kabupaten - sippa.ciptakarya.pu.go.idsippa.ciptakarya.pu.go.id/sippa_online/ws_file... · tombariri...
TRANSCRIPT
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
BAB II
Profil Kabupaten/Kota
KABUPATEN MINAHASA
RPIJM 2015-2019
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-1
BAB II
PROFIL KABUPATEN/KOTA
2.1 Wilayah Administrasi
2.1.1 Gambaran administrasi wilayah
Kabupaten Minahasa memiliki luas wilayah sebesar 121,043.31 ha yang
terdiri dari 25 kecamatan. Kecamatan Tombariri/Tombariri Timur
memiliki luas wilayah terbesar yaitu 15.840,89 ha sedangkan Kecamatan
Kawangkoan memiliki luas wilayah terkecil yaitu 1,325,21 ha.
Kabupaten Minahasa merupakan salah satu daerah yang ada di Sulawesi
Utara. Letak daerah ini menurut garis lintang dan bujur adalah: 1o22’ 44’’
LU/ 124o 33’ 52’’ BT ke 1o 01’ 11’’ LU/ 124o 54’ 45’’ BT ke 125o 04’ 21’’BT/
1o 20’ 25’’ LU. Kabupaten Minahasa pada umumnya berbukit, bergunung,
dan dataran yang agak luas, hanya sekitar Danau Tondano. Dataran
tersebut dijumpai dalam wilayah Tondano, Remboken, Tompaso,
Langowan, dan Kakas. Lereng beragam dari datar hingga sangat curam.
Lereng-lereng yang sangat curam dijumpai didalam wilayah Kecamatan
Kombi, Kecamatan Kakas, dan Kecamatan Langowan Selatan. Adapun
batas-batasnya adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara dengan Kabupaten Minahasa Utara;
- Sebelah Timur dengan Laut Maluku;
- Sebelah Selatan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara;
- Sebelah Barat dengan Laut Sulawesi.
- Di bagian tengah wilayah Kabupaten Minahasa terdapat wilayah
Kota Tomohon
Ibukota Kabupaten Minahasa adalah Tondano, berjarak sekitar 35 km dari
Manado, ibukota Provinsi Sulawesi Utara.Luas Kabupaten Minahasa
adalah 1.641,27 km2yang terdiri dari luas daratan adalah 1.094,88km2
dan luas perairan danau 46,54 km2 serta laut sebesar 599,85 km2.
Kabupaten Minahasa terdiri atas 25 kecamatan, dimana kecamatan terluas
adalah kecamatan Tombariri (139,2 Km2) dan Tondano Utara sebagai
kecamatan yang terkecil (25,14 Km2).
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
2.2.2 Peta wilayah Kabupaten Minahasa
Gambar 2.1 Peta Administrasi
KABUPATEN MINAHASA TAHUN 2015 - 2019
Tabel 2.1 Luas Wilayah Administratif
Nama Kecamatan
Jumlah Kelurahan/
Desa
Luas Wilayah Administrasi Terbangun
(Ha) (%) thd
total (Ha)
(%) thd
total
Langowan Timur 8 1.098 0,92% 74 0,06%
Langowan Barat 16 3.108 2,60% 97 0,08% Langowan Selatan
10 5.650 4,72% 71 0,06%
Langowan Utara 8 432 0,36% 36 0,03%
Tompaso 20 3.020 2,52% 591 0,49%
Tompaso Barat
Kawangkoan 4 1.502 1,25% 104 0,09% Kawangkoan Barat
10 1.927 1,61% 82 0,07%
Kawangkoan Utara
6 1.381 1,15% 85 0,07%
Sonder 19 5.893 4,92% 113 0,09%
Tombariri 20 27.019 22,57% 372 0,31%
Tombariri Timur
Pineleng 26 9.659 8,07% 4.926 4,11%
Mandolang
Tombulu 11 9.807 8,19% 239 0,20%
Tondano Barat 9 2.243 1,87% 257 0,21%
Tondano Selatan 8 1.675 1,40% 117 0,10%
Remboken 11 3.880 3,24% 206 0,17%
Kakas 13 7.355 6,14% 351 0,29%
Kakas Barat 10 4.516 3,77% 191 0,16%
Lembean Timur 11 6.951 5,81% 164 0,14%
Eris 8 3.976 3,32% 187 0,16%
Kombi 13 12.130 10,13% 288 0,24%
Tondano Timur 11 3.671 3,07% 137 0,11%
Tondano Utara 3 2.828 2,36% 141 0,12%
Sumber: minahasakab.bps.go.id
2.2 Potensi Wilayah Kabupaten/Kota
2.2.1 Pertanian
Kabupaten Minahasa yang sebagian besar penduduknya mempunyai
pekerjaan sebagai petani, memiliki potensi yang sangat besar dalam
mendukung produksi pertanian. Namun kondisi yang terjadi seiring
dengan perkembangan pembangunan, banyak terjadi alih fungsi lahan
pertanian/perkebunan untuk dipakai menjadi kawasan permukiman dan
perdagangan. Walaupun kondisi luasan di daerah yang sangat besar,
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-5
ternyata masih banyak lahan yang produktif belum dikelola secara
maksimal.
Perkembangan yang terjadi saat ini, dimana telah muncul anomali iklim
yang sangat mempengaruhi pola tanam serta produktivitas pertanian,
sehingga diperlukan analisis yang lebih akurat untuk meningkatkan
produktivitas. Daya dukung pertanian tanaman pangan dan hortikultura di
kabupaten Minahasa selama ini telah memberikan kontribusi yang cukup
signifikan, antara lain dalam pembentukan PDRB, penyerapan dan
penyediaan lapangan kerja, kesempatan berusaha serta penyediaan
produksi pangan regional/daerah. Terdapat sekitar 9 jenis komoditas
tanaman pangan yang diusahakan masyarakat kabupaten Minahasa yaitu
Komoditi padi sawah, padi ladang, jagung, kacang tanah, ubi jalar, ubi
kayu. talas, sayur-sayuran. Komoditas padi sebesar dengan total produksi
sebesar 68.090 ton menempati urutan tertinggi capaian produksi.
2.2.2 Urusan Kehutanan
Kawasan hutan yang ada di kabupaten Minahasa sebesar 27.695,57 ha
atau sebesar 22,88% dari luas Minahasa terdiri dari kawasan hutan
lindung seluas 9.173 ha, hutan produksi 5.758 ha dan hutan konservasi
8.417 ha. Hasil hutan yang cukup menonjol adalah lebah madu, damar dan
budidaya ulat sutra.
2.2.3 Urusan Energi dan Sumberdaya Mineral
Hasil produksi pertambangan di Kabupaten Minahasa di dominasi oleh 5
(lima) jenis bahan tambang dalam bentuk galian yaitu pasir, kerikil, tanah
urug, koalin dan batuan. Disamping pengelolaannya dilakukan oleh
pengusaha, namun masih ada pengelolaan galian c pada khususnya
dikelola oleh kelompok masyarakat. Saat ini proses perijinan untuk usaha
galian c sudah sangat selektif untuk menjaga kelestarian lingkungan
sekitar. Berikut ini tabel produksi galian c :
Tabel 2.2
Potensi Pertambangan, 2012 Kabupaten Minahasa
No Jenis Galian Lokasi Potensi Ket A Mineral Logam 1 Pasir Besi Rumbia Langowan Selatan 6.000.000 ton indikasi Bukit Tinggi Kakas Barat 4.000.000 ton Indikasi Poopo Tombariri 1.000.000 ton Indikasi
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-6
2. Emas Agotey Pineleng Terduga Makalonsow Tondano Timur Terduga Kombi Kecamatan Kombi Terduga B Mineral Non Logam dan Batuan 1 Kaolin Toraget Langowan Utara 500.000 ton indikasi
Tempang Tompaso 500.000 ton Indikasi 2 Belerang Leilem Sonder 60.000 ton Indikasi
. Toraget Langowan Utara, Kanonang
81.000 ton Survey
3 Pasir Besi Rumbia Langowan Selatan 6.000.000 ton Indikasi Bukit Tinggi Kakas Barat 4.000.000 ton Indikasi Poopo Tombariri 1.000.000 ton Indikasi
4 Obsidian Tataaran Tondano Selatan 2.500.000 m3 Indikasi Watulambot, Wewelen
Tondano Barat 12.500 m3 Indikasi
.5 Andesit Tateli Mandolang 79.000.000 m3 Terukur
Warembungan Pineleng 7.400.000 m3 Terukur Sea Pineleng 10.000.000 m3 Terukur Watulambot, Wewelen
Tondano Barat 5.500.000 m3 Terukur
6 Batu Lapis Timbukar Sonder 1.300.000 m3 Indikasi 7 Batu Apung Lemoh, Ranotongkor, Lolah
Tombariri 15.000 m3 Indikasi
Toliang Oki Eris 4.000 m3 Indikasi Tompaso Kecamatan Tompaso 4.000 m3 Indikasi 8 Pasir
Vulkanik Noongan Langowan Barat 30.000 m3 Indikasi
9 Pasir Tombariri 2.000 m3 Indikasi Tompaso 3.000 m3 Indikasi
10 Lempung Pulutan, Parepey Remboken 10.000 m3 Indikasi
Lolah, Lemoh Tombariri Timur 9.000 m3 Indikasi Touiliang Oki Eris 3.000 m3 Indikasi Noongan Langowan Barat 4.000 m3 Indikasi
Sumber: RPJMD Kabupaten Minahasa Tahun 2013-2018, Dinas ESDM
Kab.Minahasa, Tahun 2013
Hampir seluruh desa dan kecamatan di kabupaten Minahasa telah
mendapat sambungan listrik. Ketersediaan dan kebutuhan energi listrik di
kabupaten Minahasa cenderung meningkat. Hal ini berhubungan dengan
pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada peningkatan kemampuan
rumah tangga dan industri mengkonsumsi listrik.
