mini project puskesmas talang padang

45
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2008, angka kematian bayi di bawah usia 1 tahun di Indonesia adalah 34 kematian per 1000 kelahiran hidup, atau sekitar 157.000 kematian setiap tahunnya. Beberapa penyebab kematian bayi adalah masalah neonatal (meliputi asfiksia, bayi berat lahir rendah, dan infeksi), diare, pneumonia, dan beberapa penyakit lain yang dikontribusi oleh masalah gizi. Indonesia saat ini masih menghadapi masalah rendahnya status kesehatan dan gizi masyarakat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010 menyebutkan ada 17,9% status gizi kurang pada anak usia di bawah lima tahun.Berbagai studi menunjukkan bahwa gizi sejak masa konsepsi hingga anak usia dua tahun merupakan faktor terpenting untuk beberapa indikator kualitas hidup. Periode ini adalah merupakan periode sensitif yang menentukan tidak hanya pertumbuhan fisik, tapi juga perkembangan mental dan kecerdasan anak. 1

Upload: adhein-ayu

Post on 03-Dec-2015

65 views

Category:

Documents


13 download

DESCRIPTION

Internship

TRANSCRIPT

Page 1: Mini Project Puskesmas Talang Padang

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Masalah kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam

bidang kesehatan di Indonesia. Berdasarkan data tahun 2008, angka kematian

bayi di bawah usia 1 tahun di Indonesia adalah 34 kematian per 1000

kelahiran hidup, atau sekitar 157.000 kematian setiap tahunnya. Beberapa

penyebab kematian bayi adalah masalah neonatal (meliputi asfiksia, bayi

berat lahir rendah, dan infeksi), diare, pneumonia, dan beberapa penyakit lain

yang dikontribusi oleh masalah gizi.

Indonesia saat ini masih menghadapi masalah rendahnya status

kesehatan dan gizi masyarakat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) yang

dilakukan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada tahun 2010

menyebutkan ada 17,9% status gizi kurang pada anak usia di bawah lima

tahun.Berbagai studi menunjukkan bahwa gizi sejak masa konsepsi hingga

anak usia dua tahun merupakan faktor terpenting untuk beberapa indikator

kualitas hidup. Periode ini adalah merupakan periode sensitif yang

menentukan tidak hanya pertumbuhan fisik, tapi juga perkembangan mental

dan kecerdasan anak.

Sejak tahun 2010, upaya percepatan perbaikan gizi telah berkembang

menjadi suatu gerakan gizi yang luas. Di Indonesia, gerakan ini disebut

sebagai Gerakan Nasional Sadar Gizi pada Seribu Hari Pertama Kehidupan

(1000 HPK). Masalah gizi pada 1000 HPK dikelompokkan dalam tiga

periode, yaitu masa kehamilan, 0-6 bulan, dan 6-24 bulan. Masalah gizi pada

bayi usia 0-6 bulan adalah praktik pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif di

Indonesia yang masih tergolong rendah.

ASI adalah sumber nutrisi alamiah yang memiliki kandungan gizi

cukup yang diperlukan bayi untuk pertumbuhan enam bulan pertama. Selain

itu, ASI mengandung antibodi dari ibu yang penting bagi imunitas bayi. Bayi

yang tidak mendapat ASI atau mendapat ASI tidak eksklusif memiliki risiko

1

Page 2: Mini Project Puskesmas Talang Padang

kematian akibat diare 3,94 kali lebih besar dibandingkan bayi yang mendapat

ASI eksklusif.

Pada tahun 2014 Kementrian Kesehatan (Kemkes) telah menetapkan

target cakupan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan sebesar 80%.

Kenyataannya, berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia

(SDKI) dilaporkan bahwa rata-rata bayi Indonesia hanya mendapat ASI

eksklusif sampai usia 1-2 bulan, dan bayi yang mendapat ASI eksklusif 6

bulan hanya 27%.

Kurangnya pemberian ASI eksklusif disebabkan oleh banyak faktor.

Beberapa di antaranya adalah pengetahuan ibu, ibu yang bekerja, dan volume

ASI. Gencarnya promosi susu formula serta dukungan dari keluarga,

masyarakat, dan tenaga medis juga berpengaruh terhadap keberhasilan

pemberian ASI eksklusif.

