makalah farmakologi pengaruh pemberian obat secara oral dan intraperitoneal terhadap mula kerja,...
DESCRIPTION
MAKALAH FARMAKOLOGIPENGARUH PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL DAN INTRAPERITONEAL TERHADAP MULA KERJA, PUNCAK EFEK dan LAMA KERJA OBAT ANALGESIKTRANSCRIPT
MAKALAH FARMAKOLOGI
PENGARUH PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL DAN
INTRAPERITONEAL TERHADAP MULA KERJA, PUNCAK EFEK dan
LAMA KERJA OBAT ANALGESIK
Disusun oleh :
Adistasya Satria Sukoco 201310410311001
Neli Silvia Ningrum 201310410311002
Putri Sari Astuti 201310410311003
Rofiqoh Asiyah Zulmi 201310410311007
Helma Nadya 201310410311008
Lita Filzatil Fitri 201310410311009
Putri Harlina 201310410311010
Nur Muhammad Aminulloh 201310410311014
Dita Yuliana Fransiska 201310410311289
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Tahun Ajaran 2014/2015
1 | P a g e
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya sehingga tersusunnya tugas makalah ini.
Dengan menyelesaikan materi II praktium Farmakologi yang berjudul MULA
KERJA, PUNCAK EFEK DAN LAMA KERJA OBAT ANALGTIK PADA PEMBERIAN
PERORAL SERTA INTRAPERITONEAL ini mahasiswa dapat mengetahui dan mampu
memahami perbedaan mula kerja, puncak efek dan lama kerja obat yang diberikan secara oral
maupun parenteral.
Dalam praktikum ini mahasiswa dapat menggunakan analgetic meter beaban geser
untuk mengetahui efek nyeri yang ditunjukkan pada uji coba hewan tikus dengan adanya
respon berupa jeritan atau menarik kaki.
Dalam penyusunan makalah ini, masih banyak kekurangan, untuk itu penyusun sangat
menghara krtik dan sran yang bersifat membangun.
Akhirnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu penyusunan makalah ini.
Tim Penulis,
2 | P a g e
DAFTAR ISI
ContentsKATA PENGANTAR...........................................................................................................................2
Tim Penulis,..........................................................................................................................................2
BAB I....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................................................5
C. Maksud dan Tujuan...................................................................................................................5
BAB II...................................................................................................................................................6
DASAR TEORI.....................................................................................................................................6
BAB III..................................................................................................................................................8
METODOLOGI PENELITIAN............................................................................................................8
A. Alat dan Bahan..........................................................................................................................8
BAB IV.................................................................................................................................................9
PEMBAHASAN...................................................................................................................................9
BAB V.................................................................................................................................................18
KESIMPULAN...................................................................................................................................18
3 | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Farmakologi merupakan sifat dari mekanisme kerja obat pada sistem tubuh
termasuk menentukan toksisitasnya. Jalur pemakaian obat yang meliputi secara oral,
rektal dan parenteral serta yang lainnya harus ditentukan dan ditetapkan petunjuk
tentang dosis-dosis yang dianjurkan. Hewan coba atau hewan uji adalah hewan yang
khusus diternakan untuk keperluan penelitian biologic. Hewan percobaan digunakan
untuk penelitian pengaruh bahan kimia atau obat pada manusia.
Mula kerja (onset of action) adalah waktu dimana obat mulai memasuki
plasma dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif minimum. Puncak efek
(peak effect) adalah proses dimana mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau
plasma. Lama kerja (duration of action) adalah lamanya obat mempunyai efek
farmakologis. Beberapa obat menghasilkan efek dalam beberapa menit, tetapi yang
lain dapat memakan waktu beberapa jm atau hari. Ketiga fase tersebut dipengaruhi
oleh :
a. Absorbsi
Adalah proses dimana obat masuk kedalam tubuh (sirkulasi) dari tempat ia
diberikan, jadi tempat absorbsi bergantung pada cara pemberian obatnya
disesuaikan dengan kondisi pasien sehingga tercapai efek terapi yang diinginkan.
