identifikasi interaksi obat potensial pada pasien …eprints.ums.ac.id/62668/10/naskah...

20
IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X TAHUN 2016 PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi Oleh: ANNISA LISTYAINDRA K100 130 091 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2018

Upload: vuongduong

Post on 02-Mar-2019

254 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN GAGAL

JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X

TAHUN 2016

PUBLIKASI ILMIAH

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada

Jurusan Farmasi Fakultas Farmasi

Oleh:

ANNISA LISTYAINDRA

K100 130 091

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2018

Page 2: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

i

HALAMAN PERSETUJUAN

IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X

TAHUN 2016

PUBLIKASI ILMIAH

oleh:

ANNISA LISTYAINDRA

K100 130 091

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt.

NIK. 831

Page 3: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

ii

HALAMAN PENGESAHAN

IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN GAGAL

JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT X

TAHUN 2016

OLEH

ANNISA LISTYAINDRA

K100 130 091

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji

Fakultas Farmasi

Universitas Muhammadiyah Surakarta

Pada hari kamis, 1 Maret 2018

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

1. Hidayah Karuniawati, M.Sc., Apt (……..……..)

(Ketua Dewan Penguji)

2. Tri Yulianti, M.Sc., Apt (……………)

(Anggota I Dewan Penguji)

3. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt (…………….)

(Anggota II Dewan Penguji)

Dekan,

Aziz Saifudin, Ph.D., Apt.

NIK. 956

Page 4: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak

terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu

perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau

pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis

diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas,

maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

.

Surakarta, 25 Mei 2018

Penulis

ANNISA LISTYAINDRA

K100 130 091

Page 5: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

1

IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN GAGAL

JANTUNG KONGESTIF DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT

X TAHUN 2016

IDENTIFICATION POTENTIAL DRUG IN HOSPITALIZED

CONGESTIVE HEART FAILURE PATIENT AT X HOSPITAL YEAR OF

2016

Abstrak

Gagal jantung kongestif merupakan aktivitas kemoreseptor karotoid tubuh

meningkat dan dikaitkan dengan tipe pernapasan secara oscillatory (Cheyne-

Stokes), peningkatan aktivitas simpatik syaraf dan peningkatan kejadian

aritmia. Interaksi obat adalah salah satu faktor yang mempengaruhi respon

tubuh terhadap penggunaan obat yang diberikan secara bersamaan.

Pengobatan rawat inap berpotensi terjadinya interaksi obat terkait

penggunaan obat terhadap pasien selama dirawat di rumah sakit.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kejadian potensi interaksi obat

pada pasien gagal jantung kongestif di instalasi rawat inap Rumah Sakit X

tahun 2016. Penelitian ini termasuk penelitian non eksperimental dengan

metode retrospektif dan dianalisis secara deskriptif. Pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling. Data yang diambil sebanyak 92

sampel. Data dianalisis menggunakan Drug Information Handbook 17th.

Analisis potensi interaksi obat dievaluasi menggunakan Stockley’s Drug

Interaction tahun 2008 dan drug interaction checker yaitu

www.drugs.com/druginteractions.html.

Berdasarkan hasil penelitian, 75 pasien gagal jantung kongestif ditemukan

69 pasien berpotensi mengalami interaksi sejumlah 194 kasus interaksi.54

kasus (42,2%) merupakan farmakodinamik, 74 kasus (57,8%) merupakan

interaksi farmakokinetik dan 66 kasus tidak terklasifikasikan. Ditemukan

143 kasus (73,7%) merupakan interaksi tingkat keparahan moderate, 28

kasus (14,4%) merupakan interaksi tingkat keparahan minor dan 23 kasus

(11,9%) merupakan interaksi tingkat keparahan major. Interaksi yang sering

terjadi adalah furosemid dengan ceftriaxone sebanyak 11 kasus (14,7%) ,

captopril dengan spironolakton sebanyak 10 kasus (13,3%) dan furosemid

dengan aspirin sebanyak 8 kasus (10,7%).

Kata kunci: Gagal jantung kongestif, rawat inap, interaksi obat.

Abstract

Congestive heart failure is a carotoid activity of the body chemoreceptors

increased and is associated with oscillatory respiratory type (Cheyne-

Stokes), increased sympathetic nerve activity and increased incidence of

arrhythmias. Drug interactions are one of the factors that influence the

body's response to the use of the drugs given simultaneously. Inpatient

Page 6: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

2

treatment has the potential for drug interactions related to the use of drugs

to patients during hospitalization.

