isri proosal mrp 1

35
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Stres adalah kejadian yang penting serta tidak dapat dihindari dari kehidupan sehari-hari (Nandamuri & Ch, 2011). Data WHO (2011) menunjukkan bahwa sebanyak 450 juta penduduk di dunia mengalami gangguan kesehatan akibat stres (Larasaty, 2012). Berdasarkan penelitian World Health Organitation (WHO), diberbagai negara, sebesar 20-30% pasien yang datang dipelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala gangguan jiwa dan bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi (Sundari, 2012). Menurut Yosep I (2010) menyebutkan stres sebagai reaksi fisik, mental, dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, membingungkan, membahayakan, dan merisaukan seseorang. Dikatakan pula Stres merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya. Dalam Wulandari, 2012, membagi stres dalam beberapa tingkatan, yaitu: stres ringan, stres sedang, stres berat. Mahasiswa dalam kegiatannya juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya sendiri. Tuntutan eksternal 1

Upload: isri-nur-fazriyah

Post on 14-Jul-2016

49 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

:)

TRANSCRIPT

Page 1: Isri Proosal Mrp 1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Stres adalah kejadian yang penting serta tidak dapat dihindari dari

kehidupan sehari-hari (Nandamuri & Ch, 2011). Data WHO (2011)

menunjukkan bahwa sebanyak 450 juta penduduk di dunia mengalami

gangguan kesehatan akibat stres (Larasaty, 2012). Berdasarkan penelitian

World Health Organitation (WHO), diberbagai negara, sebesar 20-30%

pasien yang datang dipelayanan kesehatan dasar menunjukkan gejala

gangguan jiwa dan bentuk yang paling sering adalah kecemasan dan depresi

(Sundari, 2012).

Menurut Yosep I (2010) menyebutkan stres sebagai reaksi fisik, mental,

dan kimiawi dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, membingungkan,

membahayakan, dan merisaukan seseorang. Dikatakan pula Stres merupakan

respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban

atasnya. Dalam Wulandari, 2012, membagi stres dalam beberapa tingkatan,

yaitu: stres ringan, stres sedang, stres berat.

Mahasiswa dalam kegiatannya juga tidak terlepas dari stres. Stresor atau

penyebab stres pada mahasiswa dapat bersumber dari kehidupan

akademiknya, terutama dari tuntutan eksternal dan tuntutan dari harapannya

sendiri. Tuntutan eksternal dapat bersumber dari tugas-tugas kuliah, beban

pelajaran, tuntutan orang tua untuk berhasil di kuliahnya dan penyesuaian

sosial di lingkungan kampusnya. Tuntutan ini juga termasuk kompetensi

perkuliahan dan meningkatnya kompleksitas materi perkuliahan yang

semakin lama semakin sulit. Tuntutan dari harapan mahasiswa dapat

bersumber dari kemampuan mahasiswa dalam mengikuti pelajaran (Heiman

& Kariv, 2005).

Berbagai penelitian telah mendokumentasikan stres di kalangan

mahasiswa kedokteran dan menunjukkan adanya stres yang sangat tinggi

apabila dibandingkan dengan program studi lain di sektor non-medis (Navas,

2012). Salah satu Penelitian tentang stres pada mahasiswa kedokteran yang

dilakukan di salah satu Universitas di Indonesia oleh Carolin (2010) yaitu

1

Page 2: Isri Proosal Mrp 1

dengan diambil sampel 90 mahasiswa kedokteran dan didapatkan gambaran

tingkat stres pada mahasiswa kedokteran sebesar 71%. Secara keseluruhan,

prevalensi stres pada mahasiswa fakultas kedokteran masih cukup tinggi,

yaitu berkisar 30-70%.

Stres dapat dianggap sebagai ancaman yang dapat menyebabkan

kecemasan, depresi, disfungsi sosial bahkan niat untuk mengakhiri hidup

(Nandamuri & Ch,2011). Kondisi depresi dan kecemasan adalah hal yang

tidak diinginkan dalam suatu komunitas pendidikan. Siswa yang prestasi

akademiknya kurang berhasil, dilaporkan memiliki tingkat stres yang tinggi.

Dampak negatif dari stress emosional pada mahasiswa kedokteran akan

mengganggu perkuliahan serta menganggu kinerja mereka. Mahasiswa yang

mengalami kondisi stres yang ekstrem atau depresi membutuhkan perhatian

serius, jika mahasiswa tidak mampu mengatasi stres dari proses pendidikan

yang mereka terima akan berdampak buruk terhadap dirinya pribadi dan

profesinya kelak sebagai dokter (Navas, 2012).

Menurut Chappy (2008) dalam Mahaning (2011), terdapat berbagai cara

untuk mengurangi kecemasan dan stres, diantaranya adalah latihan fisik.