Absorbsi sangat mempengaruhi bioavaibilitas, hal ini bisa dilihat pada pemberian
secara intra vena dan secara oral, dimana pemberian secara intravena
bioavaibilitasnya lebih besar maksimal daripada pemberian secara oral, hal ini
dipengaruhi oleh tingkat absorbsi yang tidak lengkap dan eliminasi lintas pertama
(first pass).
b. Metabolisme
Adalah proses dimana enzim mengkatalisa perubahan kimia obat menjadi lebih
polar (metabolit) sehingga mudah diekskresikan. Hati merupakan tempat utama
metabolisme. Kebanyakan obat di inaktifkan oleh enzim-enzim hati dan kemudian
diubah atau di transformasikan oleh enzim-enzim menjadi metabolit inaktif atau
zat yang larut dalam air untuk di ekskresikan.
c. Ekskresi
Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi
empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat dan ASI. Obat bebas yang tidak
4 | P a g e
berikatan, yang larut dalam air dan obat-obat yang tidak diubah di filtrasi oleh
ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat di filtrasi oleh ginjal.
Sekali obat dilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi bebas dan
akhirnya akan diekskresikan melalui usus.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana keefektifan kerja obat pada pemberian obat melalui oral dan
intraperitoneal ?
2. Bagaimana mekanisme dari obat yang memberikan khasiat analgesik ?
3. Bagaimana perbedaan mula kerja obat (onset of action), lama kerja obat (duration
of action) dan saat obat mencapai efek yang maksimum pada pemberian per oral
dan intraperitoneal ?
C. Maksud dan Tujuan
1. Mengetahui keefektifan antara obat pemberian oral dengan pemberian
intraperitoneal.
2. Mampu menjelaskan mekanisme kerja obat analgesik.
3. Dapat menjelaskan perbedaan mula kerja obat (onset of action), lama kerja obat
(duration of action) dan saat obat mencapai efek yang maksimum pada pemberian
per oral dan intraperitoneal.
5 | P a g e
BAB II
DASAR TEORI
1. Analgetika
Analgetika adalah senyawa yang dalam dosis teraupetik meringankan atau
menekan rasa nyeri, tanpa memiliki kerja anastesi umum. Analgetik ada 2 yaitu
analgetika berkhasiat kuat dan analgetika lemah. Untuk mempengaruhi nyeri dengan
obat terdapat kemungkinan-kemungkinan berikut :
a. Mencegah sensibilitas reseptor nyeri dengan cara penghambatan sintesis
protagladin dan analgetika yang bekerja pada perifer.
b. Mencegah pembentukan rangsangan dalam reseptor nyeri dengan memakai
anastetik permukaan atau anastesik infiltrasi.
c. Menghambat penerusan rangsang dalam serabut saraf sensorik dengan anastetika
konduksi.
d. Meringankan nyeri atau menghilangan melalui kerja dalam sistem saraf pusat
dengan analgetik yang bekerja pada pusat atau obat nekrosis.
e. Mempengaruhi pengalaman nyeri dengan psikofarmaka (trankulansia,
neuroleptika, anti-depresif).
(Sumber : Grnst Mutschler, “ Dinamika Obat”, edisi kelima. 1991.)
2. Efek farmakologi obat
Merupakan fungsi obat dari konsentrasi obat ditempat kerja obat. Ada 3 fase
yang didapatkan dari hubungan waktu dan efek obat yaitu : mula kerja (onset of
action), puncak efek (peak efect), lama kerja obat ( duration of action). Ketiga fase
ditentukan oleh kecepatan absorbsi, distribusi, metabolisme, dan ekskresi obat. Mula
kerja dimulai pada waktu obat memasuki plasma dan berakhir sampai mencpai
konsentrasi efektif minimum (MEC =Minimum Effective Consentratiton).