This study was conducted to determine the potential incidence of drug

interactions in patients with congestive heart failure who hospitalized at

Hospital X in 2016.This research is non experimental research with

retrospective method and analyzed descriptively. Sampling using purposive

sampling method. The data were taken as many as 92 samples. Data were

analyzed using Drug Information Handbook 17th. Analysis of potential drug

interactions was evaluated using Stockley's Drug Interaction in 2008 and

drug interaction checker www.drugs.com/druginteractions.html.

The results of the study, 75 patients with congestive heart failure were found

69 patient potentially having interacting with 194 interaction cases. 54

cases (42,2%) were pharmacodynamics, 74 cases (57,8%) were

pharmacokinetic interactions and 66 cases were not classified. 143 cases

(73,7%) were moderate severity interaction, 28 cases (14,4%) were minority

severity interaction and 23 cases (11,9%) were major severity interactions.

The most common interactions were furosemide with ceftriaxone 11 cases

(14,7%), captopri with spironolaktone 10 cases (13,3%) and furosemide

with aspirin 8 cases (10,7 %).

Keywords: Congestive heart failure, hospitalization, drug interactions.

1. PENDAHULUAN

Gagal jantung merupakan penyakit yang paling tinggi prevalensinya, resiko

berkembangnya gagal jantung adalah 20% di Amerika. Prevalensi secara eksponen

terjadi pada pasien yang berumur lebih dari 40 tahun (Yancy, et al., 2013).

Prevalensi gagal jantung di Indonesia menurut Riskesdas (2013) sebesar 0,3%,

meningkat seiring dengan bertambahnya umur.

Interaksi obat secara signifikan menunjukkan presentase lebih tinggi pada

rawat inap dengan masa pengobatan yang lebih lama (Moura, et al, 2009). Insiden

interaksi obat pada pasien gagal jantung terjadi berkisar antara 13% untuk

penggunaan dua obat yang diresepkan dan 82% untuk tujuh atau lebih obat yang

diresepkan. Secara umum, kombinasi obat yang banyak terjadi interaksi yang

potensial terjadi selama rawat inap yaitu kombinasi obat antara diuretik pottasium

sparing dan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitor atau angiotensin

reseptor blockers (ARB), kombinasi aspirin dan non-selektif β-blocker pada pasien

yang secara bersamaan diobati dengan agonis β2 (Vonbach, et al, 2008).

Page 7: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

3

Interaksi obat terjadi ketika berubahnya efek dari satu obat dengan adanya

kehadiran obat lain, seperti jamu, makanan, minuman atau beberapa bahan kimia

lingkungan. Hasil dari interaksi obat ada yang menguntungkan, beberapa ada yang

berbahaya yang dapat menyebabkan peningkatan toksisitas dan penurunan khasiat

(Baxter,et al, 2008). Menurut Rama et al.(2012) tentang Assessment of Drug-Drug

Interactions among Renal Failure Patients of Nephrology Ward in a South Indian

Tertiary Care Hospital, menunjukkan bahwa 52% obat kardiovaskuler merupakan

kategori obat yang berpengaruh dan terlibat dalam interaksi obat.

Hasil penelitian Sulistiyowatiningsih, et al. (2016) menunjukkan bahwa

sebanyak 325 kasus penggunaan kombinasi obat berpotensi terhadap terjadinya

interaksi farmakokinetik pada 21 kombinasi obat dan sebanyak 12 kombinasi obat

berpotensi terhadap terjadinya potensi interaksi farmakodinamik. Potensi interaksi

yang terjadi pada 35 pasien banyak terjadi pada furosemid dengan ACE inhibitor

(50%), pada 35 pasien pada furosemid dengan aspirin (50%), dan pada 35 pasien

furosemid dengan digoksin (38,5%). Berdasarkan hasil penelitian Yasin, et al.

(2008) bahwa jenis interaksi yang memiliki insidensi kejadian paling tinggi secara

berurutan adalah furosemid dengan ACE inhibitor yang terjadi pada 84 pasien

(76,36%), furosemid dengan asetosal pada 66 pasien (60%), dan ACE inhibitor

dengan asetosal pada 57 pasien (51,82%).

