obat analgesik
DESCRIPTION
analgesikTRANSCRIPT
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK
1. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D),
metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh
atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).
1.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai
rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral,
dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi
yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili
dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan cairan tubuh.
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga
menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh. Metabolisme obat terutama terjadi di hati,
yakni di membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang
lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen
kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi
polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat
aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif,
atau menjadi toksik.
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat
dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-paru,
eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif
merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni
filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12
bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah
melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk
eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).
May29
FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK
1. Farmakokinetik
Farmakokinetik atau kinetika obat adalah nasib obat dalam tubuh atau efek tubuh
terhadap obat. Farmakokinetik mencakup 4 proses, yaitu proses absorpsi (A), distribusi (D),
metabolisme (M), dan ekskresi (E). Metabolisme atau biotransformasi dan ekskresi bentuk utuh
atau bentuk aktif merupakan proses eliminasi obat (Gunawan, 2009).
1.1 Absorpsi
Absorpsi merupakan proses masuknya obat dari tempat pemberian ke dalam darah.
Bergantung pada cara pemberiannya, tempat pemberian obat adalah saluran cerna (mulut sampai
rektum), kulit, paru, otot, dan lain-lain. Yang terpenting adalah cara pemberian obat per oral,
dengan cara ini tempat absorpsi utama adalah usus halus karena memiliki permukaan absorpsi
yang sangat luas, yakni 200 meter persegi (panjang 280 cm, diameter 4 cm, disertai dengan vili
dan mikrovili ) (Gunawan, 2009).
Absorpsi obat meliputi proses obat dari saat dimasukkan ke dalam tubuh, melalui
jalurnya hingga masuk ke dalam sirkulasi sistemik. Pada level seluler, obat diabsorpsi melalui
beberapa metode, terutama transport aktif dan transport pasif.
Gambar 1. 1 Proses Absorbsi Obat
a. Metode absorpsi
- Transport pasif
Transport pasif tidak memerlukan energi, sebab hanya dengan proses difusi obat dapat berpindah
dari daerah dengan kadar konsentrasi tinggi ke daerah dengan konsentrasi rendah. Transport aktif
terjadi selama molekul-molekul kecil dapat berdifusi sepanjang membrane dan berhenti bila
konsentrasi pada kedua sisi membrane seimbang.
- Transport Aktif
Transport aktif membutuhkan energy untuk menggerakkan obat dari daerah dengan konsentrasi
obat rendah ke daerah dengan konsentrasi obat tinggi
b. Kecepatan Absorpsi
Apabila pembatas antara obat aktif dan sirkulasi sitemik hanya sedikit sel. Absorpsi terjadi cepat
dan obat segera mencapai level pengobatan dalam tubuh.
- Detik s/d menit: SL, IV, inhalasi
- Lebih lambat: oral, IM, topical kulit, lapisan intestinal, otot
- Lambat sekali, berjam-jam / berhari-hari: per rektal/ sustained frelease.
c. Faktor yang mempengaruhi penyerapan
1. Aliran darah ke tempat absorpsi
2. Total luas permukaan yang tersedia sebagai tempat absorpsi
3. Waktu kontak permukaan absorpsi
d. Kecepatan Absorpsi
1. Diperlambat oleh nyeri dan stress
Nyeri dan stress mengurangi aliran darah, mengurangi pergerakan saluran cerna, retensi gaster
2. Makanan tinggi lemak
Makanan tinggi lemak dan padat akan menghambat pengosongan lambung dan memperlambat
waktu absorpsi obat
3. Faktor bentuk obat
Absorpsi dipengaruhi formulasi obat: tablet, kapsul, cairan, sustained release, dll)
4. Kombinasi dengan obat lain
Interaksi satu obat dengan obat lain dapat meningkatkan atau memperlambat tergantung jenis
obat
Obat yang diserap oleh usus halus ditransport ke hepar sebelum beredar ke seluruh tubuh.
Hepar memetabolisme banyak obat sebelum masuk ke sirkulasi. Hal ini yang disebut dengan
efek first-pass. Metabolisme hepar dapat menyebabkan obat menjadi inaktif sehingga
menurunkan jumlah obat yang sampai ke sirkulasi sistemik, jadi dosis obat yang diberikan harus
banyak.
1.2 Distribusi
Distribusi obat adalah proses obat dihantarkan dari sirkulasi sistemik ke jaringan dan
cairan tubuh.
Distribusi obat yang telah diabsorpsi tergantung beberapa faktor:
a. Aliran darah
Setelah obat sampai ke aliran darah, segera terdistribusi ke organ berdasarkan jumlah aliran
darahnya. Organ dengan aliran darah terbesar adalah Jantung, Hepar, Ginjal. Sedangkan
distribusi ke organ lain seperti kulit, lemak dan otot lebih lambat
b. Permeabilitas kapiler
Tergantung pada struktur kapiler dan struktur obat
c. Ikatan protein
Obat yang beredar di seluruh tubuh dan berkontak dengan protein dapat terikat atau bebas. Obat
yang terikat protein tidak aktif dan tidak dapat bekerja. Hanya obat bebas yang dapat
memberikan efek. Obat dikatakan berikatan protein tinggi bila >80% obat terikat protein
1.3 Metabolisme
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat sehingga
menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh.
Obat dapat dimetabolisme melalui beberapa cara:
a. Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
b. Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dfan bisa dimetabolisme lanjutan.
Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme baru
menjadi aktif (prodrugs).
Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di membran endoplasmic reticulum
(mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus,
ginjal, paru, darah, otak, dan kulit, juga di lumen kolon (oleh flora usus).
Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak) menjadi
polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan perubahan ini obat
aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif,
atau menjadi toksik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi metabolisme:
1. Kondisi Khusus
Beberapa penyakit tertentu dapat mengurangi metabolisme, al. penyakit hepar seperti sirosis.
2. Pengaruh Gen
Perbedaan gen individual menyebabkan beberapa orang dapat memetabolisme obat dengan
cepat, sementara yang lain lambat.
3. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan juga dapat mempengaruhi metabolisme, contohnya: Rokok, Keadaan stress,
Penyakit lama, Operasi, Cedera
4. Usia
Perubahan umur dapat mempengaruhi metabolisme, bayi vs dewasa vs orang tua.
1.4 Ekskresi
Ekskresi obat artinya eliminasi/pembuangan obat dari tubuh. Sebagian besar obat
dibuang dari tubuh oleh ginjal dan melalui urin. Obat jugadapat dibuang melalui paru-paru,
eksokrin (keringat, ludah, payudara), kulit dan taraktusintestinal.
