tht paper (ca nasofaring) agung

29
Karsinoma Nasofaring KARSINOMA NASOFARING PENDAHULUAN Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Angka kejadiannya lebih dari separuh kejadian semua karsinoma di daerah kepala dan leher. Indisen yang tinggi ini dihubungkan dengan kebiasaan makan, lingkungan dan Virus Epstein-Barr. (1,2) Kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal ( 18 % ), laring ( 16 % ) dan tumor ganas rongga mulut, tonsil, hipofaring dalam presentase rendah. Berdasarkan data laboratorium patologi anatomi tumor ganas tubuh manusia bersama tumor ganas serviks uteri, tumor payudara, tumor getah bening dan tumor kulit. (1) Diagnosis menentukan prognosis penderita namun cukup sulit dilakukan karena nasofaring tersembunyi di belakang tabir langit-langit terletak dibawah dasar tengkorak serta berhubungan dengan banyak daerah KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam 1

Upload: yosafatwibisono

Post on 02-Jan-2016

64 views

Category:

Documents


17 download

TRANSCRIPT

Page 1: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

KARSINOMA NASOFARING

PENDAHULUAN

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas daerah

kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia. Angka

kejadiannya lebih dari separuh kejadian semua karsinoma di

daerah kepala dan leher. Indisen yang tinggi ini dihubungkan

dengan kebiasaan makan, lingkungan dan Virus Epstein-Barr.(1,2)

Kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus

paranasal ( 18 % ), laring ( 16 % ) dan tumor ganas rongga

mulut, tonsil, hipofaring dalam presentase rendah. Berdasarkan

data laboratorium patologi anatomi tumor ganas tubuh manusia

bersama tumor ganas serviks uteri, tumor payudara, tumor

getah bening dan tumor kulit.(1)

Diagnosis menentukan prognosis penderita namun cukup

sulit dilakukan karena nasofaring tersembunyi di belakang tabir

langit-langit terletak dibawah dasar tengkorak serta

berhubungan dengan banyak daerah penting di dalam tengkorak

dan ke lateral maupun ke posterior leher.(3)

Oleh karena letak nasofaring tidak mudah di periksa oleh

mereka yang bukan ahli, seringkali tumor ditemukan terlambat

dan telah bermetastasis ke leher.(3,4,7,8)

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

1

Page 2: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

ANATOMI NASOFARING

Gambar Anatomi Nasofaring

Nasofaring berhubungan erat dengan sinus sphenoid,

fossa nasalis, foramen pada dasar tengkorak. Tuba eustachius

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

2

Page 3: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

membuka ke dalam dinding lateral nasofaring. Di antara tulang

rawan, mulai dari bagian pertengahan tuba eustachius sampai

akhir dinding belakang adalah fossa Rossen-Muller. Histologi

epitel nasofaring pada orang dewasa memiliki peranan yang

sangat penting dalam penelitian. Teori menunjukkan bahwa

karsinoma ini dapat berkembang dalam epitel yang mengalami

metaplasia skuamosa. Tidak diketahui mengapa metaplasia ini

lebih banyak pada masyarakat kanton dari pada orang kulit

putih.(1,2,3,4)

FISIOLOGI NASOFARING

Fungsi utama nasofaring adalah sebagai lubang tabung

kaku dan terbuka untuk udara pernafasan. Pada waktu menelan,

muntah, bersendawa dan tercekik nasofaring akan terpisah

dengan sempurna dari orofaring karena palatum molle terangkat

sampai ke dinding posterior orofaring. Nasofaring juga

merupakan saluran ventilasi dari telinga tengah melalui tuba

eusthacius, juga sebagai ruang resonansi dalam pembentukkan

suara.

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

3

Page 4: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

DEFINISI

Menurut Bahasa

Karsinoma berasal dari bahasa yunani : karkinoma dari

karkinos yang berarti kepiting atau kanker. Sehingga karsinoma

dapat diartikan sebagai pertumbuhan ganas yang baru terdiri

dari sel – sel epithelial yang cenderung menginfiltrasi jaringan

sekitarnya dan menimbulkan metastase.

