nomor 13 tahun 2011 tentang -...

95
PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN AGAM 2010-2030

Upload: others

Post on 04-Aug-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM

NOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW)

KABUPATEN AGAM 2010-2030

Page 2: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

1

PERATURAN DAERAH KABUPATEN AGAM

NOMOR 13 TAHUN 2011

TENTANG

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN AGAM

TAHUN 2010 - 2030

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI AGAM,

Menimbang

Mengingat

:

:

a. bahwa untuk melaksanakan amanat pasal 78 ayat (4) huruf c,

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, Kabupaten Agam telah melakukan

penyusunan dan penyesuaian muatan Peraturan Daerah tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam tahun 2010-2030;

b. bahwa Peraturan Daerah Kabupaten Agam Nomor 9 Tahun 2007

tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam sudah

tidak sesuai lagi dengan perkembangan yang terjadi sehingga

perlu dilakukan penyempurnaan;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf

a, dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam tahun 2010-2030.

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia

tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 12 tahun 1956 tentang Pembentukan

Daerah Otonom Kabupaten dalam Lingkungan Daerah Propinsi

Sumatera Tengah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

1956 Nomor 25);

3. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

No. 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004

Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 59 dan Tambahan Lembaran

Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

Page 3: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

2

4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Tahun 68,

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

5. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5324);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2010 tentang Bentuk dan

Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian

Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah

Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/ Kota, (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 86, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4833);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2010 Nomor 15, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 1503);

Dengan Persetujuan Bersama:

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN AGAM

dan

BUPATI AGAM

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH

KABUPATEN AGAM TAHUN 2010-2030

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:

1. Daerah adalah Kabupaten Agam.

Page 4: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

3

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kabupaten Agam.

3. Bupati adalah Bupati Agam.

4. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Agam sebagai unsur

penyelenggara pemerintahan daerah.

5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang laut dan ruang udara

termasuk ruang didalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah, tempat manusia

dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara kelangsungan

kehidupannya.

6. Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

7. Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan

prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial

ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional.

8. Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang

meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk

fungsi budidaya.

9. Penataan ruang adalah suatu sistem proses perencanaan tata ruang,

pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang.

10. Pengaturan penataan ruang adalah upaya pembentukan landasan hukum bagi

Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan masyarakat dalam penataan ruang.

11. Perencanaan tata ruang adalah suatu proses untuk menentukan struktur ruang

dan pola ruang yang meliputi penyusunan dan penetapan rencana tata ruang.

12. Pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan struktur ruang dan pola

ruang sesuai dengan rencana tata ruang melalui penyusunan dan program

beserta pembiayaannya.

13. Pengendalian pemanfaatan ruang adalah upaya untuk mewujudkan tertib tata

ruang sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan.

14. Rencana tata ruang adalah hasil perencanaan tata ruang.

15. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya disebut RTRW adalah hasil

perencanaan tata ruang wilayah Kabupaten Agam.

16. Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap

unsur terkait yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan/atau aspek fungsional.

17. Sistem wilayah adalah struktur ruang dan pola ruang yang mempunyai

jangkauan pelayanan pada tingkat wilayah.

Page 5: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

4

18. Kawasan adalah wilayah dengan fungsi utama lindung dan budidaya.

19. Kawasan lindung adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama

melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam

dan sumberdaya buatan .

20. Kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk

dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumberdaya alam, sumberdaya

manusia dan sumberdaya buatan.

21. Kawasan perdesaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian termasuk pengelolaan sumberdaya alam dengan susunan fungsi

kawasan sebagai tempat permukiman pedesaan, pelayanan jasa

pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi.

22. Kawasan perkotaan adalah wilayah yang mempunyai kegiatan utama bukan

pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman

perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial dan kegiatan ekonomi.

23. Kawasan agropolitan adalah kawasan yang terdiri atas satu atau lebih pusat

kegiatan pada wilayah perdesaan sebagai sistem produksi pertanian dan

pengelolaan sumber daya alam tertentu yang ditunjukkan oleh adanya

keterkaitan fungsional dan hierarki keruangan satuan sistem permukiman dan

sistem agrobisnis.

24. Kawasan Minapolitan adalah Kawasan yang membentuk kota perikanan, yang

memudahkan masyarakat untuk bisa membudidayakan ikan darat, dengan

kemudahan memperoleh benih melalui unit perbenihan rakyat, pengolahan

ikan, pasar ikan dan mudah mendapatkan pakan ikan, yang dikelola oleh salah

satu kelompok yang dipercaya oleh pemerintah.

25. Kawasan strategis nasional adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional

terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi,

sosial, budaya dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang telah ditetapkan

sebagai warisan dunia.

26. Kawasan strategis provinsi adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

27. Kawasan strategis Kabupaten adalah wilayah yang penataan ruangnya

diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting dalam lingkup

Kabupaten terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan.

Page 6: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

5

28. Kawasan Pertahanan Negara adalah wilayah yang ditetapkan secara Nasional

yang di gunakan untuk kepentingan pertahanan.

29. Kawasan peruntukan pertambangan yang selanjutnya disebut KPP adalah:

wilayah yang memiliki sumber daya bahan galian yang berwujud padat, cair

dan gas berdasarkan peta atau data geologi dan merupakan tempat

dilaksanakan seluruh tahapan kegiatan pertambangan yang meliputi

Penyelidikan Umum; Eksplorasi; dan Pasca Tambang baik di wilayah darat

maupun perairan serta tidak dibatasi oleh wilayah administrasi.

30. Izin pemanfaatan ruang adalah izin yang dipersyaratkan dalam kegiatan

pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

31. Orang adalah orang perseorangan dan/atau korporasi.

32. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam

bidang penataan ruang.

33. Peraturan Zonasi adalah ketentuan yang mengatur tentang klasifikasi zona,

pengaturan lebih lanjut mengenai pemanfaatan lahan dan prosedur

pelaksanaan pembangunannya.

34. Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah yang selanjutnya disebut BKPRD

adalah badan bersifat ad-hoc yang dibentuk untuk mendukung pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang di Provinsi

dan Kabupaten dan mempunyai fungsi membantu pelaksanaan tugas Gubernur

dan Bupati dalam koordinasi penataan ruang di daerah.

35. Wilayah sungai adalah kesatuan wilayah pengelolaan sumber daya air dalam

satu atau lebih daerah aliran sungai dan/atau pulau-pulau kecil yang luasnya

kurang dari atau sama dengan 2.000 km2.

36. Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu

kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau

ke laut secara alamiah yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan

batas di laut sampai dengan daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas

daratan.

37. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,

termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi

lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di

bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali

jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel;

Page 7: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

6

38. Sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling

menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah

yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis;

39. Jalan arteri merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama

dengan ciri perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi, dan jumlah jalan

masuk dibatasi secara berdaya guna.

40. Jalan kolektor merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

pengumpul atau pembagi dengan ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-

rata sedang, dan jumlah jalan masuk dibatasi.

41. Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan

setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan

jumlah jalan masuk tidak dibatasi.

42. Pusat Kegiatan Nasional yang selanjutnya disebut PKN adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala internasional,

nasional, atau beberapa provinsi.

43. Pusat Kegiatan Wilayah yang ditetapkan secara nasional selanjutnya disebut

PKW adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala

provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

44. Pusat Kegiatan Wilayah yang di promosikan oleh provinsi selanjutnya disebut

PKWp adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan

skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.

45. Pusat Kegiatan Lokal yang selanjutnya disebut PKL adalah kawasan perkotaan

yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kabupaten atau beberapa

kecamatan.

46. Pusat Kegiatan Lokal yang dipromosikan oleh Kabupaten yang selanjutnya

disebut PKLp adalah kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani

kegiatan skala kabupaten atau beberapa kecamatan.

47. Pusat Pelayanan Kawasan yang selanjutnya disebut PPK adalah kawasan

perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau

beberapa desa.

48. Pusat Pelayanan Lingkungan yang selanjutnya disebut PPL adalah pusat

permukiman yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala antar desa.

49. Insentif adalah perangkat atau upaya dari pemerindah daerah memberikan

imbalan terhadap pelaksanaan kegiatan yang sejalan dengan rencana tata

ruang.

Page 8: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

7

50. Disinsentif adalah perangkat atau upaya dari pemerindah daerah dalam

mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi kegiatan yang tidak

sejalan dengan rencana tata ruang.

Pasal 2

(1) Wilayah Kabupaten Agam mencakup wilayah yang secara geografis terletak

pada 00o 01' 34'' - 00o 28' 43'' Lintang Selatan dan 99o 46' 39'' - 100o 32' 50''

Bujur Timur, dengan luas wilayah 2.232,30 (dua ribu dua ratus tiga puluh dua

koma tiga) Km2.

(2) Batas-batas wilayah Kabupaten Agam meliputi:

a. sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Pasaman Barat dan

Kabupaten Pasaman;

b. sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Padang Pariaman;

c. sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten 50 Kota dan Kabupaten

Tanah Datar;

d. sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia; dan

e. bagian Tengah berbatasan dengan Kota Bukittinggi.

(3) Lingkup wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Kecamatan Tanjung Mutiara dengan luas wilayah 20.573 (dua puluh ribu

lima ratus tujuh puluh tiga) hektar;

b. Kecamatan Lubuk Basung dengan luas wilayah 27.840 (dua puluh tujuh ribu

delapan ratus empat puluh) hektar;

c. Kecamatan Ampek Nagari dengan luas wilayah 26.869 (dua puluh enam ribu

delapan ratus enam puluh sembilan) hektar;

d. Kecamatan Tanjung Raya dengan luas wilayah 24.403 (dua puluh empat

ribu empat ratus tiga) hektar;

e. Kecamatan Matur dengan luas wilayah 9.369 (sembilan ribu tiga ratus enam

puluh sembilan) hektar;

f. Kecamatan IV Koto dengan luas wilayah 6.872 (enam ribu delapan ratus

tujuh puluh dua) hektar;

g. Kecamatan Malalak dengan luas wilayah 10.449 (sepuluh ribu empat ratus

empat puluh sembilan) hektar;

h. Kecamatan Banuhampu dengan luas wilayah 2.845 (dua ribu delapan ratus

empat puluh lima) hektar;

Page 9: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

8

i. Kecamatan Sungai Pua dengan luas wilayah 4.429 (empat ribu empat ratus

dua puluh sembilan) hektar;

j. kecamatan Ampek Angkek dengan luas wilayah 3.066 (tiga ribu enam puluh

enam) hektar;

k. Kecamatan Canduang dengan luas wilayah 5.229 (lima ribu dua ratus dua

puluh sembilan) hektar;

l. Kecamatan Baso dengan luas wilayah 7.030 (tujuh ribu tiga puluh) hektar;

m. Kecamatan Tilatang Kamang dengan luas wilayah 5.607 (lima ribu enam

ratus tujuh) hektar;

n. Kecamatan Kamang Magek dengan luas wilayah 9.960 (sembilan ribu

sembilan ratus enam puluh) hektar;

o. Kecamatan Palembayan dengan luas wilayah 34.981 (tiga puluh empat ribu

sembilan ratus delapan puluh satu) hektar;

p. Kecamatan Palupuh dengan luas wilayah 23.708 (dua puluh tiga ribu tujuh

ratus delapan) hektar;

Pasal 3

Materi muatan RTRW Kabupaten ini meliputi:

a. tujuan, kebijakan dan strategi penataan ruang;

b. rencana struktur ruang;

c. rencana pola ruang;

d. penetapan kawasan strategis;

e. arahan pemanfaatan ruang;

f. ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang; dan

g. hak, kewajiban dan peran masyarakat serta kelembagaan

BAB II

FUNGSI DAN KEDUDUKAN RENCANA TATA RUANG

Pasal 4

(1) RTRW berfungsi sebagai arahan struktur dan pola ruang, pemanfaatan

sumberdaya dan pembangunan daerah serta penyelaras kebijakan penataan

ruang nasional, provinsi, dan kabupaten.

(2) RTRW juga berfungsi sebagai:

Page 10: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

9

a. pedoman dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

dan merupakan matra ruang dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Kabupaten.

b. acuan dalam mewujudkan keseimbangan pembangunan antar wilayah

kabupaten;

c. acuan lokasi investasi dalam wilayah kabupaten;

d. pedoman penyusunan rencana rinci tata ruang kabupaten;

e. dasar pengendalian dan pengawasan pemanfaatan ruang wilayah

kabupaten; dan

f. acuan dalam administrasi pertanahan.

(3) Kedudukan RTRW Kabupaten adalah:

a. sebagai dasar pertimbangan dalam menyusun tata ruang nasional;

penyelaras bagi kebijakan penataan ruang provinsi; dan pedoman bagi

pelaksanaan perencanaan pemanfaatan ruang dan pengendalian

pemanfaatan ruang di Kabupaten Agam;

b. sebagai dasar pertimbangan dalam penyelarasan penataan ruang antar

wilayah lain yang berbatasan; dan kebijakan pemanfaatan ruang

kabupaten, lintas kecamatan, dan lintas ekosistem.

BAB III

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

Bagian Kesatu

Tujuan

Pasal 5

Tujuan RTRW Kabupaten Agam Tahun 2010-2030 yaitu mewujudkan Kabupaten

Agam sebagai Kabupaten Industri Agro, Kelautan, dan Pariwisata, berbasis

Mitigasi Bencana serta Konservasi.

Bagian Kedua

Kebijakan Dan Strategi

Pasal 6

(1) Untuk mewujudkan tujuan RTRW Kabupaten Agam sebagaima dimaksud

pada Pasal 5, dilaksanakan dengan beberapa kebijakan penataan ruang.

(2) Kebijakan penataan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

Page 11: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

10

a. pelaksanaan pembangunan yang berbasis mitigasi bencana serta

konservasi dalam rangka pengurangan resiko bencana;

b. pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro,

pariwisata dan kelautan sesuai keunggulan kawasan yang bernilai

ekonomi tinggi yang dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah

lingkungan;

c. pengembangan pusat-pusat pertumbuhan serta pembangunan prasarana

dan sarana wilayah yang mampu mendukung pengembangan wilayah

secara merata;

d. peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan

modernisasi pertanian serta pengelolaan kegiatan ekonomi yang

memperhatikan daya dukung dan daya tampung lingkungan;

e. peningkatan dan pemulihan fungsi kawasan lindung yang meliputi, hutan

suaka alam, hutan lindung, mempertahankan kawasan lindung lebih dari

30% (tiga puluh persen) dari luas daerah aliran sungai;

f. pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan sistem

agropolitan, industri berbasis pertanian dan pariwisata dengan tetap

mempertimbangkan dan mengindahkan kondisi daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup; dan

g. pengembangan kawasan dan objek wisata yang ramah lingkungan dan

bersesuaian dengan budaya lokal.

Pasal 7

(1) Pelaksanaan pembangunan berbasis mitigasi bencana serta konservasi dalam

rangka pengurangan resiko bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (2) huruf a, dilaksanakan dengan strategi:

a. membangun pemahaman masyarakat tentang kebencanaan dan

konservasi;

b. mewujudkan struktur dan pola ruang yang berbasis mitigasi bencana dan

konservasi;

c. meningkatkan kualitas bangunan publik dan hunian yang ramah bencana;

d. mengembangan kegiatan-kegiatan yang mendukung konservasi yang

bernilai terhadap pelestarian lingkungan dan sekaligus juga bernilai

sosial-ekonomi;

Page 12: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

11

e. menyusun program dan pembangunan berbagai perangkat keras dan

lunak dalam upaya mitigasi berbagai bencana alam, seperti tsunami,

gempa, longsor, banjir, dan ancaman bencana lainnya; dan

f. memantapkan tata batas kawasan lindung untuk seluruh wilayah

Kabupaten Agam.

(2) Pengembangan sektor ekonomi sekunder dan tersier berbasis agro,

pariwisata dan kelautan sesuai keunggulan kawasan yang bernilai ekonomi

tinggi yang dikelola secara berhasil guna, terpadu dan ramah lingkungan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf b dilaksanakan dengan

strategi:

a. menetapan komoditas unggulan sesuai dengan potensi lingkungan dan

kondisi sosial budaya setempat;

b. mengembangkan industri pengolahan hasil produksi agro dan kelautan

sesuai komoditas unggulan kawasan dan kebutuhan pasar (agroindustri

dan agribisnis, agro wisata, perikanan tangkap dan perikanan budidaya);

c. meningkatkan produksi pertanian hortikultura dan peternakan melalui

pendekatan Agropolitan;

d. mengembangkan ekonomi perikanan dan kelautan melalui pendekatan

minapolitan;

e. mengembangkan sistem pertanian organik dalam rangka meningkatkan

daya saing produk dan penyelamatan lingkungan; dan

f. melakukan revitalisasi dan pembangunan prasarana dan sarana produksi

agro dan kelautan secara terpadu.

(3) Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan serta pembangunan prasarana dan

sarana wilayah yang mampu mendukung pengembangan wilayah secara

merata, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf c, dilaksanakan

dengan strategi:

a. mengurangi kesenjangan ekonomi dan infrastruktur antara Agam bagian

Timur dan Agam bagian Barat;

b. mengembangkan kawasan perkotaan dan perdesaan yang berbasiskan

mitigasi bencana dan konservasi, sebagai kawasan permukiman yang

layak huni;

c. meningkatkan penyediaan infrastruktur sosial ekonomi wilayah secara

proporsional dan memadai sesuai kebutuhan masyarakat pada setiap

pusat permukiman atau kawasan; dan

Page 13: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

12

d. mengembangkan dan membangun prasarana dan sarana transportasi

yang mampu mendorong pertumbuhan ekonomi kawasan secara

signifikan dan berimbang.

(4) Peningkatan produktivitas wilayah melalui intensifikasi lahan dan modernisasi

pertanian serta pengelolaan kegiatan ekonomi yang memperhatikan daya

dukung dan daya tampung lingkungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6

ayat (2) huruf d, dilaksanakan dengan strategi:

a. meningkatkan produktivitas hasil pertanian, perkebunan dan peternakan

melalui penerapan teknologi pertanian, intensifikasi lahan dan

modernisasi pertanian;

b. mendorong pemakaian bibit unggul dalam usaha perkebunan, perikanan,

peternakan untuk mendapatkan produksi dengan kualitas yang lebih baik

dan bernilai ekonomi tinggi;

c. meningkatkan pemanfaatan lahan non produktif secara lebih bermakna

(kegiatan produksi) bagi peningkatan kualitas lingkungan dan

peningkatan pendapatan masyarakat; dan

d. meningkatkan sistem pemasaran hasil pertanian melalui peningkatan

sumber daya manusia dan kelembagaan serta fasilitasi sertifikasi yang

dibutuhkan.

(5) Memperkuat dan memulihkan fungsi kawasan lindung yang meliputi hutan

suaka alam, hutan lindung dan mempertahankan kawasan lindung lebih dari

30% (tiga puluh persen) dari luas daerah aliran sungai sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) huruf e, dilaksanakan dengan strategi:

a. memfasilitasi penetapan tata batas kawasan lindung dan budidaya untuk

memberikan kepastian rencana pemanfaatan ruang dan investasi;

b. mensinergikan program pelestarian lingkungan dalam rangka mendukung

Kebijakan Sumatera Barat sebagai Provinsi Konservasi;

c. meningkatkan pelaksanaan program rehabilitasi lingkungan, terutama

pemulihan fungsi hutan lindung yang berbasis masyarakat dengan

pendekatan hutan lestari masyarakat sejahtera;

d. meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pengelolaan keanekaragaman

hayati; dan

e. meningkatkan kerjasama regional, nasional dan internasional dalam

rangka pemulihan fungsi kawasan lindung terutama hutan lindung dan

hutan cagar alam.

Page 14: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

13

(6) Pengembangan kawasan budidaya untuk mendukung pemantapan system

agropolitan, industry berbasis pertanian dan pariwisata dengan tetap

mempertimbangkan dan mengindahkan kondisi daya dukung dan daya

tampung lingkungan hidup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2)

huruf f, dilaksanakan dengan strategi:

a. meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam untuk sumber energi

terbarukan yaitu tenaga air, tenaga surya, gelombang laut, dan lain-lain;

b. meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pemanfaatan dan pengelolaan

sumber energi yang terbarukan (renewable energy); dan

c. mengembangan kegiatan konservasi yang bernilai lingkungan dan

sekaligus juga bernilai sosial-ekonomi, yaitu hutan kemasyarakatan,

hutan tanaman rakyat.