Organ terpenting untuk ekskresi obat adalah ginjal. Obat diekskresi melalui ginjal dalam
bentuk utuh maupun bentuk metabolitnya. Ekskresi dalam bentuk utuh atau bentuk aktif
merupakan cara eliminasi obat melui ginjal. Ekskresi melalui ginjal melibatkan 3 proses, yakni
filtrasi glomerulus, sekresi aktif di tubulus. Fungsi ginjal mengalami kematangan pada usia 6-12
bulan, dan setelah dewasa menurun 1% per tahun. Ekskresi obat yang kedua penting adalah
melalui empedu ke dalam usus dan keluar bersama feses. Ekskresi melalui paru terutama untuk
eliminasi gas anastetik umum (Gunawan, 2009).
Hal-hal lain terkait Farmakokinetik:
a. Waktu Paruh
Waktu paruh adalah waktu yang dibutuhkan sehingga setengah dari obat dibuang dari tubuh.
Faktor yang mempengaruhi waktu paruh adalah absorpsi, metabolism dan ekskresi.
Waktu paruh penting diketahui untuk menetapkan berapa sering obat harus diberikan.
b. Onset, puncak, and durasi
Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya. Sangat tergantung rute
pemberian dan farmakokinetik obat
Puncak, Setelah tubuh menyerap semakin banyak obat maka konsentrasinya di dalam tubuh
semakin meningkat, Namun konsentrasi puncak~ puncak respon
Durasi, Durasi kerjaadalah lama obat menghasilkan suatu efek terapi
2. Farmakodinamik
Farmakodinamik adalah subdisiplin farmakologi yang mempelajari efek biokimiawi dan
fisiologi obat, serta mekanisme kerjanya. Tujuan mempelajari farmakodinamik adalah untuk
meneliti efek utama obat, mengetahui interaksi obat dengan sel, dan mengetahui urutan peristiwa
serta spektrum efek dan respons yang terjadi (Gunawan, 2009).
MATERI FAMAKOLOGI-OBAT ANALGETIK DAN ANTIPIRETIK Bayu ajuzt 08.05MATERI FARMAKOLOGI frenssss, ketemu lagi sama saya KETUT BAYU PARWATA, KLIK NAMA Q UNTUK LIHAT PROFIL LENGKAP . saya akan selalu berusaha menyajikan informasi-informasi yang menarik, dan pastinya bermanfaat bagi kalian, dan u gx usah kwatir atau gx pecaya ma mterinya.... sebab saya membuat postingan hanya dari buku-buku sumber yang sudah paten dan baku atau yang dapat dipercaya kesahan.nya...... jadi gx mungkin sampe nyamplirrrr.......Dan Pada kesempatan kali ini, saya akan mencoba membahas tentang ilmu keperawatan,, yaitu mengenai materi farmakologi, itu lho ilmu tentang obat2.an... tau khan...... lebih spesifik lagi tentang ANALGETIK dan ANTIPIRETIK. Oke deh gz usah panjang lebar langsung baca selengkapnya dibawah:
bayuajuzt.blogpot.com
OBAT ANALGETIKA adalah obat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran
OBAT ANTIPIRETIKAobat yang menurunkan suhu tubuh
Nyeri adalah perasaan sensoris dan emosional yg tidak enak dan yg berhubungan dengan gangguan/kerusakan jaringanRasa nyeri hanya sebagai gejala/isyarat adanya gangguan di jaringan, seperti peradangan, infeksi jasad renik, atau kejang otot.Nyeri dapat terjadi karena rangsangan mekanis, kimiawi atau fisis yg menimbulkan kerusakan jaringan. Rangsangan tersebut memicu pelepasan zat-zat tertentu yang disebut mediator nyeri.
Mediator Nyeri merangsang reseptor nyeri yg letaknya pada ujung saraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan melalui syaraf sensoris ke S.S.P ( susunan saraf pusat), melalui sum-sum tulang belakang ke talamus (optikus) kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai nyeri.
Mediator Nyeri antara lain:1. Histamin2. Serotonin
3. Bradikinin4. Leukotrien5. Prostaglandin6. Ion kalium
Berdasarkan kerja farmakologiknya, analgetika dibagi menjadi :1. Analgetik perifer ( non narkotika/non opioid) :obat yang tidak bersifat narkotik bekerja dengan menghalau rasa nyeri dalam reseptor perifer, tdk mempengaruhi SSP, memiliki khasiat antipiretik
2. Analgetik Narkotika (opioid)menghalau rasa nyeri yg sangat hebat dengan menghalangi pusat nyeri dlm SSP
Macam-macam obat analgetik:1. Parasetamol/asetaminophenNama Dagang Sanmol, Pamol, PanadolSediaanTablet 500 mg dan sirup 120 mg/5 mlIndikasi Sebagai antipiretik/analgetik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal Sebagai analgetik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, nyeri haid, dan sakit pada otot Menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasiCara Kerja Obat Parasetamol adalah derivate p-aminofenol, sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral seperti halnya salisilat Sifat analgetiknya dapat menghilangkan nyeri ringan sampai sedang. Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik Pada penggunaan per oral parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna, kadar maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberianDosis dan Cara pemberianDibawah 1 tahun :
½ - 1 sendok teh atau 60-120 mg tiap 4-6 jam1 – 5 tahun1 – 2 sendok teh atau 120-250 mg tiap 4-6 jam6 – 12 tahun2 – 4 sendok the atau 250-500 mg tiap 4-6 jamDiatas 12 tahun½ - 1 g tiap 4 jam, maksiumum 4 g per hariEfek samping Dosis besar dapat menyebabkan kerusakan fungsi hati
2. Asam asetilsalisilat (Aspirin/asetosal)Nama Dagang Aspilet, FarmasalSediaanTablet 80 mg, 100 mg, 500 mg Indikasi Aspirin dosis terapi bekerja cepat dan efektif sebagai antipiretik, pada dosis toksik obat ini justru memperlihatkan efek piretik sehingga terjadi demam Sebagai analgetik bermanfaat untuk mengobati nyeri yang tidak spesifik misalnya sakit kepala, nyeri sendi, nyeri haid, neuralgia dan mialgia Untuk arthritis rheumatoid, walaupun telah banyak ditemukan anti rematik baru, salisilat masih dianggap sebagai obat standar, selain menghilangkan nyeri juga menghambat inflamasi. Sebagian penderita arthritis rheumatoid dapat dikontrol dengan salisilat saja, bila hasilnya tdk memadai dapat digunakan obat lain Demam rematik akut, setelah pemberian obat dalam waktu 24-48 jam terjadi pengurangan nyeri, kekakuan, pembengkakan, rasa panas dan merah pada jaringan setempat Penggunaan lain. Aspirin digunakan untuk mencegah thrombus koroner dan thrombus vena berdasarkan efek penghambatan agregasi trombositCara KerjaAsam asetilsalisilat bekerja dengan mempengaruhi pusat pengatur suhu di hipotalamus sehingga dapat menurunkan demam dan menghambat pembentukan prostaglandin sehingga dapat meringankan rasa sakitPeringatan dan perhatian