Ketersediaan di Kabupaten Minahasa energi listrik sangat besar baik yang
sudah berproduksi maupun dalam tahapan eksplorasi yang terdapat di:
1. Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Tonsea Lama Tondano
Utara;
2. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Lahendong V dan VI
di Sonder (2x20 MW) dan Tompaso (2x20 MW);
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-7
3. Rencana Pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(PLTM) Tincep I, II, III, IV dengan kapasitas kurang lebih 3,6 MW, PLTM
Kiawa, Kayuuwi, Sungai Sawangan, dan Sungai Tuloun; dan
4. Pengembangan potensi PLTP di Remboken, Kawangkoan Barat dan
Tompaso.
2.2.4 Urusan Pariwisata
Sarana dan prasarana pariwisata yang dimiliki berdasarkan pada
sumberdaya alam yang indah merupakan potensi objek wisata yang terus
dikembangkan untuk menarik wisatawan mancanegara maupun domestik
juga dapat menjadi pendorong bagi pengembangan kawasan-kawasan
sekitarnya, namun dari tahun ke tahun sumbangan sektor pariwisata
(hotel, restoran dan perdagangan) sangat kecil yaitu tahun 2009 sebesar
Rp.611,39 milyar (16,04%) dan tahn 2011 sebesar Rp. 775,14 milar
(15,94%).Potensiobjek wisata di Kabupaten Minahasa terdiri dari :
1. Wisata Alam: Wisata air terjun di Kecamatan Pineleng, Danau
Tondano, Wisata Pantai di Kecamatan Tombariri, Pineleng, Lembean
Timur, Pemandian air panas di Kecamatan Tondano Barat, Kecamatan
Kawangkoan, Wisata Religius Bukit Kasih di Kecamatan Kawangkoan,
Pacuan Kuda di Kecamatan Tompaso, dan Wisata Hutan Lindung.
2. Wisata Budaya/Sejarah: Watu Pinabetengan di Kecamatan Tompaso,
Goa Jepang Di Kecamatan Kawangkoan, Makam Imam Bonjol di
Kecamatan Pineleng, Makam DR SAM Ratulangi di Tondano Barat,
Makam Kiay Modjo di Kecamatan Tondano Utara, Kuburan Reidel dan
Swarz di Kecamatan Tondano dan Langowan, serta bekas pangkalan
lapangan terbang amphibi di Kakas.
3. Wisata Industri/Minat khusus: Kerajinan tangan dari tanah liat di
Kecamatan Remboken, produksi olahan kayu di Kecamatan Sonder dan
Eris, Souvenir kayu kelapa, sulaman kain, dan wisata agro industri
(PAKAKAAN)
4. Wisata Seni dan Budaya: antara lain tari lenso, maengket, katrili,
cakalele, musik kolintang, musik bambu dan musik bambu klarinet.
Potensi Wisata danau Tondano di Kabupaten Minahasa menjadi prioritas
dalam pengembangan berkaitan dengan agriwisata.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-8
2.2.5 Urusan Perikanan dan Kelautan
Usaha perikanan yang potensial di kabupaten Minahasa adalah perikanan
laut dan darat, namun potensi perikanan ini belum digarap secara intensif
dan maksimal yang sebagian besar berada di pesisir pantai Kalasey,
Tately, Tanawangko serta pantai Kombi, Kakas Barat dan Langowan
Selatan.
Adapun jumlah kelompok nelayan binaan sebanyak 138 kelompok untuk
perikanan budidaya dan khususnya untuk perikanan tangkap sebanyak 62
kelompok dengan produksi rata-rata 36,60 ton/tahun. Khusus olahan
perikanan darat yang terdapat di danau Tondano telah dikembangkan
budidaya ikan Nila, Koi dan Betutu, disamping ikan Payangka yang
merupakan satwa endemik di Danau Tondano. Eksport dilakukan oleh
pabrik pengolahan ikan, PT. Mikaindo sudah cukup lama beroperasi yang
berlokasi di Tanawangko. Adapun perkembangan hasil produkusi
perikanan dengan jumlah nelayan dan keluarga nelayan adalah sebagai
berikut:
Tabel 2.3
Hasil Produksi Perikanan 2008- 2011 Kabupaten Minahasa
No Jenis Usaha Perikanan 2008 (Ton) 2009 (Ton) 2010 (Ton) 2011 (Ton) 1 2 3
Perairan Umum Waduk Sungai Danau Laut Budidaya Kolam Sawah
17,10 191,70 509,70 7.141,30 1.927,60 510,60
17,24 151,5 508,2 6.611,14 2.478,05 651,82
54,00 258,60 1.121,00 9.778,00 3.108,30 942,10
Sumber: RPJMD Kabupaten Minahasa, BPS Kabupaten Minahasa, Tahun 2012
Tabel 2.4
Jumlah Produk Unggulan Perikanan 2012 Kabupaten Minahasa
No Jenis Nelayan Produksi
Ton 1 Rumput Laut 1.203,40
2 Ikan Mas 2.292,40
3 Ikan Nila 26.021,50 4 Ikan Lainnya 277,30
Jumlah 29.794,60
Sumber: RPJMD Kabupaten Minahasa, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten
Minahasa, Tahun 2013
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-9
2.2.6 Urusan Perdagangan dan Industri
Kondisi perindustrian di Kabupaten Minahasa tercermin dari data industri
yang terdiri dari industri pengolahan ikan beku oleh PT Mikaindo di
Tombariri dan industri kecil menengah (IKM) yang terdiri dari IKM
pangan (73 unit), sandang (22 unit), kimia dan bahan bangunan (92 unit),
logam dan elektronika (214 unit) dan kerajinan (19 unit). Tenaga kerja
yang diserap oleh IKM logam dan elektronika adalah yang terbesar
sebanyak 1.235 orang atau 50,83% dari tenaga kerja keseluruhan yang
berjumlah 2.424 orang. Namun dari nilai investasi (NI), yang paling tinggi
adalah IKM pangan. Tumbuh dan berkembangnya IKM baru terpusat pada
satu tempat sesuai dengan ketersediaan bahan baku maupun oleh faktor
lainnya. Usaha industri yang tersebut kemudian membentuk sentra-sentra
produksi, seperti: pengolahan VCO di Desa Lemoh Kecamatan Tombariri,
pengolahan kacang goreng di Kecamatan Kawangkoan, usaha meubel di
Desa Leilem Kecamatan Sonder, usaha keramik di Desa Pulutan
Kecamatan Remboken dan usaha pandai besi di Tondano Utara.
Perdagangan memegang peran penting dalam perekonomian Kabupaten
Minahasa. Terdapat tiga lokasi yang menjadi pusat perdagangan, yaitu:
Tondano Barat untuk Kecamatan Tondano Barat, Tondano Timur,
Tondano Utara, Tondano Selatan, Eris, Kombi, Lembean Timur dan
Remboken; Kawangkoan untuk Kecamatan Kawangkoan, Tompaso,
Sonder, dan Leilem; Langowan Timur untuk Kecamatan Langowan Barat,
Langowan Timur, Langowan Selatan, Langowan Utara, Kakas, serta
Kecamatan Ratahan dan Kecamatan Belang yang merupakan bagian dari
Kabupaten Minahasa Tenggara.