(7) Pengembangan kawasan dan objek wisata yang ramah lingkungan dan

bersesuaian dengan budaya lokal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat

(2) huruf g, dilaksanakan dengan strategi:

a. menyusun skenario pengembangan kepariwisataan secara terpadu yang

ramah lingkungan dan bersesuaian dengan budaya lokal;

b. menetapkan kawasan-kawasan wisata di seluruh Kabupaten Agam;

c. mengembangkan berbagai potensi wisata sesuai dengan potensi kawasan

yang dimiliki secara arif dan ramah lingkungan;

d. meningkatkan kegiatan pariwisata melalui pembangunan prasarana dan

sarana pendukung, pengelolaan objek wisata yang lebih profesional serta

pemasaran yang lebih agresif dan efektif;

e. mengembangkan kapasitas sumber daya manusia pengelola

kepariwisataan; dan

f. meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak dalam upaya

pengembangan sektor kepariwisataan.

BAB IV

RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 8

(1) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Agam meliputi:

a. sistem pusat kegiatan; dan

Page 15: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

14

b. sistem jaringan prasarana.

(2) Sistem pusat kegiatan sabagaimana dimaksut ayat (1) huruf a adalah sistem

perkotaan.

(3) Sistem jaringan prasarana sabagaimana dimaksut ayat (1) huruf b meliputi:

a. Sistem jaringan prasarana utama; dan

b. Sistem jaringan prasarana lainnya yang terdiri atas:

1. sistem jaringan energy;

2. sistem jaringan telekomunikasi;

3. sistem jaringan sumber daya air;

4. sistem jaringan pengelolaan lingkungan; dan

5. sistem jaringan wilayah lainnya.

(4) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Agam digambarkan dalam peta

dengan tingkat ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran

I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Paragraf 1

Rencana Sistem Perkotaan

Pasal 9

(1) Rencana sistem perkotaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2)

huruf a dikembangkan secara hierarki dan dalam bentuk pusat kegiatan,

sesuai kebijakan nasional dan provinsi, potensi, dan rencana pengembangan

wilayah.

(2) Pengembangan pusat kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

atas:

a. Pusat Kegiatan Lokal (PKL);

b. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp);

c. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK); dan

d. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

(3) Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PKL sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf a yaitu Kota Lubuk Basung di Kecamatan Lubuk Basung.

(4) Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PKLp sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b yaitu Baso di Kecamatan Baso.

Page 16: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

15

(5) Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PPK sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf c yaitu:

a. Bawan di Kecamatan Ampek Nagari;

b. Matur di Kecamatan Matur; dan

c. Padang Lua di Kecamatan Banuhampu.

(6) Pusat kegiatan yang ditetapkan sebagai PPL sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf d yaitu:

a. Tiku di Kecamatan Tanjung Mutiara;

b. Palembayan di Kecamatan Palembayan;

c. Maninjau di Kecamatan Tanjung Raya;

d. Koto Tuo di Kecamatan IV Koto;

e. Malalak Timur di Kecamatan Malalak;

f. Sungai Pua di kecamatan Sungai Pua;

g. Lasi di Kecamatan Canduang;

h. Biaro di Kecamatan Ampek Angkek;

i. Pakan Kamih di Kecamatan Tilatang Kamang;

j. Kamang Hilia di Kecamatan Kamang Magek; dan

k. Palupuh di Kecamatan Palupuh.

Paragraf 2

Arahan Pengembangan Sistem Perkotaan Wilayah Kabupaten

Pasal 10

(1) PKL Lubuk Basung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3)

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pemerintahan kabupaten;

b. pusat pelayanan jasa dan perdagangan yaitu sebagai pusat koleksi dan

distribusi wilayah hinterland-nya, yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara,

Ampek Nagari, dan sebagian Kecamatan Palembayan bagian Barat;

c. sebagai pusat pelayanan sosial kabupaten;

d. sebagai pusat pengembangan pendidikan tinggi;

e. sebagai pusat pengembangan pelayanan kesehatan;

f. sebagai salah satu pusat pengembangan kawasan pertanian; dan

Page 17: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

16

g. sebagai simpul transportasi yang melayani regional dan antar kabupaten.

(2) PKLp Baso sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (4) dikembangkan

dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

b. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;

c. sebagai simpul pelayanan transportasi yang dapat melayani beberapa

kecamatan dan nagari di bawahnya;

d. pusat koleksi dan distribusi hasil produksi komoditi pertanian skala

kawasan terutama dari Kecamatan Kamang Magek, Ampek Angkek dan

Canduang, termasuk kecamatan diluar Kabupaten Agam yang berbatasan

langsung dengan Baso seperti Kecamatan Aka Biluru Kabupaten 50 Kota

dan Kecamatan Tanjung Baru Kabupaten Tanah Datar;

e. sebagai salah satu kawasan penyangga kegiatan pertanian atau

agropolitan;

f. sebagai pusat pengembangan pendidikan tinggi; dan

g. sebagai pusat labor kesehatan hewan di Provinsi Sumatera Barat.

(3) PPK Bawan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5) huruf a

dikembangkan dengan fungsi:

a. pusat pelayanan pemerintahan kecamatan;

b. pusat pelayanan kegiatan sosial skala kecamatan;

c. pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa dari wilayah hinterland-nya

yaitu Kecamatan Palembayan bagian barat; dan

d. pendukung pengembangan Kota Lubuk Basung.

(4) PPK Matur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5) huruf b

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

b. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;

c. sebagai simpul pelayanan transportasi yang dapat melayani kecamatan

Palembayan dan sebagian Kecamatan Palupuh;

d. pusat pelayanan jasa dan perdagangan wilayah (koleksi dan distribusi

wilayah hinterland-nya, yaitu Kecamatan Palembayan bagian timur; dan

e. sebagai pendorong pengembangan kawasan pariwisata Maninjau.

Page 18: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

17

(5) PPK Padang Lua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (5) huruf c

dikembangkan dengan fungsi:

a. Sebagai pusat pelayanan sosial skala Kecamatan;

b. sebagai pusat koleksi dan distribusi barang skala wilayah hinterland-nya

mencakup Kecamatan Sungai Pua, IV Koto, dan sebagian Kecamatan

Canduang;

c. sebagai pusat pengembangan pendidikan tinggi;

d. sebagai salah satu pusat pengembangan industri konveksi;

e. sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil pertanian hortikultura skala

regional; dan

f. sebagai salah satu kawasan penyangga kegiatan pertanian atau

agropolitan.

(6) PPL Tiku sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf a

dikembangkan dengan fungsi:

a. pusat pelayanan pemerintahan kecamatan;

b. pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa dari dan untuk wilayah

kecamatan;

c. pusat pengembangan produksi perikanan laut kabupaten;

d. pusat pengembangan kegiatan pariwisata pantai dan pesisir;

e. pendukung pengembangan Kota Lubuk Basung;

f. simpul transportasi darat jalur lintas barat dan jalur kereta api trans

Sumatera; dan

g. pusat pengembangan moda angkutan laut berupa pengembangan

pelabuhan perikanan dan pengumpan di Tiku.

(7) PPL Palembayan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf b

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

b. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;

c. sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil produksi wilayahnya;

d. sebagai salah satu pusat kegiatan pertanian dan perkebunan terutama

kebun buah-buahan; dan

e. pendukung pengembangan Kota Matur.

Page 19: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

18

(8) PPL Maninjau sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf c

dikembangkan dengan fungsi:

a. pusat pelayanan pemerintahan kecamatan;

b. pusat pelayanan kegiatan sosial skala kecamatan;

c. pusat koleksi dan distribusi barang dan jasa dari wilayah;

d. sebagai pendorong pengembangan industri pariwisata;

e. sebagai kawasan strategis Propinsi Sumatera Barat dari sudut

kepentingan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

f. sebagai pusat pengembangan kawasan perikanan darat yaitu sebagai

sentra Minapolitan di Danau Maninjau; dan

g. pendukung pengembangan Kota Lubuk Basung.

(9) PPL Koto Tuo sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf d

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;

b. sebagai pusat pengembangan industri kerajinan perak dan sulaman;

c. sebagai kawasan cagar budaya;

d. sebagai pusat koleksi distribusi hasil produksi wilayahnya;

e. sebagai salah satu kawasan penyangga kegiatan pertanian atau

agropolitan.

f. sebagai salah satu pusat pengembangan industri konveksi;

g. sebagai salah satu daerah perlindungan kawasan bawahnya dan

perlindungan setempat; dan

h. pendukung pengembangan perkotaan Banuhampu.

(10) PPL Malalak Timur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf e

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

b. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;

c. pusat pelayanan jasa dan perdagangan wilayahnya;

d. sebagai salah satu daerah perlindungan kawasan bawahnya dan

perlindungan setempat;

e. pendukung pengembangan perkotaan Banuhampu; dan

Page 20: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

19

f. pengembangan rest area terkait dengan keberadaan Jalan Sicincin-

Malalak.

(11) PPL Sungai Pua sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf f

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;

b. sebagai pusat koleksi distribusi hasil produksi barang wilayahnya;

c. pendukung pengembangan perkotaan Banuhampu;

d. sebagai salah satu pusat pengembangan industri konveksi; dan

e. sebagai salah satu kawasan penyangga kegiatan pertanian atau

agropolitan.

(12) PPL Lasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf g

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

b. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;

c. sebagai pusat koleksi distribusi hasil produksi barang wilayahnya

terutama gula tebu;

d. sebagai salah satu pusat pengembangan industri konveksi;

e. pendukung pengembangan perkotaan Baso; dan

f. sebagai salah satu kawasan penyangga kegiatan pertanian atau

agropolitan.

(13) PPL Biaro sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf h

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

b. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;

c. sebagai pusat koleksi distribusi hasil produksi barang skala regional

(beberapa kecamatan);

d. sebagai salah satu alternatif pengembangan simpul pelayanan

transportasi regional;

e. sebagai pusat pengembangan industri rumah tangga seperti konveksi,

bordir dan sulaman;

f. sebagai sentra pengembangan kegiatan pertanian atau agropolitan; dan

g. pendukung pengembangan perkotaan Baso.

Page 21: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

20

(14) PPL Pakan Kamih sebagaimana dimaksud daam Pasal 9 ayat (6) huruf i

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

b. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;

c. sebagai salah satu pusat pengembangan industri konveksi;

d. sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil produksi barang skala

kecamatan;

e. sebagai salah satu pusat pengembangan industri makanan kecil; dan

f. sebagai salah satu kawasan penyangga kegiatan pertanian atau

agropolitan.

(15) PPL Kamang Hilia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf j

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

b. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan;

c. sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil produksi barang skala

kecamatan;

d. sebagai salah satu pusat pengembangan industri makanan kecil; dan

e. sebagai salah satu kawasan penyangga kegiatan pertanian atau

agropolitan.

(16) PPL Palupuh sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6) huruf k

dikembangkan dengan fungsi:

a. sebagai pusat pelayanan pemerintahan skala kecamatan;

b. sebagai pusat pelayanan sosial skala kecamatan; dan

c. sebagai pusat koleksi dan distribusi hasil produksi barang skala

kecamatan.

(17) Untuk operasionalisasi RTRW Kabupaten Agam akan ditindaklanjuti dengan

penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang berupa Rencana Detail Tata Ruang

Kawasan Perkotaan yang berfungsi sebagi PKL, PKLp.

Bagian Ketiga

Sistem Jaringan Prasarana

Paragraf 1

Rencana Sistem Jaringan Transportasi

Page 22: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

21

Pasal 11

(1) Rencana pengembangan sistem jaringan transportasi utama sebagaimana

dimaksud dalan pasal 8 ayat (3) huruf a meliputi:

a. sistem jaringan transportasi darat;

b. sistem jaringan transportasi perkeretaapian; dan

c. sistem jaringan transportasi laut.

(2) Sistem jaringan transportasi darat sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a terdiri atas:

a. jaringan jalan dan prasarana lalu lintas angkutan jalan; dan

b. jaringan Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP).

(3) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

terdiri atas:

a. jaringan jalan kereta api; dan

b. stasiun.

(4) Sistem jaringan transportasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

c berupa pengembangan Pelabuhan.

Pasal 12

(1) Pengembangan jaringan jalan dan prasarana lalu lintas angkutan jalan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a, meliputi:

a. rencana peningkatan jaringan jalan;

b. rencana pembangunan jalan; dan

c. rencana pengembangan prasaran lalu lintas angkutan jalan.

(2) Rencana peningkatan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a meliputi jalan arteri primer, kolektor primer, jalan lokal primer dan

jalan lingkungan primer, yaitu:

a. jalan Nasional yang berfungsi Arteri Primer (AP) yang menghubungkan

simpul-simpul:

1. Padang Luar-Batas Kota Padang Panjang (Ruas 006),

2. Batas Kota Payakumbuh – Baso (Ruas 037), dan

3. Baso – Batas Kota Bukittinggi (Ruas 038);

4. Batas Kota Bukittinggi – Kumpulan (Ruas 004)

Page 23: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

22

b. jalan Nasional yang berfungsi Kolektor Primer (K1) yang menghubungkan

simpul-simpul:

1. Padang Sawah – Manggopoh (Ruas 022), dan

2. Manggopoh – Batas Kota Pariaman (Ruas 023),

c. jalan Provinsi yang berfungsi Kolektor Primer (K2) yang menghubungkan

simpul – simpul:

1. Baso – Batusangkar;

2. Lubuk Basung (Manggopoh) – Kota Bukittinggi (Padang Luar);

3. Lubuk Basung – Sungai Limau;

4. Simpang Padang Luar – Bukik Batabuah - Baso (promosi); dan

5. Padang Koto Gadang – Matur (promosi) yang meliputi beberapa

ruas jalan (Padang Koto Gadang – Koto Alam (Ruas 137),

Palembayan - Simpang Koto Alam (Ruas 135), Simpang Sei Pua -

Palembayan (Ruas 130), Simpang Pudiang - Simpang Sungai Pua

(Ruas 128), Pasar Lawang - Simpang Pudiang (Ruas 120), Surau

Jua -Pasar Lawang (Ruas 116), Simpang Matur - Surau Jua (Ruas

112).

d. jalan Kabupaten yang berfungsi kolektor primer (K3) yang

menghubungkan simpul-simpul:

1. Palupuh – Suliki (Ruas 143);

2. Lingkar danau maninjau (Ruas 157);

3. Lingkar Utara Kota Lubuk Basung (Ruas 159-194-195-522-579); dan

4. Lingkar Selatan Kota Lubuk Basung (Ruas 164-183-207-208-209);

e. jalan kabupaten yang berfungsi kolektor (K4) yang menghubungkan

simpul-simpul:

1. Simpang Patai - Palembayan (Ruas 133);

2. Matur-Sitingkai (Ruas 246);

3. Durian Kapeh - Muaro Putuih (Ruas 222);

4. Muaro Putuih – Subang Subang (Ruas 367);

5. Subang Subang - Tompek Harapan (Ruas 569);

6. Lapau Andung - Masang (Tompek Harapan) (Ruas 455);

7. Lubuk Basung – Simpang Ampu (Ruas 167);

8. Simpang Ampu - Simpang Puduang (Ruas 142);

Page 24: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

23

9. Simpang Puduang - Simpang Batu Kambiang (Ruas 141);

10. Simpang Koto Alam - Simpang Batu Kambiang (Ruas 138);

11. Simpang Gadut - Pasa Dama (Ruas 002);

12. Pasa Dama - Simpang Pincuran (Ruas 003);

13. Simpang Pincuran - Aia Tabik (Ruas 004);

14. Simpang Aia Tabik - Sungai Dareh (Ruas 005);

15. Sungai Dareh - Sungai Guntung (Ruas 366);

16. Batu Hampa - Kubu Anau (Ruas 210);

17. Malalak - Hulu Banda (Ruas 236);

18. Simpang Biaro – Lasi (Ruas 46, 48, 55)

19. Simpang Tanjung Alam - Simpang Bukik Batabuah (Ruas 45, 50, 54);

20. Simpang Bukik Batabuah - Koto Baru ( Ruas 77, 84 ,85 ,86 ,87);

21. Palembayan - Data Munti (Ruas 131);

22. Pasa Bawan - Batu Kambing (Ruas 139);

23. Anak Aie Dadok-Padang Kajai (Ruas 201);

24. Durian Kapeh - Bukik Sariak (Ruas 216),

25. Durian Kapeh - Simpang Mangkua (Ruas 408);

26. Simpang Cacang - Cacang Tinggi (Ruas 215);

27. Kampung Darek - Simpang IV Cacang (Ruas 473);

28. Pasar Tiku-Simpang IV Cacang (Ruas 217),

29. Banda Gadang - Padang Tui (Ruas 492);

30. Gasan Kaciak - Padang Tui (Ruas 219).

31. Simpang Koto Panjang – Simpang Aia Tabik (Ruas 6);

32. Simpang Aia Tabik – Simpang Pintu Koto (Ruas 16);

33. Tanjung Alam – Pintu Koto (Ruas 24, 25, 26, 27, 41, 42); dan

34. Ambun Pagi – Ambun Tanai - Puncak Lawang (Ruas 396).

(3) Rencana pembangunan jaringan jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b meliputi jalan arteri primer, kolektor primer, jalan lokal primer dan

jalan lingkungan primer, meliputi:

a. jalan bebas hambatan ruas jalan Tol Padang - Agam– Bukittinggi,

Page 25: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

24

b. jalan Tol Bukittinggi – Agam – Payakumbuh – Batas Provinsi Riau;

c. jalan Strategis Nasional ruas jalan Tiku – Silaping (Ruas 048);

d. jalan kolektor primer (K2) yang menghubungkan simpul – simpul Sicincin

– Malalak – Bukittinggi dan Jembatan Ngarai Sianok, Taluak –

Cingkariang (lanjutan pembangunan Baypass Bukittinggi);

e. jalan kolektor primer (K3) yang menghubungkan simpul-simpul sebagai

berikut : Ambun Pagi - Puncak Lawang - Simpang Kandih - Muko Muko

(jalan retribusi alternatif Kelok 44);

f. jalan kabupaten (K4) yang menghubungkan simpul-simpul:

1. Pasar Durian - Mutiara Agam;

2. Malalak - Sungai Batang (Ruas 105);

3. Sungai Dareh – Sungai Guntuang ( Ruas 366);

4. Kubu Labuah – Nagari - Padang Galanggang (Ruas 400); dan

5. Jalan Dama Gadang – Batas Kabupaten Agam (Batu Basa).

(4) Rencana pengembangan dan pembangunan prasarana lalu lintas angkutan

jalan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c meliputi :

a. terminal penumpang tipe A Agam dengan luas 5,0 (lima) hektar di

Kecamatan Ampek Angkek atau Banuhampu;

b. terminal penumpang tipe B Antokan dengan luas 1,0 (satu) hektar

berupa Peningkatan Sarana dan Prasarana;

c. terminal penumpang dan barang tipe B (promosi) Manggopoh dengan

luas 1,5 (satu setengah) hektar berupa Pembangunan Terminal; dan

d. terminal penumpang tipe dan barang C Amur dengan luas 1,0 (satu)

hektar berupa memfungsikan Terminal.

Pasal 13

(1) Pengembangan jaringan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

(ASDP) sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (2) huruf b ditujukan

untuk :

a. keperluan pariwisata Danau Maninjau; dan

b. penunjang budidaya perikanan air tawar.

(2) Pengembangan jaringan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

(ASDP) untuk kepentingan pariwisata berupa pembangunan dermaga untuk

Page 26: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

25

mendukung pariwisata di Maninjau, Muko-Muko, Linggai dan Sungai Batang

dan Sigiran yang berada di Kawasan Danau Maninjau; dan

(3) Pengembangan jaringan Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan

(ASDP) untuk penunjang budidaya perikanan keramba jaring apung adalah

pembangunan dermaga pengumpul produksi perikanan yang lokasinya

disesuaikan dengan Master Plan Minapolitan.

Pasal 14

(1) Sistem jaringan perkeretaapian sebagaimana dimaksud pada Pasal 11 ayat

(3) terdiri dari:

a. jaringan jalan kereta api; dan

b. stasiun.

(2) Rencana pengembangan jaringan jalan kereta api di Kabupaten Agam

sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a merupakan bagian dari

pengembangan lintas jaringan jalan kereta api Trans Sumatera (Connecting

Trans Sumatera Railways) yang meliputi :

a. pengaktifan kembali jaringan jalan kereta api jalur Lubuk Alung – Naras

dan Padang Panjang – Agam – Bukittinggi – Payakumbuh; dan

b. peningkatan dan pembangunan baru jaringan jalan kereta api jalur Naras

– Sungai Limau – Simpang Empat.

