penerapan supply chain management dan mrp di pt x

21
I. Pendahuluan Para pelaku bisnis pada saat ini dituntut untuk menjalankan bisnisnya secara effisien dan efektif dikarenakan tuntutan persaingan yang semakin ketat. Kecepatan pengiriman dan ketersediaan barang pada pelanggan menjadi faktor yang sangat krusial dikarenakan jika kalah cepat dari pesaing mereka dapat kehilangan pelanggan. Disamping itu mereka juga dituntut untuk mengurangi biaya operasional sehingga harga yang dipatok dapat kompetitif. Oleh karena itu dibutuhkan integerasi yang baik dari supplier hingga pendistribusian barang. Integrasi tersebut dinamakan supply chain management. Dengan tercapainya kordinasi yang baik antara rantai pasok sebuah perusahaan maka di tiap channel rantai pasok tidak akan mengalami kekurangan ataupun kelebihan barang. Sehingga penurunan biaya pun dapat dicapai. Jika sebuah perusahaan memegang barang terlalu banyak maka biaya yang akan timbul semakin mahal, biaya-biaya tersebut timbul dari: 1. Harus menempatkan karyawan yang lebih banyak untuk mengurus barang selama penyimpanan. 2. Akan timbul biaya perawatan yang lebih selama barang tersebut disimpan, sebagai contoh ice cream maka akan dibutuhkan lemari pendingin yang lebih banyak sebagai dampaknya biaya listrik pun meningkat Page 1

Upload: avioko

Post on 12-Jun-2015

4.845 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

I. Pendahuluan

Para pelaku bisnis pada saat ini dituntut untuk menjalankan bisnisnya secara

effisien dan efektif dikarenakan tuntutan persaingan yang semakin ketat.

Kecepatan pengiriman dan ketersediaan barang pada pelanggan menjadi faktor

yang sangat krusial dikarenakan jika kalah cepat dari pesaing mereka dapat

kehilangan pelanggan. Disamping itu mereka juga dituntut untuk mengurangi

biaya operasional sehingga harga yang dipatok dapat kompetitif. Oleh karena itu

dibutuhkan integerasi yang baik dari supplier hingga pendistribusian barang.

Integrasi tersebut dinamakan supply chain management. Dengan tercapainya

kordinasi yang baik antara rantai pasok sebuah perusahaan maka di tiap channel

rantai pasok tidak akan mengalami kekurangan ataupun kelebihan barang.

Sehingga penurunan biaya pun dapat dicapai. Jika sebuah perusahaan memegang

barang terlalu banyak maka biaya yang akan timbul semakin mahal, biaya-biaya

tersebut timbul dari:

1. Harus menempatkan karyawan yang lebih banyak untuk mengurus barang

selama penyimpanan.

2. Akan timbul biaya perawatan yang lebih selama barang tersebut disimpan,

sebagai contoh ice cream maka akan dibutuhkan lemari pendingin yang

lebih banyak sebagai dampaknya biaya listrik pun meningkat

Permintaan pasar terhadap suatu barang sangat fluktuatif sehingga

ketersediaan barang di suatu perusahaan harus dapat flexibel. Jika perusahaan

tidak dapat merespon kebutuhan pasar maka akibatnya kepuasan pelanggan akan

menurun yang dapat berakibat kehilangan pelanggan. Demi menjaga ketersediaan

barang maka pemasok harus dapat merespon secara cepat apa dan berapa banyak

barang yang dibutuhkan oleh perusahaan. Maka adanya kolaborasi yang baik

antara sebuah perusahaan dan pemasok harus bagus demi menjamin ketersediaan

barang mentah yang nantinya akan diproses oleh perusahaan menjadi barang jadi.

Dengan kolaborasi yang baik dapat menghilangkan hal-hal yang dapat

memperlambat proses pengiriman barang ke pelanggan seperti lead time yang

terlalu lama karena pemasok tidak siap akan permintaan yang fluktuatif dapat di

cegah, jalur distribusi barang dari perusahaan ke distributor dapat dipersingkat.