Luas wilayah produktif
Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah produktif
terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
Luas wilayah Kabupaten Minahasa sebesar 121.041,30 ha, namun terdapat
beberapa kawasan yang tidak termasuk produktif sebesar 29.103 ha yang
terdiri dari kawasan kehutanan seluas 14.816,00 ha, kawasan
permukiman seluas 6.344,11 ha, kawasan sempadan pantai seluas 759,00
ha, kawasan sempadan sungai seluas 3.562,00 ha, kawasan sekitar
danau/embung seluas 418,00 ha, kawasan sekitar mata air 6,40 ha,
kawasan ruang terbuka hijau seluas 353,00 ha, dan kawasan suaka alam,
pelestarian alam dan cagar budaya seluas 2.845,00 ha. Sehingga luas
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-10
kawasan produktif sebesar 87.4911 ha. Adapun kawasaan budidaya seluas
89.815 ha, sehingga ratio antara kawasan produktif dan kawasan
budidaya tahun 2011 sebesar 1,08. Berikut tabel kawasan pertanian dan
perkebunan sebagai berikut:
Tabel 2.5
Rasio Luas Wilayah Produktif Tahun 2008 s.d 2012 Kabupaten Minahasa
NO Uraian 2008 2009 2010 2011
1. Luas Wilayah produktif 105.428 102.487 101.046 96.743 2. Luas Seluruh Wil. Budidaya 89.815 89.815 89.815 89.815
3. Rasio (1./2.) 1,17 1,14 1,13 1,08
Sumber: RPJMD Kabupaten Minahasa, Bappelitbangda Minahasa, Tahun 2013
Luas Wilayah Industri
Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan Industri
terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW.
Tabel 2.6
Rasio Luas Wilayah Industri Tahun 2008 s.d 2012 Kabupaten Minahasa
NO Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 1. Luas Wilayah Industri 9,2 9,2 9,2 9,2 9,2 2. Luas Seluruh Wil.
Budidaya 89.815 89.815 89.815 89.815 89.815
3. Rasio (1./2.) 0,000102 0,000102 0,000102 0,000102 0,000102
Sumber: RPJMD Kabupaten Minahasa, Bappelitbangda Minahasa, Tahun 2013
Pusat perdagangan Minahasa terletak di tiga pasar terbesar, yaitu Pasar
Tondano, Langowan dan Kawangkoan serta 7 pasar kecil lainnya yang
tersebar di beberapa kecamatan. Pasar Tondano yang terletak di Ibu Kota
Kabupaten, lebih padat dibanding dua pasar besar lainnya, jumlah
pedagang mencapai 483 orang, sedangkan pasar Langowan dan
Kawangkoan digunakan oleh sekitar 568 dan 358 pedagang. Secara
keseluruhan pasar Remboken merupakan pasar terpadat, dari areal yang
hanya 866 m2, terdapat sebanyak 83 orang pedagang, atau dengan
penguasaan lahan rata-rata dibawah 11 m2/pedagang.
Lajunya perkembangan ekonomi tahun ini, diipicu oleh pertumbuhan dua
kategori, yaitu pertanian dan bangunan, dimana kedua kategori ini mampu
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-11
meningkatkan perolehan nilai tambah masing-masing sebesar 2,39 dan
1,23 triliun rupiah.
Seiring dengan tumbuh kembangnya perekonomian, besarnya rata-rata
dari nilai tambah yang mampu dihasilkan oleh setiap penduduk Minahasa
atau yang biasa disebut dengan PDRB perkapita, pada tahun 2014 turut
mengalami peningkatan baik atas dasar harga konstan 2010. Tercatat
pada tahun 2013 yang mencapai 25,88 juta rupiah, kini telah bertambah
mendekati 27,06 juta setahun.
Salah satu kegiatan ekonomi yang cukup strategis adalah pariwisata.
Kegiatan ini mampu memicu perekonomian suatu daerah, karena memiliki
dampak ke segala kategori usaha secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam hal ini, Minahasa termasuk daerah yang beruntung, karena Tuhan
telah menganugerahkan berbagai macam keindahan alam seperti pantai,
bukit, danau, serta obyek-obyek wisata lainnya yang bisa dimanfaatkan
pemerintah sebagai sumber pendapatan baik bagi masyarakat maupun
pemerintah.
Berdasarkan data dari instansi terkait, terdapat sebanyak 105 obyek
wisata di Bumi Nyiur Melambai ini, terdiri dari wisata alam (40), wisata
sejarah (33), wisata buatan (24), dan wisata religi (8).
Hotel sebagai bagian penunjang dari kegiatan pariwisata, ketersediaannya
sudah cukup memadai. Sedangkan sarana pendukung lain yang tidak kalah
penting adalah tempat makan.
Kabupaten Minahasa termasuk salah satu daerah yang memiliki potensi
bahan tambang yang cukup melimpah. Di daerah ini ada berbagai macam
cadangan alam, seperti; Kaolin, pasir besi, emas, dan bahan tambang
lainnya. Demikian pula dengan cadangan energi, tercatat ada dua tempat
mengandung potensi listrik tenaga air dan satu kawasan menyimpan
kandungan panas bumi.
Sementara itu, potensi energi listrik yang ada telah diekspoitasi, baik
tenaga air maupun panas bumi. PLTA Tonsea lama Kecamatan Tondano
Utara yang memiliki kapasitas produksi diatas 14 MW, sedangkan panas
bumi baru tiga tahun dieksploitasi berada di Kecamatan Tompaso. Meski
baru mulai diusahakan, sumber daya pembangkit ini memiliki potensi
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-12
yang sangat besar hingga 15 kali lipat lebih dibanding pembangkit lama
(Tonsea Lama).
Industri adalah salah satu kategori penting dalam perekonomian yang
dapat menggambarkan tingkat kemajuan dan kemandirian ekonomi di
suatu wilayah. Cabang industri Kimia dan Bangunan di Minahasa
merupakan penyerap tenaga kerja yang paling tinggi. Diantara cabang
industri kecil dan menengah yang ada, industri pangan merupakan cabang
yang paling produktif, dari sisi tenaga kerja maupun unit usahanya. Secara
umum, produktifitas tenaga kerja meningkat 1,31 persen dari tahun
sebelumnya. Peningkatan produktivitas terjadi pada industri pangan yang
mencapai lebih dari satu setengahnya. Sebaliknya, industri kimia yang
mengalami penurunan bahkan hampir 15,4 persen.
2.3 Gambaran Demografi
2.3.1 Jumlah Penduduk dan Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Dilihat dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2015 jumlah penduduk
Kabupaten Minahasa terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2015,
tercatat penduduk Kabupaten Minahasa sebanyak 329.003 jiwa. Jumlah ini
mencakup penduduk bertempat tinggal tetap maupun penduduk tidak
bertempat tinggal tetap.
Sementara, laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Minahasa dari tahun
2010-2015 cenderung mengalami peningkatan, peningkatan signifikan
terjadi pada rentang tahun 2008-2010 yaitu dengan rata-rata laju
pertumbuhan penduduk sebesar 1,88 persen. Jika dilihat dari
perkembangan penduduk pada Tahun 2000 – 2010, perkembangan yang
terjadi bersifat konstan, dimana terjadi pertambahan penduduk linear
pada setiap tahunnya. Oleh karena itu, untuk memberikan penyimpangan
minimum atas data penduduk masa lampau dengan tetap mengasumsikan
bahwa pola perkembangan penduduk di masa lampau akan berlaku di
masa yang akan datang, maka digunakan metoda proyeksi penduduk
menggunakan teknik analisis model regresi linear dengan persamaan
matematis berikut:
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-13
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk dan laju Pertumbauhan Penduduk Menurut
Kecamatan di Kabupaten Minahasa 2010, 2014, dan 2015
Sumber: Minahasa Dalam Angka
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-14
Tabel 2.8 Luas Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Minahasa,
Tahun 2015
Sumber: Minahasa Dalam Angka
Tabel 2.9 Proyeksi Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Minahasa Lima
Tahun ke depan
Sumber: Hasil Perhitungan Konsultan Individual
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020
1 Langowan Timur 12.320 12.494 12.574 1,41 12.751,29 12.931,09 13.113,41 13.298,31 13.485,82
2 Langowan Barat 15.146 15.341 15.418 1,29 15.616,89 15.818,35 16.022,41 16.229,10 16.438,45
3 Langowan Selatan 7.461 7.558 7.598 1,3 7.696,77 7.796,83 7.898,19 8.000,87 8.104,88
4 Langowan Utara 8.058 8.172 8.223 1,41 8.338,94 8.456,52 8.575,76 8.696,68 8.819,30
5 Tompaso 7.306 7.418 7.479 1,53 7.593,43 7.709,61 7.827,57 7.947,33 8.068,92
6 Tompaso Barat*) 8.509 8.696 8.830 2,2 9.024,26 9.222,79 9.425,70 9.633,06 9.844,99
7 Kawangkoan 9.891 10.047 10.127 1,58 10.287,01 10.449,54 10.614,64 10.782,36 10.952,72
8 Kawangkoan Barat 8.023 8.133 8.182 1,37 8.294,09 8.407,72 8.522,91 8.639,67 8.758,04
9 Kawangkoan Utara 8.313 8.439 8.502 1,52 8.631,23 8.762,43 8.895,61 9.030,83 9.168,10
10 Sonder 17.807 18.088 18.233 1,58 18.521,08 18.813,71 19.110,97 19.412,92 19.719,65
11 Tombariri 17.243 17.562 17.751 1,85 18.079,39 18.413,86 18.754,52 19.101,48 19.454,85
12 Tombariri Timur*) 9.221 9.384 9.475 1,77 9.642,71 9.813,38 9.987,08 10.163,85 10.343,75
13 Pineleng 28.533 29.312 29.881 2,73 30.696,75 31.534,77 32.395,67 33.280,07 34.188,62
14 Tombulu 15.833 16.179 16.404 2,19 16.763,25 17.130,36 17.505,52 17.888,89 18.280,66
15 Mandolang*) 20.632 21.191 21.598 2,71 22.183,31 22.784,47 23.401,93 24.036,12 24.687,50
16 Tondano Barat 19.226 19.536 19.699 1,61 20.016,15 20.338,41 20.665,86 20.998,58 21.336,66
17 Tondano Selatan 21.217 21.750 22.126 2,51 22.681,36 23.250,66 23.834,26 24.432,50 25.045,75
18 Remboken 11.047 11.197 11.262 1,36 11.415,16 11.570,41 11.727,77 11.887,26 12.048,93
19 Kakas 11.741 11.886 11.941 1,23 12.087,87 12.236,56 12.387,06 12.539,43 12.693,66
20 Kakas Barat 9.502 9.633 9.691 1,38 9.824,74 9.960,32 10.097,77 10.237,12 10.378,39
21 Lembean Timur 7.246 7.288 7.274 0,58 7.316,19 7.358,62 7.401,30 7.444,23 7.487,41
22 Eris 9.753 9.846 9.863 0,95 9.956,70 10.051,29 10.146,77 10.243,17 10.340,48
23 Kombi 9.817 9.902 9.912 0,87 9.998,23 10.085,22 10.172,96 10.261,47 10.350,74
24 Tondano Timur 13.943 14.152 14.253 1,5 14.466,80 14.683,80 14.904,05 15.127,61 15.354,53
25 Tondano Utara 12.157 12.476 12.708 2,62 13.040,95 13.382,62 13.733,25 14.093,06 14.462,30
319 945 325.680 329.004 1,79 334.924,57 340.963,36 347.122,95 353.405,96 359.815,09
No Kecamatan
Minahasa
Proyeksi Pertumbuhan PendudukJumlah PendudukPertumbuhan (%)
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-15
2.3.2 Kemiskinan
Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran
per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Selama 3 tahun terakhir
jumlah penduduk miskin bertambah dari 22.900 atau 7,16% pada tahun
2012 menjadi 28.500 atau 8,81% pada tahun 2013, dan tahun 2014
menjadi 27.830 atau 8,53%.