Puncak kerja terjadi pada saat obat mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah
atau plasma. Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efect farmakologis. Kurva
respon-waktu mengevaluasi tiga parameter dari kerja obat : (1) mula, (2) puncak, dan
(3) lama. Perlu untuk memahami hubungan antara respon-waktu dengan pemberian
obat. Jika kadar obat dalam plasma atau serum menurun dibawah ambang atau MEC,
maka ini berarti dosis yang memadai tidak tercapai; kadar obat terlalu tinggi
menyebabkan toksisitas.
6 | P a g e
(Sumber : Joyce L. Kee dan Evelyn R. Nayes_Farmakologi_pendekatan proses
keperawatan).
3. Pemberian Enteral (oral versus parental (intraperitoneal)
a. Pemberian Oral
Sebagian besar absorbsi obat dari saluran pencernaan melalui proses transpor
pasif, absorbsi lebih mudah terjadi jika obat dalam bentuk tidak terionisasi dan
lebih lifopil. Rute ini juga paling aman, nyaman, dan murah. Kerugian oral antara
lain, terbatasnya absorbsi beberapa obat karena sifat-sifat fisik muntah sebagai
akibat iritasi pada mukosa saluran penceranaan.
(Sumber : Goodman and Gilman. Dasar farmakologi_Volume_I_Edisi 10).
b. Pemberian Intraperitoneal
Rongga peritoneum mempunyai permukaan absorbsi yang sangat luas. Sehingga
obat dapat masuk ke sirkulasi sistemik secara cepat dan tepat. Sediaan injeksi
parental (intraperitoneal) penting untuk obat yang dihantarkan dalam bentuk aktif.
Ketersediaannya lebih cepat, luas dan dapat diprediksi. Jika dibandingkan dengan
pemberian obat melalui mulut. Oleh karena itu, dosis efektif dapat diberikan
dengan lebih akurat. Namun, injeksi obat ini mempunyai kekurangan antara lain
asepsis harus dijaga. Nyeri dapat menyertai injeksi.
(Sumber : Goodman and Gillman - Dasar Farmakologi - Volume I - Edisi 10)
7 | P a g e
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan :
1. Analgetic meter beban geser 1 buah
2. Hot plate 1 buah
3. Spuit 1ml 1 buah
4. Sonde 1 buah
5. Stop watch 2 buah
Bahan dalam prosedur kerja :
1. Tikus 2 ekor dengan BB 117g dan100g.
2. Obat analgetik : xylomidon (250 mg/ml metampiron) tiap tikus (200g) 50 mg/0,2
cc.
3. Antalgin tablet (500 mg/tab) dipuyer + CMC + air sampai 20 cc tiap tikus
disonde 2 ml.
8 | P a g e
BAB IV
PEMBAHASAN
Analgesik adalah kelas obat yang dirancang untuk merinngankan nyeri tanpa
menyebabkan hilangnya kesadaran. Obat-obat yang biasanya dipakai untuk kelas obat ini
adalah ibuprofen, naproxen, dan ada juga narkotika seperti morfin dan obat-obatan narkotika
sintesis.
Nyeri adalah perasaan tidak nyaman,baik ringan maupun berat. Nyeri ini hanya dapt
dirasakan oleh individu tersebut tanpa dapat dirasakan oleh oranglain, serta mencakup pola
pikir, aktifitas seseorang secara langsung, dan juga perubahan hidup seseorang. Nyeri
merupakan tanda dan gejala penting yang dapat menunjukkan telah terjadinya gangguan
secara fisiologikal.
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan yang
berhubungan dengan kerusakan jaringan atau potensial menyebabkan kerusakan jaringan.
(Perry&Potter,2005)
Mekanisme Kerja obat analgesik
Mekanisme kerja obat analgetik merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh
terhadap zat-zat tertentu. Obat analgetik bekerja di dua tempat utama, yaitu di perifer dan
sentral. Golongan obat AINS bekerja diperifer dengan cara menghambat pelepasan mediator
sehingga aktifitas enzim siklooksigenase terhambat dan sintesa prostaglandin tidak terjadi.
Sedangkan analgetik opioid bekerja di sentral dengan cara menempati reseptor di kornu
dorsalis medulla spinalis sehingga terjadi penghambatan pelepasan transmitter dan
perangsangan ke saraf spinal tidak terjadi.
