c konsep mrp

22
C. KONSEP MRP Sebelum tahun 1960 tidak satupun terdapat metode yang memuaskan dalam proses pengendalian persediaan terhadap item permintaan yang saling bergantungan. Sistem persediaan formal dalam suatu perusahaan masih didasarkan pada sistem order point dengan menerapkan metode tradisional yang tidak formal dan simpang siur khususnya dalam menangani material yang sifatnya saling bergantungan. Sekitar tahun 1960 komputer mulai dipakai dalam bidang manajemen persediaan. Dengan demikian maka komputerisasi pengendalian persediaan telah mengawali bidang manajemen persediaan yang lebih baik dan efisien. Kesulitan-kesulitan yang biasanya terjadi dalam pelaksanaan manajemen persediaan tradisional telah teratasi dengan dikenalnya suatu pendekatan sistem persediaan yang terperinci dan lebih baik, yang dikenal dengan Material Requirment Planning (MRP), Yang ditemukan oleh Joseph Orlicky dari J.I Case Company. Sistem MRP telah memiliki popularitas dalam bidang Industri yang memanfaatkan kemampuan komputer melaksanakan perencanaan dan pengendalian persediaan dengan memperhatikan hubungan antara item persediaan, sehingga pengelolahannya dapat lebih efisien dalam menentukan kebutuhan material secara

Upload: annisah-dyah-andini

Post on 02-Jan-2016

38 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

mrp

TRANSCRIPT

Page 1: C Konsep MRP

C. KONSEP MRP

Sebelum tahun 1960 tidak satupun terdapat metode yang memuaskan dalam

proses pengendalian persediaan terhadap item permintaan yang saling bergantungan.

Sistem persediaan formal dalam suatu perusahaan masih didasarkan pada sistem

order point dengan menerapkan metode tradisional yang tidak formal dan simpang

siur khususnya dalam menangani material yang sifatnya saling bergantungan.

    Sekitar tahun 1960 komputer mulai dipakai dalam bidang manajemen

persediaan. Dengan demikian maka komputerisasi pengendalian persediaan telah

mengawali bidang manajemen persediaan yang lebih baik dan efisien. Kesulitan-

kesulitan yang biasanya terjadi dalam pelaksanaan manajemen persediaan tradisional

telah teratasi dengan dikenalnya suatu pendekatan sistem persediaan yang terperinci

dan lebih baik, yang dikenal dengan Material Requirment Planning (MRP), Yang

ditemukan oleh Joseph Orlicky dari J.I Case Company. Sistem MRP telah memiliki

popularitas dalam bidang Industri yang memanfaatkan kemampuan komputer

melaksanakan perencanaan dan pengendalian persediaan dengan memperhatikan

hubungan antara item persediaan, sehingga pengelolahannya dapat lebih efisien

dalam menentukan kebutuhan material secara cepat dan tepat. Komputerisasi MRP

mula-mula dikembangkan dilingkungan APICS (American Production and Inventory

System Society) dalam suatu pengembangan program yang profesional.

    Manajemen pengendalian bahan pada dasarnya adalah merupakan suatu

masalah yang penting dalam komunikasi indiustri. Kerumitan yang sering timbul

dalam proses pengendalian bahan ini berbanding langsung dengan jumlah barang

dalam persediaan dan dengan jumlah transaksi yang harus dicatat untuk mengikuti

gerakan bahan (tetap menjaga derajat pengendalian yang dibutuhkan untuk memenuhi

sasaran). Sistem persediaan dalam suatu operasi atau lingkungan manufaktur

memiliki beberapa karakteristik tertentu yang sangat mempengaruhi terhadap

kebijaksanaan dalam perencanaan material. Pertanyaan mendasar yang sering timbul

dalam situasi kebijaksanaan persediaan tersebut adalah berapa jumlah dan kapan

dilakukan pemesanan, untuk memenuhi produksi yang diinginkan sesuai dengan

Page 2: C Konsep MRP

perencanaan dalam MPS. Jawaban pertanyaan tersebut tergantung dari sifat demand

dari persediaan. Suatu demand dikatakan independent apabila sesuai dengan

pengalaman, dimana demand terhadap permintaan barang tersebut tidak bergantungan

dengan barang-barang lain. Demikian sebaliknya suatu demand dikatakan dependent

apabila barang tersebut merupakan bagian yang terpadu dari barang yang lain (ada

hubungan fisik).

