morbili

23
BAB I PENDAHULUAN Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala bercak kemerahan berbentuk makulo popular selama 3 hari atau lebih yang sebelumnya didahului panas badan 38 C atau lebih juga disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata merah (WHO). Penyakit campak merupakan penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta orang yang menderita campak. Pada tahun 2002, dilaporkan 777.000 kematian akibat campak di seluruh dunia, 202.000 kematian diantaranya berasal dari negara ASEAN, serta 15% dari kematian akibat campak tersebut berasal dari Indonesia. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 30.000 anak meninggal setiap tahun karena komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit campak. Pada sidang WHA (World Health Assembly) tahun 1988, ditetapkan kesepakatan global untuk dilakukan reduksi campak (RECAM) pada tahun 2000. Di Indonesia, program imunisasi campak dimulai pada tahun 1982 dan masuk Laporan Kasus Morbili RSUD Bekasi Page 1

Upload: echa-magung

Post on 17-Dec-2015

4 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

laporan kasus morbili

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

Penyakit campak adalah penyakit menular dengan gejala bercak kemerahan berbentuk makulo popular selama 3 hari atau lebih yang sebelumnya didahului panas badan 38 C atau lebih juga disertai salah satu gejala batuk pilek atau mata merah (WHO).

Penyakit campak merupakan penyebab kematian pada anak-anak di seluruh dunia yang meningkat sepanjang tahun. Di dunia diperkirakan setiap tahun terdapat 30 juta orang yang menderita campak. Pada tahun 2002, dilaporkan 777.000 kematian akibat campak di seluruh dunia, 202.000 kematian diantaranya berasal dari negara ASEAN, serta 15% dari kematian akibat campak tersebut berasal dari Indonesia. Di Indonesia diperkirakan lebih dari 30.000 anak meninggal setiap tahun karena komplikasi yang diakibatkan oleh penyakit campak.

Pada sidang WHA (World Health Assembly) tahun 1988, ditetapkan kesepakatan global untuk dilakukan reduksi campak (RECAM) pada tahun 2000. Di Indonesia, program imunisasi campak dimulai pada tahun 1982 dan masuk dalam pengembangan program imunisasi. Pada tahun 1991, Indonesia dinyatakan telah mencapai UCI secara nasional yang berdampak positif terhadap penurunan insidens campak pada balita. Walaupun imunisasi campak telah mencapai UCI, tetapi dibeberapa daerah masih mengalami KLB Campak, terutama di daerah dengan cakupan imunisasi rendah. Kejadian KLB campak di beberapa daerah tersebut, terjadi akibat cakupan imunisasi yang rendah atau effikasi vaksin yang rendah yang dapat disebabkan oleh pengelolaan rantai dingin vaksin yang kurang baik dan cara pemberian imunisasi yang kurang baikBAB II LAPORAN KASUSI. IDENTITAS

DataPasienAyahIbu

NamaAn. NTn. DNy. S

Umur4 tahun4540

Jenis KelaminLaki-lakiLaki-lakiPerempuan

AlamatKp. Pulo Gede 005/011 Jakasampurna Bekasi Barat

AgamaIslamIslamIslam

Pendidikan-SMASMA

Pekerjaan-WiraswastaIRT

KeteranganHubungan dengan orang tua : Anak Kandung

Tanggal Masuk RS15 April 2015

II. ANAMNESIS

Dilakukan anamnesis dengan pasien dan orang tua pasien dilakukan pada tanggal 16 April 2015 pukul 10.00 WIB di Bangsal Melati dan didukung catatan medis.

a. Keluhan Utama

: Demam sejak 1 minggu yang lalub. Keluhan Tambahan : Bintik-bintik kemerahan di seluruh badan c. Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang diantar oleh keluarga ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 1 minggu SMRS. Demam dirasakan terus menerus walaupun sudah diberi obat penurun panas. Demam tidak disertai kejang dan penurunan kesadaran.