(3) Rencana pengaktifan kembali Stasiun Kereta Api bersamaan dengan

pengaktifan kembali jaringan jalan kerta api meliputi;

a. Stasiun penumpang dan barang di kawasan Pasar Padang Luar

kecamatan Banuhampu;

b. Stasiun penumpang dan barang di kawasan Pasar Baso kecamatan Baso;

dan

c. Stasiun penumpang dan barang di kawasan Tiku kecamatan Tanjung

Mutiara.

Pasal 15

(1) Pengembangan sistem transportasi laut sebagaimana dimaksud dalam pasal

11 ayat (4) ditujukan untuk mendukung sistem produksi, sistem pergerakan

barang dan jasa; dan

(2) Pengembangan sistem transportasi laut sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

berupa pengembangan Pelabuhan Perikanan Tiku Kecamatan Tanjung

Mutiara.

Page 27: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

26

Paragraf 2

Sistem Jaringan Energi

Pasal 16

(1) Sistem jaringan prasarana energi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat

(3) huruf b angka 1, meliputi:

a. pembangkit tenaga listrik; dan

b. jaringan prasarana listrik.

(2) Pengembangan sistem prasarana pembangkit tenaga listrik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) bertujuan untuk meningkatkan ketersediaan energi

bagi kegiatan permukiman dan kegiatan non permukiman dan mendukung

kegiatan perekonomian serta pengembangan kawasan.

(3) Rencana pengembangan prasarana pembangkit tenaga listrik sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui:

a. mengoptimalkan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Danau Maninjau

dengan kapasitas terpasang sebesar 68 MW dan PLTA Batang Agam 7

MW, dengan upaya pelestarian kawasan resapan air pada catchment

area;

b. pengembangan dan pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Minihidro

(PLTM) di Kecamatan Palupuh, Palembayan, Malalak dan Lubuk Basung,

Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) di seluruh Kecamatan di

Kabupaten Agam;

c. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Matahari (Solar cell) di seluruh

Kecamatan di Kabupaten Agam;

d. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Biogas di seluruh Kecamatan

di Kabupaten Agam;

e. pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Gelombang Laut (PLTGL) di

Kecamatan Tanjung Mutiara; dan

f. pengembangan energi geothermal di Kecamatan Tanjung Raya.

(4) Pengembangan jaringan prasarana listrik sebagaimana dimaksud ayat (1)

huruf b, meliputi;

a. Gardu Induk yang sudah terbangun seperti Gardu Induk Lubuk Sao dan

Dardu Induk Padang Luar.

b. jaringan transmisi saluran udara tegangan menengah (SUTM) 150 KV dari

pembangkit PLTA maninjau menuju Gardu Induk Padang Luar; dan

Page 28: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

27

c. pembangunan transmisi saluran udara tegangan menengah (SUTM) 150

KV dari pembangkit PLTA Maninjau menuju Gardu Induk di Kabupaten

Pasaman Barat.

Paragraf 3

Sistem Jaringan Telekomunikasi

Pasal 17

(1) Pengembangan prasarana telekomunikasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 ayat (3) huruf b angka 2 ditujukan untuk tersedianya jaringan

telepon dalam jumlah yang cukup, merata dengan mutu pelayanan yang

lebih baik serta biaya yang terjangkau, meliputi:

a. Jaringan kabel; dan

b. Jaringan Seluler

(2) Pemenuhan kebutuhan jaringan telekomunikasi jaringan kabel sebagaima

dimaksud ayait (1) huruf a meliputi:

a. pemenuhan kebutuhan pelanggan telepon, terutama pelanggan rumah

tangga;

b. optimalisasi sentral telepon otomatis (STO) yang telah dibangun di Lubuk

Basung, Maninjau, dan Baso dengan teknologi kabel optis;

c. peningkatan pelayanan dengan mempermudah dalam pemasangan

sambungan baru untuk jaringan telepon; dan

d. penyediaan jaringan-jaringan telepon baru dapat memanfaatkan

pengembangan jaringan jalan sebagai akses penunjang;

(3) Pemenuhan kebutuhan jaringan telekomunikasi jaringan seluler sebagaima

dimaksud ayait (1) huruf b meliputi:

a. mendorong penggunaan Based Transceiver Station (BTS) / Tower

bersama untuk tujuan efisiensi dan estetika lingkungan;dan

b. penambahan based transceiver station (BTS) diprioritaskan pada wilayah-

wilayah yang belum terjangkau seperti Kecamatan Malalak, Kecamatan

Palembayan, Kecamatan Palupuh dan sebagian Kecamatan Matur.

Page 29: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

28

Paragraf 4

Sistem Jaringan Sumber Daya Air

Pasal 18

(1) Pengembangan Sember daya Air sebagai mana dimaksud dalam pasal 8 ayat

(3) huruf b angka 3 berdasarkan pada pengelola sumber daya air yang

berbasis Wilayah sungai yang meliputi :

a. Konservasi Sumber Daya Air;

b. Pendayagunaan Sumber Daya Air; dan

c. Pengendalian Sumber Daya Air.

(2) Kabupaten Agam sebagian besar terletak pada wilayah Sungai Masang

Pasaman dan sebagian kecil pada WS Indragiri Akuaman, dimana WS Masang

Pasaman Merupakan WS Lintas Propinsi dan WS Indragiri Akuaman

merupakan WS lintas Propinsi.

(3) Daereh Aliran Sungai, Embung dan Danau yang terdapat dalam Kabupaten

Agam meliputi:

a. Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terletak dalam Kabupaten Agam

meliputi:

1. DAS Palembayan;

2. DAS Masang; dan

3. DAS Gaung;

b. Danau yang terletak di Kabupaten Agam adalah Danau Maninjau; dan

c. Embung yang berada di Kabupaten Agam meliputi:

1. Embung Waduk Lapangan di Kecamatan Ampek Angkek;

2. Embung Sungai Janiah, Bukik Siranjau Kecamatan Baso;

3. Embung Tabek Tarok, Siliuk, Sirangkak Gadang, Pincuran Sialai,

Lurah Kabun, Ampuah III Rawang, Korong Panjang, Sungai Janiah di

Kecamatan Canduang;

4. Embung Tarusan Kamang dan Tembok Batu, Sungai Bawak di

Kecamatan Kamang Magek;

5. Embung Tirtasari, Batu Kabau, Baburai di Kacamatan Tilatang

Kamang;

6. Embung Tabek Sariak, Badorai, Tabek Aie Asin, Ampuah Kecamatan

Sungai Pua; dan

Page 30: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

29

7. Embung Bapensi, Pincuran VII, Sungai Tanang Kacamatan IV Koto

(4) Konservasi Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

diarahkan dan direncanakan, meliputi:

a. rencana penataan daerah aliran sungai melalui upaya pelestarian

kawasan lindung dan kawasan konservasi untuk menjaga tata air; dan

b. kawasan bermasalah seperti banjir dan tanah longsor dilakukan

penanganan khusus berupa pembangunan insfrastruktur pengendalian

banjir dan pelaksanaan kegiatan pelestarian lingkungan seperti

pemulihan lahan kritis dan penanaman hutan kembali (reboisasi).

(5) Perdayagunaan Sumber Daya Air sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

b meliputi:

a. sistem jaringan irigasi; dan

b. sistem jaringan air baku.

(6) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a dibagi

atas 3 kewenangan yaitu:

a. kewenangan pemerintah pusat yaitu Daerah Irigasi (DI) Antokan;

b. kewenangan pemerintah propinsi, meliputi:

1. DI Batang Dareh kecamatan Lubuk Basung;

2. DI Sangkir Garagahan Kecamatan Lubuk Basung;

3. DI Baramban III Lurah Tilatang Kamang;

4. DI Sianok Kecamatan IV Koto; dan

5. DI Gumarang Kecamatan Palembayan

c. kewenangan pemerintah daerah Kabupaten Agam terdiri dari 155 DI

yang meliputi:

1. Kecamatan Ampek Angkek meliputi: DI. Waduk Lapangan, DI. Bt

Katiak, DI. Sidangkong, DI. Tambuo, DI. Bebeh, DI. Bt Kasiak;

2. Kecamatan Baso meliputi: DI. Ujung Guguk, DI. Mancung, DI. Baruah

Salo, DI. Dt. Kodoh, DI. Jabur;

3. Kecamatan Canduang meliputi: DI. Tabek Tarok, DI. Pincuran VII,

DI. Siliuk, DI. Batang Asahan, DI. Bdr. Subarang, DI. Subarang, DI.

Cingkano, DI. Tabing, DI. Kr. Panjang, DI. Niur, DI. Jbt. Ujung

Guguk;

4. Kecamatan Kamang Magek meliputi: DI. Hilalang, DI. Batu Biaro, DI.

Page 31: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

30

Ambacang, DI. III April, DI. Joho, DI. Bkt Monggok, DI. Hulu Air

Gadang,;

5. Kecamatan Paupuh meliputi: DI. Air Biso, DI. Air Dareh, DI. Air

Kijang, DI. Patapian, DI. Sei. Belukar, DI. Batang Palupuh, DI. Bdr.

Angge, DI. Jambak Balau, DI. Pandan Banyak, DI. Tampunik;

6. Kecamatan Tilatang Kamang meliputi: DI. Surau Usang, DI. Kambing

VII, DI. Parak Laweh, DI. III Lurah, DI. Brb Bawah, DI. Namuang,

DI. Batu Kabau, DI. Batu Mandi, DI. Bdr. Batu, DI. Induring, DI. Sei

Tuak, DI. Jembatan Besi, DI. Gurun Laweh, DI. Bdr. Aur, DI. Brd

Tapi, DI. Bdr. Garegeh, DI. Tampunik;

7. Kecamatan Banuhampu meliputi: DI. Cingkaring C, DI. Cingkaring B.,

DI. Cingkaring A, DI. Kubu Banda, DI. Rakik, DI. Batu Hampa;

8. Kecamatan IV Koto: DI. Batang Sianok, DI. Pincuran VII, DI. Bapensi,

DI. Gadang, DI. Ranah;

9. Kecamatan Malalak meliputi: DI. Gadang Sini Air, DI. Manguih, DI.

Sigiran, DI. Batang Janiah, DI. Batang Kandang;

10. Kecamatan Matur meliputi: DI. Ruso, DI. Baapung, DI. Kamp Tingga

A, DI. Kampung Tingga B, DI. Lawang, DI. Sari Bulan, DI. Gadang

Ketek, DI. Sungai Jaring, DI. Badarun;

11. Kecamatan Sungai Pua meliputi: DI. Tabek Sariak, DI. Tiagan, DI.

Jarungan, DI. Curing-curing, DI Sirangkak Gadang (promosi);

12. Kecamatan Lubuk Basung meliputi: DI. Bdr. Sikabu, DI. Bdr. Baru,

DI. Bdr. Usang, DI. Bdr. Sibaraguang, DI. Bdr. Skr Lbk. Basung,

DI. Bdr. Lb Siarang, DI. Bdr. Jawi jawi, DI. Bdr. Siguhung, DI.

Bdr. Bt Gajah, DI. Bdr. Bt Silayang, DI. Batang Antokan, DI. Bdr.

Kalulutan, DI. Bdr. Kubu Anau, DI. Bdr. Sei. Pingai, DI. Bdr.

Sawah Parik, DI. Bdr. Padang Tongga, DI. Bdr. Kundus Lbs, DI.

Bdr. Dtk. Labiah;

13. Kecamatan Tanjung Mutiara meliputi: DI. Bdr. Cacang Tinggi, DI.

Bdr. Gadih Anggik, DI. Bdr. Durian Kapeh, DI. Bdr. Gasan Kacil,

DI. Bdr. Gadang, DI. Bdr. Sawah Kabun;

14. Kecamatan Tanjung Raya meliputi: DI. Bdr. Limau Hantu, DI. Bdr.

Saleko, DI. Bdr. Sei Rangeh, DI. Bdr. Kayu Kundu, DI. Bdr. Pulai,

DI. Bdr. Hulu Bambu, DI. Bdr. Air Gadang, DI. Bdr. Sarasah

Baringin, DI. Bdr. Rambai, DI. Bdr. Sei Asam, DI. Bdr. Kularian,

DI. Bdr. Tangah, DI. Bdr. Psr Panjang, DI. Bdr. Gadang Panji, DI.

Bdr. Panji, DI. Bdr. Sarasah Laring, DI. Bdr. D Gadang;

Page 32: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

31

15. Kecamatan Ampek Nagari meliputi: DI. Pasar Batu Kambing, DI.

Alahan Sirih, DI. Punago, DI. Balai Badak, DI. Sarasah, DI. Pasar

Bawan, DI. Malabor Bm, DI. Malabor Bld, DI. Malabor Bp, DI. Batu

Palano I, DI. Batu Palano II, DI. Bukareh, DI. Air Papo, DI. Subanak,

DI. Bada-bada; dan

16. Kecamatan Palembayan meliputi: DI. Gumarang BKA, DI. Gumarang

BA, DI. Gumarang BPL, DI. Kayu Bakicuik BT, DI. Gumarang BG, DI.

Gumarang BKT, DI. Paciputan, DI. Padang Bamban, DI. Kayu

Bakicuik BI, DI. Baringin, DI. Tantaman, DI. Mondak, DI. Silungkang,

DI. Tompek, DI. Padang Lawang.

(7) Sistem jaringan irigasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf a

diarahkan dan direncanakan, meliputi:

a. peningkatan daya guna irigasi dengan pembangunan embung, waduk,

bendung, bangunan bagi, pintu air, dan saluran;

b. peningkatan pemeliharaan dan peningkatan sarana prasarana irigasi

termasuk saluran-saluran irigasi;

c. peningkatan peran irigasi sebagai penyedia air bagi lahan-lahan

pertanian dan perkebunan maupun perikanan;

d. pemanfaatan air permukaan seperti sungai dan danau yang ada dalam

upaya penyediaan air kebutuhan irigasi;

e. Pelestarikan wilayah hulu sungai sebagai daerah resapan air dalam

menjaga debit mata air, sungai dan danau tetap stabil; dan

f. Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemeliharan

maupun pemanfaatan daerah irigasi sebagai basis dalam upaya

mewujudkan ketahanan pangan.

(8) Sistem air baku untuk air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf

b meliputi:

a. sumber air baku; dan

b. jaringan air baku.

(9) Sumber air baku untuk pemenuhan kebutuhan kelompok masyarakat dengan

memanfaatkan sumber air baku yang tersedia pada pada masing-masing

daerah, meliputi:

a. Mata Air Saliuak Bukit Batabuah Kecamatan Canduang;

b. Mata Air Pincuran Tujuah Bukit Batabuah Kecamatan Canduang;

c. Mata Air Tarok Bukit Batabuah Kecamatan Canduang;

d. Mata Air Cumantiang Bukit Batabuah Kecamatan Canduang;

Page 33: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

32

e. Mata Air Karang Panjang 1 Lasi Kecamatan Canduang;

f. Mata Air Pincuran Randah Lasi Kecamatan Canduang;

g. Mata Air Mesjid D F Bukit Batabuah Kecamatan Canduang;

h. Mata Air Sarasah Bungau Lasi Kecamatan Canduang;

i. Mata Air Batang Anak Aie Lasi Kecamatan Canduang;

j. Mata Air Anak Aie Lasi Kecamatan Canduang;

k. Mata Air Karang Panjang Lasi Kecamatan Canduang;

l. Mata Air Sarasah Batu Sampik Canduang Koto Laweh Kecamatan

Canduang;

m. Mata Air Lurah Pisang Canduang Koto Laweh Kecamatan Canduang;

n. Mata Air Batang Aie Kasiak Koto Tangah Kecamatan Tilayang Kamang;

o. Mata Air Solok Jorong Halalang Tarusan Kecamatan Kamang Magek;

p. Mata Air Kurai Tabek Panjang Kecamatan Baso;

q. Mata Air Mancuang Padang Tarok Kecamatan Baso;

r. Mata Air Lundang Koto Tinggi Kecamatan Baso;

s. Mata Air Luhak Banunang Tabek Panjang Kecamatan Baso;

t. Mata Air Batu Putiah Simarasok Kecamatan Baso;

u. Mata Air Ranah-Sei Gadang Koto Tinggi Kecamatan Baso;

v. Mata Air Sei Lumpua Padang Tarok Kecamatan Baso;

w. Mata Air Solok Padang Tarok, Kecamatan Baso;

x. Mata Air Dama Sikuciang I Kecamatan Lubuk Basung;

y. Mata Air Dama Sikuciang II Kecamatan Lubuk Basung;

z. Mata Air Hulu Aie Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung;

aa. Mata Air Silayang Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung;

bb. Mata Air Sigamuruah Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung;

cc. Mata Air Ulu Sigaga Lubuk Basung Kecamatan Lubuk Basung;

dd. Mata Air Pincuran B T Kecamatan Tanjung Raya;

ee. Mata Air Pincuran Tujuah Kecamatan Tanjung Raya;

ff. Mata Air Pincuran Gadang Kecamatan Tanjung Raya;

gg. Mata Air Bayua Kecamatan Tanjung Raya;

hh. Mata Air Angek Kecamatan Tanjung Raya;

ii. Mata Air Batu Nanggai Kecamatan Tanjung Raya;

jj. Mata Air Aie Tirih Kecamatan Koto Gadang;

kk. Mata Air Barambuih Koto Gadang Kecamatan IV Koto;

Page 34: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

33

ll. Mata Air Badorai Kecamatan Sungai Pua;

mm. Mata Air Sariak Kecamatan Sungai Pua;

nn. Mata Air Tabek Barawak Kecamatan Sungai Pua;

oo. Mato Air Galuang Kecamatan Sungai Pua;

pp. Mato Air Ampuah Kecamatan Malalak;

qq. Mata Air Limau Badak Kecamatan Malalak;

rr. Mata Air Kapalo Aie Kecamatan Malalak Timur;

ss. Mata Air Ampuah Kecamatan Malalak Timur;

tt. Mato Air Malalak Timur Kecamatan Malalak;

uu. Mata Air Pakak Malalak Timur Kecamatan Malalak;

vv. Mata Air Batu Malalak Timur Kecamatan Malalak;

ww. Mata Air Surau Pinang Tigo Balai Kecamatan Matur;

xx. Mata Air Surau Gadang Tigo Balai Kecamatan Matur;

yy. Mata Air Pincuran Gadang Matur Hilir Kecamatan Matur; dan

zz. Mata Air Paciputan Kampung Pili Palembayan.

(10) Sebelum didistribusikan ke konsumen diupayakan terlebih dahulu melalui

sistem pengolahan (water threatment plant);

(11) Jaringan air baku yang ada di Kabupaten Agam meliputi:

a. Jaringan air baku Siguhuang;

b. Jaringan air baku Silayang.;

c. Jaringan air baku Maninjau;

d. Jaringan air baku IV Koto;

e. Jaringan air baku Sungai Tanang;

f. Jaringan Air Baku Tabek Barawak;

g. Jaringan air baku Baso;

h. Jaringan air baku Canduang; dan

i. Jaringan air baku Palupuh;

(12) Pengendalian Sumber Daya Air meliputi sistem pengendalian banjir dan

sistem pengendalian abrasi pantai.

(13) Sistem pengendalian banjir sebagaimana dimaksud pada ayat (12) diarahkan

penangananya melalui:

a. rehabilitasi dan reboisasi kawasan hulu dan DAS;

Page 35: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

34

b. pembangunan bangunan pengendali daya rusak air (banjir) seperti

normalisasi sungai alur sungai dan perkuatan tebing sungai; dan

c. menetapkan sebagian dari kawasan banjir sebagai kawasan lindung

karena merupakan bagian dari ekosistim rawa/tanah basah (wet land).

(14) Sistem pengendalian abrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (12) diarahkan

penanganannya melalui:

a. Penanaman hutan mangrove di Pesisir Tiku terutama pada daerah yang

rawan abrasi.

b. Pembangunan bangunan pemecah gelombang di kawasan pesisir wilayah

Kabupaten Agam (terutama di kawasan padat penduduk : Tiku, Pasia

Paneh, Muaro Putus, Masang, Labuhan dan Subang-Subang); dan

c. Relokasi kawasan permukiman yang berpotensi terkena abrasi.

Paragraf 5

Sistem Jaringan Pengelolaan Lingkungan

Pasal 19

(1) Rencana sistem jaringan pengelolaan lingkungan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b angka 4 meliputi:

a. sistem Penyediaan Air Minum;

b. sistem drainase; dan

c. sistem pengelolaan sampah.