Menurut istilah

Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang

timbul pada epithelial pelapis ruangan di belakang hidung

(nasofaring) dengan predileksi di fossa Russenmuller dan atap

nasofaring

EPIDEMIOLOGI

Karsinoma nasofaring menjadi penyebab kematian utama

pada sebagian besar populasi di Asia Tenggara, di Cina Selatan,

karsinoma nasofaring merupakan tumor terbanyak pada laki-laki,

dengan insiden rata-rata sekitar 40/100.000, insiden terbanyak

ditemukan di daerah Cina, khususnya di propinsi Kwangtung

Republic Rakyat Cina.(4,10)

Pada ras mongoloid kanker nasofaring insidennya cukup

tinggi, sehingga tidaklah mengherankan pada penduduk Cina

Bagian Selatan, kemudian Hongkong, Vietnam, Thailand,

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

4

Page 5: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

Malaysia, Singapura dan Indonesia banyak ditemukan kasus ini.

(1,4)

Selain itu cukup banyak kasus karsinoma nasofaring di

Yunani, Afrika Bagian Utara seperti Aljazair, Tunisia, pada orang

Eksimo, Alaska dan Greenland, penyebabnya diduga adalah

karena memakan makanan yang diawetkan pada musim dingin

dengan menggunakan bahan pengawet nitrosamin.(1)

Di Indonesia frekuensi penderita ini hampir merata di

setiap daerah, seperti Jakarta, Ujung pandang, Palembang,

Denpasar, Padang, Bukit Tinggi, Medan, semarang, Surabaya dan

lain-lain.(1,8,9)

ETIOLOGI

Etiologi karsinoma nasofaring ini masih belum diketahui

secara pasti. Secara umum, karsinoma nasofaring terjadi sebagai

akibat pengaruh genetik dan lingkungan, seperti zat karsinogen

dan infeksi virus Epstein-Barr ( EBV ).(4)

Hal ini didukung oleh adanya faktor genetik yang

berhubungan dengan karsinoma nasofaring, yaitu HLA-A2 dan

HLA-Bsin2 ( paling banyak ditemukan pada orang daerah Cina

Selatan tetapi jarang di dapatkan pada ras kaukasoid ). Selain itu

telah berhasil diidentifikasi abnormalitas pada berbagai

kromosom, termasuk didalamnya kromosom 1, 2, 3, 4, 5, 6, 8, 9,

11, 13, 14, 15, 16, 17, 22 dan X.(4)

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

5

Page 6: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

Faktor lingkungan dan kultur yang berhubungan dengan

karsinoma nasofaring termasuk didalamnya adalah kebiasaan

dari orang kanton yang memakan ikan yang diasinkan dan

mengawetkan makanan dengan bahan pengawet nitrosamin

( hal ini telah di konsumsi sejak masa kanak-kanak ). Bukti

ditemukannya DNA-EBV pada hampir setiap kasus karsinoma

nasofaring menjadikan pengangan bagi para ahli untuk membuat

kesimpulan bahwa keganasan yang terjadi adalah akibat

ekspansi pembelahan pada sel yang diakibatkan EBV. Hal ini

memberikan indikasi bahwa EBV muncul dalam sel pada saat

terjadinya transformasi sel menjadi ganas dan menunjukkan

peranan virus tersebut terhadap perkembangan awal terjadinya

proses keganasan pada nasofaring.(4,7)

GEJALA DAN TANDA-TANDA

Gejala yang timbul oleh tumor nasofaring beraneka ragam,

tidak ada gejala pasti yang khusus untuk tumor nasofaring

karena tumor primer itu sendiri dalam nasofaring kadang tidak

menimbulkan gejala. Tumor nesofaring dapat, menimbulkan

gejala-gejala hingga penderita datang berobat keberbagai ahli.(4)

Tumor ini baru menimbulkan gejala bila sudah ada

penyebaran.

1. Gejala nasofaring ( tumor primer )

Asimptomatik.

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

6

Page 7: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

Hidung tumpat

Epistaksis ringan

Untuk itu nasofaring harus diperiksa dengan cermat,

kalau perlu dengan nasofaringoskop. Karena sering

gejala belum ada sedangkan tumor sudah bertumbuh

atau tumor tidak nampak karena masih terdapat

dibawah mukosa ( creeping tumor ).(2,3,4)

2. Gangguan pada telinga/pendengaran.

Merupakan gejala dini yang timbul karena tempat asal

tumor dekat muara tuba eustachius ( fossa Rossen-

Muller ) hingga tuba tertutup. Gangguan dapat berupa :

Tinnitus

Tuli (deafness ) akibat timbulnya otitis media serosa

Rasa tidak nyaman di telinga sampai rasa nyeri

( otalgia ).