Page 1

Page 2: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

Semua itu akan berdampak kepada kepuasan pelanggan yang meningkat sehingga

kesetiaan pelanggan untuk menggunakan produk tersebut meningkat.

Seperti kita ketahui bahwa di marketing ada yang namanya marketing mix

yaitu product, place, price dan promotion. Maka dengan kolaborasi yang baik dari

pemasok hingga distributor maka perusahaan dapat memenangkan product, place

dan price. Dikarenakan kualitas barang yang dihasilkan akan meningkat,

kecepatan dan ketersediaan barang terjamin dan harga yang dijual dapat

kompetitif dikarenakan proses yang efektif dan efisien.

II. Tinjauan Pustaka

Supply Chain Management

Supply chain management adalah suatu aktifitas pengintegrasian dari membeli

bahan mentah dan pelayanan, merubahnya menjadi suatu produk dan

mengirimkan barang melalui sistem distribusi yang tersedia. Tujuan utama dari

supply chain management adalah untuk memenuhi kebutuhan pelanggan melalui

penggunaan sunber daya yang efektif, termasuk kefektifan chanel distribusi,

kapasitas ketersediaan barang dan pengunaan sumber daya manusia. Supply chain

management tidak hanya integrasi dari faktor eksternal tetapi juga dari faktor

internal seperti purchasing, produksi, keuangan dan lain -lain.

Sumber: Wikipedia

Supply chain management akan membahas seluruh aktifitas dari suatu

perusahaan mulai dari level strategis, level tactical dan level operasional.

Kebijakan strategis menyangkut kebijakan jangka panjang perusahaan seperti

Page 2

Page 3: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

dimana mengambil bahan baku, dimana membangun distribution center,

bagaimana moda pendistribusian, dan lain-lain. Kebijakan taktis menetukan

parameter-parameter perusahaan seperti menentukan reorder level. Kebijakan

operasional berkaitan dengan kegiatan sehari-hari seperti pembelian material,

penjadwalan pembelian bahan baku, penjadwalan pengiriman dan lain-lain.

Hal yang paling susah dilakukan dalam menjalankan supply chain adalah

kolaborasi antara seluruh komponen di dalam rantai pasok dikarenakan setiap

komponen tersebut mempunyai struktur perusahaan dan budaya yang berbeda.

Karena itu untuk menyatukannya harus dilakukan hal-hal sebagai berikut:

1. Menciptakan komitmen dan penyamaan persepsi dalam kolaborasi untuk

menciptakan hal ini maka perlu disadari bahwa kolaborasi ini bertujuan

agar kinerja untuk menyampaikan nilai ke pelanggan dapat berjalan secara

efektif dan efisien.

2. Menghilangkan rintangan yang ada dalam pengkolaborasian untuk

mencapai hal itu maka diperlukan jaringan informasi yang terbuka bagi

seluruh elemen didalam rantai pasok, rasionalisasi dan simplifikasi,

pengukuran performa supply chain, membangun kepercayaan antara setiap

elemen di dalam rantai pasok.

3. Peningkatan kinerja secara terus menerus di dalam rantai pasok.

Dikarenakan lingkungan bisnis yang selau berubah maka diperlukan

hubungan dalam rantai pasok harus flexibel dan dinamis. Jika tidak maka

kolaborasi tersebut tidak akan dapat merespon tantangan dalam dunia

bisnis.

Ada dua fokus utama dalam suply chain yaitu efesiensi yang tinggi (cost-

efficiancy) dan responsiveness yang tinggi. Dalam melakukan semua aktifitas

supply chain diusahakan dengan biaya yang rendah untuk mencapai hal itu maka

diperlukan untuk menentukan channel yang dipilih harus berbiaya rendah dan

menentukan jumlah gudang yang tidak terlalu banyak tetapi dapat memenuhi

kebutuhan sehingga tidak ada keterlambatan pasokan barang.