    Sistem MRP diproses untuk memenuhi akan kebutuhan yang sifatnya

dependent. Berdasarkan uraian diatas, maka jelaslah bahwa MRP dapat lebih banyak

digunakan dilingkungan manufaktur yang melibatkan suatu proses assembling,

dimana kebanyakan permintaan terhadap barang bersifat bergantungan, sehingga

tidak diperlukan peramalan pada tingkat barang (komponen) ini. Pertanyaan yang

pertama dari hal diatas dapat terpenuhi jika kita mengetahui saat kebutuhan hari

terpenuhi sesuai dengan MPS dan LeadTime. Sedangkan pertanyaan kedua dipenuhi

dengan teknik lot yang sesuai dengan kondisi yang diproses dalam perhitungan MRP.

Secara global hasil informasi yang diperoleh dalam proses MRP sangat menunjang

dalam perencanaan CRP (Capacity Requirment Planning) untuk tercapainya suatu

sistem pengendalian aktifitas produksi yang lebih baik.

1. Defenisi MRP

Perencanaan kebutuhan material (MRP) dapat didefinisikan sebagai suatu

teknik atau set prosedur yang sistematis untuk penentuan kuantitas serta

waktu dalam proses perencanaan dan pengendalian item barang (komponen)

yang tergantung pada item–item tingkat (level) yang lebih tinggi (dependent

demand). Ada 4 kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP yaitu:

1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat.

2. Membentuk kebutuhan minimal untuk setiap item.

3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan.

4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang

sudah direncanakan..

Page 3: C Konsep MRP

http://digilib.ittelkom.ac.id/index.php?

option=com_content&view=article&id=962:mrp-material-requirement-

planning&catid=25:industri&Itemid=14

2. Tujuan MRP

Secara umum dapat dikatakan bahwa tujuan dari MRP adalah menghasilkan

informasi persediaan yang mampu digunakan untuk mendukung melakukan tindakan

secara tepat dalam berproduksi. Sehingga sistem MRP pada dasarnya bertujuan untuk

merancang suatu sistem yang mampu menghasilkan informasi untuk mendukung aksi

yang tepat baik berupa pembatalan pesanan, pesan ulang, atau penjadwalan ulang.

Aksi ini sekaligus merupakan suatu pegangan untuk melakukan pembelian dan/ atau

produksi.

Ada 4 macam yang menjadi ciri utama MRP, yaitu:

1. Mampu menentukan kebutuhan pada saat yang tepat, kapan suatu pekerjaan

akan selesai (material harus tersedia) untuk memenuhi permintaan produk

yang dijadwalkan berdasarkan MPS yang direncanakan.

2. Menentukan kebutuhan minimal setiap item, dengan menentukan secara tepat

sistem penjadwalan.

3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan, dengan memberikan indikasi

kapan pemesanan atau pembatalan suatu pesanan harus dilakukan.

4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang

sudah direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi

pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang dikehendaki, maka MRP dapat

memberikan indikasi untuk melaksanakan rencana penjadwalan ulang (jika

mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistis. Seandaniya

penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan ,

maka pembatalan terhadap suatu pesanan harus dilakukan.

http://2satu0satu.wordpress.com/2010/12/28/mrp-material-requirement-

planning/

Page 4: C Konsep MRP

3. Manfaat MRP

Manfaat MRP adalah :

1. Peningkatan pelayanan dan kepuasan konsumen.

2. Peningkatan pemanfaatan fasilitas dan tenaga kerja.

3. Perencanaan dan penjadwalan persediaan yang lebih baik.

4. Tangapan yang lebih cepat terhadap perubahan dan pergeseran pasar.

5. Tingklat persediaan menurun tanpa mengurangi pelayanan kepada

konsumen.

http://2satu0satu.wordpress.com/2010/12/28/mrp-material-requirement-

planning/

4. Persyaratan MRP

Tujuan dari MRP untuk menghasilkan informasi persediaan yang mampu

digunakan untuk mendukung melakukan tindakan secara tepat dalam

melakukan produksi. Agar MRP dapat berfungsi dan dioperasionalisasikan

dengan efektif ada beberapa persyaratan dan asumsi yang harus dipenuhi.

