mrp web
DESCRIPTION
spkTRANSCRIPT
SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERENCANAAN KEBUTUHAN BAHAN
BAKU DENGAN METODE MRP BERBASIS WEB
Latar Belakang Masalah
Untuk memenuhi order dari konsumen, perusahaan perlu meningkatkan kinerja
khususnya dalam perencanaan produksi. Salah satu perencanaan produksi adalah dengan
melakukan penjadwalan produksi, dalam hal ini penjadwalan produksi yang
dititikberatkan pada pengadaan bahan baku. Tujuan dari pengadaan bahan baku adalah
menentukan stok barang minimal dan maksimal yang ada di gudang. Serta
mengantisipasi adanya kekurangan bahan baku saat melakukan produksi.
Proses penjadwalan pengadaan bahan baku disusun berdasarkan metode Material
Requirement Planning (MRP). MRP merupakan sistem yang dirancang khusus untuk
situasi permintaan bergelombang yang secara tipikal karena permintaan tersebut
dependent terhadap kapasitas produksi tiap periode. Oleh karena itu tujuan sistem MRP
adalah menjamin tersedianya material, item, atau komponen saat dibutuhkan untuk
memenuhi penjadwalan produksi, dan menjamin tersedianya produk jadi bagi konsumen,
serta menjaga tingkat persediaan pada kondisi minimum.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah adalah “Bagaimana
membuat suatu sistem penjadwalan pengadaan bahan baku menggunakan metode MRP
Berbasis Web yang dapat membantu proses produksi.”
Tujuan
Tujuan dari sistem ini adalah untuk membuat sistem pendukung keputusan
perencanaan kebutuhan bahan baku dan penjadwalan produksi pada Toko Roti dengan
menggunakan metode Material Requirement Planning Berbasis Web.
Landasan Teori
Sistem Pendukung Keputusan
Sistem Pendukung Keputusan (SPK) merupakan suatu kumpulan prosedur
pemrosesan data dan informasi yang berorientasi pada penggunaan model untuk
menghasilkan berbagai jawaban yang dapat membantu manajemen dalam pengambilan
keputusan dimana SPK harus sederhana, mudah dan adaptif. Adapun ciri utama dalam
SPK ini yang sekaligus sebagai keunggulannya adalah kemampuan SPK untuk
menyelesaikan masalah-masalah yang tidak terstruktur. Menurut Sudirman dan
Widjajani (1996) mengemukakan bahwa ciri-ciri SPK yang dirumuskan oleh Alters Keen
adalah :
1. SPK ditujukan untuk membantu keputusan-keputusan yang kurang terstruktur dan
umumnya dihadapi oleh para manajer yang berada di tingkat puncak.
2. SPK merupakan gabungan antara kumpulan model kualitatif dan kumpulan data.
3. SPK memiliki fasilitas interaktif yang dapat mempermudah hubungan antara
manusia dengan komputer.
4. SPK bersifat luwes dan dapat menyesuaikan dengan perubahan-perubahan yang
terjadi.
SPK tidak dimaksudkan untuk menggantikan manajer dalam keputusan, namun
manajer dan komputer bekerja sama sebagai tim pemecahan masalah yang berada di area
semi konduktor yang jelas.
Material Requirement Planning
Material Requirement Planning (MRP) adalah suatu teknik atau prosedur untuk
mengelola persediaan dalam suatu operasi manufaktur. MRP dibagi dan didefinisikan
dalam tiga kategori, yaitu :
1. MRP yang berhubungan dengan sistem kontrol persediaan.
Tipe dari sistem MRP ini adalah berhubungan dengan sistem pengontrolan tentang
order dari manufaktur dan pembelian untuk menghitung jumlah yang tepat dan waktu
yang tepat untuk menunjang jadwal induk. Sistem ini mengeluarkan order untuk
mengontrol persediaan pada WIP dan material melalui perencanaan penempatan.
Pada sistem ini, kapasitas tidak diperhitungkan.
2. MRP yang berhubungan dengan sistem kontrol persediaan dan produksi.
Tipe dari sistem MRP ini adalah sistem informasi yang digunakan untuk
merencanakan dan mengontrol persediaan dan juga kapasitas dari suatu perusahaan
manufaktur. Pada sistem ini, order dari hasil explosion dicek untuk dilihat apakah
sesuai dengan kapasitas yang tersedia atau tidak. Jika ternyata kapasitas yang ada
tidak cukup maka jadwal induk harus diubah. Tipe ini mempunyai hubungan timbal
balik dengan order yang dikeluarkan dengan jadwal induk untuk mengatur
ketersediaan kapasitas.
3. MRP yang berhubungan dengan sistem perencanaan manufaktur.
Tipe dari sistem MRP ini digunakan untuk merencanakan dan mengatur semua
komponen dari manufaktur yaitu persediaan, kapasitas, uang, personel, fasilitas dan
perlengkapan umum lainnya.
