduksi
Memiliki anak yang sedikit (kurang dari 3), menopause yang terlambat serta usia menarche
(mens pertama kali) yang terlalu muda merupakan faktor resiko.
Sedangakan faktor yang dapat mengurangi resiko penyakit kanker ovarium antara lain
penggunaan kontrasepsi pil, menyusui, pengikatan saluran tuba, dan histerektomi.
3. Faktor hormonal
Penggunaan hormon eksogen pada pengobatan yang berhubungan dengan menopause dapat
meningkatkan resiko kanker ovarium, selain itu peningkatan berat badan juga berhubungan
dengan peningkatan resiko penyakit ini.
4. Faktor genetik
Menurut dr. I Putu, faktor keturunan menyumbangkan angka 5-10%, sehingga riwayat
keluarga merupakan faktor penting dalam menentukan apakah seorang wanita memiliki resiko
terkena kanker ovarium. Selain itu, wanita dengan riwayat keluarga memiliki kanker
payudara, indung telur, endometrium memiliki peningkatan resiko untuk kanker ovarium.
5. Faktor Lingkungan
Ras kaukasian di negara-negara industri memiliki rata-rata tertinggi terkena penyakit ini. Pola
diet yang kaya daging dan sedikit sayuran telah diteliti meningkatkan insiden penyakit ini.
Konsumsi tembakau juga meningkatkan resiko penyakit ini.
Sedangkan sayur-sayuran mempunyai efek yang menguntungkan, yaitu menurunkan insiden
kanker ovarium. Selain sayur-sayuran, vitamin A dan vitamin C juga dapat menurunkan
resiko kanker ovarium.
IV. Gejala dan Keluhan
Sebanyak 60% wanita yang didiagnosis menderita kanker ovarium sudah memasuki
tahap lanjut dari penyakit ini. Pada umumnya tidak didapatkan gejala dini pada kanker ini,
seandainya ada biasanya samar-samar. Gejala tersebut termasuk diantaranya nyeri pada panggul,
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 7
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
kembung, mudah lelah, penurunan berat badan, konstipasi (sembelit), perdarahan menstruasi
yang tidak teratur.
Yang paling sering adalah keluhan perasaan berat dan tidak nyaman pada perut bagian
bawah disertai nyeri, keluhan ini makin memberat seiring dengan perkembangan penyakit.
Keluhan yang lain adalah sering buang air kecil dan sulit buang air besar, keluhan ini timbul bila
massa tumor telah menekan saluran kencing dan pencernaan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan
adanya suatu massa atau benjolan pada panggul merupakan tanda yang perlu dicurigai.
Sebenarnya, pertumbuhan kanker primer diikuti oleh infiltrasi ke jaringan sekitar yang
menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti sering kembung, nafsu makan menurun,
makan sedikit cepat menjadi kenyang. Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga
perut merupakan ciri khas tumor ovarium ganas yang menghasilkan asites.
V. Klasifikasi
Tentang tumor-tumor neoplastik belum ada klasifikasi yang dapat diterima semua pihak.
Hal ini terjadi karena klasifikasi berdasarkan histopatologi atau embriologi belum dapat
diberikan secara tuntas berhubung masih kurangnya pengetahuan kita mengenai asal-usul
beberapa tumor, dan pula berhubung dengan adanya kemungkinan bahwa tumor-tumor yang
sama rupanya mempunyai asal yang berbeda. Maka atas pertimbangan praktis, tumor-tumor
neoplastik dibagi atas tumor jinak dan tumor ganas, dan selanjutnya tumor jinak dibagi dalam
tumor kistik dan tumor solid.
- Tumor neoplastik jinak
1. Kistik
1.1 Kistoma ovarii simpleks
1.2 Kistadenoma ovarii musinosum
1.3 Kistadenoma ovarii serosum
1.4 Kista endometroid
1.5 Kista dermoid
2. Solid
2.1. Fibroma, leiomioma, fibroadenoma, papiloma, angioma, limfangioma.
2.2. Tumor Brenner
2.3. Tumor sisa adrenal (maskulinovo-blastoma)
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 8
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
- Tumor neoplastik ganas
Tabel 5-1. Klasifikasi Tumor Ovarium Epitelial menurut WHO yang dimodifikasi
I. Tumor Epitelial yang umum: A. Serosa; B. Musinosa; C. Endometrioid; D. Clearcell
(mesonephroid): a. Benigna; b. Borderline malignancy; c. Karsinoma; E. Brenner; F.
