obesitas

10
OBESITAS 1. DEFINISI Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena lemak (Ganong W.F, 2003). 2. EPIDEMIOLOGI Obesitas adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di seluruh dunia karena berperan dalam meningkatnya morbiditas dan mortalitas. Prevalensi obesitas berbeda-beda di setiap negara, mulai dari 7% di Perancis sampai 32,8% di Brazil.. Prevalensi obesitas meningkat di setiap negara. Sebagai contoh, di Amerika Serikat prevalensi meningkat dari 12% pada tahun 1991 menjadi 17,8% pada tahun 1998. Penelitian Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI) mendapatkan angka prevalensi

Upload: caesar-daming

Post on 27-Dec-2015

23 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

belajarlah selalu

TRANSCRIPT

Page 1: OBESITAS

OBESITAS

1. DEFINISI

Kelebihan berat badan adalah suatu kondisi dimana perbandingan berat

badan dan tinggi badan melebihi standar yang ditentukan. Sedangkan obesitas

adalah kondisi kelebihan lemak, baik di seluruh tubuh atau terlokalisasi pada bagian

bagian tertentu. Obesitas merupakan peningkatan total lemak tubuh, yaitu apabila

ditemukan kelebihan berat badan >20% pada pria dan >25% pada wanita karena

lemak (Ganong W.F, 2003).

2. EPIDEMIOLOGI

Obesitas adalah suatu masalah kesehatan masyarakat yang sangat serius di

seluruh dunia karena berperan dalam meningkatnya morbiditas dan mortalitas.

Prevalensi obesitas berbeda-beda di setiap negara, mulai dari 7% di Perancis sampai

32,8% di Brazil.. Prevalensi obesitas meningkat di setiap negara. Sebagai contoh, di

Amerika Serikat prevalensi meningkat dari 12% pada tahun 1991 menjadi 17,8%

pada tahun 1998. Penelitian Himpunan Studi Obesitas Indonesia (HISOBI)

mendapatkan angka prevalensi obesitas pada wanita (11,02%) lebih besar daripada

pria (9,16%). Obesitas meningkat di setiap negara, pada setiap jenis kelamin, dan

pada semua kelompok usia, ras, dan tingkat pendidikan.

Page 2: OBESITAS

3. ETIOLOGI

3.1 Faktor genetik

Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar.Bila

kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas.Bila salah satu orang tua

obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas,

prevalensi menjadi 14% (Mustofa, 2010).

3.2 Faktor lingkungan a. Aktivitas Fisik

Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan

kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan

terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya pada anak seperti berkurangnya

lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk game elektonik

atau playstation dan tontonan televisi (Nugraha, 2009). Kurangnya aktivitas fisik

inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan

sedikitnya energi yang dipergunakan (Mustofa, 2010).

b. Gaya hidup

Kecenderungan anak-anak sekarang suka makan “fast food” yang berkalori

tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goring dengan kentang goring, es krim, aneka

macam mie dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995).

c. Sosial ekonomi

Page 3: OBESITAS

Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta

peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang

dikonsumsi (Syarif, 2003).

d. Nutrisi

Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak

tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.Kenaikan berat badan

dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat,

asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak (Syarif, 2003).

Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan

energy (energy intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energyexpenditure)

oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi disimpan dalam bentuk lemak

(Nugraha, 2009).

Makanan merupakan sumber dari asupan energi. Di dalam makanan yang

akan diubah menjadi energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan

karbohidrat, protein dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai

glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan dibentuk sebagai

protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak.

Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak tidak terbatas (Nugraha, 2009).

Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan yang menyebabkan

obesitas adalah kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi dari makanan yang

dimakan, kebiasaan makan (Nugraha, 2009).

Regulasi dan metabolisme di dalam tubuh terdiri dari dua faktor yaitu

controller (otak) dan controlled system/nutrient partitioning yaitu organ lain diluar

Page 4: OBESITAS

otak yang berperan dalam menggunakan dan menyimpan energi seperti saluran

cerna, liver, otot, ginjal dan jaringan adiposa (Nugraha, 2009)

Otak akan menerima sinyal (input) dari lingkungan ataupun dari dalam tubuh

sendiri dalam bentuk menghambat atau mengaktivasi motor sistem dan memodulasi

sistem saraf dan hormonal untuk mencari atau menjauhi makanan. Hasil (output)

dari sinyal yang diterima oleh otak akan mempengaruhi pemilihan jenis makanan,

porsi makan, lama makan, absorpsi serta metabolisme zat gizi di dalam tubuh. Zat

gizi tertentu yang secara khusus berpengaruh terhadap otak untuk meningkatkan

asupan makanan adalah zat lemak (Nugraha, 2009)

Sinyal neural dan humoral yang mempengaruhi otak diantaranya berasal dari

saluran cerna. Saluran cerna diketahui mengeluarkan beberapa peptida yang

mempengaruhi asupan makanan diantaranya adalah kolesistokinin, gastrin-releasing

peptide, oksintomodulin, neuromedin B dan neuropeptida YY3-36 yang akan

mengurangi asupan makanan. Terdapat pula hormom-hormon yang mempengaruhi

asupan makanan melalui rangsangan ke otak baik meningkatkan ataupun

menurunkan yaitu norepinefrin, serotonin, dopaminin dan histamin. Diantaranya

histamin, apabila sekresi histamin berkurang, maka asupan makanan akan meningkat

(Nugraha, 2009).

