#5 farmakologi obat antiinfeksi dan analgesik bedah oral dan maksilo

148
FARMAKOLOGI OBAT-OBAT KESEHATAN GIGI OBAT-OBAT ANTIINFEKSI Obat-obat anti infeksi memiliki peran yang penting di dunia kedokteran gigi karena hal-hal seperti infeksi, manajemen rasa sakit, merupakan masalah dalam dunia kesehatan gigi, dimana obat sering diresepkan. Karena pengetahuan tentang etiologi penyakit gigi berkembang secara berkelanjutan dan keterlibatan mikroorganisme semakin baik difahami, para profesional di bidang kesehatan gigi secara terus menerus berusaha memahami lebih baik penggunaan yang tepat antibiotik untuk mengatasi mikroorganisme. Salah satu faktor yang penting pada kesehatan gigi adalah respon imunitas dari seseorang. Hal tersebut belum dimasukkan kedalam strategi pengobatan infeksi gigi. Infeksi gigi bisa dibagi kedalam beberapa jenis : 1.Karies Karies, diproduksi oleh Streptococcus mutans, pada infeksi awal gigi berlubang teruma hal ini sering dialami oleh pasien usia muda. Pada saat ini, antiinfeksi tradisional tidak berguna untuk mengatasi masalah ini di masyarakat. Pengobatan pilihan antara lain pemakaian air berflourida, pembuangan plak bakteri dari gigi sesuai standar umum (kebersihan dan

Upload: sulastrisudarmin

Post on 26-Oct-2015

553 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

Bedah Oromakslofasial

TRANSCRIPT

FARMAKOLOGI OBAT-OBAT KESEHATAN GIGI

OBAT-OBAT ANTIINFEKSI

Obat-obat anti infeksi memiliki peran yang penting di dunia kedokteran gigi karena hal-hal

seperti infeksi, manajemen rasa sakit, merupakan masalah dalam dunia kesehatan gigi,

dimana obat sering diresepkan. Karena pengetahuan tentang etiologi penyakit gigi

berkembang secara berkelanjutan dan keterlibatan mikroorganisme semakin baik difahami,

para profesional di bidang kesehatan gigi secara terus menerus berusaha memahami lebih

baik penggunaan yang tepat antibiotik untuk mengatasi mikroorganisme. Salah satu faktor

yang penting pada kesehatan gigi adalah respon imunitas dari seseorang. Hal tersebut belum

dimasukkan kedalam strategi pengobatan infeksi gigi.

Infeksi gigi bisa dibagi kedalam beberapa jenis :

1.Karies

Karies, diproduksi oleh Streptococcus mutans, pada infeksi awal gigi berlubang teruma hal

ini sering dialami oleh pasien usia muda. Pada saat ini, antiinfeksi tradisional tidak berguna

untuk mengatasi masalah ini di masyarakat. Pengobatan pilihan antara lain pemakaian air

berflourida, pembuangan plak bakteri dari gigi sesuai standar umum (kebersihan dan

profilaksis mulut yang baik), dan tempat penyimpanan alat kesehatan yang baik.

2.Penyakit periodontal.

Pada pasien dewasa, hambatan terbesar yang harus dihadapi tim perawatan kesehatan gigi

adalah penyakit periodontal. Dengan meningkatnya pengetahuan tentang obat-obat

antiinfeksi, pekerja kesehatan gigi akan mampu untuk memahami dan melakukan pengobatan

dengan baik terhadap penyakit tersebut, contoh obatnya adalah golongan tetrasiklin. Karena

sekarang telah diketahui bahwa mikroorganisme seperti Actinobacillus

actinomycetemcomitans, bakteroida berpigmen hitam, batang motil, dan spirokhaeta terlibat

dalam penyakit periodontal, perkembangan akan pendekatan yang lebih rasional untuk

pengobatan penyakit periodontal adalah sesuatu yang memungkinkan. Table 7-1

menggambarkan microorganisme yang biasa terlibat dalam infeksi periodontal serta

sensitiftas atau resistensinya terhadap antibiotika yang diujikan. Pengobatan yang mamakai

metode lokalisasi pemasukan obat (contohnya : tetrasiklin) memberikan kemungkinan pada

penanganan penyakit periodontal di masa depan.

3.Infeksi gigi lokal.

Penyakit infeksi gigi lokal yang paling sering adalah perkembangan yang meningkat dari

sumber yang berhubungan dengn sumber periodontik atau endodontik. Bagi kebanyakan

infeksi lokal, jika drainasi yang baik bisa dilakukan, antiinfeksi tidak diindikasikan,kecuali

jika pasien mengalami penurunan daya tahan tubuh (kotak7-1). Pada situasi tertentu dimana

antibiotik diindikasikan, antibiotik pilihan ditentukan berdasarkan mikroorganisme yang ada.

4.Infeksi sistemik

Penyakit infeksi gigi sistemik bisa dikenali karena penyakit atau keadaan infeksi akan

menimbulkan gejala-gejala sistemik seperti demam, rasa tidak enak, takikardia. Lesi yang

berhubungan dengan infeksi yang menghasilkan gejala seperti ini harus di keringkan, tetapi

jika tidak dimungkinkan, antibiotik harus diberikan. Waktu pengobatan harus melibatkan

jumlah hari dari tanda dan gejala yang hilang secara menyeluruh ditambah 2-3 hari

berikutnya. Jika infeksi gigi memiliki gejala sistemik, penggunaan obat-obat antiinfeksi

merupakan indikaasi untuk diberikan dan bahkan merupakan suatu hal yang penting (indikasi

absolut).

INFEKSI GIGI “EVOLUSI”

Infeksi gigi sering mengalami jalur yang sama pada tahap evolusi dari awal sampai akhir.

Pada awalnya, mikroorganisme yang bertanggung jawab terhadap terjadinya infeksi gigi

umumnya adalah bakteri Gram positif kokus, seperti Streptococcus viridans, atau α-

hemolytic streptococci. Setelah bebepara waktu, infeksi bakteri Gram positif mulai memiliki

variasi mikroororganisme seperti bakteri gram-positif dan bakteri gram negatif anaerobik,

contohnya: Peptostreptokokus (Peptokokus) dan bakteroides (Porphyromonas dan Prevotella

sp). Padakeadaan ini, infeksi disebut sebagai infeksi campuran. Dan dalam beberapa waktu

kemudian, proporsi dari mikroorganisme anaerobik meningkat. Dalam waktu yang lama dan

tanpa pengobatan, terjadi perkembangan infeksi sampai akhirnya didominasi oleh bakteri

anarobik. Pada keadaan ini bakteri anaerobik berkembang menyebabkan timbulnya abses,

bisa terlihat pada radiograp (sinar-x).

Pemilihan antibiotik untuk mengobati infeksi gigi tergantung pada tahap

mana infeksi tersebut berada pada tahap evolusi. Jika infeksi pada tahap awal,

bakteri yang paling mungkin muncul adalah gram positif kokus. Penisilin

adalah obat pilihan, kecuali jika pasien alergi terhadap penisilin. Amokisisilin

paling sering digunakan karena efek iritasi yang rendah pada saluran cerna dan

bisa dikonsumsi bersama makanan atau susu. Pada pasien yang alergi terhadap

penisilin alternatifnya bisa menggunakan eritromisin atau klindamisin. Ketika

berada pada tahap infeksi campuran,pilih obat yang efektif terhadap bakteri

Gram positif atau bakteri anaerobik pengobatan dapat berhasil. Mengobati

bakteri Gram positif relatif lebih mudah, dan obat pilihanya adalah penisilin

atau amoksisilin atau untuk yang alergi penisilin bisa memakai antibiotik

makrolid. Untuk bakteri anaerobik, dapat dipilih metronidazol karena

metronidazol merupakan obat yang efektif. Dengan memberantas satu

golongan bakteri, keseimbangan antara dua jenis bakteri diubah dan tubuh bisa

mengatasi infeksi. Klindamisin mempengaruhi baik bakteri Gram positif kokus

maupun bakteri anaerob Gram-positif dan bakteri Gram negatif. Dalam

sejarah, dokter bedah mulut menyatakan merasa nyaman menggunakan

klindamisin, tetapi dokter gigi lain telah menghindari pemakaiannya karena

kaitannya dengan timbulnya kolitis pseudomembran (diare berdarah).

Untuk mengobati penyakit infeksi gigi, sangat penting untuk mengetahui jenis bakter apa

yang terlibat dan bagaimana sensitifitas bakteri tersebut terhadap antibiotik. Keputusan

diambil berdasarkan kecenderungan dari infeksi tertentu dan sensitifitasnya terhadap

antibiotik.

Table7.1 MIKROBA PERIODONTAL, KEBERADAANYA, DAN KERENTANAN

TERHADAP OBAT ANTIMIKROBA TERTENTU (BERDASARKAN

KONSENTRASI HAMBAT MINIMAL (MIC)

Organisme IJP AP R PEN AM

X

TET DO

X

CLN ME

T

CI

P

Aggregatinacter

Actinomycetemcomitants

+ + + 1-6 1-16 2-8 6 R 32 <1

Porphyromonas gingivalis - + + <1 ND 2 1 <1 4 <1-

2

Prevotella intermedia + + + 5 ND 6 3 <1 2 <1

Eikenella corrodens + + + 8-9 8 3-32 6 R R <1

Fusobacterium spp. + + + 2-5 2 2 2 <1 1 3

Campylobacter rectus

(wolinella recta)

- + + 1 1 2 1 1 2 R

Data dari Slots J. Rams TE: Antibiotik pada terapi periodontal, keuntungan dan kerugian, J

Clin Periodontal 17:479. 1990.

Tingkat proporsi bakteri meningkat; -, proporsi regular atau tidak terdeteksi pada penelitian;

AMX, amoksisilin;AP, periodontitis dewasa; CIP, siprofloksasin; CLN, klindamisin; DOX,

doksisilin; IJP, periodontitis lokal anak; MET, metronidazol; MIC, konsentrasi hambat

minimum untuk 90 % galur (ug/m), kecuali penisilin G, memakai U/mL; ND, tidak

ditentukan; PEN, penisilin G; R, periodontitis dewasa “tahan panas”; TET, tetrasiklin.

Kotak 7-1 PENYAKIT, KONDISI DAN OBAT-OBAT YANG MENURUNKAN

RESISTENSI TERHADAP INFEKSI

Penyakit / kondisi

Penyakit Addison

AIDS-komplek relatif

HIV

Alkoholisme

Diskrasia darah

Kanker

Sirosis hati

Diabetes mellitus

Sindroma down

Kekurangan immunoglobin

Leukemia

Malnutrisi

Splenektomi

Obat imunnosupressan seperti :

Azatriopin (imuran)

Sikloposfamid (Cytoxan)

Siklosporin (Sandimunne)

Metotreksat (Rheumatrex)

Glukokortikosteroid

Sejarah

Pada tahun 1932 Gerhard Domagk seorang peneliti dari Jerman mengamati bahwa protonsil

melindungi tikus terhadap infeksi yang disebabkan bakteri streptokokus. Tonggak sejarah ini

pada sejarah medis mengarah pada perkembangan sulfonamid dan manandai permulaan

pengobatan antimikroba secara sistemik.

Pada tahun 1940, Chain dan Florey dari Inggris mengamati bahwa ternyata orang lebih

tertarik pada sulfonamid, dan bahwa kemungkinan lain, terutama yang berhubungan dengan

bahan alam harus dipertimbangkan.

Pada tahun 1928, Fleming dari Inggris mengamati bahwa sebuah koloni, Penicilin notatum,

menghasilkan suatu jenis zat yang menginhibisi pertumbuhan bakteri tertentu. Dia

menamakan zat tersebut “penisilin” dan mengatakan bahwa zat tersebut mungkin berguna

untuk luka yang terinfeksi. Dalam catatannya, Chain dan rekan sekerjanya melaporkan

tingkat toksisitas yang rendah dan keefektifan sebagai antimikroba sistemik dari penicillin.

Kegembiraan yang diawali dengan adanya sulfonamid berpindah pada penicillin. Dengan

antibiotik baru yang dipasarkan, kegembiraan ini berpindah pada antibiotika jenis terbaru.

Selama bertahun-tahun, ilmuwan khawatir akan penggunaan antibiotik secara sembarangan.

Perkembangan terbaru, seperti galur bakteri yang mengalami resistansi total, telah membuat

hal tersebut semakin penting.

Definisi/Terminologi.

Diskusi tentang obat antimikroba individual dimulai dengan definisi dari istilah tersebut di

bawah ini :

- Obat antiinfeksi : Zat-zat yang melawan atau menghancurkan infeksi.

- Obat antibakteri : Zat-zat yang menghancurkan atau menekan pertumbuhan atau

multipikasi bakteri.

- Obat antibiotik : Zat kimia yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang memiliki

kapasitas, pada larutan yang diencerkan untuk menghancurkan pertumbuhan bakteri

atau mencegah aksi bakteri. Perbedaan antara istilah antibiotik, antiinfeksi, dan

antibakteri adalah bahwa antibiotik diproduksi oleh mikroorganisme, sedangkan obat

lain bisa diproduksi di laboratorium kimia (bukan dari organisme hidup). Antibakteri

merujuk pada zat dari sumber apapun yang dapat menghambat atau membunuh

bakteri. Istilah antiinfeksi merujuk pada sebuah zat dari segala sumber yang

menghambat atau membunuh mikrooorganisme yang dapat menyebabkan infeksi,

seperti bakteri, protozoa, virus, dan lain-lain. Perbedaan ini umumnya diabaikan

dalam pembicaraan sehari-hari, dan antiinfeksi sering dianggap juga sebagai

“antibiotik”.

- Obat antimikroba : zat yang menghancurkan atau menghambat pertumbuhan atau

multiplikasi mikroorganisme.

- Obat antijamur : zat yang menghancurkan atau menghambat pertumbuhan jamur.

- Obat antivirus : zat yang menghancurkan atau menghambat pertumbuhan virus.

Di bawah ini adalah definisi dari istilah yang umumnya digunakan :

- Bakterisida : kemampuan untuk membunuh bakteri. Efek ini tidak terbalikkan,

karena, jika bakteri dipisahkan dari obat, bakteri tersebut tidak hidup.

- Bakteriostatis : kemampuan untuk menghambat atau memperlambat multipikasi

pertumbuhan bakteri. Prosesnya terbalikkan karena jika bakteri dipisahkan dari obat,

bakteri tersebut mampu untuk tumbuh dan bermultiplikasi. Apakah suatu obat

antibakteri bersifat bakterisidal atau bakteristatis tergantung dari variabelnya seperti

dosis yang dipakai atau oraganisme yang dihadapi. Kotak 7-2 menggambarkan

antimikroba yang paling umum dipakai dan klasifikasi obat tersebut apakah

bakteriostastis atau bakterisidal.

KOTAK 7-2 KLASIFIKASI OBAT ANTIINFEKSI : BAKTERISIDAL ATAU

BAKTERIOSTATIK

Bakterisidal

Aminoglikosida

Basitrasin

Sepalosporin

Metronidazol

Makrolid *

Penisilin

Pilomiksin

Kuinolon

Rifampin

Vankomisin

Bakteriostatis

Kloramfenikol

Klindamisin

Makrolid

Spektinomisin

Sulfonamid

Tetrasiklin

Trimetroprim

*Bisa bersifat bakterisidal terhadap bakteri tertentu pada tingkat darah yang lebih tinggi.

- Tingkat kadar darah (serum) : Konsentrasi obat antiinfeksi pada darah atau serum.

Pentingnya tingkat serum adalah bahwa tingkat tertentu dari antibiotik diperlukan

untuk memberikan efek pada berbagai jenis bakteri. Untuk suatu jenis antibiotik,

dosis yang diberikan harus memberikan konsentrasi tertentu dalam darah.

- Infeksi : Infeksi bukan saja invasi tubuh oleh mikroorganisme patogen (dapat

menimbulkan penyakit) tetapi juga reaksi dari jaringan tubuh terhadap keberadaan

mikroorganime tersebut. Keberadaan mikroorganisme patogen tidak selalu

merupakan “invasi”. Pada kenyatannya, banyak mikroorganisme patogen oral

merupakan bagian dari flora normal di mulut, organisme patogen tersebut hanya bisa

menimbulkan infeksi jika jumlah relatifnya meningkat.

- Konsentrasi hambat minimal (KHM) : Konsentrasi terendah antibiotika yang

diperlukan untuk menghambat pertumbuhan yang tampak dari sebuah organisme pada

media setelah inkubasi selama 18-24 jam. Tes invitro ini lebih bisa diandalakan

(dipercaya) dan kuantitatif daripada test piringan.

- Spektrum : Rentang (kisaran) aktifitas suatu obat. Spektrum atau aktifitas dari suatu

antibiotika bisa saja sempit, menengah, atau luas. Spektrum sempit bereaksi terutama

pada jumlah grup yang lebih kecil seperti bakteri gram positif kokus, bakteri gram

negatif batang,bakteri gram negatif anaerob atau virus.

- Superinfeksi atau suprainfeksi : Infeksi yang disebabkan oleh proliferasi

mikroorganisme, berbeda dari infeksi yang biasa terjadi. Ketika antiinfeksi

mengganggu flora normal tubuh. Mikroorganisme menjadi tidak terpengaruh atau

resisten terhadap pemakaian antibiotik bisa terjadi. Superinfeksi lebih sering

disebabkan oleh antibiotik spektrum luas seperti tetrasiklin dan dapat meningkat jika

digunakan dalam jangka waktu yang lebih lama. Dalam hal ini, penurunan jumlah

bakteri gram positif dan gram negatif memungkinkan pertumbuhan yang berlebih dari

jamur (fungi), Candida albicans. Mikroorganisme patogen yang muncul pada

superinfeksi umumnya lebih sulit untuk dihambat daripada mikrooorganisme biasa

dan dapat menimbulkan resistensi. Kenyataan bahwa praktisi medis dapat

mengeliminasi infeksi menunjukkan pentingnya menentukan keperluan pengobatan

yang pasti sebelum obat tersebut digunakan. (praktisi kesehatan gigi harus membasmi

atau setidaknya mengurangi infeksi yang disebabkan oleh perawatan kesehatan gigi).

- Sinergisme:Sinergisme terjadi ketika kombinasi dua jenis antibiotik menghasilkan

efek yang lebih dari yang diharapkan, jika efek individu dari obat tersebut

ditambahkan ( dalam kata lain 1 + 1 > 2). Kombinasi antibiotik yang bersifat

bakterisidal biasanya sinergis. Kombanasi dari antibiotika yang besisifat

bakteriostatik biasanya bersifat pertambahan (additif atau sumasi) (1+1=2).

- Antagonisme : Antagonisme terjadi ketika kombinasi dua obat yang menghasilkan

efek lebih kecil dibandingkan pemakaian obat tersebut secara tunggal (lihat kotak 7-2)

Infeksi

Faktor-faktor yang menentukan kecenderungan dari mikroorganisme menyebabkan infeksi

adalah sebagai berikut :

- Penyakit – menyebabkan kekuatan dari mikroorganisme (virulen).

- Jumlah mikroorganisme yang ada (inokulum).

- Resistensi dari inang (pasien) berupa respon imunologi.Resistensi inang harus

dianggap memiliki komponen lokal dan sistemik. Secara sistemik, kedua jenis obat

(steroid dan obat antineoplastik) dan penyakit AIDS serta diabetes mellitus yang

tergantung insulin dapat menurunkan imunitas pasien. (lihat kotak 7-1) dan

meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Gangguan tidur dan kelelahan dapat

mengurangi respon imun pasien terhadap infeksi.

Kultur dan sensitifitas

Secara ideal, semua infeksi yang memerlukan pengobatan antimikroba harus dikultur dan

harus dilakukan tes sensitifitas. Kultur termasuk didalamnya kegiatan menumbuhkan bakteri

dari sampel eksudat terinfeksi, dan tes sensitifitas yaitu mengekspos mikroorganisme dengan

tes antibiotika tertentu, dan menentukan apakah mikroorganisme tersebut sensitif atau

resisten. Saat ini, dikarenakan penggunaan antiinfeksi yang tidak tepat, mikroorganisme lebih

cepat berubah menjadi resisten terhadap antibiotik.

Kultur dan tes sensitifitas adalah satu-satunya cara untuk memastikan obat mampu

membunuh atau menghambat pertumbuhan dari mikroorganisme yang menginfeksi pasien

secara spesifik. Dalam prakteknya, hal ini sering menjadi hal yang sulit. Dalam dunia

kesehatan gigi, keperluan untuk pengkulturan secara anaerobik untuk mendapatkan satu

sampel dan kultur menjadi lebih sulit. Masalah lain adalah banyak infeksi gigi sering

bercampur dengan mikroorganisme yang tidak diharapakan, sehingga hasil kultur sulit untuk

dinterpretasikan. Sebagai pencegahan dari infeksi yang serius, suatu infeksi pada pasien yang

daya tahannya t rendah atau pada infeksi yang tidak responsif terhadap pengobatan, sangat

disarankan untuk dilakukan kultur.

Kultur

Ketika kultur dilakukan, bahan penampung (tabung dan botol kecil) dengan media dan

metodenya harus mampu dipakai untuk mendapatkan hasil yang dapat dipercaya. Pekerja

kesehatan gigi harus dapat berkomunikasi dengan personel laboratorium tentang jenis kultur

yang tepat. Pekerja laboratorium harus melakukan pewarnaan gram sehingga bisa

melaporkan semua bakteri yang berada pada jumlah yang tinggi. Baik yang bersifat obligat

atau fakultatif anaerob harus diawetkan.

Tergantung dari tujuannya, metode sampling (pengambilan bahan) bervariasi jenisnya.

Contoh metodenya adalah sebagai berikut : untuk abses, aspirasi dengan jarum; untuk

mendapatkan lesi, dilakukan usapan dari sekumpulan media anaerobik; dan untuk pengobatan

endodontik, titik penyerapan yang baik. Metode pengambilan bahan harus disesuaikan dalam

dalam upaya menjaga bakteri anaerobik tetap hidup. Untuk kantung periodontal, titik kertas

steril atau bisa digunakan untuk menyimpan kantungnya.

Kehati-hatian harus dilakukan, jangan sampai mengkontaminasi sampel dengan plak

supraginggival, yang memiliki susunan mikroba yang berbeda. Pada pasien yang beresiko,

kultur harus dilakukan sebelum antibiotik diberikan, karena antibiotik dapat mengubah sifat

mikroba sehingga identifikasi lebih sulit dilakukan. Infeksi pada daerah masalah dan pada

pasien yang bermasalah harus dilakukan kultur.

Sensitifitas

Setelah organisme diidentifikasi, maka organisme tersebut dibiakkan pada media kultur

(gambar 7-1). Mengamati apakah mikroorganisme tersebut sensitif atau resisten terhadap tes

antibiotik tertentu, dapat membantu dalam menentukan antibiotik jenis apa, yang tepat pada

infeksi yang sulit . Satu sampai 2 hari dibutuhkan sebelum hasil dari tes ini didapatkan.

Meskipun pengobatan bisa dimulai sebelum tes, jenis pengobatan dapat berubah setelah hasil

tes didapatkan. Jika respon klinis sudah sesuai, seringkali antibiotik semula (awal)

dilanjutkan kendatipun sudah ada hasil tes sensitifitas.

Resistensi

Resistensi (terkait dengan antibiotik) pada kemampuan alami atau didapat dari suatu

mikroorganisme untuk menjadi kebal atau resisten terhadap efek sebuah obat antiinfeksi.

Resistensi alami muncul ketika mikroorganisme selalu resisten terhadap obat antimikroba

karena materi struktur mikroorganisme tersebut seperti struktur lemak pada dinding selnya.

Resistensi didapat terjadi ketika suatu mikroorganisme yang sebelumnya sensitif terhadap

obat antimikroba berubah menjadi resisten. Hal ini bisa terjadi karena seleksi alami melalui

proses mutasi yang spontan. Peningkatan penggunaan antibiotik pada masyarakat (contohnya

di rumah sakit) meningkatkan jumlah dari mikroorganisme yang resisten pada komunitas

tersebut. Sebaliknya, penurunan dalam penggunaan antibiotik menurunkan jumlah resistensi

mikroorganisme pada antibiotik. Metode lain dimana resistensi berkembang adalah melalui

transfer materi genetik DNA (deoxyribonucleic acid) dari satu mikroorganisme kepada

mikroorganisme lainnya melalui transduksi, transformasi, atau konjugasi bakteri.

Mikroorganisme pertama yang merupakan mikroorganisme resisten terhadap satu atau lebih

antibiotik, mentransfer materi genetiknya kepada mikroorganisme kedua. Mikroorganisme ke

dua, yang sebelumnya tidak resisten, dengan demikian menjadi resisten dengan antibiotik

yang sama seperti mikroorganisme yang pertama tanpa pernah sebelumnya terpapar dengan

antibiotik tersebut. Transfer material genetik dari satu mikroorgenisme kepada

mikroorganisme yang lain bisa terjadi diantara organime yang berbeda, termasuk transfer dari

bakteri nonpatogen kepada bakteri patogen. Tiga mekanisme yang paling umum dari

resistensi yang didapat adalah penurunan permeabilitas bakteri, pembentukan enzim bakteri,

dan perubahan pada daerah target (sasaran).

Indikasi pemberian antimikroba

Kontroversi yang besar muncul tentang kebutuhan obat antimikroba dalam berbagai situasi.

Dua kategori indikasi pemberian antibiotika adalah indikasi terapertis dan indikasi

profilasksis.

Indikasi terapeutik

Meskipun tidak ada aturan untuk menentukkan apakah terapi antimikroba diperlukan dalam

kedokteran gigi, banyak infeksi tidak memerlukan terapi. Kebanyakan pasien yang tidak

mengalami defisiensi imunitas dimana drainasi (pengeringan) bisa dilakukan, pasien tersebut

tidak memerlukan antibiotka untuk mengatasi infeksi gigi mereka. (pasien yang memiliki

jerawat tidak diberi resep antibiotik setiap kali jerawatnya berkurang).

Tabel 7-2 memperlihatkan daftar indikasi untuk pengobatan infeksi gigi dan antibiotik

pilihan beserta alternatifnya. Jika pola resistensi berbeda dari tabel tersebut pemilihan

antibiotik harus berdasarkan dari informasi tabel tersebut. Akan tetapi sebelum sebuah

keputusan dibuat, ada bebrapa faktor yang harus dipertimbangkan.

- Pasien

Pertahanan terbaik terhadap mikroorganisme patogen adalah respon dari pasien.Mekanisme

pertahanan yang berfungsi dengan baik adalah merupakan kepentingan yang utama. Ketika

pertahanan ini berkurang, kebutuhan akan obat antimikroba lebih ditekankan.