II. Permasalahan

1. Rendahnya angka cakupan pemberian ASI eksklusif di daerah kerja

Puskesmas Talang Padang dibandingkan target cakupan yang

direkomendasikan

2. Faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI eksklusif perlu

dianalisa kembali untuk perancangan strategi perencanaan dalam upaya

peningkatan program ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Talang

Padang.

III. Tujuan

Mengetahui efektivitas penyuluhan terhadap pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Talang Padang,

kabupaten Tanggamus.

IV. Manfaat

1. Bagi Puskesmas

2

Page 3: Mini Project Puskesmas Talang Padang

a. Mengetahui faktor-faktor penyebab ketidakberhasilan pemberian ASI

eksklusif dan tidak tercapainya target cakupan ASI eksklusif di daerah

kerja Puskesmas Talang Padang, kabupaten Tanggamus.

b. Mendapat informasi tentang analisa data cakupan ASI eksklusif yang

dapat menjadi dasar perencanaan peningkatan program ASI eksklusif

di daerah kerja Puskesmas Talang Padang, kabupaten Tanggamus.

c. Membantu meningkatkan motivasi. jalinan kerjasama, dan peran serta

kader dan masyarakat dalam mendukung dan menjalankan program

ASI eksklusif sehingga kegiatan promosi ASI eksklusif dapat lebih

maksimal

2. Bagi Masyarakat

a. Mendapat pengetahuan dan informasi mengenai pentingnya ASI

eksklusif dan kerugian pemberian susu formula sehingga memotivasi

ibu untuk memberikan ASI eksklusif

b. Mendapat informasi manajemen laktasi sehingga meningkatkan

kepercayaan diri dan memudahkan ibu dalam pemberian ASI

eksklusif

c. Sebagai media komunikasi, informasi, dan edukasi masyarakat

mengenai ASI eksklusif

3

Page 4: Mini Project Puskesmas Talang Padang

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. Definisi ASI

ASI atau air susu ibu adalah cairan putih yang dihasilkan oleh kelenjar

payudara wanita melalui proses laktasi.

II. Komposisi ASI

Komposisi nutrisi ASI berbeda selama periode menyusui. Secara umum

terdapat tiga bentuk ASI:

1. Kolostrum adalah cairan yang dihasilkan selama 1-3 hari segera setelah

melahirkan. Kolostrum berwarna kekuning-kuningan dan lebih kental,

dan lebih banyak mengandung protein dan vitamin yang berperan dalam

melindungi bayi dari penyakit infeksi.

2. ASI transisi dihasilkan setelah kolostrum (hari ke-4 sampai ke-10 setelah

melahirkan). ASI ini memiliki kadar lemak dan laktosa lebih tinggi, serta

kadar protein dan mineral yang lebih rendah dibanding kolostrum.

3. ASI matang adalah ASI yang dihasilkan pada sekitar hari ke-14 setelah

melahirkan.

A. Kandungan Nutrisi ASI

Lebih dari 80% komposisi ASI terdiri atas air—alasan mengapa bayi

yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air. Selain air,

secara umum komposisi ASI terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, mineral,

dan vitamin:

1. Karbohidrat

Sumber karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Laktosa

dibutuhkan untuk proses pembentukan myelin otak. Kadar laktosa dalam

4

Page 5: Mini Project Puskesmas Talang Padang

ASI mencapai hampir dua kali lipat dibandingkan kadar laktosa dalam

susu formula (7% pada ASI dan 3,8% pada susu formula).

2. Protein

Kandungan protein pada ASI adalah 0,9%, lebih rendah dibandingkan

kadar protein pada susu formula yang sebesar 3,4%. Namun, kelebihan

ASI terletak pada perbedaan komposisi protein dalam ASI dan susu

formula. Protein dalam kedua jenis susu ini terdiri atas protein whey dan

casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein whey yang

lebih mudah diserap oleh usus bayi, sementara susu formula lebih banyak

mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna. Jumlah protein casein

dalam ASI hanya 30%, dibandingkan susu formula yang mengandung

protein casein sebesar 80%.

3. Lemak

Kadar lemak dalam ASI adalah 3,8%, dan berubah kadarnya menurut

perkembangan dan kebutuhan bayi. ASI mengandung lemak rantai

panjang seperti Omega 3, Omega 6, dan DHA yang diperlukan untuk

pertumbuhan sel-sel otak. ASI juga mengandung enzim Lipase yang

mempermudah pencernaan lemak. Enzim Lipase tidak terkandung dalam

susu formula sehingga bayi akan sulit menyerap lemak pada susu formula.