Latihan fisik atau yang lebih dikenal dengan olahraga adalah tindakan fisik

untuk meningkatkan kesehatan atau memperbaiki deformitas fisik (Balqish

2011), melakukan latihan fisik minimal 30 menit dapat menstimulasi

pelepasan hormon endorfin dan menurunkan kadar hormon kortisol di dalam

tubuh. Berkurangnya kadar kortisol di dalam tubuh akan menyebabkan

terciptanya keseimbangan mental. Menurut Departemen Kesehatan RI (2007),

latihan fisik juga sangat penting bagi pemeliharaan kesehatan fisik, mental

dan mempertahankan kualitas hidup agar tetap sehat dan bugar sepanjang

hari. Salah satu jenis olahraga ringan yang mudah di aplikasikan dan hemat

biaya adalah berlari dengan santai atau yang lebih dikenal dengan jogging.

Jogging berarti berlari dengan kecepatan yang tidak lebih dari delapan mil per

jam (Chattin, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan tingginya prevalensi

stress di kalangan mahasiswa kedokteran di berbagai Fakultas Kedokteran di

Indonesia, maka potensi kejadian stres pada mahasiswa di Fakultas

2

Page 3: Isri Proosal Mrp 1

Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman juga tinggi, termasuk pada

mahasiswa kedokteran Angkatan 2013. Belum diketahui apakah mahasiswa

yang memiliki kebiasaan berolahraga jogging memiliki tingkat stress yang

lebih rendah daripada mahasiswa yang tidak melakukan olahraga.

Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan penelitian untuk

mengetahui hubungan intensitas jogging dengan tingkat stres pada mahasiswa

Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman Angkatan 2013.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, dapat

dirumuskan pertanyan penelitian sebagai berikut :

Apakah terdapat hubungan antara intensitas jogging dengan tingkat stres

pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman

angkatan 2013 ?

C. Tujuan dan manfaat

1. Tujuan

a. Tujuan Umum

Mengetahui dan menganalisis hubungan antara intensitas jogging

dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas

Jenderal Soedirman angkatan 2013.

b. Tujuan Khusus

1) Mengetahui intensitas jogging mahasiswa Fakultas Kedokteran

angkatan 2013

2) Mengetahui tingkat stres mahasiswa Fakultas Kedokteran angkatan

2013

2. Manfaat

a. Manfaat Teoritis

1) Bagi Ilmu Pengetahuan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menambah sumber informasi

3

Page 4: Isri Proosal Mrp 1

dan wacana dalam pengembangan ilmu kesehatan khususnya

mengenai hubungan intensitas jogging dengan tingkat stres.

2) Bagi Penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan

masukan bagi pengembangan penelitian sejenis di kemudian hari

dengan perbaikan pada bagian tertentu.

b. Manfaat praktis

1) Bagi Masyarakat

Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran

kepada masyarakat tentang pentingnya olahraga atau dalam hal ini

jogging terhadap tongkat stres di masyarakat.

2) Bagi Mahasiswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa

dalam mengatasi kejenuhan dan tingkat stres yang dihadapi

mahasiswa.

3) Bagi Instansi Pendidikan

Diharapkan hasil penelitian ini dapat sebagai masukan informasi

dalam memberikan gambaran hubungan antara intensitas jogging

dengan tingkat stres pada mahasiswa Fakultas Kedokteran

Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2013.

4

Page 5: Isri Proosal Mrp 1

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Pemikiran Penelitian

1. Stres

a. Definisi

Stres merupakan sebuah hubungan antara kejadian-kejadian

atau kondisi-kondisi lingkungan dengan penilaian kognitif individu

terhadap tingkat dan tipe tantangan, kesulitan, kehilangan, maupun

ancaman (Lazarus & Folkman dalam Sholichatun, 2011).

Stres merupakan respon tubuh yang sifatnya non spesifik

terhadap setiap tuntutan beban atasnya. Misalnya bagaimana respon

tubuh seseorang manakala yang bersangkutan mengalami beban

pekerjaan yang berlebihan. Bila ia sanggup mengatasinya artinya tidak

ada gangguan pada fungsi organ tubuh, maka dikatakan yang

bersangkutan tidak mengalami stres. Tetapi sebaliknya bila ternyata ia

mengalami gangguan pada satu atau lebih organ tubuh sehingga yang

bersangkutan tidak lagi dapat menjalankan fungsi pekerjaannya

dengan baik, maka ia disebut mengalami distres (Hans Seyle dalam

Masri, 2013; Hawari, 2006).

b. Diagnosis

Beberapa mengemukakan gejala stres dapat berupa tanda-

tanda berikut ini (Goff, 2011):

1) Fisik, yaitu nafas memburu, mulut dan tenggorokan kering,

tangan lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan

terganggu, sembelit, letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah

urat dan gelisah.

2) Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas, sedih, jengkel, salah

paham, tidak berdaya, gelisah, gagal, tidak menarik, kehilangan

semangat, susah konsentrasi, dan sebagainya.

3) Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati yang berlebihan,

menjadi lekas panik, kurang percaya diri, penjengkel.

5

Page 6: Isri Proosal Mrp 1

Menurut pendapat yang lain, gejala stres dapat berupa tanda-tanda

sebagai berikut (Govarest, 2010):

1) Fisik, yaitu sulit tidur atau tidak dapat tidur teratur, sakit kepala,

sulit buang air besar, adanya gangguan pencernaan, radang usus,

kulit gatal-gatal.