Adapun persyaratan yang dimaksud adalah : (Gaspersz, 1998)

a. Tersedianya Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule), yaitu

suatu rencana

produksi yang menetapkan jumlah serta waktu suatu produk akhir harus

tersedia sesuai dengan jadwal yang harus diproduksi. Jadwal Induk Produksi

ini biasanya diperoleh dari hasil peramalan kebutuhan melalui tahapan

perhitungan perencanaan produksi yang baik, serta jadwal pemesanan produk

dari pihak konsumen.

b. Setiap item persediaan harus mempunyai identifikasi yang khusus. Hal ini

disebabkan karena biasanya MRP bekerja secara komputerisasi dimana

jumlah komponen yang harus ditangani sangat banyak, maka

pengklasifikasian atas bahan, bagian atas bahan, bagian komponen, perakitan

Page 5: C Konsep MRP

setengah jadi dan produk akhir haruslah terdapat perbedaan yang jelas antara

satu dengan yang lainnya.

c. Tersedianya struktur produk pada saat perencanaan. Dalam hal ini tidak

diperlukan struktur produk yang memuat semua item yang terlibat dalam

pembuatan suatu produk apabila itemnya sangat banyak dan proses

pembuatannya sangat komplek. Walaupun demikian, yang penting struktur

produk harus mampu menggambarkan secara gamblang langkah-langkah

suatu produk untuk dibuat, sejak dari bahan baku sampai menjadi produk jadi.

d. Tersedianya catatan tentang persediaan untuk semua item yang menyatakan

status persediaan sekarang dan yang akan datang.

http://sovi70-ovi.blogspot.com/2010/10/material-requirement-planning.html

5. Input dan Output MRP

1. Input

Ada 3 Input yang dibutuhkan dalam konsep MRP yaitu :

Jadwal Induk Produksi (Master production schedule)

Struktur Produk (Product structure Record & Bill of Material)

Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status

Record)

Jadwal Induk Produksi (MPS)

Merupakan suatu rencana produksi yang menggambarkan hubungan

antara kuantitas setiap  jenis produk akhir yang diinginkan dengan waktu

penyediaannya. Secara garis besar pembuatan suatu MPS biasanya dilakukan

atas tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Identifikasi sumber permintaan dan jumlahnya, sehingga dapat diketahui

besarnya permintaan produk akhir setiap periodanya.

b.   Menentukan besarnya kapasitas produksi dan kecepatan operasi yang

diperlukan untuk memenuhi permintaan yang telah diidentifikasikan,

Page 6: C Konsep MRP

perencanaan ini biasanya dilakukan pada tingkat agregat, sehingga masih

merupakan perencanaan global.

c.    Menyusun rencana rinci dari setiap produk akhir yang akan dibuat. Tahap

ini merupakan penjabaran dari rencana agregat (global) sehingga akan

didapat rencana produksi setiap produk akhir yang dibuat dan perioda

waktu pembuatannya.

a. Hal penting yang diperhatikan dalam menyusun MPS adalah menentukan

panjang horison waktu perencanaan (Planning Horison) , yaitu banyaknya

perioda waktu yang ingin diliput dalam penjadwalan.

Contoh :

Tabel Jadwal Induk Produksi

INCLUDEPICTURE "http://www.geocities.com/visiweb/ta/mrp/201.gif"

\* MERGEFORMATINET

Status Persediaan

Menggambarkan keadaan dari setiap komponen atau material yang ada

dalam persediaan, yang berkaitan dengan :

- Jumlah persediaan yang dimiliki pada setiap periode (on hand

inventory )

- Jumlah barang yang sedang dipesan dan kapan pesanan tersebut

akan datang (on order Inventory )

- Waktu ancang – ancang ( lead time ) dari setiap bahan.

Status persediaan ini harus diketahui untuk setiap bahan atau item dan

diperbaharui setiap terjadi perubahan untuk menghindari adanya kekeliruan

dalam perencanaan.