4. Mineral

ASI mengandung mineral yang lengkap. Walau kadar mineral dalam

ASI relatif (kurang dari 0,2%), kandungan ini telah mencukupi kebutuhan

bayi sampai bayi berusia 6 bulan. Sebaliknya, kandungan mineral dalam

susu formula yang tinggi dapat memperberat kerja usus bayi dan

menyebabkan kembung.

5. Vitamin

Kandungan vitamin dalam ASI antara lain vitamin A, B, dan C.

5

Page 6: Mini Project Puskesmas Talang Padang

Tabel 2.1. Komposisi Kolostrum dan ASI (setiap 100 ml)

Zat Gizi Satuan Kolostrum ASI

Energi Kkal 58,0 70

Laktosa Gr 5,3 7,3

Casein Mg 140 187

Protein Gr 2,3 0,9

Lemak Gr 2,9 4,2

Kalsium Mg 39 35

Zat besi Mg 70 100

Fosfor Mg 14 15

Vitamin A g 151 75

Vitamin B1 g 1,9 14

Vitamin B2 g 30 40

Vitamin B12 g 0,05 0,1

B. Kandungan Zat Protektif ASI

Selama dalam kandungan, janin mendapat limpahan zat protektif dari

ibu melalui plasenta. Setelah lahir, suplai ini terhenti sementara sistem

imunologi bayi baru lahir belum berfungsi sempurna. Pada keadaan ini lah

pemberian ASI berperan penting dalam mencegah infeksi pada bayi. Zat

protektif dalam ASI dapat dibagi menjadi 3 komponen, yaitu:

1. Komponen selular

Komponen sel dalam ASI terdiri atas makrofag, limfosit, dan leukosit

polimorfonuklear dan berjumlah kurang lebih 4000/mm3. Jumlah ini akan

menurun cepat setelah 2-3 bulan.

2. Komponen imunoglobulin

Dalam ASI dapat ditemukan 30 jenis imunoglobulin yang berfungsi

untuk memproduksi mukosa usus dari virus dan bakteri. Imunoglobulin

6

Page 7: Mini Project Puskesmas Talang Padang

dalam ASI masih ditemukan setelah satu tahun dan kadarnya tidak

tergantung pada gizi ibu.

3. Komponen non-imunoglobulin

Daya proteksi ASI juga didukung oleh komponen non-imunoglobulin.

Beberapa komponen ini adalah faktor pertumbuhan Lactobasilus bifidus,

laktoferin, lisozim, dan laktoperoksidase. Faktor pertumbuhan

Lactobasilus bifidus, salah satu bakteri baik dalam usus, menunjang

pertumbuhan bakteri ini. Faktor ini tidak terdapat dalam susu formula.

III. Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI

Produksi ASI dapat meningkat atau menurun bergantung pada stimulasi

pada kelenjar payudara, terutama pada minggu pertama laktasi. Beberapa

faktor tersebut adalah:

1. Frekuensi penyusuan

Pada studi yang dilakukan pada 32 ibu dengan bayi prematur

disimpulkan bahwa produksi ASI akan optimal dengan pemompaan ASI

lebih dari 5 kali per hari selama bulan pertama setelah melahirkan. Studi

lain yang dilakukan pada ibu dengan bayi cukup bulan menunjukkan

bahwa frekuensi penyusuan 10 + 3 kali per hari selama 2 minggu pertama

setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup.

Berdasarkan hal ini, direkomendasikan penyusuan dilakukan paling sedikit

8 kali per hari pada periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan

ini berkaitan dengan kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar

payudara.

2. Berat lahir bayi

Berat lahir bayi berkaitan erat dengan kekuatan mengisap ASI, meliputi

frekuensi dan lama penyusuan. Bayi berat lahir rendah (BBLR)

mempunyai kemampuan mengisap ASI yang lebih rendah dibanding bayi

dengan berat lahir normal (di atas 2500 gram). Kemampuan mengisap

7

Page 8: Mini Project Puskesmas Talang Padang

ASI ini akan mempengaruhi stimulasi hormon prolaktin dan oksitosin

dalam memproduksi ASI.