Tabel. 2.10
Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Minahasa,
Tahun 2012 – 2014
Tahun Year
Garis Kemiskinan
Proverty Line (Rupiah)
Penduduk Miskin
Jumlah Presentase
(1) (2) (3) (4)
2012 212.930 22.900 7,16
2013 216.181 28.500 8,81
2014 217.891 27.830 8,53
Sumber : Minahasa dalam angka 2016, Sosial Ekonomi Nasional
Tabel 2.11 Garis Kemiskinan dan Penduduk Miskin di Kabupaten Minahasa,
2012-2014
Sumber : Minahasa dalam angka
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-16
2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan
2.4.1 PDRB, dan Potensi Ekonomi
Posisi strategis Kabupaten Minahasa yang berada pada KSN DAS Tondano
dan KSN Kapet Manado-Bitung, serta kondisi keamanan dan ketertiban
yang terkendali sangat mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun
ketidakstabilan ekonomi global juga akan ikut mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi Minahasa.
Kapasitas ekonomi yang tergambar dari nilai keseluruhan produk barang
dan jasa yang dihasilkan di daerah ini yang tergambar pada data PDRB -
nya menunjukan bahwa perputaran roda ekonomi dalam kurun waktu 5
tahun ini semakin meningkat. Tahun 2008 PDRB sebesar lebih dari 3,34
triliun rupiah ADHB dan sebesar lebih dari 1,88 triliun rupiah ADHK.
Semakin meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi yang terjadi
di daerah ini sehingga sampai dengan tahun 2012, PDRB sebesar lebih dari
5,41 triliun rupiah menurut HB dan lebih dari 2,40 triliun rupiah menurut
HK 2000.
Struktur perekonomian sampai dengan tahun 2012 menunjukan bahwa
sektor pertanian masih merupakan primadona dalam perekonomian
Kabupaten Minahasa, dimana sektor ini dalam kurun waktu lima tahun
terakhir ini memiliki peranan sekitar 23 persen. Kemudian diikuti dengan
sektor bangunan/konstruksi dengan peranan sebesar hampir 19 persen
dan sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi hampir 16
persen serta sektor jasa-jasa yang termasuk didalamnya jasa
pemerintahan yang berperan dalam perekonomian daerah ini sebesar
hampir 14 persen.
Tabel 2.12
Sumber: RPJMD 2013-2018
Perkembangan indikator ekonomi makro Kabupaten Minahasa sampai
dengan tahun 2012 meningkat, dengan melihat tingkat PDRB-ADHK
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-17
sebesar 2,4 trilyun, PDRB-ADHB sebesar 5,4 trilyun, dan terjadi
penurunan pada angka kemiskinan serta penganngguran.
a. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa dalam kurun waktu lima
tahun terakhir ini menunjukan tren perkembangan yang relatif cepat
dari tahun ke tahun. Tahun 2008 ekonomi daerah ini mampu tumbuh
5,37 persen terus tumbuh cepat sebesar 5,92 persen di tahun 2009
hingga tahun 2011 perekonomian daerah ini mampu tumbuh sebesar
6,35 persen dan di akhir tahun 2012 tumbuh cepar sebesar 6,81 persen.
Tabel 2.13
Sumber: RPJMD 2013-2018
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, PDRB, dan pendapatan
perkapita
Salah satu sasaran dari pembangunan jangka menengah Kabupaten
Minahasa 2013-2018 yaitu meningkatnya pendapatan perkapita
masyarakat. Pendapatan perkapita masyarakat akan meningkat jika
pertumbuhan ekonomi meningkat. Berbagai kebijakan yang yang akan
dilakukan oleh pemerintah Kabupaten Minahasa saat ini melalui
kebijakan pengembangan ekonomi kerakyatan yang fokus pada
pengembangan sektor pertanian dan pariwisata, serta pelaksanaan
kebijakan pembangunan di berbagai bidang yang diikuti semakin
kondusifnya ekonomi nasional dan berkembangnya perekonomian
propinsi, diyakini dapat mempercepat perputaran roda perekonomian
Kabupaten Minahasa.Kinerja perekonomian Kabupaten Minahasa
diproyeksikan dari tahun 2013 hingga 2018 akan mengalami
perkembangan dengan tren relatif cepat.
Pertumbuhan ekonomi dalam kurun lima tahun ini diperkirakan akan
tumbuh rata-rata sebesar lebih dari 6,87% dari tahun 2014 hingga
tahun 2018 (lihat Tabel.1). Bertumbuhnya perekonomian Minahasa
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-18
tersebut dikontribusikan dari pertumbuhan rata-rata per tahun sektor
pertanian sebesar 2,53%, sektor bangunan sebesar 6,72%, Bangunan
6,89%, Perdagangan, Hotel dan restoran sebesar 8,57%, Angkutan dan
Komunikasi 9,15, dan sektor jasa sebesar 8,76%.
Tabel 2.14 Estimasi Target Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan
Usaha Di Kabupaten Minahasa 2014-2018 (%)
Sumber: RPJMD Minahasa 2013-2018
Dari pertumbuhan tersebut dapat diestimasi perkembangan Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Minahasa dari tahun 2014 hingga 2018.
Meningkatnya pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun akan meningkatkan
pula perkembangan PDRB yaitu sampai dengan tahun 2018 akan menjadi
sebesar 12,02 triliun rupiah atas dasar harga berlaku dan 3,63 triliun rupiah
atas dasar harga konstan 2000.
Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Minahasa rata-
rata per tahun sebesar 1,27% berdasarkan data SUPAS BPS tahun 2005,
maka PDRB per kapita akan meningkat dari tahun 2008 sebesar 10,54
juta rupiah menjadi 19,82 juta rupiah di tahun 2013. Untuk lengkapnya
dapat dilihat pada grafik 1 di bawah ini.
Gambar 2.2 Grafik Perkembangan dan Target Estimasi PDRB Per Kapita
Kabupaten Minahasa, 2000-2018 (Jutaan Rupiah) Sumber: RPJMD Minahasa 2013-2018
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-19
c. Meningkatkan Taraf Hidup Petani
Salah satu indikator yang mengukur peningkatan taraf hidup/kesejahteraan
petani yaitu Indeks Nilai Tukar Petani (NTP). Indeks ini menggambarkan jika
angkanya 100 (seratus) berarti apa yang diterima petani sama dengan apa
yang dibayar oleh petani. Untuk itu ditargetkan bahwa Nilai Tukar Petani yang
ada di Kabupaten Minahasa dari tahun 2014 – 2018 rata-rata setiap tahun
harus mencapai angka 106,08. Ini berarti petani di Minahasa mengalami
surplus pendapatan (yang diterima lebih besar dari yang dibayar).
d. Kebutuhan Investasi dan Pembiayaan Pembangunan
Berdasarkan berbagai arah kebijakan dalam rangka perbaikan ekonomi yang
akan dilaksanakan di berbagai bidang pembangunan yang tertuang dalam
RPJM Kabupaten Minahasa, tingkat efisiensi kegiatan ekonomi yang diukur
dengan indikator ICOR (incremental capital output ratio) diperkirakan dalam
kondisi terjaga/terkontrol yaitu tahun 2014 sebesar 2,10 sampai tahun 2018
mencapai 2,81.
