oke

Upload: shuvia-zulaida-nuresti

Post on 05-Oct-2015

224 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

OKE

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangDiabetes mellitus dan Gagal ginjal kronik diderita lebih dari 14 juta orang di Amerika Serikat dan lebih dari 171 orang di seluruh dunia dan telah dianggap sebagai suatu epidemik. Penyakit ini disertai oleh peningkatan kerentanan terhadap infeksi dan penyembuhan luka yang buruk dan dengan penyakit yang progresif akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Diabetes dan gagal ginjal juga dikenal sebagai faktor risiko utama untuk terjadinya periodontitis yang bersifat progresif, infeksi atau pembentukan lesi yang mengakibatkan penghancuran jaringan dan tulang yang menyokong struktur gigi.Rongga mulut merupakan sumber berbagai agen infeksi, dan kondisinya dapat mencerminkan perkembangan suatu kondisi patologis sistemik.Pada masa lalu, infeksi mulut dianggap hanya terlokalisasi dan berdampak pada rongga mulut, kecuali pada kasus abses odontogenik yang belum diobati.Penyakit periodontal adalah peradangan yang terjadi pada jaringan pendukung gigi akibat akumulasi bakteri plak.Periodontitis umumnya ditandai dengan inflamasi yang sudah berlanjut dari jaringan gingiva ke jaringan pendukung dibawahnya.Pada orang dengan kondisi sistemik yang kurang menguntungkan, terjadi perubahan respons imun host sehingga lebih mudah mengalami kerusakan jaringan periodontal, contohnya Diabetes Melitus, terutama tipe 2 dan End Stage Renal DiseaseB. SkenarioSeorang perempuan usia 37 tahun, sering merasa pusing dan giginya banyak yang goyang. Perempuan tersebut datang ke dokter gigi dengan keluhan sering pusing dan lemas.Sudah beberapa bulan gejala semakin berat sampai pernah hapir pingsan.Beliau sudah sering berobat ke puskesmas tetapi kondisinya tidak berubah.Beberapa minggu ini beliau merasa mulutnya terasa terbakar (burning sensation), gigi-giginya goyang dan gusi mudah berdarah sehingga memutuskan untuk control ke dokter gigi.Dari anamnesis didapatkan bahwa perempuan tersebut suka mengkonsumsi makanan padat energy.Pada pemeriksaan fisik didapatkan penderita menderita oedema ditungkai bawah serta indeks masa tubuh (BMI) pasien 30 BMI.Pada pemeriksaan rongga mulut terdapat kelainan periodontal dimana ditandai dengan banyaknya plak pada seluruh gigi sehingga gigi goyang serta gusi mudah berdarah apabila tersentuh.Dari hasil laboratorium di dapatkan bahwa konsentrasi protein, potassium, magnesium dan fosforus penderita pada batas-batas tidak normal.Karena curiga ada faktor sistemik, maka dokter gigi yang memeriksanya memutuskan untuk melakukan ujia laboratorium untuk mengetahui apakah penderita menderita diabetes type 2 atau bahkan ada gangguan End Stage Renal Disease (ESRD).C. Rumusan Masalah1. Bagaimana hubungan BMI dengan penyakit sistemik DM Tipe 2 dan penyakit periodontal yang terjadi ?2. Bagaimana manifestasi oral pada penyakit sistemik DM Tipe 1dan DM Tipe 2 ?3. Mengapa terjadi penumpukan plak pada seluruh region gigi ?4. Mengapa terjadi oedema pada penyakit ESRD ?5. Bagaimana proses terjadinya periodontitis yang dipicu penyakit sistemik DM Tipe 2 dan ESRD sehingga muncul gejala seperti pada scenario ?6. Uji laboratorium apa saja yang digunakan untuk mengetahui penyakit DM Tipe 2 dan ESRD ?7. Apakah faktor usia dan jenis kelamin berpengaruh pada DM Tipe 2 dan ESRD ?D. Learning Object1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD)2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pathogenesis kelainan jaringan periodontal yang dipicu oleh Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD)3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manifestasi oral dari Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD)4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan klinis dan penunjang Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD)5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hubungan antara Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD) pada jaringan periodontal