Peptida lain adalah leptin. Leptin terutama disekresi oleh sel adipositi

meskipun juga dapat dihasilkan oleh plasenta dan gaster. Leptin akan bekerja pada

reseptor leptin di otak yang akan menghambat produksi peptide neuropeptida Y

(NPY) dan peptide agouti-related (AGRP) yang merupakan peptin yang poten untuk

merangsang makanan. Gangguan pada produksi leptin atau reseptornya akan

mengakibatkan keinginan makan yang berlebihan (Nugraha, 2009).

Page 5: OBESITAS

Orang gemuk dapat menjadi resisten terhadap insulin, menyebabkan

penambahan insulin dalam sirkulasi.Insulin mengurangi lipolisis dan menambah

sintesis dan ambilan lemak (Barness dan Curran, 1999).

4. KOMPLIKASI

Dalam berbagai penelitian telah diketahui bahwa obesitas merupakan faktor

predisposisi untuk terjadinya penyakit lain, misalnya sesak nafas/sistim pernafasan

dan pada penderita usia lanjut sering terjadi osteoartrosis.

Obesitas dan Hipertensi

Penelitian tahun 1959 menunjukkan adanya hubungan langsung antara

hipertensi dengan berat badan yang berlebihan; penelitian Framingham juga

menemukan adanya kenaikan tekanan darah pada dewasa muda yang mempunyai

berat badan lebih, namun masih banyak diperlukan informasi untuk menjelaskannya.

Selain itu beberapa penelitian epidemiologi telah membuktikan pula adanya

hubungan yang linier antara obesitas dan hipertensi; hubungan kausalnya belum

dapat diketahui dengan pasti, namun dalam pengamatan selanjutnya apabila

penderita obesitas diturunkan berat badannya maka tekanan darahnya akan turun

pula; oleh karena itu timbul beberapa teori yang dikemukakan mengenai adanya

hubungan tersebut, diantaranya yaitu :

Mekanisme hemodinamik.

Alexander dalam penelitiannya mendapatkan peningkatan volume darah sekuncup

dan volume darah pada penderita obesitas bila dibandingkan dengan yang bukan

Page 6: OBESITAS

obesitas. Juga terdapat peningkatan tahanan perifer pembuluh darah penderita

obesitas normotensi bila dibandingkan dengan penderita yang bukan obesitas.

Sehingga timbul pendapat bahwa peningkatan volume sekuncup, volume darah dan

peningkatan tahanan perifer memegang peranan penting dalam terjadinya

hipertensi pada obesitas.

Aktivitas saraf simpatis

James dkk. menemukan pada penderita wanita obesitas yang diturunkan berat

badannya ternyata terjadi juga penurunan tekanan darah dan denyut jantung serta

pada pemeriksaan urinenya terdapat peningkatan sisa-sisa metabolisme katekolamin

yaitu : 4-hidroksi 3-metoksi mandelikasid, sehingga timbul pendapat bahwa

peningkatan katekolamin merupakan akibat dari aktivitas saraf simpatis yang

meningkat.

Endokrin

Miller dkk. dalam penelitiannya mendapatkan adanya peningkatan kadar insulin dan

aldosteron dalam plasma penderita obesitas. Aldosteron akan mengurangi ekskresi

Na dalam glomeruli, begitu juga insulin pada percobaan binatang dengan jelas

mengurangi pula sekresi Na dalam glomeruli; dalam beberapa hal keadaan ini

diperkirakan juga terjadi pada manusia, sehingga adanya peningkatan insulin dan

aldosteron akan menyebabkan retensi Na dalam darah yang mengakibatkan

terjadinya peningkatan volume darah, yang menyebabkan hipertensi. Para peneliti

tersebut di atas semua sepakat bahwa menurunkan berat badan akan menurunkan

tekanan darah dan frekuensi denyut jantung

Page 7: OBESITAS

5. DAFTAR PUSTAKA

- Official Journal of the Asia Oceania Association for the Study of Obesity. Obesity

Research & Clinical Practice.

- Sutedjo. Obesitas, hubungannya dengan kesehatan jantung. Simposium sehari

pengaruh kegemukan pada estetika tubuh, Jakarta

- Budiyanto. Obesitas dan Perkembangan Anak. Jakarta: Grafindo Persada.

- Akhmadi. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

- Dustan HP. Obesity and Hypertension.Ann Intern Med