mini project puskesmas talang padang
DESCRIPTION
InternshipTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam
bidang kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2008, angka kematian
bayi di bawah usia 1 tahun di Indonesia adalah 34 kematian per 1000
kelahiran hidup, atau sekitar 157.000 kematian setiap tahunnya. Beberapa
penyebab kematian bayi adalah masalah neonatal (meliputi asfiksia, bayi
berat lahir rendah, dan infeksi), diare, pneumonia, dan beberapa penyakit lain
yang dikontribusi oleh masalah gizi.
Indonesia saat ini masih menghadapi masalah rendahnya status
kesehatan dan gizi masyarakat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang
dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010
menyebutkan ada 17,9% status gizi kurang pada anak usia di bawah lima
tahun.Berbagai studi menunjukkan bahwa gizi sejak masa konsepsi hingga
anak usia dua tahun merupakan faktor terpenting untuk beberapa indikator
kualitas hidup. Periode ini adalah merupakan periode sensitif yang
menentukan tidak hanya pertumbuhan fisik, tapi juga perkembangan mental
dan kecerdasan anak.
Sejak tahun 2010, upaya percepatan perbaikan gizi telah berkembang
menjadi suatu gerakan gizi yang luas. Di Indonesia, gerakan ini disebut
sebagai Gerakan Nasional Sadar Gizi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan
(1000 HPK). Masalah gizi pada 1000 HPK dikelompokkan dalam tiga
periode, yaitu masa kehamilan, 0-6 bulan, dan 6-24 bulan. Masalah gizi pada
bayi usia 0-6 bulan adalah praktik pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di
Indonesia yang masih tergolong rendah.
ASI adalah sumber nutrisi alamiah yang memiliki kandungan gizi
cukup yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama. Selain
itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang penting bagi imunitas bayi. Bayi
yang tidak mendapat ASI atau mendapat ASI tidak eksklusif memiliki risiko
1
kematian akibat diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat
ASI eksklusif.
Pada tahun 2014 Kementrian Kesehatan (Kemkes) telah menetapkan
target cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 80%.
Kenyataannya, berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia
(SDKI) dilaporkan bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapat ASI
eksklusif sampai usia 1-2 bulan, dan bayi yang mendapat ASI eksklusif 6
bulan hanya 27%.
Kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh banyak faktor.
Beberapa di antaranya adalah pengetahuan ibu, ibu yang bekerja, dan volume
ASI. Gencarnya promosi susu formula serta dukungan dari keluarga,
masyarakat, dan tenaga medis juga berpengaruh terhadap keberhasilan
pemberian ASI eksklusif.
II. Permasalahan
1. Rendahnya angka cakupan pemberian ASI eksklusif di daerah kerja
Puskesmas Talang Padang dibandingkan target cakupan yang
direkomendasikan
2. Faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif perlu
dianalisa kembali untuk perancangan strategi perencanaan dalam upaya
peningkatan program ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Talang
Padang.
III. Tujuan
Mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap pengetahuan ibu tentang
pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Talang Padang,
kabupaten Tanggamus.
IV. Manfaat
1. Bagi Puskesmas
2
a. Mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI
eksklusif dan tidak tercapainya target cakupan ASI eksklusif di daerah
kerja Puskesmas Talang Padang, kabupaten Tanggamus.
b. Mendapat informasi tentang analisa data cakupan ASI eksklusif yang
dapat menjadi dasar perencanaan peningkatan program ASI eksklusif
di daerah kerja Puskesmas Talang Padang, kabupaten Tanggamus.
c. Membantu meningkatkan motivasi. jalinan kerjasama, dan peran serta
kader dan masyarakat dalam mendukung dan menjalankan program
ASI eksklusif sehingga kegiatan promosi ASI eksklusif dapat lebih
maksimal
2. Bagi Masyarakat
a. Mendapat pengetahuan dan informasi mengenai pentingnya ASI
eksklusif dan kerugian pemberian susu formula sehingga memotivasi
ibu untuk memberikan ASI eksklusif
b. Mendapat informasi manajemen laktasi sehingga meningkatkan
kepercayaan diri dan memudahkan ibu dalam pemberian ASI
eksklusif
c. Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi masyarakat
mengenai ASI eksklusif
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. Definisi ASI
ASI atau air susu ibu adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar
payudara wanita melalui proses laktasi.