(2) Sistem penyediaan air minum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

diatas diarahkan penanganannya sebagai berikut:

a. Meningkatkan dan mengoptimalkan pengelolaan Sistem Penyediaan Air

Minum yang sudah beroperasi yang dikelola oleh Perusahaan Daerah

pada saat ini meliputi:

1. SPAM Kota Lubuk Basung;

2. SPAM Batu Kambiang Kecamatan IV Nagari;

3. SPAM Kota Tiku Kecamatan Tanjung Mutiara;

4. SPAM Kota Maninjau Kecamatan Tanjung Raya;

5. SPAM Kota Matur Kecamatan Matur;

6. SPAM IV Koto di Kecamatan IV Koto;

Page 36: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

35

7. SPAM Kota Baso Kecamatan Baso;

8. SPAM Ampek Angkek dan Canduang Kecamatan Ampek Angkek

Kecamatan Canduang; dan

9. SPAM Sungai Pua.

b. memperluas daerah pelayanan meliputi Kecamatan Banuhampu,

Kecamatan Tilatang Kamang da Kecamatan Kamang Magek;

c. mengoptimalkan pemanfaatan sumber air minum yang ada saat ini;

d. peningkatan kapasitas produksi dan distribusi dengan memperbesar

diameter pipa, penambahan jaringan pipa transmisi, distribusi dan tersier

(SR);

e. memperbaiki jaringan distribusi yang rusak dan pemeliharaan jaringan

guna meminimalisasi kebocoran selama distribusi;

f. peyediaan pompa-pompa cadangan pada tiap-tiap unit PDAM sehingga

jika terjadi kerusakan, produksi dan distribusi air minum tidak terganggu;

g. pada daerah perbukitan diarahkan penggunaan sumur bor dengan

pengelolaan pada masing-masing nagari;

h. penyediaan air minum diutamakan untuk daerah-daerah padat penduduk

seperti ibukota kecamatan dan pusat-pusat permukiman; dan

i. pengembangan jaringan jalan dapat dimanfaatkan sebagai akses

penunjang dalam pemanfaatan jaringan-jaringan baru.

(3) Rencana penanganan sistem drainase di Kabupaten Agam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. pemanfaatan sungai sebagai saluran primer melalui program normalisasi

sungai dan perawatan sungai lainnya;

b. penyediaan saluran sekunder, saluran tersier dengan berbagai dimensi

yang mengikuti sistem jaringan jalan melalui program pembangunan baru

dan pemeliharaan; dan

c. pembangunan sistem drainase secara terpadu dengan pembangunan

prasarana kota lainnya.

(4) Ketentuan pengaturan sistem drainase sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b, diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

(5) Rencana sistem pengelolaan persampahan di wilayah perkotaan di kabupaten

Agam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c meliputi:

Page 37: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

36

a. pembangunan tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah di Kota Lubuk

Basung;

b. pembangunan baru untuk tempat pemrosesan akhir (TPA) sampah skala

regional sesuai dengan persyaratan teknis dan daya dukung lingkungan

di Kecamatan Palupuah;

c. pengurangan masukan sampah ke TPA dengan konsep 3 R (reduce-

reuse-recycle) di sekitar wilayah sumber sampah;

d. pengolahan sampah dilaksanakan dengan teknologi ramah lingkungan

sesuai dengan kaidah teknis yaitu controlled landfill atau sanitary landfill;

e. rehabilitasi dan pengadaan sarana dan prasarana persampahan bergerak

dan tidak bergerak; dan

f. pengembangan kemitraan dengan swasta dan kerja sama dengan

kabupaten sekitarnya yang berkaitan untuk pengelolaan sampah dan

penyediaan TPA.

Paragraf 6

Sistem Jaringan Prasarana Lainnya

Pasal 20

(1) Rencana sistem jaringan prasarana lainnya sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 8 ayat (3) huruf b angka 5 berupa pembangunan jalur evakuasi.

(2) Rencana pengembangan jalur evakuasi Kabupaten Agam sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. jalur evakuasi bencana gempa bumi;

b. jalur evakuasi bencana tsunami;

c. jalur evakuasi bencana abrasi;

d. jalur evakuasi bencana banjir;

e. jalur evakuasi bencana gerakan tanah atau longsor; dan

f. jalur evakuasi bencana letusan gunung berapi.

(3) Penyediaan jalur/tempat evakuasi untuk bencana gempa bumi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf a diarahkan untuk memanfaatkan taman

lingkungan, lapangan olah raga, bangunan sosial dan agama seperti sekolah

dan rumah ibadah.

(4) Penyediaan jalur evakuasi untuk bencana tsunami sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf b, meliputi:

Page 38: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

37

a. untuk kawasan permukiman di Nagari Tiku Selatan dan Tiku Utara

disediakan jalur evakuasi menuju daerah ketinggian seperti Jalan Gasan

Kaciak -Padang Tui, Banda Gadang - Padang Tui, Pasar Tiku - Simpang

IV Cacang, Durian Kapeh - Simpang Mangkua, Durian Kapeh - Bukik

Sariak, Anak Aia Dadok - Padang Kajai;

b. untuk kawasan permukiman di Nagari Tiku Limo Jorong dibutuhkan jalur

evakuasi dan lokasi penyelamatan (shelter) dan bangunan penyelamatan

(escape building) serta penyediaan ruang terbuka yang sewaktu-waktu

dapat digunakan sebagai tempat pengungsian;

(5) Penyediaan jalur/tempat evakuasi untuk bencana abrasi sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf c, meliputi:

a. memanfaatkan taman lingkungan, lapangan olah raga, bangunan sosial

dan agama seperti sekolah dan rumah ibadah sebagai tempat

pengungsian;

b. pelarangan pengembangan kawasan permukiman pada kawasan rawan

abrasi; dan

c. program relokasi ke daerah yang lebih aman untuk permukiman/

bangunan yang telah ada;

(6) Penyediaan jalur/tempat evakuasi untuk bencana banjir sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) huruf d, meliputi:

a. pemanfaatan ruang terbuka hijau, lapangan olah raga, fasilitas umum

sebagai lokasi penyelamatan yang dapat menampung penduduk dalam

jumlah besar; dan

b. melaksanakan pembangunan fasilitas pemerintahan yang sekaligus

berfungsi sebagai tempat evakuasi yang jauh dari sumber-sumber

bencana dan dampak lanjutan dari bencana.

(7) Penyediaan jalur/tempat evakuasi untuk bencana gerakan tanah atau longsor

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, meliputi:

a. pemanfaatan ruang terbuka hijau, lapangan olah raga, fasilitas umum

sebagai lokasi penyelamatan yang dapat menampung penduduk dalam

jumlah besar; dan

b. melaksanakan pembangunan fasilitas pemerintahan yang sekaligus

berfungsi sebagai tempat evakuasi yang jauh dari sumber-sumber

bencana dan dampak lanjutan dari bencana.

(8) Penyediaan jalur/tempat evakuasi untuk bencana letusan gunung berapi

sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f, meliputi:

Page 39: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

38

a. pemilihan lokasi pengungsian yang tidak terjangkau oleh jatuhan

piroklastik, aliran lava dan lahar dingin; dan

b. penyediaan sarana prasarana yang dapat membantu kehidupan

pengungsi seperti air minum, tenda dan shelter, bahan makanan, dan

fasilitas lain.

BAB V

RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 21

(1) Rencana pola ruang wilayah di Kabupaten Agam terdiri dari :

a. pola ruang kawasan lindung; dan

b. pola ruang kawasan budidaya.

(2) Penetapan kawasan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

dilakukan dengan mengacu pada kawasan lindung yang telah ditetapkan

secara nasional dan memperhatikan kawasan lindung yang ditetapkan oleh

provinsi dan kabupaten.

(3) Penetapan kawasan budidaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b.

dilakukan dengan mengacu pada kawasan budidaya yang memiliki nilai

strategis nasional, serta memperhatikan kawasan budidaya provinsi dan

kabupaten.

(4) Rencana Pola ruang wilayah digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian

peta 1 : 50.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran II yang merupakan

bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Kedua

Rencana Pengembangan Kawasan Lindung

Pasal 22

Pola ruang untuk kawasan lindung sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1)

huruf a. meliputi:

a. hutan lindung;

b. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya;

Page 40: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

39

c. kawasan perlindungan setempat;

d. kawasan suaka alam dan pelestarian alam dan cagar budaya;

e. kawasan rawan bencana alam;

f. kawasan lindung geologi; dan

g. kawasan lindung lainnya.

Pasal 23

(1) Hutan lindung sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 huruf a meliputi: hutan

lindung yang ditetapkan terakhir sesuai dengan usulan perubahan kawasan

hutan.

(2) Hutan lindung sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan luas kurang

lebih 28.060 (dua puluh delapan ribu enam puluh) hektar, yang meliputi:

a. Hutan lindung Kamang dan Baso yang berada di Kecamatan Kamang

Magek dan Baso dengan luas kurang lebih 10.300 (sepuluh ribu tiga

ratus) hektar;

b. Hutan lindung Malalak yang berada di Kecamatan Malalak dengan luas

kurang lebih 2.520 (dua ribu lima ratus dua puluh) hektar;

c. Hutan lindung Bukit Kepanehan yang berada di Kecamatan Matur dan IV

Koto dengan luas kurang lebih 520 (lima ratus dua puluh) hektar;

d. Hutan lindung Maninjau yang berada di Kecamatan Tanjung Raya dengan

luas kurang lebih 5.450 (lima ribu empat ratus lima puluh) hektar;

e. Hutan lindung Palembayan yang berada di Kecamatan Palembayan

dengan luas kurang lebih 2.595 (dua ribu lima ratus sembilan puluh lima)

hektar;

f. Hutan lindung Silayang yang berada di Kecamatan Lubuk Basung dengan

luas kurang lebih 750 (tujuh ratus lima puluh) hektar;

g. Hutan lindung Muaro Putus yang berada di Kecamatan Tanjung Mutiara

dengan luas kurang lebih 1.835 (seribu delapan ratus tiga puluh lima)

hektar;

h. Hutan lindung Muaro Maur yang berada di Kecamatan Palembayan

dengan luas kurang lebih 3.160 (tiga ribu seratus enam puluh) hektar;

dan

i. Hutan lindung Padang Gelanggang yang berada di Kecamatan Matur

dengan luas kurang lebih 930 (sembilan ratus tiga puluh) hektar.

Page 41: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

40

Pasal 24

(1) Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya

sebagaimana dimaksud dalam pasal 22 huruf b, meliputi: kawasan

bergambut dan kawasan resapan air.

(2) Sebaran kawasan bergambut dengan ketebalan lebih dari 3 (tiga) meter

menyebar di bagian barat Kecamatan Tanjung Mutiara seluas lebih kurang

1.835 (seribu delapan ratus tiga puluh lima) hektar.

(3) Sebaran kawasan resapan air menyebar di lokasi Kawasan Hutan Lindung

dan catchmant area Kawasan Danau Maninjau yang ada di Kecamatan

Tanjung Raya.

Pasal 25

(1) Kawasan perlindungan setempat sebagaimana dimaksud dalam pasal 22

huruf c, meliputi:

a. sempadan pantai;

b. sempadan sungai;

c. kawasan sekitar danau/waduk; dan

d. kawasan sekitar mata air.

(2) Kawasan sempadan pantai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

diatas adalah pantai yang memanjang sejauh 43 (empat puluh tiga) Km di

Kecamatan Tanjung Mutiara minimal 100 (seratus) meter dari titik pasang air

laut tertinggi ke arah daratan.

(3) Kawasan sempadan sungai sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) huruf

b diatas, meliputi areal sepanjang kiri kanan aliran seluruh sungai termasuk

sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer dengan kriteria sempadan

ditetapkan sebagai berikut:

a. sungai bertanggul untuk kawasan perkotaan ditetapkan 3 (tiga) meter;

b. sungai bertanggul diluar kawasan perkotaan ditetapkan 5 (lima) meter;

c. sungai tak bertanggul didalam kawasan perkotaan ditetapkan:

1. 10 (sepuluh) meter bagi sungai yang kedalamannya kurang dari 3

(tiga) meter;

2. 15 (lima belas) meter bagi sungai yang kedalamannya 3 (tiga)

sampai dengan 20 (dua puluh) meter; dan

Page 42: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

41

3. 30 (tiga puluh) meter bagi sungai yang kedalamannya lebih dari 20

(dua puluh) meter.

d. sungai tak bertanggul diluar kawasan perkotaan ditetapkan :

1. 100 (seratus) meter bagi luas DAS lebih dari 500 (lima ratus) Km2;

dan

2. 50 (lima puluh) meter bagi sungai yang luas DAS kecil dari 500 (lima

ratus) Km2.

(4) Kawasan sempadan sekitar danau /waduk sebagaimana yang dimaksud pada

ayat (1) huruf c diatas adalah kawasan Danau Maninjau dan Waduk Batang

Agam dengan kriteria sempadan ditetapkan sebagai berikut :

a. daratan dengan jarak 50 (lima puluh) sampai dengan 100 (seratus)

meter dari titik pasang tertinggi air danau/waduk; atau

b. daratan sepanjang tepian danau/waduk yang lebarnya proporsional

dengan bentuk dan kondisi fisik tepian danau/waduk.

(5) Kawasan sempadan mata air sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1)

huruf d diatas meliputi daratan dengan jarak 50 (lima puluh) sampai dengan

100 (seratus) meter mengelilingi mata air sebagaimana dimaksud pasal 18

ayat (9), dan secara fisik berupa jalur hijau yang ditanami pohon atau

tanaman lainnya yang memiliki fungsi konservasi.

Pasal 26

Kawasan suaka alam, dan pelestarian alam dan Cagar Budaya sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 22 huruf d, meliputi:

a. suaka Alam Merapi dengan luas kurang lebih 3.270 (tiga ribu dua ratus tujuh

puluh) hektar, meliputi :

1. Kecamatan Banuhampu;

2. Kecamatan Baso;

3. Kecamatan Ampek Angkek; dan

4. Kecamatan canduang.

b. suaka alam Bukit Sirabungan dengan luas kurang lebih 1.930 (seribu

sembilan ratus tiga puluh) hektar di Kecamatan Palupuh;

c. suaka alam Batang Palupuh dengan luas kurang lebih 340 (tiga ratus empat

puluh) hektar yang berada di Kecamatan Palupuh;

Page 43: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

42

d. suaka alam Maninjau Utara dan Selatan dengan luas kurang lebih 17.910

(tujuh belas ribu sembilan ratus sepuluh) hektar, meliputi;

1. Kecamatan Matur;

2. Kecamatan Tanjung Raya;

3. Kecamatan IV Koto ; dan

4. Kecamatan Palembayan.

e. suaka alam Singgalang Tandikat dengan luas lebih kurang 4.420 (empat ribu

empat ratus dua puluh) hektar, meliputi:

1. Kecamatan Banuhampu;

2. Kecamatan IV Koto; dan

3. Kecamatan Malalak.

Pasal 27

(1) Kawasan rawan bencana alam sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf e

meliputi :

a. kawasan rawan gerakan tanah / longsor

b. kawasan rawan gelombang pasang

c. kawasan rawan banjir

(2) kawasan rawan gerakan tanah / longsor sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a tersebar di seluruh wilayah kabupaten dengan pembagian

berdasar jenis gerakan tanah yaitu:

a. tipe jatuhan terdapat di Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan

Palembayan, Lubuk Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan

Matur, Kecamatan IV Koto, Kecamatan Malalak, dan Kecamatan Palupuh;

b. tipe gelinciran terdapat di Kecamatan Palupuh; dan

c. tipe nendatan terdapat di Kecamatan Matur, Palembayan, IV Koto dan

Kecamatan Malalak.

(3) kawasan rawan gelombang pasang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b adalah kawasan sekitar pantai yang memiliki kecepatan gelombang

10 (sepuluh) sampai dengan 100 (seratus) km/jam yang diakibatkan oleh

angin, dan grafitasi bulan atau matahari yaitu kawasan sepanjang pantai di

Kecamatan Tanjung Mutiara;

(4) kawasan rawan banjir, sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf c, berada pada

sepanjang aliran sungai yang tersebar meliputi:

a. Nagari Salareh Aia Kecamatan Palembayan;

Page 44: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

43

b. Nagari Koto Kaciak dan Nagari Koto Gadang Kecamatan Tanjung Raya;

c. Nagari Garagahan dan Nagari Manggopoh Kecamatan Lubuk Basung;

d. Nagari Bawan, Nagari Batu Kambing, Nagari Sitalang Kecamatan Ampek

Nagari;

e. Nagari Tiku V Jorong, Tiku Utara dan Tiku Selatan Kecamatan Tanjung

Mutiara;

f. Nagari Koto Tangah Kecamatan Tilatang Kamang; dan

g. Nagari Pasia Laweh Kecamatan Palupuh.

Pasal 28

(1) Kawasan lindung geologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf f yaitu

kawasan rawan bencana alam geologi, meliputi:

a. kawasan rawan letusan gunung Merapi;

b. kawasan kaldera maninjau;

c. kawasan rawan gempa bumi;

d. kawasan zona patahan aktif;

e. kawasan rawan tsunami;

f. kawasan rawan abrasi; dan

g. kawasan ngarai sianok.

(2) Kawasan rawan letusan gunung Merapi sebagaima dimaksud pada ayat (1)

huruf a meliputi aliran Batang Sarik, Limo Kampung, Tabek, Kepalo Koto,

Lukok, Surau Baru, Padang Laweh, Lubuk dan Pulungan; letusan Gunung

Tandikek yaitu sekitar Toboh.

(3) Kaldera maninjau sebagaima dimaksud pada ayat (1) huruf b terletak di

Kecamatan Tanjung Raya yang rawan terjadinya longsor tepatnya Jorong

Batu Nanggai, Galapung, Muko jalan Nagari Tanjung Sani yang secara

geologi tidak direkomendasikan untuk dimanfaatkan untuk pemukiman

penduduk.

(4) Kawasan rawan gempa bumi sebagaima dimaksud pada ayat (1) huruf c

meliputi kawasan yang tersebar di sepanjang Pegunungan Bukit Barisan,

daerah yang menghubungkan antara Danau Singkarak, Kota Bukittinggi

hingga sekitar perbatasan dengan Bonjol.

(5) Kawasan zona patahan aktif sebagaima dimaksud pada ayat (1) huruf d

meliputi;

a. Kecamatan Palupuh;

b. Kecamatan Palembayan;

Page 45: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

44

c. Kecamatan Matur;

d. Kecamatan IV Koto;

e. Kecamatan Banuhampu; dan

f. Kecamatan Sungai Pua.

(6) Kawasan rawan tsunami sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e

meliputi:

a. Nagari Tiku Selatan Kecamatan Tanjung Mutiara;

b. Jorong Subang-subang Nagari Tiku Limo Jorong Kecamatan Tanjung

Mutiara;

c. Jorong Labuhan Nagari Tiku Limo Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara;

d. Jorong Muaroputus Nagari Tiku Limo Jorong Kecamatan Tanjung

Mutiara;

e. Jorong Masang Nagari Tiku Limo Jorong Kecamatan Tanjung Mutiara;

dan

f. Jorong Gadih Angik Kecamatan Ampek Nagari.

(7) Kawasan rawan abrasi sebagaima dimaksud pada ayat (1) huruf f meliputi :

a. Jorong Masang telah mengikis pantai kurang lebih 800 (delapan ratus)

meter kearah darat;

b. Jorong Ujung Masang telah mengikis pantai kurang lebih 1.100 (seribu

seratus) meter;

c. Jorong Muara Putus telah mengikis pantai kurang lebih 300 (tiga ratus)

meter;

d. Jorong Ujung Labung telah mengikis pantai kurang lebih 500 (lima ratus)

meter;

e. Jorong Pasir Panas telah mengikis pantai kurang lebih 200 (dua ratus)

meter; dan

f. kawasan Pelabuhan Tiku telah mengikis pantai kurang lebih 100 (seratus)

meter.

(8) Kawasan Ngarai Sianok sebagaima dimaksud pada ayat (1) huruf g meliputi

Kecamatan IV Koto tepatnya di perbatasan Kabupaten Agam dan kota

Bukittinggi.

Pasal 29

(1) Kawasan lindung lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf g

meliputi:

Page 46: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

45

a. kawasan perlindungan plasma nutfah; dan

b. kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.

(2) Kawasan perlindungan plasma nutfah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a terdapat di Nagari Koto Rantang Kecamatan Palupuh berupa habitat

Bunga Raflesia (Raflesia Arnoldi).