Sebaiknya diminum setalah makan atau bersama dengan makanan Alkohol dapat meningkatkan pendarahan gastrointestinal bila diminum bersamaan dengan obat ini Pemakaian jangka panjang dapat menyebabkan pendarahan pada lambungEfek SampingKadang-kadang dapat terjadi iritasi lambung, mual dan muntahKontra Indikasi Penderita hipersensitif (termasuk asma), penderita tukak lambung (maag), pernah atau sering mengalamai pendarahan di bawah kulit Penderita hemofili dan trombositopenia, karena dapat meningkatkan resiko pendarahan Penderita yang sedang diterapi dengan antikoagulan3. IbuprofenNama DagangArthrifen, proris, ibufenSediaanTablet 200 mg, 400 mg, 600 mg Sirup 100 mg/5 mlIndikasi : Nyeri dan demam pada anak Nyeri ringan sampai berat pada dismenorhea, analgetik pacsa bedah Nyeri dan radang pada rematik Cara Kerja Ibuprofen bersifat analgetik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat, efek analgetiknya sama seperti aspirin Absorpsi cepat melalui lambung dan kadar maksimum dalam plasma dicapai setelah 1-2 jamPeringatan dan perhatian Tidak dianjurkan diminum oleh wanita hamil dan menyusui Dapat mengurangi efek diuresis dari furosemid dan tiazid Mengurangi efek antihipertensi obat beta bloker dan Captopril, kemungkinan akibat hambatan biosintesis prostaglandin ginjalDosis dan cara pemberianDosis dewasa : analgetik 400 mg 4 x seharianti inflamasi 1200 – 2400 mg sehari
Dosis anak 7 kg)Dibawah 1 tahun tidak dianjurkan (atau anak 1- 2 tahun 50 mg 3 – 4 x sehari3-7 tahun 100 mg 3 – 4 x sehari8- 12 tahun 200 mg 3 – 4 x sehari
4. Antalgin/metampironIndikasi : analgesik, neuralgiaKontra indikasi : Jgn diberikan pd pasien yg mengalami agranulositosis, bayi 3 bln pertama/bb < 5 kg, wanita hamil triwln I, wanita menyusui.Dosis dan pemberianDosis dws : 500 mg @ 6-8 jamDM: 2 g/hariDosis anak : 250 mg @ 6-8 jam
5. Asam mefenamatNama Dagang Mefinal, PonstanSediaanTablet 500 mg Indikasi Meredakan nyeri ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, termasuk nyeri karena trauma, nyeri otot dan nyeri sesudah operasi. Sebagai anti inflamasi, asam mefenamat kurang efektif dibandingkan aspirin.Cara KerjaAs. Mefenamat merupakan kelompok anti inflamasi non steroid bekerja dengan cara menghambat sntesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzyme siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgetik, antiinflamasi dan antipiretikDosis dan Cara pemberian 14 tahunDewasa dan anak-anak Dosis awal 500 mg selanjutnya 250 mg setiap 6 jam sesuai kebutuhanPeringatan dan Perhatian Sebaiknya diminum sesudah makan Jangan digunakan lebih dari 7 hari atau melebihi dosis yang dianjurkan
kecuali atas petunjuk dokter Dapat timbul reaksi alergi terutama asma Hati-hati digunakan pada wanita hamil dan menyusui Keamanan penggunaan pada anak-anak dibawah 14 tahun belum diketahui pasti Jangan diberikan pada penderita bronkospasme, rhinitis alergi, urtikaria Efek Samping Sistem pencernaan : mual, muntah diare dan rasa sakit pada abdominal Sistem hematopoetik : leucopenia, trombositopenia, agranulositopenia Sistem saraf : rasa ngantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia Kontra Indikasi Penderita yang dengan asetosal mengalami bronkospasme, alergi rhinitis dan urtikaria Penderita tukak lambung dan usus Penderita gangguan ginjal beratInteraksi ObatPenggunaan bersamaan dengan antikoagulan oral dapat memperpanjang waktu protrombin
6. MorfinIndikasi : khusus pada nyeri hebat akut dan kronis, seperti pasca bedah dan infark jantung, kankerSediaanTablet 10 mg, 30 mg, 60 mg, injeksi 10 mg/mldosis dws : 8-20 mg @ 4 jamEfek samping : mual, muntah, gelisah, sesak napas, rasa mengantukES diatasi dengan atropin 0,3-0,6 mg inj sk
7. PetidinIndikasi :Nyeri sedang sampai berat, analgetik obstetric, analgetik perioperatifSediaanInjeksi 50 mg/ml
sumber:http://etsanurse.blogspot.com/2012/01/analgetik-antipiretik-materi.html
FARMAKOLOGI - MAKALAH ANALGAETIK DAN ANTIPIRETIK
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada mulanya farmakologi mencakup berbagai pengetahuan tentang obat yang meliputi: sejarah,
sumber, sifat - sifat fisika dan kimiawi, cara meracik, efek fisiologi dan biokimiawi, mekanisme kerja,
absorpsi, distribusi, biotranformasi dan ekskresi, serta penggunaan obat untuk terapi dan tujuan lain.
Dewasa ini didefinisikan sebagai studi terintegrasi tentang sifat-sifat kimia dan organisme hidup
serta segala aspek interaksi mereka. Atau Ilmu yang mempelajari interaksi obat dengan organisme
hidup.
Obat adalah benda atau zat yang dapat digunakan untuk merawat penyakit, membebaskan gejala,
atau mengubah proses kimia dalam tubuh.
Obat ialah suatu bahan atau paduan bahan-bahan yang dimaksudkan untuk digunakan dalam
menetapkan diagnosis, mencegah, mengurangkan, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala
penyakit, luka atau kelainan badaniah dan rohaniah pada manusia atau hewan dan untuk memperelok
atau memperindah badan atau bagian badan manusia termasuk obat tradisional.
1.2 Tujuan
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas yang telah diberikan dan untuk menambah wawasan
yang lebih luas mengenai obat antipiretik dan analgetik.
1.3 Pembatasan Masalah
Pengertian obat Antipiretik dan obat Analgetik
Macam-macam obat Antipiretik dan obat Analgetik
Efek samping obat Antipiretik dan obat Analgetik
PEMBAHASAN
2.1 ANTIPIRETIK
A. Pengertian Antipiretik
Antipiretik adalah obat yang dapat menurunkan panas atau untuk obat mengurangi suhu
tubuh (suhu tubuh yang tinggi). Hanya menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif
pada orang normal.
Dapat menurunkan panas karena dapat menghambat prostatglandin pada CNS.