Page 7: C Konsep MRP

Contoh :

Tabel Status Persediaan

INCLUDEPICTURE "http://www.geocities.com/visiweb/ta/mrp/202.gif" \

* MERGEFORMATINET

 Struktur Produk

Merupakan kaitan antara produk dengan komponen penyusunnya.

Informasi yang dilengkapi untuk setiap komponen ini meliputi :

·        Jenis komponen

·        Jumlah yang dibutuhkan

·        Tingkat penyusunannya

Contoh :

INCLUDEPICTURE "http://www.geocities.com/visiweb/ta/mrp/203.gif" \*

MERGEFORMATINET

2. Output

Page 8: C Konsep MRP

Keluaran MRP sekaligus juga mencerminkan kemampuan dan ciri dari MRP,

yaitu :

1. Planned Order Schedule (Jadwal Pesanan Terencana) adalah penentuan

jumlah kebutuhan meterial serta waktu pemesanannya untuk masa yang akan

datang.

2. Order Release Report (Laporan Pengeluaran Pesanan) berguna bagi pembeli

yang akan digunakan untuk bernegoisasi dengan pemasok, dan berguna juga

bagi Manajer manufaktur, yang akan digunakan untuk mengontrol proses

produksi.

3. Changes to planning Orders (Perubahan terhadap pesanan yang telah

direncanakan) adalah yang merefleksikan pembatalan pesanan, pengurangan

pesanan, pengubahan jumlah pesanan.

4. Performance Report (Laporan Penampilan) suatu tampilan yang menunjukkan

sejauh mana sistem bekerja, kaitannya dengan kekosongan stock dan ukuran

yang lain.

INCLUDEPICTURE "http://www.geocities.com/visiweb/ta/mrp/204.gif" \*

MERGEFORMATINET

http://2satu0satu.wordpress.com/2010/12/28/mrp-material-requirement-

planning/

Page 9: C Konsep MRP

6. Prosedur dan Metode MRP

4 Langkah Dasar Proses MRP :

1. Netting (Perhitungan Kebutuhan Bersih)

Kebutuhan Bersih (NR) dihitung sebagai nilai dari Kebutuhan Kotor (GR)

minus Jadwal Penerimaan (SR) minus Persediaan Ditangan (OH). Kebutuhan

bersih dianggap nol bila NR lebih kecil dari atau sama dengan nol.

2. Lotting (Penentuan Ukuran Lot)

Langkah ini bertujuan menentukan besarnya pesanan individu yang optimal

berdasarkan hasil dari perhitungan kebutuhan bersih. Metode yang umum

dipakai dalam prakteknya adalah Lot-for-Lot (L-4-L).

3. Off Setting (Penentuan Waktu Pemesanan)

Langkah ini bertujuan agar kebutuhan komponen dapat tersedia tepat pada

saat dibutuhkan dengan memperhitungkan lead time pengadaan komponen

tersebut.

4. Explosion

Langkah ini merupakan proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat

item (komponen) pada level yang lebih rendah dari struktur produk yang

tersedia

http://2satu0satu.wordpress.com/2010/12/28/mrp-material-requirement-

planning/

7. Lot Sizing

Proses penentuan besarnya ukuran jumlah pesanan yang optimal untuk sebuah

item, berdasarkan kebutuhan bersih yang dihasilkan dari masing-masing

periode horison perencanaan dalam MRP ( material requirment Planning).

Didalam ukuran lot ini ada beberapa pendekatan yaitu:

1. Menyeimbangkan ongkos pesan (set up cost) dan ongkos simpan.

a. Biaya pemesanan ( order cost ) adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha

untuk mendapatkan bahan atau bahan dari luar. Biaya pemesanan dapat

berupa biaya penulisan pemesanan, biaya proses pemesanan, biaya materai /

Page 10: C Konsep MRP

perangko, biaya faktur, biaya pengetesan, biaya pengawasan, dan biaya

transportasi. Sifat biaya pemesanan ini adalah semakin besar frekuensi

pembelian semakin besar biaya pemesanan.

b. Biaya Penyimpanan.