Epitelial Campuran; G. Karsinoma tak terdiferensiansi; H. Tumor tidak terklasifikasi
II. Sex-cord stromal tumors; A. Tumor Granulosa-theca cell: a. Benigna; b.Maligna;
B.Androblastoma (Sertoli-Leydig); C. Gynandroblastoma; D. Tidak terklasifikasi
III.Tumor-tumor Lipid cell
IV.Tumor-tumor Germ cell: A. Disgerminoma; B. Tumor Sinus Endodermal (yolk sac
tumor); C. Karsinoma Embrional; D. Poliembrioma; E. Koriokarsinoma; F. Mixed germ
cell tumor; G. Teratoma: 1. immatur; 2. matur (solid atau kistik-kista dermoid); 3.
Monodermal (struma ovarii, karsinoid, struma ovarii dan karsinoi)
Sumber : Manual of Clinical Oncology, UICC 4-th Ed. 1987, p.238
VI. Diagnosis
Apabila pada pemeriksaan ditemukan tumor di rongga perut bagian bawah dan/atau di
rongga panggul, maka setelah diteliti sifat-sifatnya (besarnya, lokalisasi, permukaan, konsistensi,
apakah dapat digerakkan atau tidak), perlulah ditentukan jenis tumor tersebut. Pada tumor
ovarium biasanya uterus dapat diraba tersendiri, terpisah dari tumor; dalam hal ini mioma
subserosum atau mioma intraligamenter dapat menimbulkan kesulitan dalam diagnosis. Jika
tumor ovarium terletak di garis tengah dalam rongga perut bagian bawah dan tumor itu
konsistensinya kistik, perlu dipikirkan adanya kehamilan atau kandung kencing penuh.
Umumnya dengan memikirkan kemungkinan ini, pada pengambilan anamnesis yang cermat dan
disertai pemeriksaan tambahan, kemungkinan-kmungkinan ini dapat disingkirkan.
Di negara-negara berkembang, karena tumor ovarium tidak segera dioperasi, maka tumor
bisa menjadi besar, sehingga mengisi seluruh rongga perut. Dalam hal ini kadang-kadang sukar
untuk menentukan apakah pembesaran perut disebabkan oleh tumor atau asites, akan tetapi
dengan pemeriksaan yang dilakukan dengan teliti, kesukaran ini biasanya dapat diatasi. Jika
terdapat asites, perlu ditentukan sebab asites. Fibroma ovarii (Sindrom Meigs) dan tumor
ovarium ganas dapat menyebabkan asites, akan tetapi asites dapat pula ditentukan oleh penyakit
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 9
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
lain, seperti sirosis hepatis. Pemeriksaan bimanual sebelum atau sesudah fungsi asites bisa
memberi petunjuk apakah ia disebabkan oleh tumor ovarium. Pemeriksaan kimiawi cairan dan
pemeriksaan histologik sedimen cairan dapat membantu dalam pembuatan diagnosis. Pada
tuberkulosis peritonei terdapat pula cairan dalam rongga perut, akan tetapi di sini cairan tidak
bergerak dengan bebas seperti pada asites, karena dibatasi oleh perlekatan-perlekatan.
Apabila sudah ditentukan bahwa tumor yang ditemukan ialah tumor ovarium, maka perlu
diketahui apakah tumor itu bersifat neoplastik atau non-neoplastik.
Tumor non-neoplastik akibat peradangan umumnya dalam anamnesis menunjukkan
gejala-gejala ke arah peradangan genital, dan pada pemeriksaan tumor-tumor akibat peradangan
tidak dapat digerakkan karena perlekatan. Kista non-neoplastik umumnya tidak menjadi besar,
dan di antaranya pada suatu waktu biasanya menghilang sendiri.
Jika tumor ovarium itu bersifat neoplastik, timbul persoalan apakah tumornya jinak atau
ganas. Tidak jarang dalam hal ini tidak dapat diperoleh kepastian sebelum dilakukan operasi,
akan tetapi pemeriksaan yang cermat dan analisis yang tajam dari gejala-gejala yang ditemukan
dapat membantu dalam pembuatan diagnosis diferensial.