- Infeksi

Virulensi dan invasi dari mikroorganisme merupakan hal penting dalam menentukan

keakutan, keparahan dan kecenderungan penyebaran infeksi. Pada infeksi akut, parah dan

menyebar cepat, harus diatasi dengan obat antimikroba, dimana infeksi yang bersifat ringan,

lokal dan drainasi bisa dilakukan, tidak diperlukan penggunaan antimikroba. Jika kantung

periodontal tetap aktif meskipun telah dilakukan penanaman akar secara berulang, maka

pemakaian antibiotik untuk merubah flora gigi bisa dipertimbangkan.

Ketika obat antimikroba akan dipergunakan pada pengobatan infeksi gigi, kecenderungan

mikroorganisme untuk menyebabkan infeksi dan kerentanan mikroorganisme tersebut

terhadap obat antimikroba perlu dipertimbangkan. Table 7-2 memperlihatkan daftar

antimikroba pilihan untuk berbagai macam keadaan infeksi gigi (ketika tes kultur dan

sensitifitas tidak dilakukan) dan alternatif lain jika obat pilihan tidak bisa dipakai. Ketika dua

antimikroba memiliki efek terapi yang sama dan biaya bagi pasien sangat berbeda, biaya

pengobatan adalah hal lain yang harus dipertimbangkan.

Untuk menjawab pertanyaan seperti apakah suatu antibiotik efektif terhadap infeksi gigi

tertentu, seseorang memerlukan banyak pasien dengan infeksi yang serupa, dimana setengah

dari jumlah pasien tersebut diberi antibiotik aktif dan setengahnya lagi diberi plasebo. Studi

tersebut dapat membantu untuk menentukan penggunan yang baik dari antibiotik untuk

infeksi gigi. Tes yang sifatnya perlahan tersebut telah dimulai, menggunakan antibiotik dalam

keadaan periodontal, tetapi masih banyak hal yang masih harus diketahui.

Tabel 7-2 penggunaan antimikroba dalam kedokteran gigi

Keadaan infeksi Obat pilihan Obat alternatif (pilihan lain)

Penyakit periodontal

Gingivitis nekrotik-ulseratif

akutŦ

Abses (perio)

LJP

Periodontitis dewasa

RAP

Infeksi oral

Infeksi jaringan lunak (abses,

selulitis, pasca bedah,

perikoronitis)

Penisilin VK

Amoksilin

Penisilin VK

Deoksisilin

Tetrasiklin

Bisanya tidak diterapi dengan

obat

Deoksisilin

Tetrasiklin

Metronidazol

Pensilin VK

Amoksisilin

Metronidazol

Tetrasiklin

Tetrasiklin

Amoksilin + metronidazol

Augmentin + (amoksisilin

klavunalat)

Klindamisin

Amoksisilin + metronidazol

Doksisilin

Klindamsisin

Sepalosporin

Tetrasiklin

Osteomielitis

Infeksi campuran tidak

sensitif terhadap penisilin

Aerob

Anaerob dan infeksi kronis

Propilaksis untuk

endokarditis infektif

Katup jantung buatan ŧ

Pasien dengan LJP

Penisilin VK

Amoksisilin

Amoksisilin

Metronidazol

Klindamisin

Tanpa alergi penisilin :

amoksisilin §

Deoksisilin selama 3 minggu,

diikuti dengan regiman biasa

(lihat atas)

Klindamisin

Sepalosporin

Sefalosporin

Sulfonamid

Tetrasiklin

Sefalosporin

Augmentin

Tetrasiklin

Metronidazol + penisilin

Alergi penisilin :

Klaritromisin

Azitromisin

Klindamisin

LJP, Localized Juvinile Periodontitis: RAP, Rapid Advancing Periodontitis

Keadaan klinis bisa merubah terapi obat

Ŧ obat antimikro bisanya tidak diperlukan untuk kondisi seperti ini

ŧ lihat table 7-4

§ lihat table 7-3

\

Indikasi profilaksis (pencegahan)

Beberapa keadaan muncul untuk indikasi tertentu yang juga mencakup kebutuhan antibiotik

untuk profilaksis. Satu hal yang jelas dari antibiotik profilaksis sebelum prosedur kesehatan

gigi telah direkomendasikan Asosisasi Dental Amerika dan Asosisasi Jantung Amerika

(endokarditif infektif, keadaan katup jantung buatan, atau penyakit jantung bawaan). Panduan

terbaru mengenai antibiotik profilaksis didiskusikan secara rinci di akhir bab ini.

Reaksi merugikan yang umum dan kerugian yang berhubungan obat antiinfeksi

Superinfeksi (suprainfeksi)

Semua obat antiinfeksi bisa mengakibatkan pertumbuhan yang berlebih dari mikroorganisme

yang berbeda dari mikroorganisme pertama yang menginfeksi dan resisten terhadap obat

yang dipakai. Semakin luas spektrum dari obat antiinfeksi dan semakin lama obat dipakai,

semakin besar kemungkinan terjadinya superinfeksi. Efek samping bisa dikurangi dengan

menggunakan obat antiinfeksi yang paling spesisfik, jangka waktu pengobatan terpendek dan

paling singkat, dan dosis yang memadai.

Reaksi alergi

Semua obat antiinfeksi seperti halnya obat pada umumnya, memiliki potensi untuk

mengakibatkan bermacam reaksi alergi. Dari mulai ruam yang bersifat ringan sampai dengan

reaksi anafilaksi yang fatal. Beberapa obat antiinfeksi seperti penisilin dan sefalosporin, lebih

potensial menimbulkan alergi. Banyak obat antiinfeksi, seperti eritromisin dan klindamsin

memiliki potensi mengakibatkan alergi yang rendah.

Interaksi obat

Obat antiinfeksi dapat berinteraksi dengan kontraseptif oral, antikoagulan oral, dan

antiinfeksi lainnya (obat bakteriostatis berinteraksi dengan obat bakterisidal).

- Kontrasepsi oral

Beberapa antibiotik telah diketahui dapat menurunkan kemanjuran obat kontrasepsi oral

dengan cara meningkatkan bersihan obat tersebut dari tubuh. Interaksi obat seperti ini,

meskipun jarang terjadi, harus didiskusikan dengan pasien jika pasien menggunakan obat

kontrasepsi oral dan mendapatkan resep antibiotik. Dari beberapa antibiotik yang dipakai

dalam kedokteran gigi, ampisilin dan tetrasikslin adalah obat yang paling memungkinkan

untuk terjadinya interaksi tersebut. Pada pasien tertentu,faktor kelahiran harus dipakai ketika

memakai antibiotik.

- Antikoagulan oral

Obat antiinfeksi bisa memungkinkan terjadinya efek antikoagulan oral. Antikoagulan oral

adalah inhibitor vitamin K, jadi berinteraksi dengan pembentukan vitamin K bisa

meningkatkan efek antikoagulan. Bakteri pada usus mengahsilkan kebanyakan vitamin K

pada tubuh manusia. Obat antiinfeksi (contohnya : tetrasiklin) mengurangi flora bakteri yang

memproduksi vitamin K. Dengan berkurangnya vitamin K, efek antikoagulan oral meningkat.

Eritromisin menghambat enzim yang memetabolisme warfarin, mengakibatkan peningkatan

jumlah warfarin. Perpanjangan dari nilai INR (Internasional Normalized Ratio)menyebabkan

perdarahan atau bahkan hemoragi. INR harus diamati secara lebih tepat pada pasien yang

mengalami terapi antiinfeksi. Obat antiinfeksi berinteraksi pada tingkat yang bervariasi

tergantung jenis antibiotiknya.

Anttiinfeksi jenis lain

Antibiotik yang bekerja pada reseptor yang sama bisa berkompetisi untuk reseptor yang

dituju dan tidak boleh diberikan bersamaan (contohnya eritromisin dan klindamisin). Sebuah

antibiotik yang memiliki karakter bakteriostatis menghentikan pertumbuhan bakteri, oleh

karena itu menghambat aksi dari obat bakterisidal (memerlukan pertumbuhan dan secara aktif

memisahkan sel-sel untuk bekerja). Kecuali pada beberapa hal yang tidak biasa, kasus non

dental, suatu antibiotik harus dipilih dan dakai secara tunggal.

Keluhan saluran pencernaan.

Semua obat antiinfeksi dapat menghasilkan bermacam gangguan pencernaan. Gangguan bisa

seperti nyeri perut, meningkatnya peristaltik, dan diare. Gangguan tersebut banyak jenisnya,

tergantung jenis obat yang dipakai, dosis obat, dan apakah pasien mengkonsumsi obat dengan

makanan. Eritromisin memiliki insiden tertinggi akan gangguan saluran pencernaan dari

semua jenis antibiotik. Ganguan saluran perncernaan yang lebih serius seperti kolitis

pseudomembranus, secara sejarah berhubungan dengan klindamisin, sekarang telah diketahui

muncul tidak hanya dengan obat antibotik dalam jenis yang beragam (sefalosporin,

amoksisilin) tetapi juga pada keberadaan semua jenis antimikroba.

Pertimbangan untuk kehamilan

Obat antimikroba yang dapat dipakat pada waktu kehamilan untuk mengatasi infeksi dibatasi

pengunaanya. Meskipun rasio dari resiko menguntungkan harus dipertimbangkan ketika

wanita hamil mengalami pengobatan jenis apapun, pensislin dan eritrimisin tidak pernah

dihubungkan dengan teratogenisitas dan sering dipakai. Penggunaan klindamisin mungkin

bisa diterima, tetapi sebelum antibiotik jenis apapun diberikan pada pasien (dengan keluhan

gigi) yang sedang hamil, dokter kandungan harus menghubungi (prosedur ini juga membantu

mencegah masalah medis) dokter kandungan. Metronidazol biasanya digunakan pada hamil,

tetapi ada pengecualian,tetrasiklin dikontraindikasikan pada masa kehamilan karena efeknya

terhadap pertumbuhan gigi dan otot.

Dosis

Sediaan antibiotik untuk orang dewasa umumnya berupa tablet dan kapsul. Bentuk sediaan

anak, berupa cairan dan berbentuk sediaan yang dapat dikunyah, mengandung gula sebagai

bahan pemanis. Setelah definisi diatas mencuat, petugas kesehatan gigi harus menganjurkan

orang tua atau anaknya untuk menyikat gigi setelah memakai obat kunyah. Pemakain

antibiotik dalam jangka waktu lama dapat meningkatkan tingkat karies pada anak.

Biaya

Biaya adalah faktor yang penting dalam memilih antibiotik untuk pasien. Jika antibiotik yang

sempurna dipergunakan dan diresepkan tetapi pasien tidak membeli obat tersebut karena

terlalu mahal, hasil yang buruk bisa terjadi. Obat antibiotik terbaik yang harganya terjangkau

yang bisa digunakan akan lebih efektif daripada yang mahal yang tidak dapat dibeli. Gambar

7-2 membandingkan harga berbagai macam obat antiinfeksi.

Penisilin

Pensilin dapat dibagi menjadi empat grup besar (lihat tabel 7-3). Grup pertama terdiri dari

penisilin G dan V, grup kedua terdiri dari penisilin resisten penisilinase, grup ke tiga terdiri

dari amoksisilin, dan grup ke empat terdiri dari penisilin dengan spektrum diperluas. Pensilin

secara umum memiliki bermacam kandungan, kesamaan kandungan. Pada bidang kedokteran

gigi, grup pertama dan ketiga lebih sering sering dipakai.

Sumber dan kimia

Kelompok peniscilium notatum dan spesies berhubungan dengan produksi penisilin secara

alami. Pensilin semisintetis diproduksi secara kimiawi menggantikan penisilin yang

diproduksi secara alami. Struktur pensilin yang terdiri dari cincin beta laktam yang berfusi

menjadi bagian kelima, cincin S yang mengandung tiazolidin. Tidak ada satu pun dari dua

cincin tersebut yang memiliki aksi antimikroba yang lebih baik bila dipakai secara tunggal.

Penisilin aktif diproduksi manambah grup fungsi yang berbeda pada posisi ke 6. Membelah

grup fungsional tersebut dari strukur dua cincin mereka menghasilkan hilangnya aktifitas

antimikroba. Ketika cincin beta laktam patah, seperti pada keadaan munculnya penisilinase,

aktifitas antimikroba pada zat tersebut menghilang. (gambar 7-3).

Penambahan grup organik pada posisi R menyebabkan perubahan terhadap zat yang

terbentuk dari asam 6- aminopenisilanik. Grup R ini menciptakan beragam jenis penisilin

yang ditunjukkan oleh tulisan, sebagai contoh Penisiln G dan Penisilin V. Penisilin bisa di

non aktifkan oleh reaksi apapun yang membuang grup R atau dalam kasus penisilin, dengan

cara merusak cincin beta laktam. Garam dari pensilin dibentuk dari reaksi pada grup

tiazolidin (T) karboksil (-COOH).

Meskipun banya penisilin yang muncul secara alami telah diproduksi, hanya pensislin G

(Na+/ K+ penisilin), sering dipakai sekarang. Bermacam pensislin sintetis dibentuk dengan

cara mensubstitusi grup lain pada rantai R.

Farmakokinetik

Penisilin bisa digunakan secara oral atau parenteral, tetapi tidak dianjurkan dipakai secara

topikal sebab resiko alergi terbesar dapat terjadi pada cara tersebut. Ketika penisilin dipakai

secara oral, jumlah yang diserap tergantung dari jenis penisilin. Persentasenya bervariasi dari

0 sampai dengan lebih dari 90 % (lihat tebel 7-3). Ketika persentase yang diserap terlalu

rendah, sama seperti metilsilin, penisilin hanya tersedia dalam bentuk suntikkan. Penisilin V

diabsorpsi secara lebih baik lewat oral daripada penisilin G, dengan begitu penisilin V

digunakan untuk pemakaian penilin secara oral.

Rute oral memungkinkan keuntungan berupa rasa nyaman dan reaksi alergi mengancam jiwa

yang rendah kemungkinannya. Kerugian penggunaan pensilin secara oral daripada parenteral

adalah peningkatan kadar obat dalam darah lebih lambat, kadar dalam darah sulit diprediksi

karena variabel penyerapan atau dan ketidakpatuhan pasien (masalah terbesar), dan beberapa

jenis penisilin terdegradasi oleh asam lambung. Kadar obat dalam darah tertinggi didapatkan

jika pasien mengkonsumsi penisilin secara oral setidaknya 1 jam sebelum atau 2 jam setelah

makan. Tetapi pensislin V dan amoksisilin bisa dikonsumsi sebelum makan.

Setelah penyerapan, penisilin didistribusikan ke seluruh tubuh, dengan pengecualian cairan

serebrospinal, tulang, dan abses. Pensilin didistribusikan pada jaringan,saliva, dan ginjal.

Penisilin melewati plasenta dan muncul pada air susu.

Pensilin dimetabolisme dengan cara dihidrolisis pada hati mengalami sekresi tubulus pada

ginjal. Eliminasi waktu paruh untuk penisilin V dan penisilin G sekitar 0,5 jam. Dalam lima

waktu paruh, sekitar 2,5 jam penisilin pada hakekatnya dieliminasi dari tubuh.

Mekanisme kerja

Penisilin merupakan obat antibiotika yang poten, menempel protein pengikat penisilin (PBPs)

pada membran sel bakteri. PBPs adalah enzim yang terlibat pada sintesis dinding sel dan

pemeliharaan integritas struktur dinding sel bakteri. Penisilin bertindak sebagai analog asil-

D-alanil-alanin, menghambat pembentukan hubungan lintas, enzim transpeptidase. Hal

tersebut menghancurkan integritas dinding sel dan mengakibatkan kehancuran (lisis). Pensilin

lebih efektif terhadap mikroorganisme yang tumbuh dengan cepat. Tabel 7-3 meringkas tipe,

rute penelanan dan karakter lain dari berbagai jenis penisilin.

Spektrum

Pensilin G dan V berspektrum sempit, termasuk didalamnya bakterigram positif kokus,

seperti Stapilokokus aureus, stapilokokus pnomonie, streptokokus piogen, streptokokus

viridan, dan bakteri gram negatif kokus jenis tertentu, seperti Neiseria gonorhoe dan N.

meningtidis. Penisilin juga efektif melawan spirokhaeta dan mikroorganisme anaerob seperti

Actimomices, Peptokokus, Peptostreptokokus, Bakteroides, Korinobakterium dan

Klostridium sp. Spektrum kerja dari Penisilin melawan infeksi mikroba pada kebanyakan

kondisi periodontal. Penisilin jenis lainnya memiliki spektrum yang berbeda yang dibahas

pada setiap bagian.

Aktifitas antibakteri dari penisilin distandarisasi menggunakan satuan internasional unit (IU).

Satu internasional unit memiliki aktifitas setara 0,6 mg dari standar utama penisilin G, jadi

1mg dari natrium penisilin G murni setara dengan 1667 IU. Kira-kira 400,000 IU penisilin V

sebanding dengan 250 mg. Penisilin G biasanya diukur dengan menggunakan satuan

internasional unit, sedangkan penisilin jenis lain diberi satuan milligram.

Resistensi

Resistensi terhadap penisilin bisa terjadi dengan beberapa mekanisme berbeda. Penisilinase

yang memproduksi stapilokokusbersifat resisten kerena enzimnya menghancurkan sejumlah

penisilin. Penisilinase tersebut menonaktifkan sebagian dari pensilin dengan cara membelah

cincin beta laktam.

Pada lingkungan rumah sakit, lebih dari 95 % populasi stapilokokus adalah mikroorganisme

yang memproduksi penisilinase. Asam klavulanat berfungsi sebagai penghambat, yang

memungkinkan digunakannya amoksisilin untuk melawan mikroorganisme penghasil

penisilinase. Bakteri tertentu memiliki membran sel yang lebih luar yang mencegah penisilin

mencapai PBPs.

Meskipun kebanyakan galur oral dari S. viridian sensitif terhadap penisilin, jumlah yang

meningkat dari galur tersebut menjadi resisten. Jumlah bakteri yang resisten proporsional

(sebanding) dengan penggunaan klinis dari antibiotik, pemakaian yang sering mengakibatkan

peningkatan resistensi dan sebaliknya.

Reaksi yang merugikan

Reaksi yang tidak menguntungkan terhadap penisilin bisa dibagi kedalam reaksi toksik dan

alergi atau reaksi hipersensitifitas. Pensilin adalah penyebab yang paling umum dalam hal

terjadinya alergi obat.

- Toksisitas

Karena toksisitas penislin hampir tida ada, dosis dalam jumlah besar telah menjadi toleran

tanpa efek yang merugikan. Karena alasan tersebut ada batas keamanan yang luas ketika

pensilin dipakai. Menggunakan dosis intravena yang tinggi,iritasi secara langsung pada

susunan saraf pusat bisa menimbulkan kejang. Dosis yang besar dari pensilin G berhubungan

dengan kerusakan ginjal dengan manifestasi berupa demam, eosinifilia, ruam, albuminuria,

dan peningkatan nitrogen ureum darah (BUN). Anemia hemolisis dan depresi sum-sum

tulang juga telah ditunjukkan oleh pensilin. Penisilin resisten penisilinase secara bemakna

lebih toksis daripada penislin G. Iritasi saluran cerna bisa menimbulkan rasa mual dengan

atau tanpa muntah. Iritasi yang disebabkan penyuntikkan pensilin bisa menghasilkan abses

yang steril jika diberikan secara intramuskuler atau menimbulkan tromboplebitis jika

diberikan secara intravena.

- Alergi dan sensitifitas

Reaksi alergi terhadap pansilin harus selalu dupertimbangkan ketika menulis resep pensilin.

Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa 5-10 % pasien yang menerima penisilin akan

memberikan reaksi. Reaksi alergi terhadap penisilin oral jarang terjadi dari pada penisilin

parenteral. Reaksi anafilaksis lebih sering terjadi pada pasien yang sebelumnya diberi obat

beta bloker dan kemudian diberi penisilin. Reaksi anafilaksis pada pasien tersebut telah

dilaporkan sebagai pengobatan yang sulit.

Berikut ini adalah tipe-tipe reaksi alergi yang berhubugan dengan penislin :

- Reaksi anafilaskis : Syok anafilaksis, reaksi alergi akut, muncul beberapa menit

setelah mengkonsumsi penisilin dan merupakan bahaya yang paling serius bagi

pasien. Hal tersebut ditandai dengan kontraksi otot halus (contoh :

bronkokontriksi),dilatasi kapiler (syok) dan urtikaria yang disebabkan pelepasan

antihistamin dan bradikinin. Jika pengobatan tidak segera dilakukan bisa

mengakibatkan kematian. Pengobatan anafilaksis adalah pemberian epinefrin

parenteral secepatnya.

- Ruam : Semua jenis ruam kulit telah dilaporkan berhubungan dengan pemakaian

penisilin. Reaksi seperti ini terjadi antara 80-90 % dari reaksi alergi terhadap

penisilin. Ruam seperti ini biasanya ringan dan waktunya terbatas, dan bisa menjadi

parah. Bahkan kontak dengan kulit bisa terjadi akibat terpapar secara topikal,

contohnya ketika menyiapkan larutan suntik (tipe IV).

- Sakit serum yang tertunda : Penyakit serum berupa demam, ruam kulit, dan

eosinofilia atau atritis yang parah, purpura, limfadenopati, splenomegali, perubahan

mental, dan elektrokardiogram yang abnormal dan edema. Biasanya memakan waktu

kira-kira 6 hari untuk berkembang dan muncul pada masa pengobatan atau bisa

sampai 2 minggu setelah pengobatan berhenti.

- Lesi oral : Reaksi yang lambat terhadap penisilin bisa menunjukkan diri mereka pada

rongga oral. Hal tersebut termasuk stomatitis akut, lidah berbulu, lidah hitam, glositis

akut, dan seilosis. Lesi oral tersebut bisa terjadi umumnya dengan penggunaan

topikal, tetapi telah dilaporkan akibat pemberian melalui dari rute lain.

- Reaksi pada pemberian oral : Nepritis interstisial, anemia hemolitik, dan eosinofilia

merupakan tipe reaksi alergi yang biasanya terjadi pada pengobatan penisilin.

Ketika reaksi terhadap pensilin terjadi, konsekuensinya adalah sering berupa sesuatu

yang serius. Diperkirakan bahwa reaksi anafilaksis terjadi sampai dengan jumlah 0,05

% dari pasien yang diobati penisilin, dengan tingkat mortalitas sebesar 5 sampai 10

%. Diperkirakan 100 sampai 300 kematian terjadi setiap tahunnya karena reaksi

alergi terhadap penisilin. Meskipun kemungkinan terjadinya reaksi alergi serius

terhadap penisilin lebih besar setelah pemberian parenteral, syok anafilaktif dan

kematian setelah pemberian oral juga pernah terjadi. Pasien yang memiliki riwayat

alergi jenis apapun lebih besar kemungkinannya untuk alergi terhadap pensilin.

Reaksi alergi terhadap penisilin dari semua jenisnya bisa diikuti dengan reaksi alergi

lain yang lebih serius dengan paparan secara berurutan. Riwayat apapun mengenai

alergi terhadap pensilin dapat mengkontraindikasikan pemakaian penisilin, dan

antibiotik jenis lain haru digantikan. Akan tetapi, riwayat negatif tidak menjamin

kurangnya alergi terhadap penisilin. Jika penisilin diresepkan pertanyaan akan alargi

tetap ada, seseorang harus memastikan bahwa, setelah dosis pertama diberikan,

seorang pasien disuatu tempat dimana bantuan bisa dipanggil jika diperlukan.

Pemakaian / penggunaan

Penisilin merupakan antibiotik yang penting dalam praktek kedokteran dan kedokteran gigi.

Dipakai dalam kedokteran gigi karena potensi bakterisidanya, toksisitas yang rendah, dan

spektrum aksinya, yang mencakup banyak flora oral (mulut). Sering digunakan untuk

pengobatan infeksi gigi. Tabel 7-2 mendemontrasikan infeksi gigi dan pensilin mana yang

merupakan obat pilihan jika pasien tidak alergi terhadap obat tersebut. Amoksisilin, jenis

yang dekat dengan penisilin, juga dipakai untuk indikasi profilaskis spesifik. Penisilin

merupakan obat pilihan untuk profilaksis dari infeksi endokarditis untuk pasien nonalergi

dengan riwayat penyakit rematik jantung atau kerusakan katup (lihat diskusi tentang

antibiotik profilaskis untuk endokarditis infektif pada akhir bab ini) efektifitas penisilin pada

pengobatan infeksi gigi dijelaskan oleh keefektifannya melawan banyak bakteri aerob dan

anerob.

Penisilin spesifik.

- Penisilin G

Penisiljn G, yang merupakan prototipe (contoh) penisilin, tersedia dalam bentuk natrium,

kalium, prokain, atau garam benzatin. Garam-garam tersebut berbeda dalam waktu mulai

dan durasi kerja dan tingkat/ kadarnya pada plasma. Gambar 7-4 membandingkan kadar pada

darah yang dicapai oleh pemasukan intra vena dari garam kalium dan pemakaian secara

intramuskuler dari kalium, prokain, dan garam benzatin. Seseorang harus memperhatikan

bahwa garan kalium yang diberikan secara intravena memberikan kadar pada darah dengan

cepat dan dengan kadar yang tertinggi, dimana garam benzatin yang diberikan secara

intramuskuler menghasilkan kadar obat pada darah yang paling rendah dan mantap. Garam

kalium dan prokain, yang diberikan secara intramuskuler menghasilkan kadar obat dalam

darah dengan cepat begitu juga dengan lama kerjanya. Durasi kerja penisilin terbalik dengan

proporsi akan kelarutan dari bentuk pensilin. Zat yang paling susah larut memiliki waktu

kerja paling lama.

Garam natrium dari pensilin harus dihindari pada pasien dengan masukan natrium yang

dibatasi seperti pasien dengan gangguan kardiovaskuler. Pasien dengan ganguan ginjal tidak

boleh diberi garam kalium, karena bisa mengakibatkan hiperkalemia. Pasien bisa menjadi

alergi terhadap bagian prokain pada prokain penisilin G. Baik prokain maupun benzatin

penisilin merupakan suatu suspensi yang diberikan secara intramuskuler, dimana penisilin

dilepaskan dengan perlahan.

- Penisilin V

Penisilin V memiliki spektrum kerja yang sangat mirip dengan pensilin G. Garam kalium

dari penisilin V (K penisilin V atau penisilin VK) lebih mudah larut daripada asam bebas dan

oleh karena itu diserap lebih baik jika diberikan secara oral. Tabel 7-2 memperlihatkan daftar

beberapa keadaan dimana penisilin menjadi obat pilihan pertama jika pasien tidak alergi

terhadap obat tersebut. Dosis regular dewasa adalah 500 mg empat kali sehari dan lebih dan

lebih baik dipakai dalam waktu 7-10 hari.