Orang tua pasien mengatakan ada batuk pilek yang menyertai demam. Batuk pilek timbul sejak 5 hari yang lalu. Sesak napas disangkal. Banyak berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan yang drastis disangkal. Kedua mata pasien berair dan merah namun tidak ada kotoran, rasa silau disangkal. Pasien mengeluh sakit saat menelan.

Buang air besar cair sejak 2 hari lalu, tidak ada darah, lendir dan tidak berbau busuk.. Perut terasa sakit. BAK normal. Nafsu makan menurun. Pasien merasa mual namun muntah disangkal

1 hari SMRS timbul bercak-bercak kemerahan yang awalnya timbul di wajah, badan dan ke kedua lengan dan tungkai. Bercak-bercak tersebut disertai dengan demam dan tidak terasa gatal. Mimisan dan gusi berdarah disangkal.

Ibu pasien mengaku seminggu yang lalu kakak pasien juga menderita penyakit serupa tetapi tidak dirawat di Rumah Sakit. Pasien tinggal serumah dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Menurut ibunya, pasien sudah di imunisasi campak saat berusia 9 bulan di Posyandu oleh bidan. d. Riwayat Penyakit Dahulu

PenyakitUmurPenyakitUmurPenyakitUmur

Alergi-Difteria-Jantung-

Cacingan-Diare-Ginjal-

DBD-Kejang-Darah-

Thypoid-Maag-Radang paru-

Otitis-Varicela-Tuberkulosis-

Parotis-Asma-Morbili-

e. Riwayat Penyakit Keluarga :

Kakak pasien menderita hal serupa 1 minggu yang lalu. Namun tidak dirawat di Rumah Sakit. f. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran :

KEHAMILANMorbiditas kehamilanTidak ada

Perawatan antenatalPeriksa ke bidan 1 kali tiap bulan

KELAHIRANTempat kelahiranRumah Sakit

Penolong persalinanDokter

Cara persalinanSC atas indikasi PEB

Masa gestasi37 minggu

Keadaan bayiBBL : 2800 gram

PB : 49 CM

Langsung menangis, merah

Apgar score tidak tahu

Tidak ada kelainan bawaan

g. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :

Pertumbuhan gigi I: Usia 9 bulan(normal: 5-9 bulan)

Psikomotor

Tengkurap

: Usia 4 bulan

(normal: 3-4 bulan)

Duduk

: Usia 6 bulan

(normal: 6 bulan)

Berdiri

: Usia 10 bulan(normal: 9-12 bulan)

Bicara

: Usia 11 bulan(normal: 9-12 bulan) Berjalan

: usia 12 bulan

(normal: 13 bulan)Kesan : Riwayat pertumbuhan dan perkembangan pasien baikh. Riwayat Makanan

Umur (bulan)ASI/PASIBuah/biskuitBubur susuNasi tim

0-2+/-

2-4+/-

4-6+/-

6-8+/-+++

8-10+/-+++

10-12+/-+++

Kesan : Pasien selalu minum ASI sampai umur 2 tahun, tidak pernah minum susu formula, pasien mulai makan makanan buah atau biskuit sejak berumur 6 bulan.i. Riwayat Imunisasi :

VaksinDasar (umur)Ulangan (umur)

BCG1 bln

DPT2 bln4 bln6 bln

POLIOLahir2 bln4 bln6 bln

CAMPAK9 bln

HEPATITIS BLahir 1 bln6 bln

Kesan : Riwayat imunisasi pasien menurut PPI lengkapIII. PEMERIKSAAN FISIK

a. Keadaan umum: Tampak sakit sedangb. Tanda Vital

Kesadaran

: Compos mentis Tekanan darah

: 110/70 mmHg Frekuensi nadi

: 142x/menit

Frekuensi pernapasan: 26x/menit

Suhu tubuh

: 39,5C

c. Data antropometri

Berat badan

:17 kg Tinggi badan

:114 cm BB / U : 17 / 16 x 100 % = 106 % TB / U : 114/102 x 100 % = 111 % BB / TB : 17 / 19 x 100% = 89% Kesan : Gizi Baik

d. Kepala

Bentuk : NormocephaliRambut: Rambut hitam, tidak mudah dicabut, distribusi merataMata: edema palpebra -/-, lakrimasi +/+, sekret -/-, Conjungtiva anemis -/-, injeksi konjungtiva +/+, sklera ikterik -/-, pupil bulat isokor, RCL+/+, RCTL +/+Telinga: Normotia, serumen -/-Hidung: Bentuk normal, sekret -/-, nafas cuping hidung -/-Mulut: bibir pecah-pecah + , lidah kotor + , tonsil T2/T2, faring hiperemis +, bercak koplik -Leher