B. Mekanisme Kerja Obat Antipiretik
Bekerja dengan cara menghambat produksi prostaglandin di hipotalamus anterior (yang
meningkat sebagai respon adanya pirogen endogen).
C. Macam-macam obat Antipiretik
Contoh Obat Antipiretik : Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol, santol,
zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat, salisilamida.
2.2 ANALGETIK ATAU ANALGESIK
A. Pengertian analgetik atau analgesik
Analgetik atau analgesik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan
rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran dan akhirnya akan
memberikan rasa nyaman pada orang yang menderita.
Nyeri merupakan suatu pengalaman sensorik dan motorik yang tidak menyenangkan,
berhubungan dengan adanya potensi kerusakan jaringan atau kondisi yang menggambarkan kerusakan
tersebut. Gejala Nyeri dapat digambarkan sebagai rasa benda tajam yang menusuk, pusing, panas
seperti rasa terbakar, menyengat, pedih, nyeri yang merambat, rasa nyeri yang hilang timbul dan
berbeda tempat nyeri.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering
mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita
minum biasanya mengandung analgetik atau pereda nyeri.
Pada umumnya (sekitar 90%) analgetik mempunyai efek antipiretik.
B. Mekanisme
Menghambat sintase PGS di tempat yang sakit/trauma jaringan.
C. Karakteristik:
1. Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
2. Tidak ada narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
3. Tidak mempengaruhi pernapasan
4. Gunanya untuk nyeri sedang, contohnya: sakit gigi
D. Macam - macam Analgetik
Berdasarkan aksinya, obat-abat analgetik dibagi menjadi 2 golongan yaitu :
1. Analgetik Opioid/analgetik narkotika
Analgetik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-sifat seperti opium atau
morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada
fractura dan kanker. Tetap semua analgetik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan.
- Mekanisme kerja Analgetik Opioid
Mekanisme kerja utamanya ialah dalam menghambat enzim sikloogsigenase dalam pembentukan
prostaglandin yang dikaitkan dengan kerja analgetiknya dan efek sampingnya. Kebanyakan analgetik
OAINS diduga bekerja diperifer . Efek analgetiknya telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah
pemberian per-oral. Sementara efek antiinflamasi OAINS telah tampak dalam waktu satu-dua minggu
pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berpariasi dari 1-4 minggu. Setelah pemberiannya
peroral, kadar puncaknya NSAID didalam darah dicapai dalam waktu 1-3 jam setelah pemberian,
penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan. Volume distribusinya relatif kecil (<
0.2 L/kg) dan mempunyai ikatan dengan protein plasma yang tinggi biasanya (>95%). Waktu paruh
eliminasinya untuk golongan derivat arylalkanot sekitar 2-5 jam, sementara waktu paruh indometasin
sangat berpariasi diantara individu yang menggunakannya, sedangkan piroksikam mempunyai waktu
paruh paling panjang (45 jam).
- Contoh obat Analgetik Opioid
Alfentanil, Benzonatate, Buprenorphine, Butorphanol, Codeine, Dextromethorphan Dezocine,
Difenoxin, Dihydrocodeine, Diphenoxylate, Fentanyl, Heroin Hydrocodone, Hydromorphone, LAAM,
Levopropoxyphene, Levorphanol Loperamide, Meperidine, Methadone, Morphine, Nalbuphine,
Nalmefene, Naloxone, Naltrexone, Noscapine Oxycodone, Oxymorphone, Pentazocine, Propoxyphene,
Sufentanil.
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat
yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau
Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran.
Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada
pengguna (berbeda halnya dengan penggunaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Efek samping obat-pbat analgetik perifer : kerusakan lambung, kerusakan darah, kerusakan hati
dan ginjal, kerusakan kulit.
- Mekanisme Kerja Obat Analgesik Non-Nakotik
Obat-obatan dalam kelompok ini memiliki target aksi pada enzim, yaitu enzim siklooksigenase
(COX). COX berperan dalam sintesis mediator nyeri, salah satunya adalah prostaglandin. Mekanisme
umum dari analgetik jenis ini adalah mengeblok pembentukan prostaglandin dengan jalan menginhibisi
enzim COX pada daerah yang terluka dengan demikian mengurangi pembentukan mediator nyeri .
Mekanismenya tidak berbeda dengan NSAID dan COX-2 inhibitors. Efek samping yang paling umum dari
golongan obat ini adalah gangguan lambung usus, kerusakan darah, kerusakan hati dan ginjal serta
reaksi alergi di kulit. Efek samping biasanya disebabkan oleh penggunaan dalam jangka waktu lama dan
dosis besar.
- Contoh obat Analgetik Non-Narkotik
Acetaminophen, Aspirin, Celecoxib, Diclofenac, Etodolac, Fenoprofen, Flurbiprofen Ibuprofen,
Indomethacin, Ketoprofen, Ketorolac, Meclofenamate, Mefanamic acid Nabumetone, Naproxen,
Oxaprozin, Oxyphenbutazone, Phenylbutazone, Piroxicam Rofecoxib, Sulindac, Tolmetin.
2.3 EFEK SAMPING OBAT ANTIPIRETIK DAN ANALGETIK
1. Gangguan Saluran Cerna
Selain menimbulkan demam dan nyeri, ternyata prostaglandin berperan melindungi saluran
cerna. Senyawa ini dapat menghambat pengeluaran asam lambung dan mengeluarkan cairan (mukus)
sehingga mengakibatkan dinding saluran cerna rentan terluka, karena sifat asam lambung yang bisa
merusak.
2. Gangguan Hati (hepar)
Obat yang dapat menimbulkan gangguan hepar adalah parasetamol. Untuk penderita gangguan
hati disarankan mengganti dengan obat lain
3. Gangguan Ginjal
Hambatan pembentukan prostaglandin juga bisa berdampak pada ginjal. Karena prostaglandin
berperan homestasis di ginjal. Jika pembentukan terganggu, terjadi gangguan homeostasis.
4. Reaksi Alergi
Penggunaan obat aspirin dapat menimbulkan raksi alergi. Reaksi dapat berupa rinitis vasomotor,
asma bronkial hingga mengakibatkan syok.
PENUTUPAN
Kesimpulan
Antipiretik yaitu obat anti demam. Mekanisme Kerja Obat Antipiretik, bekerja dengan cara
menghambat produksi prostaglandin E2 di hipotalamus anterior (yang meningkat sebagai respon adanya
pirogen endogen). Contoh Obat Antipiretik : Parasetamol, panadol, paracetol, paraco, praxion, primadol,
santol, zacoldin, poldan mig, acetaminophen, asetosal atau asam salisilat, salisilamida.
Analgetik yaitu obat anti nyeri. Mekanisame kerja menghambat sintase PGS di tempat yang
sakit/trauma jaringan.