- Pensilin resisten penisilinase

Harus digunakan pada pemakaian khusus untuk stapilokokus yang menghasilkan penisilinase.

Dibandingkan dengan penisilin G, penisilin resisten penisilinase kurang efektif melawan

mikroorganisme yang sensitif terhadap penisilin G. Obat tersebut juga menghasilkan lebih

banyak efek samping seperti rasa tidak enak pada saluran pencernaan, depresi sum-sum

tulang, dan fungsi ginjal dan hepar yang abnormal. Pasien yang alergi terhadap penisilin juga

alergi terhadap penisilin-resisten penisilinase.

Karena kloksasilin dan diklosaksilin diserap secara lebih baik daripada penisilin-reisten

penisilinase obat-obat tersebut merupakan obat pilihan.

-

-

- Ampisilin

Ampsilin dan amoksilin adalah yang paling sering dipakai pada pengobatan. Penisilin-peka

penisilinase tersebut memiliki spektum aksi yang mencakup gram positif kokus, Hemifilus

influenza, dan enterokokus seperti Escericai coli, Proteus mirabilis, dan Salmonella dan

Sigela sp.

Amoksilin, yang merupakan kerabat ampisilin, paling sering dipakai untuk mengobati

infeksi kerena kadarnya dalam darah lebih tinggi, diabsorpsi lebih baik, memerlukan

frekuanesi peresepan yang lebih sedikit, (tiga kali sehari dibandingkan empat kali sehari

untuk penisilin VK atau ampisilin), dan penyerapannya tidak terganggu oleh makanan.

Amoksisilin merupakan obat pilihan untuk profilaksis terhadap bekteri endokarditis sebelum

dilakukan prosedur perawatan gigi. Amoksisilin digunakan untuk pengobatan infeksi saluran

pernafasan atas (H. influenza), infeksi saluran kemih (E. coli) dan meningitis (H. influenza).

Otitis media pada anak sering diobati dengan amokisisilin. Amoksisilin juga tersedia dalam

bentuk campuran dengan asam klavunalat, yang merupakan inhibitor beta laktamase

(Augmentin). Asam klavunalat begabung dan menginhibisi betalaktamase yang dihasilkan

bakteri. Karena itu amoksisilin terlindungi dari penonaktifan secara enzimatis. Kombinasi

obat dapat juga dipakai dengan mjkroorganisme penghasil penisilin. Obat tersebut memiliki

beberapa manfaat dalam menangani beberapa kondisi periodontal tertentu. (lihat tabel 7-2).

Baik ampisilin maupin amoksisilin bisa menghasilkan beragam reaksi alergi. Ampisilin lebih

cenderung menyebabkan ruam daripada penisilin jenis lainnya. Kebanyakan orang

berpendapat bahwa ruam oleh ampisilin bukan karena alergi atau reaksi imunologis

(kekebalan). Ruam yang tidak biasa yang dihasilkan ampisilin lebih sering terjadi pada pasien

penderita mononukleosis (hampir 100 %) atau pasien yang mengkonsumsi alopurinol. Alergi

silang antara penisilin VK, amoksilin, dan ampisilin adalah lebih lengkap (menghilangkan

istilah ruam ampisilin yang “aneh”).

- Penisilin spektrum diperluas

Karbenisilin memiliki spektrum kerja yang lebih luas daripada penisilin G, dengan aktifitas

yang khusus terhadap Pseudomonas aeruginosa dan beberapa galur proteus. Obat tersebut

tidak resisten terhdap penisilin dan tersedia dalam bentuk parenteral untuk mengobati infeksi

sistemik.

Tabel 7-4

Obat Makanan Metabolisme / eksresi Dosis

Eritromisin

Basa (E-misin, Eri-Tab,

ERIC, PCE, lain-lain)

Stearat (Eritromsin)

Estolat (Ilosin)

Etil suksinat (EES)

Azitromisin (Zitromak)

Klaritromisin

MT

MT

OK

OK

MT

OK

Hepatik, dalam empedu

Hepatik, dalam empedu

Hepatik, dalam empedu

Hepatik, dalam empedu

Tidak diubah dalam

empedu

Dimetablisme menjadi

aktif; ginjal

250-500 mg q6h

250-500 mg q6h

250-500 mg q6h

400-800 mg q6h

500 mg stat, lalu

250 mg qd

500 mg bid

bid, dua kali sehari; MT, dikonsumsi pada saat perut kosong (1 jam sebelum atau 2 jam

setelah makan); OK, boleh dikonsumsi tanpa makan sebelumnya; qd, perhari.

MAKROLIDE

Antibiotik makrolid terdiri dari eritromisin, klaritromisin, dan azitromisin.

Eritromisin

- Mekanisme dan spektrum

Eritromisin biasanya merupakan bakteriostatik, dan mengganggu sintesis protein dengan cara

menghambat enzim peptidil transferase pada 50s subunit ribosom. Spektrum aksinya hampir

serupa dengan penisilin melawan bakteri gram positif. Juga merupakan obat pilihan untuk

Bordetela, Legionela, dan mikroorganisme aktinomices, Mikroplasma pneumonia,

Entamoeba histolitika, beberapa spesies Klamidia dan difteria. Juga diindikasikan untuk

infeksi Stapilokokus dan Streptokokus.

- Farmakokinetik

Eritromisin diberikan secara peroral dalam bentuk tablet dan kapsul, suspensi oral dalam

bentuk intravena dan intramuskuler, dan dalam preparat topikal. Karena eritromisin hancur

dalam cairan lambung, obat tersebut doformulasikan sebagai sebuah tablet saluran cerna

yang dilapisi, kapsul, ester tak terlarut, untuk mengurangi degradasi oleh asam di perut

(saluran cerna). Harus dikonsumsi 2 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan (lihat

tabel 7-4). Puncak kadar obat dalam darah bervariasi antara 1 sampai 6 jam. Meskipun

makanan mengurangi penyerapan eritromisin, obat tersebut perlu dikonsumsi dengan

makanan untuk mengurangi efek samping yang merugikan pada saluran pencernaan. Waktu

paruh obat ini adalah 2 jam.

- Reaksi yang merugikan

Dengan dosis terapi biasa dari eritromisin, efek samping selain pada saluran cerna biasanya

minim. Reaksi alergi terhadap eritromisin tidak biasa terjadi.

Efek pada saluran cerna. Efek samping yang paling sering terjadi berhubungan dengan

pemberian eritromisin adalah pada saluran cerna diantaranya adalah stomatitis, kram perut,

mual, muntah dan diare. Efek – efek tersebut lebih sering terjadi pada pemberian dosis obat

sebanyak 4 kali sehari dibandingkan dengan 2 kali sehari dan dengan perbandingan dosis

lebih tinggi (2mg/ hari) dibandingkan dengan dosis lebih rendah (1 mg/hari). Pada sebuah

penelitian, kira-kira satu buah efek samping pada saluran pencernaan terjadi pada rata-rata 50

% pasien, dengan kira-kira 20 % pasien berhenti berobat karena efek samping tersebut.

Ikterus kolestatik. Penyakit ini telah dilaporkan terutama dengan obat berbentuk estolat,

tetapi juga dilaporkan terjadi dalam bentuk etilsuksinat. Basa eritromisin tidak dihubungkan

dengan reaksi ini. Gejala antara lain mual, muntah, dan keram perut yang disertai ikterus

dengan kadar enzim hatiyang meningkat. Pasien dengan riwayat hepatitis harus diberi basa

eritomisin atau stearat. Mekanisme efek yang merugikan ini diyakini sebagai reaksi

hipersensitifitas.

- Interaksi obat

Eritromisin bisa meningkatkan kadar serum dari teofilin, digoxin, triazolam, warfarin,

karbamazepin, siklosforin. Efek ini bisa mengakibatkan toksisitas, tergantung dengan dosis

obatnya. Mekanisme tentang bagaimana eritromisin mengakibatkan interaksi obat ini,

mungkin melibatkan penghambatan metabolisme hepatik dari obat-obat tersebut di atas.

Tabel 7-5 memperlihatkan daftar beberapa interaksi obat makrolid.

- Pemakaian

Karena eritromisin aktif melawan mikroorganisme aerobik seperti halnya dengan penisilin,

eritromisin merupakan obat pilihan pertama melawan infeksi mikroorganisme aerobik pada

pasien yang alergi terhadap penisilin. Eritromisin tidak efektif melawan spesies bakteroides

yang terlibat pada banyak infeksi gigi.

Azitromisin dan klaritromisin

Baik azitromisin dan klartromisin merupakan antibiotik makrolid terbaru seperti halnya

eritromisin. Obat-obat tersebut menghambat sintetsi protein yang tergantung RNA dengan

cara berikatan dengan subunit robosom 50S. Antibiotik tersebut memiliki aktifitas melawan

bakteri kokus aerobik gram positif, seperti Stapilokukus dan Streptokokus, dan bakteri aerob

gram negatif. Berbeda dengan eritromisin, azitromisin dan klaritromisin memiliki kerja

bervariasi melawan beberapa mikroba anaerob.Azitromisin dan klaritromisin merupakan

antibiotik bakteriostatik. Dan bisa dikonsumsi sebelum makan.

Kejadian efek samping yang merugikan dari obat tersebut lebih sedikit terjadi pada

azitromisin dan klaritromisin jika dibandingkan dengan eritromisin. Reaksi yang merugikan

berhubungan dengan saluran cerna, termasuk dispepsia, diare, mual, dan sakit perut.

Azitromisin telah diketahui dapat meningkatkan tes fungsi liver (LFTs). Dan harus digunakan

dengan hati-hati pada pasien dengan gangguan fungsi hati. Klaritromisin bisa menyebabkan

rasa yang aneh atau rasa logam.

Beberapa interaksi obat bisa muncul pada kedua obat karena reduksi obat tersebut pada

metabolisme dari obat-obat tertentu yang dimetabolisme di liver. Azitromisin bisa

meningkatkan kadar astemizol, loratadin, karbamazepin, digoxin, triazolam, tetapi tidak

berefek terhadap warfarin atau teofilin. Kadar puncak (tertinggi) dari azitromisin

dikurangioleh kation, seperti magnesium dan almunium, tetapi jumlahtotal obat yang diserap

tidak terpengaruh. Klaritromisin meningkatkan kadar obat yang dimetabolisme di liver

seperti teofilin, karbamazepin, digoxin, omeprazol dan astemizol. Seperti makrolid lainnya

klaritromisin menghambat sitokrom P (CYP)-450 enzim mikrosom hati.

Azitromisin dan klaritromisin diindikasikan sebagai antibiotik alternatif pada pengobatan

infeksi orofasial biasa yang disebabkan oleh kokus aerobik gram positif dan mikroorganisme

lain yang rentan. Dosis eritromisin terdiri dari terapi selama 5 hari : hari pertama, 250 mg dua

kali sehari (bid), lalu 250 mg/hari untuk 4 hari berikutnya : untuk klaritromisin, dosisnya

adalah 500 mg bid untuk 7 sampai 10 hari. Ketika amoksisilin dan klindamisin tidak bisa

dipakai sebagai pencegahan terhadap penyakit endokarditis dan infeksi sendi buatan.

Makrolid jenis ini bisa dipakai sebagai antibiotik alternatif. Dosis untuk pencegahan dari

endokarditis bakteri atau sendi buatan adalah 500 mg 1 jam sebelum perawatan kesehatan

gigi.

Tetrasiklin

Tetrasiklin merupakan antibiotik spektrum luas yang mempengaruhi kisaran jenis bakteri

yang luas. (lihat tabel 7-6). Efek merugukan dari antibiotik tersebut pada gigi yang tumbuh

telah banyak diketahui.

Tetrasiklin pertama diisolasi dari galur streptomices pada tahu 1948. Sejak saat itu, tetrasiklin

jenis lain telah telah dihasilkan dari spesies yang berbeda dari streptomices, dan yang lainnya

telah diproduksi secara semisintesis. Tetrasisklin sangat dekat kaitannya secara kimiawi

maupun secara klinis.

Farmakokinetik

Tetrasiklin paling sering diberikan melalui mulut. Penyerapan setelah konsumsi secara oral

bervariasi, tetapi cukup cepat. Penyebaran pada jaringan terjadi secara luas, dan tetrasiklin

disekresi dalam saliva dan pada air susu ibu (konsentrasi plasma). Tetrasilin dipusatkan

dipekatkan oleh liver dan diekresikan pada saluran cerna melalui empedu sirkulasi

enterohepatis memperpanjang kerja tetrasiklin setelah pemberian obat dihentikan. Tetrasiklin

juga tersimpan pada dentin dan enamel pada gigi yang tidak tererupsi, dan terkonsentrasi

pada cairan gingival. Obat dengan waktu kerja panjang memiliki konsentari empat kali

kadar serum.

Jenis tetrasiklin berbeda secara klinis dalam hal lama kerjanya, persentase yangn terserap

ketika diberikan peroral, waktu paruh, mekanisme eliminasinya. Doksisiklin dieksresikan

pada feses, dimana tetrasiklin dieliminasi pada dasarnya tidak dirubah oleh filtrasi

glomerulus dan minosiklin dimetabolisme pada liver dan dieksresi di urin. Baik doksisiklin

dan minosiklin bisa diberikan secara aman pada pasien dengan gangguan ginjal. Semua jenis

tetrasiklin melewati plasenta dan memasuki sirkulasi fetus.

Spektrum

Tetrasiklin merupakan antibiotik bakteriostastik. Mempengaruhi sintesis protein bakteri

dengan cara mengikat ribosom bakteri pada subunit 30S. Sebagai antibiotik spektrum luas,

obat tersebut efektif melawan bermacam jenis bekteri gram positif dan gram negatif (baik

aerob dan anaerob), riketsia, spirokhaeta (trponema palidum), beberapa protozoa,

(E.histolitika) dan klamidia dan organisme mikoplasma.

Resistensi bakteri terhadap tetrasiklin berkembang perlahan dengan cara bertahap. Resistensi

silang diantara tetrasiklin mungkin lengkap. Resistensi semacam ini disebabkan oleh ambilan

yang menurun tetrasiklin oleh organisme. Pada studi tentang sessitifitas organisme yang

diisolasi dari infeksi gigi, satu perlima sampai tiga perlima dari S viridian dan satu perlima

sampai dua perlima dari S. aureus diketahui reisten terhadap tetrasiklin. Keuntungan dari

penisilin dibandingkan tetrasiklin terhadap infeksi gram positif aeron ini adalah suatu hal

yang jelas.

Reaksi merugikan

Meskipun reaksi merugikan dari tetrasiklin jarang terjadi ganguang saluran cerna tidak jarang

terjadi.

Efek terhadap saluran cerna

Efek merugikan terhadap saluran cerna termasuk anoreksia, mual, muntah, diare,

gastroenteritis, glositis, stomatitis, xerostomia, dan infeksi super (moniliasis). Efek samping

pada umumnya berhubungan dengan iritasi lokal akibat perubahan flora pada mulut,

lambung, dan enterik.

Jika terjadi diare pada pasien yang mengkonsumsi tetrasiklin, kemungkinan terjadinya

enteritis infeksius, seperti stapilokokal enterokolitis, kandidiasis intestinal, pseudomembran

kolitis (setelah terjadinya pertumbuhan berlebih Clostridium difficile)harus dikesampingkan.

Beberapa pasien yang menerima tetrasiklin telang mengalami perubahan warna lidah menjadi

coklat-kekuningan. Hal ini bisa terjadi baik dengan pemasukan topikal atau sistemik. Pasien

dengan gigi tiruanlebih cenderung untuk mengalami kandidmiasis (minoliasis) disebabkan

superinfeksi yang berhubungan dengan area jaringan nukosa oral dimana kerusakan terjadi.

Efek terhadap tulang dan gigi

Tetrasiklin tergabung menjadi struktur yang mengapur. Jika obat tersebut digunakan pada

masa pengapuran enamel, obat tersebut dapat menyebabkan perubahan warna gigi dan

hipoplasia enamel (lihat gambar 15). Konsekuansinya, obat tersebut harus digunakan pada

masa masa akhir kehamilan atau pada anak yang berumur dibawah 9 tahun. Tetrasiklin akan

mempengaruhi gigi primer jika diberikan kepada ibu ketika masa akhir kehamilan atau pada

bayi berumur 4-6 bulan. Jika tetrasiklin diberikan antara 2 bulan dan 7 atau usia 8 tahun, gigi

permanen bisa terpengaruh. Mekanismenya termasuk deposisi tetrasiklin pada enamel gigi

yang sedang terbentuk. Warna ini bersifat permanen dan menjadi gelap seiring bertambah

usia dan peparan terhadap cahaya. Dimulai dengan warna kuning fluoresen dan berlanjut

menjadi warna coklat.

TABEL 7-6 TETRASIKLIN ORAL DAN TOPIKAL

Nama obat

/ bentuk

Ikatan

protein

serum

Serum

normal

t1/2 (jam)

Dosis

Dewasa

Kelarutan

pada lemak

Tetrasiklin*(sumisin)

Serat (aktisit) Ŧ

Doksisiklin

(vibramisin) ŧ

Kapsul (periostat) ŧ,

Gel (atridox) Ŧ

Minosiklin

(minosin)ŧ,¶

20-65

60-90

55-75

6-10

14-25

11-20

250-500 mg q6h

12,7 mg/ serat

50 mgq12h atau 100 mg

q24h

20 mg bid

100 mg q12h

Menengah

Tinggi

Tinggi

bid, dua kali sehari

*, Hindari pemakaian bersamaan dengan makanan atau kation dua valensi atau tiga valensi

Ŧ,Gunakan secara topikal pada sulkus

ŧ, Bisa digunakan bersama makanan atau susu tapi tidak dengan kation divalent atau trivalent

berkonsentrasi tinggi

§, Dosis rendah berdampak sistemik; berefek karena kolagenase, bukan aksi antibakteri

¶, Efek samping vestibuler, lesi oral biru.

Proses ini dipercepat dengan paparan terhadap cahaya, kisaran perubahan warna permanen

dari warna abu muda sampai kuning sampai coklat. Tetrasiklin dengan dosis besar,

penurunan pertumbuhan tulang telah diperlihatkan pada janin dan bayi.

Minoksilin bisa menyebabkan pigmentasi hitam pada tulang aveoli mandibular dan vestibuler

dan langi-langit yang keras. Jika dilihat di mukosa, pigmennya terlihat kebiruan. Kasus lain

dari pigmentasi oral telah diketahui melibatkan mahkota dari gigi permanen (setengah atau

permukaan insikal) dan mukosa gingival. Kejadidan pigmentasi oral ini pada orang dewasa

adalah 10 % setelah 1 tahun dan 20 % setelah 4 tahun terapi. Dengan penghentian pemakaian

minoksilin, pigmentasi menjadi berkurang, tetapi biasanya tidak sepenuhnya tak terbalikan.

- Hepatotoksisitas

Kejadian kerusakan liver meningkat dengan pemkaian intavena dari tetrasiklin. Kematian

bisa terjadi, terutama pada wanita hamil. Kerusakan ginjal menyebabkan akumulasi

tetrasiklin adan bisa meningkatkan kemungkinan kerusakan hepatis.

- Neprotoksisitas

Efek keracuanan pada ginjal dengan karakteristik kelainan fungsi tubulus ginjal,

menyebabkan sindroma Fanconi, telah diketahui setelah penggunaan tetrasiklin lama.

Tetrasiklin lama atau kadaluarsa harus dimusnahkan. Karena efek nefrotoksik dari tetrasiklin

merupakan efek tambahan seperti obat lainnya, tetrasiklin seharusnya tidak digunakan

bersamaan dengan obat nefrotoksik lainnya.

- Efek hematologis

Meskipun jarang terjadi, perubahan hematologis anemia hemolosis, lekositosis,

trombositopeni purpura telah diketahui setelah terapi tetrasiklin.

- Superinfeksi

Sensitifitas terhadap cahaya (fotosensitifitas)

Pasien yang diberi tetrasiklin yang terpapar dengan sinar matahari kadang-kadang bereaksi

dengan sinar matahari yang berlebihan. Meskipun kejadiannya bervariasi dan dengan

tetrasiklin yang berbeda. Pasien yang menerima resep tetrasiklin harus diberitahu untuk

memakai tabir surya sebelum terpapar sinar matahari.

- Efek lainnya

Minosiklin berhubungan dengan efek samping terhadap susunan saraf pusat termasuk

diantaranya pusing, dan vertigo. Pasien yang akan mengemudikan mobil harus diperingatkan

akan reaksi ini.

- Alergi

Anafilaksis dan beragam reaksi dermatologis terhdap tetrasiklin bisasnya terjadi, tetapi

alerginitas terhadap obat ini sangat rendah. Glositis dan seilosis telah menyebabkan

terjadinya hipersensitifitas terhadap tetrasiklin. Pasien yang alergi terhadap satu jenis

tetrasiklin hamper dapat dipastikan alergi terhadap tetrasiklin.

Interaksi obat

- Kation

Kation dwivalen (Ca+2, Mg+2,Fe+2,Zn+2) dan trivalen (Al+3) mengurangi penyerapan tetrasiklin

pada saluran usus dengan membentuk khelat yang tidak dapat diserap dari tetrasiklin,

contohnya adalah kalsium. Produk susu yang mengandung kalsium, antasid (Ca2+, Mg+2,Al+3)

dan suplemen mineral (besi,kalsium,seng, dan makanan yang diperkaya)tidak boleh

dikonsumsi setelah 2 jam mengkonsumsi tetrasiklin. Jumlah yang rasional dari produk susu

bisa dikonsumsi dengan doksisiklin dan minoksilin, karena gangguannya rendah terhadap

penyerapan, tetapi pemakaian secara bersamaan dengan antacid atau suplemen mineral harus

duhindari.

- Efek yang meningkatkan efek obat lain

Tetrasiklin meningkatkan efek dari sulfonylurea oral, dimana hal tersebut dapat menimbulkan

hipoglikemi. Efek dari digoxin, litium dan teofilin bisa juga meningkat, yang dapat

menimbulkan toksisitas dari obat-obat tersebut dengan indeks terapeutik yang sempit.

Toksisitas furosemid bisa meningkat dengan tetrasiklin.

- Efek mengurangi doksisilin

Barbiturat dan penitoin bisa mengurangi efek doksisiklin. Mekanismenya adalah stimulasi

dari enzim mikrosomal hepatis sehingga doksisiklin dimetabolisme lebih cepat lagi.

- Interaksi antibiotik umum

Seperti semua antibiotik, tetrasiklin bisa mengurangi efektifitas obat kontrasepsi oral atau

antikoagulan oral. Juga, pada banyak kejadian, mencampur tetrasiklin dengan antibiotik lain

menghasilkan antagonisme, terutama jika antibiotik lainnya tersebut memiliki karakter

bakterisida.

Pemakaian

Tetrasiklin, termasuk didalamnya tetrasiklin dan doksisiklin, memiliki kegunaan medis dan

kesehatan gigi yang luas.

Kegunaan Medis

Meskipun aktif melawan beragam mikroorganisme, tetrasiklin jarang sekali menjadi obat

pilihan untuk infeksi yang spesifik. Biasanya, ada obat alternatif untuk mengobati infeksi

klamidia dan riketsia. Obat tersebut dipakai untuk mengobati jerawat (secara topical atau

oral), infeksi pulmonal pada pasien dengan penyakit obstruktif pulmonal kronis (COPD), dan

diare, tetrasiklin tidak boleh digunakan sebagai pencegahan terahadap endokarditis infektif

kecuali pada situasi yang tidak umum pada kedokteran gigi, yang akan didiskusiskan nanti.

Kesehatan gigi

Tetrasiklin tidak diindikasikan sebagai obat pilihan atau obat alternatif obat pilihan untuk

infeksi gigi yang tidak berhubungan dengan penyakit periodontal. Obat tersebut sering

digunakan untuk kondisin periodontal tertentu. Pengabatan biasa (konvensional) dengan

pengukuran lokal biasanya gagal sebelum terapi tetrasiklin dimulai. Potensi keuntungan dari

tetrasiklin pada keadaan periodontal tertentu yang berhubungan dengan kemampuan obat

tersebut untuk terkonsentrasi pada cairan krevikuler (sulkus) gingival. Karena tetrasiklin

berkarakter kerja lama dikonsentrasikan pada jangkauan yang lebih luas pada cairan

ginggivaldan memerlukan dosis satu kali perhari, obat tersebut bisa membrikan keuntungan

daripada tetrasiklin itu sendiri. Terapi ideal tetrasiklin harusnya diberikan langsung menuju

gingival, karena hal tersebut mengurangi dosis sistemik. Beragam strip plastik, serat

trasnsparan, atau kolar untuk mengirimksn tetrasiklin secara langsung menuju sulkus sudah

dipakai tetapi dievaluasi secara berkelanjutan.

Klindamisin

Klindamisin adalah antibiotik bakteriostatik efektif terutama melawan organisme gram positif

dan bekteroida sp anaerob. Klindamisin dihasilkan dengan cara menambahkan sebua grup cl

pada linkomisin, diaman obat tersebut diuraikan oleh Streptomices lonkolnensis, ditemukan

pada sampel tanah yang diambil dari Lincoln, Nebraska. Klindamisin secara struktur tidak

berhubungan dengan obat antimikroba lain selain linkomisin. Yang tidak digunakan.

Farmakokinetik

Klindamisin bisa dipakai secara oral, topical, intramuskuler, intravena dan intravaginal.

Klindamisin oral diserap dengan baik, dan makanan tidak mengganggu penyerapan obat

tersebut. Mencapai kadar puncak dalam waktu 45 menit dengan waktu paruh sekitar 2,5 jam.

Klindamisin didistribusikan hampir keseluruh jaringan tubuh, termasuk tulang, tetapi tidak

pada cairan serebrospinal. Konsentrasi pada sum-sum tulang bisa mencapai memperkirakan

kadar obat tersebut dalam plasma. Obat tesebut melewatai sawar plasenta, dan lebih dari 90

% obat berikatan dengan protein plasma. Hanya sekitas 10 % dari obat aktif ini dieliminasi di

melalui urin. Kebanyakan klindamisin dieksresikan sebagai metabolit inaktif pada urin dan

feses (melalui empedu).