3. Usia kehamilan saat melahirkan

Bayi lahir prematur (usia kehamilan kurang dari 34 minggu) cenderung

lemah dan tidak mampu mengisap ASI secara aktif sehingga produksi ASI

lebih rendah dibanding bayi lahir cukup bulan. Lemahnya kemampuan

mengisap pada bayi prematur dapat disebabkan oleh berat lahir yang

rendah dan belum sempurnanya fungsi organ.

4. Faktor psikologi dan penyakit pada ibu

Ibu yang cemas dan penyakit infeksi, baik yang akut atau kronik, dapat

mempengaruhi produksi ASI.

5. Konsumsi rokok dan alkohol

Rokok dapat mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin yang

berperan dalam produksi ASI. Merokok akan menstimulasi pelepasan

adrenalin yang akan menghambat pelepasan oksitosin. Hal ini sama

dengan kandungan etanol pada minuman beralkohol yang menghambat

produksi oksitosin.

6. Pil kontrasepsi

Penggunaan pil kontrasepsi kombinasi estrogen dan progestin berkaitan

dengan penurunan volume dan durasi ASI, sebaliknya pil yang hanya

mengandung progestin tidak memiliki dampak pada volume ASI.

Berdasarkan hal ini, WHO merekomendasikan pil progestin sebagai pil

kontrasepsi untuk ibu menyusui.

IV. Definisi ASI Eksklusif

ASI eksklusif adalah pemberian hanya ASI tanpa disertai makanan atau

minuman lain, kecuali vitamin dan obat, dan dianjurkan hingga 6 bulan

8

Page 9: Mini Project Puskesmas Talang Padang

pertama kehidupan. Menurut WHO, secara keseluruhan pemberian ASI

eksklusif mencakup: hanya mendapat ASI saja sampai usia 6 bulan, di mana

menyusui dimulai 30 menit setelah bayi lahir dan tidak memberikan makanan

prelacteal (makanan pertama yang diberikan pada bayi baru lahir sebelum

inisiasi laktasi) seperti air gula atau air tajin, menyusui sesuai kebutuhan bayi,

memberikan kolostrum pada bayi, menyusui sesering mungkin (tanpa

jadwal), dan cairan yang diperbolehkan hanya vitamin atau mineral dan obat

dalam bentuk drop atau sirup.

V. Manfaat ASI Eksklusif

Bagi bayi, ASI merupakan sumber nutrisi yang ideal dengan komposisi

seimbang dan mencukupi kebutuhan tumbuh bayi hingga usia 6 bulan.

Kandungan zat protektif dalam ASI juga meningkatkan daya tahan tubuh bayi

dari infeksi.

Bagi ibu, menyusui dapat merangsang kontraksi rahim sehingga

mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Menyusui juga dapat berperan

sebagai kontrasepsi alami. Selama ibu memberikan ASI eksklusif, 98% ibu

tidak hamil pada 6 bulan pertama setelah melahirkan dan 96% tidak hamil

hingga bayi berusia 12 bulan. Menyusui juga mengurangi risiko terjadinya

kanker payudara dan ovarium pada ibu. Selain itu, pemberian ASI juga lebih

praktis dan ekonomis.

VI. Praktek Pemberian ASI Eksklusif

Langkah menyusui yang benar:

1. Sebelum menyusui, ASI dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting

susu dan areola (daerah hitam sekitar puting susu). Cara ini bermanfaat

untuk menjaga kelembapan putting susu

2. Bayi diletakkan menghadap perut atau payudara ibu

a. Ibu duduk atau berbaring santai. Bila duduk, sebaiknya menggunakan

kursi yang rendah agar kaki ibu tidak tergantung dan punggung ibu

dapat bersandar pada sandaran kursi

9

Page 10: Mini Project Puskesmas Talang Padang

b. Bayi dipegang dengan satu lengan, kepala bayi diletakkan pada

lengkung siku ibu dan bokong bayi terletak pada lengan. Kepala bayi

tidak boleh tertengadah dan bokong bayi ditahan dengan telapak

tangan ibu

c. Satu tangan bayi diletakkan di belakang badan ibu dan yang lainnya di

depan

d. Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap

payudara

e. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus

3. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari lain menopang di

bawah. Jangan menekan puting susu atau aerola saja.