Karakteristik:
1. Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
2. Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira
3. Tidak mempengaruhi pernapasan
4. Gunanya untuk nyeri sedang, contohnya: sakit gigi
Macam - macam Analgetik
1. Analgetik Opioid/analgetik narkotika
2. Obat Analgetik Non-narkotik
Efek samping obat antipiretik dan analgetik
1. Gangguan Saluran Cerna
2. Gangguan Hati( hepar)
3. Gangguan Ginjal
4. Reaksi Alergi
DAFTAR PUSTAKA
http://anie-ann.blogspot.com/2012/01/analgetik-anasthesi-dan-antipiretik.html
http://rivaldyahmad.blogspot.com/2012/05/obat-obat-analgesik-dan-antipiretik.html
http://pentinggaksihh.blogspot.com/2012/05/analgesik-antipiretik-analgetik-anti.html
makalah analgesik perifer BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri merupakan respon langsung terhadp kejadian peristiwa yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan seperti luka, inflamasi, atau kanker, nyeri juga dapat dikatakan
sebagai perasaan sensoris dan emosional yang tidak enak dan yang berkaitan dengan (ancaman)
kerusakan jaringan. Nyeri merupakan suatu perasaan pribadi dimana ambang toleransi nyeri berbeda-
beda bagi setiap orang. Ambang nyeri didefinisikan sebagai tingkat (level), dimana nyeri dirasakan untuk
pertama kali.
Sangat sulit untuk mengukur rasa nyeri,karena derajat nyeri yang dialami seseorang tidak hanya
bergantung pada stimulus dan persepsinya, tetapi juga pada interpretasi yang bersangkutan.
Penggunaan substansi analgesic untuk menghilangkan nyeri telah diketahui sekurang-kurangnya sejak
masa Hippocrates. Analgesic adalah obat yang mencegah atau menghilangkan demam.
Analgesic dibagi dalam dua kelompok utama yaitu analgesic lemah yang sering disebut analgesic
perifer dan analgesic kuat yang disebut analgesic narkotik. Analgesic perifer mempengaruhi produksi
substansi penyebab nyeri pada tempat luka, dan meliputi aspirin dan salisilat, parasetamol, NSAID (Non
Steroidal Anti Inflammatory Drugs), dan opiate lemah (kodein dan dekstropropoksofen).
1.2. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari analgetik perifer.
2. Mengetahui jenis-jenis obat yang tergolong analgetik perifer.
3. Mengetahui dosis dan efek samping dari obat-obat analgetik perifer.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Analgetik Perifer
Analgetik adalah obat yang mengurangi atau melenyapkan rasa nyeri tanpa menghilangkan
kesadaran. Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah
Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat
yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau
Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa
berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran.
Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada
pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Nyeri dapat berarti perasaan emosional yang tidak nyaman dan berkaitan dengan ancaman
seperti kerusakan pada jaringan karena pada dasarnya rasa nyeri merupakan suatu gejala, serta isyarat
bahaya tentang adanya gangguan pada tubuh umumnya dan jaringan khususnya. Meskipun terbilang
ampuh, jenis obat ini umumnya dapat menimbulkan ketergantungan pada pemakai
Untuk mengurangi atau meredakan rasa sakit atau nyeri tersebut maka banyak digunakan obat-
obat analgetik (seperti parasetamol, asam mefenamat dan antalgin) yang bekerja dengan memblokir
pelepasan mediator nyeri sehingga reseptor nyeri tidak menerima rangsang nyeri.
Terdapat perbedaan mencolok antara analgetika dengan anastetika umum yaitu meskipun
sama-sama berfungsi sebagai zat-zat yang mengurangi atau menghalau rasa nyeri namun, analgetika
bekerja tanpa menghilangkan kesadaraan. Nyeri sendiri terjadi akibat rangsangan mekanis, kimiawi,
atau fisis yang memicu pelepasan mediator nyeri. Intensitas rangsangan terendah saat seseorang
merasakan nyeri dinamakan ambang nyeri (Tjay, 2002).
Analgetika yang bekerja perifer atau kecil memiliki kerja antipiretik dan juga komponen kerja
antiflogistika dengan pengecualian turunan asetilanilida (Anonim, 2005).Nyeri ringan dapat ditangani
dengan obat perifer (parasetamol, asetosal, mefenamat atau aminofenazon).
2.2 Golongan Obat Analgetik Perifer
Secara kimiawi, analgetik perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni:
a. .parasetamol
b. Salisilat:asetosal,salisilamida,dan benorilat
c. Penghambat prostaglandin (NSAID’s): ibuprofen(Arthrifen), dan lain-lain
d. Derivate-derifat antranilat:mefenaminat, asam niflumat glafenin,flokfatenin.
e. Derivate-derivat pirazolinon: aminofenazon, isoprofilpenazon,
(*migrant,*sedanal),isopropilaminofenazon dan metamizol.
f. Lainnya: benzidamin (tantum)
Co-analgetika adalah obat yang khasiat dan indikasi utamanya bukanlah menghalau nyeri, yakni
NSAID’s(Non Steroidal Anti Inflammatory Drugs),Anti depresiva trisiklis (amitriptilin), dan anti-epileptika
(karbamazepin,valproat).Obat-obat ini digunakan tunggal atau terkombinasi dengan analgetika lain pada
keadaan tertentu, seperti pada nyeri akibat peradangan dan neuropati.
Penggunaan
Obat ini mampu meringankan atau menghilangkan rasa nyeri, tanpa mempengaruhi SSP atau
menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis
dan atau anti radang.Oleh karena itu obat ini tidak hanya digunakan sebagai obat anti nyeri ,melainkan
juga pada gangguan demam (infeksi virus/kuman,selema,pilek) dan peradangan seperti rema dan encok.
Obat ini banyak digunakan pada nyeri ringan sampai sedang, yang penyebabnya beraneka ragam,isalnya
nyeri kepala,gigi,otot,atau sendi (rema, encok), perut,nyeri haid,(dysmenorroe), nyeri akibat benturan
atau kecelakaan(trauma).Untuk kedua nyeri terakhir,NSAID lebih layak.Pada nyeri lebih berat seperti
setelah pembedahan atau fraktur (tulang patah),kerjanya kurang efektif.
Daya antipiretisnya berdasarkan rangsangan terhadap pusat pengatur kalor di hypothalamus,
yang mengakibatkan vasolidatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya pengeluaran kalor dan disertai
keluarnya banyak keringat.
Daya antiradang (antiflogistis).Kebanyakan analgetika memiliki daya antiradang, khususnya
kelompok besar dari zat-zat penghambat prostaglandin (NSAID’s,termasuk asetosal),begitu pula
benzidamin. Zat-zat ini banyak digunakan untuk rasa nyeri disertai peradangan.