Spektrum

Spectrum antimikroba klindamsin termasuk diantaranya organisme gram positif dan beberapa

organisme gram negative. Aksi antibakteri dihasilkan dengan cara mengganggu sintesis

protein bakteri. Klindamisin merupakan bakteriostatik dalam banyak kasus, meskipun

biasanya biasanya bisa bersifat bakterisidal pada kadar yang lebih tinggi pada darah.

Sama halnya dengan eritromisin, aktifitas klindamisin termasuk diantaranya S.piogenes, dan

S. viridian, pneumokokus, dan S. aureus. Berbeda dengan eritromisin, klindamisin sangat

aktif melawan beberapa mikroorganisme anaerob termasuk diantaranya Bacteroides fragilis,

dan Bakteroides melalonigenikus, Fusobakterium sp, Peptostreptokokus (streptokukos

anaerobik) dan Peptokokus sp, dan Actinomices israelii.

Resistensi bakteri terhadap klindamisin berkembang cara pelan dan bertahap. Hal itu terjadi

dengan cara mutasi pada ribosom bakteri yang mengakibatkan penurunan afinitas dan

kapasitas terahadap obat ini. Resistensi silang antara klindamisin dan eritromisin sering

terjadi. Hubungan antagonis telah diamati antara klindamsin dan eritromisin kerena kompetisi

pada daerah ikatan yang sama (subunit50S) pada bakteri.

Reaksi merugikan

- Efek terahadap saluran cerna

Kolitis pseudomembran adalah hal yang memungkinkan, tapi jarang terjadi. Efek samping

yang sering teramati dari klindamisin adalah pada saluran cerna, termsuk diantaranya diare,

mual, muntah, enterokolitis, dan keram perut. Glotitis dan stomatitis juga dilaporkan pernah

terjadi. Insiden diare karana pemakain klindamisin kira-kira 10 %.

Perkembangan dari kolitis pseudomembran (PMC), juga dikenal dengan sebutan kolitis yang

disebabkan antibiotic (AAC) lebih erat hubungannya dengan klindamisin. Jika ditandai

dengan diare yang parah dan saluran darak atau mukosa. Kolitis semacam ini yang bisa

berakibat fatal, disebabakan toksib dari yang dihasilkan oleh bakteri Klostridium difisile.

Tidak hanya berhubungan dengan klindamisin saja akan tetapi berhubungan juga dengan

antibiotik lainya seperti tetrasiklin, ampisilin, dan sefalosporin. Perawatan kolitis termasuk

diantaranya penghentian obat, pemberian vankomisin dan kolestiramin secara oral, dan

pernggantian cairan dan elektrolit. Pemberian kortikosteroid secara sistemik terbukti ampuh.

Obat yang menyerupai opioid, seperti dipenoksilat, dan atropine (lomotil), bisa memperburuk

keadaan dan seharusnya tidak dipergunakan. PMC bisa terjadi ketika pengobatan, beberapa

minggu setelah penghentian terapi antibiotik, atau tanpa pemakaian antibiotik.

- Superinfeksi

Seperti antibiotik lainya, superinfeksi oleh C. Albican, kadang-kadang berhubungan dengan

pemakaian klindamisin.

- Efek lain

Reaksi merugikan mempengaruhi unsur (elemen) pada darah termasuk neutropenia,

trobositopenia, dan agranulositosis. LFTs abnormal dan disfungsi ginjal telah diketahui.

- Alergi

Ruam pada kulit morbiliform biasanya terjadi pada pasien yang diberi klindamisin.

Manifestasinya termasuk glositis dan stomatitis. Reaksi alergi yang lebih parah termasuk

diantaranya urtikaria, edema angioneutik, multiforme eritrema, sakit serum, dan anafilaksis.

Pemakaian

Meskipun klindamisin efektif melawan banyak organisme gram positif, ada juga obat lain

yang sama efektifnya dengan klindamisin tidak menimbulkan PMC. Indikasi untuk

pemakaian klindamisin dibatasi pada sejumlah infeksi yang disebabkan oleh organisme

anerobik, terutama Baktroides sp dan baberapa infeksi stapilokokus, jika pasien alergi

terhadap penisilin.

Banyak infeksi oral telah menujukkan banyak mengandung organisme anaerobik. Banyak

dari organisme anaerob ini, seperti Bakteroides oralis, Peptostreptokokus, Fusobakterium,

Veilonella sp, dan klostridia sensitive terhadap Pensilin V oral. Klindamisin merupakan obat

pilihan untuk beberapa spesies Bakteroides dan anaerob lainya, profilaksis endokarditis

dengan alergi penisilin, dan beberapa infeksi pelvis.

Infeksi campuran dari gram positif dan gram negative anaerob bisa diobati dengan

klindamisin. Pemakaian klindamisin ketika osteomielitis anaerob dicurigai diindikasikan jika

organismenya rentan. Adalah penting untuk menekankan klindamisin harus dipakai hanya

ketika indikasinya spesifik, tanpa dibedakan, dan pasien harus diperingatkan akan potensi

untuk terjadinya PMC dan diberitahu tentang gejala-gejalanya (diare berdarah bercampur

lendir). Dosis klindamsin adalah 150-300 mg q6h (qid).

METRONIDAZOL

Metronidazol merupakan antiinfeksi yang merupakan sintetis nitroimidazol dengan

trikomonosidal (trikomonas vaginalis), amubisidal (Entamuba histolitika sp), dan aksi

bakterisida. Memiliki pengecualian kerja terhadap kabanyakan oabligat anaerob seperti

Bakteroides sp. Seperti semua antibiotik, resistensi terhadap obat ini juga meningkat. Obat

tersebut secara bebas masuk kedalam sel dan direduksi menjadi senyawa polar tidak dikenal

yang tidak mengandung grup nitro. Produk berumur pendek ini bersifat sitotoksik, tetapi

dapat menyebabkan DNA kehilangan struktur sikliknya dan menghambat sintesis asam

nukleat, yang dapat menyebabkan kematian organisme. Mempengarui sel dalam keadaan

membelah dan tidak membelah.

Sebagai tambahan akan efek antiinfeksinya, metronidazol juga memiliki efek antiinflamasi

(antiperadangan). Mempengaruhi motilitas netrofil, kerja limfosit, dan imunitas yang

dimediasi sel. Kegunaan terapis dari kerja ini belum diketahui.

Farmaakokinetik

Secara oral, metrodinazol diserap dengan baik, dengan kadar puncak terjadi antara 1 dan 2

jam setelah pemberian obat. Antara 60-80 % dari dosis dieksresi pad urin. Metabolit

berjumlah sebanyak 20 % dari dosis. Waktu paruhnya rata-rata 8 jam, tetapi dengan penyakit

hati alkoholik kira-kira 18 jam. Ikatan dengan protein kurang dari 20 %. Metronidazol sedikit

terkonsentrasi di cairan sulkus gingival, menghasilkan konsentrasi bakterisidal terhadap

organisme periodontal. Metronidazol terdistribusi pada cairan serebrospinal, saliva, dan pad

air susu ibu kadarnya menunjukkan kadar kadar obat tersebut dalam serum.

Spektrum

Metronidazol bersifat bakterisidal dan memasuki seluruh sel bakteri. Spektrum kerja

metronidazol termasuk diantaranya protozoa T. vaginalis dan E. histolitika. Metronidazol

aktif melawan bakteri anaerobik obligat seperti Bakteroides, Fusobakteria, Veilonela,

Treponema, Clostridium, Peptokokus, Kampilobakter dan organisme Peptostreptokukos.

Pemakaian yang meningkat dari antibiotik menghasilkan peningkatan insiden resistensi.

Seseorang harus membandingkan spektrum kerja metronidazol dengan bekteri yang

menyebabkan kondisi periodontal dan konsentrasiefektif melawan bacteria tersebut untuk

meminimalkan resistensi.

Efek merugikan

- Efek terhadap saluran cerna

Rasa tidak enek diperut biasa terjadi. Efek samping meugikan dari metrodinazol yang paling

sering terjadi melibatkan saluran cerna. Efek samping ini terjadi 12 % dari pasien yang

menerima metrodinazol. Termasuk diantaranya mual, kurang nafsu makan, diare, dan

muntah. Gangguan epigastrium dan keram juga pernah dilaporkan.

- Efek terhadap susunan saraf pusat

Sakit kepala, pusing, vertigo, ataxia (kehilangan keseimbangan) telah dilaporkan. Rasa

bingung, depresi, lemas, susah tidur, dan kejang jarang berhubungan dengan pemakaian

mitronidazol.

- Toksisitas pada ginjal

Sistitis, poliuria, disuria, dan inkontinensia bisa terjadi pada pemakaian metrodinazol. Jarang

terjadi pemekatan warna urin sebagai akibat dari sebuah metabolit.

- Efekn terhadap oral

Xerostomia, rasa logam yang tidak menyenangkan. Efek lain yang telah dilaporkan adalah

mulut kering. Seringkali terjadi rasa logam yang tajam atau rasa tidak enak. Perubahan rasa

dari alkohol telah dilaporkan. Glositis, stomatitis, dan lidah hitam berbulu merupakan efek

samping yang sering diamati oleh pekerja kesehatan gigi. Efek samping ini mungkin

berhubungan dengan pertumbuhan berlebih monilia.

- Efek lainya

Transient neutropeniapada manusia dan karsinogenik,mutagenik,tumorigenik telah

dilaporkan walaupun kasusnya rendah.FDA menggolongkan metronidazole pada katagori B

obat-obat kehamilan karena terbukti pemberian pada tikus hamil menimbulkan toksisitas

pada janin.Pemberian metronidazole untuk infeksi gigi selama kehamilan merupakan

kontraindikasi.Ibu-ibu yang menyusui jangan diberi metronidazole kecuali air susu diberikan

dan dibuang dimulai ketika metronidazol diberikan, dan diteruskan selama 48 jam setelah

penghentian obat.

Interaksi obat

Tidak boleh mengkonsumsi alkohol bersama metronidazol. Ketika alkohol dikonsumsi

bersama metronidazol, reaksi seperti disulfiram bisa terjadi. Disulfiram (Antabuse)

merupakan obat yang dipakai untuk mengobati orang yang bermasalah dengan alkohol.

Gejala anatara lain termasuk mual, keram perut, muntah, sakit kepala. Alkohol harus

dihindari ketika mengkonsumsi metronidazol selama satu hari setelah terapi dihentikan.

Produk seperti pencuci mulut atau elixir, yang mengandung alkohol tidak boleh dipakai pada

periode (masa) pengobatan.

Metronidazol bisa mempotensiasi efek warfarin. Kombinasi antara metronidazol dengan

disulfiram dapat menimbulkan kebingungan dan harus dihindari. Obat yang menstimulasi

enzim mikrosomal liver, seperti fenobarbital dan penitoin, bisa mengurangi kadar plasma dari

metronidazol. Sebelum meronidazol diberikan, kemungkinan interaksi obatnya harus

diperhatikan.

Pemakaian

Metrodinazol digunakan untuk pengobatan infeksi yang disebabkan organisme yang rentan

(sensitif) pada kondisi medis ataupun perawatan gigi. Memiliki kegunaan khusus kerena

spektrum anaerobiknya.

- Medis

Kegunaan medis dari metronidazol termasuk diantaranya untuk pengobatan trikomonasiasis,

giardiasis, amobiasis, dan infeksi bakteri anaerob yang rentan terhadap obat ini. Efektif

melawan infeksi anaerobik yang serius pada perut, tulang rangka, dan daerah genital wanita.

Infeksi endokarditis dan saluran pernafasan bawah yang disebabkan oleh Bakteroides sp

dapat diobati dengan metronidazol. Tersedia dalam sediaan tablet dan kapsul; krim vagina

dan gel untuk infeksi pada vagina; krim topikal, gel, losion untuk pengobatan rosasea, dan

larutan intrevena untuk infeksi anaerobik.

- Kesehatan gigi

Karena efeketif terhadap kuman anaeraob, metronidazol berguna pada banyak infeksi

periodontal. Satu pengecualian bahwa obat ini tidak memiliki aksi untuk A.

aktinomicetemkomitan. Satu keuntungan dari mitronidazol adalah jika diresepkan secara

generik obat ini harganya terjangkau.

Sefalosporin

“sepupu yang mahal” dari penisilin. Grup antibiotik sefalosporin secara struktur berhubungan

dengan penisilin. Sefalosporin efektif melawan beragam jenis organiseme gram positif dan

gram negatif. Produk sefalosporin oral di bagi menjadi obat generasi pertama, kedua, ketiga

dan keempat. Kebanyakan obat generasi ketiga tersedia dalam betuk perenteral. Obat

sefalosporin yang aktif secara oral akan dibahas.

Sumber dari sefalosporin yang asli adalah Sefalosporum acremonium, yang diisolasi dari

aliran air selokan kotor (got) dekat Sardinia di Italia. Karena sefalosporin merupakan

antibiotik sajati, obat tersebut aslinya diproduksi oleh organisme. Sediaan dalam bentuk oral

relatif stabil pada suasana asam dan resisten terahdap penisilinase, tetapi obat tersebut

dihancurkan oleh sefalosporinase. Enzim yang diuraikan oleh beberapa mikroorganisme.

FARMAKOKINATIK

Sefalosporin bisa diberikan peroral, intramuskuler, dan intravena. Obat yang tidak bisa

diberikan peroral diabsorpsi dengan buruk untuk memberikan kadar pada darah yang

mencukupi. Sefalosporin yang diberikan peroral siserap dengan baik. Obat tersebut terikat

dengan jumlah antara 10 dan 65 % dengan protein plasma. (lihat kotak 7-3). Setelah

penyerapan, obat tersebut didistribusikan secara luas ke seluruh jaringan. Seperti halnya

penisilin, sefalosporin di eksresi oleh flitrasi glomerulus dan sekresi tubulus menuju urin.

Waktu paruh obat tersebut antara 50-240 menit.

Kotak 7-3 sefalosporin oral

Generasi pertama

Cephalexin (Keflex)

Cepharadine (Velosef, Anspor)

Cefadroxil (Duricef, Ultracef)

Generasi kedua

Cefaclor (Ceclor, Raniclor)

Cefuroxime (Ceftin, Kefurox, Zinacef)

Ceprozil (Cefzil)

Generasi ketiga

Cefixime (Suprax)

Cefpodixime proxetil (vantin)

Cefdinir (Omnicef)

Golongan Carbacephem

Loracarbef (Lorabid)

Spektrum

Sefalosporin, yang merupakan bakterisidal, aktif melawan kokus gram positif, stapilokokus

penghasil penisilinase, dan beberapa bakteri gram negatif. Obat tersebut menghambat

kebanyakan orgnisme Salmonela dan Klebsiela, beberapa galur parakolon, dan E. Coli.

seratia dan Species Enterobacter,H.influenzae,Protesu,Staphylococci yang resisten terhadap

meticillin,dan kebanyakanstrain Pseudomonas tidak terpengaruh.Generasi sefalosporin

satu,dua dan tiga memiliki antimiktroba yang luas,generasi pertama memiliki spektrum

sempit (gram positif dan beberapa gram negatif),generasi kedua memiliki efektifitas terhadap

(gram positif,lebih banyak gram negative dan bakteri anaerob),dan generasi ketiga lebih

lemah terhadap gram positif,banyak gram negatif, dan anaerob.

Mekanisme Kerja

Mekanisme keerja dari sefalosotrin adlah sepert penisilin,yaitu menghambat sintesis dinding

sel baktterti.Mereka mengikat enzim yang berperan pada sintesis dinding sel.Sefalosporin

bertindak sebagaimana acil-D-alanil-D-alanin yang menyebabkan defisiensi pada dinding

sel,dan mengakibatkan lisis.Mereka lebih efektif terhadap organisme yang tumbuh cepat.

Reaksi yang tidak dikehendaki.

Pada umumnya, sefalosporin memiliki angkan kejadian efek merugikan yang rendah

(termasuk reaksi alergi) dan ditoleransi dengan baik. Memiliki efek yang lebih merugikan

daripada penisilin VK. Efek merugikan selanjutnya mungkin terjadi.

- Efek pada saluran cerna

Efek merugikan yang paling umum berhubungan dengan sefalosporin adalah pada saluran

cerna, termasuk diare, mual, muntah, sakit perut, kurang nafsu makan, dyspepsia, stomatitis.

- Nefrotoksisitas

Bukti-bukti menunjukkan bahwa sefalosporin bisa mengakibatkan efek nefrotoksik dalam

kondisi tertentu. Meskipun beberapa orang menganggap bahwa ini adalah reaksi racun, hal

itu mungkin saja merupakan reaksi alergi.

- Super infeksi

Seperti antibiotuk lainya terutama yang berspektrum aksi lebih luas, superinfeksi telah

dilaporkan. Reisitensi organisme gram negatifsering menjadi penyebabnya.

- Reaksi lokal

Sama seperti penisilin, sifat mengiritasi sefalosporin bisa menimbulkan rasa sakit lokal,

pengerasan, dan pembengkakan ketikan diberikan secara intramuskuler, abses dan bisa terjadi

tromboplebitis ketika diberikan secara intravena.

- Hemostasis dan efek mirip disulfiram

Sefalosporin oral tertentu merusak hemstasis, atau menghasilkan reaksi mirip disulfiram.

Pekerja kesehatan gigi tidak memakai sefalosporin parenteral, dan oleh karena itu efek

samping seperti itu tidak perlu diperhatikan dalam kesehatan gigi.

Alergi

Beragam reaksi hipersensitivitas telah diketahui pada kira-kira 5 % pasien yang menerima

sefalosporin. Reaksi ini termasuk demam, eosinofilia, sakit serum, ruam dan anafilaksis.

Dosis besar sering menyebabkan reaksi Coomb langsung (mekanisme kekebalan ekan

menyerang sel darah merah pasiennya sendiri). Hal tersebut bisa menyebabkan hemolisis

dengan tingkat tertentu.

Penisilin dan sefalosporin memiliki struktur yang sama : beberapa hipersensitifitas silang bisa

terjadi. Secara klinis, kejadian reaksi sensitifitas terhadap sefalosporin lebih tinggi pada

pasien dengan riwayat elergi penisilin. Derajat reaksi hipersensitifitas dilaporkan sampai 10

%. Sefalosporin sering diberikan pada pasien dengan dengan riwayat alergi penisilin,

terutama jika reaksinya ringan dan sudah terjadi dimasa lalu.

Pemakaian

Antibiotik sefalosporin diindikasikan untuk pengobatan untuk infeksi organisme gram positif.

Sefalosporin diindikasikan untuk infeksi yang sensitif terhadap obat ini, tetapi resisten

terhadap penisilin. Berguna terutama untuk infeksi tertentu yang disebabkan oleh organisme

gram negatif seperti Klebsiela. Pemakaian obat tersebut pada perawatan gigi termasuk

diantaranya untuk profilaskis pada pasien dengan beresiko pada sendi yang mengalami

peosedur perawatan gigi biasanya mengalami perdarahan. Obat tersebut juga dipakai untuk

mengobati infeksi yang melibatkan organisme sensitif ketika obat jenis lain tidak efektif atau

tidak dapat digunakan.

Pemakaian rasional obat antiinfeksi pada kedokteran gigi

Gambar 7-5 menujukkan pekembangan kebanyakan infeksi gigi. Pada tahap awal, tahap 1,

terutama organisme gram positif; tahap campuran, tahap 2, terdiri dari organisme aerob dan

anaerob; dan tahap terakhir, tahap 3, adalah anaerob ekslusif (tertentu). Jika irisan dan

drainasi (pengeringan) dimungkinkan, kebanyakan infeksi gigi pada pasien dengan kekebalan

normal, semua infeksi apakah itu 1,2 atau 3 tidak memerlukan obat antiinfeksi.

Tahap 1

Abses akut dan selulitis adalah terutama disebabkan oleh orgnisme gram positif. Obat pilihan

apda pasien tanpa alergi penisilin adalah penisilin V 500 mg q6h selama 5 sampai 7 hari

(sebanarnya pasien harus mendapat antibiotik setiap hari selama gejala muncul ditambah 2

atau 3 hari). Pada pasien dengan alergi terhadap penisilin, eritromisin etilsuksinat atau

klindamisin bisa dipergunakan.

Tahap 2

Pada tahap 2, infeksi bercampur. Hal ini bisa diatasi dengan menyerang organisme gram

positif atau organisme anaerob. Organisme gram positif bisa diatasi obat-obat yang sama

dengan tahap 1.Untuk membasmi bakteri anaerob, sangat dibutuhkan satujenis antiinfeksi

yang mampu mengatasi bakteri anaerob.Dua jenis anttibiotika yang memilki emampuan

mengatasi bakteri anaerob adalah clindamisin dan metronidazole.Apabila dapat dilakukan

drainage maka pembeian antibiotika tidak merupakan indikasi.

Tahap 3

Pada tahap 3, organisme telah berkoalisi menjadi satu area, dan hampir hanya merupakan

organieme anaerobik. Kabanyakan irisan dan drainase mencukupi. Pada kenyataan, hal

tersebut kadang terjadi secara spontan dan pasien “sembuh” (dalam pikiran pasien karena

tidak merasakan sakit). Jika infeksi kronis terjadi atau jika pasien secara kekebalan

berkompromi (immunokompromi), pemakaian antibiotik dengan jangkauan anaerobik akan

member jaminan.

Ketika antiinfeksi yang diresepkan tidak efektif, ada beberapa alasan yang menyebabkannya.

Jika kegagalan antibiotik terjadi pasien harus dievaluasi, hal di bawah ini bisa menjadi alasan

kenapa antibiotik tersebut tidak efektif :

- Ketidakpatuhan pasien : pasien mungkin tidak mengkonsumsi antibiotik.

Tidak mendapatkan resep : Apakah pasien diberi informasi tentang keuntungan dari

obat ?, apakah pasien diberi informasi tentang resiko mengkonsumsi obat ?,

Konsekuensinya ?.

Mencoba dan gagal untuk mendapat resep : ada antrian panjang di apotek. Anak-anak

harus dijemput disekolah. Buku catatan terlupakan. Ketika pasien diberitahu harga

obatnya, pasien tidak mampu membayarnya. Pasien diberitahu bahwa antibiotik dapat

mengganggu keefektifan obat kontrasepsi dan pasien tidak mau hamil.

Mendapat resep obat tatapi… : Pasien mengamati bahwa tablet obatnya “berbau

buruk” atau “susah ditelan” atau “memutuskan untuk memakai produk herbal”.

Tidak melengkapi resep obat : Pasien menyatakan bahwa mereka “mulai merasa

membaik”, “lupa meminum obat”, “meminum sedikit lalu berhenti”, “menyimpan

beberapa butir obat, jika lain kali sakit gigi” dan lain-lain.

Antibiotik tidak efektif : obat antibiotik yang dipilih tidak efektif melawan organisme

penyebab infeksi. Jika antibiotik tidak memberikan respon setelah 2 atau 3 hari,

pertimbangan harus dipikirkan untuk mengganti antibiotik (lihat dulu keluhannya).

Kondisi jaringan yang tidak baik : jaringan mati, eksudat purulen, atau daging jadi

yang tidak di buang secara sempurna dari tempat infeksi.

Organisme yang resisten : antibiotik menjadi tidak efektif karena organisme resisten

terhadap antibiotik yang dipilih. Pengetahuan tentang pola resistensi pada daerah gigi

yang terinfeksi adalah hal penting untuk dipertimbangkan sebelum member resep

antibiotik.

Kadar obat tidak mencapai tempat infeksi: ada beberapa mekanisme dimana

konsentrasi obat yang mencukupi tidak mencapai tempat infeksi. Kurangnya penetrasi

bisa terjadi karena vaskularisasi berkurang, lokasi yang terisolasi, atau area

berdinding, atau intaraksi obat menonaktifkan antibiotik sebelum obat diserap.

Penyakit mikrovaskuler, sering terjadi pada penyakit diabetes, lebih jauh lagi

mengurangi aliran darah dan jumlah antibiotik jumlah antibiotik yang dikirimkan

menuju area infeksi.

Pertahanan pasien tidak mencukupi : Kemampuan system kekebalan pasien untuk

melawan infeksi sangat penting dalam menangani infeksi tubuh.

Obat antimikroba untuk pemakaian non dental.

Vankomisin

Memakai obat intravena untuk efek sistemik, memakai obat peroral untuk efek lokal.

Vankomisin adalah antibiotik yang diuraikan oleh Streptomices orientalis, sekumpulan

aktinomices pada sampel tanah dari India dan Indonesia. Tidak berhubungan antibiotik

lainnya yang dipasarkan saat ini. Karena diserap dengan buruk di saluran cerna dan

menyebabkan iritasi ketika dipakai secara intramuskuler, biasanya dipakai secara intravena

untuk efek yang sistemik. Ketika diberikan secara oral, obat tersebut dipakai untuk

memberantas organisme dalam saluran cerna.

- Spektrum

Vankomisin merupakan antibiotik bakterisidal dan memiliki kerja spektrum sempit melawan

banyak gram positif kokus, termasuk stapilokokus dan streptokokus. Bereaksi dengan cara

menghambat sintesis sel bakteri. Di masa lalu, resistensi tidak terjadi dengan cepat, tatapi saat

ini organisme yang resisten terhadap vankomisin telah muncul. Ketika resistensi tidak biasa

terjadi, vankomisin jarang digunakan. Setelah resistensi terhadap mikroorganisme

meningkat, pemakaian vankomisin juga meningkat. Hal ini dapat diprediksi akan

menyebabkan peningkatan kekebalan terhadap vankomisin. Resistensi silang dengan

antibiotik lain tidak diyakini terjadi, karena memiliki struktur yang berbeda dengan antibiotik

lainya.

- Reaksi yang merugikan

Kecuali ketika vankomisin diberikan pada dosis yang besar, reaksi toksis yang bermakna

jarang terjadi. Dengan pemakaian oral, mual, muntah, dan rasa pahit. Dengan pemberian

intravena, ruam eritrema pada muka dan tubuh bagian atas telah dilaporkan (sindroma

manusia merah). Hipotensi disertai menggigil, dan demam juga berhubungan dengan

vankomisin.

Aminoglikosida

Seperti yang tersirat pada namanya aminoglikosida antibiotik ini terbuat dari gula amino

pada rantai glikosid. Pada tahun 1943, sebuah galur dari Streptokokus griseus diisolasi dan

menguraikan streptomisin. Galur lain dari Streptomisin sp melengkapinya dengan neomisin,

kanamisin, tobramisin, amikasin dan organisme Mikromonospora menghasilkan gentamisin

dan metilmisin. Zat-zat tersebut bersifat bakterisidal dan tampaknya menghambat sintesis

protein dan beraksi langsung pada subunit 30S di ribosom. Berikut ini beragam jenis

aminoglikosida :

Neomisin (Neo-Fradin, Neo-Rx)

Gentasmisin (Garamycin)

Tobramisin (AKTob, TOBI, Tobrex)

Amikasin (Amikin)

- Farmakokinetik

Karena aminoglikosid diserap dengan buruk setelah pemberian peroral, obat tersebut harus

diberikan secara intramuskuler atau secara intravena untuk menghasilkan efek sistemik.