2. METODE

Penelitian ini merupakan penelitian observasional atau non eksperimental. Jenis

penelitian deksriptif yang bersifat retrospektif dengan pengambilan data dari rekam

medis pasien gagal jantung kongestif di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit X

Tahun 2016. Alat yang digunakan adalah lembar pengumpul data, Drug

Information Handbook, British National Formulary, Drug Interaction Facts, dan

untuk mengevaluasi adanya interaksi obat digunakan drug interaction checker

yaitu www.drugs.com/druginteractions.html, Stockley’s Drug Interaction, dan

www.medscape.com. Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa data rekam

medik pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit X tahun 2016 yang memenuhi kriteria inklusi, meliputi pasien rawat

Page 8: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

4

inap yang didiagnosa gagal jantung kongestif, pasien yang mendapatkan terapi

pengobatan gagal jantung kongestif ≥ 2 macam obat, data rekam medis lengkap

berisi karakteristik pasien (nama, jenis kelamin, nomor rekam medis, umur, lama

rawat inap) dan data pemakaian obat gagal jantung kongestif (nama obat, dosis,

frekuensi pemberian, dan rute pemakaian). Populasi yang digunakan untuk

penelitian ini adalah semua pasien gagal jantung kongestif yang memenuhi kriteria

inklusi di instalasi rawat inap Rumah Sakit X tahun 2016. Pengambilan sampel

menggunakan metode purposive sampling. Sampel yang digunakan dalam

penelitian yaitu sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan dan

pengambilan data dilakukan sesuai nomor urut rekam medik dengan klasifikasi

berdasarkan kriteria pasien. Analisis data diperoleh dengan cara mengolah data

penggunaan obat yang diperoleh dari rekam medik pasien gagal jantung kongestif

di Rumah Sakit X tahun 2016 diantaranya potensial interaksi penggunaan dua obat

atau lebih yang dievaluasi dengan drug interaction checker yaitu www.drugs.com,

Stockley’s Drug Interaction, dan www.medscape.com.

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian interaksi obat potensial pada pasien gagal jantung

kongestif sebanyak 75 pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit X tahun 2016.

3.1 Karakteristik Pasien

Karakteristik pasien gagal jantung kongestif di instalasi rawat inap Rumah Sakit X

tahun 2016 dapat dilihat paa tabel 1. Jenis kelamin merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi terjadinya gagal jantung. Hormon estrogen pada perempuan

bersifat mencegah perempuan dari penyakit salah satunya kardiovaskuler. Hormon

estrogen dalam pembuluh darah meningkatkan kadar HDL (high density

lipoprotein) yang merupakan faktor yang melindungi terjadinya atherosclerosis.

Namun pada masa menopause, perempuan rentan terkena penyakit tidak hanya

kardiovaskuler. Oleh sebab itu, laki- laki memiliki resiko 2x terkena penyakit gagal

jantung daripada perempuan karena beberapa faktor seperti kebiasaan merokok.

Hasil terbaru dari Framingham Heart Study menunjukkan bahwa kasus gagal

jantung telah menurun kira-kira sepertiga pada wanita, sedangkan pada pria tidak

Page 9: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

5

berubah selama 40 tahun terakhir. Perbedaan kejadian gagal jantung pada pria dan

wanita adalah jika pada pria karena infark miokardial (penurunan massa otot),

sedangkan pada wanita karena hipertensi (Dipiro, et al., 2015). Penderita gagal

jantung kongestif paling banyak terjadi pada usia 25-60 tahun sebesar 73,3%.

Prevalensi secara eksponen terjadi pada pasien yang berumur lebih dari 40 tahun

(Yancy, et al., 2013). Hasil penelitian tabel 1, menunjukkan bahwa pasien gagal

jantung kongestif di instalasi rawat inap Rumah Sakit X tahun 2016 lebih banyak

terjadi pada laki-laki dengan jumlah kasus sebesar 53,3% sedangkan kasus pada

perempuaan 46,6%. Hal ini sesuai dengan data bahwa laki-laki lebih sering terjadi

gagal jantung dibandingkan perempuan (Mann, 2008). Menurut data European

Heart Failure bahwa 53% pasien yang dirawat karena gagal jantung merupakan

laki-laki (Cowie, 2008).

Tabel 1. Distribusi Pasien dengan diagnosa gagal jantung kongestif di instalasi rawat inap

Rumah Sakit X Tahun 2016

Kriteria Pasien Jumlah Persentase (%)(n=75)

Usia (Tahun)

18-24 2 2,6

25-60 55 73,3

61-70 18 24

Total 75 100

Jenis Kelamin

Perempuan 35 46,6

Laki- laki 40 53,3

Total 75 100

Lama dirawat (hari)

1-4 hari 25 33,3

5-7 hari 38 50,6

> 7 hari 12 16

Total 75 100

3.2 Karakteristik Obat

Distribusi peresepan obat gagal jantung dan non gagal jantung kongestif yang

diterima pasien di instalasi rawat inap Rumah Sakit X tahun 2016 dapat dilihat

pada tabel 2.