Kombinasi dari dua atau lebih analgetika sering kali digunakan,karena terjadi efek potensiasi. Lagi
pula efek sampingnya,yang masing-masing terletak di bidang yang berlainan, berkurang,karena dosisnya
masing-masing dapat diturunkan. Kombinasi analgetika dengan kofein dan kodein sering kali
dibuat,khusunya dalam sendian dengan parasetamol dan asetosal.
Efek samping
Yang paling umum adalah gangguan lambung-usus,kerusakan darah,kerusakan hati dan ginjal
dan juga reaksi alergi pada kulit.Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau
dalam dosis tinggi. Oleh karena itu,penggunaan analgetika secara kontinu tidak dianjurkan.
Interaksi
Kebanyakan analgetika memperkuat efek koagulansia, keuali parasetamol dan glafenin. Kedua
obat ini pada dosis biasa dapat dikombinasi dengan aman untuk waktu maksimal dua minggu.
Kehamilan dan laktasi
Hanya parasetamol yang dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui,meskipun dapat
mencapai air susu. Asetosal dan salisilat,NSAID’s dan metamizol dapat mengganggu janin,sehingga
sebaiknya dihindari. Dari aminofenazon dan propifenazon belum terdapat cukup data.
2.3 Zat-Zat Tersendiri
1.Parasetamol (asetaminofen, panadol, Tylenol,tempra,nipe)
derivate-asetanilida ini adalah metabolit dari fenasetin, yang dahulu banyak digunakan sebagai
analgetikum, tetapi pada tahun 1978 telah ditarik dari peredaran karena efek sampingnya
(nefrotoksisitas dan karsinogen).Khasiatnya analgetis dan antipiretis,tetapi tidak anti radang.dewasa ini
pada umumnya dianggap sebagai zat anti nyeri paling aman, juga untuk swamedikasi(pengobatan
mandiri).Efek analgetisnnya diperkuat oleh kofein dengan kira-kira 50% dan kodein.
Resorpsinya dari usus cepat dan praktis tuntas,secara rectal lebih lambat.Dalam hati,zat ini
diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekresi dengan kemih sebagai konyugat-glukuroni-
da dan sulfat.
Dosis
Untuk nyeri dan demam oral 2-3 dd 0,5-1 g, maksimum 4 g/hari,pada penggunaan kronis
maksimum 2,5g/hari.Anak-anak:4-6 dd 10mg/kg,yakni rata-rata usia 3-12 bulan 60 mg,1-4 thn 120-
180mg,4-6 thn 180mg,7-12 thn 240-360mg,4-6x sehari. Rektal 20mg/kg setiap kali,dewasa 4 dd 0,5-1
g,anak-anak usia 3-12 bln 2-3 dd 120mg,1-4 thn 2-3 dd 240 mg,4-6 thn 4 dd 240 mg,dan 7-12 thn 2-3 dd
0,5 g
Efek Samping
Efek samping tak jarang terjadi, antara lain reaksi hipersesitivitas dan kelainan darah. Pada
penggunaan kronis dari 3-4 gram sehari dapat terjadi kerusakan hati,pada dosis diatas 6 gram
mengakibatkan necrose hati yang tidak reversible.Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolit-
metabolitnya, yang pada dosis normal dapat di tangkal oleh glutathione (suatu tripeptida dengan -SH).
Pada dosis diatas 10g,persedian peptide tersebut habis dan metabolit-metabolit mengikat pada protein
dengan –SH di sel-sel hati,dan terjadilah kerusakan irreversible.Dosis dari 20g sudah berefek
fatal.Overdose bisa menimbulkan antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan
cuci lambung, juga perlu diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsistein atau metionin) sedini
mungkin,sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi.
Wanita hamil dapat menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun
mencapai air susu ibu.
Interaksi
Pada dosis tinggi dapat memperkuat efek antikoagulansia, dan pada dosis biasa tidak interaktif.
Masa paruh klorafenikol dapat sangat diperpanjang. Kombina
si dengan obat AIDS zidovudin dapat meningkatkan risiko akan neutropenia.
2.Asam asetilsalisilat (Asetosal,Aspirin,Cafenol,Naspro)
Asetotsal adalah obat anti nyeri tertua(1899), yang sampai kini paling banyak digunakan di
seluruh dunia. Zat ini juga berkhasiat anti-demam kuat dan pada dosis rendah sekali (40mg) berdaya
menghambat agregasi trombosit. Efek anti trombosit ini tidak reversible dan berdasarkan blokade enzim
siklo-oksigenase yang bertahan selama hidupnya trombosit. Dengan demikian, sintesa tromboksan A2
yang bersifat trombotis dan vasokonstriktif dihindarkan. Pada dosis besar dari normal (diatas 5g sehari)
obat ini juga berkhasiat anti radang akibat gagalnya sintesa prostaglandin-E.
Penggunaan
Selain sebagai analgetikum,asetosal dewasa ini banyak digunakan sebagai alternative dari
antikoagulansia sebagai obat pencegah infark kedua setelah terjadi serangan. Hal ini berkat daya
antitrombotisnya. Obat ini juga efektif untuk profilaksis serangan stroke kedua setelah menderita
TIA(Transient Ischaemic Attack = serangan kekurangan darah sementara di otak), terutama pada pria.
Resorpsinya cepat dan praktis lengkap, terutama dibagian pertama duodenum. Namun,karena
bersifat asam,sebagian zat diserap pula di lambung. BA-nya lebih rendah akibat FPE dan hidrolisa selama
absorpsi. Mulai efekl analgetis dan antipiretisnya cepat, yakni selama 30 menit dan bertahan 3-6
jam,kerja antiradangnya baru nampak setelah 1-4 hari. Resorpsi dari rectum (suppositoria) lambat dan
tidak menentu,sehingga dosisnya perlu digandakan. Dalam hati,zat ini segera dihidrolisa menjadi asam
salisilat dengan daya anti-nyeri lebih ringan. PP-nya 90-95%, plasma waktu paruhnya 15-20 menit,masa
paruh asam salisilat adalah 2-3 jam pada dosis 1-3g/hari.
Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi berupa iritasi mukosa lambung dengan risiko tukak lambung
dan perdarahan samara (occult). Penyebabnya adalah sifat asam dari asetosal, yang dapat dikurangi
melalui kombinasi dengan suatu antasidum (MgO, alumuniumhidroksida,CaCO3) atau garam kalsiumnya
(carbasalat, Ascal). Pada dosis besar,factor lain memegang peranan yakni hilangnya efek pelindung dari
prostasiklin terhadap mukosa lambung, yang sintesanya turut dihalangi akibat blokade siklo-oksigenase.