Tidak jarang penderita dengan gangguan pendengaran

ini baru kemudian disadari bahwa penyebabnya adalah

karsinoma nasofaring.(2,4,10)

3. Gejala mata dan syaraf

Infiltrasi dasar tengkorak

Merupakan gejala karsinoma. Penjelasan melalui

fenomena laserum akan mengenai syaraf otak N. III,

N VI dapat pula ke N. V dapat menimbulkan gejala :

Diplopia

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

7

Page 8: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

Juling

Neuralgia terminal.(2,4)

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

8

Page 9: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

Gambaran Ca Nasofaring

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

9

Page 10: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

Penderita datang dengan keluhan juling bila melirik

kekanan bengkak leher sebelah kanan sejak dua bulan, tidak

nyeri. Tidak ada keluhan lain. Pada pemeriksaan terdapat massa

kalenjer limfe-3 dan paralysis N. VI kanan. Biopsi nasofaring

memastikan diagnosis karsinoma dengan penyebaran kalenjer

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

10

Page 11: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

limfe ( N3 ) dan penyusupan ke dasar tengkorak

( petrosfenoidal ).(2,4,10)

a. Pada pandangan lurus kedepan tampak normal

b. Penderta melirik kekanan, mata kanan tidak bergerak ke

kanan

c. Penderita melirik kekiri, tidak ada gangguan gerakan bola

mata.(2)

Infiltrasi para faring

Yaitu tengkorak lateral dan belakang tumor masuk

menjalar, sepanjang dasar tengkorak dapat merusak

syaraf-syaraf yang melalui foramen jugularis yaitu N.

IX, X, XI dan XII sehingga menimbulkan paralise

matorik atau sensorik pada faring dan laring.(2)

Pembengkakkan leher

Tiga dari empat penderita tumor nasofaring

mengalami pembengkakkan pada leher, ini

merupakan gejala utama hampir 50 % penderita.

Oleh tumor dalam nasofaring tidak menimbulkan

gejala, satu-satunya keluhan penderita ialah

pembengkakkan pada leher. Menghadapi penderita

demikian maka nasofaring penderita harus diperiksa.

Sebelum dilakukan biopsi kalenjar leher yang

membesar pada daerah nasofaring yang

mencurigakan harus dilakukan biopsi lebih dahulu.(2)

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

11

Page 12: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

HISTOPATOLOGI

Telah disetujui oleh WHO bahwa hanya 3 bentuk karsinoma

( epidermoid ) pada nasofering, yaitu :

1. Karsinoma sel skuamosa Berkeratinisasi

2. Karsinoma tidak berkeratinisasi

3. Karsinoma tidak berderiferenisasi

Semua yang kita kenal selama ini dengan limf epiteloma,

sel transisionil, sel spindle, sel clear, anaplstik dan lain-lain

dimasukkan dalam kelompok tidak berdiferenisasi.(4)

STADIUM

Untuk penentuan stadium dipakai system TNM menurut

UICC (1992) : (2,3,4)

T = Tumor primer

T0 = Tidak tampak tumor

T1 = Tumor terbatas pada satu lokalisasi ( lateral /

postero superior atap dan lain-lain )

T2 = Tumor terdapat pada dua lokalisasi atau lebih

tetapi masih terbatas didalam rongga nasofaring

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

12

Page 13: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

T3 = Tumor telah keluar dari rongga nasofaring (ke

rongga hidung atau orofaring dan sebagainya )