Perkiraan tingkat efisiensi investasi yang terkontrol tersebut, untuk mencapai
sasaran pertumbuhan ekonomi rata-rata lebih dari 6,87% per tahun
dibutuhkan total investasi (PMTB) kumulatif dari 2014 hingga 2018 sebesar
lebih dari 14,46 triliun rupiah (harga berlaku) dan kumulatif sebesar lebih
dari 3,13 triliun rupiah (harga konstan).
Dari nilai investasi tersebut diperkirakan yang hanya mampu dibiayai
dari investasi pemerintah Minahasa sendiri yang tertuang dalam APBD
di tahun 2014 sampai tahun 2018 hanya sebesar 2.244 miliar rupiah
atau hanya sekitar 15,52% dari total investasi yang diharapkan dapat
mencapai pertumbuhan ekonomi yang sudah ditargetkan. Dengan kata
lain bahwa pemerintah kabupaten Minahasa hanya mampu membiayai
keperluan investasi hanya sebesar 15% hingga 20% dari total investasi
yang dibutuhkan. Sisa kebutuhan investasi yang ditargetkan tersebut
yaitu sebesar lebih dari 80% hingga 85% diharapkan berasal dari
investasi yang akan dilakukan oleh pemerintah provinsi yang berasal
dari APBD provinsi dan pemerintah pusat lewat anggaran
dekonsentrasi dan sebagainya termasuk investasi yang dilakukan oleh
masyarakat dan swasta. Jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-20
Tabel 2.15 Estimasi Produk Regional Bruto ADHB (Menurut Lapangan Usaha) dalam Jutaan Rupiah
Sumber: RPJMD Kab. Minahasa Tahun 2013-2018
Tabel 2.16 Estimasi Produk Regional Bruto ADHK (Menurut Lapangan Usaha) dalam Jutaan Rupiah
Sumber: RPJMD Kab. Minahasa Tahun 2013-2018
Tabel 2.17 Estimasi Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Atas Dasar
Harga Berlaku Kabupaten Minahasa (Menurut Lapangan Usaha)
Sumber: RPJMD Kab. Minahasa Tahun 2013-2018
2.4.2 Pendapatan Per Kapita
PDRB per kapitadihitung berdasarkan perbandingan antara nilai PDRB
dengan jumlah penduduk sehingga hasilnya menunjukkan nilai PDRB per-
kepala atau per satu orang penduduk dengan pendekatan menggunakan
data PDRB atas dasar harga berlaku. Data ini bermanfaat sebagai
pendekatan tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah atau wilayah
tertentu.PDRB per kapita dari penduduk yang ada di Kabupaten Minahasa
terus mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan perekonomian
daerah ini. Tahun 2008 PDRB per kapita Kabupaten Minahasa sebesar
11,15 juta rupiah terus mengalami peningkatan di akhir tahun 2011
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-21
masing-masing penduduk Minahasa memiliki PDRB perkapitanya sebesar
15,50 juta rupiah dan tahun 2012 menjadi Rp. 17,15 juta rupiah.
Tabel 2.18 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Minahasa Atas
Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha (juta rupiah), 2013-2015
Sumber: Minahasa Dalam Angka 2016
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-22
Tabel 2.19 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar
Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten Minahasa
(persen), 2013-2015
Sumber: Minahasa Dalam Angka 2016
Penjelasan rata-rata per kapita adalah biaya yang dikeluarkan untuk
konsumsi semua anggota rumah tangga selama sebulan baik yang berasal
dari pembelian, pemberian maupun produksi sendiri dibagi dengan
banyaknya anggota rumah tangga dalam rumah tangga tersebut.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-23
Tabel 2.20 Persentase Penduduk Menurut Golongan Pengeluaran Per
Kapita Sebulan di Kabupaten Minahasa, 2015
Sumber: Minahasa Dalam Angka 2016
Tabel 2.21 Persentase Penduduk menurut Golongan Pengeluaran Per
Kapita Sebulan dan Kelompok Barang di Kabupaten Minahasa, 2015
Sumber: Minahasa Dalam Angka 2016
2.4.3 Data Kondisi Lingkungan Strategis
a. Gambaran Topografi
Bentuk wilayah Kabupaten Minahasa pada umumnya berbukit,
bergunung dan dataran yang agak luas hanya sekitar danau
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-24
Tondano.Dataran tersebut dijumpai dalam wilayah kecamatan
Tondano, Remboken, Tompaso, Langowan dan Kakas.Lereng beragam
dari datar hingga sangat curam.Lereng-lereng yang sangat curam
dijumpai dalam wilayah kecamatan Kombi (Bagian Timur), Kakas dan
Langowan di bagian Selatan.
Topografi yang unik di bagian timur adalah adalah lereng yang
melandai dari ketinggian + 1000 m dari permukaan laut ke arah pantai
dengan panjang + 40 Km dari wilayah kecamatan Kombi sampai Belang.
Dari batuan geologi menunjukan dataran sekitar Danau Tondano
adalah endapan lakustrin maupun sungai.
Wilayah berbukit sampai bergunung bagian Timur danau Tondano
terdiri atas batuan vulkanis berupa lava basalt dan tufa basalt.Lahan
lereng timur ke arah pantai dalam wilayah kecamatan Kema sampai
Belang batuan induk Tufa Tondano.Wilayah kecamatan Langowan
Barat, Tompaso dan Kawangkoaan terdiri atas Abu Vulken dan Tufa
Tondano. Wilayah 6 Lengkoan, 6 Tampusu (Kecamatan Remboken), 6
Masarang, 6 Dahawu sampai lahan wilayah Kecamatan Tombulu berupa
batuan Volkanis Muda (abu, bom, lapilli, lawa). Di daerah ini tanah-
tanah yang berkembang dari batuan basalt membentuk ordo Alfisolts,
Tufa Tondano ordo Andisols.Tanah di wilayah dataran sekitar danau
Tondano umumnya Aquepts.
Penggunaan tanah secara umum masih didominasi oleh budidaya
tanaman pangan 40.72% dan lahan perkebunan yang mencakup
12.95% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Minahasa. Penggunaan
tanah lainnya yang cukup besar adalah hutan (Lindung, bakau,
konservasi, produksi terbatas, produksi tetap) yaitu sekitar 13.23% dan
lahan untuk perikanan darat (4.07%).
Perkebunan cengkeh rakyat tersebar luas di wilayah Timur dan Selatan
Minahasa meliputi Kecamatan Kombi sampai Langowan Timur.Lainnya
di Selatan yakni Kecamatan Sonder.Perkebunan cengkeh di DAS
Tondano tersebar pada lahan-lahan pertanian sebelah Timur
danau.Dengan turunnya harga cengkeh saat ini lahan-lahan cengkeh
terbengkalai dan menjelma menjadi hutan sekunder.Keadaan ini
cenderung menurunkan tingkat erosi dan sedimentasi lumpur di danau
Tondano.Tanaman palawija terutama jagung tersebar luas pada
wilayah dataran sekitar danau Tondano.Hortikultura seperti kubis,
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-25
wortel dan hortikultura dataran tinggi lainnya, hanya terdapat di
beberapa wilayah Selatan DAS Tondano yakni di Kecamatan Langowan
Barat dan Tompaso.Padi sawah tersebar luas disekitar danau Tondano
di wilayah kecamatan Langowan Timur, Langowan Barat dan Kakas.
Proporsi penggunaan tanah untuk perkampungan/permukiman paling
besar di Propinsi Sulawesi Utara ada di Kota Manado, Kota Bitung dan
Kabupaten Minahasa.Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan penduduk
dan wilayah perkotaan pada ketiga daerah tersebut yang relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.
Ditinjau dari ketinggiannya, sebagian besar wilayah Kabupaten
Minahasa berada pada kelas ketinggian 100-1000 dpl. Sedangkan
ditinjau dari kemiringan merupakan wilayah yang sebagian besar
berbentuk pegunungan/perbukitan, dan sebaliknya dataran rendah
relatif kecil. Kumpulan dataran yang cukup signifikan terbentuk pada
kawasan sekitar Danau Tondano. Di wilayah Kabupaten Minahasa
terdapat 4 gunung yang mempunyai ketinggian lebih dari 1000 m dpl.
Wilayah Kecamatan Tondano berbatasan dengan Gunung Mahawu yang
masih aktif.Danau Tondano merupakan danau terbesar dengan satu
sungai (Sungai Tondano) yang berfungsi untuk pengairan pertanian,
pembangkit tenaga listrik (PLTA Tonsea Lama-Tanggari) dan untuk
diolah sebagai air minum oleh PDAM Kota Manado. Fungsi lain dari
sungai-sungai tersebut adalah sebagai pengairan dan budidaya ikan air
tawar.