Komponen utama dari biaya simpan ( carrying cost ) terdiri dari :

a) Biaya Modal, meliputi : biaya yang diinvestasikan dalam persediaan,

gedung, dan peralatan yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara

persediaan.

b) Biaya Simpan, meliputi : biaya sewa gudang, perawatan dan perbaikan

bangunan, listrik, gaji, personel keamanan, pajak atas persediaan, pajak dan

asuransi peralatan, biaya penyusutan dan perbaikan peralatan. Biaya tersebut

ada bersifat tetap (fixed ), variabel, maupun semi fixed atau semi variabel.

2. Menggunakan konsep jumlah pesanan tetap.

3. Dengan jumlah periode pemesanan tetap.

Terdapat 10 Alternatif teknik yang digunakan dalam menentukan ukuran Lot.

Kesepuluh teknik adalah sebagai berikut :

a. Fixed Order Quantity (FOQ)

Pendekatan menggunakankonsep jumlah pemesanan tetap karena

keterbatasan akan fasilitas. Misalnya : kemampuan gudang, transportasi,

kemampuan supplier dan pabrik.

b. Lot for Lot (LFL)

Pendekatan menggunakan konsep atas dasar pesanan diskrit dengan

pertimbangan minimasi dari ongkos simpan, jumlah yang dipesan sama

dengan jumlah yang dibutuhkan.

c. Least Unit Cost (LUC)

Pendekatan menggunakan konsep pemesanan dengan ongkos unit

perkecil, dimana jumlah pemesanan ataupun interval pemesanan dapat

bervariasi. Keputusan untuk pemesanan didasarkan :

Page 11: C Konsep MRP

ongkos perunit terkecil = (ongkos pesan per unit) + (ongkos simpan per unit)

d. Economic Order Quantity (EOQ)

Pendekatan menggunakan konsep minimasi ongkos simpan dan

ongkos pesan. Ukuran lot tetap berdasarkan hitungan minimasi tersebut.

e. Period Order Quantity (POQ)

Pendekatan menggunakan konsep jumlah pemesanan ekonomis agar

dapat dipakai pada periode bersifat permintaan diskrit, teknik ini dilandasi

oleh metode EOQ. Dengan mengambil dasar perhitungan pada metode

pesanan ekonomis maka akan diperoleh besarnya jumlah pesanan yang harus

dilakukan dan interval periode pemesanannya adalah setahun.

f. Part Period Balancing (PPB)

Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot ditetapkan bila ongkos

simpannya sama atau mendekati ongkos pesannya.

g. Fixed Periode Requirement (FPR)

Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan periode tetap,

dimana pesanan dilakukan berdasarkan periode waktu tertentu saja. Besarnya

jumlah pesanan tidak didasarkan oleh ramalan tetapi dengan cara

menggunakan penjumlahan kebutuhan bersih pada interval pemesanan dalam

beberapa periode yang ditentukan.

h. Least Total Cost (LTC) :

Pendekatan menggunakan konsep ongkos total akan diminimasikan

apabila untuk setiap lot dalam suatu horison perencanan hampir sama

besarnya. Hal ini dapat dicapai dengan memesan ukuran lot yang memiliki

ongkos simpan per unit-nya hampir sama dengan ongkos pengadaannya/

unitnya.

ongkos total = (ongkos simpan) + (ongkos pengadaan)

i. Wagner Within (WW)

Pendekatan menggunakan konsep ukuran lot dengan prosedur

optimasi program linear, bersifat matematis. Pada prakteknya ini sulit

Page 12: C Konsep MRP

diterapkan dalam MRP karena membutuhkan perhitungan yang rumit. Fokus

utama dalam penyelesaian masalah ini adalah melakukan minimasi

penggabungan ongkos total dari ongkos set-up dan ongkos simpan dan

berusah agar ongkos set-up dan ongkos simpan tersebut mendekati nilai yang

sama untuk kuantitas pemesanan yang dilakukan.

j. Silver Mean (SM)

Menitik beratkan pada ukuran lot yang harus dapat meminimumkan

ongkos total per-periode.Dimana ukuran lot didapatkan dengan cara

menjumlahkan kebutuhan beberapa periode yang berturut-turut sebagai

ukuranlotyang tentatif (bersifat sementara), penjumlahan dilakukan terus

sampai ongkos totalnya dibagi dengan banyaknya periode yang kebutuhannya

termasuk dalam ukuran lott entatif tersebut meningkat. Besarnya ukuran lot

yang sebenarnya adalah ukuran lott entatif terakhir yang ongkos total

periodenya masih menurun.