Berdasarkan tabel 2, menunjukkan bahwa peresepan obat non gagal jantung

kongestif di instalasi rawat inap Rumah Sakit X tahun 2016 bervariasi. Obat yang

paling sering digunakan dalam peresepan obat non gagal jantung yaitu ranitidin

Page 10: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

6

sebanyak 67 kasus (89,3%). Ranitidin merupakan golongan H-2 reseptor

antagonis, bekerja dengan mengeblok resepetor H-2 dari sel parietal lambung yang

menyebabkan penghambatan sekresi lambung(http://www.medscape.com).

Tabel 2. Distribusi peresepan obat non gagal jantung kongestif yang diterima pasien di

instalasi rawat inap Rumah Sakit X tahun 2016.

No Kelas Terapi Golongan Obat Nama Obat Jumlah

Pasien

Persentase

(%)

(n=75)

1. Analgesik dan

Antipiretik

Analgetik Non

Opioid

Analgesik Opioid

Metampiron

Paracetamol

Na diklofenak

Aspirin

Asam Mefenamat

MST Continus

Kodein

46

19

41

2

3

2

11

61,3

25,3

54,6

2,7

4

2,7

14,6

2. antiinflamasi Kortikosteroid

NSAID

Deksametason

Metilprednisolon

Budesonid

Ketorolac

Meloxicam

Ketoprofen

8

18

1

3

4

1

10,6

24

1,3

4

5,3

1,3

3. Antihistamin Antihistamin Cetirizin 12 16

4 Antihistamin Beta 2 agonis Betahistin 3 4

5. Obat tukak peptik H-2 Reseptor

antagonis

PPI

Antasida

Pelindung mukosa

Ranitidin

Omeprazol

Esomeprazol

Antasida

Sukralfat

67

47

2

8

38

89,3

62,6

2,7

10,6

50,6

6. Antiplatelet Antiplatelet Aspilet

Clopidogrel

Cilostazol

22

42

1

29,3

56

1,3

7. Antiaritmia Antiaritmia Amiodaron 9 12

8. Antifibrinolitik Antifibrinolitik Asam Traneksamat 5 6,6

9. Antibiotik Cephalosporin

Kuinolon

Cefazolin

Ceftriaxone

Cefotaxime

Cefixime

Ceftazidime

Cefadroxil

Ofloxacin

Ciprofloxacin

Levofloxacin

3

32

14

14

6

1

6

1

4

4

42,7

18,6

18,6

8

1,3

6,5

1,3

5,3

Aminoglikosida

Beta laktam

Penisilin

Gentamicin

Meropenem

Ampisilin

1

2

2

1,3

2,7

2,7

10. Antispasmodik Antagonis- Reseptor-

Serotonin

Antiemetik

Ondansetron

Domperidon

Metoklopramid

32

7

2

42,7

9,3

2,7

Page 11: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

7

Lanjutan Tabel 2.

No Kelas Terapi Golongan

Obat

Nama Obat Jumlah

Pasien

Persentase

(%)

(n=75)