: KGB tidak membesar kelenjar tiroid tidak membesar e. Thorax

Inspeksi: Pergerakan dinding dada simetris, retraksi (-) Palpasi

: Gerak napas simetris, vocal fremitus simetris

Perkusi

: Sonor pada kedua paru Auskultasi

: BND vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Cor BJ I & II normal, murmur -, Gallop -f. Abdomen

Inspeksi

: Perut datar Auskultasi

: Bising usus (+) normal 3x/menit

Palpasi

: Supel, nyeri tekan + epigastrium, hepar dan lien tidak teraba membesar

Perkusi

: shifting dullness -, nyeri ketok -

g. Kulit

: ikterik -, petechie -, ruam makulopapular (+)h. Ekstremitas

: akral hangat, Sianosis (-), oedem (-), turgor kulit cukup, CRT< 2detikIV. PEMERIKSAAN PENUNJANG (15 April 2015 )PemeriksaanHasilNilai Normal

Seri DHF

Leukosit4,2 ribu/uL5.000-10.000

Hb11,9 g/dL12 16 g/dl

Hematokrit34,8 %37-47 %

Trombosit186 ribu/uL150.000 400.000

Kimia Klinik

GDS86 mg/dl60 110 mg/dl

Elektrolit

Na133 mmol/L135-145 mmol/L

K4,1 mmol/L3,5 -5,0 mmol/L

Cl91 mmol/L94-111 mmol/L

V. RESUME

Pasien datang diantar oleh keluarga ke IGD RSUD Kota Bekasi dengan keluhan demam sejak 1 minggu SMRS. Demam dirasakan terus menerus walaupun sudah diberi obat penurun panas. Demam tidak disertai kejang dan penurunan kesadaran.

Orang tua pasien mengatakan ada batuk pilek yang menyertai demam. Batuk pilek timbul sejak 5 hari yang lalu. Sesak napas disangkal. Banyak berkeringat di malam hari dan penurunan berat badan yang drastis disangkal. Kedua mata pasien berair dan merah namun tidak ada kotoran, rasa silau disangkal. Pasien mengeluh sakit saat menelan.

Buang air besar cair sejak 2 hari lalu.. tidak ada darah, lendir dan tidak berbau busuk.. Perut terasa sakit. BAK normal. Nafsu makan menurun. Pasien merasa mual namun muntah disangkal. 1 hari SMRS timbul bercak-bercak kemerahan yang awalnya timbul di wajah, badan dan ke kedua lengan dan tungkai. Bercak-bercak tersebut disertai dengan demam dan tidak terasa gatal. Mimisan dan gusi berdarah disangkal. Ibu pasien mengaku seminggu yang lalu kakak pasien juga menderita penyakit serupa tetapi tidak dirawat di Rumah Sakit. Pasien tinggal serumah dengan orang tua dan saudara-saudaranya. Menurut ibunya, pasien sudah di imunisasi campak saat berusia 9 bulan di Posyandu oleh bidan. Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/70 mmHg, nadi : 142 x/mnt , suhu : 39,5 C , pernapasan : 26 x /mnt. Terdapat injeksi konjungtiva pada kedua mata, bibir pecah pecah, lidah kotor, faring hiperemis, nyeri tekan epigastrium dan didapatkan ruam makulopapular di seluruh tubuh. Pada pemeriksaan lab didapatkan anemia, leukopeni dan hematocrit yang menurun. VI. DIAGNOSIS KERJA MorbiliVII. DIAGNOSIS BANDING