II. Komposisi ASI
Komposisi nutrisi ASI berbeda selama periode menyusui. Secara umum
terdapat tiga bentuk ASI:
1. Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan selama 1-3 hari segera setelah
melahirkan. Kolostrum berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental,
dan lebih banyak mengandung protein dan vitamin yang berperan dalam
melindungi bayi dari penyakit infeksi.
2. ASI transisi dihasilkan setelah kolostrum (hari ke-4 sampai ke-10 setelah
melahirkan). ASI ini memiliki kadar lemak dan laktosa lebih tinggi, serta
kadar protein dan mineral yang lebih rendah dibanding kolostrum.
3. ASI matang adalah ASI yang dihasilkan pada sekitar hari ke-14 setelah
melahirkan.
A. Kandungan Nutrisi ASI
Lebih dari 80% komposisi ASI terdiri atas air—alasan mengapa bayi
yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air. Selain air,
secara umum komposisi ASI terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, mineral,
dan vitamin:
1. Karbohidrat
Sumber karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa
dibutuhkan untuk proses pembentukan myelin otak. Kadar laktosa dalam
4
ASI mencapai hampir dua kali lipat dibandingkan kadar laktosa dalam
susu formula (7% pada ASI dan 3,8% pada susu formula).
2. Protein
Kandungan protein pada ASI adalah 0,9%, lebih rendah dibandingkan
kadar protein pada susu formula yang sebesar 3,4%. Namun, kelebihan
ASI terletak pada perbedaan komposisi protein dalam ASI dan susu
formula. Protein dalam kedua jenis susu ini terdiri atas protein whey dan
casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang
lebih mudah diserap oleh usus bayi, sementara susu formula lebih banyak
mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna. Jumlah protein casein
dalam ASI hanya 30%, dibandingkan susu formula yang mengandung
protein casein sebesar 80%.
3. Lemak
Kadar lemak dalam ASI adalah 3,8%, dan berubah kadarnya menurut
perkembangan dan kebutuhan bayi. ASI mengandung lemak rantai
panjang seperti Omega 3, Omega 6, dan DHA yang diperlukan untuk
pertumbuhan sel-sel otak. ASI juga mengandung enzim Lipase yang
mempermudah pencernaan lemak. Enzim Lipase tidak terkandung dalam
susu formula sehingga bayi akan sulit menyerap lemak pada susu formula.
4. Mineral
ASI mengandung mineral yang lengkap. Walau kadar mineral dalam
ASI relatif (kurang dari 0,2%), kandungan ini telah mencukupi kebutuhan
bayi sampai bayi berusia 6 bulan. Sebaliknya, kandungan mineral dalam
susu formula yang tinggi dapat memperberat kerja usus bayi dan
menyebabkan kembung.
5. Vitamin
Kandungan vitamin dalam ASI antara lain vitamin A, B, dan C.
5
Tabel 2.1. Komposisi Kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)
Zat Gizi Satuan Kolostrum ASI
Energi Kkal 58,0 70
Laktosa Gr 5,3 7,3
Casein Mg 140 187
Protein Gr 2,3 0,9
Lemak Gr 2,9 4,2
Kalsium Mg 39 35
Zat besi Mg 70 100
Fosfor Mg 14 15
Vitamin A g 151 75
Vitamin B1 g 1,9 14
Vitamin B2 g 30 40
Vitamin B12 g 0,05 0,1
B. Kandungan Zat Protektif ASI
Selama dalam kandungan, janin mendapat limpahan zat protektif dari
ibu melalui plasenta. Setelah lahir, suplai ini terhenti sementara sistem
imunologi bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Pada keadaan ini lah
pemberian ASI berperan penting dalam mencegah infeksi pada bayi. Zat
protektif dalam ASI dapat dibagi menjadi 3 komponen, yaitu:
1. Komponen selular
Komponen sel dalam ASI terdiri atas makrofag, limfosit, dan leukosit
polimorfonuklear dan berjumlah kurang lebih 4000/mm3. Jumlah ini akan
menurun cepat setelah 2-3 bulan.
2. Komponen imunoglobulin
Dalam ASI dapat ditemukan 30 jenis imunoglobulin yang berfungsi
untuk memproduksi mukosa usus dari virus dan bakteri. Imunoglobulin
6
dalam ASI masih ditemukan setelah satu tahun dan kadarnya tidak
tergantung pada gizi ibu.
3. Komponen non-imunoglobulin
Daya proteksi ASI juga didukung oleh komponen non-imunoglobulin.