11. Antiepilepsi Benzodiazepin

Hidantoin

Barbiturat

Clobazam

Fenitoin

Fenobarbital

9

3

1

12

4

1,3

12. Antihiperlipid Statin Simvastatin 7 9,3

13. Antigout Xantine-

oksidase

Allopurinol 10 13,3

14. Antidiabetes Biguanid

Sulfonilurea

Insulin

Metformin

Glimepirid

Glukoidon

Glucagon

Novorapid

4

5

1

1

5

5,3

6,6

1,3

1,3

6,6

15. Hipnosis & Ansietas Benzodiazepin Diazepam

Alprazolam

3

9

4

12

16. Antipsikotik Psikotropika Haloperidol 1 1,3

17. Bronkodilator Agonis β-2

Salbutamol

Terbutalin

35

1

46,7

1,3

18. Bronkodilator Xantin Aminofilin 37 49,3

19. Pelindung Mukosa konstipasi Lactulax 7 9,3

20. Antimukolitik Mukolitik Ambroxol

Guaifenesin

24

9

32

12

21. Agen neuroprotektif Nootropik dan

neurotonik

Citicolin 5 6,6

22. Antituberkolosis Antibiotik Isoniazid

Etambutol

1

1

1,3

1,3

23. Depresi Antidepresan

trisiklik

Amitriptilin 2 2,7

24. Obat pencahar Laksatif Bisacodyl 5 6,6

25. Suplemen Suplemen

Elektrolit

Vitamin

Curcuma

Asam folat

Asam Amino

Kalium Klorida

Vitamin C

Vitamin K,

Vitamin B1,B6 B12

16

2

2

22

2

4

9

21,3

2,7

2,7

29,3

2,7

5,3

12

Berdasarkan tabel 3, menunjukkan bahwa peresepan obat gagal jantung kongestif

di instalasi rawat inap Rumah Sakit X tahun 2016 bervariasi. Obat yang paling

sering digunakan dalam peresepan obat gagal jantung yaitu furosemid sebanyak 77

kasus (83,7%). Furosemid merupakan golongan loop diuretik, bekerja dengan

menghambat reabsorpsi ion natrium dan klorida pada tubulus ginjal proksimal dan

distal dan lengkung Henle. Proses reabsorpsi ion natrium dan klorida menyebabkan

peningkatan air, kalsium, magnesium, natrium, dan klorida (www.medscape.com).

Page 12: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

8

Distribusi peresepan obat gagal jantung kongestif yang diterima pasien di instalasi

rawat inap Rumah Sakit X tahun 2016 dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Distribusi peresepan obat gagal jantung kongestif yang diterima pasien di instalasi

rawat inap Rumah Sakit X tahun 2016.

No Kelas Terapi Golongan Obat Nama Obat Jumlah

Pasien

Persentase

(n=75)

1. Agen

Inotropik

Glikosida Jantung

Simpatomimetik

Digoksin

Dobutamin

29

4

38,6

5,3

2. Antiangina Nitrat Isosorbid Dinitrat

Gliseril nitrat

59

30

78,6

40

3. Antihipertensi ACE Inhibitor

Captopril

Imidapril

Lisinopril

18

3

1

24

4

1,3

Antagonis

Reseptor Bloker

Kandesartan

Irbesartan

8

1

10,6

1,3

Calsium Channel

Bloker

Amlodipin

Nifedipin

Metildopa

4

1

1

5,3

1,3

1,3

Beta Bloker Bisoprolol 2 2,7

4. Diuretik Loop Diuretik

Diuretik hemat

kalium

Furosemid

Spironolakton

60

39

80

52

3.3 Interaksi Obat

Interaksi obat dibedakan menjadi dua mekanisme, yaitu interaksi dengan

mekanisme farmakokinetik dan interaksi dengan mekanisme farmakodinamik.

Interaksi obat berdasarkan mekanismenya disajikan pada tabel 4 dan tabel 5. Pada

tabel 4, interaksi yang potensial terjadi dengan mekanisme farmakokinetik adalah

spironolakton dengan captopril. Penelitian membuktikan bahwa dosis aspirin

dapat mengurangi hilangnya natrium yang diinduksi oleh spironolakton dalam

urin. Ada bukti bahwa sekresi aktif canrenone (senyawa aktif metabolit

spironolactone) diblok oleh aspirin. Secara umum, penggunaan bersamaan tidak

perlu dihindari, tetapi harus dimonitoring jika timbul efek yang merugikan

(Baxter, 2008).

Page 13: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

9

Interaksi farmakodinamik pada tabel 5 yang potensial terjadi pada furosemid dengan ceftriaxone. Interaksi furosemide dengan

antibiotik golongan cephalosporin tergantung obatnya.Tetapi untuk cefotaxime, ceftazidime, ceftriaxone, atau cefuroxime jarang

timbul interaksi yang muncul.Pencegahan untuk menghindari efek yang tidak diinginkan dengan monitoring penggunaanya,

pemeriksaan fungsi ginjal secara berkala (Baxter, 2008).

Tabel 4. Distribusi potensi interaksi obat pada pasien gagal jantung kongestif berdasarkan mekanisme farmakokinetik di instalasi rawat inap Rumah

Sakit Xtahun 2016.

Mekanisme Obat A Obat B Jumlah

Pasien

No.K

asus

Rute Persentase

(%)

(n=75)

Efek Interaksi Fase

Kinetik

Pengatasan Interaksi

Obat

Farmakoki

netik

(n= 54)

Digoksin

Captopril

6 2,4,5

,50,6

2, 74

p.o 8 Penelitian menemukan

bahwa kaptopril

mengurangi ekskresi

furosemid, dan respon

diuretik berkurang

Ekskresi Pemantauan tekanan

darah, diuresis,

elektrolit, dan fungsi

ginjal

direkomendasikan

selama 20 menit pertama

sampai kira-kira

50%, dan respon

natriuretik hampir 30%,

selama pemberian

bersama.