(3) Kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. suaka pulau-pulau kecil yang berada di sekitar Pulau Tangah dan Pulau

Ujung dengan luas 27,5 (dua puluh tujuh koma lima) hektar yang

terdapat ekosistem terumbu karang tempat perkembangbiakan ikan dan

satwa lainnya; dan

b. taman pesisir berupa hutan mangrove dan nipah yang berada di pesisir

Kecamatan Tanjung Mutiara yaitu Nagari Tiku Selatan, Muaro Putus,

Masang dan Nagari Tiku V Jorong.

Bagian Ketiga

Rencana Pengembangan Kawasan Budidaya

Pasal 30

(1) Pola ruang untuk kawasan Budidaya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21

ayat (1) huruf b meliputi:

a. kawasan hutan produksi;

b. kawasan pertanian;

c. kawasan perikanan;

d. kawasan pertambangan;

e. kawasan industri;

f. kawasan pariwisata;

g. kawasan permukiman; dan

h. kawasan peruntukan lainnya.

(2) Luas keseluruhan dari rencana peruntukan kawasan budidaya di Kabupaten

Agam mencapai lebih kurang lebih 161.667,5 (seratus enam puluh satu ribu

enam ratus enem puluh tujuh koma lima) hektar.

Paragraf 1

Kawasan Hutan Produksi

Page 47: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

46

Pasal 31

Rencana pengembangan kawasan hutan produksi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (1) huruf a dengan luas kurang lebih 21.390 (dua puluh satu ribu

tiga ratus sembilan puluh) hektar meliputi:

1. Kawasan hutan produksi terbatas dengan luas 15.250 (lima belas ribu dua

ratus lima puluh) hektar, di Sipinang Kecamatan Palembayan dan Pagadih di

Kecamatan Palupuh;

2. Kawasan hutan produksi tetap dengan luas 1.430 (seribu empat ratus tiga

puluh) hektar di Bukit Lohong Baso Kecamatan Baso; dan

3. Kawasan hutan produksi yang dapat dikoversi dengan luas 7.210 (tujuh ribu

dua ratus sepuluh) hektar meliputi:

a. hutan produksi yang dapat dikonversi Muaro putus di Kecamatan Tanjung

Mutiara;

b. hutan produksi yang dapat dikonversi Malalak di Kecamatan Malalak; dan

c. hutan produksi yang dapat dikonversi Bukik Kepala Bandar Malalak di

Kecamatan Malalak.

Paragraf 2

Kawasan Pertanian

Pasal 32

(1) Rencana pengembangan kawasan pertanian sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (1) huruf b meliputi:

a. peruntukan tanaman pangan;

b. kawasan holtikultura;

c. kawasan perkebunan; dan

d. kawasan peternakan.

(2) Peruntukan kawasan pertanian tanaman pangan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a meliputi:

a. Kecamatan Lubuk Basung;

b. Kecamatan Ampek Nagari;

c. Kecamatan Palembayan;

d. Kecamatan Tanjung Raya;

e. Kecamatan IV Koto;

Page 48: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

47

f. Kecamatan Banuhampu;

g. Kecamatan Sungai Pua;

h. Kecamatan Tilatang Kamang;

i. Kecamatan Kamang Magek;

j. Kecamatan Baso;

k. Kecamatan Ampek Angkek; dan

l. Kecamatan Canduang.

(3) Peruntukan kawasan pertanian lahan kering atau holtikultura sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Kecamatan Ampek Angkek;

b. Kecamatan Baso;

c. Kecamatan Canduang;

d. Kecamatan Banuhampu;

e. Kecamatan Sungai Pua;

f. Kecamatan IV Koto; dan

g. Kecamatan Matur.

(4) Peruntukan kawasan perkebunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

c terbagi menurut jenis perkebunan sebagai berikut:

a. rencana pengembangan kawasan perkebunan karet akan diprioritaskan

pada kecamatan Ampek Nagari dan Kecamatan Palembayan;

b. rencana pengembangan kawasan perkebunan kelapa dalam akan

diprioritaskan pada Kecamatan Tanjung Mutiara, Ampek Nagari,

Palembayan serta Lubuk Basung;

c. rencana pengembangan kawasan perkebunan cengkeh kan diprioritaskan

pada Kecamatan Tanjung Raya, Matur serta Malalak;

d. rencana pengembangan kawasan perkebunan casiavera akan

diprioritaskan pada Kecamatan Malalak, Matur serta Tanjung Raya;

e. rencana pengembangan kawasan perkebunan pala akan diprioritaskan

pada Kecamatan Tanjung Raya;

f. Rencana pengembangan kawasan perkebunan gambir akan diprioritaskan

pada Kecamatan Palupuh;

g. Rencana pengembangan kawasan perkebunan cacao tersebar di seluruh

kecamatan di Kabupaten Agam dengan sentra di Kecamatan Lubuk

Page 49: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

48

Basung, Kecamatan IV Nagari, Kecamatan Tanjung Mutiara, Kecamatan

Tanjung Raya dan Kecamatan Palembayan; dan

h. Rencana pengembangan kawasan perkebunan kelapa sawit akan

diprioritaskan pada wilayah Agam Bagian Barat.

(5) Peruntukan kawasan peternakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf

d terbagi menurut jenis ternak sebagai berikut:

a. pengembangan ternak besar dengan core bisnis sapi potong menliputi:

1. Kecamatan Tanjung Mutiara, Lubuk Basung dan Ampek Nagari

merupakan kawasan pengembangan Sapi Bali;

2. Kecamatan IV Angkek, Tilatang Kamang dan Baso, merupakan

pengembangan sapi hasil persilangan yaitu Simental, Brahman, PO

(Peranakan Ongole), Limousine; dan

3. Kecamatan Tanjung Raya dan Malalak dikembangkan Sapi PO dan

Brahman.

b. pengembangan ternak kecil yatu ternak kambing meliputi kecamatan

Kamang Magek, Ampek Nagari dan Lubuk Basung;

c. pengembangan ternak unggas meliputi,

1. ayam buras di Kecamatan Tilatang Kamang, Baso, Lubuk Basung

dan Tanjung Mutiara;

2. ayam ras petelur di Kecamatan Tilatang Kamang, Baso dan IV

Angkek;

3. ayam ras pedaging di Kecamatan Tilatang Kamang, Baso, Kamang

Magek dan Lubuk Basung; dan

4. itik dikembangkan di Kecamatan Tilatang Kamang dan Kamang

Magek dan Lubuk Basung.

Paragraf 3

Kawasan perikanan

Pasal 33

(1) Rencana pengembangan kawasan perikanan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 huruf c meliputi:

a. pengembangan perikanan tangkap;

b. perikanan budidaya; dan

c. kawasan peruntukan pengolahan ikan.

(2) Rencana pengembangan kawasan perikanan tangkap sebagaimana dimaksud

Page 50: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

49

pada ayat (1) huruf a dikembangkan di Kecamatan Tanjung Mutiara tepatnya

di kawasan pesisir Tiku.

(3) Rencana pengembangan perikanan budidaya sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b, terdiri dari:

a. budidaya ikan air tawar;

b. budidaya ikan laut; dan

c. budidaya ikan payau.

(4) Rencana budidaya ikan air tawar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf

a merupakan satu kesatuan dengan pengembangan kawasan Minapolitan

dengan pusatnya di Kecamatan Tanjung Raya dengan arahan sebagai

berikut:

a. pusat Minapolitan di kecamatan Tanjung Raya dengan fungsi:

1. minapolis yaitu sebagai pusat pelayanan untuk seluruh kawasan yang

meliputi perdagangan dan dan transportasi perikanan.

2. sentra produksi ikan air tawar nila, lele, patin dan majalaya dengan

sistem Keramba Jaring Apung (KJA) ramah lingkungan;

3. sentra pengolahan ikan air tawar

4. sentra pembenihan dengan pengembangan Unit Pembenihan Rakyat

nila dan majalaya; dan

5. pasar konsumen produk perikanan dan produk penunjang perikanan.

b. kawasan penyangga (hinterland) yang meliputi Kecamatan Lubuk

Basung, Kecamatan Ampek Nagari, Kecamatan Tanjung Mutiara,

Kecamatan Palembayan dengan fungsi;

1. sentra produksi budidaya ikan nila dan majalaya dengan kolam air

deras di Kecamatan Lubuk Basung.

2. sentra produksi budidaya patin dan lele serta pengolahan ikan lele di

Kecamatan Palembayan.

3. sentra produksi pakan ikan di Kecamatan IV Nagari

4. sentra pembenihan dengan pengembangan Unit Pembenihan Rakyat

Nila, lele, patin di Kecamatan Lubuk Basung, IV Nagari dan

Palembayan.

c. sentra produksi dengan sistem minapadi di Kecamatan Tilatang Kamang,

Kecamatan Lubuk Basung, Kecamatan Tanjung Raya, Kecamatan Baso

dan Kamang Magek;

Page 51: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

50

(5) Rencana budidaya ikan air laut sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf b

dikembangkan di Kecamatan Tanjung Mutiara.

(6) Rencana budidaya ikan air payau sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf

c dikembangkan di Kecamatan Tanjung Mutiara.

(7) Pengembangan kawasan pengolahan ikan laut, akan dialokasikan disekitar

Kawasan Pesisir Kecamatan Tanjung Mutiara.

Paragraf 4

Kawasan Pertambangan

Pasal 34

(1) Kawasan peruntukan pertambangan (KPP) di Kabupaten Agam sebagaimana dimaksud dalam pasal 30 ayat 1 huruh d meliputi:

a. Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP) Logam;

b. Kawasan Peruntukan Pertambangan (KPP) bukan logam dan batuan;

(2) Kawasan peruntukan pertambangan (KPP) logam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a berupa pertambangan Pasir Besi di Kecamatan Tanjung Mutiara.

(3) Kawasan peruntukan pertambangan (KPP) bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi:

a. Batu Kapur di Kecamatan Kamang Magek;

b. Dolomit di Kecamatan Palupuh;

(4) Kawasan Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) ditetapkan melalui Peraturan

Bupati.

(5) Peta Kawasan Peruntukan Pertambangan Kabupaten Agam sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dan (3) sebagaimana tercantum dalam Lampiran IV yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 5

Kawasan Industri

Pasal 35

1. Rencana pengembangan kawasan industri sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (1) huruf e meliputi pengembangan peruntukkan industri

besar, peruntukan industri sedang dan peruntukan industri mikro, kecil dan

menengah.

Page 52: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

51

2. Rencana pengembangan kawasan industri besar sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) di arahkan di Kecamatan Tanjung Mutiara untuk industri pengolahan

ikan dan hasil tambang, Kecamatan Tanjung Mutiara, Ampek Nagari dan

Lubuk Basung serta Palembayan untuk industri pengolahan hasil perkebunan.

3. Rencana pengembangan kawasan industri sedang sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) di arahkan di Kecamatan Baso, Kecamatan Ampek Angkek,

Kecamatan Canduang, Kecamatan Lubuk Basung, dan Kecamatan IV Nagari,

Tanjung Mutiara. Industri sedang yang akan dikembangkan adalah agro

industri.

4. Rencana pengembangan kawasan industri mikro, kecil dan menengah

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di arahkan di Kecamatan Ampek

Angkek, IV Koto, Tilatang Kamang, Kamang Magek, Sungai Pua dan

Canduang seperti industri konveksi, bordir, sulaman, perak, mobiler, pandai

besi dan makanan kecil seperti sanjai, karak kaliang dan kerupuk kulit serta

kerupuk ubi.

Paragraf 6

Kawasan Pariwisata

Pasal 36

(1) Rencana pengembangan kawasan parwisata sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (1) huruf f terdiri atas kawasan pariwisata alam, pariwisata

budaya dan pariwisata buatan atau minat khusus.

(2) Kawasan pariwisata alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri atas:

a. Kecamatan Tanjung Mutiara meliputi :

1. Pantai Bandar Mutiara;

2. Pantai Pasia Paneh;

3. Pantai Tiku ;

4. Pantai Ujung Karang; dan

5. Pulau Ujuang dan Pulau Tangah.

b. Kecamatan Ampek Nagari meliputi :

1. Talao Puduang;

2. Sarasah Kampuang Malayu; dan

3. Sarasah Batu Bagiriak.

c. Kecamatan Tanjung Raya meliputi:

Page 53: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

52

1. Danau Maninjau;

2. Sarasah Gasang;

3. Pantai Gasang;

4. Kelok 44 (kelok 1 s/d 19);

5. Aia Badarun;

6. Aia Angek;

7. Muko – muko;

8. Aia Tajun Simpang Dingin;

9. Wisata Perikanan Linggai;

10. Pemandian Puti;

11. Wisata Agro Durian (malangge);

12. Aia Tajun Gadih Ranti ;

13. Aia Tigo Raso;

14. Aia Tajun Cikalo;

15. Aia Tajun Asai;

16. Pulau Lagenda Danau Maninjau; dan

17. Landing Area Paralayang;

d. Kecamatan Matur meliputi:

1. Ambun Pagi ;

2. Puncak Lawang;

3. Ambun Tanai;

4. XIII Nan Basa;

5. Kapalo Lalang (Lawang Park);

7. Guo Inyiak Jarun;

8. Lembah Aia Taganang;

9. Batu Baselo;

10. Batu Gajah Mati;

11. Kelok 44 (kelok 19 s/s 44); dan

12. Pincuran Gadang.

e. Kecamatan IV Koto meliputi :

Page 54: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

53

1. Taman Raya Balingka;

2. Mato Aia Bapensi;

3. Wisata Gunung Singgalang (hiking); dan

4. Janjang Saribu Koto Gadang.

f. Kecamatan Banuhampu, meliputi Pemandian Alam Sungai Tanang dan

Mercusuuar Sungai Tanang;

g. Kecamatan Sungai Pua, yaitu Air Tajun Badorai;

h. Kecamatan Canduang meliputi ;

1. Galanggang Hawa, Karang Panjang, Pasangrahan;

2. Bukik Bulek; dan

3. Bukik Layang-Layang.

i. Kecamatan Baso melputi:

1. Ikan Sakti Sungai Janiah;

2. Ngalau Simarasok;

3. Ngalau Baso;

4. PLTA Batang Agam; dan

5. Puncak Tabek.

j. Kecamatan Kamang Magek, meliputi:

1. Ngalau Kamang;

2. Ngalau Tarang; dan

3. Tarusan.

k. Kecamatan Tilatang Kamang, meliputi:

1. Tirta Sari;

2. Lasuang Tuo Tigo Indu.

a. Kecamatan Palembayan, meliputi:

1. Bukik Sakura;

2. Guo Maua; dan

3. Guo Gumarang.

l. Kecamatan Palupuh, yaitu:

1. Sarasah Sungai Guntuang;

Page 55: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

54

2. Bunga Raflesia;

3. Guo Batu Baraguang; dan

4. Bukik Bulek Angge.

(3) Kawasan pariwisata budaya sebagaimana dimaksud ayat (1) terdiri atas:

a. Kecamatan Tanjung Mutiara, meliputi:

1. Topah;

2. Benteng Jepang Tiku; dan

3. Wisata kuliner (Kapalo Lauak Pangaranya’an Rang Tiku).

b. Kecamatan Lubuk Basung, meliputi:

1. Surau Batu Bidai;

2. Mesjid Pahlawan;

3. Mesjid Raya Garagahan;

4. Mesjid Al – Huda Jawi – Jawi;

5. Rumah Gadang Angku Lareh St. Harun;

6. Makam Angku Lareh St Harum ;

7. Rumah Adat Nagari Lubuk Basung;

8. Rumah Tempat Tinggal Belanda (asisten demang); dan

9. Komplek Makam Mandeh Siti Manggopoh.

c. Kecamatan Tanjung Raya meliputi:

1. Wisata Dakwah Qoryah Thoyyibah;

2. Mesjid Raya Paninjauan;

3. Surau Gadang Usang;

4. Mesjid Buya Amarullah;

5. Makam Buya Amarullah;

6. Makam Buya Dr. H. Abdul Karim Amarullah (Inyiak Rasul);

7. Perpustakaan H. Abdulkarim Amarullah (Inyiak Rasul);

8. Museum Rumah Kelahiran Buya HAMKA;

9. Surau Buya HAMKA;

10. Makam Haji Oedin Rahmani;

11. Makam Angku Lareh Koto Kaciak;

12. Lembaga Pemasyarakatan Maninjau;

13. Rumah Gadang Baanjuang di Sungai Batang;

Page 56: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

55

14. Benteng Jepang Muko – muko;

15. Rumah Gadang Angku Lareh Paninjauan;

16. Mesjid Raya Bayur.

17. Rumah Orang Tua Angku Lareh Kaciak;

18. Rumah Rasyidah Rasuna Said;

19. Tari Indang Tagak; dan

20. Talempong Aguang.

d. Kecamatan Matur meliputi:

1. Rumah Gadang Tuanku Alam Nan Putiah;

2. Kilang Tabu Tradisional;

3. Wisata Kuliner Kolak Labu;

4. Wisata Kuliner Kacang Lawang;

5. Benteng Andaleh; dan

6. Mesjid Utama Pincuran Gadang;

e. Kecamatan IV Koto, meliputi:

1. Makam Inyiak Syekh Angku Aluma;

2. Mesjid Nurul Iman Koto Gadang;

3. Mesjid Koto Tuo;

4. Tugu Syekh Daud Rasyid;

5. Museum Kerajinan Amai Setia;

6. Kerajinan Perak Koto Gadang;

7. Kawasan Pusako Koto Gadang; dan

8. Wisata Kuliner Gulai Itiak Lado Hijau.

f. Kecamatan Banuhampu, meliputi:

1. Mesjid Raya Jamiak Padang Luar;

2. Mesjid Jamik Parabek;

3. Surau Batu Lamo;

4. Pondok Pesantren Sumatera Tawalib Parabek;

5. Candi Taluak;

6. Mesjid Raya Taluak;

7. Mesjid Tuo Kubang Putiah;

8. Mesjid Jami’ Ladang Laweh;

Page 57: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

56

9. Makam Syekh Ibrahim Musa;

10. Makam Tentara Pelajar; dan

11. Benteng Jepang Taluak;

g. Kecamatan Sungai Pua,meliputi :

1. Pandai Besi;

2. Tari Alang Suntiang Pangulu;

3. Cancang Lauk Anam Baleh; dan

4. Pertahanan Paderi Padang Laweh.

h. Kecamatan Ampek Angkek, meliputi:

1. Makam Inyiak Lundang;

2. Surau Inyiak Lundang;

3. Makam Tuanku Nan Tuo;

4. Makam Pahlawan Babuai; dan

5. Makam Syekh Ibrahim.

i. Kecamatan Candung, meliputi :

1. Makam Syekh Sulaiman Ar – Rasuly;

2. Tarbiyah Islamiyah Canduang;

3. Mesjid Kuno Bingkudu;

4. Surau Inyiak Canduang;

5. Makam Tuanku Lareh Candung; dan.

6. Wisata Religi Canduang.

j. Kecamatan Baso, meliputi:

1. Arca Binatang (Batu Sanggua);

2. Makan Inyiak Layia – layia; dan

3. Benteng Jepang Sungai Sariak.

k. Kecamatan Tilatang Kamang, meliputi:

1. Mesjid Muhammad Yusuf;

2. Makam Muhammad Yusuf;

3. Medan Nan Bapaneh;

4. Monumen Pesawat Avro Anson; dan

5. Wisata Kuliner Nasi Kapau.

Page 58: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

57

l. Kecamatan Kamang Magek, meliputi:

1. Surau Tuanku Nan Ranceh;

2. Makam Tuanku Nan Ranceh;

3. Benteng Bansa Kamang Magek;

4. Makam Pahlawan Perang Kamang H. Abdul Manan;

5. Makam Pahlawan Perang Kamang;

6. Makam Pahlawan Perang Kamang Dt. Perpatiah Nan Sabatang;

7. Makam Syekh Istambul;

8. Makam Syekh Haji Jabar;

9. Makam Syekh Inyiak Cubadak;

10. Makam H. Rizal Al Haviz;

11. Mesjid Abdul Manan;

12. Mesjid Syekh Haji Jabar;

13. Tugu Pahlawan Perang Kamang; dan

14. Limpiang 1908 Parang Kamang.

m. Kecamatan Palembayan, meliputi:

1. Legenda Tupai Janjang; dan

2. Tari Lasuang;

n. Kecamatan Palupuh, yaitu

1. Kuburan Panjang;

2. Fron Palupuah;

3. Makam Syekh Jamil Jambek; dan

4. Pamandian Ratu Wihelmina;

(4) Kawasan pariwisata buatan dan minat khusus sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) terdiri atas:

a. Kecamatan Tanjung Raya, yaitu olahraga dirgantara dan arum jeram di

Sungai Antokan dan Kereta Gantung Kawasan Maninjau;

b. Kecamatan Matur, olahraga dirgantara dan off road, trabas dan joging

track dan Kereta Gantung.

c. Kecamatan Lubuk Basung, yaitu Loebas wisata, arum jeram di Sungai

Antokan;

d. Kecamatan Palupuh yaitu Wisata Pendidikan dan Teknologi Koto Tabang;

Page 59: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

58

e. Kecamatan IV Koto, yaitu jalan santai Ngarai Sianok Koto Gadang dan Off

Road di Bukik Taman Raya Pondok;

f. Buru babi di seluruh kecamatan.

g. Kecamatan Baso, yaitu panjat tebing; dan

h. Kecamatan Sungai Pua, pendakian Gunung Merapi dan Singgalang.