Gambar 2.3 Peta Kontur Kab.Minahasa
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-26
b. Gambaran Geohidrologi
Secara hidrologi, Kabupaten Minahasa memiliki beberapa sungai besar
dan anak sungai, 1 danau, dan 12 bendung/ embung. Danau Tondano
dan Sungai Tondano mempunyai arti penting dan strategis bagi
pelaksanaan pembangunan di wilayah Provinsi Sulawesi Utara,
khususnya Kabupaten Minahasa, Minahasa Utara, Minahasa Selatan,
Kota Manado, Kota Tomohon dan Kota Bitung. Dikatakan penting
karena Danau Tondano dan Sungai Tondano berfungsi sebagai
penyedia air untuk kebutuhan PLTA Tonsea Lama dan Tanggari, PT. Air
Manado, Irigasi dan perikanan bagi penduduk di sekitar danau serta
keindahan alam untuk objek wisata. Adapun profil DAS di Kabupaten
Minahasa memiliki luas 19.194 Ha.
Gambar 2.4 Peta DAS Kabupaten Minahasa
c. Gambaran Geologi
Penggunaan tanah secara umum masih didominasi oleh budidaya
tanaman pangan 40.72% dan lahan perkebunan yang mencakup
12.95% dari seluruh luas wilayah Kabupaten Minahasa Induk.
Penggunaan tanah lainnya yang cukup besar adalah hutan (Lindung,
bakau, konservasi, produksi terbatas, produksi tetap) yaitu sekitar
13.23% dan lahan untuk perikanan darat (4.07%).
Perkebunan cengkeh rakyat tersebar luas di wilayah Timur dan Selatan
Minahasa Induk meliputi Kecamatan Kombi sampai Langowan
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-27
Timur.Lainnya di Selatan yakni Kecamatan Sonder.Perkebunan cengkeh
di DAS Tondano tersebar pada lahan-lahan pertanian sebelah Timur
danau.Dengan turunnya harga cengkeh saat ini lahan-lahan cengkeh
terbengkalai dan menjelma menjadi hutan sekunder.Keadaan ini
cenderung menurunkan tingkat erosi dan sedimentasi lumpur di danau
Tondano.Tanaman palawija terutama jagung tersebar luas pada
wilayah dataran sekitar danau Tondano.Hortikultura seperti kubis,
wortel dan hortikultura dataran tinggi lainnya, hanya terdapat di
beberapa wilayah Selatan DAS Tondano yakni di Kecamatan Langowan
Barat dan Tompaso.Padi sawah tersebar luas disekitar danau Tondano
di wilayah kecamatan Langowan Timur, Langowan Barat dan Kakas.
Proporsi penggunaan tanah untuk perkampungan/permukiman paling
besar di Propinsi Sulawesi Utara ada di Kota Manado, Kota Bitung dan
Kabupaten Minahasa.Hal ini tentu saja erat kaitannya dengan penduduk
dan wilayah perkotaan pada ketiga daerah tersebut yang relatif lebih
tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya.
Ditinjau dari ketinggiannya, sebagian besar wilayah Kabupaten
Minahasa Induk berada pada kelas ketinggian 100-1000 dpl.Sedangkan
ditinjau dari kemiringan merupakan wilayah yang sebagian besar
berbentuk pegunungan/perbukitan, dan sebaliknya dataran rendah
relatif kecil.Kumpulan dataran yang cukup signifikan terbentuk pada
kawasan sekitar Danau Tondano.Di wilayah Kabupaten Minahasa Induk
terdapat 4 gunung yang mempunyai ketinggian lebih dari 1000 m dpl.
Wilayah Kecamatan Tondano berbatasan dengan Gunung Mahawu yang
masih aktif.Danau Tondano merupakan danau terbesar dengan satu
sungai (Sungai Tondano) yang berfungsi untuk pengairan pertanian,
pembangkit tenaga listrik (PLTA Tonsea Lama-Tanggari) dan untuk
diolah sebagai air minum oleh PDAM Kota Manado. Fungsi lain dari
sungai-sungai tersebut adalah sebagai pengairan dan budidaya ikan air
tawar.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-28
Gambar 2.5 Peta Geologi
Sumber : RTRW
d. Gambaran Klimatologi
Kabupaten Minahasa beriklim tropis basah dan dipengaruhi oleh angin
muson.Pada bulan Nopember-April dipengaruhi oleh angin barat yang
membawa hujan.Angka curah hujan rata-rata setiap tahun berkisar
2.000-3.000 mm, dengan jumlah hari hujan rata-rata 90-130 hari per
tahun.Suhu udara rata-rata 220 Celcius (sekitar 210 -230 C) dan
memiliki kelembaban udara rata-rata 87% -92%.
Gambar 2.6 Peta Curah Hujan
Sumber : RTRW
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-29
2.4.3 Kawasan Resiko Bencana Alam
Bencana Alam adalah peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
mengancam dan mengganggu kehidupan/penghidupan masyarakat yang
disebabkan oleh factor alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami,
gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan, dan tanah longsor
sehingga mengakibatkan kerugian materi maupun non-materi.
Kawasan rawan bencana alam terdiri dari:
Kawasan sekitar jalur jalan Pineleng-Tombariri
Kawasan sekitar jalur jalan Manado-Tomohon
Kawasan sekitar jalur jalan Noongan-Ratahan
Kawasan sekitar jalur jalan Tondano-Kembes-Manado
Kawasan sekitar jalur jalan Touliang Oki-Kombi-Kema
Kawasan sekitar jalur jalan Tandengan-Maumbi-Seretan
Kawasan barat Kecamatan Tombulu
Kawasan utara dan selatan Kecamatan Kombi, dan
Kawasan utara Kecamatan Lembean Timur
Kawasan rawan gelombang pasang, dan abrasi/erosi pantai meliputi:
Kawasan pesisir timur Minahasa (Kecamatan Kombi, Lembean
Timur, Kakas, Kakas Barat, dan Langowan Selatan) dan,
Kawasan pesisir Barat Minahasa (Kecamatan Peneleng dan
Tombariri).
Kawasan rawan banjir meliputi: kawasan sekitar bagian hulu Sungai
Tondano (outlet danau Tondano) dan sekitar Danau Tondano serta muara
sungai Ranowangko (Tombariri).
Kawasan rawan bencana alam geologi meliputi:
Kawasan rawan letusan gunung berapi, terdapat di daerah sekitar
gunung berapi Lokon, Soputan, dan Mahawu
Kawasan rawan gempa bumi, terdapat di keseluruhan wilayah
Kabupaten Minahasa, dan
Kawasan rawan gelombang tsunami meliputi daerah pesisir pantai
kecamatan-kecamatan Tombariri, Pineleng, Kombi, Lembean Timur,
Kakas, Kakas Barat, dan Langowan Selatan.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-30
2.4.5 Isu-Isu Strategis
Permasalahan pembangunan diperlukan dalam proses penjabaran visi
misi kepala daerah terpilih, yang selanjutnya menjadi salah satu input
dalam perumusan tujuan dan sasaran RPJMD.
Identifikasi permasalahan pembangunan dapat dilakukan dari informasi
pada gambaran umum daerah dan evaluasi kinerja pembangunan tahun
sebelumnya, serta prediksi berdasarkan pemahaman atas kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi dimasa mendatang. Beberapa isu strategis
Kabupaten Minahasa adalah sebagai berikut :
1. Belum optimalnya aksesibilitas, sarana prasarana dan penyelenggaraan
pendidikan, serta pendidikan unggulan.
a. Penurunan Angka putus sekolah, dimana Angka putus sekolah tingkat
SMA tahun 2012 sebesar 20,00% merupakan isu yang harus
diprioritaskan;
b. Peningkatan Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK sebesar
68,69;
c. Belum berjalan secara efektif dan efisien manajemen pendidikan.
d. Pengembangan sekolah unggulan dan keikutsertaan siswa dalam
olimpiade sains.
2. Terbatasnya sumberdaya dan pelayanan kesehatan, masih adanya
ancaman penyakit menular dan terdapat penduduk yang belum menjadi
peserta jaminan pemeliharaan kesehatan.
Penurunan Angka kematian ibu (Mother Mortality Rate) adalah
67,65/100.000 tahun 2010, turun menjadi 18,50/100.000 tahun 2011 dan
naik sebesar 34,83/100.000 tahun 2012 dimana kecamatan yang cukup
tinggi terdapat di Pineleng dan Eris, adapun target MDGs sebesar 32;
3. Tingkat kerusakan jalan, jembatan, dan irigasi tidak sebanding dengan
pembangunannya serta masih rendahnya kesadaran masyarakat dalam
pemeliharaan sarana dan prasarana jalan dan irigasi.
a. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik dengan kualitas
jalan yang baik dari keseluruhan panjang jalan yaitu 275/880,35 atau
sebesar 0,31, sehingga perlu peningkatan kualitas;
b. Tingkat efisiensi akan sarana dan prasarana dasar permukiman dan
masih banyaknya rumah yang tidak layak huni.