BAB IIPEMBAHASANSTEP 11. ESRDEnd Stage Renal Desease (ESRD) atau gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) .2. Oedema Pembengkakan jaringan dikarenakan penumpukan cairan di sela-selajaringan tubuh.3. Burning SensationRasa terbakar pada daerah mulut sebagai salah satu cirri yang tidak spesifik pada kelainan sistemik Diabetes Melitus. Etiologi dari rasa terbakar ini masih belum diketahui secara pasti, namun beberapa peneliti menduga bahwa rasa terbakar dipicu dari beberapa faktor local dam sistemik.Faktor local yang mempengaruhi yaitu reaksi alergi terhadap zat tertentu sehingga salah satu efeknya adalah rasa terbakar.Pengaruh dari penyakit sistemik yaitu slah satunya penyakit DM.4. BMIBody Mass Indeks atau Indeks Masa Tubuh adalah salah satu cara dalam pengukuran antropometri untuk mengidentifikasi berat badan lebih atau obesitas seseorang. BMI dikategorikan menjadi underweight, normal, overweight, beresiko, obesitas I, dan obesitas II.5. DM Tipe 2Diabetes mellitus (DM) adalah penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan insulin yang bersifat absolut dan relatif karena pengeluaran insulin yang rendah dari pancreas.Secara umum, hampir 85 % prevalensi DM adalah DM tipe 2.Pada DM tipe 2, penderita tidak mengalami kerusakan pada sel-sel penghasil insulin, hanya saja sel- sel tersebut tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

STEP 2 (Rumusan Masalah)1. Bagaimana hubungan BMI dengan penyakit sistemik DM Tipe 2 dan penyakit periodontal yang terjadi ?2. Bagaimana manifestasi oral pada penyakit sistemik DM Tipe 1dan DM Tipe 2 ?3. Mengapa terjadi penumpukan plak pada seluruh region gigi ?4. Mengapa terjadi oedema pada penyakit ESRD ?5. Bagaimana proses terjadinya periodontitis yang dipicu penyakit sistemik DM Tipe 2 dan ESRD sehingga muncul gejala seperti pada scenario ?6. Uji laboratorium apa saja yang digunakan untuk mengetahui penyakit DM Tipe 2 dan ESRD ?7. Apakah faktor usia dan jenis kelamin berpengaruh pada DM Tipe 2 dan ESRD ?

STEP 31. BMI Seseorang dengan BMI sekitar 30 (obesitas) mudah terserang penyakit diabetes, namun tidak semua orang obes menderita diabetes. Salah satu gejala penderita DM adalah polifagi. Dalamproses metabolisme, insulin memegang peranan yang sangat penting yaitumemasukkan glukosa ke dalam sel.Pada keadaan normal, kadar insulin yangcukup akan ditangkap oleh reseptor insulin yang ada pada permukaan sel otot,kemudian membuka pintu masuk sel hingga glukosa dapat masuk ke dalam sel untuk kemudian dimetabolisme menjadi energi. Karena glukosa tidak dpat masuk ke dalam sel, maka glukosa dalam sel menurun dan fungsi tubuh mengalami penurunan. Ketika tubuh menjadi lemas otakpun ikut lemas, maka timbullah perintah rasa lapar yang menyebabkan seseoran banyak makan.2. Pada dasarnya DM Tipe 1 dan DM Tipe 2 merupakan penyakit kekurangan insulin yang bersifat absolute dan relatif sehingga menyebabkan kadar glukosa darah meningkat. Dengan hiperglikemia banyak komplikasi yang ditimbulkan pada tubuh. Salah satu komplikasi diabetes mellitus di bidang keddokteran gigi adalah oral diabetic, yang meliputi mulut kering, gusi mudah berdarah (gingivitis), kalkulus, resorbsi tulang alveolaris, periodontitis dan lain sebagainya.3. ESRDPembentukan kalkulus pada jaringan keras gigi berkaitan erat dengan gangguan homeostatis kalsium-fosfor. Presipitasi kalsium dan fosfor yang didorong oleh pH yang buruk pada penderita penyakit ginjal kronis karena hidrolisis urea saliva menjadi ammonia, dimana ammonia berperan dalam menyebabkan pH menjadi basa. secara langsung, retensi urea akan memfasilitasi alkalinisasi plak gigi, dan meningkatkan pembentukan kalkulus.DM Tipe 2Pada penderita penyakit DM salah satu efek yang ditimbulkan yaitu gangguan pada sekresi saliva sehingga saliva yang dihasilkan berkurang. Karena sekresi saliva berkurang maka proses self cleansing juga menurun, akibatnya pembentukan plak dan kalkulus meningkat di seluruh region gigi.4. Pada penyakit ginjal kronik atau ESRD seringkali dijumpai kondisi pasien dengan pembengkakan atau oedema. Hal tersebut dikarenakan fungsi ginjal yang tidak mampu lagi bekerja secara maksimal. Seharusnya darah difilter dan diekskresi tetapi cairan ikut masuk kembali dalam peredaran darah hingga menumpuk. Oedema biasanya terjadi ditungkai kaki. Hal tersebut dikarenakan ketidakmampuan otak untuk memerintahkan pendistribusian darah keseluruh tubuh serta adanya pengaruh gaya gravitasi.5. Diabetes melitus terutama pada keadaan kontrol gula darah yang buruk dapat mengakibatkan meningkatnya gingivitis, periodontitis dan kehilangan tulang alveolar. Diabetes melitus dapat menyebabkan periodontitis melalui respons inflamasi mikroflora yang berlebihan pada jaringan periodontal. Penderita Diabetes melitus dengan oral higiene yang tidak terawat baik ditambah faktor infeksi akan memudahkan terjadinya diabetik oral di rongga mulut. Oral higiene yang buruk akan mempermudah pembentukan plak yang terus menyebar ke jaringan periodontal dan akar gigi, apabila tidak dirawat akan menyebabkan terjadinya periodontitis.6. Untuk mendeteksi adanya penyakit sistemik DM dan ESRD ada beberapa hal, yaitu dengan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan pada kondisi tubuh pasien, seperti halnya yang terdapat pada scenario diatas. Pemeriksaan penunjang meliputi pemeriksaan kadar glukosa darah dan pemeriksaan urin. Pemeriksaan urin bertujuan untuk mengetahui komponen atau zat-zat yang larut dalam sekresi urin.7. UsiaUsia seseorang secara tidak langsung mempengaruhi penyakit sistemik yang diderita. Berkaitan dengan proses degeneratif maka fungsi tubuh akan mengalami penurunan dalam proses metabolisme tubuh. Selain itu gaya hidup yang salah seiring dengan bertanbahnya usia akan mempercepat dan memperparah terjadinya penyakit.