Paragraf 7

Kawasan Permukiman

Pasal 37

(1) Rencana pengembangan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 30 ayat (1) huruf g, meliputi:

a. kawasan permukiman perkotaan; dan

b. kawasan permukiman perdesaan.

(2) Pengembangan kawasan pemukiman perkotaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf a meliputi;

a. PKL Kota Lubuk Basung;

b. PKLp Baso.

(3) Pengembangan kawasan pemukiman perdesaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b akan dikembangkan diseluruh kabupaten Agam sebagai

antisipasi pertumbuhan penduduk akibat pertumbuh alamiah dan fasilitas

pendukungnya.

(4) Untuk lebih terarahnya pembangunan permukiman di Kabupaten Agam harus

ditindaklanjuti dengan penyusunan Rencana Pembangunan dan

Pengembangan Perumahan dan Permukiman di Daerah (RP4D).

Paragraf 8

Kawasan Peruntukan Lainnya

Pasal 38

(1) Rencana pengembangan kawasan peruntukan lainnya sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 30 ayat (1) huruf h, meliputi :

a. kawasan pendidikan;

b. kawasan kesehatan;

Page 60: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

59

c. fasilitas peribadatan;

d. fasilitas perekonomian;

e. fasilitas pemerintahan dan pelayanan umum; dan

f. Kawasan pertahanan dan Keamanan Negara.

(2) Rencana penyediaan fasilitas dan kebutuhan lahan sarana pendidikan,

kesehatan, peribadatan, perekonomian dan pelayanan umum di Kabupaten

Agam disesuaikan pada standar perencanaan fasilitas.

(3) Jumlah kebutuhan fasilitas serta kebutuhan lahan untuk pengembangan dari

masing-masing sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf f

disesuaikan dengan standar kebutuhan pertahanan keamanan negara.

(4) Jumlah kebutuhan fasilitas serta kebutuhan lahan untuk pengembangan dari

masing-masing sarana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatas

sebagaimana tercantum dalam lampiran IV yang merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dengan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VI

PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 39

(1) Tujuan penetapan Kawasan Strategis adalah menetapkan kawasan-kawasan

yang diprediksi di kawasan tersebut berlangsung kegiatan yang mempunyai

pengaruh besar terhadap:

a. tata ruang di wilayah sekitarnya;

b. kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan di bidang lainnya; dan

c. peningkatan kesejahteraan masyarakat.

(2) Sasaran dari penetapan Kawasan Strategis Kabupaten adalah agar

pembangunan pada kawasan-kawasan strategis mendapat perhatian bagi

pemerintah daerah dalam penataan maupun pengembangannya agar

memberikan dampak positif terhadap pencapaian tujuan kawasan strategis.

Bagian Kedua

Penetapan Kawasan Strategis

Pasal 40

(1) Penetapan Kawasan strategis Kabupaten Agam meliputi:

Page 61: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

60

a. kawasan yang memiliki nilai strategis sudut kepentingan pendayagunaan

sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;

b. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan fungsi dan

daya dukung lingkungan hidup;

c. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan ekonomi;

d. kawasan yang memiliki nilai strategis dari sudut kepentingan

pembangunan wilayah kabupaten.

(2) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pendayagunaan sumber daya alam

dan/atau teknologi tinggi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

adalah kawasan Koto Tabang merupakan Kawasan Strategis Nasional.

(3) Kawasan strategis dari sudut kepentingan fungsi dan daya dukung

lingkungan hidup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b yaitu

kawasan Danau Maninjau merupakan Kawasan Strategis Provinsi.

(4) Kawasan strategis dari sudut kepentingan ekonomi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf c, yaitu :

a. kawasan Poros Barat - Timur (Jalur Padang – Batas Provinsi Riau)

merupakan Kawasan Strategis Provinsi;

b. kawasan Pesisir Tiku;

c. kawasan Agropolitan Ampek Angkek – Canduang - Baso;

d. kawasan Tertinggal yang meliputi;

1. Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan;

2. Nagari Baringin, Kecamatan Palembayan;

3. Nagari Sungai Pua, Kecamatan Palembayan;

4. Nagari Sipinang, Kecamatan Palembayan;

5. Nagari Bawan, Kecamatan Ampek Nagari;

6. Nagari Sitalang, Kecamatan Ampek Nagari;

7. Nagari Tiku Lima Jorong, Kecamatan Tanjung Mutiara;

8. Nagari Malalak Utara, Kecamatan Malalak;

9. Nagari Malalak Selatan, Kecamatan Malalak;

10. Nagari Malalak Timur, Kecamatan Malalak;

11. Nagari Malalak Barat, Kecamatan Malalak;

12. Nagari Nan Tujuah, Kecamatan Palupuah;

13. Nagari Pagadih, Kecamatan Palupuah;

Page 62: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

61

14. Nagari Tanjung Sani, Kecamatan Tanjung Raya; dan

15. Nagari Garagahan, Kecamatan Lubuk Basung.

(5) Kawasan strategis dari sudut kepentingan pembangunan wilayah kabupaten

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, yaitu Kawasan Perbatasan

Agam-Bukittinggi yang meliputi:

a. Nagari Gadut;

b. Nagari Kapau;

c. Nagari Biaro Gadang;

d. Nagari Ampang Gadang;

e. Nagari Pasia;

f. Nagari Batu Taba;

g. sekitar Nagari Bukit Batabuah,

h. Nagari Kubang Putih;

i. Nagari Taluak IV Suku;

j. Nagari Ladang Laweh;

k. Nagari Padang Lua;

l. sebagian Nagari Guguak Tabek Sarojo;

m. sebagian Nagari Koto Gadang;

n. sebagian Nagari Sianok VI Suku;

o. sebagian Nagari Koto Panjang; dan

p. sebagian Nagari Panta Pauh.

(6) Penetapan Kawasan Strategis Kabupaten digambarkan dalam peta dengan

ketelitian 1 : 50.000 sebagaimana tercantum pada Lampiran V yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

BAB VII

ARAHAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 41

(1) Arahan Pemanfaatan ruang wilayah mengacu pada:

a. rencana struktur ruang;

Page 63: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

62

b. rencana pola ruang; dan

c. kawasan strategis kabupaten.

(2) Arahan pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi

indikasi program utama, indikasi lokasi, indikasi sumber pendanaan, indikasi

pelaksana kegiatan, dan waktu pelaksanaan.

(3) Indikasi program utama pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) meliputi:

a. indikasi program utama perwujudan struktur ruang;

b. indikasi program utama perwujudan pola ruang; dan

c. Indikasi program utama perwujudan kawasan strategis.

(4) Indikasi sumber pendanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari

dana APBN, APBD Provinsi, APBD Kabupaten.

(5) Indikasi pelaksanaan kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri

dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, swasta, dan masyarakat.

(6) Indikasi waktu pelaksanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari

4 (empat) tahapan jangka lima tahunan, yaitu:

a. tahap pertama, lima tahun pertama (2010 – 2014) yang terbagi atas

program tahunan;

b. tahap kedua, lima tahun kedua (2015 – 2019);

c. tahap ketiga, lima tahun ketiga (2020 – 2024); dan

d. tahap keempat, lima tahun keempat (2025 – 2030).

Bagian Kedua

Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang

Pasal 42

(1) Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang wilayah kabupaten

Agam sebagaimana dimaksud Pasal 41 ayat (3) huruf a meliputi indikasi

program untuk perwujudan rencana sistem pusat pusat permukiman dan

indikasi program untuk perwujudan rencana sistem jaringan prasarana

wilayah.

(2) Indikasi program utama untuk perwujudan rencana sistem pusat-pusat

permukiman meliputi indikasi program bagi perwujudan Pusat Kegiatan Lokal

Page 64: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

63

(PKL), Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp), Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)

dan Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL).

(3) Indikasi program utama untuk perwujudan rencana sistem jaringan prasarana

wilayah meliputi indikasi program bagi perwujudan sistem transportasi, sisten

jaringan prasarana energi, sisten jaringan prasarana telekomunikasi, sistem

jaringan prasarana sumber daya air dan sistem jaringan prasarana lainnya.

(4) Indikasi Program Utama Perwujudan Struktur Ruang Wilayah, yang lebih rinci

diwujudkan dalam Tabel Indikasi Program Utama Tahunan sebagaimana

tercantum dalam Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari

Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga

Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang

Pasal 43

(1) Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang wilayah kabupaten Agam

sebagaimana dimaksud pasal 41 ayat (3) huruf b meliputi indikasi program

untuk perwujudan kawasan lindung dan indikasi program untuk perwujudan

rencana kawasan budidaya.

(2) Indikasi program utama untuk perwujudan kawasan lindung meliputi indikasi

program bagi perwujudan :

a. kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, meliputi:

1. kawasan hutan lindung;

2. kawasan bergambut; dan

3. kawasan resapan air;

b. kawasan perlindungan setempat, meliputi:

1. sempadan pantai;

2. sempadan sungai;

3. kawasan sekitar danau/waduk, dan

4. kawasan mata air.

c. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya yaitu kawasan

suaka alam seperti Hutan Suaka Alam;

d. kawasan rawan bencana alam yang meliputi:

Page 65: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

64

1. kawasan rawan gerakan tanah/longsor;

2. kawasan rawan gelombang pasang; dan

3. kawasan rawan banjir;

e. kawasan lindung geologi yang meliputi kawasan yang meliputi;

1. kawasan rawan letusan gunung api Merapi;

2. kawasan kaldera maninjau;

3. kawasan rawan gempa bumi;

4. kawasan zona patahan aktif;

5. kawasan rawan tsunami;

6. kawasan rawan abrasi; dan

7. kawasan ngarai sianok.

b. kawasan lindung lainnya yang meliputi;

1. kawasan perlindungan plasma-nutfah;

2. kawasan konservasi pesisir dan pulau-pulau kecil.

(3) Indikasi program utama untuk perwujudan kawasan budidaya meliputi

indikasi program bagi perwujudan :

a. kawasan hutan produksi, meliputi: kawasan hutan produksi tetap,

hutan produksi terbatas, dan hutan produksi yang dapat dikonversi;

b. kawasan pertanian meliputi: kawasan pertanian tanaman pangan,

kawasan pertanian holtikultura dan kawasan peternakan;

c. kawasan perkebunan meliputi, perkebunan kelapa sawit, kelapa, kakao,

casiavera, gambir, kopi dan pala;

d. kawasan perikanan yang meliputi: kawasan perikanan laut / tangkap

dan kawasan budidaya air tawar;

e. kawasan pertambangan yang meliputi kawasan pertambangan mineral

dan batuan, tambang minyak dan gas, tambang panas bumi dan air

bawah tanah;

f. kawasan pariwisata yang meliputi kawasan pariwisata alam, kawasan

pariwisata budaya dan kawasan pariwisata minat khusus; dan

g. kawasan permukiman yang meliputi kawasan permukiman perkotaan

dan kawasan permukiman perdesaan;

Page 66: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

65

(4) Indikasi Program Utama Perwujudan Pola Ruang Wilayah, yang lebih rinci

diwujudkan dalam Tabel Indikasi Program Utama Tahunan dan Lima Tahunan

Periode Tahun 2010–2030 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Keempat

Indikasi Program Utama Perwujudan Kawasan Strategis

Pasal 44

(1) Indikasi Program Utama Perwujudan kawasan strategis kabupaten Agam

sebagaimana dimaksud Pasal 41 ayat (3) huruf c, meliputi indikasi program

untuk perwujudan kawasan strategis dari sudut kepentingan:

a. pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi;

b. fungsi dan daya dukung lingkungan hidup;

c. ekonomi yang berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi kabupaten;

dan

d. pembangunan wilayah kabupaten.

(2) Indikasi Program Utama Perwujudan kawasan strategis wilayah, yang lebih

rinci diwujudkan dalam Tabel Indikasi Program Utama Tahunan dan Lima

Tahunan Periode Tahun 2010 – 2030 sebagaimana tercantum dalam

Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan

Daerah ini.

BAB VIII

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG

Bagian Kesatu

Umum

Pasal 45

(1) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupaten menjadi

acuan pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten.

(2) Ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada

Page 67: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

66

ayat (1) meliputi :

a. ketentuan umum peraturan zonasi;

b. ketentuan perizinan;

c. ketentuan pemberian insentif dan disinsentif; dan

d. arahan sanksi.

Bagian Kedua

Ketentuan Umum Peraturan Zonasi

Pasal 46

(1) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45

ayat (2) huruf a menjadi pedoman bagi penyusunan peraturan zonasi oleh

pemerintah kabupaten.

(2) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi:

a. ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang; dan

b. ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang.

(3) Ketentuan umum peraturan zonasi struktur ruang sebagaimana dimaksud

pada ayat (2) huruf a, meliputi ketentuan umum peraturan zonasi untuk

sistem jaringan prasarana wilayah dan prasarana lainnya.

(4) Ketentuan umum peraturan zonasi pola ruang sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) huruf b, meliputi ketentuan umum peraturan zonasi untuk ketentuan

umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung dan ketentuan umum

peraturan zonasi untuk kawasan budidaya.

(5) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk sistem jaringan prasarana wilayah

kabupaten sebagaimana dimaksud dalam pasal ayat (3) meliputi :

a. sistem prasarana utama yang meliputi jaringan jalan dan jalur kereta api;

b. sistem prasarana lainnya yang meliputi sistem jaringan prasarana energi,

sistem jaringan prasarana telekomunikasi, sistem jaringan sumberdaya

air dan sistem prasarana lingkungan.

(6) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan lindung sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) meliputi :

a. kawasan hutan lindung;

Page 68: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

67

b. kawasan bergambut;

c. kawasan resapan air;

d. kawasan sempadan pantai;

e. kawasan sempadan sungai;

f. kawasan sempadan danau dan/atau waduk;

g. kawasan sempadan mata air;

h. kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya;

i. kawasan rawan bencana;

j. kawasan lindung geologi; dan

k. kawasan lindung lainnya.

(7) Ketentuan umum peraturan zonasi untuk kawasan budidaya sebagaimana

dimaksud pada ayat (4) meliputi :

a. kawasan hutan produksi ;

b. kawasan pertanian;

c. kawasan perikanan;

d. kawasan pertambangan;

e. kawasan industri;

f. kawasan pariwisata;

g. kawasan permukiman; dan

h. kawasan peruntukan lainnya.

(8) Ketentuan umum peraturan zonasi sebagaimana dimaksud pada ayat (5),

ayat (6), dan ayat (7) tercantum pada lampiran IX dan merupakan bagian

tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Bagian Ketiga

Ketentuan Perizinan

Pasal 47

(1) Perizinan adalah izin yang terkait dengan pemanfaatan ruang yang menurut

ketentuan peraturan perundang-undangan harus dimiliki sebelum

pelaksanaan pemanfaatan ruang.

(2) Jenis perizinan yang termasuk kedalam kategori izin pemanfaatan ruang

meliputi :

Page 69: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

68

a. izin prinsip;

b. izin lokasi;

c. Izin Mendirikan Bangunan; dan

d. izin lainnya berdasarkan peraturan dan perundangan-undangan yang

berlaku.

(3) Izin prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a merupakan izin

yang diberikan pemerintah yang menyatakan kegiatan yang dimohonkan

secara prinsip diperkenankan untuk diselenggarakan dan belum dapat

dijadikan dasar untuk pelaksanaan kegiatan.

(4) Izin lokasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan izin yang

diberikan pemerintah kepada pemohon untuk memanfaakan ruang lebih

besar 1 hektar bagi kegiatan non pertanian dan lebih dari 25 hektar bagi

kegiatan pertanian.

(5) Izin Mendirikan Bangunan dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan izin

yang diberikan pemerintah kepada pemohon sebagai tanda bukti bahwa

permohonan yang bersangkutan sudah sesuai dengan peruntukan tata ruang,

aturan zonasi, serta aturan teknis keselamatan bangunan.

(6) Izin lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d merupakan izin

yang diberikan pemerintah dalam hal ini izin pemanfaatan ruang yang

dikeluarkan masing-masing instansi atau sektor yang sesuai dengan

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

(7) Ketentuan lebih lanjut tentang tata cara serta mekanisme pemberian izin

sesuai dengan jenis perizinan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) akan

diatur lebih lanjut dalam Peraturan Daerah atau Peraturan Bupati.

Bagian Keempat

Ketentuan Insentif dan Disinsentif

Pasal 48

(1) Insentif merupakan perangkat atau upaya untuk memberikan imbalan

terhadap pelaksanaan kegiatan pemanfaatan ruang sesuai dengan rencana

struktur ruang, rencana pola ruang, dan ketentuan umum peraturan zonasi

yang diatur dalam Peraturan Daerah ini.

(2) Disinsentif merupakan perangkat untuk mencegah, membatasi

pertumbuhan, atau mengurangi kegiatan yang tidak sejalan dengan rencana

Page 70: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

69

tata ruang.

(3) Ketentuan umum mengenai insentif dan disinsentif sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2), dijabarkan lebih lanjut dalam Lampiran X yang

merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

Paragraf 1

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Hutan Lindung

Pasal 49

(1) Pemberian insentif pada kawasan hutan lindung meliputi:

a. pemberian penghargaan kepada pihak yang melakukan rehabilitasi fungsi

lindung;

b. memberikan bantuan kredit kepada masyarakat lokal yang melakukan

reboisasi pada kawasan hutan lindung; dan

c. memberikan kompensasi permukiman dan atau imbalan kepada penduduk

yang bersedia direlokasi dari kawasan lindung.

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan hutan lindung meliputi:

a. pembatasan dukungan infrastruktur jaringan jalan, listrik, telekomunikasi

dan air minum;

b. tidak menerbitkan sertifikat tanah;

c. tidak mengeluarkan IMB; dan / atau

d. pembatasan bantuan sosial-ekonomi bagi masyarakat yang masih

bermukim pada kawasan lindung.

Paragraf 2

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Lindung Setempat

Pasal 50

(1) Pemberian insentif pada kawasan lindung setempat meliputi:

a. Memberikan bantuan, fasilitasi, dukungan, perlindungan hukum dan

subsidi kepada masyarakat yang melindungi kawasan lindung setempat;

dan/atau

Page 71: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

70

b. memberikan kompensasi permukiman dan atau imbalan kepada penduduk

yang bersedia direlokasi dari kawasan lindung.

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan lindung setempat meliputi:

a. pembatasan dukungan infrastruktur seperti jaringan jalan, listrik,

telekomunikasi dan air minum;

b. tidak diterbitkannya sertifikat tanah dan bangunan;

c. tidak mengeluarkan IMB ataupun izin usaha lain; dan/atau

d. tidak menyalurkan bantuan sosial-ekonomi bagi penduduk yang masih

bermukim pada kawasan lindung.

Paragraf 3

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam dan

Cagar Budaya

Pasal 51

(1) Pemberian insentif pada kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam dan Cagar

Budaya meliputi:

a. pemberian penghargaan kepada pihak yang melakukan rehabilitasi fungsi

kawasan suaka alam dan pelestarian alam;

b. memberikan bantuan kredit kepada masyarakat lokal yang melakukan

reboisasi pada kawasan suaka alam dan pelestarian alam; dan

c. memberikan kompensasi permukiman dan atau imbalan kepada penduduk

yang bersedia direlokasi dari kawasan suaka alam dan pelestarian alam.