4. Belum memadainya Pelayanan Air Minum dan Air Limbah
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-31
Jumlah keluarga yang diperiksa 59.888 dari 73.155 kk (81,86%) dengan
akses air bersih. Dari cakupan yang ada untuk akses air bersih secara
keseluruhan sebesar 66,86 % belum mencapai 85%.
5. Kurangnya sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan, serta
kurangnya kesadaran masyarakat dalam berlalu lintas.
6. Belum optimalnya implementasi e-government dan pelayanan perijinan
telekomunikasi.
7. Belum efektifnya perencanaan dari bawah (bottom up planning) yang
disebabkan oleh kurang akuratnya data pendukung perencanaan
pembangunan, kurangnya kemampuan masyarakat dalam
mengidentifikasi kebutuhan pembangunan dan masih rendahnya tingkat
partisipasi masyarakat dalam musyawarah perencanaan pembangunan.
8. Kabupaten Minahasa belum mempunyai RDTR, produk tata ruang yang
telah disusun belum mempunyai kekuatan hukum, dan kurangnya
kesadaran masyarakat dalam tertib penataan ruang.
a. Terdapatnya Kawasan Strategis Nasional (KSN) DAS Tondano dan
KSN Kapet Manado-Bitung yang memiliki karateristik khusus;
b. Dokumen perencanaan (RPJP, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD, Renja)
yang belum berkualitas;
c. Adanya keterkaitan sistem kota-kota yaitu Kota Tondano yang
ditetapkan sebagai Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) dengan wilayah
sekitar serta bagian dari sistem Kawasan Metropolitan BIMINDO
(Bitung, Minahasa Utara, Minahasa, Manado, Tomohon) yang
ditetapkan dalam RTWRN untuk pelayanan bagian timur Indonesia
khususnya Provinsi Sulawesi Utara;
d. Dokumen rencana detail tata ruang kawasan (RDTRK), rencana
teknis ruang kawasan (RTRK), serta rencana tata bangunan dan
lingkungan belum tersedia.
11. Terjadinya degradasi lingkungan, rendahnya kesadaran masyarakat
dalam pengelolaan lingkungan hidup, dampak pemanasan global dan
semakin berkurangnya luas hutan rakyat dan masih cukup luasnya lahan
kritis.
a. Degradasi lingkungan masih terjadi baik di kawasan alami maupun
kawasan pengembangan, khususnya adanya pengkalan Danau Tondano.
Hal ini nampak pada penurunan kawasan ruang terbuka hijau (RTH)
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-32
dimana tahun 2008 rasionya sebesar 38,46 dan tahun 2012 turun
menjadi 32,01;
b. Terjadinya stagnansi dalam penanganan sampah secara baik dan
berwawasan lingkungan dan meningkatnya pencemaran lingkungan
disebabkan meningkatnya jumlah sampah berasal dari rumah tangga
(domestik) dan nonrumah tangga yang dibuang ke sungai dan/atau
dibakar;
c. TPA Kulo Tondano, TPA Talikuran Kawangkoan, dan TPA Atep
Langowan Selatan masih menggunakan sistem open dumping, sehingga
perlu peningkatan kualitas TPA dengan menggunakan sistem sanitary
landfill;
12. Cukup tingginya angka kemiskinan dan pengangguran serta
Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS), terbatasnya lapangan
kerja dan kualitas calon tenaga kerja tidak sesuai kebutuhan pasar.
a. Jumlah penduduk miskin yang relatif besar, walaupun kondisinya
menurun yaitu tahun 2008 sebesar 9,04% tahun 2010 sebesar 8,99%,
pada tahun 2011 sebesar 7,93% dan tahun 2012 sebesar 6,56%;
b. Tingkat pengangguran yang relatif tinggi yaitu sebesar 10,49% tahun
2008, dan 9,45% tahun 2009, dan 8,40% tahun 2010, dan 9,20% tahun
2011, dan turun menjadi 6,14% tahun 2012;
c. Sebanyak 49,15% penduduk bekerja disektor pertanian
(ketergantungan di sektor pertanian cukup tinggi);
d. Kemampuan SDM pencari kerja tahun 2011 relatif rendah, dimana
lulusan SMA yang terbesar sebanyak 2.262 orang atau 45,19% dan S1
sebesar 1.529 orang atau 30,54%;
e. Tingkat pengganguran terbuka di Kabupaten Minahasa Tahun 2009
sebesar 9,48%, tahun 2010 sebesar 9,61% dan tahun 2011 sebesar
9,20%;
f. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) tahun 2009 sebesar
56,75%, tahun 2010 sebesar 63,31% dan tahun 2011 sebesar 65,77%.
Permasalahan pembangunan di daerah merupakan “gap expectation”
antara kinerja pembangunan yang dicapai saat ini dengan yang
direncanakan serta antara apa yang ingin dicapai dimasa datang dengan
kondisi riil saat perencanaan dibuat.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-33
Potensi permasalahan pembangunan daerah pada umumnya timbul dari
kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang
tidak diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak
diantisipasi. Beberapa permasalahan pembangunan Kabupaten Minahasa
yang menonjol adalah sebagai berikut :
1) Pekerjaan umum
1. Masalah Irigasi dan Sumberdaya air, antara lain;
a. Data inventaris luas daerah irigasi menurut tingkat jaringan irigasi,
yang semi teknis dan sederhana yang berpotensi 6.039 ha sedangkan
yang berfungsi 5.232 ha, untuk irigasi desa luas area 2.452 ha, dalam
rangka peningkatan perlu peningkatan kuantitas sawah irigasi semi
teknis dan irigasi desa.
b. Kurangnya produksi untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan
distribusi yang tidak merata secara spatial, waktu, jumlah dan kualitas
air yang belum memenuhi standar baku mutu;
c. Tingkat efisiensi akan diukur dari nilai Pasok Irigasi per Area (PIA),
Pasok Irigasi Relatif (PIR) dan Pasok Air Relatif (PAR), dimana PIA
sebesar 1,71 lebih besar dari PIR (1,43), sehingga efisiensi belum
berjalan baik.
2. Masalah Infrastruktur Jalan, antara lain :
a. Kondisi Jalan Kabupaten Minahasa sampai dengan tahun 2012 adalah
Baik 275 Km, Sedang 128 Km, Rusak 163,85 Km.
b. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik adalah panjang
jalan dalam kondisi baik dibagi dengan panjang jalan secara
keseluruhan (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota). Ini
mengindikasikan kualitas jalan dari keseluruhan panjang jalan yaitu
275 / 880,35 sebesar 0,31, sehingga masih perlu peningkatan kualitas.
c. Panjang jalan secara keseluruhan adalah 880,35 Km yang terdiri dari
jalan negara 129 Km, jalan provinsi 184,50 Km, Jalan kabupaten 566,85
Km, dan termasuk juga Jalan Usaha Tani/Jalan Desa 144,50 Km, masih
diperlukan peningkatan status jalan nasional dan atau jalan strategis
nasional.
3. Masalah Perumahan dan Pemukiman, antara lain :
a. Kondisi prosentase rumah sehat tahun 2011 sebesar 77,81% atau
46.618 dari 85.684 rumah yang ada, terjadi kenaikan dibandingkan
tahun 2010 sebesar 71,80% atau 52.415 dari 72.997 rumah. Rasio
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-34
Rumah Layak Huni terhadap jumlah penduduk tahun 2010 sebesar 0,16
dan turun pada tahun 2011 menjadi sebesar 0,14.
b. Rendahnya masyarakat mengurus IMB, dimana tahun 2008 rasio
bangunan ber IMB sebesar 0,016 dan tahun 2012 naik menjadi 0,026.
c. Terbatasnya kemampuan penyediaan prasarana dan sarana
perumahan oleh pemerintah untuk kawasan rumah sederhana sehat
bagi masyarakat berpendapatan rendah.
4. Masalah Air Minum dan Air Limbah, antara lain:
a. Proporsi rumah tangga dengan air minum layak sebesar 53% tahun
2008, 66% tahun 2009, dan menjadi 75% tahun 2010, dan tahun 2011
turun menjadi 60%, kemudian meningkat sebesar 67% tahun 2012,
tapi belum memenuhi standard;
b. Kondisi penyediaan air minum saat ini: tingkat pelayanan, cakupan
pelayanan air minum pada daerah perkotaan baru mencapai 40% yang
meliputi sistem perpipaan sebanyak 60%,non perpipaan yang
terlindungi sebanyak 40%;
c. Terdapat ibu kota kecamatan yang rawan air minum sebanyak 4 ibu
kota kecamatan dan desa rawan air minum sebanyak 62 desa;
d. Jumlah keluarga yang diperiksa 59.888 dari 73.155 kk (81,86%)
dengan akses air bersih seperti ledeng 55,90%, SGL 29,18%. Dari
cakupan yang ada untuk akses air bersih secara keseluruhan sebesar
66,86 % belum mencapai 85%
e. Stagnasi dalam penurunan tingkat kebocoran air minum;
5. Masalah Sanitasi dan Drainase, antara lain :
a. Menurut data TNP2K tahun 2012, untuk proporsi rumah tangga layak
sanitasi di Kabupaten Minahasa sebesar 58,04% tahun 2008, 69,78%
tahun 2009, dan 74,21% tahun 2010
b. Terjadinya stagnasi penanganan drainase karena terbatasnya
perhatian dan komitmen seluruh stakeholders dan pengambil
keputusan;
c. Kurang berfungsinya saluran drainase sebagai penampung dan
penyalur air hujan.