Page 3

Page 4: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

E-Procurement

E-procurement adalah penggunaan internet sebagai fasilitas untuk

mendukung pembelian. E- procurement mempercepat pembelian, mengurangi

biaya dan mengintegerasikan seluruh elemen di dalam rantai pasok, meningkatkan

daya saing perusahaan. Supply chain yang dilakukan secara tradisional semua

aktifitas pencatatan dilakukan dengan menggunakan kertas sebagai contoh

pemesanan barang, invoice, dokumen-dokumen pendukung, nota pembayaran,

dan lain-lain. Dengan menggunakan E-procurement maka dapat mengurangi

aktifitas yang mengunakan kertas untuk pencatatan.

Electronic Ordering and Fund Transfer

Pemesanan barang yang dilakukan secara elektronik dan pembayaran

pembelian barang adalah suatu metode yang dilakukan untuk mempercepat proses

dan mengurangi paperworks. Transaksi antar perusahaan biasanya menggunakan

electronics data interchange (EDI). Untuk mendukung EDI maka diperlukan

suatu standard format data yang akan di transfer sehingga penganalisaan oleh

komputer kedua perusahaan dapat terjadi. EDI sebagai sarana pertukaran data

secara virtual untuk seluruh komponen bisnis kedua perusahaan. EDI juga dapat

digunakan untuk advanced shipping notice, yang memberitahukan kepada

pembeli bahwa vendor sudah siap untuk mengirimkan barang.

Material Requirments Planning (MRP)

Material Reqirements Planning adalah suatu metode perencanaan berapa

banyak material yang akan digunakan dan dibeli yang menggunakan bill-of

material, inventory, jadwal penerimaan barang dan master production schedule.

Page 4

Page 5: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

Master Production Schedule (MPS)

MPS adalah timetable yang berisi tentang informasi apa yang harus

diproduksi dan kapan produksi tersebut dilakukan. Dengan kata lain adalah

perencanaan tentang produksi, persediaan, dan lain-lain. Tujuan perencanaan ini

adalah untuk mengoptimalkan produksi, untuk mengidentifikasi hambatan, dan

mengantisipasi kebutuhan barang mentah. Input untuk perencanaan ini berasal

dari rencana keuangan, permintaan pelanggan, ketersediaan mesin, ketersediaan

tenaga kerja, kinerja pemasok dan pertimbangan-pertimbangan lain. Besaran

kontribusi dari setiap input bervariasi.

Penggunaan MPS adalah untuk:

1. Memberikan top management informasi yang diperlukan untuk

merencanakan dan mengkontrol proses dari produksi

2. Mengikatkan keseluruhan recana bisinis perusahaan dan memberikan

peramalan secara detail untuk keperluan produksi

Bill of Material (BOM)

Bill of Material adalah suat daftar komponen, deskripsi dari setiap

komponen dan jumlah dari masing komponen yang akan digunakan untuk

membuat suatu produk.

Accurate Inventory Record

Management persediaan yang baik sangat penting bagi penerapan MRP

sistem. Bila suatu perusahaan tidak bisa menyediakan informasi persediaan

dengan akurat maka MRP tidak akan dapat berkerja

Page 5

Page 6: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

Purchase Orders Outstanding

Ketika pembelian barang dilaksanakan maka catatan informasi dari

pembelian tersebut dan jadwal kapan barang akan datang harus bisa diakses oleh

divisi perencanaan. Hanya dengan data dari pembelian yang lengkap seseorang

dapat membuat perencanaan proses produksi yang bagus dan penerapan MRP

secara efektif.

Lead Time

Ketika manager menentukan kapan komponen dibutuhkan, mereka juga

menentukan kapan mereka dapat mendapatkan komponen tersebut. Waktu yang

dibutuhkan untuk mendapatkan suatu komponen dinamakan lead time. Lead time

untuk komponen-komponen di dalam manufacture termasuk perpindahan, setup

dan perakitan.