4. Bayi diberi rangsangan membuka mulut dengan cara:

a. Menyentuh pipi bayi dengan puting susu

b. Menyentuh sisi mulut bayi

5. Setelah bayi membuka mulut, dekatkan kepala bayi ke payudara ibu

dengan putting dan aerola dimasukkan ke mulut bayi

a. Usahakan sebagian besar aerola dapat masuk ke dalam mulut bayi

sehingga putting susu berada di bawah langit-langit mulut bayi, dan

lidah bayi akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI

yang terletak di bawah aerola

b. Setelah bayi mulai menghisap, payudara tidak perlu dipegang atau

disangga lagi

Apabila satu payudara sudah kosong, sebaiknya ganti menyusui pada

payudara yang lain. Untuk menyusui berikutnya, mulai dari payudara yang

belum terkosongkan (yang terakhir dihisap). Setelah selesai menyusui, ASI

dikeluarkan sedikit dan dioleskan pada puting susu dan aerola, kemudian

biarkan mengering dengan sendirinya.

Pemberian ASI pada bayi sebaiknya tidak dijadwalkan dan dilakukan

setiap saat bayi membutuhkan. Ibu harus menyusui bayinya bila bayi

menangis bukan karena sebab lain. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu

10

Page 11: Mini Project Puskesmas Talang Padang

payudara dalam waktu sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan

kosong dalam waktu 2 jam. Pada awalnya, bayi tidak memiliki pola menyusui

yang teratur dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2 minggu.

VII.Faktor yang Mempengaruhi Pemberian ASI Eksklusif

A. Faktor Internal

1. Ketersediaan ASI

Beberapa hal yang dapat mengurangi produksi ASI yaitu tidak

melakukan inisiasi menyusu dini, menjadwal pemberian ASI,

memberikan minuman atau makanan prelacteal pada bayi baru lahir,

dan kesalahan posisi menyusui.

Inisiasi menyusu dini dilakukan dengan meletakkan bayi di atas

dada atau perut ibu segera setelah lahir dan membiarkan bayi mencari

puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setelah lahir.

Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI dan menyusui

sesuai permintaan bayi termasuk pada malam hari, paling sedikit 8

kali sehari. Frekuensi yang jarang dan durasi menyusui yang terlalu

sebentar dapat menurunkan produksi ASI. Pada minggu pertama

kelahiran, bayi seringkali mudah tertidur saat menyusui sehingga ibu

sebaiknya merangsang bayi untuk tetap menyusui dengan menyentuh

telinga atau telapak kaki bayi agar bayi tetap menghisap.

Makanan atau minuman prelacteal (makanan atau minuman yang

diberikan pada bayi baru lahir sebelum pemberian ASI) seperti air

putih, air gula, air madu, atau susu formula seringkali diberikan

sebelum ASI keluar. Hal ini tidak boleh dilakukan karena selain

menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut dapat

menyebabkan reaksi intoleransi pada beberapa bayi.

2. Pekerjaan

Sebagian besar pekerjaan di Indonesia memberikan cuti

melahirkan selama kurang lebih 3 bulan. Setelah itu, sebagian besar

11

Page 12: Mini Project Puskesmas Talang Padang

ibu yang bekerja terpaksa memberi bayinya susu formula karena

khawatir ASI perah tidak cukup.

Pada kondisi ini, bayi dapat diberi ASI yang diperah minimum 2

kali selama 15 menit. Ibu dianjurkan untuk menabung ASI perah

sebelum bekerja. ASI perah dapat disimpan pada suhu ruangan selama

6-8 jam, 48 jam pada lemari es (tidak dibekukan), dan dapat bertahan

hingga 6 bulan bila dibekukan. Pembekuan ini tidak berpengaruh pada

kandungan ASI, dan bila akan diberikan pada bayi sebaiknya tidak

dipanaskan karena akan merusak kualitas ASI dan zat protektif di

dalamnya. ASI cukup didiamkan beberapa saat dalam suhu ruangan

agar tidak terlalu dingin sebelum diberikan pada bayi.

3. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan domain yang penting dalam membentuk

tindakan seseorang. Pengetahuan akan memberikan pengalaman pada

ibu tentang cara pemberian ASI eksklusif dan menumbuhkan sikap

positif dan kepercayaandiri mengenai masalah menyusui. Kurangnya

pengetahuan atau informasi menyebabkan banyak ibu yang

menganggap susu formula sama, atau lebih baik dari ASI.