Diagnosa kanker ovarium dapat ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan
fisik ginekologi, serta pemeriksaan penunjang.
1. Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul
berhubungan dengan peningkatan masa tumor, penyebaran masa tumor pada permukaan
serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh di perut, serta cepat merasa
kenyang sering berhubungan dengan kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah
mudah lelah, perut membuncit, sering kencing, dan nafas pendek akibat efusi pleura dan
asites yang masif.
Dalam melakukan anamnesis perlu diperhatikan umur penderita dan faktor resiko
terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista
fungsional yang kecil (1-2cm) akibat pengaruh dari hormon ibu. Kista ini mestinya
menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan menjadi peningkatan
insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan
disgerminoma.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 10
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara
umum, akan terjadi peningkatan resiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan
45% setelah menopause. Pada wanita muda tumor jinak 5 kali lebih sering dibanding tumor
ganas. Pada wanita post-menopause perbandingan tumor ganas dan jinak adalah 2 : 1.
Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus, payudara,
dan traktus gastrointestinal.
2. Pemeriksaan fisik ginekologi
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan
ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari masa tumor. Pada pemeriksaan rektovaginal
untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium,
kavum dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat
tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara.
Hasil yang paling sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga
pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemriksaan fisik yang mampu membedakan jinak atau
ganas. Namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan
licin, unilateral, dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran
massa padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga
abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya
asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan.
3. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang merupakan pemeriksaan yang dapat menolong dalam
pembuatan diagnosis yang tepat, antara lain :
1) Ultrasonografi
Merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis suatu
tumor ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa
internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites.
Selain itu, Pemeriksaan ini juga dapat menentukan letak dan batas tumor, apakah
tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing, apakah tumor kistik atau
solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 11
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Ultrasonografi transvaginal lebih baik daripada transabdominal karena
memberikan resolusi yang lebih tajam. Namun, gambaran yang dihasilkan terbatas dan
tidak dapat digunakan pada pasien yang masih virgin.
2) MRI
MRI dengan Gadolinium memberi penilaian lebih jelas terhadap massa pada alat
ginekologi dibandingkan CT scan. MRI tidak perlu pada kebanyakan kasus dikarenakan
harganya mahal dan tingkat sensitifitas serta spesifitasnya tidak lebih baik dibandingkan
dengan ultrasonografi..
3) CT scan
Dapat untuk memeriksa isi abdomen dan retroperitoneum pada penyakit ovarium
ganas. CT scan juga dapat digunakan sebagai pemandu dilakukannya biopsi pada kanker
ovarium. Saat ini CT scan jga sudah menjadi pilihan untuk menentukan jenis-jenis
stadium dari kanker ovarium. CT scan sebagai penentu stadium kanker ovarium ini akan
dibahas lebih lanjut di pembahasan selanjutnya.
4) Laparoskopi
Pemeriksaan laparoskopik ini sebenarnya sangat berguna untuk mengetahui
apakah sebuah tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk mengetahui sifat-sifat
tumor itu.
5) Foto Roentgen
Fato roentgen dapat menentukan ada tidaknya kemungkinan tumor-tumor bukan
dari ovarium yang terletak di daerah pelvis, antara lain ginjal ektopik, limpa bertangkai
dan tumor sigmoideum.
Gambaran yang dilihat terhadap suatu massa di ovarium:
- Komponen kista uni atau multiloculated
- Septa atau dinding tebal
- Adanya gumpalan darah, daerah solid di antara kista
- Dinding yang tidak beraturan atau batas yang tidak jelas
- Adanya asites
- Penyebaran lokal atau metastase jauh
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 12
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Tidak ada suatu tanda khas yang langsung berhubungan dengan keganasan, tetapi
adanya asites, ukuran besar, komponen solid dan dinding yang tidak beraturan diduga
merupakan suatu keganasan. Diagnosis dengan analisis gambaran ultrasound memiliki tingkat
akurasi 80-90 % dalam membedakan tumor jinak dengan ganas
Tabel 6-1. Tumor ovarium
Gambaran jinak Gambaran ganas
Ukuran < 10 cm Ukuran > 10 cm
Dinding yang licin Dinding tidak beraturan atau batas tidak jelas
Kista unilocular,
Multilocular dengan septa tipis
Kista complex dengan komponen solid,
ada asites
Hanya memiliki suatu massa Nodul/nodus metastase
Dapat digerakkan Terfiksasi ke pelvis atau omentum
Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan
asites yang disertai massa di pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista bila
dinding kista tertusuk. tindakan tersebut dapat mencemarkan kavum peritonei dengan isi
kista.