Beberapa komponen ini adalah faktor pertumbuhan Lactobasilus bifidus,
laktoferin, lisozim, dan laktoperoksidase. Faktor pertumbuhan
Lactobasilus bifidus, salah satu bakteri baik dalam usus, menunjang
pertumbuhan bakteri ini. Faktor ini tidak terdapat dalam susu formula.
III. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI
Produksi ASI dapat meningkat atau menurun bergantung pada stimulasi
pada kelenjar payudara, terutama pada minggu pertama laktasi. Beberapa
faktor tersebut adalah:
1. Frekuensi penyusuan
Pada studi yang dilakukan pada 32 ibu dengan bayi prematur
disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI
lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Studi
lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan
bahwa frekuensi penyusuan 10 + 3 kali per hari selama 2 minggu pertama
setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup.
Berdasarkan hal ini, direkomendasikan penyusuan dilakukan paling sedikit
8 kali per hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan
ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar
payudara.
2. Berat lahir bayi
Berat lahir bayi berkaitan erat dengan kekuatan mengisap ASI, meliputi
frekuensi dan lama penyusuan. Bayi berat lahir rendah (BBLR)
mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi
dengan berat lahir normal (di atas 2500 gram). Kemampuan mengisap
7
ASI ini akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin
dalam memproduksi ASI.
3. Usia kehamilan saat melahirkan
Bayi lahir prematur (usia kehamilan kurang dari 34 minggu) cenderung
lemah dan tidak mampu mengisap ASI secara aktif sehingga produksi ASI
lebih rendah dibanding bayi lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan
mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat lahir yang
rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.
4. Faktor psikologi dan penyakit pada ibu
Ibu yang cemas dan penyakit infeksi, baik yang akut atau kronik, dapat
mempengaruhi produksi ASI.
5. Konsumsi rokok dan alkohol
Rokok dapat mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin yang
berperan dalam produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan
adrenalin yang akan menghambat pelepasan oksitosin. Hal ini sama
dengan kandungan etanol pada minuman beralkohol yang menghambat
produksi oksitosin.
6. Pil kontrasepsi
Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan
dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya pil yang hanya
mengandung progestin tidak memiliki dampak pada volume ASI.
Berdasarkan hal ini, WHO merekomendasikan pil progestin sebagai pil
kontrasepsi untuk ibu menyusui.
IV. Definisi ASI Eksklusif
ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa disertai makanan atau
minuman lain, kecuali vitamin dan obat, dan dianjurkan hingga 6 bulan
8
pertama kehidupan. Menurut WHO, secara keseluruhan pemberian ASI
eksklusif mencakup: hanya mendapat ASI saja sampai usia 6 bulan, di mana
menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir dan tidak memberikan makanan
prelacteal (makanan pertama yang diberikan pada bayi baru lahir sebelum
inisiasi laktasi) seperti air gula atau air tajin, menyusui sesuai kebutuhan bayi,
memberikan kolostrum pada bayi, menyusui sesering mungkin (tanpa
jadwal), dan cairan yang diperbolehkan hanya vitamin atau mineral dan obat
dalam bentuk drop atau sirup.
V. Manfaat ASI Eksklusif
Bagi bayi, ASI merupakan sumber nutrisi yang ideal dengan komposisi
seimbang dan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi hingga usia 6 bulan.
Kandungan zat protektif dalam ASI juga meningkatkan daya tahan tubuh bayi
dari infeksi.
Bagi ibu, menyusui dapat merangsang kontraksi rahim sehingga
mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Menyusui juga dapat berperan
sebagai kontrasepsi alami. Selama ibu memberikan ASI eksklusif, 98% ibu
tidak hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak hamil
hingga bayi berusia 12 bulan. Menyusui juga mengurangi risiko terjadinya
kanker payudara dan ovarium pada ibu. Selain itu, pemberian ASI juga lebih
praktis dan ekonomis.
VI. Praktek Pemberian ASI Eksklusif
Langkah menyusui yang benar:
1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting
susu dan areola (daerah hitam sekitar puting susu). Cara ini bermanfaat
untuk menjaga kelembapan putting susu
2. Bayi diletakkan menghadap perut atau payudara ibu
a. Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk, sebaiknya menggunakan
kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu
dapat bersandar pada sandaran kursi
9
b. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada
lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi
tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak
tangan ibu
c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lainnya di
depan
d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap
payudara
e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus
3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di
bawah. Jangan menekan puting susu atau aerola saja.