4. Kelainan pada payudara

Tiga hari setelah persalinan payudara sering terasa penuh, tegang,

dan nyeri akibat adanya bendungan pada pembuluh darah payudara

sebagai tanda ASI mulai banyak diproduksi. Sebagian ibu berhenti

memberikan ASI karena merasa sakit saat menyusui. Namun,

penimbunan ASI dalam payudara yang tidak dikeluarkan ini dapat

menyebabkan infeksi payudara.

Keluhan lain yang sering muncul saat menyusui adalah lecet pada

puting susu. Hal ini umumnya terjadi karena kesalahan posisi

menyusui di mana bayi hanya menghisap pada puting susu. Pada saat

menyusui, sebagian besar aerola seharusnya masuk ke dalam mulut

12

Page 13: Mini Project Puskesmas Talang Padang

bayi yang, selain mencegah lecet pada puting, juga memudahkan bayi

untuk menghisap air susu. Membersihkan puting dengan

menggunakan alkohol dan sabun juga menyebabkan puting kering dan

terasa sakit saat menyusui.

5. Kondisi kesehatan ibu

Pada keadaan tertentu, bayi tidak mendapat ASI sama sekali

karena kondisi kesehatan ibu seperti pada ibu penderita hepatitis B,

HIV-AIDS, sakit jantung berat, ibu sedang dirawat di rumah sakit,

atau ibu meninggal dunia.

B. Faktor Eksternal

1. Dukungan dan motivasi

Dukungan baik dari keluarga, masyarakat, atau tenaga kesehatan

merupakan faktor pendukung emosional dan psikologis terhadap ibu

dalam memberikan ASI. Kurangnya hubungan harmonis dalam

keluarga, budaya modern yang mengganggap kegiatan menyusui

sebagai sesuatu yang tidak nyaman dilakukan di tempat umum, dan

perilaku tenaga kesehatan dapat mempengaruhi keputusan dan

kelancaran pemberian ASI eksklusif.

2. Kondisi kesehatan bayi

Kondisi kesehatan bayi juga mempengaruhi pemberian ASI

eksklusif. Beberapa contohnya adalah pada bayi penderita intoleransi

laktosa, jenis karbohidrat yang terdapat dalam jumlah besar pada ASI;

adanya kelainan anatomi seperti bibir sumbing; atau pada bayi

prematur yang terlalu lemah untuk menghisap ASI.

3. Pemberian pengganti ASI (PASI) atau susu formula

Walau ASI merupakan makanan paling baik untuk bayi,

gencarnya promosi susu formula seringkali mendorong ibu untuk

13

Page 14: Mini Project Puskesmas Talang Padang

memilih susu formula ketimbang ASI. Promosi gerakan pemberian

ASI sendiri masih jauh lebih rendah dibandingkan promosi susu

formula. Di Indonesia, sekitar 86% wanita gagal memberikan ASI

eksklusif karena lebih memilih memberikan susu formula pada

bayinya.

14

Page 15: Mini Project Puskesmas Talang Padang

BAB III

METODE PENELITIAN

I. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif untuk mengetahui

perbandingan pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif sebelum dan setelah

dilakukan intervensi berupa penyuluhan di wilayah Puskesmas Talang

Padang, kabupaten Tanggamus.

II. Tempat dan Waktu Penelitian

A. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Talang Padang,

kabupaten Tanggamus.

B. Waktu Penelitian

Pengambilan data dilaksanakan pada periode bulan Juli 2015.

Kunjungan posyandu, intervensi, dan evaluasi dilakukan pada bulan Juli

2015.

III. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian adalah seluruh ibu yang memiliki anak berusia 0-6

bulan di wilayah Talang Padang, kabupaten Tanggamus.

Dari populasi tersebut, diambil sampel penelitian yaitu seluruh ibu yang

datang ke posyandu saat intervensi dilaksanakan.

15

Page 16: Mini Project Puskesmas Talang Padang

Tabel 3.1. Jumlah Ibu dengan Anak Usia 0-6 bulan di Daerah Kerja

Puskesmas Talang Padang

Posyandu Jumlah

Sinar Petir 24

Negeri Agung 31

Wayhalom 17

Kejayaan 14

Total 86

IV. Alat Penelitian

1. Kuesioner yang dibagikan kepada seluruh ibu yang memiliki anak usia 0-

6 bulan.