Campak Jerman

Demam Berdarah Dengue

VIII. PENATALAKSANAAN

Non medikamentosa Rawat diruang isolasi

Observasi ketatanda-tanda vital Bed rest total Medikamentosa

IVFD : Kaen 3B 15 tpm PCT 3 x cth Vometa 2 x cth Ambroxol 3 x cthIX. PROGNOSIS

Ad vitam

: ad bonam

As fungsionam: ad bonam

Ad sanationam: ad bonamVI. FOLLOW UP

TanggalFollow UP

16/4/2015S/ Batuk pilek, BAB cair, bintik merah pada hampir seluruh tubuhO/ Kepala : normocephali, CA -/-, SI -/-

Mulut : bibir pecah-pecah, faring hiperemis (+) Leher : KGB tidak teraba membesar

Thoraks : BND vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheez -/-

BJ I&II reguler, murmur -, gallop

Abdomen : Supel, BU + 4x/menit

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -, CRT < 2dtk

Kulit : Bintik merah pada hampir seluruh tubuh. A/ Morbili

P/

IVFD Tridex 27 B 20 tpm Cefotaxim 3 x300 Sanmol 3 x Ambroxol 3 x cth Vit A 1 x 100.000

17/4/2015S/ Batuk pilek, bintik merah pada hampir seluruh tubuhO/ Kepala : normocephali, CA -/-, SI -/-

Mulut : bibir pecah-pecah, faring hiperemis (+) Leher : KGB tidak teraba membesar

Thoraks : BND vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheez -/-

BJ I&II reguler, murmur -, gallop

Abdomen : Supel, BU + 4x/menit

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -, CRT < 2dtk

Kulit : Bintik merah pada hampir seluruh tubuh. A/ Morbili

P/ IVFD Tridex 27 B 20 tpm Cefotaxim 3 x300 Sanmol 3 x Ambroxol 3 x cth Vit A 1 x 100.000

18/4/2015S/ Bintik merah pada tubuh mulai berkurangO/ Kepala : normocephali, CA -/-, SI -/-

Mulut : faring hiperemis (+) Leher : KGB tidak teraba membesar

Thoraks : BND vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheez -/-

BJ I&II reguler, murmur -, gallop

Abdomen : Supel, BU + 4x/menit

Ekstremitas : Akral hangat, sianosis -, CRT < 2dtk

Kulit : Bintik merah pada hampir seluruh tubuh. A/ Morbili

P/ Sanmol 3 x Ambroxol 3 x cth Boleh Pulang

BAB II

ANALISIS KASUS

Campak atau measles atau rubeola adalah penyakit virus yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius, dapat menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah munculnya ruam. Penyebaran infeksi terjadi dengan droplet. Penularannya sangat efektif, dengan sedikit virus yang infeksius sudah menimbulkan infeksi pada seseorang. Dari anamnesa didapatkan kakak pasien menderita hal serupa namun tidak dirawat di rumah sakit. Kemungkinan pasien tertular dari kakaknya. Diagnosis campak biasanya cukup ditegakkan berdasarkan gejala klinis yang sangat berkaitan, yaitu koriza dan mata meradang disertai batuk dan demam tinggi dalam beberapa hari, diikuti timbulnya ruam yang memiliki ciri khas, yaitu diawali dari belakang telingan kemudian menyebar kemuka, dada, tubuh, lengan dan kaki bersamaan dengan meningkatnya suhu tubuh dan selanjutnya mengalami hiperpigmentasi dan mengelupas. Pada stadium prodmoral dapat ditemukan anantema dimukusa pipi yang merupakan tanda patognomonis campak (bercak koplik).Stadium Campak dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Stadium inkubasi Masa inkubasi campak berlangsung kira-kira 10 hari (8 hingga 12 hari). Walaupun pada masa ini terjadi viremia dan reaksi imunologi yang ekstensif, penderita tidak menampakkan gejala sakit.Stadium prodromal Manifestasi klinis campak biasanya baru mulai tampak pada stadium prodromal yang berlangsung selama 2 hingga 4 hari. Biasanya terdiri dari gejala klinik khas berupa batuk, pilek dan konjungtivitis, juga demam. Inflamasi konjungtiva dan fotofobia dapat menjadi petunjuk sebelum munculnya bercak Koplik. Garis melintang kemerahan yang terdapat pada konjungtiva dapat menjadi penunjang diagnosis pada stadium prodromal. Garis tersebut akan menghilang bila seluruh bagian konjungtiva telah terkena radang