Aminoglikosid diberikan secara oral untuk mendapatkan efek lokal mereka dalam usus.

Sebelum pembedahan saluran cerna, aminoglikosida mengurangi flora bakteri usus.

Spektrum

Aminoglikosida bersifat bakterisidal dan memiliki spektrum antibakteri yang luas. Mereka

dipakai terutama untuk mengobati infeksi gram negatif anaerob jika obat lain tidak efektif.

Mereka memiliki sedikit aksi terhadap gram positif anaerob atau bakteri fakultatif.

Efek yang merugikan

Reaksi yang merugikan dari antibiotik aminoglikosida menyababkan pembatasan pemakaian

obat tersebut pada praktek di klinik. Efek yang merugikan tersebut adalah sebagai berikut :

Ototoksisitas :aminoglikosida toksis terhadap delapan saraf cranial,yang dapat menyebabkan

gangguan pendengaran dan vestibuler (pada telinga), atau ototosisitas. Pasien dapat

mengalami kesulitan menjaga kesimbangan dan bisaa menyebabkan vertigo. Gangguan

pendengaran dan ketulian, yang dapat menjadi permanen, bisa diakibatkan oleh pemakaian

obat tersebut. Efek samping ini paling sering terjadi pada pasien dengan gagal ginjal karena

obatnya terakumulasi dalam tubuh. Pasien yang lebih tua juaga lebih rentan.

Nefrotoksisitas : Aminoglikosida bisa menyebabkan kerusakan ginjal dengan cara

berkumpul (terkonsentrasi) pada korteks ginjal. Kadar pada darah dan jumlah obat total yang

diberikan berkorelasi dengan kejadian nefrotoksisitas.

- Pemakaian

Aminoglikosida diindikasikan untuk pengobatan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan

infeksi gram negatif serius. Aminoglikosida topikal dipakai untuk mengobati infeksi mata

tertentu dan infeksi kulit.

Kloramfenikol

Kloramfenikol merupakan antibiotik spektrum luas bersifat bakteriostatis, menghambat

sintesis protein bakteri dengan bekerja terutama pada unit 50S ribosom bakteri. Aktif

melawan sejumlah besar organisme gram positif dan gram negatif, riketsia, dan beberapa

organisme klamidia. Aktif terutama melawan Salmonela tipi.

Kloramfenikol dihentikan penggunannya teurama karena efek samping yangv merugikan,

termasuk diantaranya adalah diskrasia darah fatal seperti penyakit anemia aplastik,

agranulositosis, anemia hipoplastik, dan trmbositopenia. Kloramfenikol bisa menimbulkan

suppresi sum-sum tulang disertai pensitopenia. Meskipun angka kejadiannya rendah

(1:40.000), kondisi ini sering berakibat fatal. Kloramfenikol tidak memiliki kegunaan dalam

kedokteran gigi.

Sulfonamid

Merupakan antibiotik pertama yang membuka jalan bagirevolusi antibiotik.

- Mekanisme kerja

Analog asam p-Aminobenzoat (PABA) menghambat sintesis asam folat. Kesamaan dtruktur

antara obat sulfonamid dan PABA adalah dasar dari hampir seluruh aktifitas antibekteri

kedua obat tersebut. Tidak seperti manusia, banyak bakteri tidak mampu untuk memakai

asam folat yang belum terbentuk, yang merupakan sesuatu yang penting bagi pertumbuhan

bakteri tersebut. Bakteri harus mensintesis asam folat dari PABA. Karena kesamaan

strukturnya dengan PABA, sulfinamid berkompetisi menghambat sitesis dihidropteroat,

enzim bakteri yang menggabungkan PABA menjadi asam dihidrofolat, prokursor awal dari

asam folat. (gambar 7-6). Obat yang dimetabolisme menjadi PABA (contoh : anastesi ester

lokal) secara teori dapat mengganggu kerja sulfonamid.

- Spektrum

Sulfonamid bersifat bakteriostastis terhadap bakteri gram positif dan beberapa bakteri gram

negatif. Zat ini sering dipakai pada obat-obatan untuk mengobati otitis media akut pada anak

(H. Influenza), eksaserbasi akut dari bronchitis kronik pada dewasa (S. pnemoni), dan infekis

saluran kencing (Klebsiela, Enterobakter dan E. coli). Tidak efektif melawan S.viridan tetapi

efektif melawan beberapa organisme Klamidia. Sulfonamid juga dipakai untuk profilaksis

pneumonitis Pneumositis carnii dan diare yang diebabkan oleh E. coli enterotiksigenik atau

organisme siklospora.

Sulfonamid yang diserap dengan mudah digunakan kerena efek sistemik zat tersebut dan

didistribusikan ke seluruh tubuh.

Gambar 7-6 lokasi kerja sulfonamid dan trimetropin. Obat tersebut menghambat sintesis

asam folat pada dua tempat yanag berbeda. PABA, asam p-Aminobenzoat.

Beberapa sulfonamid yang susah terlarut, ketika diberikan peroral, bekerja secara lokal pada

pengobatan kolitis ulseratif atau sebelum prosedur pembedahan pada usus.

Reaksi yang merugikan

Banyak minum air. Reaksi merugikan yang paling umum terjadi terhadap sulfonamid adalah

reaksi alergi kulit. Psaien dengan alergi terhadap oabat-obat “sulfa” bisa memperlihatkan

beberapa reaksi hipersensitifitas silang dengan diuretic tiazid dan sulfonylurea (dipakai

peroral untuk mengobati diabetes). Tidak ada hipersensitifas silang antara obat-obat zulfa

dengan sulit, sulfat atau sulfur.

Reaksi alergik bisa dimanifestasikan dalam bentuk ruam, urtikaria, pruritus, demam,

dermatitis eksfoliatif fatal, periarteritis nodosa (penyakit peembuluh darah yang serius

dimana arteri berukuran kecil dan sedang menjadi bengkak atau rusak). Reaksi alergi kulit

lainya seperti eritrema nodosum, eritrema multiforme, sindroma Steven-Johnson, epidesma

nekrolisis.

Efek samping umum lainya adalah mual, muntah, rasa tak enak perut, sakit kepala, pusing,

kerusakan liver, gangguan fungsi ginjal, diskrasia (kelainan) darah (agranulositosis,

trombositipenia, anemia aplastik atau hemolitik) dan lupus eritromatosus jarang terjadi.

Pasien penderita HIV lebih cenderung untuk mengalami efek samping gabungan (65%),

seperti ruam kulit, demam atau leukopenia dan menghetikan pengobatan. Pada pasien dengan

HIV, kombinasi sulfisiksazol-trimetropin digunakan sebagai profilaksis untuk mencegah

pneumonia P. carnii.

Kemungkinan terjadinya kristalisasi pada ginjal (Kristaluria) harus selalu diwaspadai pada

pemakaian sulfonamid. Sulfonamid yang dulu diproduksi memiliki kelarutan yang rendah di

urin, dan ada bahaya terjadinya kristalisasi pada ginjal. Sulfonamid yang diproduksi sekarang

lebih larut dan oleh karena itu lebih aman bagi ginjal. Inilah alasan mengapa pasien yang

mendapat sulfonamid dianjurkan untuk banyak minum air.

- Pemakaian

Obat-obat di bawah ini tidak memiliki kegunaan dalam kedokteran gigi

Sulfametoksazol-Trimetropin

Trimetropin merupakan obat antibakteri dan antimalaria, dan sulfametoksazol sebuah

sulfonamid, biasanya digunakan sebagai obat kombinasi. Karena sulfametoksazol (SMX)

menghambat penggabungan PABA dengan asam folat dan trimetropin (TMP) menghambat

reduksi dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat (lihat gambar 7-6), kombinasi ini menghambat

dua langkah yang berbeda daalam jeur metabolic penting pada bakteri, dengan demikian

menunda reistensi dan menimbulkan efek yang sinergis.

SMX-TMP (Bactrim, Septra) bersifat bakteriostastis melawan beragam jenis bekteri gram

positif dan beberapa bakteri gram negative. Efek samping yang merugikan sama dengan

pemakaian sulfonamid. Kira-kira 75 % reaksi merugikan ini menimbulkan kelainan kulit.

SMX-TMP diindikasikan untuk infeksi saluran kemih tertentu dan infeksi saluran verna dan

saluran nafas tertentu. Dipakai juga untuk mengobati otitis media akut pada anak yang

disebabkan H. influenza. Kombinasi dari eritromisin dan sulfiksazol (Pediazol) juga

digunakan untuk mengobati otitis media pada anak. SMX-TMP digunakan sebagai profilaksis

untuk mencegah infeksi pneumonia P. carnii pada pasien penderita AIDS, sepsis Seratia, dan

Salmonela sistemik (resisten ampisilin) dan Sigela. SMX-TMP belum diketahui pemakaianya

pada kedokteran gigi, tetapi pasien anak yang datang ke klinik gigi mungkin akan mendapat

obat tersebut untuk pencegahan infeksi telinga kronis.

Nitrofurantion

Obat ini memiliki spektrum antibakteri yang luas termasuk bakteri grampositif dan gram

negatif. Bersifat bekteri static terhadap banyak bakteri patogen di saluran kemih, termasuk E.

coli. Banyak galur Klebsiela dan Enterobakter dan semua galur P. aeruginosa resisten

terhadap obat ini. Efek merugikan yang paling umum adalah mual, muntah, diare, tetepi

mengkonsumsi obat dengan makanan dapat mengurangi efek ini. Dapat menimbulkan

perubahan warna menjadi kecoklatan pada urin. Banyak reaksi hipersensitifitasbberhubungan

dengan pemakaian obat ini. Nitrofurantoin sebagai pengobatan atau pencegahan pada infeksi

saluran kemih tertentu.

Kuinolon

Efektif bila diberikan secara oral terhadap organisme Pseudomonas. Sekelompok obat yang

efektif dipakai secara oral, yang disebut kuinolon, secara kimia berhubungan dengan asam

nalidiksik (NeGram). Jumlah obat dari kelompok obat tersebut meningkat secara

eksponensial. Kelompok obat ini mungkin memiliki potensi kegunaan pada kedokteran gigi

karena spektrum kerja obat tersebut. Seperti semua antibiotik penggunaan berlebihan dari

oabat tersebut menimbulkan resistensi. Bersifat bekterisidal melawan kebanyakan organisme

gram negatif dan gram positif. Merupakan obat yang pertama yang aktif secara oral melawan

Pseudomonas tertentu. Tidak ada resistensi silang dengan antimikroba lainnya.

Mekanisme kerja kuinolon bersifat unik dan melibatkan antagonisme subunit A dari girase

DNA yang merupakan sebuah enzim yang terlibat pada sintesis DNA. Gangguan terhadap

girase DNA menghasilkan kematian sel dan resistensi tidak ditularkan dari bakteri resisten

terhadap bekteri yang tidak terekspos. Contohnya obat florokuinolon di perlihatkan pada

kotak 7-4. Diskusi dikonsentrasikan pada siprofloksasin (Cipro), sebuah prototype kuinolon.

Farmakokinetik

Siprofloksasin diserap dengan baik secara oral dan dieliminasi dengan waktu paruh selama 4

jam. Antasida dan probenesid mengganggu penyerapan siprofloksasin dan konsentrtasinya

pada serum. Pasien harus terhidrasi dengan baik untuk mencegah terjadinya kristaluria.

(minum air ketika mengkonsumsi obat)

Spektrum

Siprofloksasin bersifat bakterisidal melawan beragam oragnisme gram negatif, termasuk

Klebsiela dan Enterobacter sp, E. coli, P. aeruginosa, organisme gram positif sperti S. aureus.

Spektrum khasnya melawan organisme Pseudomonas. Tidak seperti obat antiinfeksi lainya,

sebuah aksi tambahan mungkin terjadi ketika siprofloksasin dikombinasikan dengan obat

antimikroba lainya. Kemunculan organisme yang resisten terhadap florokuinolon dan

resistensi silang diantara florokuinolon meningkat. Pemakain florokuinolon pada ayam

mungkin sedikitnya bertanggung jawab dalam meningkatkan resistensi.

Ofloksasin adalah kuinolon dengan aktifitas melawan organisme yang ada pada infeksi gigi.

Jika spektrum antara siprofloksasin dan ofloksasin dibandingkan, spektrum kerja ofloksasin

secara pararel paling mendekati spektrum mikroba yang ada pada infeksi gigi. Setelah

berkonsultasi dengan berbagai sumber untuk informasi tentang spektrum kerja dari

florokuinolon, kesimpulan yang yang didapat adalah bahwa variasi intraspesies kira-kira

sebesar variasi interspesies. Dengan kata lain, spektrum kerja sulit diprediksi dan tergantung

dari sampel organisme mana yang di coba. Kerana aksi ini, siprofloksasin, atau kuinolon

yang lain bisa dipakai di dunia kedokteran pada masa yang akan datang.

- REAKSI YANG MERUGIKAN

Efek terhadap saluran cerna. Mual, diare, muntah, sakit mukosa oral, rasa tidak enak,

kandidiasis oral telah dilaporkan. Kolitis pseudomembran telah terjadi pada pasien yang

mendapat kuinolon.

Susunan saraf pusat. Reaksi yang merugikan pada susunan saraf pusat adalah sakit kepala,

gelisah, insomnia. Stimulasi susunan saraf pusat telah diketahui.

Hipersensitifitas. Ruam, pruritus, urtikaria, hiperpigmentasi, dan edema pada bibir bisa

terjadi. Florokuinolon berhubungan dengan reaksi potosensitifitas jika pasien terpapar sinar

matahari. Pasien harus dianjurkan untuk memakai tabir surya atau memakai pakaian yang

menutupi seluruh badan. Beberapa reaksi anafilaksis telah dilaporkan terjadi.

Efek lainya. Gangguan penglihatan, sakit persendian, ganguan ginjal dan palpasi (rabaan)

telah dilaporkan terjadi. Sebuah reaksi yang tidak biasa yang melibatkan tendon asciles biasa

terjadi pada pasien yang mendapat kuinolon. Obat-obat ini bisa mengakibatkan tendonitis,

atau rupture tendon pada tendon Achiles, jadi kegiatan olahraga harus dibatasi.

Hepatotoksisitas jarang berhubungan dengan pemakaian kuinolon.

Pertimbangan pada masa hamil dan menyusui. Siprofloksasin dikontraindikasikan pada

wanita di masa kehamilan dan menyusui.

- Pemakaian

Siprofloksasin diindikasikan untuk saluran nafas bagian bawah, kulit, tulang dan sendi dan

infeksi saluran kencing yang disebabkan oleh organisme yang rentan terhadap obat ini.

Karena spekrtrum kerjanya, pemakaian di masa depan mungkin bisa digunakan pada penyakit

gigi periodontal. Sebagai ringkasan, kuinolon jenis baru telah memberi keuntungan daripada

obat antimikroba lain karena mekanisme kerja kuinnolon yang unik, yang memungkinkan

perkembangan dan penyebaran resistensi organisme menjadi lebih sulit. Spektrum obat

tersebut terhadap gram positif dan negatif dan kemanjuran obat tersebut bila diberikan peroral

dan kerja bekterisidalnya. Banyak jenis dari obat ini saat ini diproduksi, dan masih banyak

lagi yang akan dipasarkan. Pemakaian berlebihan dari obat ini telah terjadi, dan diharapkan

bahwa obat tersebut tidak berkurang kegunaannya akibat dari peresepan yang berlebihan.

Obat antituberkulosis

Pengobatan penyakit tuberculosis (TB), sebuah penyakit yang disebabkan oleh bakteri tahan

asam, sulit dilakukan kerena beberapa alasan :

- Pertama, pasien TB sering memiliki meknisme pertahanan tubuh yang tidak

mencukupi (contoh : AIDS).

- Kedua, bsilus tuberkel menjadi galur yang resisten dengan mudah dan memiliki

kerekteristik metabolisme yang tidak biasa, termasuk diantaranya periode nonaktif

yang lama (bekteri tersebut dalam fase dorman) jika mereka resisten terhadap

pengobatan.

- Ketiga, kebanyakan oabt yang ada tidak bersifat bakterisidal dank arena toksisitas

obat tersebut, sering membuatnya tidak bisa dipakai dalam dosis yang mencukupi.

- Terakhir, orang yang memakai antituberkulosis sering tidak memakai obat tersebut

sesuai yang diresepkan.

Oleh karena alasan tersebut di atas, perkembangan dari resistensi-multiobat TB (MDR TB)

terlah meningkat secara berkelanjutan karena hal tersebut menyebar pada pasien penderita

HIV, tunawisma dan di negara lain. (pada penerbangan udara, seorang pasien dengan TB

aktif telah dilaporkan mengnfeksi beberapa penumpang lainya. Laporan terakhir tentang

penyebaran infeksi TB menyebar melalui makanan cepat saji). Perkembangan terakhir di

seluruh dunia tentang masalah TBC adalah praktek memproduksi dan menjual obat yang

dipakai untuk mengobati TB, hanya mengandung sedikit obat yang berlabel. (tablet obat

palsu).

Pengobatan TB seluruhnya tergantung pada kemoterapi (lihat tabel 7-7). Karena masalah

resistensi, kira sebanyak tiga jenis obat diberikan secara bersamaan pada kasus TB aktif.

Isoniazid (INH), rifampin dan pirazinamid dikombinasikan untuk pengobatan TB pulmonal.

INH dan rifampin dilanjutkan setiap hari selama 9 sampai 12 bulan. Piraniazid juga

dilanjutkan selama 2 bulan. Pada organisme yang rentan, seorang pasien, jika mengeluh,

biasanya menghentikan pengobatan dalam waktu 2 sampai 3 minggu. Keluhan seperti ini

menimbulkan masalah karena pasien sering berhenti melakukan pengobatan sebelum waktu

yang ditentukan.

Pusat pengendalian dan control penyakit (CDC) merekomendasikan bahwa pasien berikutnya

menrima INH karena pasien berikut ini beresiko mengalami perkambangan penyakit TB :

kontak yang dekat dengan dengan pasien diagnosis TB, pasien dengan tes kulit positif dan

temuan radiografik dengan TB nonprogresif, pasien dengan tes kulit positif (berubah), dan

pasien dengan imunosupresi. Jika pasien telah divaksin TB (dengan Bacillus Calmette-

Guerin [BCG]), tes kulit (purified protein derivate [PPD]) akan selalu positif, maka

pemeriksaan sinar-X pada dada perlu dilakukan untuk pementauan. Karena banyak orang

menderita TB, maka tidak biasanya bahwa orang dengan TB positif akan datang dan meminta

pengobatan. Jika seseorang dengan TB aktif meminta perawatan gigi, hubungi dokter yang

menagani pasien tersebut dan tunda perawatan gigi sampai penyakitnya tidak dalam keadaan

aktif.

Isoniazid

Isoniazid atau INH bersifat bakterisidal terhadap tuberkel basilus yang tumbuh secara aktif.

Mekanisme kerjanya mungkin berhubungan dengan penghambatan sintesis asam mikolat

yang dihasilkan dengan cara mengganggu dinding sel bakteri. Basulus “yang beristirahat”

terpapar oleh obat mampu memulai lagi pertumbuhan normalnya ketika obat berhenti

diberikan. Dalam beberapa minggu pengobatan, galur yang resisten berkembang.

- Farmakokinetik

INH mudah diserap pada saluran cerna dan disebarkan ke seluruh tubuh. Metabolismenya

bervariasi terhantung ras. Kebanyakan orang Eskimo dan Jepang adalah asetilator yang cepat,

sedangkan orang berkulit putih dan hitam di Amerika Serikat terbagi dengan perbandingan

50-50 antara aselator yang lambat dan cepat. Kemampuan asetilasi dengan cepat diturunkan

sebagai saifat autosaomal yang dominan. Apakah kemampuan metabolisme cepat INH ini

berhubungan dengan kemungkinan untuk terjadinya hepatitis yang disebabkan INH, hal

tersebut belum diketahui. Waktu paruh untuk asetilator cepat adalah 1,5 jam, untuk asetilator

lambat adalah 3 jam.

Tabel 7-7 obat-obat antituberkulosis

Nama obat Dosis Efek samping Komentar

Isoniazid (INH,

Laniazid)

Rifampin (Rifadin,

Rimactane)

Rifapentine (Priftin)*

PZA

Rifater

Etambutol

(Myambutol)

300 mg/hari; 900

mg 2 x perminggu

600 mg/ hari

50-70 mg/kg 2 x

perminggu

15 mg/kg/hari

Hepatitis (diperparah

oleh alkohol dan

asetaminofen); neuropati

perifer, pemberian

piridoksin (B6);

toksisitas SSP; saluran

cerna.

Saluran cerna (mual,

muntah, kolitis

pseudomembran); ruam;

ginjal (hematuria, piuria

atau proteinuria);

hepatitis (diperparah

oleh alkohol); SSP

(perubahan emosi,

kelelahan); diskrasia

darah.

Hepatoktoksisitas; mual;

muntah; hiperurikemia

(gangguan encok)

Isoniazid+rifampin+PZA

Neuritis optic retrobuler

(pemeriksaan mata untuk

lapang pandang dan

keakutan dan pembedaan

merah-hijau); neuritis

perifer; atritis sendi;

gejala saluran cerna;

SSP (pusing)

Pemakaian tunggal

untuk profilaksis;

kombinasi dengan

obat lain untuk

pengobatan.

Perubahan warna

urin dari oranye

kemerahan – coklat

kemerahan, feses,

saliva, sputum,

keringat, dan air

mata (mengotorkan

lensa kontak secara

permanen);

menginduksi enzim.

Dipakai bersama

siprofloksasin untuk

MDR TB

Streptomisin

15 mg/kg/hari/;

max 1 g Ototoksisitas

Pemberian secara

intramuskuler: dosis

disesuaikan

berdasarkan

keadaan fungsi

ginjal

TB, tuberculosis; SSP, Sistem Saraf Pusat; INH, Isonikotil Hidrazin; MDR TB, resistensi TB

multiobat; PZA, Pirazidamid.

*Siklofenil ripamisin

- Efek merugikan

Kejadian total dari semua reaksi merugikan karena INH diperkirakan 5 %. Reaksi yang

paling umum terjadi sekitar 20 % dari pasien, melibatkan sistem saraf, yang mungkin

diakibatkan oleh INH yang mendeplesi vitamin B6. Neuritis perifer dan optis, kejang otot,

ensefalopati tokik, insomnia, kegelisahan, sedasi, kurang koordinasi, konvulsi, dan kegilaan

pun pernah dilaporkan terjadi. Gejala neurotoksis ini bisa dicegah dengan pemakaian

bersamaam dengan piridoksin (Vitamin B6).

Efek samping utama lainya yang berhubungan dengan INH adalah hepatotoksisitas. Kira-kira

1 % dari pasien yang diberi INH mengalami hepatitis klinik dan sampai 10 persen

meyebabkan hasil laboratorium yang tidak normal. Pada beberapa kasus hepatitis bisa

menjadi fatal. Resiko akan terjadinya efek samping ini berhubungan dengan umur: jarang

terjadi pada pasien dibawah umur 20 tahun, dimana 2,5 % dari pasien diatas usia 50

mengalami hepatitis. Perbeadaan kejadian hepatitis berdasarkan umur ini memodifikasi

(merubah) rencana pengobatan untuk setiap individu pasien. Efek samping lainya temasuk

efek hematologis, efek pada saluran cerna, mulut kering, reaksi semacam lupus atau sindroma

rematik disertai artargia. Retensi urin dan ginekomastia telah terjadi pada pasien laki-laki.

Reaksi hipersensitifitas termasuk ruam, hepatitis, limfadenopati, dan demam biasa terjadi.

Pilihan untuk memakai INH tergantung dari banyak factor seperti usia pasien, persentase

gangguan ginjal atau hepatik, riwayat kejang, gangguan saluran cerna, alkoholisme, atau

riwayat tentang neurotoksisitas.

INH merupakan inhibitor (penghambat) sekaligus penginduksi dari sitikrom isoenzim P-450

2E. benzodiazepine yang teroksidasi di hati, seperti diazepam, dan midazolam, bisa

mengalami peningkatan efek pada pasien yang mendapat INH. Makanan (contoh : keju dan

ikan) dan obat yang dikontraindikasikan dengan inhibitor monoamine oksidase bisa juga

bereaksi dengan INH.

- Pemakaian

INH dipakai secara tunggal untuk profilaksis dan untuk pengubah (pasien dengan perubahan

pada hasil tesb TB). Digunakan secara kombinasi dengan obat antituberkulosis lain. Dosis

dewasa biasanya 300 mg perhari.

Rifampin

Rifampin adalah derivat semisintesis dari rifamisin, antibiotik yang dihasilkan Streptomikes

mediteranei. Mekanisme kerjanya melibatkan penghambatan polimerase asam ribonukleat

(RNA) tergantung DNA, yang kemudian menekan inisiasi (awal) pembentukkan rantai. Obat

ini aktif melawan M. Tuberkulosis dan banyak bakteri gram positif dan beberapa bakteri

gram negative. Spektrum rifamfisin juga termasuk S aureus, N. meningtidis, H. influenza dan

Legionela sp. Pada penyakit TB, reistensi secara cepat berkembang pada rifampin yang

dipakai secara tunggal dalam proses satu langkah sebagai akibat dari perubahan polimerase

RNA. Pemakaian rifampin dengan obat antituberkulosis lain mengurangi perkembangan

resistensi obat.

- Farmakokinetik

Rifampin diserap pada saluran cerna dan dieliminasi pada empedu, dimana sirkulasi

enterohepatik terjadi. Waktu paruhnya adalah 1,5 sampai 5 jam dan meningkat pada keadaan

penyakit hepatic tetapi tidak berubah kerana penyakit ginjal. Waktu paruhnya berkurang pada

pemakaian bersama INH karena induksi enzim. Dengan menghambat (blokade) masukan

hepatis dari rifampin, probenesid meningkatkan kadar rifampin pada serum.

- Reaksi merugikan

Efek merugikan yang paling umum adalah pada saluran cerna, termasuk kurang nafsu makan

(anoreksia), rasa tidak enak diperut, mual, muntah, keram perut, diare. Biasanya, ruam,

trombositopenia, nefritis kerusakan fungsi hati terjadi. Reaksi seperti flu bisa terjadi dengan

pemakaian obat yang tidak teratur. Rifampin memberi warna merah kekuningan pada cairan

tubuh, termasuk air mata (mempenagruhi lensa kontak), urin, feses, saliva, dan keringat.