Serum CA 125 merupakan penanda tumor yang paling sering digunakan dalam
penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian juga
telah diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis germinal, antara lain alfa-fetoprotein
(AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like
alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionik gonadotropin (hCG).
Tabel 6-2. Penanda tumor untuk kanker ovarium
Penanda Tumor % Positif
Antigen karsino-embrionik Karsinoma serosum
Karsinoma musinosum
50-70
25-50
Alfa-fetoprotein Sinus endodermal
Teratoma imatur
80-90
20-25
Gonadotropin korionik manusia Koriokarsinoma
Disgerminoma
Sebagian besar
5-35
Antigen epitel umum (CA-125) Tumor epitel umum 80
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 13
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Tabel 6-3. Petanda tumor ganas sel germinal ovarium (dikutip dari Hurteau)
Histologi AFP hCG
Disgerminoma - ±
Yolk sac tumor + -
Teratoma imatur ± -
Mixed germ cell tumor ± ±
Korokarsinoma - +
Karsinoma embrional ± +
Poliembrioma ± +
VI. Penetapan tingkat klinik keganasan (stadium kanker ovarium)
Secara Internasional diakui 2 sistem klasifikasi yang keduanya umum digunakan, ialah
sistem TNM dari UICC ( Union Internationale Contra le Cancer) dan sistem FIGO (Federation
Internationale de Gynecologie et d’Obstetrigue). Saat ini, penentuan stadium kanker dapat
menggunakan alat bantu CT scan atau MRI sebagai alat bantu alternatif. CT scan di beberapa
negara sudah menjadi alat bantu pilihan untuk menentukan stadium kanker ovarium dengan
mengadopsi klasifikasi FIGO.
Tabel 7-1. FIGO staging classification in ovarian cancer
TNM FIGO Tumor
Tx Normal
To Tumor tidak terlihat
T1N0M0* Stadium I** Terbatas pada satu atau dua ovarium.
± asites
T2N0M0* Stadium II** Mengenai satu atau dua ovarium dan mengalami
perluasan ke panggul.
± asites
T3 atau T N1M0 Stadium III** Mengenai satu atau dua ovarium dan mengalami
perluasan sampai ke luar panggul (ke rongga
peritoneal).
T N M1 Stadium IV Metastase ke alat-alat jauh
Ket : stadium T1-T3* dan stadium I-III** dibagi lagi menjadi 3 subgrup (a-c).
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 14
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Tabel 7-2. Klasifikasi tingkat keganasan kanker ovarium menurut UICC dan FIGO
UICC FIGO KriteriaT1 Stadium I Terbatas pada ovarium
T1a IA Terbatas pada satu ovarium, tanpa asites
T1b IB Mengenai kedua ovarium, tanpa asites
T1c IC Mengenai kedua ovarium, dengan asites
T2 Stadium II Mengenai satu atau dua ovarium dan perluasan ke panggul
T2a IIA Mengenai uterus dan atau tuba, tanpa asites
T2b IIB Mengenai jaringan panggul lainnya, tanpa asites
T2c IIC Mengenai jaringan panggul lainnya, dengan asites
T3 Stadium III Mengenai satu atau dua ovarium dengan perluasan ke usus
halus dan atau omentum atau ke luar panggul (rongga
peritoneal) termasuk ke permukaan hati dan atau ke kelenjar
retroperitoneal
IIIA Terbatas pada panggul, dengan asites yg besar
IIIB Mengenai ≤ 2 cm rongga peritoneal, dengan asites
IIIC Mengenai > 2 cm rongga peritoneal dan atau rongga
retroperitoneal atau kelenjar retroperitoneal, dengan
asites
M1 Stadium IV Mengenai satu atau dua ovarium, dengan metastase
jauh, metastase ke parenkin hati, pleura efusi dengan
pleura abnormal
Sumber: UICC Manual of Clin. Oncol, 4-th Ed, Fully Rev, 1987, p.240.