Pola Makan SalahObesitasHiperglikemiaDM Tipe 2 bakteri secara kualitatif + kuantitatifPerubahan konsentrasi saliva ESRDkomplikasiOH burukKerusakan Jaringan PeriodontalSTEP 4

Penyakit Periodontal

6. 7.

8.

STEP 5 : LO1. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD)2. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pathogenesis kelainan jaringan periodontal yang dipicu oleh Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD)3. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami manifestasi oral dari Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD)4. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami pemeriksaan klinis dan penunjang Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD)5. Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami hubungan antara Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD) pada jaringan periodontal

STEP 7 :Fungsi Insulin:Efek Insulin Terhadap Metabolisme KarbohidratSegera selah mengkonsumsi makanan tinggi karbohidrat, glukosa diabsorpsi ke dalam darah dan menyebabkan sekresi insulin dengan cepat, terutama oleh otot, jaringan adiposa dan hati.Insulin meningkatkan Metabolisme dan Ambilan Glukosa OtotDalam sehari jaringan otot tidak tegantung pada glukosa untuk energi tapi sebagian besar bergantung pada asam lemak. Alasan utamanya, membran otot istirahat normal hanya sedikit permeabel terhadap glukosa. Kecuali bila serabut otot dirangsang oleh insulin. Ada dua kondisi penggunaan glukosa tinggi:a. selama kerja fisik sedang dan berat, karena pada saat ini sel otot menjadi permeabel terhadap glukosa.b. pada saat konsentrasi glukosa darah meningkat dan pankreas menyekresikan sejumlah besar insulin, insulin tambahan sebabkan transport glukosa yang cepat ke dalam sel otot.Penyimpanan Glikogen di OtotBila setelah makan otot tidak bekerja dan meskipun glukosa yang ditransport jumlahnya besar, sebagian besar glukosa sampai batas 2-3% disimpan dalam bentuk glikogen otot. Glikogen otot ini digunakan selama masa penggunaan energi yang besar dan singkat.Insulin Meningkatkan Ambilan, Penyimpanan, dan Penggunaan Glukosa oleh HatiSalah satu efek terpenting insulin adalah menyebabkan sebagian besar glukosa yang diabsorbsi sesudah makan segera disimpan dihati dalam bentuk glikogen. a. Insulin menghambat fosforilasi hati yaitu enzim utama yang menyebabkan terpecahnya glikogen hati menjadi glukosab. Insulin meningkatkan ambilan glukosa dari darah oleh sel sel hati. Keadaan ini terjadi dengan meningkatkan aktivitas enzim glukokinase yang merupakan salah satu enzim yang menyebabkan timbulnya fosforilasi awal dari glukosa setelah glukosa berdifusi kedalam sel sel hati. Begitu difosforilasi, glukosa teperangkap sementara didalam sel sel hatic. insulin meningkatkan aktivitas enzim enzim yang meningkatkan sitesis glikogen.Insulin Memacu Konversi Kelebihan Glukosa Menjadi Asam Lemak dan Menghambat Glukoneogenesis di HatiBila jumlah glukosa yang masuk kedalam sel hati lebih banyak daripada jumlah yang dapat disimpan sebagai glikogen, insulin akan memacu pengubahan semua kelebiha glukosa ini menjadi asam lemak. Asam asam lemak ini selanjutnya diolah sebagai trigliserida didalam lipoprotein berdensitas rendah (VLDL) dan ditransport dalam bentuk lipoprotein melalui darah kejaringan adiposa dan ditimbun sebagai lemak.Insulin Memicu Sintesis dan Penyimpanan LemakInsulin dapat meningkatkan pemakaian glukosa oleh sebagian besar tubuh, sehingga mengurangi pemakaian lemak. Akan tetapi insulin juga meningkatkan pembentukan asam lemak, hal ini terjadi bila banyak karbohidrat yang dicerna daripada yang digunakan untuk energi sehingga substrat untuk sintesis lemak menjadi tersedia. Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa ke dalam sel sel hati setelah konsentrasi dalam hati mencapai 5-6%, glikogen ini sendiri akan menghambat sintesis glikogen lebih lanjut. Setelah seluruh glukosa tambahan memasuki hati, menjadi tersedia substrat untuk dipakai membentuk lemak.Glukosa mula mula dipecah menjadi piruvat jalam jalur glikolisi, piruvat selanjutnya diubah menjadi asetil koenzim A yang merupakan substrat untuk sintesis asam lemak. Sebagian besar asam lemak ini disintesis dalam hati itu sendiri dan digunakan untuk membentuk trigliserida, yaitu bentuk penyimpanan lemak yang umum dijumpai.Peran Insulin dalam Penyimpanan Lemak di Sel Sel Adiposaa. Insulin menghambat kerja lipase peka hormon, karena enzim inilah yang menyebabkan hidrolisis trigliserida yang sudah disimpan. Oleh karena itu pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa ke dalam sirkulasi darah akan terhambat.b. Insulin meningkatkan pengangkutan glukosa melalui membran sel ke dalam sel sel lemak dengan cara yang sama seperti insulin meningkatakan pengangkutan glukosa ke sel sel otot.Glukosa dipakai untuk membentuk sejumlah besar gloserol fosfat, zat ini menyediakan gliserol yang akan berikatan dengan asam lemak untuk membentuk trigliserida ( bentuk lemak yang disimpan dalam sel adiposa).Efek Insulin Terhadap Metabolisme Protein dan Pertumbuhana. Insulin merangsang pengangkutan sejumlah besar asam amino kedalam sel.b. Insulin meningkatkan translasi RNA messenger, sehingga terbentuk protein baru. Insulin dapat menyalakan mesin ribosom.c. Sesudah melewati periode waktu yang lebih lama, insulin juga meningkatkan kecepatan transkripsi rangkaian genetik DNA yang terpilih didalam intu sel, sehinggga terjadi peningkatan RNA dan beberapa sintesis protein lagi terutatama mengaktifkan sejumlah besar enzim untuk penyimpanan karbohidrat, lemak dan protein.Defisiensi Insulin Meningkatkan Penggunaan Lemak sebagia Sumber EnergiBila tidak ada insulin, semua aspek pemecahan dan penggunaan sebagai sumber energi akan meningkat.Defisiensi Insulin Menyebabkan Lipolilis Simpanan Lemak dan Pelepasan Asam Lemak BebasAktivitas enzim lipase peka hormon terdapat disel sel lemak menyebabkan hidrolisis trigliserida yang tersimpan. Dengan terjadinya difisiensi insulin tidak ada yang menghambat kerja enzim lipase peka hormon, sehingga konsentrasi asam lemak bebas plasma meningkat.Defisiensi Insulin Meningkatkan Konsentrasi Fosfolipis dan Kolesterol PlasmaKelebihan asam lemak diplasma akibat defisiensi insulin juga memicu pengubahan sejumlah asam lemak menjadi fosfolipid dan kolesterol dihati, yang merupakan dua zat utama yang dihasilkan dari metabolisme lemak.Kedua zat ini, bersama sama dengan kelebihan trigliserida yang dibentuk pada waktu yang sama dihati, kemudia dilepaskan kedarah dalam bentuk lipoprotein. Kalau tidak ada insulin terjadi peningkatan lipoprotein plasma sekitar tiga kali lipat. Konsentrasi lipid yang tinggi , terutama kolesterol akan memicu perkembangan ateroskeloris pada pasien DM yang serius.