4. Bayi diberi rangsangan membuka mulut dengan cara:
a. Menyentuh pipi bayi dengan puting susu
b. Menyentuh sisi mulut bayi
5. Setelah bayi membuka mulut, dekatkan kepala bayi ke payudara ibu
dengan putting dan aerola dimasukkan ke mulut bayi
a. Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi
sehingga putting susu berada di bawah langit-langit mulut bayi, dan
lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI
yang terletak di bawah aerola
b. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau
disangga lagi
Apabila satu payudara sudah kosong, sebaiknya ganti menyusui pada
payudara yang lain. Untuk menyusui berikutnya, mulai dari payudara yang
belum terkosongkan (yang terakhir dihisap). Setelah selesai menyusui, ASI
dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting susu dan aerola, kemudian
biarkan mengering dengan sendirinya.
Pemberian ASI pada bayi sebaiknya tidak dijadwalkan dan dilakukan
setiap saat bayi membutuhkan. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi
menangis bukan karena sebab lain. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
10
payudara dalam waktu sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola menyusui
yang teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu.
VII.Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif
A. Faktor Internal
1. Ketersediaan ASI
Beberapa hal yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu tidak
melakukan inisiasi menyusu dini, menjadwal pemberian ASI,
memberikan minuman atau makanan prelacteal pada bayi baru lahir,
dan kesalahan posisi menyusui.
Inisiasi menyusu dini dilakukan dengan meletakkan bayi di atas
dada atau perut ibu segera setelah lahir dan membiarkan bayi mencari
puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah lahir.
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI dan menyusui
sesuai permintaan bayi termasuk pada malam hari, paling sedikit 8
kali sehari. Frekuensi yang jarang dan durasi menyusui yang terlalu
sebentar dapat menurunkan produksi ASI. Pada minggu pertama
kelahiran, bayi seringkali mudah tertidur saat menyusui sehingga ibu
sebaiknya merangsang bayi untuk tetap menyusui dengan menyentuh
telinga atau telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap.
Makanan atau minuman prelacteal (makanan atau minuman yang
diberikan pada bayi baru lahir sebelum pemberian ASI) seperti air
putih, air gula, air madu, atau susu formula seringkali diberikan
sebelum ASI keluar. Hal ini tidak boleh dilakukan karena selain
menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut dapat
menyebabkan reaksi intoleransi pada beberapa bayi.
2. Pekerjaan
Sebagian besar pekerjaan di Indonesia memberikan cuti
melahirkan selama kurang lebih 3 bulan. Setelah itu, sebagian besar
11
ibu yang bekerja terpaksa memberi bayinya susu formula karena
khawatir ASI perah tidak cukup.
Pada kondisi ini, bayi dapat diberi ASI yang diperah minimum 2
kali selama 15 menit. Ibu dianjurkan untuk menabung ASI perah
sebelum bekerja. ASI perah dapat disimpan pada suhu ruangan selama
6-8 jam, 48 jam pada lemari es (tidak dibekukan), dan dapat bertahan
hingga 6 bulan bila dibekukan. Pembekuan ini tidak berpengaruh pada
kandungan ASI, dan bila akan diberikan pada bayi sebaiknya tidak
dipanaskan karena akan merusak kualitas ASI dan zat protektif di
dalamnya. ASI cukup didiamkan beberapa saat dalam suhu ruangan
agar tidak terlalu dingin sebelum diberikan pada bayi.
3. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam membentuk
tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman pada
ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif dan menumbuhkan sikap
positif dan kepercayaandiri mengenai masalah menyusui. Kurangnya
pengetahuan atau informasi menyebabkan banyak ibu yang
menganggap susu formula sama, atau lebih baik dari ASI.
4. Kelainan pada payudara
Tiga hari setelah persalinan payudara sering terasa penuh, tegang,
dan nyeri akibat adanya bendungan pada pembuluh darah payudara
sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Sebagian ibu berhenti
memberikan ASI karena merasa sakit saat menyusui. Namun,
penimbunan ASI dalam payudara yang tidak dikeluarkan ini dapat
menyebabkan infeksi payudara.
Keluhan lain yang sering muncul saat menyusui adalah lecet pada
puting susu. Hal ini umumnya terjadi karena kesalahan posisi
menyusui di mana bayi hanya menghisap pada puting susu. Pada saat
menyusui, sebagian besar aerola seharusnya masuk ke dalam mulut
12
bayi yang, selain mencegah lecet pada puting, juga memudahkan bayi
untuk menghisap air susu. Membersihkan puting dengan
menggunakan alkohol dan sabun juga menyebabkan puting kering dan
terasa sakit saat menyusui.