VIII. Terapi Tumor Ganas Ovarium
Untuk tumor ganas ovarium pembedahan merupakan pilihan utama. Pada tingkatan awal,
prosedur adalah TAH + BSO + OM + APP (optional). Luas prosedur pembedahan ditentukan
oleh insidensi dari seringnya penyebaran ke sebelah yang lain (bilateral) dan kecenderungan
untuk menginvasi badan rahim (korpus uterus).
Biopsi di beberapa tempat, seperti omentum, kelenjar getah bening para maupun pre-
aortal dan area sub-diafragmatika, amatlah penting. Biopsi menggunakan bantuan pencitraan
radiologi merupakan kontribusi baru dalam menangani kanker ovarium. Biasanya biopsi diambil
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 15
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
dari omentum atau massa di rongga peritoneal dengan bantuan CT scan atau sonografi dan
memakai jarum ukuran 18 (18-gauge core needles). Prosedur ini dikatakan aman dan
memberikan spesifitas mencapai 90%.
Pembedahan amat penting sebagai tindakan primer pada penderita dengan penyakit yang
ekstensif yaitu dengan mengangkat sebanyak mungkin jaringan tumor, bila keadaan
memungkinkan meskipun tidak semua jaringan tumor dapat diangkat seluruhnya (debulking).
Dengan debulking (bulk reductive surgery) memungkinkan kemo maupun radioterapi menjadi
lebih efektif.
1. Radioterapi
Sebagai pengobatan lanjutan umumnya digunakan pada tingkat klinik T1 dan T2
(FIGO: Tingkat I dan II), yang diberikan kepada panggul saja atau seluruh rongga perut. Juga
radioterapi dapat diberikan kepada penyakit yang tingkatannya agak lanjut, tetapi akhir-akhir
ini banyak diberikan bersama kemoterapi, baik sebelum atau sesudahnya sebagai adjuvans,
radio-sensitizer maupun radio-enhancer.
Di banyak center, radioterapi dianggap tidak lagi mempunyai tempat dalam
penanganan tumor ganas ovarium. Pada tingkat klinik T3 dan T4 (FIGO) dilakukan debulking
dilanjutkan dengan kemoterapi. Radiasi untuk membunuh sel-sel tumor yang tersisa, hanya
efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar (radiosensitif) seperti disgerminoma dan
tumor sel granulosa.
2. Kemoterapi
Sekarang kemoterapi telah banyak diakui dalam penangan tumor ganas ovarium.
Sejumlah obat sitostatika telah digunakan, termasuk agens alkylating (seperti
cyclophospamide, chlorambucil), antimetabolit (seperti MTX/Metotrexate dan 5
Fluorouracil/5-FU), antibiotika (seperti Adriamisin) dan agens lain (seperti Cis-Platinum).
Berbagai kombinasi dari agens telah digunakan yang ternyata dapat menunjukkan potensi
yang berarti.
Kemoterapi dapat mempengaruhi fungsi ovarium dan dan meningkatkan resiko
timbulnya keganasan di tempat lain. Maka dari itu penggunaan kemoterapi harus
memperhatikan dosis yang aman bagi penderita.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 16
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Tabel 8-1. Kombinasi regimen kemoterapi untuk tumor ganas ovarium
Regimen Kombinasi Dosis
VAC Vinkristin
Aktinomisin D
Cyclophosphamide
1-1,5 mg/m2 hari I siklus
0,54 mg/hari pada hari 1-5 tiap minggu
5-7 mg/hari pada hari 1-5 tiap minggu
VBP Vinblastin
Bleomisin
Cisplastin
0,3 mg/kg dalam dosis terbagi, hari 1 dan 2
15 mg pada hari 1-5 (infus)
100mg/m2 pada hari I, ulangi 3-4 minggu kemudian
BEP Bleomisin
Etoposide
Cisplastin
10-15mg/hari, hari 1-3 (Drip)
100mg/m2/hari, hari1-3
100mg/m2 pada hari 1
Pengamatan lanjut
Untuk tumor ganas ovarium follow up control adalah sebagai berikut:
Sampai 1 tahun setelah penanganan, setiap 2 bulan,
Kemudian sampai 3 tahun setelah penanganan, setiap 4 bulan,
Kemudian sampai 5 tahun setelah penanganan, setiap 6 bulan,
Seterusnya setiap tahun sekali
IX. Tumor ganas ovarium (kanker ovarium)
A. Tumor-tumor epitelial ovarium
Tumor epitelial ovarium merupakan kasus terbanyak dari semua tumor ovarium. Ada 2
jenis: serosa dan musinosa. Keduanya cenderung untuk tumbuh bilateral dan berimplantasi di
rongga peritoneum. Perubahan ke arah ganas terjadi pada yang berjenis serosa.