- Pemakian

Rifampin dipakai sebagai kombinasi dengan obat lain untuk pengobatan TB. Dosis dewasa

adalah 600 mg perhari. Dipakai untuk mengobati karies meningokokus sebagai pencegahan

dan pada anak-anak yang menderita meningitis H. Influenza.

Pirazinamid

Pirazinamid, merupakan golongan nikotinamid, diserap dengan baik dan disebarkan secara

luas ke seluruh tubuh. Bersifat hepatotoksik dan bisa menyebabkan ruam, hiperurikemia, dan

gangguan saluran cerna. CDC merekomendasikan pemakaian PZA dalam 2 bulan pertama

dengan INH dan Rifampin untuk mengobati TB. PZA yang dipakai sebagai obat tersier,

sekarang memerankan peran yang lebih penting dari pada dimasa lalu. Saru regimen

percobaan termasuk pemakaian INH dan Rifampin setiap hari selama 9 sampai 12 bulan.

PZA dilanjutkan selama 2 bulan (gambar 7-7).

Jika seorang pasien mengeluh, dan organismenya rentan, pesien tersebut biasanya menjadi

tidak aktif dalam waktu 2-3 minggu atau 2-3 bulan. Hasil pemeriksaan sputum negatif

diperlukan untuk memastikan bahwa pasien tersebut tidak aktif.

Etambutol

Merupakan obat antituberkulosis sintesis efektif melawan M. Tuberkulosis. Resistensi pada

basilus turbelkel berkembang dengan cepat jika obat ini dipakai secara tunggal.

Efek samping yang paling penting adalah neuritis optis, menghasilkan penurunan ketajaman

penglihatan dan kehilangan mengetahui warna merah dan hijau. Pemeriksaan optalmologik

secara berkala adalah hal yang direkomendasikan. Efek samping lain termasuk ruam, sakit

persendian, gangguan saluran cerna, malaise, pusing dan sakit kepala. Obat ini dipakai jika

obat antituberkulosis lain tidak bisa dipakai dan adanya resistensi obat.

Antibiotik topikal

Pada umum, pemakaian antibiotik topikal disarankan. Pemakaian secara sistemik banyak

dilakukan pada banyak kasus. Jika sebuah obat dipakai secara topikal, seharusnya obat itu

tidak dipakai secara sistematikal. Obat lama dan baru akan segera dukemukakan secara

singkat.

Neomisin, polimiksin, dan basitrasin

Kombinasi antara aminoglikosida, neomisin dan antibiotik dua polipeptida, polimiksin dan

basitrasin tersedia dalam bentuk salep (Neosporin, antibiotik salep tripel).

Gambar 7-7 pengobatan dan jangka waktu tuberkulosis dengan tiga jenis obat yang dipakai.

Tergantung rejimen yang direkomendasikan, pengobatan dengan rifampin dan INH mungkin

berlangsung selama 9 sampai 12 bulan.

Neomisin mempengaruhi organisme gram negatif, dan polimiksin dan basitrasin

mempengaruhi organisme gram positif. Produk kombinasi ini dipakai secara topikal pada

goresan, jika luka terinfeksi, antibiotik sistemik diindikasikan.

Mupirosin

Adalah antibakteri topikal yang dihasilkan olah Pseudomonas flouresen. Mupirosin

menghambat sintesis protein dengan cara berikatan dengan sintetase isoleusil RNA-transfer

bakteri. Tidak menunjukkan resistensi silang dengan antibiotik lain. Aktif terhadap organisme

stapilokokus dan streptokokus dan diindikasikan untuk pemakaian secara topikal pada

penyakit impetigo. Rasa gatal dan tersengat lokal telah dilaporkan. Mupirosin sama

efektifnya dengan pengobatan sistemik biasa (penisilin reisiten penisilinase) dan memiliki

efek samping yang lebih rendah.

1. Dalam kedokteran gigi, mupirosin bisa dipakai untuk mengobati infeksi bakteri

sterptokokus dan stapilokokus yang biasanya terjadi pada penyakit seilitis anguler

(kondisi inflamasi kronis pada sudut mulut). Infeksi sekunder bisa ditentukan

berdasarkan interpretasi klinisnya. Karena seilitis anguler biasa terjadi pada infeksi

jamur, obat anti jamur topikal harus dipakai pertama kali.

ANTIBIOTIK PROFILAKSIS YANG DIPAKAI PADA KEDOKTERAN GIGI

Endokarditis infektif disebabkan oleh sebuah infeksi pada katup jantung atau pada

endokardium karena sebuah organisme. Endokarditis infektif dimulai oleh lasi kardiak

vegetatif steril yang mengandung campuran trombosit, fibrin, dan bakteri. Ketika bakteri

memasuki peredaran darah, organisme tersebut menyebabkan kerusakan katup. Endokarditis

infektif bisa juga terjadi pada pasien tanpa predisposisi faktor kardiak. Pertanyaan yang sulit

pada saat ini belum terjawab yaitu : “fartor mana yang bisa mempresiksi dalam

mengidentifikasi pasien untuk mendapat antibiotik jenis apa yang cocok untuk mencegah

endokarditis infektif ketika dilakukan pengobatan gigi jenis tertentu.

Pencegahan pada penyakit endokarditis infektif

Gigi, jantung dan obat. Profilaksis untuk endokarditis infektif berdasarkan pada konsep

(mana yang mungkin tidak benar) yaitu memberi antibiotik tertentu kepada pesien tertentu

sebelum pengobatan tertentu bisa mencegah pasien untuk mengalami penyakit endokarditis

infektif. Pada Maret 2007, jurnal sirkulasi mengumumkan panduan terbaru dari asosiasi

jantung amerika (AHA) untuk antibiotik profilaksis sebelum perawatan gigi dilakukan untuk

mencegah endokarditis infektif. Panduan terbaru merekomendasikan bahwa orang-orang

yang memiliki resiko tinggi akan akibat dari endokarditis infektif harus menerima antibiotik

pencegahan jangka pendek sebelum mendapat perawatan gigi yang rutin.

Menurut AHA, panduan terbaru ini berdasarkan tinjauan komprehensif dari penelitian yang

telah dipublikasikan yang menyatakan bahwa endokarditis infektif lebih cenderung terjadi

kerena bakteri yang memasuki peredaran darah lebihdikarenakan oleh aktifitas sehari-hari

dari pada prosedur perawatan gigi. Tidak ada bukti mendukung di dunia medis dan litelatur

kesehatan gigi yang menyatakan bahwa antibiotik profilaksis sebelum perawatan kesehatan

gigi akan mencegah infeksi endokarditis pada orang yang beresiko untuk mengalaminya.

Juga, antibiotik yang dipakai untukn mencegah endokarditis infektif mengandung resiko,

termasuk efek merugikan, resiko reaksi alergi fatal, dan kemungkinan resistensi bakteri.

Untuk segala kondisi, dimana dimungkinkan untuk memakai antibiotik profilaksis, faktor-

faktor berikut ini harus dipertimbangkaan :

- Prosedur perawatan gigi tertentu yang sedang dijalani

- Kondisi jantung dan medis dari pasien

- Resiko yang buruk dari endokarditis infektif

- Obat dan dosis yang diperlukan

Panduan terbaru juga menekankan pemeliharaan yang optimal dari kesehatan mulut, dan

mempraktekkan kerehatan oral sehari-hari adalah sesuatu hal yang lebih penting dalam

mengurangi endokarditis infektif daripada memakai sebelum melakukan pengobatan gigi.

- Prosedur perawatan/ pengobatan gigi

Ketika pengobatan gigi dilaksanakan (termasuk pemeriksaan periodontal ), organisme lebih

cenderung untuk memasuki peredaran darah, mengakibatkan bekteremia. Bakteremia jika

dihasilkan ketika memakan keripik kentang, menggosok gigi, atau mengunyah lilin.

Organisme bisa menyebabkan endokarditis infektif.

Untuk menentukan apakah pemakaian antibiotik profilaksis diperlukan sebelum prosedur

pengobatan gigi, lihatlah batang pengambilan keputusan untuk endokarditis infektif pada

lampiran D. menurut panduan tahun 2007 dari AHA tentang kisaran antibiotik profilaksis,

seseorang harus melihat beberapa hal di bawah ini :

- Apakah keadaan medis/ jantung memungkinkan profilaksis ?, apakah pasien dalam

resiko tinggi untuk mendapat dampak buruk dari endokarditis infektif ?

- Apakah prosedur pengobatan yang dilakukan melibatkan manipulasi jarungan

ginggival atau daerah periapikal gigi atau perforasi mukosa mulut (oral) ?

Kotak 7-5 prosedur perawatan gigi dimana prpofilaksis endokarditis adalah hal yang rasional

untuk pasien dalam keadaan tertentu.

Profilaksis dianggap rasional ‘

Prosedur pengobatan gigi yang melibatkan manipulasi jaringan ginggival atau daerah

periapikal gigi atau perforasi dari mukosa oral

Tidak diperlukan profilaksis

- Jalur penyuntikkan anestesi melewati jaringan yang tidak terinfeksi

- Rasdiograpi oral

- Pergantian atau pembuangan memakai alat prostodontik atau ortodontik

- Penyesuaian alat otodontik

- Penempatan sekumpulan ortodontik

- Pergantian gigi yang rontok

- Perdarahan dari trauma mukosa bibir atau mulut

Dari Wilson W, Taubert KA, Gewits M et al: Pencegahan endokarditis infektif: panduan dari

Asosiasi Jantung Amerika (AHA), sirkulasi 116:1763,2007

Hanya terjadi jika kedua pertanyaan tersebut terjawab dengan afirmatif (sutuju) maka

profilaksis bisa diindikasikan.

Tergantung dari prosedur yang dilakukan, apakah pasien akan atau tidak akan memerlukan

pemberian antibiotik profilaksis. Kotak 7-5 membagi prosedur menjadi seperti itu yang

melibatkan manipulasi mukosa ginggival atau daerah periapikal dari gigi atau perforasi dari

mukosa oral dan keadaan yang memerlukan profilaksis. Penilaian klinis akan menentukan

keperluan akan pemberian antibiotik untuk pasien

KEADAN JANTUNG

Pasien berdasarkan keadaan jantungnya bisa dibagi kedalam beberapa kelompok berdasarkan

kondisi jantung mereka (kotak 7-6). Kelompok pertama terdiri dari pasien dengan resiko

tertinggi untul mengalami endokarditis infektif (contoh : katup jantung buatan, endokarditis

infektif sebelumnya) dan yang mengelami akibat terburuk. Profilaksis antibiotik oral

diperlukan untuk pasien seperti ini, jika prosedur perawatan gigi memerlukannya. Pada

kelompok jantung kedua terdiri dari keadaan pasien yang tidak memerlukan pemberian

antibiotik profilaksis (contoh : bedah koroner bypass setelah 6 bulan). Beberapa tambahan

baru pada kelompok ini adalah katup mitral prolap dan penyakit rematik jantung. Meskipun

orang-orang tersebut masih memiliki resiko sumur akan endokarditis infektif, pesien tersebut

memiliki resiko lebih tinggi untuk mengalami infeksi bakteri dari darah acak dalam kegiatan

sehari-hari daripada prosedur perawatan gigi atau medis. Kesempatan tersebut berdasarkan

panduan terbaru yang direkomendasikan oleh AHA dalam rangka pencegahan endokarditis

infektif.

- Rejimen antibiotik untuk prosedur perawatan gigi

Tabel 7-8 memperlihatkan daftar rejimen profilaksis dari endokarditis sebelum prosedur

pengobatan gigi. Situasinya termasuk mengobati pasien yang tidak alergi dan pasien yang

alergi dengan antibiotik penisilin atau ampisilin.

Ketika dokter yang menangani pasien dihubungi tentang keadaan pasien, kondisi medis

terbaru dari pasien harus diketahui. Berdasarkan status medis pasien dan rekomendasi

terakhir, pekerja kesehatan gigi menentukan apakah sebuah antibiotik diindikasikan. Jelaskan

kepada penyedia media bahwa pilihan terapi akan ditentukan berdasarkan kondisi medis

pasien dan pengobatan gigi sedang diberikan. Kesepakatan antara dokter gigi dan penyedia

medis harus dicapai, akan tetapi dokter gigi tidak boleh sepakat jika untuk bertindak di luar

rekomendasi. Hal tersebut akan mengurangi anjuran akan pemberian rejimen yang tidak

tepat. Jika rekomendasi tidak ada dan litelaturnya berlawanan, pilihan harus berdasarkan atas

konsensus antara pekerja kesehatan gigi dan dokter yang menangani pasien. Jika pasien

dalam keadaan resiko tertinggi untuk mendapat dampak buruk dari endokarditis infektif,

maka rejimen biasa harus diberikan sebelum melakukan pengobatan gigi.

Kotak 7-6 keadaan jantung yang berhubungan dengan resiko tertinggi akan dampak

merugikan dari endokarditis

Rasional untuk profilaksis

- Katup jantung buatan

- Endokarditis sebelumnya

- Penyakit jantung kongenital (CHD) :

CHD sianosis yang tidak dipebaiki, termasuk menghindarkan tabrakan dan dilakukan

Kerusakan jantung kongenital yang diperbaiki seluruhnya dengan bahan atau alat

buatan, apakah disimpan pembedahan atau dengan kateter intravena, setelah 6 bulan

pertama prosedur.

CHD yang diperbaiki dengan kerusakan sisa pada tempat tertentu, atau berdekatan

dengan lokasi tampalan buatan atau alat (yang menghambat endoteliasi)

Penerima transplantasi jantung yang menderita valvulopati.

- Tidak diperlukan profilaksis

Dengan pengecualian keadaan jantung di atas, antibiotik profilaksis tidak lagi

direkomendasikan untuk hal yang lain kecuali CHD.

Penurunan katup mitral

Penyakit rematik jantung

Penyakit katup gigi seri

Pengapuran stenosis aorta

Keadaan jangtung kongenital :

Kerusakan ventrikuler septal

Kerusakan atrial septal

Kardiomiopati hipertropik

Dari Wilson W. Taubert KA, Gewitz M et al: Pencegahan dari endokarditis infektif: panduan

dari Asosiasi Jantung Amerika (AHA), Sirkulasi 116:1736,2007.

PROFILAKSIS UNTUK PERSENDIAN BUATAN

Asosiasi Kesehatan Gigi Amerika (ADA) Dan Akademi Bedah Ortopedi Amerika (AAOS)

terus merekomendasikan bahwa semua pasien yang menerima antibiotik profilaksis sebelum

mendapatkan prosedur pengobatan gigi tertentu pada saat 2 tahun setelah pemindahan sendi

total (kotak 7-7). Seperti keadaan prosedur profilaksis lainya, keadaan sendi, prosedur

pengobatan gigi, dan obat yang sesuai harus dipertimbangkan.

Lampiran D menyediakan alur untuk menentukan kapan profilaksis diperlukan pada pasien

dengan sendi buatan. Kotak 7-5 bisa memberi konsultasi untuk menentukan prosedur

pengobatan gigi mana yang memerlukan.

Apakah pemakaian antibiotik diindikasikan setelah pasien mengalami pembedahan

pemindahan akhir dua tahun harus ditentukan oleh mereka yang terlibat paling dekat dengan

kondisi pasien. Organisasi ADA dan AAOS merekomendasikan bahwa antibiotik

Tabel 7-8 rejimen obat antibiotik profilaksis untuk prosedur pengobatan gigi

Dosis oral

(1 jam

sebelum

prosedur)

Dosis

parenteral

(dosis

tunggal

diberikan

30 menit

sebelum

dilakukan)

Keadaan Obat Dew

asa

(mg)

An

ak

(m

g/k

g)

Dew

asa

(mg)

Ana

k

(mg

/kg)

Tidak alergi penisilin atau amoksilin (oral) Amoksisilin 2000 50

Tidak bisa dilakukan pengobatan peroral dan

tidak alergi terhadap penisilin dan ampisilin

Ampisilin

(IM/IV)

atau

Cefazolin (IM/IV)

atau

Seftroakson

(IM/IV)

2000

1000

1000

50

50

50

Alergi terhadap penisilin atau ampisilin dan

bisa dilakukan pengobatan peroral

Sepakselin ʈ

atau

Klindamisin

atau

Azitromisin

atau

Klaritromisin

2000

600

500

500

50

20

15

15

Alergi terhadap penisilin atau ampisilin dan

tidak bisa dilakukan pengobatan peroral

Sefazolin (IM/IV)

atau

Septriakson

(IM/IV)

atau

Klindamisin

(IM/IV)

1000

1000

600

50

50

20

IM, Intramuskuler; IV, intravena

Or obat lain dulu atau sefalosporin generasi kedua yang sebanding dengan dosi dewasa dan

anak

ʈ Sefalosporin tidak boleh dipakai oleh individu dengan riwayat anafilaksis, angiodema, atau

urtikaria karena penisilin dan ampsilin

Dimodifikasi dari Wilson W et al : pencegahan dari endokarditis infektif; panduan dari

asosiasi jantung amerika, sirkulasi 116:1736, 2007.

Kotak 7-7 Faktor resiko yang meningkat pada pasien dengan pergantian sendi total

Antibiotik profilaksis direkomendasikan untuk 2 tahun pertama setelah bedah penggantian

sendi total pada semua pasien. Antibiotik profilaksis biasanya diperlukan setelah 2 tahun

pada individu atau kelompok brikut ini :

- Individu imunokompromi dan imunosupresi, dan juga orang dengan :

Rematoid atritis atau lupus eritromateus sistemik

Imunosupresi karena obat atau radiasi

- Individu dengn komorbiditas sebagai berikut :

Infeksi sendi buatan sebelumnya

Kekurangan gizi

Hemofilia

Diabetes tipe 1

Malignansi (penyakit ganas)

Dari asosiasi kesehatan gigi amerika, akademi bedah ortopedi amerika: pernyataan: antibiotik

profilaksis untuk pasien gigi dengan penggantian sendi total, J Am Dent Assoc 134 (7):895,

2003. Hak cipta.@ 2003 asosiasi kesehatan gigi amarika. diadaptasi tahun 2009 dengan izin.

Berdasarkan Ching et al, Brause, Murray et al, Jacobnson et al, Johnson et al dan Bannister,

Jacobson et al (1986), dan Berbari et al (lihat..)

Sebelum prosedur pengobatan gigi, lebih dari 2 tahun setelah penggantian sendi, disiapkan

untuk orang yang imunokompromi atau memiliki beberapa keadaan kiomorbid (lihat kotak 7-

7). Lampiran D termasuk batang keputusan pada penggantian sendi total.

Keadaan medis nonkardiak

Pasien dengan keadaan tanpa masalah jantung bisa juga memerlukan pemberian antibiotik

profilaksis sebelum dilakukan prosedur pengobatan gigi, tetapi kurangnya kesepakatan

antara praktisi kesehatan untuk keadaan seperti ini menimbulkan kebingungan. Untuk

beberapa keadaan pada kelompok ini, ada sebuah konsensus bahwa antibiotik diindikasikan

atau tidak. Untuk kondisi lain ada sedikit konsensus. Seseorang harus berkonsultasi dengan

panduan yang terbaru yang dikeluarkan oleh AHA untuk menentukan antibiotik profilaksis

yang diperlukan.

Obat antijamur dan antivirus

Obat antijamur

Candida albikan, jamur mulut yang paling umum. Meskipun infeksi jamur jarang ditemui

dalam praktek kesehatan gigi, ketika infeksi tersebut muncul, hal tersebut seringkali susah

diobati. Tidak seperti infeksi bakteri sering membahayaka. Infeksi jamur lebih cenderung

terjadi pada pasien yang imunokompromi, dan infeksi ini bisa menjasi kronik. Infeksi jamur

bisa dibagi kelompok yang mempengaruhi terutama kulit dan mukosa dan kelompok yang

mempengaruhi seluruh tubuh (sistemik). Pekerja kesehatan gigi biasanya mengobati lesi kulit

atau mukosa, biasanya dalam sebulan. Lesi mukosa ini bisa diobati dengan obat antijamur

topikal atau sistemik.

Meskipun ada bermacam jenis kelompok jamur, dua kelompok umum adalah mirip kandida

dan tinea. Pekerja kesehatan gigi mengatasi infeksi jamur kandida mukosa, terutama yang

disebabkan C albican dengan nistatin, klortimazol, katekonazol, atau flukonazol (tabel 8-1).

Infeksi oleh tinea mempengaruhi kulit dan menyebabkan kulit atlet, “atlet gagal” dan cincin

cacing. Baik resep OTC maupun resep biasa diapakai untuk menangani kondisi tersebut

secara topikal. (tabel 8-2)

Infeksi kandida mukosa biasanya terjadi pada saluran vagina. Jika pasien bisa mengenali

gejala (kerena telah terinfeksi sebelumnya), obat antijamur OTC bisa dibeli dan digunakan.

Mikosis sistemik yang disebabkan jamur termasuk diantaranya adalah aspergilosis,

blastomitosis, kokidiodomikosis, kriptokokis, histoplasmosis, mukormikosis,

parakokidioidomikes, kromokokis, mesetoma, dan sporotrikosis bisa berkembang menjadi

infeksi jamur yang dalam. Infeksi serius ini berada di luar jangkauan dari bab ini. Gambar 8-1

memberikan gambaran perbandingan obat antijamur.

Tabel 8-1 obat antijamur yang berguna untuk pengobatan gigi untuk kandidiasis oral

Nama obat Bentuk yang

berguna untuk

infeksi gigi

Komentar Dosis Dosis (gm)

Nistatin

(mycostatin,

Nilstat, dll)

Klotrimazol

(Mycelex)

Ketokonazol

(Nizoral)

Flukonazol

(Diflucan)

Suspensi cair,

tablet vagina,

salep, pastiles

Tablet (bentuk

belah ketupat)

Tablet oral

(200mg), krim

Tablet oral (50,

100.150,

200mg)

Efek samping

tidak biasa

terjadi

Mual

Hepatotoksisitas

, anafilaksis,

interaksi obat

Suspensi: 5 ml

qid

Tablet vagina: 1

qid

Pastiles: satu 4-5

kali/ hari

Tablet: larutkan

1-5 kali/ hari

Tablet: 1atau 2

tablet /hari,

krim: oleskan

satu/ dua kali

perhari

200 mg pada

hari pertama;

lalu 100 mg

/hari

2,5* (50%)

0,9 (90%)

Tidak tersedia

Tidak tersedia

Tidak tersedia

qid, empat kali perhari

*, sukrosa

0,4 gm sukrosa + 0,8 gm glukosa

Glukosa

Tabel 8-2 obat antijamur topikal

Nama obat Rute Spektrum

OTC

Asam udesiklin (Desenex,

Cruex)

Tolnaftat (Tinactin, Aftate)

Mikonazol (Fungoid,

Serbuk, salep, krim, cairan,

busa, sabun

Krim, serbuk, cairan, larutan,

gel, aerosol

Krim, serbuk, semprotan,

Tinea

Tinea

Kandida

Micatin, Monistat-derm)

Klotrimazol (Lotrimin,

Mycelex)

Butokonazol (Femstat)

Sulkonazol (Exelderm)

Triasetin (Enzactin)

Haloprogin (Halotex)

Terbinafin (Lamisil)

Butenafin (Mentax)

Neftifin (Naftin)

Siklopirok (Loprox, Peniac)

Ekonazol (Spectazole)

Ketokonazol (Nizoral)

tingtur

Krim, larutan

Krim

Krim, larutan

Krim, salep

Krim, larutan

Krim, larutan

Krim

Krim, gel

Losion, larutan

Krim

Krim, sampo

Kandida

Kandida

Tinea

Trikopitron

Tinea

Kandida, trikopiton

Tinea

Tinea

Kandida, tinea

Kandida, tinea

Kandida, tinea

OTC, obat tanpa resep Rx, obat dengan resep

Nistatin

Adalah obat antijamur yang diresepkan yang dihasilkan oleh Streptomikes Nursei.

Mekanisme kerjanya adalah dengan cara berikatan dengn sterol pada membran sel jamur. Hal

tersebut mengakibatkan peningkatan permeabilitas membran dan menyebabkan kebocoran

Kalium dan konstituen seluler penting lainya. Karena bekteri tidak memiliki sterol, maka

nistatin tidak aktif melawan bakteri.

Nistatin tidak diserap pada membran mukosa atau melalui kulit yang intak, diserap dengan

buruk pada saluran cerna. Dosis terapi biasa untuk obat ini, kadar obat pada darah tidak

terdeteksi. Ketika diberikan peroral, obat tersebut tidak diserap, tetapi dieksresi tanpa diubah

melalui feses. Nistatin bersifat fungisidal dan fungistatis melawan beragam jenis cawan dan

jamur. Secara invitro, nistatin menghambat C albican dan spesies lain dari Candida.

Reaksi merugikan yang berhubungan dengan nistatin termasuk sedikit dan jarang terjadi.

Dipakai secara topikal atau oral (melalui saluran cerna), diserap sedikit. Ketika diberi dosis

lebih tinggi efek seperti mual, muntah, dan diare biasa terjadi. Jarang sekali reaksi

hipersensitifitas tarjadi.

Nistatin dipakai sebagai pengobatan dan pencegahan untuk kandidiasai oral pada kasus yang

rentan. Meskipun Kandida albikan sering menempati rongga mulut, hanya dalam keadaan

tertentu organisme ini menyebabkan penyakit. Seringkali, pasien yang terinfeksi adalah yang

mengalami imunokompromi.

Untuk pengobatan kandidiasis oral, nistatin tersedia (lihat tabel 8-1) dalam bentuk suspensi

cairan (100.000 U/ml) mengandung 50 % sukrosa. Petunjuk bagi pasien adalah untuk

mendesir, mengaduk dan meludah atau menelan 5 ml (1 tsp) empat kali perhari. Suspensi

tersebut harus tetap ada pada mulut selama 2 menit untuk memberikan efek terbaik. Untuk

bayi dan anak-anak dengan yang sariawan, setengah atau satu tetes penuh (2,5 ml)

ditempatkan pada tiap sisi dari mulut dan diusapkan pada relung mulut dan lesi. Jika ditelan,

penderita diabetes yang memakai suspensi ini harus menggunakan gula sebanyak (2,5 gm

sukrosa per tsp) ketika berencana untuk memakai insulin atau makan.

Nistatin berasa seperti likorice, adalah ruberi, dan juga mengandung gula. Umpan balik

informal telah diindikasikan bahwa pasien dengan tidak dapat menerima dosis seperti ini.