5. Kondisi kesehatan ibu
Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali
karena kondisi kesehatan ibu seperti pada ibu penderita hepatitis B,
HIV-AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang dirawat di rumah sakit,
atau ibu meninggal dunia.
B. Faktor Eksternal
1. Dukungan dan motivasi
Dukungan baik dari keluarga, masyarakat, atau tenaga kesehatan
merupakan faktor pendukung emosional dan psikologis terhadap ibu
dalam memberikan ASI. Kurangnya hubungan harmonis dalam
keluarga, budaya modern yang mengganggap kegiatan menyusui
sebagai sesuatu yang tidak nyaman dilakukan di tempat umum, dan
perilaku tenaga kesehatan dapat mempengaruhi keputusan dan
kelancaran pemberian ASI eksklusif.
2. Kondisi kesehatan bayi
Kondisi kesehatan bayi juga mempengaruhi pemberian ASI
eksklusif. Beberapa contohnya adalah pada bayi penderita intoleransi
laktosa, jenis karbohidrat yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI;
adanya kelainan anatomi seperti bibir sumbing; atau pada bayi
prematur yang terlalu lemah untuk menghisap ASI.
3. Pemberian pengganti ASI (PASI) atau susu formula
Walau ASI merupakan makanan paling baik untuk bayi,
gencarnya promosi susu formula seringkali mendorong ibu untuk
13
memilih susu formula ketimbang ASI. Promosi gerakan pemberian
ASI sendiri masih jauh lebih rendah dibandingkan promosi susu
formula. Di Indonesia, sekitar 86% wanita gagal memberikan ASI
eksklusif karena lebih memilih memberikan susu formula pada
bayinya.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
I. Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui
perbandingan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif sebelum dan setelah
dilakukan intervensi berupa penyuluhan di wilayah Puskesmas Talang
Padang, kabupaten Tanggamus.
II. Tempat dan Waktu Penelitian
A. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Talang Padang,
kabupaten Tanggamus.
B. Waktu Penelitian
Pengambilan data dilaksanakan pada periode bulan Juli 2015.
Kunjungan posyandu, intervensi, dan evaluasi dilakukan pada bulan Juli
2015.
III. Populasi dan Sampel
Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki anak berusia 0-6
bulan di wilayah Talang Padang, kabupaten Tanggamus.
Dari populasi tersebut, diambil sampel penelitian yaitu seluruh ibu yang
datang ke posyandu saat intervensi dilaksanakan.
15
Tabel 3.1. Jumlah Ibu dengan Anak Usia 0-6 bulan di Daerah Kerja
Puskesmas Talang Padang
Posyandu Jumlah
Sinar Petir 24
Negeri Agung 31
Wayhalom 17
Kejayaan 14
Total 86
IV. Alat Penelitian
1. Kuesioner yang dibagikan kepada seluruh ibu yang memiliki anak usia 0-
6 bulan.
2. Leaflet sebagai media penyuluhan
V. Skoring Kuesioner
Tingkat pengetahuan ibu dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Tingkat pengetahuan baik
2. Tingkat pengetahuan cukup
3. Tingkat pengetahuan kurang
Skor tingkat pengetahuan dinilai berdasarkan jawaban benar atau salah.
Jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Dikatakan
tingkat pengetahuan baik bila 80% (12 soal) jawaban dari 15 soal benar,
tingkat pengetahuan cukup bila 60% (9 soal) jawaban benar, dan dikatakan
tingkat pengetahuan kurang bila < 60% (< 8 soal) jawaban benar.
Tingkat sikap ibu dibagi menjadi tiga kelompok:
1. Tingkat sikap baik
2. Tingkat sikap cukup
3. Tingkat sikap kurang
16
Skor tingkat sikap ibu dinilai berdasarkan jawaban tepat, kurang tepat,
dan salah. Jawaban tepat mendapat nilai 2, kurang tepat mendapat nilai 1, dan
salah mendapat nilai 0.
Nilai tertinggi : 20
Nilai terendah : 0
Sikap baik : 80% x 20 = 16 16-20
Sikap cukup : 60% x 20 = 12 12-15
Sikap kurang : < 12
VI. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data primer, yaitu data
yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian,
dengan instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner.