T4 = Tumor telah keluar dari nasofaring dan telah

merusak tulang tengkorak atau mengenai syaraf-syaraf

otak

TX = Tumor tidak jelas besarnya karena pemeriksaan

tidak jelas

N = Pembesaran kalenjer getah bening

N0 = Tidak ada pembesaran

N1 = Terdapat pembesaran tetapi homolateral dan

masih dapat di gerakkan

N2 = Terdapat pembesaran kontra/bilateral dan masih

dapat digerakkan

N3 = Terdapat pembesaran, baik homolateral, kontra

lateral, maupun bilateral yang sudah melekat pada

jaringan sekitarnya

M = Metastasis jauh

M1 = Tidak ada metastasis jauh

M2 = Terdapat metastasis jauh

Stadium T Nasofaring MI T1 N0 M0

II T2 N0 M0

III T1/T2/T3 N1 M0

T3 N0 M0

IV T4 N0/N1 M0

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

13

Page 14: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

T1/T2/T3/T4 N2/N3 M0

T1/T2/T3/T4 N0/N1/N2/N3 M1

DIAGNOSIS

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan :

1. Anamnesa

2. Pemeriksaan fisik

3. CT scan

4. Biopsi

5. Pemeriksaan serologi IgA anti EZ VCA.(2,3,4)

Persoalan diagnosti sudah dapat dipecahkan dengan

pemeriksaan Ct Scan daerah kepala dan leher, sehingga tumor

primer yang tersembunyi pun tidak akan terlalu sulit ditemukan.

(2,3,4)

Pemeriksaan IgA anti EA dan VCA untuk infeksi virus EB

telah menunjukkan kemajuan dalam mendeteksi karsinoma

nasofaring.(2,3,4)

Diagnosis pasti ditegakkan dengan melakukan biopsi

nasofaring. Biopsi dapat dilakukan dengan cara, yaitu melalui

hidung dan mulut.

Biopsi melalui hidung dilakukan tanpa melihat jenis

tumornya ( blind biopsi ), cunnam biopsi dimasukkan melalui

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

14

Page 15: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

rongga hidung menelusui konka media nasofaring kemudian

cunnam dimasukkan kelateral dan dilakukan biopsi.(2,3,4)

Biopsi melalui mulut dengan memakai bantuan kateral

nelaton yang dimasukkan melalui hidung dan ujung kateter

yang berada dalam mulut di tarik keluar dan di klem

bersama-sama ujung kateter yang di hidung. Demikian juga

kateter dari hidung disebelahnya, sehingga pallatum mole

tertarik keatas. Kemudian dengan kaca laring dilihat daerah

nasofaring. Biopsi dilakukan melihat tumor melalui kaca

tersebut atau memakai nasofaringoskop yang dimasukkan

melalui mulut, massa tumor akan terlihat lebih jelas.(2,3,4)

Biasanya tumor nasofaring umumnya dilakukan dengan

anastesi topikal dengan xylocain 10 %. Bila dengan cara ini

masih belum didapatkan hasil yang memuaskan maka dilakukan

pergerukan dengan karet daerah lateral nasofaring dalam

narcosis.(2,3,4,5)

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

15

Page 16: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

Gambar CT Scan Carsinoma Nasofaring

TERAPI

Terapi yang dilakukan terhadap penderita karsinoma sel

skuamosa yang mengenai daerah kepala dan leher ( termasuk

didalamnya karsinoma nasofaring ) tergantung pada lokasi dan

stadium penyakit serta status kesehatan penderita tersebut

secara keseluruhan. Pada karsinoma stadium I dan II, hampir

selalu digunakan terapi tunggal seperti pembedahan atau

raditerapi sebagai terapi awal. Sebelum tahun 1980-an, terapi

awal pada penderita stadium lanjut yang belum bermetastasis

( stadium III dan IV ) juga memakai bentuk terapi tersebut.

Karena hasil yang di peroleh tidak memuaskan, khususnya pada

karsinoma nasofaring stadium IV atau pada karsinoma yang tidak

dapat dilakukan reseksi maka pada mulai diperkenalkan

penggunaan kemoterapi sebagai bagian dari pengobatan

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

16

Page 17: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

karsinoma nasofaring. Perkembangan selanjutnya, kemoterapi

digunakan pada stadium dini dan karsinoma yang masih dapat

dilakukan reseksi. Kemoterapi sistemik juga biasa digunakan

pada terapi paliatif untuk penderita stadium IV lanjut, kanker MI

atau penyakit yang mengalami rekurensi.(4,5,9)

KEMOTERAPI

Terdapat dua indikasi penggunaan kemoterapi, pertama

sebagai terapi tunggal dan kedua sebagai kombinasi dengan

radioterapi.(4,5)