Mekanisme Nyeri
Mekanisme nyeri merupakan sebuah mekanisme fisiologis tubuh. Nyeri merupakan suatu
bentuk peringatan akan adanya bahaya kerusakan jaringan. Pengalaman sensoris pada nyeri
akut disebabkan oleh stimulus noksius yang diperantarai oleh sistem sensorik nosiseptif.
Sistem ini berjalan mulai dari perifer melalui medulla spinalis, batang otak, thalamus dan
korteks serebri. Apabila telah terjadi kerusakan jaringan, maka sistem nosiseptif akan
bergeser fungsinya dari fungsi protektif menjadi fungsi yang membantu perbaikan jaringan
yang rusak.
9 | P a g e
Untuk mengobati rasa nyeri tersebut diberikanlah obat analgesik yang dapat mengurangi
rasa nyeri. Adapun cara pemberian obat yang mempengaruhi kecepatan obat tersebut untuk
memberikan efek diantaranya per oral dan parenteral.
Pemberian Peroral
Obat yang diberikan melalui sistem saluran pencernaan (mulut → kerongkongan →
lambung → usus (diabsorbsi melalui vena porta yang bermuara di hepar → vena cava inferior
→ jantung(atrium kanan → vena kanan → paru-paru → atrium kiri → aorta)→ ke sirkulasi
sistemik dan diedarkan ke seluruh tubuh).
Dari sini obat tidak akan langsung menuju ke sel target namun ada pula obat yang
berjalan ketempat yang lain, akibatnya adanya efek samping atau inaktivasi obat.
Keuntungan Kerugian
Relative cepat
Tidak menyakitkan
Mudah
Aman
Tidak memerlukan alat khusus /
bantuan orang lain
Sebagian besar obat dpt diberikan
peroral
Tidak bisa memberikan efek sangat
cepat
Beberapa obat rusak di GIT
(insulin,cocaine)
Absorbsi obat bervariasi
Dapat menyebabkan gangguan GIT
Tidak dapat dipakai pada keadaan pasien
tdk kooperatif, vomit, tdk sadar
First pass effect menurunkan
bioavaibilitas
10 | P a g e
Per-injeksi
Diberikannya obat kedalam tubuh melalui suntikan Intravena, Subcutaneous,
intramuscular à absorbsi melalui diffusi & dipengaruhi oleh aliran darah
Keuntungan Kerugian
Onset Cepat
Terhindar dari first pass (bioavabilitas
sempurna)
Tidak melalui proses pencernaan(ES
GIT kecil)
Dosis lebih akurat
Dpt diberikan pd pasien gawat &
koma
Menyakitkan
Respon obat berupa ES & efek toksik
sangat cepat muncul
Potensial terjadi infeksi
Obat yang sudah masuk tdk dapat
dikeluarkan
dikerjakan oleh org yang punya
keahlian
Adapun perbedaan daerah injeksi antara intravena, intramuscular, dan subcutan,
Untuk pemberian melalui subcutan bisa dilakukan sendiri sedangkan pada intramuscular
harus diberikan oleh orang yang ahli (tenaga khusus) dikarenakan letak target yang dalam.
Per-Inhalasi
Pemberian obat melalui hidung atau mulut dimana obat dibentuk seperti partikel gas kecil
kemudian disemprotkan kedalamnya.
Keuntungan Kerugian
Sangat Cepat
tdk menyakitkan
Bbrp potensial menimbulkan bahaya
(jangka pendek : pneumoni, panjang :
11 | P a g e
Mudah
5 - 8 detik menuju otak
Intense effects
Asap : metapmphetamine
Uap :anasthetics
Ca)
Kemungkinan tjd abuse tinggi
Hanya viable utk obat dlm bentuk uap
/ikel yg sangat kecil
Per-Membran Mukosa
Pemberian obat melalui Mukosa sublingual, buccal, nasal, vaginal atau rektal : melalui difusi
pasif.