VII.Prosedur Penelitian
Analisis data
Mendata jumlah ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan di wilayah Puskesmas Talang Padang pada periode bulan Juli 2015
Didapatkan total jumlah ibu menyusui di wilayah Puskesmas Talang Padang kemudian dijadikan sebagai populasi penelitian
Mengumpulkan data dari ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan yang datang ke posyandu saat dilakukan penelitian
Melakukan wawancara terstruktur dengan
menggunakan kuesioner
Melakukan penyuluhan mengenai ASI eksklusif
dengan menggunakan leaflet
17
VIII. Pengolahan dan Analisis Data
A. Pengolahan Data
Tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut:
1. Editing
Kegiatan editing dimaksudkan untuk meneliti kembali formulir data dan
untuk memeriksa kembali data yang terkumpul apakah sudah lengkap,
terbaca dengan jelas, tidak meragukan, terdapat kesalahan atau tidak,
dan sebagainya.
2. Data Entry
Menyusun data dalam bentuk tabel-tabel yaitu tabel distribusi frekuensi.
3. Tabulating
Menyusun data dengan bantuan komputer. Data yang telah diperoleh
dari proses pengumpulan data diolah mnggunakan komputer.
B. Analisis Data
Untuk analisis data digunakan analisis data secara deskriptif,
mengelompokkan dan mendistribusikan data berdasarkan kategori
kemudian dihitung presentasenya dan mendesripsikannya sesuai dengan
data yang tersedia serta teori yang mendukung.
18
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu
Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)
< 20 tahun 29 37,18
20-35 tahun 35 44,87
> 35 tahun 14 17,95
Jumlah 78 100
Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa kelompok ibu berusia 20-35
tahun memiliki frekuensi terbanyak yaitu 35 orang (44,87%), diikuti dengan
kelompok usia kurang dari 20 tahun sebanyak 29 orang (37,18%) dan usia lebih
dari 35 tahun sebanyak 14 orang (17,95%). Umur adalah faktor yang menentukan
pemberian ASI dari segi produksi. Ibu yang berusia 19-23 tahun pada umumnya
dapat menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan yang berusia lebih tua
karena fisiologis tubuh yang masih baik.
Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu
Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)
Tidak tamat SD 10 12,82
SD 18 23,08
SMP 12 15,38
SMA 27 34,62
Perguruan Tinggi 11 14,10
Jumlah 78 100
Dari hasil penelitian, didapatkan data bahwa ibu dengan pendidikan
terakhir SMA memiliki frekuensi terbanyak yaitu 27 orang (34,62%), diikuti
19
dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 18 orang (23,08%), SMP 12 orang
(15,38%), Perguruan Tinggi 11 orang (14,10%), dan ibu yang tidak sekolah atau
tidak tamat SD sebanyak 10 orang (12,82%). Sebagaimana umumnya, tingkat
pendidikan mempengaruhi kemudahan mendapatkan informasi yang akhirnya
mempengaruhi perilaku seseorang.
Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu
Status Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)
Tidak bekerja 46 59,0
Bekerja 32 41,0
Jumlah 78 100
Dari hasil penelitian diperoleh angka yang lebih tinggi pada ibu yang tidak
bekerja yaitu sebanyak 46 orang (59,0%), sedangkan ibu yang bekerja sebanyak
32 orang (41,0%). Status pekerjaan ibu merupakan faktor pendukung pemberian
ASI, di mana ibu yang tidak bekerja akan lebih mudah dalam memberikan ASI
eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja. Hal ini dikarenakan ibu yang tidak
melakukan pekerjaan di luar rumah akan memiliki banyak waktu dan kesempatan
untuk menyusui bayinya dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah.
Sebenarnya ibu yang bekerja masih dapat memberikan ASI kepada bayinya
dengan memerah ASI baik menggunakan alat/pompa maupun tangan, kemudian
disimpan dan dapat diberikan pada bayi selama ibu bekerja.
Tabel 4.4. Perbandingan Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi
Tingkat Sebelum Sesudah
20
Pengetahuan
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Baik 29 37,2 56 71,8
Cukup 33 42,3 15 19,2
Kurang 16 20,5 7 9,0
Jumlah 78 100 78 100
Gambar 4.1. Grafik Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi
Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan intervensi, diperoleh data
bahwa dari 78 responden, ibu dengan tingkat pengetetahuan cukup mengenai ASI
eksklusif adalah sebanyak 33 orang (42,3%), 29 orang (37,2%) dengan
pengetahuan baik, dan 16 orang (20,5%) dengan pengetahuan kurang. Hasil ini
menunjukkan bahwa ibu di wilayah kerja Puskesmas Talang Padang memiliki
pengetahuan yang cukup mengenai ASI eksklusif.