2) Emosional, yaitu marah-marah, mudah tersinggung, terlalu

sensitif, gelisah dan cemas, suasana hati mudah berubah-ubah,

sedih, mudah menangis.

3) Intelektual, yaitu mudah lupa, kacau pikirannya, daya ingat

menurun, sulit berkonsentrasi, suka melamun, pikiran hanya

dipenuhi satu pikiran saja.

4) Interpersonal, yaitu acuh, kurang percaya kepada orang lain,

sering mengingkari janji, suka mencari kesalahan orang lain,

menutup diri, mudah menyalahkan orang lain.

Beberapa beranggapan kasus stres pekerjaan dan menyimpulkan tiga

gejala dari stres pada individu, yaitu (Wexley, 2009):

1) Gejala Psikologis

Berikut ini adalah gejala-gejala psikologis yang sering ditemui

pada hasil penelitian mengenai stres pekerjaan :

a) Kecemasan, ketegangan, kebingungan dan mudah tersinggung

b) Perasaan frustrasi, rasa marah, dan dendam (kebencian)

c) Sensitif dan hipereaktivitas

d) Memendam perasaan, penarikan diri, dan depresi

e) Komunikasi yang tidak efektif

f) Perasaan terkucil dan terasing

g) Kebosanan dan ketidakpuasan kerja

h) Kelelahan mental, penurunan fungsi intelektual, dan kehilangan

konsentrasi

i) Kehilangan spontanitas dan kreativitas

j) Menurunnya rasa percaya diri

2) Gejala Fisiologis

Gejala-gejala fisiologis yang utama dari stres kerja adalah:

6

Page 7: Isri Proosal Mrp 1

a) Meningkatnya denyut jantung, tekanan darah, dan

kecenderungan mengalami penyakit kardiovaskular

b) Meningkatnya sekresi dari hormon stres (contoh: adrenalin dan

noradrenalin)

c) Gangguan gastrointestinal (misalnya gangguan lambung)

d) Meningkatnya frekuensi dari luka fisik dan kecelakaan

e) Kelelahan secara fisik dan kemungkinan mengalami sindrom

kelelahan yang kronis (chronic fatigue syndrome)

f) Gangguan pernapasan, termasuk gangguan dari kondisi yang

ada

g) Gangguan pada kulit

h) Sakit kepala, sakit pada punggung bagian bawah, ketegangan

otot

i) Gangguan tidur

j) Rusaknya fungsi imun tubuh, termasuk risiko tinggi

kemungkinan terkena kanker

3) Gejala Perilaku

Gejala-gejala perilaku yang utama dari stres kerja diantaranya :

a) Menunda, menghindari pekerjaan, dan absen dari pekerjaan

b) Menurunnya prestasi (performance) dan produktivitas

c) Meningkatnya penggunaan minuman keras dan obat-obatan

d) Perilaku sabotase dalam pekerjaan

e) Perilaku makan yang tidak normal (kebanyakan) sebagai

pelampiasan, mengarah ke obesitas

f) Perilaku makan yang tidak normal (kekurangan) sebagai

bentuk penarikan diri dan kehilangan berat badan secara tiba-

tiba, kemungkinan berkombinasi dengan tanda-tanda depresi

g) Meningkatnya kecenderungan berperilaku beresiko tinggi,

seperti menyetir dengan tidak hati-hati dan berjudi

h) Meningkatnya agresivitas, vandalisme, dan kriminalitas

i) Menurunnya kualitas hubungan interpersonal dengan keluarga

dan teman

7

Page 8: Isri Proosal Mrp 1

j) Kecenderungan untuk melakukan bunuh diri

c. Penyebab Stres

Individu sebagai makhluk sosial memiliki pengalaman masing-

masing dalam menghadapi kehidupan. Terkadang terdapat perubahan

besar yang dapat menimbulkan stres. Stimuli yang mengawali

terhadap perubahan disebut dengan stresor. Dengan adanya stresor,

menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan dengan

usaha yang telah dilakukan. Stresor terdiri dari stresor fisik, fisiologis,

dan psikologis (Potter & Perry, 2005).

Stresor fisik berasal dari suhu tempat individu berada seperti

terlalu tinggi atau terlalu rendah, suara yang menimbulkan

kebisingan, dan sinar yang terlalu terang. Stresor fisiologis berasal

dari gangguan yang terdapat pada tumbuh individu sehingga fungsi

tubuh tidak normal. Sedangkan stresor psikologis, berasal dari

gangguang interpersonal, sosial, budaya, atau keagamaan di

lingkungan sekitar (Potter & Perry, 2005).

d. Tingkatan Stres

Setiap Individu mempunyai persepsi dan respon yang berbeda-

beda terhadap stres. Persepsi seseorang didasarkan pada keyakinan,

norma, pengalaman, pola hidup, faktor lingkungan, struktur keluarga,

fungsi keluarga, tahap perkembangan keluarga, pengalaman masa lalu

dengan stres, dan mekanisme koping. Berdasarkan studi literatur,

ditemukan tingkatan stres menjadi lima bagian, antara lain:

1) Stres normal

Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan

bagian alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi kelelahan

setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan

detak jantung berdetak lebih keras setelah aktivitas. Stres normal

alamiah dan menjadi penting, karena setiap orang pasti pernah

mengalami stres. Bahkan sejak dalam kandungan (Crowford &

Henry, 2003).