2. Leaflet sebagai media penyuluhan

V. Skoring Kuesioner

Tingkat pengetahuan ibu dibagi menjadi tiga kelompok:

1. Tingkat pengetahuan baik

2. Tingkat pengetahuan cukup

3. Tingkat pengetahuan kurang

Skor tingkat pengetahuan dinilai berdasarkan jawaban benar atau salah.

Jawaban benar diberi nilai 1 dan jawaban salah diberi nilai 0. Dikatakan

tingkat pengetahuan baik bila 80% (12 soal) jawaban dari 15 soal benar,

tingkat pengetahuan cukup bila 60% (9 soal) jawaban benar, dan dikatakan

tingkat pengetahuan kurang bila < 60% (< 8 soal) jawaban benar.

Tingkat sikap ibu dibagi menjadi tiga kelompok:

1. Tingkat sikap baik

2. Tingkat sikap cukup

3. Tingkat sikap kurang

16

Page 17: Mini Project Puskesmas Talang Padang

Skor tingkat sikap ibu dinilai berdasarkan jawaban tepat, kurang tepat,

dan salah. Jawaban tepat mendapat nilai 2, kurang tepat mendapat nilai 1, dan

salah mendapat nilai 0.

Nilai tertinggi : 20

Nilai terendah : 0

Sikap baik : 80% x 20 = 16 16-20

Sikap cukup : 60% x 20 = 12 12-15

Sikap kurang : < 12

VI. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data yang diperoleh adalah data primer, yaitu data

yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian,

dengan instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner.

VII.Prosedur Penelitian

Analisis data

Mendata jumlah ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan di wilayah Puskesmas Talang Padang pada periode bulan Juli 2015

Didapatkan total jumlah ibu menyusui di wilayah Puskesmas Talang Padang kemudian dijadikan sebagai populasi penelitian

Mengumpulkan data dari ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan yang datang ke posyandu saat dilakukan penelitian

Melakukan wawancara terstruktur dengan

menggunakan kuesioner

Melakukan penyuluhan mengenai ASI eksklusif

dengan menggunakan leaflet

17

Page 18: Mini Project Puskesmas Talang Padang

VIII. Pengolahan dan Analisis Data

A. Pengolahan Data

Tahapan pengolahan data adalah sebagai berikut:

1. Editing

Kegiatan editing dimaksudkan untuk meneliti kembali formulir data dan

untuk memeriksa kembali data yang terkumpul apakah sudah lengkap,

terbaca dengan jelas, tidak meragukan, terdapat kesalahan atau tidak,

dan sebagainya.

2. Data Entry

Menyusun data dalam bentuk tabel-tabel yaitu tabel distribusi frekuensi.

3. Tabulating

Menyusun data dengan bantuan komputer. Data yang telah diperoleh

dari proses pengumpulan data diolah mnggunakan komputer.

B. Analisis Data

Untuk analisis data digunakan analisis data secara deskriptif,

mengelompokkan dan mendistribusikan data berdasarkan kategori

kemudian dihitung presentasenya dan mendesripsikannya sesuai dengan

data yang tersedia serta teori yang mendukung.

18

Page 19: Mini Project Puskesmas Talang Padang

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Ibu

Kelompok Usia Frekuensi Persentase (%)

< 20 tahun 29 37,18

20-35 tahun 35 44,87

> 35 tahun 14 17,95

Jumlah 78 100

Dari hasil penelitian, diperoleh data bahwa kelompok ibu berusia 20-35

tahun memiliki frekuensi terbanyak yaitu 35 orang (44,87%), diikuti dengan

kelompok usia kurang dari 20 tahun sebanyak 29 orang (37,18%) dan usia lebih

dari 35 tahun sebanyak 14 orang (17,95%). Umur adalah faktor yang menentukan

pemberian ASI dari segi produksi. Ibu yang berusia 19-23 tahun pada umumnya

dapat menghasilkan cukup ASI dibandingkan dengan yang berusia lebih tua

karena fisiologis tubuh yang masih baik.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pendidikan Terakhir Ibu

Pendidikan Terakhir Frekuensi Persentase (%)

Tidak tamat SD 10 12,82

SD 18 23,08

SMP 12 15,38

SMA 27 34,62

Perguruan Tinggi 11 14,10

Jumlah 78 100

Dari hasil penelitian, didapatkan data bahwa ibu dengan pendidikan

terakhir SMA memiliki frekuensi terbanyak yaitu 27 orang (34,62%), diikuti

19

Page 20: Mini Project Puskesmas Talang Padang

dengan pendidikan terakhir SD sebanyak 18 orang (23,08%), SMP 12 orang

(15,38%), Perguruan Tinggi 11 orang (14,10%), dan ibu yang tidak sekolah atau

tidak tamat SD sebanyak 10 orang (12,82%). Sebagaimana umumnya, tingkat

pendidikan mempengaruhi kemudahan mendapatkan informasi yang akhirnya

mempengaruhi perilaku seseorang.