Keuntungan dari persiapan seperti ini adalah hanya diperlukan waktu selama 15 menit untuk

lozenges untuk terlarut pada mulut, dengan demikian memandikan lesi dalam obat antijamur

dalam periode yang lebij lama. Obat tersebut diperbolehkan untuk dilarutkan di mulut empat

kali sehari. Pekerja kesehatan gigi harus harus mendiskusikan kebiasaan pasien dalam

merawat kesahatan mulut, terutama ketika pasien menelan obat-obat kariogenik tersebut.

Nistatin tersedia dalam bentuk tablet vagina, untuk dipakai pada penyakit infeksi vagina,

biasanya tablet vagina tersebut bisa dipakai peroral. Obat tersebut dilarutkan pada mulut

empat kali perhari. Keuntungan tablet oral yang dipakai sebagai lozenges adalah obat tetap

kontak dengan mukosa yang terinfeksi lebih lama dari pada dalam bentuk suspensi dan tidak

mengandung gula. Kerugiannya adalah obat tersebut tidak mempunyai rasa ketika dipakai

peroral.

Pasien harus diinstruksikan untuk memakai produk nistatin selama 10-14 hari, tergantung

parahnya infeksi. Atau selama 48 jam setelah gejala dikesampingkan dan kulturnya menjadi

negatif kultur biasanya tidak dilakukan. Beberapa pasien, terutama yang imunokompromi,

mungkin memerlukan obat antibodi profilaksis jamur jangka panjang untuk mengendalikan

kandidiasis.

Imidazol

Imidazol berguna dalam kedokteran gigi adalah klotrimazol, mikonazol dan ketokonazol.

- Klotrimazol

Adalah obat antijamur sintesis tersedia dalam sediaan yang lambat terlarut, lozenge yang

mengandung gula untuk pemakain oral. Juga tersedia dalam bentuk krim OTC untuk

penggunaan topikal pada kulit atau vagina.

Mekanisme kerja obat ini melibatkan perubahan permeabilitas membran sel. Berikatan

dengan fosfolipid pada membran sel jamur. Sebagai hasil dari perubahan pada permeabilitas,

membran sel kehilangan fungsinya sebagai konstituen sel.

Klotrimazil tablet : 1 kotak = 70 lozenges. Klotrimazol lozenges terlarut kira-kira 15-30

menit. Pesien dengan xerostomia memiliki kesulitan dalam melarutkan obat ini. Konsentrasi

saliva yang mencukupi untuk menghambat kebanyakan spesies kandida yang berada di

mulut kira-kira selama 3 jam. Obat terikat pada mukosa oral. Dimana obat tersebut secara

perlahan dilepaskan. Jumlah klotrimazol yang diserap secara sistematis oleh rute ini tidak

diketahui, tetapi penyerapan dalam jumlah kecil terjadi. Tiap tablet lozenge mengandung 0,9

gm glukosa. Spektrum kerja dari klotrimazol terutama melawan kandida albikan. Efek

samping merugikan yang palin umum adalah berhubungan dengan saluran pencernaan,

termasuk sakit perut, diare, mual. Klotrimazol telah dilaporkan untuk menyebabkan

peningkatan kadar enzim hati (aspartat amino tranferase) kira-kira 15 % dari jumlah pasien.

Klotrimazol sistemik telah disetujui oleh FDA (Food and Drug Administration) kategori C

kehamilan. Dosis yang sangat tinggi menyebabkan embriotoksik pada tikus dan mencit.

Dosis tinggi bisa menyebabkan ganguan perkawinan dan menurunkan jumlah maupun bayi

yang selamat dalam kelahiran. Tidak ada efek teratogenik yang ditemukan pada beberapa

spesies selain tikus. Tidak ada karsiogenisitas ditunjukkan pada tikus.

Klotrimazol diindikasikan untuk pengobatan lokal pada kandidiasis orofaringeal. Pasien

seharusnya dianjurkan untuk melarutkan lozenges perlahan-lahan pada mulut, seperti obat

batuk tetes, untuk menurunkan ketidaknyamanan di perut. Pasien juga harus diberitahukan

untuk mengkonsumsi semua obat yang diresepkan untuk mencegah kekambuhan. Dosis

dewasa leguler adalah 1 lozenge (10 mg) lima kali perhari selama 10-14 hari (atau lebih lama

untuk pasien dengan imunikompromi) atau 48 jam setelah gejala hilang. Beberapa klinisi

menyarakan untuk melarutkan satu buah klotrimazol 100 mg (Mycelex) tablet vagina empat

kali perhari pada rongga oral, seperti lozenge atau tablet. Keuntungan tablet vagina yang

dipakai seperti lozenge adalah obat tetap kontak dengan mukosa oral yang terinfeksi lebih

lama daripada bentuk suspensi dan tidak mengandung gula. Kerugiannya adalah rasanya

tawar untuk pemakaian oral.

Ketokonazol

Ketokonazol, imidazol jenis lain yang digunakan pada kedokteran gigi, merubah membran

seluler dan mengganggu enzim intraseluler. Dengan gangguan pada sintesis ergosterol,

komponen seluler dari jamur, permeabilitas membran berubah dan transport purin dihambat.

Imidazol menghambat asetilasi C-14 dari lanosterol, sebuah prekursor ergosterol. Juga

menghambat biosintesis steroid sex, termasuk testoteron, mungkin dengan memblokade

beberapa langkah dari enzim P-450. Farmakokinetiknya, untuk penyerapan sistemik yang

mencukupi dari ketokonazol, lingkungan bersifat asam diperlukan. Pasien dengan aklorhidra

harus mengkonsumsi ketokonazol dengan asam aklorhidra (gunakan sedotan untuk

meminalisir kerusakan gigi). Pengobatan yang mengganggu peroduksi asam perut, seperti

H2 bloker atau antagonis H2 reseptor (H2-RA) dan penghambat pompa proton, mengurangi

penyerapan ketokonazol. Jika ketokonazol harus harus diapakai bersama dengan obat yang

mengurangi keasaman perut, ketokonazol harus di berikan selama mungkin sebelum atau

sesudah pemberian obat yang mengurangi asam. Semua jenis obat imidazol antijamur

memerlukan lingkungan yang asam untuk mendapatkan penyerapan yang optimal. Dengan

pengecualian pada cairan serebrospinal, dengan baik didistribusikan pada manusia. Melewati

plasenta dan dieksresi pada air susu. Konsentrasi puncak pada serum terjadi antara 1 dan 4

jam setelah pemberian obat. Ketokonazol dimetabolisme di hati, dan kira-kira 13 % di

eksresi oleh ginjal, dengan waktu paruh antara 2-8 jam. Karena kontribusi yang kecil dari

ginjal dalam eksresi ketokonazol, pasien dengan gangguan fungsi ginjal tidak biasanya

memerlukan penurunan dosis. Karena rute utama dari eksresi ketokonazol adalah empedu,

pasien yang memiliki ganguan hepatik memerlukan dosis yang lebih rendah.

Spektrum. Ketokonazol efektif melawan bereagam jenis infeksi jamur. Diindikasikan pada

banyak infeksi jamur sistemiki, termasuk blastomikosis, kandidiasis, kokidioidomikosis dan

histoplasmosis. Meskipun efektif melawan organisme yang menyebabkan tinea, bukan

merupakan obat pilihan kecuali obat tradisional telah gagal.

Efek merugikan

Efek pada saluran cerna. Efek merugikan yang paling sering terjadi (3 sampai 10 %)

berhubungan dengan ketokonazol adalah mual dan muntah dan bisa dikurangi dengan cara

pemakaian ketokonazol dengan makanan.

Hepatotoksisitas. Efek merugikan yang paling serius berhubungan dengan ketokonazol

adalah hepatotoksisitas. Kejadiannya kira-kira 1 : 10.000. biasanya terbalikkan pada

penghentian obat, tetapi biasanya fatal. Diperkirakan bahwa reaksi idiosinkrasi bisa saja

terjadai setiap saat. Dengan pemakaian yang diperpanjang, pasien harus melakukan tes fungsi

hati berkelanjutan. Pasien yang mengkonsumsi obat hepatotoksis lainnya, pasien dengan

penyakit liver (contoh: hepatitis alkoholis), atau pasien yang mengalami perpanjangan waktu

terapi harus diawasi secara dekat karena pasien tersebut bisa lebih rentan terhadap

hepatotoksisitas ini.

Ketokonazol pada dosis yang lebih tinggi menghambat sekresi kortikosteroid dan

menurunkan kadar testoteron pada serum pada pria hal tersebut bisa menyebabkan

ginekomastia dan impotensi (lemah syahwat). Efek merugikan tersebut khas terjadi pada

ketokonazol.

Efel lainnya. Efek meruhikan lainnya yang pernah dolaporkan termasuk sakit kepala, pusing,

lemas, fobiacahaya, ruam kulit, pruritus dan insomnia. Demam, menggigil, dispnea, tinitus,

artlargia, dan trobositopenia telah terjadi pada beberapa orang pasien. Jika ketokonazol

diberikan secara topikal, iritasi, pruritus dan rasa menyengat (pedas) adalah efek samping

yang paling sering terjadi.

Pertimbangan pada masa kehamilan dan menyusui. Penelitian pada hewan telah

menunjukkan bahwa ketokonazol bersifat teratogenik. Kategori FDA untuk kehamilan dalah

C. Karena katekonazol dieksresi pada air susu resiko keuntungan dan kerugian harus

dipertimbangkan pemkaiannya pada ibu yang menyusui.

Interaksi obat. Ketokonasol memiliki banyak interaksi obat yang telah dilaporkan pada

literatur. Karena suasana asam diperlukan untuk pelarutan dan penyerapan ketokonazol, obat

yang mengubah asam di perut secara teori dapat mengurangi penyerapan ketokonazol (H2-

RA, penghambat pompa H+, obat antikolinergik dan antasid). Kira-kira 2 jam setelah berlalu

sesudah menelan obat-obat tersebut bersama ketokonazol.

Ketokonazol menghambat sitokromP(CYP)-450 3A4 isoenzim mikrosomal hepatik, bisa

menghasilkan interaksi obat dengan banyak obat lain juga dimetabolisme oleh isienzim ini.

Ketokonazol bisa meningkatkan kadar serum siklosforin, warfarin, kortikosteroid, penitoin,

digoxin, lovastatin, simvastatin.

Isiniazid, penitoin dan teofilin bisa menurunkan kadar serum ketokonazol ketokonazol tidak

seharusnya dipakai dengan rifampin karena rifampin bisa menyebabkan kadar obat pada

darah tidak terdeteksi. Ketokonazol bisa menurunkan efek alat kontrasepsi oral, alternatif

metode pengendalian kelahiran harus dianjurkan. Ketokonazol bisa menyebabkan reaksi

mirip disulfram atau meningkatkan hepatotoksisitas bersama alkohol.

Pemakaian

Kesehatan gigi. Ketokonazol diindikasikan untuk pengobatan dan manajemen kandidiasis

mukosa dan orifaringeal (sariawan oral). Bisa dipakai untuk profilaksis pada kandidiasis

mukosa kronis. Karena reaksi yang merugikan, ketokonazol harus digunakan hanya jika

pemakaian obat antijamur topikal tidak efektif, atau ada alasan kuat mengapa obat topikal

tersebut tidak akan efektif.

Medis. Ketokonazol diindikasikan untuk pengobatan kandidiasis, hjistoplasmosis,

parakokidiodimikosis. Juga digunakan untuk mengobati dermatofitosis kulit membandel

seperti tinea corporis, tinea kuris, tines versikolor, dermatitis sebeorheik.

Dosis. Dosis dewasa untuk ketokonazol pada pengobatan kandida sp adalah 200-400 mg

secara oral (PO) perhari (qd). Harus dipakai setidaknya selama 2 minggu, dan selama 6-12

bulan mnungkin diperlukan untuk kandidiasis mukosa kronis. Terapi perawatan mungkin

perlu untuk pasien tertentu. Ketokonazol tersedia untuk pemakain secara topikal dalam

bentuk krim dengan kadar 2 % untuk pengobatan tinea atau infeksi kandida. Diberikan satu

atau duankali sehari selama kira-kira 2 minggu. Ketokonazol (Nizoral) sampo dipakai dua

kali perminggu untuk mengatasi ketombe, kondisi yang disebabkan jamur.

- Imidazol jenis lain

Imidazol jenis lain, seperti flukonazol, obat antijamur oral, dipakai untuk menghobati infeksi

jamnur tertentu. Flukonazol mencegah sintesis ergosterol pada sel membran jamur, dengan

cara menghambat enzim CYP-450 jamur. Fosfolipid dan asam lemak tak jenuh terakumulasi

pada sel jamur.

Flukonazol diindikasikan untuk pengobatan kandidiasi orofaringeal atau esofageal dan

infeksi kandida sistemik yang serius. Satu tablet flukonazol diindikasikan untuk mengobati

kandidiasis vagina. Flukonazol dipakai untuk profilaksis melawan infeksi kandidiasis pada

pasien imunokompromi atau pada pengobatan kandidiasis yang tidak memberi respon

terhadap obat lainnya.

Itrakonazol imidazol sistemik jenis lain, dipakai untuk mengobati blastomikosis,

histoplasmosis, dan aspergilosis, merupakan obat antijamur pertama yang efektif mengobati

onkomikosis kuku jari kaki dan kuku jari tangan.

Obat antijamur lain

- Ampoterisin B

Obat yang penting untuk mengobati beragam infeksi jamur sistemik yang serius adalah

ampoterisin B (Fungizone). Karena efek sampingnya maka obat ini memiliki julukan

“Amfoterrible”. Harus dipakai secara perenteral karena diserap dengan buruk pada saluran

cerna.

Ampoterisin dihasilkan oleh Streptimikes nodosus. Berikatan dengan sterol pada membran

sel jamur, mengubah permeabilitas membran, dan memungkinkan hilangnya kalium dan

molekul kecil dari sel jamur.

Spektrum amfoterisin meliputi banyak jenis jamur, seperti galur tertentu Aspergilus,

Parakokidioides, Kokodioides, Kriptokokus, Histoplasma, Mukor, dan organisme kandida.

Juga efektif melawan protozoa yaitu Leismania.

Gambar 8-2 proses mitosis

Reaksi merugikan yang berhubungan dengan amfoterisin kisarannya luas dan berpotensi

serius, tetapi seringkali merupakan satu-satunya pengobatan yang efektif untuk pengobatan

infeksi jamur sistemik yang serius. Banyak pasien yang mengalami hipokalemia, sakit kepala,

menggigil (50%), demam, malaise, keluhan saaluran cerna, nefrotiksisitas (80 %).

Amfoterisin memiliki potensi interaksi obat yang banyak.

Amfoterisin topikal telah menyebabkan rasa terbakar, rasa gatal, dataua dalam kasus yang

jarang terjadin yaitu dermatiyis kontak. Tersedia dalam bentuk krim 3% dan selep. Sediaan

amfoterisin parenteral adalah liposomal dan kolesteril.

- Griseofulvin

Griseovulvin (Fulvicin, Grisaktin ultra, Gris-PEG) adalah antibiotik yang dihasilkan

Pensilium griseovulvum. Kerja antijamurnya dihasilkan dengan cara mengganggu struktur

kumparan mistosis dan menangkap pembelahan sel pada metafase (gambar 8-2) tidak seperti

kebanyakan obat, penyerapan griseovulvin meningkatkan jika dikonsumsi bersama makanan

yang berlemak. Secara kuat berikatan dan lebih suka mengendap pada prekursor keratin yang

sakit (kuku, kulit dan rambut). Spektrum obat ini termasuk Tinea (contoh : ringworm),

Trokopiton, Mikrosporum, dan Epidermopiton sp tetapi tidalk termasuk organisme kandida.

Reaksi yang merugikan dari obat ini termasuk sakit kepala, gangguan saluran cerna,

pertumbuhan berlabih organisme kandida albikan pada rongga mulut (sariawan). Reaksi

hipersensitifitas termasuk urtikaria, fotosensitifitas, reaksi seperti lupus. Kemungkinan

terjadinga sensitifitas silang dengan pensilin harus dipertimbangkan, karena organisme yang

menghasilkan griseovulvin adalah segolongan dengan penisilin. Depresi fungsi pembentuakn

sel darah dan karsiogenisitas pada hewan percobaan telah terjadi. Bisa juga menimbulkan

reaksi mirip disulfiram.

Griseovulvin diindikasikan untuk pengobatan infeksi yang peka pada kulit, rambut, dan kuku.

Karena obat ini hanya tersimpan pada jaringan yang tumbuh, durasi pengobatan tergantung

dari waktu yang diperlukan pada daerah yang terinfeksi untuk tumbuh sepenuhnya, bisa

dimulai dari 2 sampai 8 bulan. Meskipun tidak ada kegunaan yang diketahui untuk

kedokteran gigi, efek samping dari griseovulvin yaitu supresi pembentukan sel darah dan

infeksi kandida oral, harus di pertimbangkan jika pasien dengan penyakit gigi mendapatkan

obat ini.

OBAT ANTIVIRUS

Pencarian akan obat yang berguna untuk infeksi virus telah memberikan masalah yang

terbesar pada semua jenis organisme infeksius. Hal ini dikarenakan virus merupakan

organisme intraseluler obligat yeng memerlukan kerjasema dengan sel inangnya. Oleh karena

itu untuk membunuh virus seringkali sel inang juga harus dirugikan. Virus herpes, karena

lokasi lesi disekitar rongga mulut atau dalam beberapa kasus ada pada jari dokter gigi atau

jari perawat. Telah menjadi suatu hal yang menarik bagi pekerja kesehatan gigi. Sekarang,

gejala penyakit AIDS telah terlihat secara klinis pada mulut, pengobatan virus ini menjadi hal

yang penting. Tabel 8-3 memperlihatkan daftar obat antivirus dengan rute pemberian dan

indikasinya.

Tabel 8-3 obat antivirus, tidak termasuk obat HIV (Human Immunodificiency Virus)

Nama obat Rute Indikasi Komentar

Asiklovir (Zovirax)

Pensiklovir (Denavir)

Dokosanol (Abreva)

Vidarabin (Ara-A,

PO, topikal, IV

Topikal

Topikal

Herpes primer dan

kambuhan pada

pasien

imunokompromi

Herpes simplex

labialis oral (sakit

dingin)

Herpes simplex

Lokal : rasa terbakar

Oral : mual, efek SSP

Tersedia tanpa resep

(OTC)

Iritasi, priritus,

Vira-A)

Idoksuridin (IDU,

Herplex, Stoxil)

Gansiklovir

(Cytovene)

Ribavirin (Virazole,

Rebetol, Copegus)

Amantidin

(Symmetrel)

IV, salep optalmik

Salep optalmik,

larutan

IV, IM, SC, PO

Aerosol, PO

PO

labialis oral

Herpes ensevalitis,

keratokonjungtivitis,

keratitis epitel

mambandel

Herpes simplex

keratitis

CMV retinitis

(AIDS):pencegahan

penyakit CMV

(transplantasi)

Bayi dengan RSV

yang parah

Profilaksis untuk

virus influenza A

edema, inflamasi

Granulositopenia

Sangat mahal, susah

untuk dimasuki,

memerlukan mesin

khusus

Juga dipakai untuk

mengobati penyakit

parkinson

AIDS, Acquired Immunodeficiancy Syndrome; CMV, Cytomegalovirus; SSP, Susunan Saraf

Pusat; IM, Intramuskuler; IV, Intravena; OTC, Over the conter; PO, PerOral; RSV,

Respiratory syncytical virus; SC, Subkutan.

HERPES SIMPLEX

Herpes simplex berhubungan dengan “sakit dingin” dan pekerja kesehatan gigi meminta

“sesuatu untuk membantu”. Kebanyakan obat antivirus berupa analog purin atau pirimidin

yang menghambat sintesis DNA.

- ASIKLOVIR

Asiklovir merupakan nukleosida purin yang bekerja dengan cara menghambat replikasi asam

deoksiribonukleat (DNA). Jauh lebih rendah toksisitasnya terhadap sel normal yang tidak

terinfeksi, karena lebih cenderung diambil oleh sel yang terinfeksi. Pada sel inang, asiklovir

terfosforisasi dengan rendah. Hal tersebut menjelaskan efek merugikan yang rendah dari obat

tersebut.

Farmakokinetik. Ketika obat ini diberikan peroral, antara 15-30 % obat terserap.

Konsentrasi puncak timbul setelah 2 jam. Makanan tidak mempengaruhi penyerapan obat.

Asiklovir disebarkan secara luas pada seluruh permukaan tubuh. Kira-kira 10 % dari sebuah

dosis asiklovir dimetabolisme di hati.

Spektrum. Aksi antivirus bernama asiklovir termasuk beragam jenis virus herpes, termasuk

herpes simplex tipe 1 dan 2 (HSV-1 dan HSV-2), varisela zoster, Eiptein-barr, Herpesvirus

simiae (B-virus), dan sitomegalovirus. Beberapa mekanisme resistensi terhadap asiklovir

telah diketahui.

Pemakaian topikal. Ketika dipakai secara topikal, obat tersebut menghasilkan rasa terbakar,

rasa tersengat, atau sakit ringan pada 1/3 jumlah pasien.

Pemakaian oral. Salah satu dari efek merugikan yang paling umum berhubungan dengan

pemkaian asiklovir oral adalah sakit kepala (13 %). Efek pada SSP lainya adalah vertigo,

pusing, lelah, insomnia, iritabilitas, dan depresi mental. Obat ini umumnya menyebabkan

reaksi merugikan pada saluran cerna yaitu mual, muntah, diare. Kurang nafsu makan dan rasa

tidak enak di mulut jarang terjadi. Efek samping lainya yang berhubungan dengan asiklovir

oral adalah jerawat, rambut rontok, artlargia, demam, ganguan menstruasi, sakit tenggorokan,

limfadenopati, tromboplebitis, edema, keram otot, sakit kaki, palpasi.

Pemakaian perenteral. Dengan pemakaian perenteral reaksi lokal pada daerah suntikkan

adalah efek samping yang paling sering terjadi yaitu : iritasi, eritrema, sakit, plebitis. Karena

asiklovir bisa mempresipitasi tubulus ginjal, biasanya akan mempengaruhi urea nitrogen

darah atau kadar kreatinin serum. Gejala ensefalopati termasuk letargi, obtundasi, tremor,

pusing, halusinasi, agitasi, kejang, dan koma telah dilaporkan pada jumlah 1 % dari pasien

yang mendapatkan asiklovir peroral.

Pemakaian

Topikal. Indikasi untuk asiklovir topikal termasuk herpes genitalis tahap awal dan herves

simplex pada pasien yang mengalami imunokompromi. Asiklovir topikal tidak efektif untuk

pengobatan herpes simplex yang membandel dan infeksi herpes labialis pada pasien yang

tidak imunokompromi. Memang hal tersebut bisa menurunkan durasi perkembangan virus

pada laki-laki dalam beberapa jam. Pengobatan tersebut tidak mencegah transmisi dari

infeksi, dan tidak mencegah kekambuhan. Meskipun litelatur yang ada tidak mendukung

pemakaian asiklovir topikal untuk menangani herpes labialis dalam perawatan penyakit gigi,

yang digunakan secara ekstensif. Tidak ada produk asiklovir yang disetujui untuk pengobatan

herper labialis membandel pada pasien imunokompeten.

Secara oral. Preparat oral dari asiklovir diindikasikan untuk pengobatan awal dari penyakit

herpes simplex genitalis dan penanganan infeksi herpes simplex genitalis membandel baik

pada pasien yang imunokompromi maupun yang tidak imunokompromi. Obat tersebut efektif

sebagai profilaksis infeksi herpes genitalis membandel pada kedua macam pasien tersebut.

Tidak diindikasikan untuk supresi dari herpes genitalis membandel pada pasien dengan

infeksi ringan.

.

FARMAKOLOGI OBAT ANTIINFEKSI DAN ANALGESIK

BEDAH ORAL DAN MAKSILOFASIAL (dr maman)

PENDAHULUAN

Banyak jenis obat yang dapat digunakan untuk mencegah atau mengatasi infeksi daerah mulut dan rahang serta wajah.Obat-obat tersebut tergolong antibiotika,anti fungi,antivirus,antiinflamasi dan analgesik

Antibiotika adalah subsrat yang dihasilkan berbagai microorganisme antara lain dihasilkan oleh bakteria dan jamur yang mampu menekan pertumbuhan mikooganisme lain dan umumnya membinasakannya.

Adalah hal yang sangat perlu diketahui bahwa antibiotik bekerja secara selektif melawan microorganisme dan berbeda dengan desinfektan dan antiseptik yang memiliki toksisitas baik terhadap sel manusia maupun sel mikroorganisme.

Antibiotka diklasifikasikan menjadi antibiotika yang bersifat bakterisidal dan bakteriostatik.Bakterisidal adalah antibiotika yang membunuh langsung bakteri sedangkan bakteriostatik adalah obat yang mempengaruhi reproduksi bakteri.Secara umum bakteri yang bersifat bakterisidal menghambat sintesis dinding sel bakteri.Walaupun antibiotika yang menghambat sintesis protein bakteri adalah bakteriostatik akan tetapi beberapa antibiotika tersebut menunjukkan efek bakterisidal.Walaupun antibiotika golongan bakterisidal telah direkomendasikan penggunaannya untuk pengobatan infeksi akut daerah mulut dan rahang serta wajah akan tetapi efektifitasnya tidak terlalu nyata, berbeda dengan golongan bakteriostatik yang diberikan pada pasien-pasien yang memilki daya tahan normal.

GOLONGAN DAN SIFAT-SIFAT BAKTERI.

Antbiotika biasanya digolongkan berdasar struktur kimia

Dibawah ini pada tabel 29.7 adalah golongan antibiotika yang sangat bermakna penggunaannya pada infeksi mulut,rahang dan wajah.

SIFAT-SIIFAT ANTIBIOTIKA YANG DIGUNAKAN PADA PENGOBATAN INFEKSI MULUT,RAHANG DAN WAJAH.

Penisilin: Bakterisidal,tergantung waktu dan reaksi hipersensitifitas Sefalosporin;Bakterisidal,tergantung dosis,dan reaksi hipersensitifitas Karbapenem:Bakterisidal,tergantung dosis,dan reaksi hipersensitifitas

Macrolid: Bakteriostatik,tergantung dosis,interaksi obat

Klidanisin: Bakteriostatik,tergantung dosis,menimbulkan diare,kolitis pseudomembranosa

Tetrasiklin: Bakteriostatik,tergantung dosis,perubahan warna gigi

Aminoglicosid: Bakerisid,tergantung konsentrasi ,Nero and ototoxic

Fluoroquinolon:Bakterisidal,tergantung konsentrasi, artralgia,interaksi dengan NSAIDS

Glicopeptida:Bakerisidal,tergantung waktu,Nefrotoksik

Metronidazol: Bakerisidal,tergantung koncentratio,headache,nausea

BETA-LAKTAM

Antibiotik Bet-laktam telah digunakan secara baik untuk pencegahan maupun untuk pengobatan berbagai jenis infeksi pada manusia.