6. Masalah Persampahan, antara lain :
a. Terjadinya stagnansi dalam penanganan sampah secara baik dan
berwawasan lingkungan disebabkan kurangnya perhatian dan
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-35
komitmen seluruh stakeholders dan pengambil keputusan menangani
persampahan untuk menciptakan kualitas lingkungan hidup yang baik.
b. Meningkatnya pencemaran lingkungan disebabkan meningkatnya
jumlah sampah berasal dari rumah tangga (domestik) dan nonrumah
tangga yang dibuang ke sungai dan/atau dibakar;
c. Rendahnya kualitas manajemen tempat pembuangan akhir (TPA).;
d. TPA Kulo Tondano, TPA Talikuran Kawangkoan, dan TPA Atep
Langowan Selatan masih menggunakan sistem open dumping, sehingga
perlu peningkatan kualitas TPA dengan menggunakan sistem sanitary
landfill.
2) Perencaanaan Daerah dan Penataan Ruang
1. Sistem perencanaan pembangunan pemerintah daerah belum berjalan
sesuai ketentuan UU No. 25 tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional dan Permendagri 54 Tahun 2010 tentang
pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 8 tahun 2008 tentang tahapan,
tatacara penyusunan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan rencana
pembangunan daerah, belum sepenuhnya dipahami aparatur perencana
SKPD
2. Sistem pengendalian dan pelaporan pelaksanaan program serta
kegiatan belum berjalan sebagaimana mestinya sehingga capaian kinerja
sulit diukur.
3. Masalah yang berkaitan dengan Pembangunan Riset dan Teknologi,
antara lain :
a) Lemahnya peran kelembagaan riset;
b) Lemahnya pengembangan daya inovasi;
c) Kurannya kemitraan dengan lembaga-lembaga yang terkait;
d) Belum adanya kelembagaan riset dan pengembangan untuk
menghasilkan produk dan jasa;
e) Belum optimalnya pengembangan sumberdaya manusia berkeahlian
tinggi.
4. Belum diperdakannya RTRW yang merupakan alat operasional dalam
mengkoordinasikan dan mengintegrasikan pembangunan dan rencana
detail tata ruang kawasan (RDTRK), rencana teknis ruang kawasan
(RTRK), serta rencana tata bangunan dan lingkungan belum semuanya
tersedia.
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-36
3) Perhubungan
1. Masalah Terminal
a) Jumlah terminal 3 buah yakni terminal Tondano dengan luas 4.510
M2, terminal Langowan 7.700 M2 dan terminal Kawangkoan 2.400 M2,
namun dengan kondisi yang ada dengan melihat jumlah arus
penumpang yaitu: tahun 2011 sebesar 9.615.898 orang dan tahun 2012
sebesar 11.150.268 orang maka kapasitas terminal perlu ditingkatkan.
b) Ijin trayek yang keluar berkembang terus sejak tahun 2009 sebesar
425 buah, meningkat menjadi 443 tahun 2010, dan menjadi 547 buah
tahun 2011, kemudian meningkat menjadi 577 buah tahun 2012,
indikasinya perkembangan kendaraan bermotor semakin besar.
4) Lingkungan hidup
1. Masalah yang berkaitan dengan Lingkungan Hidup, antara lain :
a Pengelolaan lahan petanian dan kawasan hutan belum
memperhatikan prinsip keberkelanjutan dengan level eksploitasi yang
tidak sesuai dengan fungsi dan daya dukungnya;
b Kualitas lingkungan yang belum terkendali di sejumlah daerah utama
pengembangan di kawasan pemukiman, pertanian dan kawasan
budidaya lainnya;
c Degradasi lingkungan masih terjadi baik di kawasan alami maupun
kawasan pengembangan, hal ini nampak pada penurunan kawasan
ruang terbuka hijau (RTH) dimana tahun 2008 rasionya sebesar 38,46
dan tahun 2012 turun menjadi 32,01.
5) Pemerintahan Umum
1. Pemekaran wilayah Minahasa
Proses pemekaran Kabupaten Minahasa yang merupakan aspirasi
masyarakat yang saat diwacanakan adalah Kabupaten Minahasa Tengah
dan Kota Langowan, perlu dipacu dalam rangka peningkatanan pelayanan
kepada masyarakat.
2. Kamampuan Keuangan Daerah
Kabupaten Minahasa sebagai kabupaten induk pada tahun 2012 memiliki
jumlah pegawai yang sangat besar yakni 6.645 personil. Kondisi ini
berimplikasi pada beratnya beban anggaran pemerintah, di mana pada
tahun 2012 Dana Alokasi Umum yang diperoleh pemerintah Kabupaten
Minahasa ± 488 miliar, dan sebesar ± 465 miliar digunakan untuk
membayar gaji dan tunjangan pegawai negeri sipil;
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-37
3. Belum berjalannya dengan baik reformasi birokrasi.
Masih adarya penyalahgunaan wewenang, praktik KKN (korupsi, kolusi,
nepotisme), dan belum optimalnya pelayanan kepada masyarakat lewat
kineja aparatur.
4. Belum memadainya kapasitas lembaga di lingkungan birokrasi.
Hal ini dapat dilihat dengan relatif rendahnya kualitas sumberdaya
manusia (SDM), terbatasnya penyediaan infrastruktur penunjang,
terbatasnya kinerja aparatur birokrasi, dan masih kurangnya mutu
pelayanan publik yang dirasakan oleh masyarakat.
5. Terbatasnya partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan
keputusan di lingkungan birokrasi.
Adanya peran serta masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan
kebijakan publik merupakan salab satu prinsip pemerintahan yang baik.
Namun partisipasi publik tersebut masih terbatas dan seharusnya dibuka
seluas-luasnya untuk sampai pada tahapan implementasi program dan
evaluasi pelaksanaan program.
6. Belum optimalnya mutu pelayanan dan daya tanggap terhadap publik.
Pelayanan publik merupakan tugas pokok birokrasi sehingga mutu
pelayanan harus dilaksanakan ditingkatkan. Namun pelayanan publik
tersebut belum optimal karena daya tanggap dan kepekaan terhadap
permasalahan yang sedang terjadi di masyarakat relatif rendah sekaligus
antisipasi terhadap kemungkinan terjadi masih rendah.
7. Masih sering adanya pelanggaran disiplin, perilaku dan orientasi nilai.
Dengan adanya pelanggaran disiplin, perilaku dan orientasi nilai
menyebabkan rendahnya produktivitas, efektivitas, dan efisiensi sehingga
kinerja aparatur birokrasi menurun.
6) Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah Desa
1. Kemiskinan di Wilayah Pedesaan Relatif Besar dimana sebagian besar
penduduk Kabupaten Minahasa tinggal di wilayah perdesaan, dengan
tingkat kesejahteraan relatif rendah dibandingkan dengan penduduk yang
tinggal di wilayah perkotaan.
Hal ini ditunjukan dari data yang ada tahun 2010 bahwa dari 29.700
penduduk miskin yang ada pada tahun 2006 dimana 33,63% tidak
bekerja, 44,25% bekerja di sektor pertanian dan sisanya 22,12% bekerja
bukan di sektor pertanian;
RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTU JANGKA MENENGAH KABUPATEN MINAHASA
II-38
2. Terbatasnya Alternatif Lapangan Kerja dan Rendahnya Produktivitas di
Perdesaan, dimana salah satu ciri kehidupan wilayah perdesaan di
Indonesia dan Sulawesi Utara khususnya di Kabupaten Minahasa bahwa
50% sampai 60% kehidupan masyarakat bergantung di sektor pertanian
dan terbatas sebagai petani penghasil produk pertanian yang bersifat
bahan mentah (on-farm) bukan sebagai petani penghasil produk pertanian
yang bersifat bahan jadi atau setengah jadi (off-farm) dan sebanyak
39,02% penduduk bekerja sebagai petani pada tahun 2011;
3. Sulitnya membuka alternatif lapangan kerja baru di luar sektor
pertanian di wilayah perdesaan, hal ini nampak dari total investasi yang
masuk sebesar hanya terjadi tahun 2009 sebesar US$ 48.386.646 dengan
jumlah proyek sebanyak 15 buah.