1. Kemoterapi tunggal

Kemoterapi sebagai terapi tunggal digunakan pada

penderita yang mengalami rekurensi dan/atau yang

mengalami metastasis, tetapi sering juga digunakan pada

penderita karsinoma lanjut yang masih belum

bermetastasi. Kombinasi cisplatin 5FU merupakan

kombinasi kemoterapi yang lebih efektif dibandingkan

dengan penggunaan terapi tunggal seperti, metotrexsat,

bleomycin dan cisplatin. Regimen kombinasi ini yang biasa

digunakan adalah cisplatin 100 mg/m2 secara intra vena

pada hari I dan dilanjutkan dengan 5FU 1000 mg/m2 yang

diberikan melalui infus selama 5 hari setiap 3-4 minggu.

Kombinasi terbaru ini adalah dengan menambahkan

taxanes ( docetaxel dan paclitaxel ) pada kombinasi

kemoterapi tersebut.(4,5,7)

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

17

Page 18: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

2. Kombinasi kemoterapi dengan radioterapi

Pada massa sebelumnya radioterapi digunakan pada

karsinoma yang tidak dapat direseksi dan/atau tumor yang

belum bermetastasi tetapi sangat riskan untuk dioperasi.

Karena hasil yang diperoleh kurang memuaskan maka

sejak 1960-an mulai dilakukan penggabungan terapi

radiasi dengan kemoterapi.(4,5)

Tujuan dari tindakan ini adalah untuk meningkatkan usaha

untuk dapat mengontrol kanker secara lokal, sehingga

tidak resisten terhadap radioterapi dan membasmi

micrometastasis sistemik. Kombinasi yang dilakukan saat

ini adalah menggunakan cisplatin sebagai kemoterapi

( diberikan selama 3 minggu ) dan selanjutnya dilakukan

tindakan raditerapi.(4,5)

3. Terapi pada kanker non metastasis lanjut pada

penderita dapat dioperasi

Terapi standar yang digunakan pada penderita ini

( stadium III dan IV ) adalah pembedahan yang dilanjutkan

dengan terapi radiasi. Radioterapi diberikan sebagai terapi

adjuvant untuk mengurangi kejadian gagalnya tindakan

operasi. Tehnik yang dilakukan saat ini adalah dengan

melakukan kemoterapi sebelum penderita di operasi

( cisplatin-5FU ) dan setelah tindakan pembedahan

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

18

Page 19: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

dilakukan radioterapi yang digabungkan dengan

kemoterapi.(4,5)

4. Terapi pada kanker yang tidak dapat direseksi

( operasi )

Pilihan terapi pada karsinoma jenis ini adalah kombinasi

radioterapi dengan kemoterapi ( sebelumnya hanya

dilakukan radioterapi ).(4,5)

5. Brakhiterapi

Brakhiterapi merupakan suatu metode radiasi dengan

menempatkan bahan radioaktif didalam atau sedekat

mungkin dengan sumber keganasan untuk mendapatkan

terapi radiasi secara lokal. Pada karsinoma nasofaring

penggunaan brakhiterapi ini dilakukan secara intrakavitas

dan diikuti dengan radiasi secara eksternal.(4,5)

6. Stereotactic radiosurgery

Stereotactic radiosurgery menggunakan sinar gamma

dengan berbagai konvergensi paparan ( dengan dosis

tunggal yang tinggi ). Biasanya digunakan pada metastasis

di intrakranial. Dahulu digunakan pada tumor yang masih

jinak sekarang mulai digunakan pada kanker tyang telah

bermetastasis terutama ke intrakranial.(4,5,9)

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

19

Page 20: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

PROGNOSIS

Prognosis hidup setelah 5 tahun berada untuk tiap

tingkatan/stadium tumor

Stadium I : 85 %

Stadium II : 75 %

Stadium III : 45 %

Stadium IV : 10 %

Kira-kira sepertiga penderita meninggal dunia karena

metastasis jauh yang dapat ditemukan di tulang, paru dan hati.(3)

PENCEGAHAN

Pemberian vaksinasi pada penduduk yang bertempat

tinggal di daerah yang beresiko tinggi. Memindahkan ( migrasi )

penduduk di daerah yang beresiko ketempat lainnya.