Tergolong kedalamnya: Penisilin,Sefalosporin,Karbapenem

Struktur kimia:Terdiri dari cincin B-laktam,berefek bakterisidal,menghambat sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri.

MemIliki keuntungan karena merupakan zat yang targetnya dinding sel bakteri sedang terhadap sel manusia tidak berefek.

RESISTENSI TERHADAP BETA- LAkTAM

Resitensi terhadap B-laktam meningkat kejadiannya secara dramati,mekanisme resistensi meliputi:

1.Munculnya bakteri yang menghasilkan enzim betalakamase yang menghidrolisis

antibiotik beta-laktan

2.Timbulnya perubahan PBP.

3.Penurunan masuknya antibiotk atau keluarnya antibiotik dari dinding sel bakteri.

PENISILIN

Merupakan sejarah yang panjang dan tetap dikenang bahwa antibiotik yang merupakan antimikroba paling penting,yaitu Penisilin telah dihasilkan pertama kali oleh hasil penemuan Aleksander Fleming pada tahun 1928.

Golongan penislin memiliki toksisitas langsung yang minimal.Namun reaksi hipersensitifitas merupakan efek yang merugikan yang sering terjadi

Secara keseluruhan reaksi yang ditimbulkan oleh penisilin bervarissi antara 0.7 -10 % pada berbagai penlitian yang berbeda.

Penisilin G,Penisilin V,Ampisilin and Amoksilin merupakan antibiotika yang sering digunakan pada infeksi daerah mulut,rahang dan wajah,karena efektifitasnya yang tinggi dan toksisitasnya yang rendah.

Penisilin G and penisilin V memiliki memiliki spektrum yang lebih sempit

dibandingkan ampisilin dan amoksilin

SEFALOSPORIN

Absorpsi sefalosporin dari saluran cerna dan kadar puncak dalam serum dan dibanding dengan serum amoksilin cukup tinggi,sedangkan harganya lebih tinggi dibandingkan dengan preparat lainnya.

Beberapa dari preparat golongan ini memiliki spektrum sempit sedangkan yan lainnya

memiliki spektrum luas.

Sefalosporin terdiri dari empat generasi.

Sefalosporin generasi pertama:

Generasi pertama memilki aktifitas baik terhadap bakteri Gram positif seperti

streptokkokus dan stapilokokus dan memiliki aktifitas lebih rendah terhadap bakteri

Gram negatif.

Contoh preparat golongan ini::Cefazolin and Cephalexin

Sefalosporin generasi kedua

Generasi ini memiliki aktifitas tinggi terhadap bakteri Gram negatif tetapi memiliki

aktifitas lebih lemah terhadap bakteria Gram positif dibandingkan dengan generasi

pertama.

Contoh generasi sefalosporin generasi kedua:

Sefuroksim,cefaklor,cefodoksim,and cefmetazol.

Sefalosporin generasi ketiga.

Kurang aktif terhadap bakteri Gram positif dibandingkan dengan obat-obat generasi kedua sedangkan generasi ketiga ini memiliki aktifitas lebih baik terhadap bakteri Gram negatif termasuk beberapa bakter penghasil enzim betalaktamase seperti Pseudomonas aeruginosa dan spesies Enterobakter

Sefalosporin memiliki toksisitas yang rendah.Walaupun demikian sebagaimana penisilin,sefalosporin sering menimbulkan efek samping berupa reaksi alergi,dan angka kejadian alergi ini dilaporkan antara 1-3 % pada pasien yang terpapar sefalosporin.Reaksi utama yang tersering adalah ruam kulit dan walaupun demikian dapat terjadi reaksi anafilaksis.

Karena persamaan struktur antara penisilin dengan golongan sefalosporin pasien-pasien yang mengalami reaksi alergi terhadap salah satu obat dari kedua golongan ini dapat mengalami reaksi silang apabila salah satu dari golongan ini digunakan.Umumnya kejadian reaksi silang lebih jarang terjadi pada sefalosporin generasi dua,tiga dan empat daripada generasi kesatu.

Peningkatan terjadinya risiko reaksi alergi terhadap salah satu jenis sefalosporin pada pasien yang alergi terhadap penisilin menjadi lebih kecil daripada yang diperkirakan sebelumnya,dan 5-10 % pasien-pasien yang alergi terhadap penisilin memiliki potensi timbulnya alergi terhadap sefalosporin

Karbapenem

Golongan ini memiliki spektrum aktifitas antimikroba yang sangat luas dan jarang mengalami resistensi terhadap berbagai bakteri golongan Beta-laktamase. Aktivitas antimikrobia antibiotika karbapenem tinggi.Termasuk golongan karbapenem adalah imipenem and meropenem.Keduanya baik imipenem maupun meropenem diberikan secara parentereral.

Terdapat kontroversi pada penggunaan sefalosporin di klinik pada pasien-pasien yang alergi terhadap penisilin.Panduan berdasarkan bukti-bukti yang dikeluarkan oleh American of Pediatrics,baru-baru ini,telah menyetujui penggunaan sefalosporin digunakan untuk pasien-pasien dengan riwayat alergi terhadap penisilin,untuk pengobatan sinusitis bakterialis akut,dan pasien-pasien yang menderita otitis media akuta.Walaupun demikian penggunaan sefalosporin pada pasien yang meemiliki kemungkinan alergi terhadap penisilin memerlukan pertimbangan yang cermat.

PENGHAMBAT BETA -LACTAMASE

Obat-obat penghambat Beta-lactamase berikatan dengan Beta-laktamase dan diaktifkan olehnya.Golongan ini terdiri dari asam klavulanat dan sulbaktam.

Penghambat Beta-laktamase memiliki efek antimikrobial langsung minimal tetapi bila dikombinasikan dengan satu jenis antibiotika yang lain,dapat memperluas spektrum dan meningkatkan stabilitas melawan golongan beta-laktamase.

MAKROLID

Antibiotika makrolid memiliki struktur cincin makrosiklik lakton yang berikatan dengan satu atau lebih gula deoksi.

Antibiotik makrolid tergolong bakteriostatik yang menghambat sintesis protein bakteri dengan mengikat 50 S subunit ribosomyang sensitif terhadap mikroorganisme

Walaupun kebanyakan bakteri penyebab infeksi mulut dan wajah sensitif terhadap antibiotika makrolid pada berbagai penelitian menunjukkan terjadi peningkatan terjadinya resistensi bakteri.

Pada sisi lain respon klinik terhadap makrolid umumnya baik dan karena iu obat-obat ini sering digunakan pada infeksi daerah mulut,rahang dan wajah.

Eritromisin merupakan contoh makrolid yang paling baik,sedangkan klaritromisin dan azitromisin juga tersedia untuk digunakan pada pengobatan infeksi bakteri mulut dan wajah.

Efek parah yang tidak dikehendaki akibat pemakaian eritromisin jarang terjadi, tapi dapat ditemukan cholestatic hepatitis yang merupakan efek samping yang paling

sering.Kemungkinan efek samping lain adalah reaksi hipersensitif,dapat timbul berupa demam,eosinofilia dan erupsi kulit.

Karena memiliki sifat farmakokinetik yang unik azitromisin menghasilkan konsentrasi yang lebih tinggi dalam jaringan atau tempat infeksi dibandingkan dengan konsentrasinya dalam serum.

Macrolid memiliki potensi peningkatkan efek berbagai obat seperti :Kortikosteroid, karbamazepin,siklosporin,digoksin dan warfarin.

TETRASIKLIN

Tetrasiklin memiliki aktifitas antimikrobial yang luas melawan bakteri aeronb dan anaerob.Aktifitas golongan tetrasiklin umumnya adalah bakteriostatik dengan cara menghambat sintesis protein bakteri.

Produk-produk tertentu yang mengandung kalsium,aluminium,seng,magnesium,or silikat dan vitamin dengan besi semuanya dapat mempengaruhi absorpsi tetrasiklin dari saluran cerna ketia obat ini dikonsumsi pada saat yang bersamaanan.

KLINDAMISIN

Klindamisin berikatan dengan subunit 50-S ribosom bakteri dan menekan sintesis protein bakteri.

Karena Klindamisin memiliki aktifitas luar biasa melawan streptokokus viridans dan secara nyata terhadap bakteri anaerob,obat ini sangat berguna untuk pencegahan dan pengobatan infeksi daerah mulut,rahang dan wajah.Klindamisin diabsorpsi secara baik setelah pemberian melalui oral dan didistribusi secara luas pada berbagai jaringan termasuk mandibula.

Klindamisin kadang-kadang dicurigai menjadi penyebab timbulnya diare.Angka kejadian diare setelah pemberian klindamisin berkisar a ntara 2-20 %. Kolitis pseudomembran merupakan efek samping yang paling menakutkan.Kolitis ini disebabkan oleh toksin dari mikroorganisme,Klotridium diffikult yang tumbuh meluas di dalam usus besar disebabkan due mikroba yang tumbuh akibat pengobatan oleh antibiotika yang diberikan secara sistemik.Angka kejadian kolitis ini ssetelah klindamisin berkisar antara 0.01-10 %..The Tidak ada laporan yang nyata,anmengenai perbandingan risiko antara klotis akibat klindamisin dan antibiotika Beta-laktam.

AMINOGLIKOSID

Aminoglikosid adalah bersifat bakterisidaal dan merupakan penghambat sintesis protein baktteri.,walaupun kebanyakan penghambat sintesis protein adalah bakteriostatik.

Antibiotik yang termasuk aminoglikosid adalah:

Amikasin,gentamisin,kanamisin,streptomisin and tobramisin.Aminoglikosid memiliki aktifitas antimikroba yang kuat dan terutama digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteria aerob termasuk kedalamnya Pseudomonas aerugenosa..Aminoglikosid relatif bersifat toksik dibandingkan dengan golongan antibiotika lainnya.

Secara klinis efek samping yang nyata adalah nefrotoksik dan ototoksik.

GLIKOPEPTID

Vankomisierupakan contoh obat yang penting dari golongan ini.Spektrumnya yang unik dan juga tingkat toksisitasnya yang tinggi menyebabkan pembatasan panggunaan anntibiotika golongan glikopeptid di klinik Antibiotik glikopeptid diindikasikan pemberiannya untuk pengobatan penyakit infeksi yang parah,yang mengancam jiwa akibat infeksi bakteri Gram positif yang tidak memberikan respon terhadap antibiotka lain yang relatif kurang toksik.

Nefrotoksik merupaka akibat klinik yang paling penting akibat golongan glkoprotein,yang parah.

METRONIDAZOL

Walaupun metronidazol umumnya digunakan sebagai anti protanerob ozoa namun obat ini juga tersedia sebagai obat untuk pengobatan infeksi yang disebabkan bakteria anaerob.metronidazol ternyata efektif untuk pengobatan infeksi yang parah yang disebabkan bakteri anaerob,obat ini juga berguna sebagai obat taaaaaaaaaaambahan yang dikomboinasikan dengan Beta-laktam dan antibiotika golongan makrolid pada infeksi campuran dan infeksi akibat bakteri anaerob atau untuk pengobatan secara empirik infeksi odontogenik.

Obat ini iarang menimbulkan efek samping yang serious.Komplikasi yang paling sering adalah nyeri kepala,mual dan metallic taste.Muntah,diare,dan abdominal-distress sering si terjadi.Beberapa pasien mengkonsumsi metronidazole mengalami gejala disulfiram-like effects seperti abdominal distress,muntah,flushing atau nyeri kepala apabila mereka minum alkohol selama pengobatan.Pasien hendaknya diingatkan agar tidak mengkonsumsi alkohol selama pengobatan dengan metronidazol.Masih terdapat perbedaan pandangan tentang bukti-bukti kemungkkinan metronidazol berefek teratogenik.here is conflicting evidence regarding possible teratogenik.Penggunaan obat ini pada semester pertama kehamilan harus dihindari.

ANALGESIK-ANTIPIRETIK

Pasien yang mengalami infeksi sering menderita nyeri dan panas.Parasetmol and NSAIDS sering digunaka untuk mengontrol gejala-gejala ini.

NON-STEROID ANTI-INFMATORY DRUGS

NSAIDS merupakan senyawa yan memiliki efek anti-inflamasi, analgesik,dan antipiretik Walaupun obat-obat golongan ini heterogen dan tidak memiliki hubungan struktur kimi,walaupun obat-obat ini memiliki efek terapi dan efek samping Although members of these classes of drugs are heterogenous and chemicatherlly unrelated,they nevertheless share certain therapeutic action and side-effects.

MEKANISME KERJA

Kebanyakan obat-obat yang tergoolong NSAIDS bekerja dengan menghambat aktifitas baik siklogenase (COX.-1) and sikllogenase 2 (COX-2).Siklogenase adalah enzim yang bertanggung jawab terhadap biosintesis prostaglandin,yang erat kaitannya dengan proses terjadinya inflamasi dan sekresi beberapa autakoid.Karena itu,penghambatan enzim diduga merupakan faktor terbesar terjadinya mekanisme kerja NSAIDS.

COX-1 adalah zat isoform yang beredar dalam pembuluh dara,lambung,dan ginjal,sedangkan COX-2 diinduksi pada tempat inflamasi oleh sitokin dan mediator inflamasi.Penghambatan COX-2 mengawali efek anti-inflamasi,analgesik,dan antipiretik NSAIDs.Bagaimanapun,penghambatan yang serentak dari COX-1 mengakibatkan timbulnya efek-efek samping yang tidak dikehendaki,terutama terjadinya induksi ulkus gaster,yang diakibatkan oleh penurunan prostaglandin dan pembentukan thromboksan.

KLASIFIKASI

Table 29.8 menunjukkan klasifisi dari NSAIDs dan obat-obat analgesik dan antipiretik berdasarkan sifat kimia.Walaupun setiap obat masing-masing menghambat siklogenase melalui cara yang berbeda,obat-obat ini mem that have similar chemical properties giliki sifat kimia yang sama umumnya memiliki efek terapeutik dan efek samping tertentu

NSAIDs adalah antipiretik,analgesik,dan antiinflamasi,tetapi obat-obat ini memiliki aktifitas penting yang berbedadan tidak merubah persepsi saraf sensoris danselain rasa nyeri Nyeri pascaoperasi nyeri atau nyeri yang timbul karena proses perdangan dapat dikontrol oleh NSAIDs.NSAIDs menurunkan suhu tubuh dalam keadaan demam tetapi tidak berefek terhadap suhu tubuh yang normal.

Salisilat Aspirin

Turunan Para-aminophenol Paracetamol

Turunan Asam asetat Indomethacin

Sulindak

Etodolak

Fenamat

Tolmetin

Ketorolak

Diklofenak

Turunan Asam Enolt Piroksikam

Meloksikam

Nabumeton

Penghambat selektifCOX-2 Celebreks

Valdecoxb

Efek samping yang penting yang ditunjukkan oleh NSAIDs umumnya tergantung dosis.

Iritasi saluran cerna merupakan efek samping yang sering terjadi.Komplikasi dapat berupa stre apigatrik,nnyeri lambung,muntah,dispepsia.ulkus gaster dan perdarahan lambung,Ulkus gaster kadang-kadang menjadi parah dan diikuti anemia akibat kehilangan darah.

Perlu disampaikan bahwa efek samping yang terjadi pada saluran cerna sering tidak menimbulkan nyeri,walaupun dapat mengakibatkan pasien dirujuk ke rumah sakit,pembedahan dan kemungkinan mengalami kematian.Faktor-faktor risiko pemakaian obat ini adalah usia lanjut (lebih dari 65 tahun),previous peptic ulcers or ulcer complications,enggunan obat glukokortikoid atau antikoagulan,atau penggunaa NSAIDs dosis tinggi.

Hematologi.

Penggunan NSAIDs memperpanjang lama perdarahan perdarahan disebabkan hambatan proses agregasi platelet.

Melalui eksplorasi efek ini, aspirin dapat berguna untuk penatalakasanaan trombosis arterial dan pencegahan kasus kardiovaskuler.

Ginjal

NSAIDs dapat menurunkan aliran darah ke ginjal dan dapat menyebabkan gagal ginjal yang mengarah pada terjadinya retensi garam dan cairan yang dapat mengakibatkan hipertensi.Risiko gagal ginjal makin meningkat contohnya apabila NSAIDs digunakan dalam

kombinasi dengan obat-obat nefrotoksik atau pada kondisi medik tertentu seperti penyakit ginjal kronis danpenyakit gagal jantung kongestif.

PENGARUH TERHADAP KEHAMILAN

Sama halnya dengan obat-obat lain,terdapat kemungkinan NSAIDs dapat menimbulkan efek teratogenik.Lebih jauh dinyataakan bahwa NSAIDs dapat menyebabkan penutupan secara premature duktus arteriosus dan gagal ginjal pada janin.

Hati

Bukti epidemiologis menunjukkan bahwa salisila dan beberapa obat golongan NSAIDs lain dihubungkan dengan terjadinya kelainan hati yang parah dan ensepalopati sepert yang tampak pada sindrom Reye.Sindrom ini jarang terjadi tetapi seringkali fatal,terutama pada kasus infeksi virus varicella,herpes zoster,dan berbagai virus lainnya seperti virus influensa.

Penggunaan obat ini pada anak-anak atau dewasa yang menderita penyakit cacar air (chickenpox) atau influensa merupakan kontraindikasi tetapi parasetamol dapat berguna sebagai obat pilihan lainnya.

Toleransi terhadapNSAIDs

Prevalensi toleransi terhadap aspirin berkisar antara 5-6 %.

Gejala intoleransi terhadap NSAIDs dapat terjadi berupa serang lain.an asma,urtikaria,atau angiooedem.Serangan asma sering parah dan mengancam kelangsungan hidup.Walaupun j Pasien-pasienyang atau telah pernah mengalami penyakit asma,atau orang yang sering mengalam stuffed wh or runny noses atau polip hidung,memiliki risiko serangan hiperensitifitas setelah pemakaian NSAIDs

INDIKASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIKA

Indikasi penggunaan antibiotika pada terapi terdapat pada Table 29.11

Penggunaan antibiotika sistemik tidak diperlukan pada infeksi ringan,infeksi kronis oatau abses yang terlokalisir.Pada penatalaksanaan dry socket,infeksi akut yang ringan tidak memerlukan terapi antibiotika.

Akan tetapi pada pasien-pasien dengan daya tahan tubuh yang rendah penggunaan antibiotika secara sistemik dapat dianjurkan bahkan pada kasus infeksi tidak parah.

INDIKASI DAN NON_INDIKASI TERRAPI ANTIBIOTIK

INDIKASI:

Acute orofacial suppurative infetions

Osteomyeitis

Acute maxillary sinusitis

Acute necrotizing ulcerative ginggivitis

SuspectedactinoycosisAcutebacterial inftion in an immunocompromised patient

Fascial spaceinfetion

Acute peritonsillar abscess

Acute traumatic and surgical wound infections

NON_INDIKASI TERAPI ANTIBIOTIK

PULPITIS

CHRONIC PERIAPICAL ABSCESS OR DISEASE

GINGGIVITIS AND PERIODOTITIS

Minorvestibular abscess

Chronic or mild acute pericornitis

Peri-implantitis

Post operative swelling and pain

Alveolar osteitis(dry socket)

Chronic wound infection

Fungal or iral infection

PRINSIP_PRINSIP PEMILIHAN ANTIBIOTIK

Pemilihan secara empirik satu jenis antibiotik didasarkan pada :

1.Dugaan mikobakterium penyebab

2.Pemilihan spektrum yang spesifik dari antibiotik

3.Gunakan antibiotk tunggal

4.Gunakan antibiotik yang aman

5.Pertimbangkan kondisi pasien

6.Pilih antibiotika yang bersifat bakterisidal

7.Pertimbangkan nilai ongkos terapi

Dose:

Pada umumnya infeksi dapat diatasi dengan dosis standar

“Dosis tinggi”/Dosis maksimal dapat dianjurkan bila:

-Infeksi berat/parah

-Perjalanan penyakit cepat

-Daerah infeksi yang terkena me suplai darah yang minimngalami

-Pasien mengalami penurunan daya tahan

PRINSIP REGIMEN PENGGUNAASN ANTIBIOTIK

Dosis

sis dKebanyakan pasien dapat diatasi dengan dosis standar

“ Dosis tinggi”/ dosis maksimal dapat dianjurkan bila:

-Infeksi berat/parah

-Penyakit berjalan cepat

-Suplai darah ke tempat yang terkena infeksi minim

-Pasien mengalami penurunan daya tahan tubuh

INTERVAL WAKTU PEMBERIAN

Strict adherence to the dosing interval recommended by the manufacturer is critical.

Bagaimanapun pasien-pasien dengan pre-existing renal disease and subsequent decreased antibiotic clearance membutuhkan interval waktu pemberian obat yang relatif lebih lama untuk mencegah kemungkinan peningkatan kadar obat dalam plasma dan berakibat peningkatan kemungkinan terjadi intoksikasi

CARA PEMBERIAN

Antibiotik umumnya diberikan secara oral sebab dengan cara ini mudah,tidak menimbulkan nyeri,dan harga relatif murah

Tingkat jumlah dan kecepatan absorpsi di saluran cerna sangat bervariasi per individu.Sebagai tambahanbahwa variasi dalam tingkatan absorpsi dapat berpengaruh terhadap tingkat efek obat.

Pemberian intravena dapat menghasilkan kadar obat dalam plasma dan kestabilan pada kadar obat dalam plasma serta pada tempat infeksi.

Pemberian obat secara intra vena dianjurkan pada pasien-pasien yang mengalami gangguan kesadaran atau mengalami trismus.

Lama Pemberian

Sekali pengobatan dengan antibiotik dimulai maka obat harus segera diberikan dengan lama pemberian yang adekuat.Pemberian antibiotik minimal dengan waktu tambahan 2-3 hari setelah penyembuhan infeksi dicapai guna

Penyakit-penyakit osteomielitis,sinusitis,and terdugka actinomikosis mungkin membutuhkan pemberian obat lebih lama bahkan setelah tanda dan gejala penyakit lah hilang.

Pertimbangan efek samping

Kemungkinan efek samping

Apabila timbul saIah satu efek samping of a side-effect appears,penggantian jenis antibiotika harus dipertimbangkan.Ruam kulit,gejala Skin rash,gejala-gejala abdomen merupakan efek samping yang terbiasa Hal ini dapat terjadi bahkan pada pasien yang sebelumnya telah memperoleh antibiotika yang sama tanpa menimbulkan efek samping.

Tanda-tanda vital harus selalu dicek.Penatalaksanaa diawali dari ABC (Air,Breathing,Circulation) of resusitasi

Anafilaksis

Angka kejadian anafilaksis rendah,kebanyakan serius dan memerlukan pengobatan profesional yang segera.

Tanda-tanda vital harus selalu dicek.Penatalaksanaa diawali dari ABC (Air,Breathing,Circulation) of resusitasi

PENGONTROLAN NYERI

A NSAIDs is commonly used for pain control.NSAIDs have significant toxicities and risk of side-efffects.Careful prescription is required.Paracetamol has generally less toxicity,and therefore it should be administered.Prescription of a NSAID (recommended drugs may vary between countries). Should be considered for control of more severe pain.Some approiate regiments are presented in Table 29.15.In odontogenic infections,oolusal equilbrium may be effective to reduce pain that n\may increase when bittng or chewing.

REGIMEN ANALGESIK YANG TEPAT

Pilihan pertama

Paracetamol 2 tablet Sampai 4 kali/hari

Untuk nyeknya tidak digunakan obat pilihan pertamaebairit sedang

Aspirin (300 mg/tab) Sampai 4 kali/hari

Ibuprofen 1 tab/500 mg Sampai 3 ka/harili

Untuk nyeri berat

Diclofenac 1 tab/50 mg Sampai 3 kali/hari

Co-codamol 1 tab Sampai 3 kali/hari

ANTIBIOTIK YANG DIGUNAKAN UNTUK INFEKSI ODONTOGENIK

A. Sangat efektif

Peniilin

Klindamisin

Metronidazol(tunggal atau +Beta-laktam)

Sefalosporin

Karbapenem (i.e;imipenem)

Beta-laktam

B.Efektif

C. Kurang efektif

( Sulfonamid,Aminoglikosid)

Regimen pemberian antibiotik pada infeksi rongga fasial

Regimen kasus kurang berat

Penisilin (Pen.V ,Amoks) DmO

Eritromisin DmO

Klindamisin DmO

Metronidazol DmO

Co-amoksiklaf DmO

Penisilin+Metronidazol DmO

Regimen Antibiotik untuk kasus sedang sampai berat

Penisillin (Pen.G,Ampi DmO

Co-amoksiklaf DmO

Ampisilin-sulbaktam DmO

Klindamisin DmO

Impenem DmO

Penisilin+Metronidazol DmO

Penisilin+Klindamisin DmO

Co-amoks/Ampi-Sulb+Klin+Metro DmO

Osteomielitis

Osteomielitis berdasarkan gambaran klinisnya terbagi kedalam 2 jenis yaitu:

1.Osteomielitis supuratif

2.Osteomielitis non-supuratif

Pengobatan penyakit osteomielitis terdiri dari 3 jenis:

1..Pemberian antibiotika

2.Pembedahan

3.Pengobatan/penanganan pernanahan

Pemberian Antibiotik:

Penyakit osteomielitis biasanya terjadi dalam tulang yang tidak memiliki aliran darah yang adekuat atau pada mereka yang memiliki daya tahan tubuh yang rendah.

Klindamisin dan metronidazol dapat merupakan pilihan utama bagi pasien-pasien yang hypersensitif terhadap penicillin.

Pada kasus ostemielitis akut,pengobatan pemberian obat melalui intra vena sebaiknya diteruskan sampai gejala-gejala klinis benar-benar hilang dan kemudian pemberian antibiotika oral ditambahkan untuk meyakinkan infeksi terhapus secara sempurna.

Pada penyakit osteomielitis kronis,pemberian antibiotika intravena dianjurkan se telah dilakukan pembedahan sampai luka tampak benar-benar sembuh.

Penisilin (Pen.G or Ampi DmIV

Klindamisin DmIV

Imipenem DmIV

Pensilin+Metronidazol atau Klindamisin DmIV

Penisilin (penisilin V or Amoksilin DsO

Sefaaleksin DsO

Eritromisin DsO