Tidak Adanya Insulin Menyebabkan Berkurangnya Protein dan Peningkatan Asam Amino PlasmaBila tidak ada insulin, hampir seluruh proses penyimpanan protein terhenti sama sekali. Proses katabolisme protein meningkat, sintesis protein berhenti dan sejumlah besar asam amino dibuang ke dalam plasma. Hal ini menyebabkan konsentrasi asam amino dalam plasma sangat meningkat, dan kelebihan asam amino akan langsung digunakan sebagai sumber energi atau menjadi substrat dalam proses glukoneogenesis. Peningkatan asam amino ini juga meningkatkan ekskresi ureum dalam urin. Limbah protein yang dihasilkan merupakan salah satu efek yang serius pada penyakit diabetes melitus yang parah. limbah tersebut dapat menimbulkan kelelahan yang hebat dan terganggunya fungsi organ.A. Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Terjadinya DM Type 2 dan ESRDFaktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya penyakit sistemik DM Tipe21. Obesitas dan Resistensi Insulin mengawali perkembangan diabetes melitusBeberapa penelitian menunjukkan bahwa jumlah reseptor insulin di otot rangka, hati dan jaringan adiposa pada orang obesitas lebih sedikit daripada jumlah reseptor pada orang yang kurus. Efek toksik dari akumulasi lipid di jaringan seperti otot rangka dan hati pada penderita obesitas menyebabkan gangguan signal insulin. Hal ini menyebabkan jaras signal yang menghubungkan reseptor yang teraktivasi dengan berbagai efek seluler terganggu, akibatnya terjadilah resistensi insulin.Reseptor ini sangat membantu kerja insulin dalam menambah ambilan glukosa, dengan bantuan reseptor ini insulin akan mengaktifkan Tirosin Kinase yang selanjutnya menimbulkan fosforilasi berbagai enzim intrasel lainnya termasuk kelompok enzim IRS (Substrat Reseptor Insulin). Dengan cara ini insulin mampu memimpin proses metabolisme intrasel untuk hasilkan efek yang diinginkan terhadap metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Penyebab lain dari resistensi insulin adalah konsumsi makanan yang mengandung karbohidrat tinggi secara terus menerus, sehingga terjadi peningkatan gula darah yang melebihi normal, dalam hal ini sel pankreas berusaha mempertahankan pengaturan kadar glukosa dengan meningkatkan sekresi insulin secara terus menerus, akibatnya terjadi kelelahan insulin.2. Kurangnya Aktivitas FisikDalam sehari, jaringan otot tidak bergantung pada glukosa untuk energinya tetapi sebagain besar bergantung pada asam lemak, alasan yang utama adalah karena pada saat otot istirahat, sel otot hanya sedikit permeabel terhadap glukosa, kecuali bila serabut otot dirangsang oleh insulin.Aktivitas fisik yang sedang sampai berat menyebabkan permeabilitas otot terhadap glukosa meningkat, sehingga tidak membutuhkan insulin dalam jumlah besar.3. MerokokKandungan nikotin yang terdapat dalam rokok dapat meningkatkan glukosa dalam darah, sehingga sel T dalam pankreas mensekresikan insulin secara berlebihan, bila hal ini terus terjadi pankreas secara perlahan menjadi lelah untuk mensekresi sejumlah besar insulin dan diabetes melitus pun terjadi.4. Faktor usiaUsia seseorang seseorang secara tidak langsung mempengaruhi penyakit sistemik yang diderita berkaitan dengan proses degenerasi, terjadinya degenerasi menyebabkan penurunan fungsi sel dalam proses metabolisme. Penurunan fungsi sel ini akan mengakibatkan penurunan produksi protein yang berupa enzim yang dibutuhkan oleh insulin untuk proses penyimpanan karbohidrat, lemak dan protein.

Faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya penyakit sistemik ESRD1. Faktor MetabolikKondisi hiperglikemi akan menyebabkan nefropati2. Hormon Pertumubuhan dan SitokinHormon ini dan sitokin dianggap penting dalam progresifitas gangguan fungsi ginjal akibat diabetes melitus.3. Faktor-Faktor VasoaktifBeberapa hormon vasoaktif contohnya prostaglandin memainkan peranan dalam perubahan hemodinamik ginjal dan berimplikasi pada inisiasi dan progresi nefropati diabetik.4. Faktor RASBangsa Asia Selatan lebih banyak menderita nefropati dengan resiko kurang lebih dua kali lebih besar.

B. Patogenesis DM Tipe 2 dan ESRD

Konsumsi Makan Padat EnergiOH buruk & bakteri

Obesitas

PoliolKinase CROS

Penimbunan Glukosa

AGEsRegulasi Insulin

Insulin IGF Jalur Non enzimatik

Sitokin

Kelelahan Insulin

TNF

Penumpukan Lemak

Inflamasi & Resorpsi tulang alveolarResistensi Insulin

Glukosa tidak terdistribusikan dengan baik

hyperglikemia

Angiopati

MakroangiopatiMikroangiopati

AterosklerosisNefropatiRetinopatiNeuropati

Albuminuria(0-5 thn)Nefropati Insipien (5-10th)Awal Proteinuria(3-25 thn)ESRD (15-40 thn)