Penerangan akan kebiasaan hidup yang salah, mengubah cara

memasak makanan dan mencegah akibat yang timbul dari

bahan-bahan yang berbahaya. Penyuluhan mengenai lingkungan

hidup yang tidak sehat, menigkatkan keadaan sosial ekonomi

dan berbagai hal yang berkaitan dengan kemungkinan-

kemungkinan faktor penyebab melakukan test serologi IgA anti

VCA dan IgA anti EA secara massal dimasa yang akan datang

akan bermanfaat dalam menemukan karsinoma nasofaring

secara lebih dini.(4)

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

20

Page 21: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

KESIMPULAN

1. Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas pada daerah

kepala dan leher yang terbanyak ditemukan di Indonesia.

Diagnosis dini menentukan prognosis penderita namun

cukup sulit dilakukan karena nasofaring tersembunyi di

belakang tabir langit-langit dan terletak di dasar tengkorak.

Oleh karena itu tidak mudah diperiksa oleh mereka yang

bukan ahli, sering sekali tumor ditemukan terlambat dan

menyebabkan metastasis ke leher lebih sering ditemukan

sebagai gejala pertama.

2. Diduga penyebab tumor karsinoma nasofaring adalah virus

Epstein-Barr pada semua penderita tumor ini ditemukan

titer anti virus EB yang cukup tinggi dibandingkan dengan

orang yang sehat, penderita tumor ganas leher dan

kepalanya lainnya, tumor organ tubuh lainnya bukan pada

kelainan nasofaring yang lain sekalipun.

3. Nasofaring perlu diperiksa dengan cermat, kalau perlu

dengan pemeriksaan CT Scan daerah kepala dan leher

sehingga tumor primer yang tersembunyi pun tidak akan

terlalu sulit ditemukan.

4. Apapun jenis histologik tumor nasofaring yang ditemukan,

satu-satunya cara pengobatan yang paling memungkinkan

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

21

Page 22: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

ialah radioterapi. Terhadap kalenjer leher yang membesar

dilakukan diseksi radikal tumor primernya sudah hilang.

5. Prognosis untuk tumor ini pada umumnya adalah jelek.

6. Tindakan pencegahan adalah tetap akan lebih baik, yaitu

dengan cara :

Pemberian vaksin pada daerah beresiko tinggi

Migrasi penduduk ke tempat lain yang tidak beresiko

Penyuluhan tentang kebiasaan hidup yang salah,

cara memasak makanan, lingkungan hidup dan

meningkatkan sosial ekonomi

Melakukan test serologi IgA anti VCA dan IgA anti EA

secara massal.

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

22

Page 23: THT Paper (CA Nasofaring) Agung

Karsinoma Nasofaring

DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidajat R, Wim de Jong : Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi

Revisi, EGC, 1997, hal : 460-1.

2. Ballenger JJ, Penyakit Telinga Hidung Tenggorok Kepala dan

Leher, Edisi 13, Jilid I, Binarupa Aksara, Jakarta, 1998, hal :

391-5.

3. Soepardi Efiety Arsyad, Iskandar Nurbaiti, Buku Ajar Ilmu

Kesehatan Telinga Hidung Tenggorok Kepala Leher, Edisi

VI, FKUI, Jakarta, 2011, hal : 162-177.

4. Adam, Boeis, Buku Ajar Ilmu Penyakit THT, Edisi 6, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta, 1997.

5. Lin HS, Malignant Nasopharyngeal Tumors, from URL

http://www.emedicine.com/emerg/otola/topic2182.html,Apr

il 17, 2003.

6. Gordon GS, Nasopharyngeal Carcinoma I, II, Uptodate

2002, from URL http://www.uptodate.com/2002.html,2002

7. CMSP Clinical Images of Non-Caucasions Catalog available

at : http://www.cmsp.com

8. Nasopharynx, Squamous Cell Carcinoma available at :

http://www.emedicine.com

9. Carcinoma of the nasopharynx: factors affecting prognosis.

Available at: http://www.meb.uni-bonn.de/cgi-bin/mycite?

ExtRef=MEDL/92267885

10. Nasopharyngeal Cancer available at :

http://www.utmb.edu/otoref/Grnds/Nasophar-CA-980121/Na

sophar-CA-980121.htm

KKS SMF Ilmu Penyakit THT-KL RSUD Embung Fatimah Batam

23