III. Studi Kasus

Sebuah perusahaan multinasional yang terletak di German menerapkan

supply chain management dan material requirement planning dalam kegiatan

operasional mereka. Tujuan penerapan SCM dikarenakan selama ini waktu respon

pemasok untuk menyediakan barang sangat lambat yang berakibat kapasitas

produksi menurun. Tujuan penerapan MRP dikarenakan selama ini perusahaan

mengalami masalah dalam pengelolaan persediaan mereka, terkadang terlalu

berlebih dan terkadang kehabisan persediaan. Pelanggan mereka adalah

manufaktur jadi tidak ke pengguna langsung. Perusahaan tersebut adalah termasuk

market leader di industrinya.

Dalam paper ini akan membahas bagaimana pengimplementasian supply

chain management dan material requirement planning di perusahaan tersebut.

Page 6

Page 7: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

IV. Pembahasan Masalah

Dalam meningkatkan kolaborasi antara perusahaan dan pemasok maka

perusahaan mengembangkan electronic data interchange. Dimana yang

memungkinkan perusahaan dan pemasok untuk bertukar data secara elektronik.

Pemasok dapat melihat data di master production schedule perusahaan sehingga

pemasok dapat memperkirakan kapan perusahaan membutuhkan barang.

Perusahaan juga dapat melihat berapa banyak dan tipe apa saja yang tersedia di

gudang pemasok. Hal ini dibutuhkan bagi perusahaan untuk mengetahui berapa

banyak barang yang bisa didapatkan segera. Ketika pemasok siap mengirimkan

barang ke perusahaan maka pemasok akan mengirimkan pemberitahuan ke

perusahaan bahwa barang akan dikirim. Jika persediaan perusahaan sudah

mencapai reorder point maka sistem akan memberitahukan kepada pemasok agar

mengirim barang ke perusahaan.

Melalui EDI perusahaan membagi peramalan akan permintaan selama satu

tahun kedepan ke pemasok. Sehingga pemasok dapat mempersiapkan dan

menjadwalkan kapan dan berapa banyak harus memproduksi barang. Diharapkan

dengan melakukan hal tersebut maka persediaan barang mentah di perusahaan

tidak terjadi kekurangan.

Untuk mempermudah proses pembelian antara perusahaan dan pemasok

maka dibuatlah e-procurement. Dengan sistem ini proses pembelian barang seperti

pembuatan PO, lampiran document yang dibutuhkan, dan lain-lain dilakukan

secara elekronik seingga dapat mempercepat proses pembelian barang.

Perusahaan juga mengembangkan tracking system dimana dapat

mengetahui posisi barang selama pengiriman dari pemasok. Dengan sistem ini

perusahaan dapat mengetahui apakah barang mentah akan diterima tepat waktu

atau ada keterlambatan. Hal ini dibutuhkan perusahaan agar dapat mengambil

keputusan yang tepat jika ada keterlambatan. Tracking system ini tidak hanya dari

pemasok ke perusahaan tetapi juga dari perusahaan ke pelanggan.

Untuk mendukung supply chain maka perusahaan menerapkan material

requirement planning. Dengan menerpakan MRP maka perusahaan dapat

mengelola persediaannya dengan baik dan dapat mengestimasi dengan tepat

Page 7

Page 8: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

kebutuhan persediaanya. Jika persediaan dapat dikelola dengan baik maka akan

meningkatkan kolaborasi antara perusahaan dengan pemasok karena pemasok

dapat mengetahui secara pasti kebutuhan perusahaan sehingga dapat membuat

barang sesuai dengan kebutuhan dan mengirimkan barang tepat pada waktunya.

Seperti diketahui komponen-komponen dalam MRP adalah informasi persediaan

yang akurat, purchasing, MPS dan bill of material. Di dalam paper ini akan

membahas implementasi dari setiap komponen pendukung MRP.