8

Page 9: Isri Proosal Mrp 1

2) Stres ringan

Stres ringan adalah stresor yang dihadapi secara teratur

yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Situasi seperti

banyak tidur, kemacetan atau dimarahi dosen. Stresor ini dapat

menimbulkan gejala, antara lain bibir sering kering, kesulitan

bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa

goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperatur

tidak panas dan tidak setelah beraktivitas, takut tanpa alasan yang

jelas, menyadari denyut jantung walaupun tidak setelah

melakukan aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat

lega jika situasi berakhir (Psychology Foundation of Australia,

2010). Stresor ringan dengan jumlah yang banyak dalam waktu

singkat dapat meningkatkan risiko penyakit bagi mahasiswa.

3) Stres sedang

Stres ini terjadi lebih lama antara beberapa jam sampai

beberapa hari. Misalnya masalah perselisihan yang tidak dapat

diselesaikan dengan teman atau pacar. Stresor ini dapat

menimbulkan gejala, antara lain mudah marah, bereaksi

berlebihan terhadap suatu situasi, sulit untuk beristirahat, merasa

lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan

menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan,

mudah tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal

apapun yang menghalangi ketika sedang mengerjakan sesuatu

hal, tugas kuliah (Psychology Foundation of Australia, 2010).

4) Stres berat

Stres berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam

beberapa minggu, seperti perselisihan dengan dosen atau teman

secara terus-menerus, kesulitan finansial yang berkepanjangan,

dan penyakit fisik jangka panjang. Makin sering dan lama situasi

stres, makin tinggi risiko stres yang ditimbulkan. Stresor ini

dapat menimbulkan gejala, antara lain merasa tidak dapat

merasakan perasaan positif, merasa tidak kuat lagi untuk

9

Page 10: Isri Proosal Mrp 1

melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang dapat

diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa,

kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai

seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat.

Semakin meningkat stres yang dialami mahasiswa secara

bertahap maka akan menurunkan energi dan respon adaptif

(Psychology Foundation of Australia, 2010).

5) Sangat berat

Stres sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi

dalam beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat

ditentukan. Seseorang yang mengalami stres sangat berat tidak

memiliki motivasi untuk hidup dan cenderung pasrah. Seseorang

dalam tingkatan stres ini biasanya teridentifikasi mengalami

depresi berat (Crowford & Henry, 2003).

e. Dampak stress

Stres dapat berpengaruh dengan dua cara. Pertama, stres akan

mengakibatkan perubahan yang secara langsung mempengaruhi

sistem tubuh secara fisik yang menimbulkan pengaruh pada

kesehatan. Kedua, stres akan mempengaruhi perilaku individu secara

tidak langsung sehingga menimbulkan penyakit atau memperburuk

kondisi yang ada (Perdana, 2010).

f. Stress Pada Mahasiswa

Kondisi kekurangan yang dihayati sebagai sesuatu cacat yang

sangat menentukan seperti penampilan fisik, jenis kelamin, usia,

intelegensi dan lain-lain akan mempengaruhi pertumbuhan dan

perkembangan fisik dari individu, sehingga juga mempengaruhi

tingkat stres seseorang. Disebutkan bahwa semakin lanjut usia

seseorang semangkin meningkat pula kedewasaan teknis dan tingkat

kedewasaan psikologisnya yang menunjukkan kematangan jiwa,

dalam arti semakin bijaksana, mampu berfikir secara rasional,

mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap orang lain (Siagian,

2000). Sedangkan, Stuart dan Laraia (2005) menyatakan usia

10

Page 11: Isri Proosal Mrp 1

berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam menghadapi

berbagai macam stresor, kemampuan memanfaatkan sumber

dukungan dan keterampilan dalam mekanisme koping.

Perubahan bermakna dalam suhu lingkungan, perubahan peran

dan sosial, proses pembelajaran, pekerjaan, serta hubungan

interpersonal. Perubahan kondisi keuangan dan segala akibatnya

(menciutnya anggaran keuangan, keterbatasan uang). Berdasarkan

penjabaran singkat tentang stresor, setiap individu harus beradaptasi

dengan stresor.

Mahasiswa mengalami stres akademik dengan karakteristik

stresor yang kompleks. Agolla dan Ongori (2009) mengemukakan

bahwa sumber stres akademik meliputi: manajemen waktu, tuntutan

akademik dan lingkungan akademik. Sumber stres tersebut dijabarkan

dan diperoleh berupa: tugas-tugas akademik, penurunan motivasi,

ketidakadekuatan peran akademik, jadwal perkuliahan yang padat dan

tidak jelas, serta kecemasan tidak mendapatkan pekerjaaan setelah

lulus kuliah. Sedangkan menurut Davidson (2001), mengemukakan

sumber stres akademik meliputi: situasi yang monoton, kebisingan,

orang-orang atau tugas yang terlalu banyak, harapan yang mengada-

ngada, ketidakjelasan, kurang adanya kontrol, keadaan bahaya dan

kritis, tidak dihargai, diacuhkan, kehilangan kesempatan, aturan yang

membingungkan, tuntutan yang saling bertentangan, dan deadline

tugas perkuliahan.

g. Faktor Pencegah Stres

11

Page 12: Isri Proosal Mrp 1

Beberapa cara untuk mengurangi stres diantaranya adalah

melalui pola makan yang sehat dan bergizi, memelihara kebugaran

jasmani, latihan pernafasan, latihan relaksasi, melakukan aktivitas

yang menggembirakan, berlibur, menjalin hubungan yang harmonis,

menghindari kebiasaan yang jelek, merencanakan kegiatan harian

secara rutin, memelihara tanaman dan binatang, meluangkan waktu

untuk diri sendiri dan keluarga, dan menghindari diri dari kesendirian.