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan Suaka Alam dan Pelestarian Alam dan

Cagar Budaya meliputi:

a. pembatasan dukungan infrastruktur jaringan jalan, listrik, telekomunikasi

dan air minum;

b. tidak menerbitkan sertifikat tanah;

c. tidak mengeluarkan IMB; dan / atau

d. pembatasan bantuan sosial-ekonomi bagi masyarakat yang masih

bermukim pada Suaka Alam dan Pelestarian Alam dan Cagar Budaya.

Paragraf 4

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Perkebunan

Page 72: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

71

Pasal 52

(1) Pemberian insentif pada kawasan perkebunan meliputi:

a. memberikan penghargaan, imbalan, penyertaan saham, kemudahan

perizinan, kepada pihak yang mengusahakan perkebunan yang sesuai

program pemerintah serta peraturan perundang-undangan yang berlaku;

b. memberikan penghargaan, imbalan, penyertaan saham, kemudahan

perizinan, kepada pihak yang mengelola perkebunan dengan

memprioritaskan penyerapan tenaga kerja lokal;

c. memberikan penghargaan, imbalan, penyertaan saham, kemudahan

perizinan, kepada pihak yang mengelola perkebunan dengan

merehabilitasi kawasan lindung setempat;

d. pemberian kemudahan dalam proses perizinan;

e. penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah untuk

memperingan biaya investasi oleh pemohon izin;

f. pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum

rencana tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat

menimbulkan dampak terhadap lingkungan; dan/atau

g. pemberian kemudahan dalam perizinan untuk kegiatan yang menimbulkan

dampak positif.

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan perkebunan meliputi:

a. pengenaan retribusi/kompensasi bagi pengusaha yang dalam pengelolaan

kegiatannya mengabaikan kerusakan lingkungan dan atau tidak sesuai

dengan aturan perundang-undangan yang berlaku; dan /atau

b. tidak memberikan bantuan penyuluhan, pembangunan infrastruktur,

subsidi dan bantuan lainnya kepada pelaku perkebunan yang berlokasi

pada kawasan lindung.

Paragraf 5

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Pertanian Tanaman Pangan

Pasal 53

(1) Pemberian insentif pada kawasan pertanian tanaman pangan meliputi:

a. memberikan imbalan, penghargaan, dukungan infrastruktur dan bantuan (subsidi) bagi petani yang memperluas lahan pertanian padi sawah;

Page 73: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

72

b. memberikan kemudahan berbagai perizinan bagi petani yang memperluas

lahan atau tetap mempertahankan luas lahan pertanian padi sawah;

c. memberikan bantuan-bantuan khusus kepada petani padi sawah dan/atau

d. menjamin harga gabah tetap tinggi (subsidi).

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan pertanian tanaman pangan meliputi:

a. pengenaan pajak progresif pada tanah pertanian lahan basah yang tidak

berfungsi lindung tidak diolah untuk pertanian padi sawah (produktif);

b. pengenaan retribusi dan pajak yang tinggi bagi bangunan yang didirikan

pada areal pertanian padi sawah; dan/atau

c. pengenaan retribusi yang tinggi bagi penduduk yang memanfaatkan air

irigasi bukan untuk pertanian lahan basah, kecuali tidak mengurangi debit

dan volume air irigasi.

Paragraf 6

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Perkotaan PKL dan PKLp

Pasal 54

(1) Pemberian insentif pada kawasan perkotaan PKL dan PKLp meliputi:

a. memberikan imbalan, penghargaan, kompensasi dan kemudahan usaha

bagi penduduk (swasta) yang melakukan investasi pada kawasan

perkotaan;

b. menyediakan kavling strategis yang murah atau pinjam pakai sampai 25

tahun) bagi pengusaha yang akan berusaha pada kawasan ini;

c. memberikan keringanan pajak kepada pengusaha yang berminat

berusaha/ menanamkan modalnya ;

d. menyiapkan lahan matang (kasiba/lasiba) untuk perumahan dan

bangunan komersial;

e. pemberian kemudahan dalam proses perizinan;

f. penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah untuk

memperingan biaya investasi oleh pemohon izin;

g. pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum

rencana tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat

menimbulkan dampak terhadap lingkungan; dan/atau

h. pemberian kemudahan dalam perizinan untuk kegiatan yang

menimbulkan dampak positif.

Page 74: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

73

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan perkotaan PKL dan PKLp meliputi:

a. mengenakan retribusi yang tinggi pada bangunan yang dibangun diluar

ketentuan penataan ruang yang sudah ditetapkan;

b. mengenakan retribusi yang tinggi pada usaha komersial pada skala

pelayanan tingkat kecamatan/kabupaten diluar pusat kegiatan/pelayanan

yang sudah ditetapkan;

c. pembatasan dukungan infrastruktur jaringan jalan, listrik, telekomunikasi

dan air minum;

d. tidak menerbitkan sertifikat tanah; dan

e. tidak mengeluarkan IMB.

Paragraf 7

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Perkotaan PPK dan PPL

Pasal 55

(1) Pemberian insentif pada kawasan perkotaan PPK dan PPL meliputi:

a. penyiapan lahan pusat perdagangan;

b. pembangunan infrastruktur pusat kota;

c. kemudahan izin pembangunan fasilitas sosial, jasa dan perdagangan;

d. pemberian kemudahan proses perizinan;

e. penyediaan sarana dan prasarana kawasan oleh pemerintah untuk

memperingan biaya investasi oleh pemohon izin;

f. pemberian kompensasi terhadap kawasan terbangun lama sebelum

rencana tata ruang ditetapkan dan tidak sesuai tata ruang serta dapat

menimbulkan dampak terhadap lingkungan; dan

g. pemberian kemudahan dalam perizinan untuk kegiatan yang menimbulkan

dampak positif.

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan perkotaan PPK dan PPL meliputi:

a. kenaikan retribusi/pajak bumi dan bangunan (PBB) pada lahan strategis

pusat kota namun tidak diusahakan secara produktif;

b. mengenakan retribusi yang tinggi pada bangunan yang dibangun diluar

ketentuan penataan ruang yang sudah ditetapkan;

Page 75: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

74

c. mengenakan retribusi yang tinggi pada usaha komersial pada skala

pelayanan tingkat kecamatan/kabupaten diluar pusat kegiatan/pelayanan

yang sudah ditetapkan;

d. pembatasan dukungan infrastruktur jaringan jalan, listrik, telekomunikasi

dan air minum;

e. tidak menerbitkan sertifikat tanah; dan

f. tidak mengeluarkan IMB.

Paragraf 8

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Pertambangan

Pasal 56

(1) Sebelum izin kegiatan pertambangan diberikan, perlu dilakukan analisis

manfaat dan risiko seperti analisis biaya (studi kelayakan) serta analisis

dampak lingkungan (Amdal/UKL/UPL).

(2) Perusahaan pertambangan wajib melakukan reklamasi lahan pasca tambang,

setelah kegiatan dinyatakan berhenti.

(3) Kegiatan pertambangan pada fungsi kawasan lain diperbolehkan sepanjang

mendukung atau tidak merubah fungsi utama kawasan dan

penyelenggaraanya sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku.

(4) Pemberian insentif pada kawasan pertambangan meliputi:

a. menyiapkan dukungan administratif sehingga terdapat kepastian hukum

berusaha;

b. memberikan kemudahan dalam perizinan;

c. dukungan pembangunan infrastruktur;

d. memfasilitasi urusan birokrasi dengan pemerintah provinsi dan pusat;

e. mendukung pelatihan tenaga lokal sesuai kebutuhan perusahaan

pertambangan; dan/atau

f. pemberian izin harus disertai kontrak reklamasi yang terukur.

(5) Pengenaan disinsentif pada kawasan pertambangan meliputi:

a. mengenakan retribusi yang tinggi bagi perusahaan yang mempunyai

dampak cukup penting terhadap pelestarian lingkungan; dan/atau

Page 76: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

75

b. mengenakan retribusi khusus bagi perusahaan pertambangan yang tidak

melibatkan tenaga kerja lokal lebih dari 40%.

Paragraf 9

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Permukiman

Pasal 57

(1) Pemberian insentif pada kawasan permukiman meliputi:

a. memberikan kemudahan perizinan pembangunan rumah/perumahan yang

sesuai peruntukan;

b. membangun prasarana permukiman;

c. membangun fasilitas umum dan sosial;

d. memberikan kepastian hukum dan nasehat teknis untuk bangunan tahan

gempa yang dibangun pada kawasan bebas bencana; dan

e. menyiapkan lahan yang aman bagi permukiman (kasiba/lisiba).

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan permukiman berupa:

a. tidak membangun prasarana permukiman, fasilitas sosial dan umum bagi

rumah (kelompok rumah) yang berada pada kawasan rawan bencana.

b. pembatasan dukungan infrastruktur jaringan jalan, listrik, telekomunikasi

dan air minum;

c. tidak menerbitkan sertifikat tanah; dan

d. tidak mengeluarkan IMB.

Paragraf 10

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Pesisir/Rawan Tsunami

Pasal 58

(1) Pemberian insentif pada kawasan pesisir/rawan tsunami meliputi:

a. Pengembangan infrastruktur pendukung;

b. Kemudahan prosedur perizinan usaha perikanan (sesuai aturan berlaku);

c. Pengembangan pusat pengumpul dan distribusi

d. Pemberian penghargaan kepada masyarakat

Page 77: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

76

e. Bantuan teknis pembangunan (advice planning) bangunan yang ramah

bencana;

f. bantuan peralatan tangkap;

g. pelatihan keterampilan untuk nelayan;

h. Pengembangan industri martim

i. penelitian dan pemasaran hasil laut;

j. pembangunan escape road & escape building;

k. pemberian subsidi bagi pelaku pembangun bangunan pelindung terhadap

bahaya tsunami / abrasi serta liquifaksi; dan

l. kemudahan dan bantuan pembangunan kawasan wisata yang bersesuaian dengan budaya lokal terutama bagi pengembang lokal.

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan pesisir/rawan tsunami meliputi:

a. Pengenaan pajak atau retribusi yang tinggi, disesuaikan dengan besarnya

biaya yang dibutuhkan untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan akibat pemanfaatan ruang; dan

b. Pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi dan

pinalti.

c. Retribusi/pajak bangunan lebih tinggi yang berada pada sempadan

pantai;

d. tidak menerbitkan sertifikat tanah; dan

e. tidak mengeluarkan IMB.

Paragraf 11

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Pariwisata

Pasal 59

(1) Pemberian insentif pada kawasan pariwisata meliputi:

a. penyiapan lahan untuk kawasan pariwisata;

b. kemudahan izin pembangunan fasiltias pendukung pariwisata;

c. dukungan pembangunan infrastruktur ;

d. kemudahan memperoleh sambungan listrik, PDAM, telekomunikasi;

e. fasilitasi promosi dan pemasaran Objek Daerah Tujuan Wisata;

Page 78: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

77

f. bantuan rehabilitasi rumah penduduk yang digunakan untuk penginapan

tamu/wisatawan (home stay); dan

g. kemudahan dan bantuan pembangunan kawasan wisata yang

bersesuaian dengan budaya lokal terutama bagi pengembang lokal.

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan wisata meliputi:

a. tidak menerbitkan izin atau pengenaan persyaratan yang sangat berat

bagi pengusaha wisata yang betentangan dengan norma, adat dan tata

krama setempat;

b. retribusi/pajak bangunan lebih tinggi yang berada pada kawasan lindung

setempat seperti sempadan pantai/danau;

c. pembatasan dukungan infrastruktur jaringan jalan, listrik, telekomunikasi

dan air minum;

d. tidak menerbitkan sertifikat tanah; dan

e. tidak mengeluarkan IMB.

Paragraf 12

Ketentuan Insentif-Disinsentif Kawasan Rawan Bencana

Pasal 60

(1) Pemberian insentif pada kawasan rawan bencana meliputi:

a. nasehat pembangunan (advice planning) bangunan yang ramah bencana;

b. penyiapan lahan beresiko rendah / aman dari ancaman bahaya;

c. pelatihan mitigasi bencana; dan

d. pembangunan escape road & escape building.

(2) Pengenaan disinsentif pada kawasan rawan bencana meliputi:

a. sanksi yang berat, tegas dan jelas sesuai dengan peraturan perundang-

undangan pada pelaku penyebab bencana (perambah kawasan lindung);

dan/atau

b. pembatasan dukungan infrastruktur bagi bangunan yang berada pada

kawasan rawan bencana tinggi.

Bagian Kelima

Ketentuan Insentif

Pasal 61

Page 79: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

78

Ketentuan insentif berlaku untuk kawasan yang didorong pertumbuhannya, yaitu :

a. pemberian insentif pada kawasan perkotaan seperti pembangunan prasarana

dan sarana perkotaan secara memadai;

b. pemberian insentif pada kawasan pertanian dapat berupa pembangunan

irigasi teknis/desa, pembangunan jalan produksi, perbaikan perumahan

petani, dan lain-lain, sedangkan pada kawasan sentra pertanian penting

untuk dibangun berbagai fasilitas penunjang agar sentra tersebut dapat

berfungsi optimal;

c. pemberian insentif pada kawasan perkebunan dapat berupa pembangunan

dan peningkatan jalan produksi, penyediaan lahan, gudang penyimpanan,

fasilitas pengolahan (pabrik), pengemasan dan lain-lain;

d. pemberian insentif pada kawasan pesisir berupa pemberian kemudahan

untuk berinvestasi, membangun fasilitas penunjang pelabuhan seperti

dermaga, tempat pelelangan ikan, bantuan alat tangkap, industri pengolahan

hasil perikanan dan lain-lain;

e. pemberian insentif pada kawasan wisata adalah pembangunan prasarana

dan sarana perhubungan, penataan lingkungan dan bangunan, penyediaan

berbagai fasilitas penunjang pariwisata, promosi dan pemasaran;

f. pemberian insentif pada kawasan pusat agropolitan adalah memberikan

kemudahan investasi, perencanaan ruang secara detail sehingga tercipta

kepastian pemanfaatan ruang, pembangunan kelengkapan fasiltas pusat

agropolitan, dan lain-lain; dan

g. pemberian insentif pada kawasan stategis berupa pembangunan prasarana

dan sarana pehubungan, kemudahan dalam investasi, sarana produksi dan

pengolahan pasca panen dan lain-lain.

Bagian Keenam

Ketentuan Disinsentif

Pasal 62

Kawasan yang perlu dikendalikan dan dibatasi perkembangannya dan ketentuan

disinsentif yang dapat diterapkan pada kawasan tersebut adalah sebagai berikut :

a. pemberian disinsentif pada kawasan rawan bencana; dapat dikenakan kepada

masyarakat yang melakukan pembangunan pada kawasan rawan bencana;

Page 80: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

79

b. pemberian disinsentif pada kawasan pertanian dan perkebunan dengan tidak

dilakukannya pembinaan pada petani kebun yang mempunyai kegiatan

perkebunan pada kawasan lindung; dan

c. pemberian disinsentif pada kawasan pertambangan, dimana batasan dalam

pengembangan kegiatan pertambangan adalah selama kegiatan penambangan

tersebut tidak menimbulkan dampak lingkungan yang penting dan dalam

plekasanaan kegiatan pertambangan tersebut harus mengikuti peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku.

BAB IX

S A N K S I

Pasal 63

(1) Arahan sanksi terhadap pelanggaran penataan ruang merupakan pengenaan

sanksi dengan tujuan untuk mewujudkan tertib tata ruang dan tegaknya

peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang.

(2) Pengenaan sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa sanksi

administratif, sanksi perdata dan sanksi pidana.

(3) Pengenaan sanksi dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Agam.

Pasal 64

(1) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat

(2) dikenakan atas pelanggaran pemanfaatan ruang yang berakibat pada

terhambatnya pelaksanaan program penataan ruang.

(2) Pengenaan sanksi administratif berfungsi sebagai:

a. perangkat untuk mencegah, membatasi pertumbuhan atau mengurangi

kegiatan yangtidak sejalan dengan rencana tata ruang; dan

b. penertiban pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata

ruang.

(3) Pengenaan sanksi administratif ditetapkan apabila hasil pengawasan

penataan ruang ditemui:

a. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten;

b. pemanfaatan ruang tidak sesuai dengan izin yang diberikan seperti Izin

Prinsip, Izin Lokasi, Izin IMB yang diberikan oleh instansi atau pejabat

yang berwenang; dan

Page 81: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

80

(4) Pengenaan sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan secara berjenjang dalam bentuk:

a. peringatan tertulis;

b. penghentian sementara kegiatan;

c. penghentian sementara pelayanan umum;

d. penutupan lokasi;

e. pencabutan izin;

f. pembatalan izin;

g. pembongkaran bangunan;

h. pemulihan fungsi ruang; dan

i. denda administrastif.

Pasal 65

(1) Peringatan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (4) huruf a

diberikan oleh pejabat yang berwenang dalam penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang melalui penerbitan surat peringatan tertulis sebanyak-

banyaknya 3 (tiga) kali.

(2) Penghentian kegiatan sementara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat

(4) huruf b dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. apabila peringatan tertulis tidak diindahkan maka ditindaklanjuti dengan

penerbitan surat perintah peghentian kegiatan sementara;

b. penerbitan surat perintah penghentian kegiatan sementara dari pejabat

yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

c. apabila pelanggar mengabaikan perintah penghentian kegiatan

sementara, pejabat yang berwenang melakukan penertiban dengan

menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara

secara paksa terhadap kegiatan pemanfaatan ruang;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

penghentian kegiatan pemanfaatan ruang dan akan segera dilakukan

tindakan penertiban oleh aparat penertiban;

e. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

melakukan penertiban dengan bantuan aparat penertiban melakukan

penghentian kegiatan pemanfaatan ruang secara paksa; dan

Page 82: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

81

f. setelah kegiatan pemanfaatan ruang dihentikan, pejabat yang

berwenang melakukan pengawasan agar kegiatan pemanfaatan ruang

yang dihentikan tidak beroperasi kembali sampai dengan terpenuhinya

kewajiban pelanggar untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan

rencana tata ruang dan/atau ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang

berlaku.

(3) Penghentian sementara pelayanan umum sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 64 ayat (4) huruf c dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. penerbitan surat pemberitahuan penghentian sementara pelayanan

umum dari pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang (membuat surat pemberitahuan penghentian

sementara pelayanan umum);

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban menerbitkan surat

keputusan pengenaan sanksi penghentian sementara pelayanan umum

kepada pelanggar dengan memuat rincian jenis-jenis pelayanan umum

yang akan diputus;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

penghentian sementara pelayanan umum yang akan segera

dilaksanakan, disertai rincian jenis-jenis pelayanan umum yang akan

diputus;

d. pejabat yang berwenang menyampaikan perintah kepada penyedia jasa

pelayanan umum untuk menghentikan pelayanan kepada pelanggar,

disertai penjelasan secukupnya;

e. penyedia jasa pelayanan umum menghentikan pelayanan kepada

pelanggar; dan

f. pengawasan terhadap penerapan sanksi penghentian sementara

pelayanan umum dilakukan untuk memastikan tidak terdapat pelayanan

umum kepada pelanggar sampai dengan pelanggar memenuhi

kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan ruangnya dengan

rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan ruang yang

berlaku.

(4) Penutupan lokasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (4) huruf d

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. penerbitan surat perintah penutupan lokasi dari pejabat yang berwenang

melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

Page 83: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

82

b. ppabila pelanggar mengabaikan surat perintah yang disampaikan, pejabat

yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi

penutupan lokasi kepada pelanggar;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dengan

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

penutupan lokasi yang akan segera dilaksanakan;

d. perdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

dengan bantuan aparat penertiban melakukan penutupan lokasi secara

paksa; dan

e. pengawasan terhadap penerapan sanksi penutupan lokasi, untuk

memastikan lokasi yang ditutup tidak dibuka kembali sampai dengan

pelanggar memenuhi kewajibannya untuk menyesuaikan pemanfaatan

ruangnya dengan rencana tata ruang dan ketentuan teknis pemanfaatan

ruang yang berlaku.

(5) Pencabutan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (4) huruf e

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. menerbitkan surat pemberitahuan sekaligus pencabutan izin oleh pejabat

yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang menerbitkan surat keputusan pengenaan sanksi

pencabutan izin pemanfaatan ruang;

c. pejabat yang berwenang memberitahukan kepada pelanggar mengenai

pengenaan sanksi pencabutan izin;

d. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban mengajukan

permohonan pencabutan izin kepada pejabat yang memiliki kewenangan

untuk melakukan pencabutan izin;

e. pejabat yang memiliki kewenangan untuk melakukan pencabutan izin

menerbitkan keputusan pencabutan izin;

f. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang

telah dicabut, sekaligus perintah untuk menghentikan kegiatan

pemanfaatan ruang secara permanen yang telah dicabut izinnya; dan

g. apabila pelanggar mengabaikan perintah untuk menghentikan kegiatan

pemanfaatan yang telah dicabut izinnya, pejabat yang berwenang

melakukan penertiban kegiatan tanpa izin sesuai peraturan perundang-

undangan yang berlaku.