Koplik spot yang merupakan tanda patognomonik untuk campak muncul pada hari ke-101 infeksi. Koplik spot adalah suatu bintik putih keabuan sebesar butiran pasir dengan areola tipis berwarna kemerahan dan biasanya bersifat hemoragik. Tersering ditemukan pada mukosa bukal di depan gigi geraham bawah tetapi dapat juga ditemukan pada bagian lain dari rongga mulut seperti palatum, juga di bagian tengah bibir bawah dan karunkula lakrimalis. Muncul 1 2 hari sebelum timbulnya ruam dan menghilang dengan cepat yaitu sekitar 12-18 jam kemudian. Pada akhir masa prodromal, dinding posterior faring biasanya menjadi hiperemis dan penderita akan mengeluhkan nyeri tenggorokkan.

Stadium erupsiPada campak yang tipikal, ruam akan muncul sekitar hari ke-14 infeksi yaitu pada saat stadium erupsi. Ruam muncul pada saat puncak gejala gangguan pernafasan dan saat suhu berkisar 39,5C. Ruam pertama kali muncul sebagai makula yang tidak terlalu tampak jelas di lateral atas leher, belakang telinga, dan garis batas rambut. Kemudian ruam menjadi makulopapular dan menyebar ke seluruh wajah, leher, lengan atas dan dada bagian atas pada 24 jam pertama. Kemudian ruam akan menjalar ke punggung, abdomen, seluruh tangan, paha dan terakhir kaki, yaitu sekitar hari ke-2 atau 3 munculnya ruam. Saat ruam muncul di kaki, ruam pada wajah akan menghilang diikuti oleh bagian tubuh lainnya sesuai dengan urutan munculnya. Pasien ini termasuk dalam stadium erupsi karena didapatkan demam yang terus menerus tinggi selama 7 hari lalu disusul oleh munculnya bintik bintik merah pada hampir seluruh tubuh yang diawali dari wajah, badan dan kaki tangan. Bersamaan dengan demam juga dikeluhkan adanya batuk pilek, mata sering berair dan merah. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya suhu yang meningkat, injeksi konjungtiva serta bintik-bintik merah dan hasil laboratorium didapatkan leukosit yang masih dalam batas normal bahkan nyaris turun ini mengindikasikan bahwa adanya infeksi dari virus. Pemeriksaan laboratorium jarang dilakukan. Pada stadium prodromal dapat ditemukan sel raksasa berinti banyak dari apusan mukosa hidung. Serum antibodi dari virus campak dapat dilihat dengan pemeriksaan Hemagglutination-inhibition (HI), complement fixation (CF), neutralization, immune precipitation, hemolysin inhibition, ELISA, serologi IgM-IgG, dan fluorescent antibody (FA).

Pasien campak tanpa penyulit dapat berobat jalan. Anak harus diberikan cukup cairan dan kalori, sedangkan pengobatan bersifat sistomatik, dengan pemberian antipiretik, antitusif, ekspektoran. Sedangkan pada campak dengan penyulit, pasien perlu dirawat inap. Dirumah sakit pasien campak dirawat dibangsal isolasi sistem pernafasan, diperlukan perbaikan keadan umum dengan memperbaiki kebutuhan cairan dan diet yang memadai. Vitamin A 100.000 IU peroral diberikan satu kali, apabila terdapat malnutrisi dialanjutkan 1500 IU tiap hari.