Spironol

akton

Aspirin

6 9 i.v 8 Beberapa salisilat dapat

merusak sekresi tubular

canrenone, metabolit

aktif utama

spironolactone. Efek ini

bisa menghambat sifat

natriuretik

spironolactone.

Ekskresi Monitoring

penggunaannya

50,55

,62,6

6,74

p.o

Page 14: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

10

Tabel 4. Lanjutan

Mekanisme Obat A Obat B Jumlah

Pasien

No.Kas

us

Rute Persentas

e (%)

(n=75)

Efek Interaksi Fase

Kinetik

Pengatasan Interaksi

Obat

Farmakoki

netik

(n= 54)

Captopril 10 5,9,29,

50,53,5

5,62,64

,72,74

p.o 13,3 Menggunakan captopril

bersama dengan

spironolaktone dapat

meningkatkan kadar

kalium dalam

darah(hiperkalemia).

Distribusi Fungsi serum

potasium dan ginjal

harus diperiksa secara

teratur, dan

suplemenkalium

umumnya harus

dihindari kecuali

diawasi secara ketat.

Omepraz

ole

ISDN 3 1,23,75 p.o 4 Omeprazole dapat

menghambat distribusi

nitrat.

Distribusi Penyesuaian obat

terhadap pasien dan

monitoring

Tabel 5. Distribusi potensi interaksi obat pada pasien gagal jantung kongestif berdasarkan mekanisme farmakodinamik di instalasi rawat inap

Rumah Sakit Xtahun 2016.

Mekanisme Obat A Obat B Jumlah

Pasien

No.

Kasus

Rute Persentase

(%)

(n=75)

Efek Interaksi Pengatasan

Farmakodi

namik

(n=74)

Furosemid Ceftriaxone

11 1,

7,18,24

,27,37,

44,

60,63,6

4,66

i.v 14,7 Antibiotik cephalosporin seperti

ceftriaxone kadang-kadang

dapat menyebabkan masalah

ginjal, dan menggunakannya

dengan furosemide dapat

meningkatkan resiko tersebut.

Interaksi ini mungkin terjadi

ketika cephalosporin

diberikan pada dosis tinggi

dengan injeksi ke vena atau

ketika diberikan kepada

orang tua atau individu

dengan gangguan fungsi

ginjal.

Aspirin

8 7,9 i.v 10,7 Aspirin dapat mengurangi efek

diuretik dari furosemide,

Monitoring penggunaan

obat. Dan menghindari

Page 15: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

11

Tabel 5. Lanjutan

Mekanisme Obat A Obat B Jumlah

Pasien

No.

Kasus

Rute Persentase

(%)

(n=75)

Efek Interaksi Pengatasan

dan venodilasi yang dihasilkan

oleh furosemide.

penggunaan berulang agar

tidak memperburuk gagal

jantung.

15,16,1

7,42,50

,74

p.o

Digoxin

7 12,

28,56,5

9,60,61

,64

i.v 9,3 Pada pasien aritmia dapat

menyebabkan hipokalemia dan

hipomagnesemia

Monitoring dengan evaluasi

kadar kalium dan natrium.

Captopril Aspirin

5 3,4,

17,41,5

0

p.o 6,7 Efikasi antihipertensi captopril

berkurang dengan aspirin dosis

tinggi.

Aspirin dosis rendah (kurang

dari atau sama dengan 100

mg setiap hari) tidak

mengubah

khasiat antihipertensi dari

captopril dan enalapril.

Farmakodi

namik

(n=74)

Omeprazole Digoksin 3 15,38,4

9

p.o 4 Omeprazole dapat

meningkatkan efek digoksin,

dan meningkatkan kadar

digoksin tinggi dalam darah

sehingga menyebabkan

toksisitas.

Jangan menggunakan

omeprazole untuk waktu

yang lama (misalnya,

beberapa bulan hingga satu

tahun atau lebih), karena

dapat mengalami kondisi

hipomagnesemia.

Ethambutol INH 1 14 p.o 1,3 Menggunakan ethambutol

bersama dengan isoniazid dapat

meningkatkan risiko kerusakan

saraf, yang merupakan efek

samping potensial dari kedua

obat.

Pasien harus dimonitoring

secara ketat untuk gejala

neuropati seperti rasa

terbakar, kesemutan, nyeri,

atau mati rasa di tangan dan

kaki.

Page 16: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

12

Tabel 5. Lanjutan

Mekanisme Obat A Obat B Jumlah

Pasien

No.