KEUNTUNGAN KERUGIAN
Absorbsi cepat
Mudah
Kemungkinan infeksi / kerusakan
jaringan kecil (kecuali jk disertai dg
vasokonstriktor)
taste bad / iritasi membran
Tidak semua obat siap diasorbsi
Mudah disalahgunakan (abuse)
Transdermal
Pemberian obat dengan menempelkannya pada kulit atau dermal.
KEUNTUNGAN KERUGIAN
Mudah
Tidak menyakitkan
Lambat diserap (sustained release)
Tidak melalui GIT & first pass
Berpotansi menimbulkan keracunan
pd anak2 (jk dimakan)
Sangat sedikit obat yang bisa diserap
krn permeabilitas kulit rendah
Dpt menyebabkan iritasi lokal
Intraperitoneal
Pemberian obat secara injeksi yang langsung pada rongga perut yang terdapat banyak
pembuluh darah sehingga obat langsung masuk kedalam sirkulasi darah dan diedarkan
keseluruh tubuh tanpa harus melalui sistem pencernaan.
Keuntungan Kerugian
Onset Cepat Menyakitkan
12 | P a g e
Terhindar dari first pass (bioavabilitas
sempurna)
Tidak melalui proses pencernaan(ES
GIT kecil)
Dosis lebih akurat
Dpt diberikan pd pasien gawat &
koma
Respon obat berupa ES & efek toksik
sangat cepat muncul
Potensial terjadi infeksi
Obat yang sudah masuk tdk dapat
dikeluarkan
dikerjakan oleh org yang punya keahlian
Dari macam-macam jenis pemberian obat diatas masing-masing dipengaruhi oleh banyak
faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan berefeknya obat, diantaranya :
Distribusi
Distribusi obat keseluruh tubuh terjadi saat obat mencapai sirkulasi. Selanjutnya obat masuk
ke jaringan untuk bekerja. Distribusi dipengaruhi oleh :
a. waktu paruh : waktu yang dibutuhkan sehingga konsentrasi obat dalam darah
berkurang setengah dari nilai awalnya.
b. Volume distribusi : volume yang menunjukkan distribusi obat. Volume distribusi yang
besar menunjukkan distribusi diseluruh cairan tubuh yang total atau konsentrasi pada
jaringan tertentu.
c. Bersihan : volume darah atau plasma darah yang dibersihkan dari obat dalam satuan
waktu.
d. Dosis obat : yang dimaksud jumlah dosis obat yang mampu mencapai sel target dan
memberikan efek. Diharapka dosis yang diberikan sesuai perhitungan dosis menurut
farmakope, tidak boleh sedikit (kadar inefektif) atau berlebih (kadar toksik).
e. Bioavaibilitas : istilah yang digunakan untuk menjelaskan proporsi obat yang diberikan
yang mencapai sirkulasi sistemik.
Eksresi
Sistem pengeluaran terakhir sisa metabolisme tubuh. Adapun sistem eksreki dalam
tubuh, ginjal, kulit, kelenjar saliva.
Metabolisme
13 | P a g e
Ialah rekasi kimia yang terjadi dalam tubuh. Organ utama sebagai tempat terjadinya
metabolisme ialah hati namun adapula lainnya yaitu membran usus halus.
Pada proses ini ada beberapa obat diantaranya yang mengalami first pass metabolism
(metabolisme yang terjadi sebelum mencapai sirkulasi sistemik) sehingga kurang efektif pada
obat untuk memberikan efek.
Gastric emptying
Yaitu pengosongan lambung. Dapat menurunkan kerja obat apabila obat diminum
bersama dengan makanan berlemak, dan minum muniman yang bersifat asam, minum obat
bersama obat yang bersifat antikolinergik, meminum obat dengan posisi berbaring ke kiri,
keadaan hypothyroidism, dan dalam keadaan stress (aktivasi simpatis).
Dapat menaikkan kerja obat apabila obat diminum dengan segelas air dingin, diminum dalam
keadaan puasa (lambung dalam keadaan kosong sehingga lebih cepat untuk obat tersebut
terabsorbsi dalam darah), meminum obat dengan berbaring miring ke kanan, dan keadaan
hyperthyroidsm.