Sebelum intervensi Setelah intervensi0
10
20
30
40
50
60
BaikCukupKurang
Tingkat Pengetahuan Responden
Frekuensi Responden
21
Setelah dilakukan intervensi, didapatkan peningkatan terhadap tingkat
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif di mana ibu dengan tingkat pengetahuan
baik meningkat menjadi 56 orang (71,8%), diikuti dengan ibu tingkat pengetahuan
cukup sebanyak 15 orang (19,2%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 7
orang (9,0%).
Tabel 4.5. Perbandingan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi
Sikap Sebelum Sesudah
Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase
Baik 28 35,90 37 47,43
Cukup 35 44,87 32 41,0
Kurang 15 19,23 9 11,57
Jumlah 78 100 78 100
Gambar 4.2. Grafik Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi
Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan intervensi, didapatkan 35
orang (44,87%) memiliki sikap pemberian ASI eksklusif yang cukup, 28 orang
Sebelum intervensi Setelah intervensi0
5
10
15
20
25
30
35
40
BaikCukupKurang
Frekuensi Respo
Tingkat Sikap Responden
22
(35,90%) memiliki sikap yang baik, dan 15 orang (19,23%) memiliki sikap
pemberian ASI eksklusif yang kurang.
Setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan sikap ibu dalam
pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan sikap pemberian ASI eksklusif yang baik
meningkat menjadi 37 orang (47,43%), sikap yang cukup menjadi 32 orang
(41,0%), dan sikap kurang menurun menjadi 9 orang (11,57%).
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
I. Kesimpulan
1. Dari 78 responden didapatkan kelompok ibu berusia 20-35 tahun memiliki
frekuensi terbanyak yaitu 35 orang (44,87%), usia kurang dari 20 tahun 29
orang (37,18%) dan usia lebih dari 35 tahun 14 orang (17,95%)
2. Ibu dengan pendidikan terakhir SMA memiliki frekuensi terbanyak yaitu
27 orang (34,62%), pendidikan terakhir SD 18 orang (23,08%), SMP 12
orang (15,38%), Perguruan Tinggi 11 orang (14,10%), dan ibu yang tidak
sekolah atau tidak tamat SD 10 orang (12,82%)
3. Angka ibu yang tidak bekerja adalah 46 orang (59,0%), lebih banyak
dibanding ibu yang bekerja yaitu sebanyak 32 orang (41,0%)
4. Setelah dilakukan intervensi, didapatkan peningkatan terhadap tingkat
pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif di mana ibu dengan tingkat
pengetahuan baik meningkat dari 29 orang (37,2%) menjadi 56 orang
(71,8%), pengetetahuan cukup dari 33 orang (42,3%) menjadi 15 orang
(19,2%), dan pengetahuan kurang dari 16 orang (20,5%) menjadi 7 orang
(9,0%)
5. Setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan sikap ibu dalam
pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan sikap pemberian ASI eksklusif yang
baik meningkat dari 28 orang (35,90%) menjadi 37 orang (47,43%), sikap
yang cukup dari 35 orang (44,87%) menjadi 32 orang (41,0%), dan sikap
kurang menurun dari 15 orang (19,23%) menjadi 9 orang (11,57%).
II. Saran
24
Perlu dilakukan penelitian mengenai peran petugas kesehatan kaitannya
dengan ASI eksklusif. Bagi ibu diharapkan untuk memberikan ASI eksklusif
kepada bayinya. Sedangkan untuk Institusi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
diharapkan dapat memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI
eksklusif kepada ibu-ibu di wilayah kerjanya dan kepada tenaga kesehatan
dan kader posyandu.
25
LAMPIRAN
KUESIONER
GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU
TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA
PUSKESKESMAS TALANG PADANG
IDENTITAS RESPONDEN
1. Nama :
2. Alamat :
3. Umur :
a. < 20 tahun
b. 20-35 tahun
c. > 35 tahun
4. Pendidikan terakhir :
a. Tidak tamat sekolah atau tidak tamat SD
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Perguruan tinggi
5. Apakah Anda bekerja:
a. Ya
b. Tidak
6. Jumlah anak :
a. 1-2
b. 3-4
c. >5
26
PENGETAHUAN
1. Apakah Ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?
a. Ya
b. Tidak
2. Bila j
a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun
b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan
c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat
sampai usia 6 bulan
d. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai
usia 2
tahun
3. Menurut ibu kapan seorang bayi harus diberikan ASI pertamanya?
a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir
b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI
c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap,
barulah
diberikan ASI pertama
d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan
4. Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting bagi bayi ?