Page 84: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

83

(6) Pembatalan izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (4) huruf f

dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. membuat lembar evaluasi yang berisikan perbedaan antara pemanfaatan

ruang menurut dokumen perizinan dengan arahan pola pemanfaatan

ruang dalam rencana tata ruang yang berlaku;

b. memberitahukan kepada pihak yang memanfaatkan ruang perihal

rencana pembatalan izin, agar yang bersangkutan dapat mengambil

langkah-langkah yang diperlukan untuk mengantisipasi hal-hal akibat

pembatalan izin;

c. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin oleh pejabat yang

berwenang melakukan penertiban pelanggaran pemanfaatan ruang;

d. memberitahukan kepada pemegang izin tentang keputusan pembatalan

izin;

e. menerbitkan surat keputusan pembatalan izin dari pejabat yang memiliki

kewenangan untuk melakukan pembatalan izin; dan

f. memberitahukan kepada pemanfaat ruang mengenai status izin yang

telah dibatalkan.

(7) Pembongkaran bangunan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (4)

huruf g dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. menerbitkan surat pemberitahuan perintah pembongkaran bangunan dari

pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang;

b. apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat

keputusan pengenaan sanksi pembongkaran bangunan;

c. pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

pembongkaran bangunan yang akan segera dilaksanakan; dan

e. berdasarkan surat keputusan pengenaan sanksi, pejabat yang berwenang

melakukan tindakan penertiban dengan bantuan aparat penertiban

melakukan pembongkaran bangunan secara paksa.

(8) Pemulihan fungsi ruang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 64 ayat (4)

huruf h dilakukanmelalui langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menetapkan ketentuan pemulihan fungsi ruang yang berisi bagian-bagian

yang harus dipulihkan fungsinya dan cara pemulihannya;

Page 85: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

84

b. Pejabat yang berwenang melakukan penertiban pelanggaran

pemanfaatan ruang menerbitkan surat pemberitahuan perintah

pemulihan fungsi ruang;

c. Apabila pelanggar mengabaikan surat pemberitahuan yang disampaikan,

pejabat yang berwenang melakukan penertiban mengeluarkan surat

keputusan pengenaan sanksi pemulihan fungsi ruang;

d. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban,

memberitahukan kepada pelanggar mengenai pengenaan sanksi

pemulihan fungsi ruang yang harus dilaksanakan pelanggar dalam jangka

waktu tertentu;

e. Pejabat yang berwenang melakukan tindakan penertiban dan melakukan

pengawasan pelaksanaan kegiatan pemulihan fungsi ruang;

f. Apabila sampai jangka waktu yang ditentukan pelanggar belum

melaksanakan pemulihan fungsi ruang, pejabat yang bertanggung jawab

melakukan tindakan penertiban dapat melakukan tindakan paksa untuk

melakukan pemulihan fungsi ruang; dan

g. Apabila pelanggar pada saat itu dinilai tidak mampu membiayai kegiatan

pemulihan fungsi ruang, pemerintah dapat mengajukan penetapan

pengadilan agar pemulihan dilakukan oleh pemerintah atas beban

pelanggar di kemudian hari.

(9) Denda administratif dapat dikenakan secara tersendiri atau bersama-sama

dengan pengenaan sanksi administratif dan besarannya ditetapkan oleh

masing-masing pemerintah daerah kabupaten.

(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengenaan sanksi administratif ini

dapat diatur lebih lanjut dengan Peraturan Bupati.

Pasal 66

(1) Sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat (2) ditetapkan

menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pelanggaran ketentuan rencana tata ruang wilayah kabupaten (RTRW) yang

dapat dikenakan sanksi pidana meliputi:

a. Kegiatan yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang;

b. Kegiatan yang memanfaatkan ruang tidak sesuai dengan izin

pemanfaatan ruang dari Pejabat yang berwenang;

Page 86: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

85

c. Kegiatan yang tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam

persyaratan izin pemanfaatan ruang; dan / atau

d. Kegiatan yang tidak memberikan akses terhadap kawasam yang oleh

peraturan perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

Pasal 67

(1) Sanksi Perdata adalah tindakan pidana yang menimbulkan kerugian secara

perdata akibat pelanggaran yang ada dan menimbulkan masalah pada

perorangan atau masyarakat secara umum dan diterapkan sesuai peraturan

perundangan-perundangan yang berlaku.

(2) Setiap orang yang menderita kerugian akibat tindak pidana pelanggaran

terhadap rencana tata ruang wilayah kabupaten seperti dimaksud dalam

Pasal 63 ayat (2), dapat menuntut ganti kerugian secara perdata kepada

pelaku tindak pidana sesuai peraturan perundangan-perundangan.

BAB X

PENGAWASAN DAN PENERTIBAN PEMANFAATAN

Pasal 68

(1) Pengawasan terhadap pemanfaatan ruang yang menyimpang dari RTRW

dilakukan melalui kegiatan penertiban.

(2) Penertiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan oleh Bupati

dengan menugaskan unit kerja yang berwenang, sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

(3) Ketentuan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. Pengawasan umum terhadap pemanfaatan ruang, penyimpangan,

pelanggaran RTRW yang dilakukan oleh aparat pada unit terkecil yaitu

kecamatan, nagari dan jorong serta oleh masyarakat umum; dan

b. Pengawasan khusus terhadap pemanfaatan ruang, penyimpangan,

pelanggaran RTRW yang dilakukan oleh instansi pemberi izin dan instansi

lain yang terkait.

(4) Penertiban pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah

usaha untuk mengambil tindakan agar pemanfaatan ruang yang

direncanakan dapat terwujud

(5) Ketentuan penertiban pemanfaatan ruang sebagaimana dimaksud pada ayat

(4) disesuaikan dengan ketentuan dan tata cara yang sesuai peraturan dan

perundang-undangan yang berlaku.

Page 87: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

86

BAB XI

HAK, KEWAJIBAN DAN PERAN MASYARAKAT SERTA KELEMBAGAAN

Pasal 69

Dalam penataan ruang, setiap orang berhak untuk:

a. mengetahui rencana tata ruang wilayah dan rencana rinci di daerah;

b. menikmati pertambahan nilai ruang sebagai akibat penataan ruang;

c. memperoleh penggantian yang layak atas kerugian yang timbul akibat

pelaksanaan kegiatan pembangunan yang sesuai dengan rencana tata ruang;

d. mengajukan keberatan kepada pejabat berwenang terhadap pembangunan

yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang di wilayahnya;

e. mengajukan tuntutan pembatalan izin dan penghentian pembangunan yang

tidak sesuai dengan rencana tata ruang kepada pejabat berwenang; dan

f. mengajukan gugatan ganti kerugian kepada pemerintah dan/atau pemegang

izin apabila kegiatan pembangunan yang tidak sesuai dengan rencana tata

ruang menimbulkan kerugian.

Pasal 70

Dalam pemanfaatan ruang, setiap orang wajib:

a. mentaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan;

b. memanfaatkan ruang sesuai dengan izin pemanfaatan ruang dari pejabat yang

berwenang;

c. mematuhi ketentuan yang ditetapkan dalam persyaratan izin pemanfaatan

ruang; dan

d. memberikan akses terhadap kawasan yang oleh ketentuan peraturan

perundang-undangan dinyatakan sebagai milik umum.

e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara

dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Pasal 71

(1) Untuk mengetahui rencana tata ruang, selain dari Lembaran Daerah

masyarakat dapat mengetahui rencana tata ruang yang telah ditetapkan

melalui papan pengumuman atau penyebarluasan oleh Pemerintah Daerah.

Page 88: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

87

(2) Kewajiban untuk menyediakan media pengumuman atau penyebarluasan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan melalui penempelan/

pemasangan peta rencana tata ruang yang bersangkutan pada tempat-

tempat umum dan juga pada media massa, serta melalui pembangunan

sistem informasi tata ruang.

Pasal 72

(1) Bentuk peran masyarakat dalam perencanaan tata ruang berupa masukan

masukan mengenai:

a. persiapan penyusunan rencana tata ruang;

b. penentuan arah perkembangan wilayah atau kawasan; pengidentifikasian

potensi dan masalah pembangunan wilayah atau kawasan;

c. perumusan konsepsi rencana tata ruang; dan/atau

d. penetapan rencana tata ruang.

(2) Kerjasama dengan pemerintah daerah dan/atau sesama unsur masyarakat

dalam perencanaan tata ruang.

Pasal 73

Bentuk peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang dapat berupa:

a. masukan mengenai kebijakan pemanfaatan ruang;

b. kerjasama dengan pemerintah daerah, dan/atau sesama unsur masyarakat

dalam pemanfaatan ruang;

c. kegiatan memanfaatkan ruang yang sesuai dengan kearifan lokal dan rencana

tata ruang yang telah ditetapkan;

d. peningkatan efisiensi, efektivitas, dan keserasian dalam pemanfatan ruang

darat, ruang laut, ruang udara, dan ruang di dalam bumi dengan

memperhatikan kearifan lokal serta sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

e. kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara

dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam;

dan

f. kegiatan investasi dalam pemanfaatan ruang sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 89: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

88

Pasal 74

Dalam pemanfaatan ruang di daerah, peran masyarakat dapat berbentuk:

a. pemanfaatan ruang daratan, ruang lautan, dan ruang udara berdasarkan

peraturan perundang-undangan, agama, adat, atau kebiasaan yang berlaku;

b. bantuan pemikiran dan pertimbangan berkenaan dengan pelaksanaan

pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang mencakup lebih dari satu

wilayah daerah/kota di daerah;

c. penyelenggaraan kegiatan pembangunan berdasarkan RTRW dan rencana tata

ruang kawasan yang meliputi lebih dari satu wilayah;

d. perubahan atau konversi pemanfaatan ruang sesuai dengan RTRW daerah

yang telah ditetapkan;

e. Kegiatan menjaga kepentingan pertahanan dan keamanan serta memelihara

dan meningkatkan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumber daya alam.

Pasal 75

Bentuk peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang dapat berupa:

a. masukan terkait arahan dan/atau peraturan zonasi, perizinan, pemberian

insentif dan disinsentif serta pengenaan sanksi;

b. keikutsertaan dalam memantau dan mengawasi pelaksanaan rencana tata

ruang yang telah ditetapkan;

c. pelaporan kepada instansi dan/atau pejabat yang berwenang dalam hal

menemukan dugaan penyimpangan atau pelanggaran kegiatan pemanfaatan

ruang yang melanggar rencana tata ruang yang telah ditetapkan; dan

d. pengajuan keberatan terhadap keputusan pejabat berwenang terhadap

pembangunan yang dianggap tidak sesuai dengan rencana tata ruang.

Pasal 76

(1) Dalam pengendalian pemanfaatan ruang, peran masyarakat dapat berbentuk:

a. pengawasan terhadap pemanfaatan ruang wilayah dan kawasan yang

meliputi lebih dari satu wilayah daerah/kota di daerah, termasuk

pemberian informasi atau laporan pelaksanaan pemanfaatan ruang

kawasan dimaksud; dan/atau

b. bantuan pemikiran atau pertimbangan berkenaan dengan penertiban

pemanfaatan ruang.

Page 90: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

89

(2) Peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) diatas disampaikan secara lisan atau tertulis kepada

Bupati dan pejabat yang ditunjuk.

Pasal 77

(1) Penataan ruang sesuai dengan RTRW dilaksanakan secara sinergis dengan

Peraturan Daerah lain yang ada di Daerah.

(2) Penataan ruang dilaksanakan secara terus menerus dan sinergis antara

perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan

ruang.

(3) Dalam rangka mengoordinasikan penataan ruang dan kerjasama antar

sektor/antar daerah bidang penataan ruang dibentuk Badan Koordinasi

Penataan Ruang Daerah.

(4) Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah dalam melaksanakan koordinasi

penataan ruang sebagaimana dimaksud pada Ayat (3) diatas mempunyai

tugas :

a. Perencanaan tata ruang meliputi:

1. mengkoordinasikan dan merumuskan penyusunan rencana tata ruang

wilayah kabupaten;

2. memaduserasikan rencana pembangunan jangka panjang dan

menengah dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten serta

mempertimbangkan pengarusutamakan pembangunan berkelanjutan

melalui instrumen Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS);

3. mengintegrasikan, memaduserasikan dan mengharmonisasikan

rencana tata ruang wilayah kabupaten dengan rencana tata ruang

nasional, rencana tata ruang pulau, rencana tata ruang strategis

nasional, rencana tata ruang strategis provinsi dan rencana tata

ruang kabupaten/kota yang bebatasan;

4. mensinergikan penyusunan rencana tata ruang kabupaten dengan

rencana tata ruang provinsi dan antar kabupaten / kota berbatasan;

5. mengkoordinasikan pelaksanaan konsultasi rancangan peraturan

daerah tentang rencana tata ruang wilayah kabupaten ke BKPRD

Provinsi dan BKPRN;

6. mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi rencana tata ruang wilayah

kabupaten;

Page 91: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

90

7. mengkoordinasikan proses penetapan rencana tata ruang kabupaten;

dan

8. mengoptimalkanperan serta masyarakat dalam perencanaan tata

ruang.

b. Pemanfaatan ruang meliputi:

1. Mengkoordinasikan penanganan dan penyelesaian permasalahan

dalam pemanfaatan ruang di kabupaten dan memberi pengarahan

serta saran pemecahannya;

2. Memberikan rekomendasi guna memecahkan permasalahan dalam

pemanfaatan ruang kabupaten;

3. Memberikan informasi dan akses kepada pengguna ruang terkait

rencana tata ruang kabupaten;

4. Menjaga akuntabilitas publik sebagai bentuk layanan pada jajaran

pemerintah, swasta dan masyarakat;

5. Melakukan fasilitasi pelaksanaan kerjasama penataan ruang antar

kabupaten/kota; dan

6. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pemanfaatan ruang.

c. Pengendalian pemanfaatan ruang meliputi:

1. Mengkoordinasikan penetapan peraturan zonasi

2. Memberikan rekomendasi perizinan pemanfaatan ruang kabupaten;

3. Melakukan identintifikasi dalam pelaksanaan insentif dan disinsentif

dalam pelaksanaan pemanfaatan ruang kabupaten;

4. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan

penyelenggaraan penataan ruang;

5. Melakukan fasilitasi pelaksanaan pengendalian pemanfaatan ruang

untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dengan rencana tata

ruang; dan

6. Mengoptimalkan peran masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan

ruang.

(5) Susunan keanggotaan Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah meliputi

Penanggungjawab, Ketua, Sekretaris, dan Anggota.

Page 92: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

91

(6) Dalam melaksanakan tugas, BKPRD dibantu Sekretariat dan Kelompok Kerja

yaitu Kelompok Kerja Perencanaan Tata Ruang dan Kelompok Kerja

Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

(7) Dalam melaksanakan tugas, BKPRD menyelenggarakan pertemuan paling

sedikit 1 (satu) kali dalam 3 (tiga) bulan untuk menghasilkan rekomendasi

alternatif kebijakan penataan yang dilaporkan secara berkala kepada Bupati.

(8) Tugas, susunan organisasi, dan tata kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang

Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (3), (5) dan (6) diatur lebih lanjut

dengan Peraturan Bupati.

BAB XII

PENYIDIKAN

Pasal 78

(1) Selain Pejabat Penyidik Umum yang bertugas menyidik tindak pidana,

penyidikan atas tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Peraturan

Daerah ini juga dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil Penataan Ruang

di lingkungan Pemerintah Daerah yang pengangkatannya ditetapkan sesuai

dengan Peraturan dan Perundang-undangan yang berlaku.

(2) Dalam melaksanakan tugas penyidikan, Penyidik Pegawai Negeri Sipil

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), berwenang:

a. menerima, mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan mengenaai orang pribadi atau badan, tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan

sehubungan dengan tindak pidana dibidang Penataan Ruang, agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lengkap dan jelas;

b. meneliti, mencari dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi

atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Penataan Ruang;

c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana dibidang Penataan Ruang;

d. memeriksa buku-buku, catatan-catatan dan dokumen-dokumen lain

berkenaan dengan tindak pidana dibidang Penataan Ruang;

e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan,

pencatatan, dokumen-dokumen lain serta melakukan penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;

f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan tindak pidana dibidang Penataan Ruang;

Page 93: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

92

g. menyuruh berhenti dan atau melarang seseorang meninggalkan ruangan

atau tempat pada saat pemeriksaan berlangsung dan memeriksa identitas orang atau dokumen sebagaimana dimaksud pada huruf c dan e;

h. mengambil sidik jari dan memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana dibidang Penataan Ruang;

i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai

tersangka atau saksi;

j. menghentikan penyidikan, setelah mendapat petunjuk dari penyidik

umum bahwa tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana;

k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak

pidana dibidang Penataan Ruang menurut hukum yang dapat dipertanggung-jawabkan.

(3) Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan dimulainya

penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikan kepada Penuntut Umum

sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1981 tentang Hukum Acara Pidana.

BAB XIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 79

(1) Jangka waktu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam adalah 20 (dua

puluh) tahun sejak tanggal ditetapkan dan ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam

5 (lima) tahun.

(2) Dalam kondisi lingkungan strategis tertentu yang berkaitan dengan bencana

alam skala besar, perubahan batas teritorial negara, dan/atau perubahan batas

wilayah yang ditetapkan dengan Undang-Undang, Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten dapat ditinjau kembali lebih dari 1 (satu) kali dalam 5

(lima) tahun.

(3) Peraturan Daerah kabupaten Agam dilengkapi dengan Rencana dan Album

Peta yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini.

(4) Dalam hal terdapat penetapan kawasan hutan oleh Menteri Kehutanan bagian

wilayah kabupaten yang kawasan hutannya belum disepakati pada saat

raperda ini ditetapkan, rencana dan album peta sebagaimana dimaksud pada

ayat (3) disesuaikan dengan peruntukan kawasan hutan berdasarkan hasil

kesepakatan Menteri Kehutanan.

Page 94: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

93

BAB XIV

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 80

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka semua peraturan

pelaksanaan yang berkaitan dengan penataan ruang daerah yang telah ada

dinyatakan berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan dan belum diganti

berdasarkan Peraturan Daerah ini.

(2) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka :

a. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan dan telah sesuai dengan

ketentuan Peraturan Daerah ini tetap berlaku sesuai dengan masa

berlakunya;

b. Izin pemanfaatan ruang yang telah dikeluarkan tetapi tidak sesuai

dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, berlaku ketentuan:

1. untuk yang belum dilaksanakan pembangunannya, izin tersebut

disesuaikan dengan fungsi kawasan berdasarkan Peraturan Daerah ini;

2. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya, dilakukan

penyesuaian dengan masa transisi berdasarkan ketentuan perundang-

undangan;

3. untuk yang sudah dilaksanakan pembangunannya dan tidak

memungkinkan untuk dilakukan penyesuaian dengan fungsi kawasan

berdasarkan Peraturan Daerah ini, izin yang telah diterbitkan dapat

dibatalkan dan terhadap kerugian yang ditimbulkan sebagai akibat

pembatalan izin tersebut dapat diberikan penggantian yag layak;

c. Pemanfaatan ruang di Daerah yang diselenggrakan tampa izin dan

bertentangan dengan ketentuan Peraturan Daerah ini, akan ditertibkan

dan disesuaikan dengan Paraturan Daerah ini.

d. Pemanfaatan ruang yang sesuai dengan ketentuan Peraturan Daerah ini,

agar dipercepat untuk mendapatkan izin yang diperlukan.

BAB XV

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 81

Page 95: NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file/... · Indonesia Tahun 2011 Tahun 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

94

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun

2007 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Agam (Lembaran Daerah

Kabupaten Agam Tahun 2007 Nomor 9), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 82

Peraturan daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan

Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Agam.

Ditetapkan di Kabupaten Agam

pada tanggal, Desember 2011

BUPATI AGAM,

INDRA CATRI

Diundangkan dalam Lembaran Daerah Kabupaten Agam

SEKRETARIS DAERAH

SYAFIRMAN. SH

NIP. 19580524 198611 1 001

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN AGAM NOMOR TAHUN 2011