Ion Trapping
Proses masuknya obat dalam tubuh terganggu dengan ion trapping yang terjadi dalam
lambung. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan PH antara obat dengan lambung yang berPH
asam. Apabila obat memiliki PH sama dengan lambung, molekul obat tersebut tidak terjadi
terionisasi sehingga dapat langsung masuk kedalam usus dan diabsorbsi. Sedangkan obat
dengan PH basa akan terionisasi dalam lambung dan tidak bisa masuk ke dalam usus
(tertahan) beberapa waktu untuk menyamakan kondisi Phnya selanjutnya akan bisa masuk
kedalam usus dan dapat diabsorbsi.
Prosedur Kerja
1. Cara memeberikan Obat Pada Hewan Percobaan
a. Per - Oral
Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yang
dilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini untuk
meminimalisir terjadinya luka atau cedera ketika hewan uji akan diberikan sedian
uji. Sonde oral ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian perlahan - lahan
diluncurkan melalui langit-langit ke arah belakang sampai esophagus kemudian
14 | P a g e
masuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukan
sonde yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara
pemberian yang benar. Sebaiknya sebelum memasukkan sonde oral, posisi kepala
mencit adalah menengadah dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde oral
akan masuk secara lurus ke dalam tubuh mencit. Cara pemberian yang keliru,
masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru dapat menyebabkan gangguan
pernafasan dan kematian.
b. Intraperitonial
Mencit dipegang pada kulit punggungnya sehingga kulit abdomennya tegang,
kemudian jarum disuntikkn dengan membentuk sudut 10° dengan abdomen pada
bagian tepi abdomen dan tidak terlalu ke arah kepala untuk menghindari
terkenanya kandung kemih dan hati
2. Proses pemeriksaan rasa nyeri
a. Rangsan nyeri rasa nyeri dengan tekanan
- Persiapkan alat analgesimeter, terlebih dahulu dilakukan pengaturan dengan
menentuka beban yang akan dipakai. Gunakan beban terkecil untuk
menetukan nyeri tekan normal pada semua tikus. Pegang tikus dengan posisi
tangan kiri memegang daerah kulit punggung dan tangan kanan
memposisikan salah satu kaki di alat penekan antara jari 1 dan 2. Jalankan
beban dengan menggeser beban dengan kecepatan stabil sampai tikus
merespon rasa sakit berupa jeritan dan atau menarik kaki yang ditekan.
Usahakan begitu tikus menunjukan respon nyeri, lepaskan beban sela jari
tersebut. Catat posisi dalam gram.
- Tikus perlakuan dibagi menjadi 2 kelompok. Kelompok analgetik peroral dan
intraperitioneal. Setelah obat analgetik diberikan, ukur respon analgetik setiap
5 menit. Pengamatan dilakukan sampai menit ke 60. Catat hasil penamatan
tersebut pada tabel.
- Efek analgetik dikatakan positif (+) jika tikus dapat beban 2x beban kontrol.
b. Rangsangan nyeri dengan suhu
Mula-mula hotplate dinylakn suhu standart, misalnya 30 derajat celcius dan
tunggu sampai lampu indikator ssuhu tercapai menyala, kemudian tikus
dimasukkan dan suhu mulai dinaikan perlahan (kenaikan 2 derajat Celcius)
dengan memutar knop sampai tikus menunjukkan respon nyeri berupa menjilat-
jilat kaki yang kontak dengan panas. Catat suhunya dalam derajat celcius.
15 | P a g e
c. Rangangan dengan bahan kimia
Tikus diinjeksi dengan asam asetat 3%, 0,1ml/10g BB secara intraperitioneal,
kemudian dihitung jumlah geliat tikus setiap 5 menit pengamatan.
Parameter pengukuran
1. Onset of action diukur sejak analgetik diberikan sampai terjadi pengurangan rasa
nyeri.
2. Puncak efek diukur sejak analgetik diberikan sampai terjadi pengurangan rasa nyeri
terhadap rangsangan nyeri yang maksimal.