a. Ya
b. Tidak
5. Bila jawaban ya, manfaat apa saja yang didapat dari pemberian ASI ?
a. Memberi nutrisi
b. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak
c. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi
d. Semua jawaban benar
27
6. Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI ?
a. Kolostrum
b. Antibodi
c. Protein susu, taurin, karbohidrat, lemak
d. Semua benar
7. Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif
dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif?
a. ASI eksklusif membuat anak cerdas dan
mandiri
b. ASI eksklusif menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan
bayi
c. A dan B benar
d. Semua salah
8. Apakah memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan manfaat
bagi ibu?
a. Ya
b. Tidak
9. Bila jawaban ya, manfaat apa yang didapatkan oleh ibu ?
a. Menunda kehamilan berikutnya
b. Lebih cepat langsing
c. Semua jawaban benar
10. Menurut ibu apakah ASI dapat diganti dengan makanan pengganti ASI
(PASI)?
a. Ya
b. Tidak
11. Menurut ibu mana yang lebih baik, ASI atau PASI ?
a. ASI
b. PASI
12. Bila jawaban ASI, apakah kelebihan ASI daripada PASI ?
a. Kandungan nutrisi ASI lebih baik
b. ASI praktis dan tidak memerlukan biaya
28
c. ASI dapat mempererat tali kasih sayang ibu dan anak
d. Semua jawaban benar
13. Menurut ibu berapa usia bayi yang tepat untuk diberikan makanan
pengganti ASI?
a. 1 bulan
b. 3 bulan
c. 5 bulan
d. 6 bulan
14. Menurut ibu frekuensi yang tepat dalam menyusui berapa
kali?
a. 1 kali
b. Sesering mungkin
c. 3-5 kali
d. setiap kali bayi menangis
15. Berapa lama ASI perah dapat bertahan bila tidak dimasukkan dalam
kulkas?
a. 8 jam
b. 30 menit
c. 24 jam
d. < 5 menit
SIKAPPilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kebiasaan Anda!
1. Menurut Anda, seberapa penting pemberian ASI eksklusif pada bayi?
a. Sangat penting
b. Cukup penting
c. Tidak penting
2. Kapan ibu mulai memberikan ASI pada bayi?
a. Segera setelah melahirkan
b. Setelah membuang ASI berwarna kuning yang pertama kali keluar
c. S
29
3. Sampai usia berapa ibu memberikan ASI pada bayi?
a. 6 bulan
b. 4 bulan
c. < 4 bulan
4. Apabila ibu tidak memberikan ASI eksklusif, apakah alasannya?
a. Mengurangi kekencangan payudara
b. Iklan yang menyebutkan susu formula lebih baik dari ASI
c. Ibu bekerja
d. ASI sedikit atau tidak keluar sama sekali
e. Karena ibu sakit
5. Bila ibu bekerja, bagaimana cara ibu memberikan ASI?
a. Sebelum dan sepulang kerja
b. Membawa bayi ke tempat kerja
c. Memompa ASI dan menyimpannya dalam botol
d. Tidak memberikan ASI
6. Berapa kali dalam sehari ibu memberikan ASI pada bayi?
a. 6 kali atau lebih
b. 5 kali
c. 4 kali atau kurang
7. Kapan ibu memberikan ASI pada bayi?
a. Setiap 4 jam
b. Sesuai permintaan bayi
c. Pilihan a dan b benar
d. Saat bayi bangun
8. Apa yang ibu lakukan apabila produksi ASI ibu tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan bayi?
a. Menyusui lebih sering
b. Mengkonsumsi suplemen dan sayur-sayuran
c. memberikan susu formula sebagai tambahan ASI yang kurang.
9. Persiapan apa yang ibu lakukan sebelum menyusui?
a. Memijat payudara dan mengoleskan sedikit ASI pada puting
30
b. Mengoleskan ASI pada puting
c. Tidak melakukan apa-apa
10. Apa yang ibu lakukan selesai menyusui?
a. Menepuk-nepuk punggung bayi sampai bayi sendawa
b. Menggendong bayi selama beberapa menit
c. Langsung membaringkan bayi
Mini Project
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN
PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
Oleh :
dr. Adhein Ayu Mandrakittydr. Erich Samuel Simanjuntak
dr. M.Hanif Wibowodr. Hesty Safitridr. Nurul Huda
dr. Mutia Agustina Maharani
Dokter Pembimbing :
dr. Dirhamsyah Rivai
31
PUSKESMAS TALANG PADANG
INTERNSHIP PERIODE 2014-2015
BANDAR LAMPUNG
32