Selain itu asetosal menimbulkan efek-efek spesifik,seperti reaksi alergi kulit dan tinnitus(telinga
berdengung) pada dosis lebih tinggi. Efek yang lebih serius adalah kejan-kejang bronchi hebat,yeng pada
pasien asma meski dalam dosis kecil dapat mengakibatkan serangan. Anak-anak kecil yang menderita
cacar air atau flu/selesma sebaiknya jangan diberikan asetosal (melainkan parasetamol) karena beresiko
terkena syndrome rye yang berbahaya. Sindrom ini berciri muntah hebat,termangu-mangu,gangguan
pernapasan,konvulsi, dan adakalanya koma.
Wanita hamil tidak dianjurkan menggunakan asetosal dalam dosis tinggi,terutama pada triwulan
terakhir dan sebelum persalinan karena lama kehamilan dan persalinan dapat diperpanjang,juga
kecenderungan perdarahan meningkat. Kendati masuk ke dalam air susu,ibu dapat menggunakan
asetosal selama laktasi meski sebaiknya secara insidentil.
Interaksi
Asetosal memperkuat daya kerja antikoagulansia,antidiabetika oral, dan metotreksat. Efek obat
encok probenesit dan sulfinpirazon berkurang,begitu pula diuretika furosemida dn spironolakton. Kerja
analgetisnya diperkuat oleh antara lain kodein dan d-propoksifen. Alcohol meningkatkan risiko
perdarahan lambung-usus. Karena efek antitrombotisnya yang mengakibatkan risiko perdarahan
meningkat, penggunaan asetosal perlu dihentikan satu minggu sebelum pencabutan gigi (geraham
bungsu).
Dosis
Pada nyeri dan demam oral 4 dd 0,5-1gp.c,maksimum 4 g sehari, anak-anak sampai 1 tahun
10mg/kg 3-4 kali sehari, 1-12 tahun 4-6 dd, diatas 12 tahun 4 dd 320-500mg, maksimum 2g/hari. Rectal
dewasa 4 dd 0,5-1 g, anak-anak sampai 2tahun 2 dd 20mg/kg, diatas 2 tahun 3 dd 20mg/kg p.c. pada
rema oral dan rectal 6 dd 1g, maksimum 8g/hari, pada serangan migren single dose dari 1g, 15-30 menit
sesudah minum domperidon atau metoklopramida. Untuk prevensi sekuder infark jantung 1 dd 100mg
dan setelah TIA 1 dd 40-100mg dengan loading-dose dari 100mg.
Bentuk-bentuk asetosal yang melarut:
Karbasalatkalsium (Ascal) adalah garam kalsium dari asetosal, dimana air kristal diganti oleh
urea(1951). Garam ini tidak bereaksi asam dan kurang merangsang mukosa lambung.100 mg
Ascal=80mg asetosal.
Lysin-asetosal adalah persenyawaan yang setelah melarut pecah dalam bentuk asam amino lisin
(lysine) dan asetosal, yang kemudian dihidrolisa menjadi salisilat. Kombinasinya (1620 mg)
dengan metoklopromida (10 mg) dianjurkan untuk migraine (migrafin).
a. Diflunisal (difonid, dolocid) adalah derivate-difluorfenil (1980) dengan khasiat dan efek
samping lebih kurang sama. Khasiatnya analgetis, antiradang, dan urikosuris
(mengeluarkan asam urat). Daya menghambat agregasinya ringan dan baru nampak
pada dosis tinggi, diatas 2g/hari. PP-nya lebih tinggi (99%),waktu paruhnya lebih panjang
dan tergantung dari dosis:8 dan 15 jam pada masing-masing 250-1000 mg. zat ini tidak
dihidrolisa menjadi asam salisilat, ekskresinya terutama melalui kemih sebagai
glukuronida. Jarang mengakibatkan perdarahan lambung-usus.
Dosis: untuk nyeri pada rema permulaan 0,5-1g, disusul dengan 2 dd 0,25-0,5g,maksimum 1,5g/hari.
b. Benorilat (bentum,benortan) adalah ester asetosal dengan parasetamol (1972). Setelah
resorpsi segera dihidrolisa menjadi asam salisilat dan parasetamol. Plasma waktu
paruhnya ca 1 jam. Gangguan lambung-usus jarang terjadi tetapi terdapat indikasi
nefrotoksisitas yang meningkat.
Dosis: maksimum 4dd 0,5-1g.
c. Salisilamida (salamid, neozep, refagan) adalah derivate-salisilat dengan khasiat lebih
lemah disemua bidang. Efeknya kurang dapat dipercaya. Di dinding usus mengalami FPE
besar, sehingga dosisnya harus tinggi. Zat ini sering mengganggu pencernaan,
perdarahan samara jarang timbul disbanding asetosal. Pada ovedose dapat terjadi
hipotensi, depresi SSP,dan penghentian pernapasan. Penggunaanya sudah disebut
obsolete.
Dosis: 3-4 dd 0,5-1g
d. Natriumsalisilat (nephrolit, enterosalicyl) lebih lemah khasiatnya disbanding asetosal.
Efek sampingnya lebih kurang sama, kecuali tidak menghambat penggumpalan
trombosit.
Dosis;4-6 dd 1-1,5 g, maksimum 12g/hari.
e. Metilsalisilat (wintergreen oil, sloan’sliniment) adalah cairan dengan bau khas yang
diperoleh dari daun dan akar tumbuhan akar wangi (Gaultheria procumbens). Zat ini
juga dibuat sintetis. Khasiat analgetisnya pada penggunaan local sama dengan salisilat-
salisilat lainnya. Metilsalisilat diresorpsi baik oleh kulit dan banyak digunakan dalam
obat gosok dan krem(3-10%) untuk nyeri otot,sendi dan lain-lain. Penggunaan oral
sebanyak 30 ml sudah bisa fatal, terutama anak-anak yang sangat peka untuknya.
3. aminofenazon (aminopryn ,amidopryn,pyramidon)
Derivate-pirazolinon ini (1887) berkhasiat analgetis, antipiretis, dan antiradang. Resorpsinya di
usus cepat, mulai kerjanya sesudah 30-45 menit, plasma waktu paruhnya 2-7 jam. Karena efek
sampingnya terhadap darah (agranulositosis dan leucopenia) sering fatal, obat ini sudah sejak tahun
1980-an dilarang peredarannya dibanyak Negara. Bila timbul borok-borok kecil dimulut, nyeri
tenggorokan, atau demam (tanda-tanda agranulositosis),pengobatan harus segera dihentikan!
Kehamilan dan laktasi. Semua obat dari kelompok pirazolinon tidak boleh digunakan selama
kehamilan dan laktasi.
Dosis: 3 dd 300-600 mg, maksimum 3 g/hari.
a. Isopropilaminofenazon (pehazon) adalah derivate-aminopirin dengan khasiat yang sama.