3. Lama kerja obat diukur sejak mulai terjadi pengurangan rasa nyeri sampai
pengurangan rasa nyerinya menghilang.
Pengamatan
1. Perhitungan dosis obat analgetik
a. Tikus 1 (BB 117 g), pemberian obat secara per oral (antalgin tablet 500mg/tab) =
2ml
b. Tikus 2 (BB 100 g), pemberian obat secara intraperitoneal dengan dosis xylamidan
(200g/0,2ml) =
200 g – 0,2 ml x=100 g200 g
x 0,2ml
100 g – x = 0,1 ml
2. Pengamatan Kontrol
Tikus dengan berat badan masing-masing diukur tingkat analgesik normalnya dengan
analgesikmeter beban geser dan didapat berat beban yang sudah bisa menyebabkan
rasa nyeri pada tikus.
Tikus 1 (BB 117 g)
a. 2 g
b. 2,5 g
c. 5,5 g
Rata-rata : 3,33 g
Tikus 2 (BB 100 g)
a. 3 g
b. 6,5 g
c. 1,5 g
16 | P a g e
Rata-rata : 3,67 g
Setelah diukur kontrolnya, masing-masing tikus di induksi dengan obat analgesik
sesuai dosis yang telah dihitung dan diberikan sesuai pemberian oral atau intraperitoneal.
Selanjutnya dibiarkan terlebih dahulu selama 5 menit. Kemudian lakukan pengamatan
setiap 5 menit selama 60 menit. Dari pengamatan, didapatkan hasil :
3. Tabel pengamatan
No. Cara dan Kelompok Waktu
5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ 35’ 40’ 45’ 50’ 55’ 60’
1. Per Oral
Kel.1 - - - - - + + + + - - -
2. Intraperitoneal
Kel. 1 - - - + + + + + + - - -
Mula Kerja (Onset of Action) adalah waktu dimana obat mulai memasuki plasma
dan berakhir sampai mencapai konsentrasi efektif minimum (MEC Minimum Effective
Concentration). Puncak Efek (Peak Effect) Puncak efek adalah proses dimana obat
mencapai konsentrasi tertinggi dalam darah atau plasma. Lama Kerja (Duration of Action)
Lama kerja adalah lamanya obat mempunyai efek farmakologis. Beberapa obat menghasilkan
efek dalam beberapa menit, tetapi yang lain dapat memakan waktu beberapa jam atau hari
17 | P a g e
BAB V
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa cara
pemberian obat mempengaruhi kerja obat untuk memberikan efek terapeutik. Pada pemberian
obat secara per-oral didapatkan waktu timbulnya efek pertama (mula kerja / onset of action )
lebih lama (30 menit) dibandingkan dengan pemberian obat secara intraperitoneal (mula kerja
20 menit).
Hal ini disebabkan karena pada rute pemberian obat secara per-oral lebih lama dan
panjang daripada secara intraperitoneal yaitu dengan melewati saluran pencernaan dan
mengalami first pass metabolism dan mengakibatkan berkurangnya jumlah dosis obat yang
diberikan dari pemberian awalnya.
Namun pada hal ini tidak menutup kemungkinan jika pemberian obat secara
intraperitoneal lebih efektif karena pada masing-masing cara pemberian obat memiliki
keuntungan dan kerugian masing-masing.
18 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
www.slideshare.net/mobile/siscacicu/laporan-praktikum-farmakologi-vi-writhing
Fathiyah S, Fadhol, Nailis S, Nikmatul I. Buku petunjuk praktikum Farmakologi I program
studi farmasi. Malang: 10-12
Neal.M.J. At a Glance Farmakologi Medis. Edisi kelima. Erlangga. Jakarta: 11-14
Grnst Mutschler, “ Dinamika Obat”, edisi kelima. 1991
Joyce L. Kee dan Evelyn R. Nayes_Farmakologi_pendekatan proses keperawatan
Goodman and Gilman. Dasar farmakologi_Volume_I_Edisi 10
19 | P a g e