http://sovi70-ovi.blogspot.com/2010/10/material-requirement-planning.html

8. Factor yang mempengaruhi tingkat kesulitan dalam MRP

Terdapat 5 faktor utama yang mempengaruhi tingkat kesulitan dalam MRP

yaitu:

1. Struktur Produk

Pada dasarnya struktur produk yang kompleks dapat menyebabkan

terjadinya proses MRP seperti Net, Lot, Offset, dan Explode yang berulang-

ulang, yang dilakukukan satu persatu dari atas sampai kebawah berdasarkan

tingkatannya dalam suatu struktur produk tersebut. Kesulitan tersebut sering

banyak ditemukan dalam proses Lot sizing, dimana penentuan Lot Size pada

tingkat yang lebih bawah perlu membutuhkan teknik yang sangat sulit (multi

level lot sizing tecnique)

2. Lot Sizing.

Dalam suatu proses MRP, terdapat berbagai macam penentuan teknik

lot sizing yang diterapkan, sebab proses lotting ini merupakan salah satu

Page 13: C Konsep MRP

fundamen yang penting dalam suatu sistem rencana kebutuhan bahan.

Pemakaian serta pemilihan teknik-teknik lot sizing yang tepat sesuai dengan

situasi perusahaan akan sangat membantu dan mempengaruhi keefektifan dari

rencana kebutuhan bahan sehingga dapat memperoleh hasil yang lebih

memuaskan.

Hingga kini telah banyak dikembangkan oleh para ahli mengenai teknik-

teknik penetapan ukuran lot. Sampai saat ini teknik ukuran lot dapat dibagi

menjadi 4 bagian besar, yaitu :

1. Teknik ukuran lot untuk satu tingkat dengan kapasitas tak terbatas.

2. Teknik ukuran lot satu tingkat dengan kapasitas terbatas.

3. Teknik ukuran lot banyak tingkat dengan kapasitas tak terbatas.

4. Teknik ukuran lot banyak tingkat dengan kapasitas terbatas.

Dilihat dari cara pendekatan pemecahan masalah, juga terdapat dua aliran,

yaitu pendekatan level by level dan period by period. Nampak jelas dalam hal

ini bahwa teknik lot sizing masih dalam tehap perkembangan, khususnya

untuk kasus multi level

3. Lead Time

Suatu proses perakitan tidak dapat dilakukan apabila item-item yang

diperlukan dalam proses perakitan tersebut tidak tersedia dilokasi perakitan

pada saat diperlukan. Dalam proses tersebut perlu diperhitungkan masalah

networknya yang dilakukan berdasarkan lintasan kritis, saat paling awal, atau

saat paling lambat, atau suatu item dapat selesai. Persoalan yang penting dari

masalah ini bukan hanya penentuan ukuran lot size pada setiap level akan

tetapi perlu mempertimbangkan masalah lead time serta networknya yang ada.

4. Kebutuhan yang Berubah

Salah satu keunggulan MRP dibanding dengan teknik laiinya adalah

mampu merancang suatu sistem yang peka terhadap perubahan-perubhan,

baik yang datangnya dari luar maupun dari dalam perusahaan itu sendiri.

Kepekaan ini bukan tidak akan menimbulkan masalah. Adanya perubahaan

Page 14: C Konsep MRP

kebutuhan akan produk akhir tidak hanya mempengaruhi kebutuhan akan

jumlah penentuan jumlah kebutuhan yang diinginkan, akan tetapi juga tempo

pemesanan yang ada.

5. Komponen Umum

Komponen umum yang dimaksudkan dalam hal ini adalah komponen

yang dibutuhkan oleh lebih dari satu induknya. Komponen umum tersebut

dapat menimbulkan suatu kesulitan dalam proses perencanaan kebutuhan

bahan khususnya dalam proses netting dan lot sizing. Kesulitan-kesulitan

tersebut akan semakin terasa apabila komponen umum tersebut ada pada level

yang berbeda.

http://2satu0satu.wordpress.com/2010/12/28/mrp-material-requirement-

planning/