C. Manifestasi oral dari Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD)a. Diabetes Melitus XerostomiaDiabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur), sehingga mulut terasa kering.Saliva memiliki efek self-cleansing di mana alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadiny ulserasi (luka), lubang gigi, dan bisa menjadi ladang subur bagi bakteri untuk tumbuh dan berkembang Periodontitis dan Kegoyangan GigiPeriodontitis ialah radang pada jaringan pendukung gigi (gusi dan tulang). Selain merusak sel darah putih komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi. Periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri.Hal ini menjadi lebih berat dikarenakan infeksi bakteri pada penderita diabetes lebih berat.Rusaknya jaringan Periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang Oral ThrushOral thrush atau oral candida adalah infeksi di dalam mulut yang disebabkan oleh jamur, sejumlah kecil jamur candida ada di dalam mulut. Pada penderita Diabetes Melites kronis dimana tubuh rentan terhadap infeksi sehingga sering menggunakan anti biotik dapat mengganggu keseimbangan kuman di dalam mulut yang mengakibatkan jamur candida berkembang tidak terkontrol sehingga menyebabkan thrush Stomatitis ApthousPenderita Diabetes sangat rentan terkena infeksi jamur dalam mulut dan lidah yang kemudian menimbulkan penyakit sejenis sariawan. Sariawan ini disebabkan oleh jamur yang berkembang seiring naiknya tingkat gula dalam darah dan air liur penderita diabetesb. End Stage Renal Disease Bau MulutGejala yang paling sering muncul pada penderita gagal ginjal kronik adalah bau mulut seperti.Timbulnya hal tersebut akibat alterasi sensasi pengecapan, terutama di pagi hari.Rasa kecap logam yang biasa dirasakan oleh penderita biasanya berupa bau ammonia.Kondisi ini sering terjadi pada penderita yang menjalani hemodialysis.Hal ini disebabkan oleh tingginya konsentrasi amoniak dalam rongga mulut XerostomiaPada penderita yang sedang menjalani hemodialysis, xerostomia merupakan hasil dari beberapa manifestasi beberapa faktor, misalnya inflamasi kimia, dehidrasi, pernapasan melalui rongga mulut, keterlibatan langsung dari kelenjar salivarus, dan efek samping obat. Plak, Kalkulus, KariesPembentukan kalkulus berhubungan erat dengan gangguan homeostasis kalsium-fosfor.Presipitasi kalsium-fosfor yang didorong oleh pH yang buruk pada penderita penyakit ginjal kronik karena hidrolisis urea saliva menjadi ammonia, dimana ammonia berperan dalam menjadi pH saliva menjadi basa. Secara langsung, retensi urea akan meningkatkan alkanisasi plak gigi dan meningkatkan pembentukan kalkulus terutama pada penderita yang menjalani hemodialysis. Selain itu, pada penderita yang menjalani hemodialysis memiliki konsentrasi magnesium dalam saliva yang rendah. Pembesaran GusiPembesaran gusi disebabkan oleh cyclosporine atau calcium chanel blockers. Prinsipnya mempengaruhi papilla interdental labia, tetapi kadang dapat melibatkan tepi gusi dan palatum.D. Pemeriksaan Diabetes Melitus type 2 dan End-Stage Renal Disease (ESRD)1. Kadar Glukosa Darah Puasa Kadar Glukosa Darah sewaktu / tanpa puasaAdalah hasil pengukuran yang dilakukan seketika waktu itu, tanpa ada puasa. Jadi biasanya kadar gula akan lebih tinggi. Normalnya 140 mg/dl. Pada penderita DM biasanya (plasma vena) lebih dari 200 mg/dl Kadar Glukosa Darah Puasa Adalah hasil pengukuran yang dilakukan setelah 8 jam seseorang tidak memasukan makanan apapun kedalam mulutnya. Normalnya 120 mg/dl. Pada penderita DM (plasma vena) 126 mg/dl1. Kadar InsulinKadar glukosa normal di pagi hari 80-90 mg/ 100 ml Pada penderita DM I kadar insulin dibawah normal atau bahkan tidak terdeteksi .Pada penderita DM II kadar insulin bisa berkali lipat atau lebih tinggi Pemeriksaan Penyaring2. Tes Toleransi Glukosa OralAdalah tes untuk mendiagnosis pra-diabetes dan diabetes.Tes toleransi glukosa oral/TTGO (oral glucose tolerance test, OGTT) dilakukan pada kasus hiperglikemia yang tidak jelas; glukosa sewaktu 140-200 mg/dl, atau glukosa puasa antara 110-126 mg/dl, atau bila ada glukosuria yang tidak jelas sebabnya. Uji ini dapat diindikasikan pada penderita yang gemu dengan riwayat keluarga diabetes mellitus ; pada penderita penyakit vaskular, atau neurologik, atau infeksi yang tidak jelas sebabnya.2. HbA1cHbA1C adalah komponen Hb yang terbentuk dari reaksi non-enzimatik antara glukosa dengan N terminal valin rantai b Hb A dengan ikatan Almidin. Produk yang dihasilkan ini diubah melalui proses Amadori menjadi ketoamin yang stabil dan ireversibel. Interpretasi hasil pemeriksaan HbA1Cakan meningkat secara signifikan bila glukosa darah meningkat. Karena itu, HbA1C bisa digunakan untuk melihat kualitas kontrol glukosa darah pada penderita diabetes (glukosa darah tak terkontrol, terjadi peningkatan HbA1C-nya ) sejak 3 bulan lalu (umur eritrosit). HbA1C meningkat: pemberian Tx lebih intensif untuk menghindari komplikasi.Nilai yang dianjurkan PERKENI untuk HbA1C (terkontrol): 4%-5,9%. Jadi, HbA1C penting untuk melihat apakah penatalaksanaan sudah ada kuat atau belum.Sebaiknya, penentuan HbA1C ini dilakukan secara rutin tiap 3 bulan sekali.

BAB IIIKESIMPULANPenyakit sistemik adalah penyakit yang berhubungan dengan adanya kelainan kondisi system metabolism tubuh manusia, misalnya diabetes mellitus type 2 dan gagal ginjal kronik. Diabetes mellitus type 2 adalah penyakit yang diakibatkan oleh kekurangan insulin yang bersifat absolut dan relatif karena pengeluaran insulin yang rendah dari pancreas, sedangkan gagal ginjal kronis merupakan gangguan fungsi renal yang progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit. Faktor yang melatarbelakangi kedua penyakit tersebut biasanya dikaitkan dengan genetic hingga gaya hidup seseorang tersebut. Manifestasi rongga mulut yang biasanya terjadi pada kedua penyakit sistemik ini adalah xerostomia, perubahan konsentrasi saliva, gigi goyang, hingga periodontitis. Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita diabetes mellitus biasanya berhubungan dengan pemeriksaan kadar glukosa dalam darah baik itu sewaktu maupun puasa.21