Individu yang memiliki kebugaran jasmani yang baik akan terindar

dari stres karena memiliki kemampuan ambang rangsang psikis yang

tinggi terhadap stres (Sukadiyanto, 2010).

2. Olahraga sebagai Upaya Preventif Stres

Beberapa studi telah menunjukkan aktivitas fisik dapat mengurangi

angka kejadian dan tingkat keparahan gangguan mood stres yang terkait

termasuk diantaranya adalah ansietas dan depresi. Olahraga jenis aerobik

maupun anaerobik dapat memberikan dampak protektif terhadap stres

secara konsisten. Efek ini dikaitkan dengan peningkatan neurotransmiter

khususnya serotonin dan dopamine. Selain itu olahraga juga

meningkatkan sekresi opioid endogen ataupun endorfin sehingga olahraga

dapat menanggulangi efek merugikan yang ditimbulkan dari stres

(Greenwood & Fleshner dalam Haryatno, 2014).

Dampak positif bagi kesehatan mental telah ditemukan pada orang

yang melakukan aktivitas fisik aerobik atau gabungan aktivitas fisik

aerobik dengan aktivitas fisik dengan tujuan memperkuat otot dalam 3-5

hari selama seminggu dengan durasi 30 sampai dengan 60 menit pada satu

kali aktivitas fisik. Aktivitas fisik yang dilakukan secara teratur

memberikan dampak penurunan terhadap gejala kecemasan dan depresi

pada anak dan remaja (U.S. Departement of Health and Human Services,

2008).

3. Jogging

a. Pengertian Jogging

12

Page 13: Isri Proosal Mrp 1

Menurut Purwanto (2012) jogging adalah aktivitas olahraga

berupa lari-lari kecil dengan kecepatan di bawah 11 km per jam atau

5,5 m3nit per km yang bertujuan untuk kebugaran. Jogging termasuk

latihan aerobik dimana jogging dilakukan berdasarkan frekuensi,

intensitas, waktu, dan tipe. Jogging dilakukan 3-5 kali seminggu

dengan intensitas sampai menimbulkan keringat dengan durasi 20-60

menit.

Jogging yang dilakukan dengan rutin dapat meningkatkan

kondisi dan efisiensi otot pernapasan, memungkinkan penggunaan

kapasitas yang lebih besarserta memantapkan efisiensi pernapasan

karena pernapasan akan lebih lambar dan dalam sehingga

memungkinkan oksigen banyak yang masuk dan sedikit

karbondioksida yang keluar. Jogging meningkatkan difusi oksigen

dari paru ke dalam darah dimana oksigen disalurkan melalui sel darah

merah dan hemoglobin. Volume darah dan hemoglobin akan

meningkat dengan latihan secara rutin sehingga meningkatkan

kebugaran aerobik tubuh (Sharkey, 2011).

b. Intensitas Jogging

Menurut Purwanto (2012) jogging adalah aktifitas olahraga

berupa lari –lari kecil dengan kecepatan dibawah 11 km per jam atau

5,5 menit per km yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran.

Jogging termasuk dalam latihan aerobik dimana jogging dilakukan

berdasarkan frekuensi, intensitas, waktu dan tipe yang sudah

ditentukan.

c. Jogging sebagai upaya preventif terhadap stres

Beberapa studi telah menunjukkan aktivitas fisik dapat

mengurangi angka kejadian dan tingkat keparahan gangguan mood

stres yang terkait termasuk diantaranya adalah ansietas dan depresi.

Olahraga jenis aerobik maupun anaerobik dapat memberikan dampak

protektif terhadap stres secara konsisten. Jogging merupakan salah

satu pilihan olahraga yang mudah dilakukan. Selain karena mudah

dilakukan, jogging juga tidak membutuhkan alat dan tempat yang

13

Page 14: Isri Proosal Mrp 1

khusus sehingga mahasiswa mampu dengan mudah melakukan

jogging. Efek jogging dapat dikaitkan pula dengan peningkatan

neurotransmiter khususnya serotonin dan dopamin. Selain itu jogging

juga meningkatkan sekresi opioid endogen ataupun endorfin sehingga

jogging dapat menanggulangi efek merugikan yang ditimbulkan dari

stres (Greenwood & Fleshner dalam Haryatno, 2014).