Metode Earliest Due Dates
Metode Earliest Due Dates (EDD) atau prosedur jatuh tempo adalah metode
yang penjadwalan pekerjaannya diurutkan berdasarkan jatuh tempo terdekat atau
berdasarkan tugas-tugas yang mempunyai tanggal dibutuhkan paling cepat. Prosedur
jatuh tempo meminimalkan keterlambatan (tardiness) maksimum.
Istilah – istilah dalam metode Earliest Due Dates antara lain :
1. Processing Time (ti) adalah waktu pemrosesan dari job i.
2. Due Date (di) adalah waktu dimana job i harus sudah selesai diproses.
3. Flow Time (Fi) adalah rentang waktu antara suatu job siap diproses dan saat job
tersebut selesai diproses sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan
suatu job. Termasuk didalamnya adalah set up time, waiting time dan processing.
4. Lateness adalah selisih antara completion time dan due date dari suatu job. Suatu job
akan memiliki lateness positif jika job tersebut diselesaikan lebih lambat dari due
date dan negatif apabila lebih cepat dari due date.
5. Job adalah suatu kegiatan dalam proses produksi yang harus dikerjakan.
6. Tardy / Tardiness adalah lateness suatu job apabila job tersebut terlambat; jika tidak
terlambat, tardiness dari job adalah nol.
Berikut adalah contoh perhitungan dengan metode Earliest Due Dates :
Misal diketahui beberapa job / pekerjaan yang akan dilakukan sbb:
Job Processing Time Due Dates
A 6 8
B 2 6
C 8 18
D 3 15
E 9 23
Gambar. 5 Tabel Due Dates-1
Maka untuk perthitungan dengan menggunakan metode Earliest Due Dates job-job
tersebut diurutkan berdasarkan waktu Due Dates yang paling kecil. Setelah itu dilakukan
perhitungan sesuai dengan table dibawah ini :
Job
Sequence
Processing
Time
Flow
Time
Due
Dates
Lateness Job
Lateness
B 2 2 6 -4 0
A 6 8 8 0 0
D 3 11 15 -4 0
C 8 19 18 1 1
E 9 28 23 5 5
Total 28 68 - -2 6
Gambar. 6 Tabel Due Dates-2
Rata-rata waktu selesai = 68/5 = 13.6 hari
Utilisasi = 28/68 = 41.2%
Rata-rata jumlah job dalam sistem = 68/28 = 2.43 job
Rata-rata waktu keterlambatan = 6/5 = 1.2 hari
Mean Lateness = 0
Maximum Lateness = 5 pada job E
Jumlah job tardy = 2
Metode Economic Order Quantity
Economic Order Quantity adalah salah satu teknik didalam metode perhitungan
yang digunakan untuk menentukan jumlah dan waktu order suatu material sehingga biaya
inventori perusahaan dapat diminimumkan. Berikut ini adalah penjelasan mengenai
metode EOQ :
TC(Q) = purchase Cost + order cost + holding cost
TC(Q) = P*D + (C*D/Q) + (h*Q)/2
Keterangan :
Q = lot size atau jumlah pesanan (unit)
D = kebutuhan bahan setiap kali pesan
C = biaya order per order (atau biaya setup kalau diproduksi sendiri)
P = harga
h = biaya simpan per unit per pesan.
Dengan menggunakan derivative total cost terhadap Q, maka didapatkan :
TC(Q) = P*D + (C*D)/Q + (h*Q) / 2
DTC/dQ = -(C*D)/Q2 + h/2
Syarat optimal titik kritis did TC/dQ = 0, maka didapatkan :
Berikut ini adalah contoh perhitungan dengan menggunakan EOQ :
Diketahui :
Lead Time = 1 minggu
Holding Cost = $2/unit/minggu
Setup Cost = $200
Lot Size = 1
Tabel :
GR = Permintaan Konsumen
OHI = Stok awal gudang.
NR = Kebutuhan gudang.
POR = Rencana penerimaan.
PORel = Rencana pemesanan.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
GR 35 30 40 0 10 40 30 0 30 55
OHI 35
Gambar. 7 Tabel EOQ-1
Jawaban :
D = (35+30+40+0+10+40+30+0+30+55) / 10
D = 27
Tabel MRP :
Week 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
GR 35 30 40 0 10 40 30 0 30 55
OHI 35 0 44 4 4 68 28 72 72 42 61
NR 30 6 2 13
POR 74 74 74 74
PORel 74 74 74 74
Gambar. 8 Tabel EOQ-2
Order cost = 4 * $200 = $800
Holding cost = (44+4+4+68+28+72+72+42+61) * $2 = $790
Biaya Inventori = $800 + $790 = $1590
Evaluasi
a. Desain Uji Coba dan Subjek Coba
Dari proyek ini apabila sudah bisa digunakan maka akan diujicobakan pada Toko
Roti.
b. Analisa Hasil Uji Coba
Sistem yang sudah jadi penggunaannya dimplementasi secara langsung pada sumber
masalah. Dimana data yang dipakai dalam uji coba tersebut berdasarkan hasil survei
pada Toko Roti.