Disamping itu zat ini juga berdaya sedative dan pada dosis tinggi hipnotis. Toksisitasnya
dinyatakan lebih ringan.
Dosis; oral,rectal atau i.v. 3 dd 400 mg selama 1 minggu,lalu 600 mg/hari.
b. Fenazon (antipirin) adalah senyawa induk dari obat-obat tersebut diatas tanpa khasiat
antiradang (1884). Karena berdaya lebih lemah dan lebih sering menimbulkan reaksi kulit, obat
ini kini praktis sudah ditinggalkan. Adakalanya fenozon masih digunakan dalam obat kumur pada
nyeri tenggorokan, berdasarkan efek local anastesis (lemah) dan kerja vasokonstriksinya.
c. Propifenazon (isopropilantipirin, saridon, migrant) adalah derivate fenazon (1951) tanpa daya
antiradang dengan sifat kurang lebih sama. Plasma waktu paruhnya 90 menit. Risiko
agranulositosis dikatakan lebih ringan.
Dosis: 1-3 dd 150-300 mg, umumnya terkombinasi dengan analgetika lain.
4. Fenilbutazon (butazolidin,new skelan, pehazon/forte)
Derivate-pyrazolidin ini(1949) mirip rumus intinya dengan fenazon. Khasiat antiradangnya lebih
kuat daripada daya kerja analgetisnya. Oleh karena itu, obat ini khusus digunakan untuk jenis atritis
tertentu, seperti derivatnya oksifenilbutazon.
Penyalahgunaan
Kadang kala fenilbutazon dimasukkan secara illegal (tanpa dicantumkan pada etiket) pada
produk dari pabrik-pabrik kecil asing (hongkong,dsb) atau sering kali dalam tonika(dengan gingseng)
untuk keadaan lesu dan letih,otot nyeri, dan perasaan lemah. Kadangkala obat ini dikombinasi dengan
kortikosteroida yang dalam obat-obat demikian sangat berbahaya berhubung efek merusaknya terhadap
sel-sel darah dan efek memperlemahnya sistem imun.
Efek Samping
Efek sampingnya serius,antara lain terhadap darah dan lambung, sehingga di banyak Negara
barat sudah ditarik dari peredaran sejak akhir tahun 1980-an. Adakalanya fenilbutazon masih digunakan
untuk nyeri otot dalam bentuk krem 5%.
Dosis
Pada serangan rema atau encok oral dan rectal 2-3 dd 200 mg.
5. Glafenin( glaphen, glifanon)
Glafenin adalah suatu derivate-4-aminokinolin (sepeti obat rema klorokuin), yang terikat pada
asam antranilat (1965). Pada dosis biasa, obat ini tidak berdaya antipiretis atau antiradang,potensi kerja
analgetisnya dapat disamakan dengan asetosal.
Resorpsinya di usus cepat;di dalam hati zat ini dirombak menjadi asam glafeninat, yang mungkin
berperan utama bagi efek anti nyerinya. Plasma waktu paruhnya 1-2 jam,dan lama kerjanya lebih kurang
5 jam.
Efek Samping
Berupa gangguan lambung-usus, rasa kantuk ,dan pusing. Yang lebih serius adalah reaksi
anafilaktis, kerusakan hati, dan anemia hemolitis, yang adakalanya berakibat fatal. Oleh karena itu, sejak
tahun 1992 di banyak Negara Eropa,termasuk Negara belanda,gafenin sudah ditarik dari peredaran oleh
produsennya.
Dosis
Permulaan 400mg, 3-4 dd 200 mg,maksimum 1 g sehari.
Floktafenin (idarac, idalon) adalah dervat-CF dengan khasiat lebih kurang sama,tetapi kurang
toksis dan juga lebih jarang menimbulkan reaksi alergi. Dalam hati, zat ini diubah menjadi asam
floktafeninat, yang dieksresikan melalui kemih dan tinja. Plasma waktu paruhnya 1 jam,dan lama
kerjanya lebih kurang 4 jam.
Dosis: permulaan 200-400 mg, lalu 4-6 dd 200 mg,maksimum 1,6 g sehari.
Asam mefenaminat (ponstan) adalah juga derivate-antranilat dengan khasiat analgetis,
antipiretis, dan antiradang yang cukup baik. Obat ini digunakan pula sebagai obat rema. Efek
smapingnya mirip flotakfenin. Derivate-antranilat lainnya, yaitu niflumic acid (niflamol), memiliki
daya antiradang yang lebih kuat dan khusus digunakan sebagai obat rema.
Dosis: permulaan 500 mg,lalu3-4 dd 250 mg p.c.
6. Tramadol (tramal, theradol)
Analgetikum opiate (1977) ini tidak menekan pernapasan dan praktis tidak mempengaruhi
sistem kardiovaskuler dan motilitas lambung-usus. Karena praktis tidak bersifat adiktif, dikebanyakan
Negara termasuk Indonesia obat ini tidak termasuk dalam Daftar Narkotika. Efek analgetis dari 120 mg
tramadol oral setaraf dengan 30-60 mg morfin. Obat ini digunakan untuk nyeri tidak terlampau hebat
bila kombinasi parasetamol-kodein dan NSAIDs kurang efektif atau tidak dapat digunakan. Untuk nyeri
akut atau pada kanker, morfin umumnya lebih ampuh.
Tramadol tidak dianjurkan selama kehamilan dan laktasi.
Dosis
Anak-anak 1-14 tahun :3-4 dd 1-2 mg/kg. di atas 14 tahun 3-4 dd 50-100mg, maksimum 400 mg
sehari.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan
tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini
cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan
saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik /
Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya
dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik)
Golongan obat analgetik perifer: parasetamol,Salisilat:asetosal,salisilamida,dan benorilat,Penghambat
prostaglandin (NSAID’s): ibuprofen(Arthrifen), dan lain-lain,Derivate-derifat antranilat:mefenaminat,
asam niflumat glafenin,flokfatenin,Derivate-derivat pirazolinon: aminofenazon, isoprofilpenazon,
(*migrant,*sedanal),isopropilaminofenazon dan metamizol,Lainnya: benzidamin (tantum)
Hanya parasetamol yang dianggap aman bagi wanita hamil dan menyusui,meskipun dapat
mencapai air susu. Asetosal dan salisilat,NSAID’s dan metamizol dapat mengganggu janin,sehingga
sebaiknya dihindari. Dari aminofenazon dan propifenazon belum terdapat cukup data.
3.2 Saran
Setelah mengetahui jenis-jenis obat analgetik perifer diharapkan masyarakat dapat
mempertimbangkan dosis, kegunaan,dan efek yang dapat ditimbulkan dalam mengkonsumsi obat anti
nyeri dan demam.