Kasus

Rute Persentase

(%)

(n=75)

Efek Interaksi Pengatasan

Farmakodinam

ik

(n=74)

Nitrokaf Aspirin

3

44,50,7

4

p.o 4 Aspirin dapat meningkatkan

efek antihipertensi dari

nitrogliserin.

Monitoring penggunaannya

Tingkat keparahan karena interaksi obat diklasifikan menjadi 3 yaitu mayor, moderate, minor. Interaksi obat mayor dapat

membahayakan pasien dan memiliki kontraindikasi terhadap pasien tertentu, pada tingkat ini diperlukan penggantian obat. Interaksi

moderate perlu dilakukan monitoring karena dapat menimbulkan efek yang merugikan akibat toksisitas obat atau terapi yang gagal.

Interaksi obat minor tidak menimbulkan efek yang signifikan, sehingga tidak perlu dilakukan penggantian terapi (Gabay, 2015).

Potensi interaksi berdasaran tingkat keparahan pada tabel 6.

Page 17: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

13

Tabel 6. Gambaran tingkat keparahan interaksi obat pada pasien gagal jantung

kongestif di instalasi rawat inap Rumah Sakit Xtahun 2016.

Tingkat

Keparahan

Obat A Obat B Jumlah

Pasien

Persentase (%)

(n=75)

Major

(n=23)

Digoksin

Omeprazole

3

4

Furosemid

Amiodarone

2

2,7

Spironolakton Furosemid

Captopril

Kandesartan

Guaifenesin

7

10

3

2

9,3

13,3

4

2,7

Moderate

(n=143)

Digoksin Metformin

Omeprazol

2

6

2,7

6,5

Dobutamin Aspirin

2 2,7

Furosemid

Captopril

Cefazolin

Ceftriaxone

Lisinopril

6

2

11

1

6,5

2,7

14,7

1,1

Spironolakton Aspirin

Digoxin

Metilprednisolon

Metformin

5

2

4

2

6,6

2,7

5,3

2,7

Captopril Aspirin 4 5,3

Isosorbid Dinitrat

Meloxicam

4

5

5,3

6,6

Isosorbid Dinitrat Aminofilin

Amitriptilin

Kodein

5

2

3

5,4

2,2

4

Nitrokaf Aspirin

4

4,3

Kandesartan Alprazolam 3 4

Omeprazole Digoksin 3 4

Ethambutol INH

1 1,3

Minor

(n=28)

Digoksin Spironolakton 3 4

Furosemid Aspirin 8 10,7

Interaksi pada tingkat keparahan major yaitu 23 kasus (11,9%), paling banyak

terjadi antara spironolakton dengan captopril. Interaksi yang paling banyak terjadi

pada tingkat keparahan moderate sebanyak 143 kasus (73,7%), paling banyak

terjadi antara furosemide dengan ceftriaxone, sedangkan interaksi keparahanminor

sebanyak 28 kasus (14,4%), paling banyak terjadi antara furosemide dengan

Page 18: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

14

aspirin. Interaksi obat merupakan hal penting yang disebabkan karena adanya

perubahan efek suatu obat oleh pemberian obat lain secara bersamaan atau

pemberian sebelumnya. Interaksi obat berdampak pada toksisitas obat dan

penurunan efektivitas obat (Sari, dkk, 2008). Farmasis diharapkan dapat

menghindari pengobatan dengan efek samping dari interaksi obat yang mungkin

terjadi pada pasien (Kafeel, et al, 2014). American Pharmaceutical Association

menyusun Pharmacist Practice Activity Classification (PPAC) pada tahun 1998

yang membahas kegiatan apoteker mencakup monitoring interaksi obat terhadap

pasien dan melakukan konseling pada pasien (Rantucci, 2007). Konseling

bertujuan untuk memaksimalkan hasil terapi dengan penggunaan obat yang tepat.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 (2014),

salah satu pelayanan klinik yang diberikan apoteker yaitu monitoring. Monitoring

obat merupakan kegiatan dimana farmasis memantau respon obat terhadap pasien

seperti efek obat yang merugikan pasien, diagnosa dan terapi.

4. PENUTUP

Dari 75 pasien gagal jantung kongestif ditemukan 69 pasien berpotensi

mengalami interaksi sejumlah 194 kasus interaksi.Dari keseluruhan interaksi yang

terjadi, 54 kasus (42,2%) merupakan farmakodinamik, 74 kasus (57,8%)

merupakan interaksi farmakokinetik dan 66 kasus tidak terklasifikasikan. Interaksi

yang berpotensi berdasarkan tingkat keparahan ditemukan23 kasus (11,9%)

merupakan interaksi tingkat keparahanmajor. 143 kasus (73,7%) merupakan

interaksi tingkat keparahan moderate. 28 kasus (14,4%) merupakan interaksi

tingkat keparahan minor. Interaksi yang sering terjadi adalah furosemid dengan

ceftriaxon sebanyak 11 kasus (14,7%), captopril dengan spironolakton sebanyak

10 kasus (13,3%), furosemid dengan aspirin sebanyak 8 kasus (10,7%).