B. Kerangka teori

Gambar 2.1 Kerangka Teori

14

Stressor

Fisik Fisiologis Psikologis

Stres

DopaminSerotonin

EnkefalinEndorfin

Jogging

: Menyebabkan/Menjadi

: Menghambat/Menekan

: Variabel yang diteliti

KETERANGAN :

Page 15: Isri Proosal Mrp 1

C. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka konsep

D. Hipotesis

Ada hubungan antara intensitas jogging dengan tingkat stres pada

mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman angkatan

2013.

15

Stresor :FisikFisiologisPsikologis

Stres

Jogging

Page 16: Isri Proosal Mrp 1

III. METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian observasi(non

experimental) dengan pendekatan cross-sectional yang bertujuan untuk

menjelaskan hubungan antara intensitas jogging dengan stress berdasarkan

hasil pengujian hipotesis terhadap data yang diperoleh dalam waktu yang

bersamaan. Pendekatan cross-sectional digunakan untuk mencari hubungan

antara variabel bebas dengan variabel tergantung dengan melakukan

pengukuran sesaat (Sastroasmoro,2011).

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah mahasiswa S1 Jurusan Kedokteran Umum

Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman angkatan 2013 yang

bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dengan mengisi informed

consent.

C. Variabel Penelitian

1. Variabel Tergantung : tingkat stres

2. Variabel Bebas : intensitas jogging

D. Definisi Operasional Variabel

1. Intensitas Jogging

16

Page 17: Isri Proosal Mrp 1

Menurut Purwanto (2012) jogging bentuk olahraga berlari pada keadaan lambat atau santai kecepatan dibawah 11 km per jam atau 5,5 menit per km yang bertujuan untuk meningkatkan kebugaran yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan dan kebugaran yang dilakukan secara berulang – ulang dalam waktu yang lama. Jogging dilakukan 3 – 5 kali seminggu, dengan intensitas sampai berkeringat serta dilakukan dalam waktu 20 – 60 menit. Jogging termasuk dalam latihan aerobik dimana jogging dilakukan berdasarkan frekuensi, intensitas, waktu dan tipe yang sudah ditentukan. Jogging dilakukan secara bertahap sesuai dengan kemampuan yang dimiliki kemudian jika sudah terbiasa baru latihan ditingkatkan (Kravitz, 2001).

2. Tingkat stres

Tingkat stres adalah hasil penilaian terhadap berat ringannya

suatu pengalaman emosional negatif yang berupa respon tubuh yang

tidak spesifik terhadap stresor yang dapat mencetuskan kondisi

ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi

seseorang serta mengganggu keseimbangan fisiologis dan psikologis.

Tingkat stres diukur menggunakan Perceived Stress Scale dengan skala

data berbentuk kategorik ordinal.

E. Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan tahapan pengurusan ijin penelitian, yaitu

permohonan surat ijin kepada ketua jurusan Fakultas Kedokteran Universitas

Jenderal Soedirman untuk melakukan penelitian. Tahapan berikutnya

menjelaskan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan

kepada subyek. Setelah memberikan penjelasan dan subyek memahami

maksud dan tujuan penelitian, subyek mengisi dan menandatangani surat

persetujuan untuk menjadi subyek penelitian. Kemudian peneliti melakukan

sosialisasi cara pengisian kuesioner mengenai berolahraga teratur dan tingkat

stres. Peneliti juga merekrut beberapa orang untuk membantu selama proses

penelitian di bawah pengawasan peneliti.

F. Tempat dan Waktu Penelitian

17

Page 18: Isri Proosal Mrp 1

Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan Kedokteran Umum Fakultas

Kedokteran Universitas Jenderal Soedirman. Pengambilan data untuk

dilaksanakan pada bulan Januari 2016.

G. Pengumpulan Data

Alat ukur yang digunakan adalah lembar kuesioner. Pertanyaan dibuat

berdasarkan variabel-variabel yang akan diukur berdasarkan kerangka konsep

penelitian yaitu untuk mengetahui hubungan berolahraga teratur dengan tingkat

stres. informed consent akan diberikan bersamaan dengan kuesioner tersebut :

1.   Kuesioner intensitas jogging

Pada penelitian ini, intensitas jogging diukur menggunakan

kuesioner yang dibuat oleh peneliti serta telah diuji validitas dan

reliabilitas dengan teknik korelasi dan uji Cronbach (Cronbach Alpha)

menggunakan program komputer. Sampel yang digunakan dalam uji

validitas dan reliabilitas ini adalah mahasiswa yang memiliki karakteristik

mirip yaitu mahasiswa angkatan 2014. Jumlah sampel dalam uji validitas

dan reliabilitas ini adalah sebanyak 42 orang.

Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3.1 di

bawah ini:

Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner Berolahraga

Teratur

Pertanyaa

n

Nilai

Tabel r

Nilai

Hitung rStatus Alpha Status

1 0,304 0,666 Valid 0,679 Reliabel

2 0,448 Valid Reliabel

3 0,526 Valid Reliabel

4 0,133 Tidak valid Reliabel

5 0,622 Valid Reliabel

6 0,262 Tidak valid Reliabel

18

Page 19: Isri Proosal Mrp 1

Kuesioner terdiri dari empat pertanyaan, meliputi intensitas

jogging (yang ditandai dengan perubahan fisiologis yaitu berkeringat),

frekuensi jogging, dan durasi jogging. Skor kuesioner intensitas jogging

menggunakan skala Likert (sebagai contoh, a=0, b=1, c=2, d=3, e=4) dan

diperoleh dengan menjumlahkan skor jawaban dari masing-masing

pertanyaan. Jumlah skor dalam kuesioner ini adalah 0-16. Interpretasi

pengukuran keusioner intensitas dengan skor tersebut dikategorikan

menjadi: (1) skor 0-4: tidak pernah, (2) skor 5-11: kurang teratur, (3) skor

12-16: teratur.

2.   Kuesioner tingkat stres

Tingkat stres diukur menggunakan Perceived Stress Scale (PSS-

10) yang dibuat oleh Sheldon Cohen pada tahun 1988. Kuesioner ini

diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh peneliti dengan bantuan

ahli. Perceived Stress Scale adalah self report questionnaire yang terdiri

dari 10 pertanyaan dan dapat mengevaluasi tingkat stres satu bulan yang

lalu dalam kehidupan subjek penelitian. Skor PSS-10 diperoleh dengan

reversing responses (sebagai contoh, 0=4, 1=3, 2=2, 3=1, 4=0) terhadap

empat soal yang bersifat positif (pertanyaan 4, 5, 7 dan 8) dan

menjumlahkan skor jawaban masing-masing. Jumlah skor dalam PSS-10

adalah 0-40. Interpretasi pengukuran PSS-10 dengan skor tersebut

dikategorikan menjadi: (1) skor 0-7: normal, (2) skor 8-11: stres ringan,

(3) skor 12-15: stres sedang, (4) skor 16-20: stres berat, (5) skor ≥21: stres

cukup berat. Kuesioner yang dipergunakan dalam penelitian ini telah diuji

validitas dan reliabilitasnya pada 15 orang mahasiswa oleh mahasiswa FK

Universitas Sumatera Utara tahun 2008 yaitu Tan Lee Pin yang

menyatakan bahwa butir-butir kuesioner Perceived Stress Scale telah valid

dan reliabel sehingga dapat digunakan dalam penelitian ini.

H. Metode Pengolahan dan Analisis Data

1. Metode pengolahan

a. Editing

19

Page 20: Isri Proosal Mrp 1

Meneliti kembali kelengkapan isi lembar kuesioner. Biasanya

dilakukan pada tempat pengambilan data, sehingga mempermudah

dalam melengkapi data bila terjadi kekurangan.

b.      Coding

Dilakukan dengan memberi tanda pada masing-masing jawaban

dengan kode berupa angka, selanjutnya dimasukkan ke dalam lembar

tabel kerja untuk mempermudah pengolahan.

c.   Data entry

Menyiapkan lembar kerja dan memasukkan data kedalam program

komputer.

d.   Data cleaning

Data ditabulasi dalam tabel frekuensi dan tabel silang untuk melihat

hubungan antar dua variabel.

2.   Analisis data

Skala data berbentuk kategorik ordinal sehingga data dianalisis

dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman untuk menguji

hubungan antara intensitas jogging dan tingkat stres pada mahasiswa

dengan bantuan program komputer.

Kekuatan hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak

ditunjukkan oleh koefisien korelasi (r). Jika koefisien korelasi positif,

maka kedua variabel mempunyai hubungan searah. Artinya jika nilai

variabel bebas tinggi, maka nilai variabel terikat akan tinggi pula.

Sebaliknya, jika koefisien korelasi negatif, maka kedua variabel

mempunyai hubungan terbalik. Artinya jika nilai variabel bebas tinggi,

maka nilai variabel terikat akan menjadi rendah.

Kriteria koefisien korelasi sebagai berikut: (1) nilai 0,00-0,199:

korelasi sangat rendah, (2) nilai 0,20-0,399: korelasi rendah, (3) nilai

0,40-0,599: korelasi sedang, (4) nilai 0,60-0,799: korelasi kuat, (5) nilai

0,80-1,00: korelasi sangat kuat (Sugiyono, 2003).

20

Page 21: Isri Proosal Mrp 1

Jika nilai p<0,05 terdapat korelasi yang bermakna antara dua

variabel yang diuji, tetapi jika nilai p>0,05 tidak terdapat korelasi yang

bermakna antara dua variabel yang diuji.

DAFTAR PUSTAKA

Agolla, J.E., & Ongori, H. 2009. An assasment of academic stress among undergraduate students. Academic journals, Educational research and review vol.4 (2), pp.063-067.

Bararah, Fara Vera (2011). Lawan stres dengan olahraga. Diakses pada 3 Desember 2015 http://health.detik.com/read/2011/06/03/080248/1652559/766/lawan-stres-dengan-olahraga

CDC. 2011. Physical Activity and Health: The Benefits of Physical Activity. Di akses dari http://www.cdc.gov/physicalactivity/everyone/health/index.html pada 1 Desember 2015

Crowford, J. C ., & Henry, J. D. 2003. The Depression Anxiety Stress Scale (DASS): Normative data and latent structure in a-large non-clinical sample. British Journal of Clinical Psycology, 42: 111-131.