Indikasi Rawat :

Hiperpireksia (>39 oC)

Dehidrasi

Kejang

Asupan oral sulit

Adanya komplikasiPasien dirawat atas indikasi hiperpireksia dan asupan oral yang sulitPencegahan Penyakit Campak : Pencegahan Tingkat Awal (Priemordial Prevention) Pencegahan tingkat awal berhubungan dengan keadaan penyakit yang masih dalam tahap prepatogenesis atau penyakit belum tampak yang dapat dilakukan dengan memantapkan status kesehatan balita dengan memberikan makanan bergizi sehingga dapat meningkatkan daya tahan tubuh.

Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention) Pencegahan tingkat pertama ini merupakan upaya untuk mencegah seseorang terkena penyakit campak, yaitu :

a. Memberi penyuluhan kepada masyarakat mengenai pentingnya pelaksanaan imunisasi campak untuk semua bayi.

b. Imunisasi dengan virus campak hidup yang dilemahkan, yang diberikan pada semua anak berumur 9 bulan sangat dianjurkan karena dapat melindungi sampai jangka waktu 4-5 tahun.

Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention) Pencegahan tingkat kedua ditujukan untuk mendeteksi penyakit sedini mungkin untuk mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan demikian pencegahan ini sekurang-kurangnya dapat menghambat atau memperlambat progrefisitas penyakit, mencegah komplikasi, dan membatasi kemungkinan kecatatan, yaitu :a. Menentukan diagnosis campak dengan benar baik melalui pemeriksaan fisik atau darah.

b. Mencegah perluasan infeksi. Anak yang menderita campak jangan masuk sekolah selama empat hari setelah timbulnya rash. Menempatkan anak pada ruang khusus atau mempertahankan isolasi di rumah sakit dengan melakukan pemisahan penderita pada stadium kataral yakni dari hari pertama hingga hari keempat setelah timbulnya rash yang dapat mengurangi keterpajanan pasien-pasien dengan risiko tinggi lainnya.

c. Pengobatan simtomatik diberikan untuk mengurangi keluhan penderita yakni antipiretik untuk menurunkan panas dan juga obat batuk. Antibiotika hanya diberikan bila terjadi infeksi sekunder untuk mencegah komplikasi.

d. Diet dengan gizi tinggi kalori dan tinggi protein bertujuan untuk meningkatkan daya tahan tubuh penderita sehingga dapat mengurangi terjadinya komplikasi campak yakni bronkhitis, otitis media, pneumonia, ensefalomielitis, abortus, dan miokarditis yang reversibel.

Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention) Pencegahan tingkat ketiga bertujuan untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian. Adapun tindakan-tindakan yang dilakukan pada pencegahan tertier yaitu :

a. Penanganan akibat lanjutan dari komplikasi campak.

b. Pemberian vitamin A dosis tinggi karena cadangan vitamin A akan turun secara cepat terutama pada anak kurang gizi yang akan menurunkan imunitas mereka.

DAFTAR PUSTAKA1. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak, Bagian I, Edisi 12, Alih Bahasa : Siregar, M.R, Penerbit Buku Kedokteran EGC : Jakarta .1988. p.1068-1071

2. WHO. Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit.Jakarta : WHO Indonesia . 2008. P.180-1833. Suharyo J.B . Vaksinasi Cara Ampuh Cegah Penyakit Infeksi. Kanisius : Jakarta. 2010.p.80-83.4. Hay Jr, William W, Currrent Pediatric Diagnotic and Treatment, 17th Ed. Lange Medical Books. USA. P1163-65

5. Mansjoer A, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi Ketiga, Jilid Kedua, Bab 47. Media Aeskulapius. Jakarta. 2000. Hal 417-18

6. Munasir, Zakiudin, Pengaruh Suplementasi Vitamin A terhadap Campak dalam Sari Pediatri. Vol 2, No 2, Agustus 2000. Hal 72-76

7. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI, Buku Kuliah Ilmu Anak 2, Bab 21, Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI. Jakarta. Hal 624-288. Campak Available at : http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/31365/4/Chapter%20II.pdf 2Laporan Kasus Morbili RSUD BekasiPage 14