Pengatasan untuk menghindari resiko interaksi obat dengan penyesuain dosis,

perlu dilakukan tes laboratorium sebelum penggunaan obat tersebut dan

memonitoring penggunaannya.

Page 19: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

15

PERSANTUNAN

Terimakasih kepada yang terhormat Ibu Dra. Nurul Mutmainah, M.Si., Apt selaku

dosen pembimbing skripsi dan Direktur Rumah Sakit X dan seluruh staf yang

telah membantu jalannya penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Baxter K., 2008, Stockley’s Drug Interactions 8th Edition, London.

Cipolle RJ, Strand LMS, Morley PC., 2012, Pharmaceutical Care Practice: The

Patient- Centered Approach To Medication Management Services. Third ed,

New York, McGraw-Hill Companies, p. 49-55.

DiPiro, J.T., Wells, B.G., andSchwinghammer, T.L., 2015, Pharmacotherapy: A

Patophysiologic Approach (9th edition), Mc.Graw Hill, New York.

Drug interaction checker, terdapat di: http://www.drugs.com

Drug interaction checker, terdapat di: http://www.medscape.com

Gabay M., 2015, The Clinical Practice of Drug Information, Jones and

Bartlett Publisher, Chicago, United States of America.

Kafeel, H., Rukh, R., Qamar, H., Bawany, J., Jamshed, M., Sheikh, R., et al.,

2014, Possibility of Drug-Drug Interaction in Prescription Dispensed by

Community and Hospital Pharmacy, pharmacology and Pharmacy.,

5,pp.403-404.

Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2014, Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia Nomor 35 tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan

Kefarmasian di Apotek, Jakarta.

Moura C, Acurcio F, Belo N. Drug-drug interactions associated with length of

stay and cost of hospitalization. J Pharm Pharmaceut Sci 2009; 12: 266-72.

Rantucci, M.J. 2007. Komunikasi Apoteker-Pasien Edisi 2, Penerbit Kedokteran

EGC,Jakarta

Rama, M., Viswanathan, G., and Attur, R. P., 2012, Assessment of Drug-Drug

Interactions among Renal Failure Patients of Nephrology Ward in a South

Indian Tertiary Care Hospital. Indian J Pharm Sci., 74(1) pp.63–68.

Riset Kesehatan Dasar, 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Sukandar, E.Y., Andrajati, R., Sigit, J.I., Adnyana, I.K., Setiadi, A.A.P.,

Kusnandar, 2008, Iso Farmakoterapi, P.T. ISFI Penerbitan, Jakarta.

Sulistiyowatiningsih, E., Hidayati, S.N. dan Febrianti, Y., 2016, Kajian Interaksi

Obat Pada Pasien Gagal Jantung Dengan Gangguan Fungsi Ginjal Di

Instalasi Rawat Inap RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Periode 2009-2013,

Page 20: IDENTIFIKASI INTERAKSI OBAT POTENSIAL PADA PASIEN …eprints.ums.ac.id/62668/10/Naskah Publikasi.pdf · Analgesik dan Antipiretik Analgetik Non Opioid Analgesik Opioid Metampiron

16

Farmasi Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Snyder, B., Polasek, T., Doogue, M., 2012. Drug interactions : principles and

practice 35, 85–88.

Vonbach P, Dubied A, Krähenbühl S, et al., 2008, Prevalence of drug-drug

interactions at a hospital entry and during hospital stay of patients in

internal medicine, Eur J Int Med, 19: 413-20.

Yancy, C.W., Jessup, M., Bozkurt, B., Butler, J., Casey, D.E., and Drazner, M.H,

2013,ACCF/AHA Guideline for the management of heart failure, American

College of Cardiology Foundation, 128:e240-e327.

Yasin, N.M., Widyastuti, T.H., Dewi, K.E., 2008, Kajian Interaksi Obat pada

Pasien Gagal Jantung Kongestif di RSUP DR. Sardjito Yogyakarta Tahun

2005, Bagian Farmakologi dan Farmasi Klinik, Fakultas Farmasi Universitas

Gadjah Mada.