Dardas, L.A., & Ahmad, M. M. 2015. Coping Strategies as Mediators between Stress and Quality of Life amonf Parents of Children with Austistic Disorder. The University of Jordan, 31: 5-12.

Davidson, J. 2001. Manajemen waktu. Yogyakarta: Andi.Departemen Kesehatan RI, 2007. Rumah Tangga Sehat dengan Perilaku

Hidup Bersih dan Sehat. Diakses darihttp://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1&cad=rja&ved=0CCsQFjAA&url=http%3A%2F%2Fwww.promkes.depkes.go.id%2Findex.php%2Fmediaroom%2Fpublikasi-dan-mediapromosi%3Fdownload%3D14%3Aposter-dan-mediapublikasi&ei=D60YUbepMc3jrAex9YCwCQ&usg=AFQjCN

21

Page 22: Isri Proosal Mrp 1

GPaH0WSmGp7odvvaivazkd_LFDiw&bvm=bv.42080656,d.bmk pada 3 Desember 2015

Destanti, Handayani dkk, (2011). Perbandingan tingkat stres pada mahasiswa ekstensi 2010 yang bekerja dengan yang tidak bekerja

Haryatno, P. 2014. Hubungan Intensitas Olahraga dan Pola Tidur dengan Tingkat Stres pada Mahasiswa Tingkat Satu Poltekkes Surakarta. Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

Hawari, Dadang. 2006. Manajemen stres, cemas, dan depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Irawan, Prasetya. 2007. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: FISIP UI.

Kenyon, D.B., Kubik, M.Y., Davey, C., Sihard, J., Fulkerson, J. A. 2012. Alternative High School Student’s Physical Activity: Role of Self-efficacy. AM J HealthBehav 2012;36(3):300-310.

Kurniadi dan Prapanca. 2010. Penjas Orkes untuk Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah Kelas VI. Jakarta: CV Thursina.

Larasaty, R. 2012. Hubungan tingkat stres dengan kejadian sleep paralysis pada mahasiswa FIK UI angkatan2008.http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20308815-S%2043112 Hubungan%20tingkat-full%20text.pdf, diakses 2 Desember 2015

Masri, CS. 2013. Hubungan Stres Menurut Skala Social Readjustment Rating Scale dengan Kejadian Disfungsi Seksual pada Wanita Pasangan Usia Subur di Puskesmas Kota Karang Teluk Betung Bandar Lampung November 2013. Bandar Lampung: Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.

Nindhayati, Cahya. 2008. Perilaku Coping Anggota Samapta Polri Ketika Menghadapi Kerusuhan Massa. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhamadiyah Surakarta.

Perdana, E. 2010. Pengaruh Stres Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Kepuasan Kerja serta Dampaknya pada Kinerja Karyawan PT. Se-Yi Mangga Dua. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Bina Nusantara.

Potter & Perry. 2005. Fundamental of nursing: Concept, process, & practice. (Asih, Y. et. all, Penerjemah). Jakarta: EGC.

Psychology Foundation of Australia. (2010). Depression anxiety stress scale. Desember 2, 2015. http://www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass

Purwaningsih, Wahyu, M, Kardiwinata, M. P, Suari, N. W. 2013. Pengaruh Pemberian Hatha Yoga dan Jogging terhadap Kecemasan pada Mahasiswa Semester VIII PSIK FK Universitas Udayana.

Rahayu, Nur Indri dan Siti Hutami Suhayat. Hubungan olahraga rekreasi dan penurunan tingkat stres mahasiswa ilmu keolahragaan. Diakses pada 3 Desember 2015

http://repository.upi.edu/operator/upload/pro_2011_upiuitm_rahayu_hubungan_olahtaga_rekreasi_dan_penurunan_tingkat_stres.pdf

22

Page 23: Isri Proosal Mrp 1

Sharkey, B. J. 2011. Kebugaran & Kesehatan cetakan kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sholichatun, Y. 2011. Stres dan Strategi Coping pada Anak Didik di Lembaga Permasyarakatan Anak. Psikoislamika. Jurnal Psikologi Islam. 8(1): 23-42.

Siagian, S.P. 2002. Kiat meningkatkan produktivitas kerja. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Stuart, G.W. & Laraia, M.T. 2005. Psychiatric nursing: Principle and practice 8th Edition. St.Louis:Mosby.

Sundari, J. 2012. Hubungan antara tingkat stres dengan intensita olahraga pada mahasiswa reguler 2008 fakultas matematika dan ilmu pengetahuan alam universitas Indonesia. http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20311330-S42941- Hubungan%20antara.pdf

WHO. 2011. Global Recommendations on Physical Activity for Health Diakses darihttp://whqlibdoc.who.int/publications/2010/9789241599979_eng.pdf pada 3 Desember 2015

Wulandari, R.P. 2012. Hubungan tingkat stres dengan gangguan tidur pada mahasiswa skripsi disalah satu fakultas rumpun science-technology UI.http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20313206-S43681-Hubungan%20tingkat.pdf, diakses tanggal 2 Desember 201

Yosep, I. 2010. Keperawatan Jiwa.Bandung:PT Refika Aditama

23