Kistadenokarsinoma papiliferum pseudo-musinosa merupakan satu variasi dari tumor dengan
kemungkinan penyebaran lokal yang tinggi. Tumor-tumor endometrioid, mesonephroid dan
Brenner adalah jarang.
Gambaran radiologis kistadenokarsinoma : adanya kista kompleks dengan berbagai
ukuran komponen solid dan adanya invasi lokal. Biasa ditemukan metastase dan asites. Asites
menunjukkan adanya penyebaran yang cepat.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 17
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
B. Tumor-tumor stroma sex-cord
Diduga bahwa tumor ini berasal dari mesenkim gonad, yang potensial mampu
mendiferensiasi ke dalam struktur gonad laki-laki dan perempuan, hingga tumor dapat
mengakibatkan munculnya tanda-tanda maskulinisasi atau feminisasi pada penderitanya.
Androblastoma atau tumor yang berasal dari mesenkim akan mendiferensiasi ke dalam
struktur gonad laki-laki :
1. Arrhenoblastoma
2. Tumor Sertoli Cell
3. Tumor Sel Granulosa
4. Tumor Sel Theca
C. Tumor-tumor Sel Germinal
Tumor ini berasal dari sel germinal dan derivatnya. Pada prinsipnya tumor ganas ini
terjadi pada remaja dan wanita usia muda. Tumor ini memiliki pertumbuhan yang cepat,
kebanyakan penderita menunjukkan massa pada perut dan rasa nyeri.
1) Disgerminoma
Disgerminoma merupakan tumor ganas sel ovarium yang tersering. Secara
maksroskopik biasanya bilateral 10-15% kasus, dan secara mikroskopik dapat disertai
penyebaran ke ovarium kontralateral pada 10% kasus. Disgerminoma lebih sering
menyebar secara limfogen dibandingkan dengan tumor ganas sel germinal lainnya.
Biasanya terdapat pada wanita muda dan sangat radiosensitif.
Secara maksroskopis disgerminoma merupakan tumor dengan konsistensi padat,
berlobus-lobus, permukaan rata/halus, dengan fokus-fokus perdarahan dan neksrosis.
Secara mikroskopik disgerminoma menyerupai seminoma testis. Tumor terdiri dari sel
vesikuler besar dengan sitoplasma jernih mirip dengan sel primordial, dengan satu atau
lebih nukleoli besar.
Penyakit dengan stadium awal dapat dilakukan salfingoooferektomi unilateral
dengan mempertahankan oterus dan ovarium kontralateral. Menurut slayton, dkk pada
stadium lanjut dapat dilakukan pembedahan sitoreduksi dengan menggunakan regimen
kombinasi vinkristin, aktinomisin D, dan siklofosfamid (VAC). Dilaporkan pada
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 18
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
penderita disgerminoma stadium II dan III yang dilakukan reseksi komplit, keberhasilan
kemoterapi mencapai 95%. Pemberiaan radioterapi pasca bedah ini dikarenakan tumor
ini sangat radiosensitif dan radiocurable.
Penderita disgerminoma dengan satdium IA dapat dilakukan pembedahan dan
kemudian diawasi secara ketat tanpa pemberian terpi adjuvan. Penderita dengan satdium
lebih tinggi harus diberikan terapi adjuvan, baik radioterapi ataupun kemoterapi.
Walaupun disgerminoma sangat sensitif terhadap radioterapi, akan tetapi radioterapi
dapat menyebabkan hilangnya fungsi reproduksi akibat rusaknya ovarium. Karena itu
radioterapi telah digantikan dengan kemoterapi.
2) Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu
membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Teratoma dibagi dalam tiga
kategori yaitu teratoma matur (jinak), teratoma imatur dan teratoma monodermal.
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga tersering etelah
disgerminoma dan tumor sinus endodermal.
Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid. Umunya
teratoma kistik adalah jinak dan yang padat atau solid adalah ganas. Teratoma ganas
biasanya ditemukan pada anak-anak dan pada masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat
dan punya prognosis yang buruk.
Pada pemeriksaan klinik ditemukan tumor di samping uterus, kadang kala
disertai perdarahan uterus dan asites. Tumor sering bilateral, mengadakan penyebaran di
daerah sekitarnya sampai daerah panggul. Gamabaran makroskopik berupa tumor yang
besar unilateral dengan diamter 18 cm, permukaan rata dan licin. Adanya rambut dapat
ditemukan pada 2/5 kasus, gigi jarang ditemukan, tetapi tulang, tulang rawan dan
kalsifikasi sering ditemukan.
Terapi: pembedahan dengan kemoterapi sebelum atau sesudahnya.
3) Tumor Sinus Endodermal (yolk sac tumor)
Berasal dari yolk sac atau saccus vitellinus, umumnya ditemukan pada gadis atau
wanita muda (20 tahun), dan sangat ganas.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 19
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
4) Karsinoma embrional
Karsinoma embrional murni jarang ditemukan diantara tumor sel germinal
ovarium. Tumor ini analog dengan karsinomaembrional testis. Ditemukan pada usia 4-28
tahun. Pada penampakan makroskopik, didapatkan tumor kistik, bulat, berkapsul dan
lunak, dapat ditemukan bagian hemoragik dan nekrosis, dengan ukuran rat-rata 17cm.
5) Khoriokarsinoma
Koriokarsinoma ovarium bisa ditemukan sebagai koriokarsinoma murni
(tunggal) atau lebih sering sebagai bagian dari suatu tumor sel germinal campuran.
Penentuan ini penting artinya, karena bila murni lebih mungkin tumor berasal dari hasil
konsepsi dari pada nongestational. Koriokarsinoma ini kemungkinan merupakan suatu
metastase dari uterus atau tuba. Koriokarsinoma non gestational kurang sensitif terhadap
radioterapi atau kemoterapi.
Secara maksroskopik koriokarsinoma sering terdiri atas 2 jenis sel, sitotrofoblast
dan sinsitiotrofoblas.
6) Poliembrional
Jenis ini sangat jarang, mengandung komponen embrional bodies yang
berasal dari sel embrional normal. Kebanyakan tumor ini berkaitan dengan tumor sel
germinal lainnya terutama teratoma. Poliembrional merupakan neoplasma sel germinal
dengan tingkat keganasan yang tinggi. Tumor ini radioresisten.
7) Mixed germ cell tumor
Tumor ganas mixed germ cell terdiri dari dua atau lebih tipe neoplasma sel
germinal yang berbeda. Umur penderita berkisar 5-33 tahun, dan lebih dari sepertiganya
terjadi sebelum pubertas. Biasanya berukuran besar, unilateral tetapi penampakannya
tergantung tipe tumor sel germinal yang dominan.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 20
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
D. Tumor Ovarium Sekunder
Ovarium merupakan salah satu alat tubuh yang paling sering terkena metastase
dibandingkan dengan alat kelamin lain. Metastase itu berasal dari:
1. Karsinoma alat tubuh pelvis lain melalui saluran limfe atau per continuitatum. Gambaran
histologik pada ovarium menyerupai tumor asalnya.
2. Karsinoma dari saluran pencernaan bagian atas, yaitu lambung, saluran empedu dan
pankreas.
Diagnosis tumor ganas ini sering dibuat sesudah laparotomi atau indikasi ditemukannya
tumor ovarium. Agar tindakan yang benar tidak terlambat dilakukan, seharusnya dilakukan
pemeriksaan histologi Frozen Section. Pada laparotomi juga tidak boleh dilupakan pembilasan
kavum peritonei untuk melihat ada atau tidaknya sel ganas.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 21
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
KESIMPULAN
Tingkat kematian kanker ovarium pada kasus keganasan ginekologi cukup tinggi.
Kanker ovarium dikenal sebagai penyakit silent killer dikarenakan kanker ovarium baru menimbulkan
keluhan apabila telah menyebar ke rongga peritoneum dan gejala yang ditimbulkan umumnya juga
tidak khas.
Dalam menegakkan diagnosa kanker ovarium diperlukan beberapa pemeriksaan tambahan
lainnya. Pemeriksaan radiologis merupakan cara pemeriksaan sekaligus cara evaluasi, yang
memegang peranan penting di samping pemeriksaan laboratorium, dan pemeriksaan klinis lainnya.