Gambar 1: Diagram supply chain perusahaan

Seperti kita ketahui informasi yang akurat akan persediaan adalah kunci

yang penting dalam kesuksesan penerapan MRP. Untuk mendapatkan informasi

yang akurat dan cepat tentang level persediaan atau aliran barang maka

perusahaan ini memakai RFID.

Gambar 2: Penerapan RFID untuk kedatangan barang

Dapat kita lihat dari gambar 2 setelah barang diturunkan dari truk maka

barang harus melewati RFID scanner yang gunanya akan mendata berapa banyak

Page 8

Page 9: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

barang yang diterima dan tipe dari barang tersebut. Dari RFID scanner data

dikirim ke database perusahaan. Data ini berguna bagi perusahaan untuk

mengetahui jumlah persediaan yang ada di gudang mereka sehingga membantu

untuk perencanaan proses produksi. Pada proses penyimpanan di gudang, setelah

barang ditaruh di rak, lokasi barang tersebut dikirim. Data tersebut diperlukan

untuk mengetahui lokasi barang sehingga ketika pengambilan barang langsung

dapat diketahui dimana barang akan diambil sehingga kinerja karyawan akan

lebih efisien.

Gambar 3: Penerapan RFID untuk barang keluar dari gudang

Persediaan yang dikeluarkan untuk proses produksi harus dapat diketahui

secara real time yang bertujuan agar para manager dapat mengetahui level

persediaan mereka sehingga mereka dapat mengestimasi apakah persediaan

mereka cukup untuk produksi yang akan datang. Jika dilakukan dengan sistem

realtime, reorder point dapat diketahui dengan cepat sehingga keputusan untuk

membeli barang kembali dapat dilakukan dengan cepat sehingga kehabisan

persediaan dapat dihindarkan. Oleh karena itu perusahaan memasang RFID

Scanner di pintu gudang mereka. Begitu forclift melewati pintu gudang, RFID

scanner membaca berapa banyak barang yang dibawa dan type barang tersebut.

Data tersebut dikirim ke database perusahaan, data di database perusahaan di

update sesuai dengan barang dan tipe yang dibawa. Setelah itu dikirm e-mail ke

bagian-bagian bersangkutan untuk memberikan informasi bahwa berapa banyak

barang dan jenis barang sudah dikeluarkan dan menuju ke assembly line. Untuk

ilustrasi proses tersebut dapat dilihat dari gambar 3. Sebelum barang dikeluarkan

dari gudang maka perlu diperlukan verifikasi dari orang yang bertanggung jawab

di gudang.

Page 9

Page 10: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

Ketika proses produksi selesai tidak semua barang mentah yang

dikeluarkan dari gudang dipakai dalam proses produksi. Oleh karena itu harus

dikembalikan ke gudang. Ketika barang dikembalikan ke gudang RFID scanner

membacanya dan setelah itu di verifikasi oleh orang gudang dan database

perusahaan di update agar data jumlah barang mentah yang ada sesuai dengan

jumlah yang digudang.

Setelah barang selesai di produksi maka sebelum barang di bawa ke

gudang barang harus di scan dengan RFID scanner. Informasi tentang barang

tersebut seperti untuk siapa, berapa banyak, tipe dan lain-lain di masukan ke

dalam database. Data itu nantinya akan dipakai oleh Master production schedule,

untuk mengetahui berapa banyak barang yang sudah diproduksi sehingga dapat

mengestimasi berapa banyak lagi bahan mentah yang dipakai untuk produksi dan

apakah waktu penyelesaian sesuai dengan jadwal yang sudah direncanakan.

Data itu juga berguna untuk departemen marketing sehingga mereka dapat

memberitahukan kepada pelanggan berapa banyak yang sudah di produksi jika

pelanggan menanyakannya. Terkadang pelanggan menanyakan hal tersebut

karena mereka meminta agar barang yang sudah diproduksi dikirim dahulu, jadi

pengiriman barang secara parsial tidak menunggu semuanya selesai.