Pemeriksaan radiologis yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut:
- Ultrasonogarfi (USG)
- CT scan
- MRI
- Laparaskopi
- Foto roentgen
Pembedahan merupakan pilihan utama dalam menangani kanker ovarium. Pembedahan
dilakukan dengan mengangkat sebanyak mungkin jaringan tumor, bila keadaan memungkinkan
meskipun tidak semua jaringan tumor dapat diangkat seluruhnya (debulking). Dengan debulking
(bulk reductive surgery) kemungkinkan kemoterapi maupun radioterapi menjadi lebih efektif.
Saat ini peranan bidang radiologi terhadap kanker ovarium sudah mengalami banyak
kemajuan di berbagai aspek. Dalam memprediksi tingkat keganasan kanker ovarium peranan CT scan
dan MRI sudah banyak memberikan kontribusi. CT scan dan sonografi juga dapat dijadikan sebagai
alat pencitraan untuk menuntun biopsi massa di rongga peritoneal. Sedangkan dalam bidang terapi
kanker ovarium, radioterapi dapat digunakan sebagai pengobatan lanjutan. Radiasi berguna untuk
membunuh sel-sel tumor yang tersisa, efektif pada jenis tumor yang peka terhadap sinar
(radiosensitif) seperti disgerminoma dan tumor sel granulosa.
.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 22
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
DAFTAR PUSTAKA
1. Himawan, Sutisna. 1973. Kumpulan Kuliah Patologi. Jakarta : Bagian Patologi Anatomik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. Patel, Pradid. 2006. Lecture Notes Radiologi. Jakarta : Penerbir Erlangga.
3. Prawirohardjo. 2008. Ilmu Kebidanan. Jakarta PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirihardjo.
4. Sutarto, Ade, dkk. 2010. Radiologi Diagnostik. Jakarta : Balai Penerbit FK UI.
5. Sutton, David. 1992. Textbook of Radiology and Medical Imaging (fifth edition). Great Britain :
Churchill Livingstone.
6. http://www.emedicine.com/radio/topic511.htm
7. http://www.emedicine.com/med/topic1699.htm
8. http://www.emedicine.com/med/topic565.hhtm
9. http://www.emedicine.com/med/topic76.htm
LAMPIRAN
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 23
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 24
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Gambar sel telur yang keluar dari ovarium
Gambaran anatomi kanker ovarium
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 25
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Figure 11. Pathway of imaging in investigation of suspected ovarian cancer.
Transvaginal dan Doppler sonogram dari kanker ovarium tingkat pertama. Perhatikan
penebalan dan dinding yang tidak teratur dari tumor adneksa kiri.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 26
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Transvaginal Doppler sonogram menunjukkan massa solid pada ovarium kiri. Aliran impedansi yang
rendah (low impedance flow) terlihat di antara massa ini, yaitu Clear Cell Carcinoma dari ovarium.
Gambaran Color Doppler menunjukkan vaskularitas di antara septa-septa. Warna merah dan biru
menunjukkan aliran darah ke dan dari transducer. Resistive indexnya rendah. Histologi: suatu
Kistadenokarsinoma Musinosum dengan potensi keganasan rendah.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 27
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 28
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 29
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 30
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 31
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Figure 1. CT of the upper abdomen in a woman with stage IIIC ovarian cancer showing tumour filling
the supracolic spaces between the spleen and stomach both of which have extensive serosal disease.
Such tumour bulk suggests unsuccessful cytoreductive surgery.
Figure 2. CT of a patient with stage IIIC ovarian cancer showing bulky high retroperitoneal
lymphadenopathy again beyond the scope of cytoreductive surgery.
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 32
Kanker Ovarium dan Aspek Radiologisnya Nivi Chandiawati(406100121)
Figure 3. CT guided biopsy of a woman with a large omental cake, other peritoneal tumour and
bilateral solid ovarian masses but no ascites. Histology: non-Hodgkin lymphoma.
Figure 4. Ultrasound guided biopsy of a large omental cake showing echogenic needle track (courtesy
of Dr Michael Weston).
Kepanitraan RadiologiRSUD KudusPeriode 06 Desember 2010 – 08 Januari 2011 33