Perusahaan membikin peramalan untuk kebutuhan barang mentah selama

satu tahun kedepan. Sumber data untuk peramalan adalah dari bagian marketing.

Marketing membuat peramalan permintaan semua jenis barang selama satu tahun

kedepan. Untuk membuat peramalan marketing menggunakan data history dari

penjualan selama beberapa tahun kebelakang dan juga ditambahkan dengan

peetumbuhan permintaan. Data peramalan tersebut juga menunjukan kapan

permintaan puncak bagi perusahaan. Dari peramalan permintaan tersebut maka

dapat diketahui kebutuhan dari setiap jenis bahan mentah setiap bulannya selama

satu tahun kedepan. Untuk mengetahui bahan mentah apa saja yang diperlukan

dapat kita lihat dari Bill of Material setiap jenis barang. Jumlah setiap barang

mentah yang didapat dari peramalan harus di tambahkan lagi dengan jumlah yang

tertentu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi adanya kenaikan permintaan

secara mendadak sehingga perusahaan dapat memenuhi permintaan tersebut.

Peramalan tersebut sangat penting bagi perusahaan karena dapat menentukan

Page 10

Page 11: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

kapan dan berapa banyak akan membeli barang mentah. Dengan permalan yang

tepat maka akan dapat meningkatkan kecepatan dalam merespon permintaan dari

pelanggan dan juga dapat mengefesiensikan persediaan.

Untuk mengetahui kapan barang yang dipesan akan diterima maka dapat

melihat data dari bagian purchasing. Biasanya pemasok sudah memberikan

tanggal tertentu barang bisa di terima oleh perusahaan tetapi dari tanggal yang

dijanjikan oleh pemasok perusahaan memberikan jeda waktu lagi selama dua

minggu. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi keterlambatan yang diakibatkan

oleh berbagai hal seperti kapal yang mengirim barang tidak dapat beroperasi,

barang tertahan di kepabeanan, waktu penyelesaian barang pesanan terlambat, dan

lain-lain. Jika hal ini tidak diantisipasi maka akan berakibat fatal bagi perusahaan,

keterlambatan kedatangan dapat mengakibatkan persediaan di perusahaan kurang

dan akan menimbulkan pemberhentian produksi karena tidak ada bahan mentah

untuk diproduksi. Jika proses produksi berhenti maka akan menimbulkan

keterlambatan pengiriman kepada pelanggan, yang dapat mengakibatkan

kepuasan pelanggan ke perusahaan berkurang.

Untuk membuat perencanaan persediaan di perusahan ini mendapatkan

informasi dari database perusahaan yang salah satu input berasal dari RFID,

informasi tentang kedatangan barang mentah yang dipesan dari purchasing,

perencanaan produksi yang ada di MPS dan juga dari data peramalan. Pihak

perusahaan memesan sejumlah barang yang sesuai dengan data peramalan dan

jika permintaan meningkat maka pemesanan akan disesuaikan dengan permintaan.

Kedatangan barang mentah disesuaikan dengan kebutuhan produksi yang datanya

didapat dari master production schedule.

Jika kita melihat dari gambar 4 (ilustrasi perencanaan persediaan) maka

perusahaan akan menentukan tanggal kedatangan dari bahan mentah di lihat dari

kebutuhan produksi. Ketika bahan mentah datang pertama kali maka akan

diperiksan oleh bagian quality (incoming inspection) yang bertujuan untuk

memastikan kualitas bahan mentah betul- betul bagus. Jika ada sebagian yang

ditolak oleh bagian quality maka database harus di update berapa banyak barang

yang ditolak dan diterima.

Page 11

Page 12: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

Perusahaan juga menerapakan safety stock yang gunanya untuk berjaga-

jaga apabila terjadi kebutuhan mendadak atau keterlambatan kedatangan barang.

Untuk menentukan safety stok perusahaan menetapkan kebijakan, untuk bahan

mentah yang perputarannya cepat maka perusahaan akan menyimpan dengan

jumlah lebih banyak dibandingkan dengan barang mentah yang perputarannya

tidak cepat.

Gambar 4: Ilustrasi perencanaan barang

Master production schedule di perusahaan ini terdapat informasi seperti

nama perusahaan pemesan, tipe barang yang dipesan, bahan yang dipakai, jumlah

pesanan, tanggal dibuat, tanggal selesai, tanggal pengiriman dan informasi-

informasi lain yang dibutuhkan. Input pertama kali MPS untuk perusahaan ini

adalah marketing. Marketing mendapakan pesanan dari pelanggan, pelanggan

meminta tanggal pengiriman tertentu kepada marketing. Bagian marketing

memeriksa MPS apakah pesanan pelanggan dapat dipenuhi. Jika tidak bisa maka

marketing akan menawarkan tanggal pengiriman tertentu kepada pelanggan

biasanya perbedaan antara tanggal yang diminta dan ditawarkan tidak lebih dari

seminggu. Jika pelanggan sudah setuju maka marketing akan meneruskan

kebagian planning. Bagian planning memeriksa apakah persediaan yang ada

mencukupi, jika tidak mencukupi maka bagian planning akan memesan barang

yang diperlukan ke pemasok. Bagian planning lalu menyiapakan Bill of Material.

Bill of Material di gunakan untuk menyiapkan barang-barang yang akan

Page 12

Page 13: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

dibutuhkan. Dalam perencanaan pemakaian barang juga diperhatikan berapa

banyak barang yang jelek selama proses produksi. Jika faktor ini tidak

diperhatikan maka akan timbul kekurangan barang.

Untuk mencegah kerusakan mesin maka diperlukan perawatan berkala.

Ketika mesin sedang dalam perawatan ataupun penambahan fitur baru maka

kegiatan mesin harus dihentikan oleh karena itu diperlukan perencanaan yang baik

kapan mesin akan dihentikan. Sehinga tidak akan mempengaruhi tanggal

pengiriman barang yang sudah dijanjikan kepada pelanggan.

Setiap mesin mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, hal ini harus

diperhatikan sebelum menentukan mesin mana yang digunakan untuk membuat

pesanan tertentu. Jika tidak diperhatikan maka akan menimbulkan barang yang

diproduksi tidak sesuai dengan standar kualitas perusahaan.

V. Kesimpulan

Perusahaan menerapkan supply chain management dan MRP dengan

tujuan untuk meningkatkan kinerjanya. Untuk mendukung penerapan supply

chain management perusahaan memakai electronic data interchange untuk

menghubungkan antara perusahaan ke pemasok dan perusahaan ke customer.

Dengan penerpan EDI maka dapat meningkatkan respon perusahaan untuk

memenuhi kebutuhan pelanggan. Dengan penerapan MRP maka perusahaan dapat

mengelola persediaanya dengan lebih efektif dan efisien. Kekurangan persediaan

dapat dihindarkan dan kelebihan persediaan yang bisa menjadi tambahan biaya

dapat di cegah.

VI. Rekomendasi

Dikarenakan lingkungan dunia bisnis yang selalu berubah maka MRP dan

SCM yang diterapkan oleh perusahaan harus bisa flexibel untuk menjawab

tantangan tersebut. Kinerja bagus yang sudah didapatkan perusahaan dengan

penerapan SCM dan MRP harus dipertahankan.

Page 13

Page 14: Penerapan Supply Chain Management dan MRP di PT X

Daftar Pustaka

Fawcett, S. E., Magnan, G. M., & McCarter, M. W. (2008). Three Stage Implementation Model For Supply Chain Collaboration. 29 (1).

Heizer, J., & Barry, R. (2004). Operation Management. Upper Saddle: Pearson Prentice Hall.

Universitas Krtisten Petra. (2003). Retrieved June 6, 2009, from http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=18&submit.y=19&submit=prev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Ftmi%2F2003%2Fjiunkpe-ns-s1-2003-25499118-3273-supply_chain-chapter2.pdf

Page 14