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Pekerjaan Ibu

Status Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

Tidak bekerja 46 59,0

Bekerja 32 41,0

Jumlah 78 100

Dari hasil penelitian diperoleh angka yang lebih tinggi pada ibu yang tidak

bekerja yaitu sebanyak 46 orang (59,0%), sedangkan ibu yang bekerja sebanyak

32 orang (41,0%). Status pekerjaan ibu merupakan faktor pendukung pemberian

ASI, di mana ibu yang tidak bekerja akan lebih mudah dalam memberikan ASI

eksklusif dibandingkan ibu yang bekerja. Hal ini dikarenakan ibu yang tidak

melakukan pekerjaan di luar rumah akan memiliki banyak waktu dan kesempatan

untuk menyusui bayinya dibandingkan dengan ibu yang bekerja di luar rumah.

Sebenarnya ibu yang bekerja masih dapat memberikan ASI kepada bayinya

dengan memerah ASI baik menggunakan alat/pompa maupun tangan, kemudian

disimpan dan dapat diberikan pada bayi selama ibu bekerja.

Tabel 4.4. Perbandingan Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi

Tingkat Sebelum Sesudah

20

Page 21: Mini Project Puskesmas Talang Padang

Pengetahuan

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Baik 29 37,2 56 71,8

Cukup 33 42,3 15 19,2

Kurang 16 20,5 7 9,0

Jumlah 78 100 78 100

Gambar 4.1. Grafik Pengetahuan Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi

Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan intervensi, diperoleh data

bahwa dari 78 responden, ibu dengan tingkat pengetetahuan cukup mengenai ASI

eksklusif adalah sebanyak 33 orang (42,3%), 29 orang (37,2%) dengan

pengetahuan baik, dan 16 orang (20,5%) dengan pengetahuan kurang. Hasil ini

menunjukkan bahwa ibu di wilayah kerja Puskesmas Talang Padang memiliki

pengetahuan yang cukup mengenai ASI eksklusif.

Sebelum intervensi Setelah intervensi0

10

20

30

40

50

60

BaikCukupKurang

Tingkat Pengetahuan Responden

Frekuensi Responden

21

Page 22: Mini Project Puskesmas Talang Padang

Setelah dilakukan intervensi, didapatkan peningkatan terhadap tingkat

pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif di mana ibu dengan tingkat pengetahuan

baik meningkat menjadi 56 orang (71,8%), diikuti dengan ibu tingkat pengetahuan

cukup sebanyak 15 orang (19,2%), dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 7

orang (9,0%).

Tabel 4.5. Perbandingan Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi

Sikap Sebelum Sesudah

Frekuensi Persentase Frekuensi Persentase

Baik 28 35,90 37 47,43

Cukup 35 44,87 32 41,0

Kurang 15 19,23 9 11,57

Jumlah 78 100 78 100

Gambar 4.2. Grafik Sikap Ibu Sebelum dan Sesudah Intervensi

Berdasarkan hasil penelitian, sebelum dilakukan intervensi, didapatkan 35

orang (44,87%) memiliki sikap pemberian ASI eksklusif yang cukup, 28 orang

Sebelum intervensi Setelah intervensi0

5

10

15

20

25

30

35

40

BaikCukupKurang

Frekuensi Respo

Tingkat Sikap Responden

22

Page 23: Mini Project Puskesmas Talang Padang

(35,90%) memiliki sikap yang baik, dan 15 orang (19,23%) memiliki sikap

pemberian ASI eksklusif yang kurang.

Setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan sikap ibu dalam

pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan sikap pemberian ASI eksklusif yang baik

meningkat menjadi 37 orang (47,43%), sikap yang cukup menjadi 32 orang

(41,0%), dan sikap kurang menurun menjadi 9 orang (11,57%).

23

Page 24: Mini Project Puskesmas Talang Padang

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan

1. Dari 78 responden didapatkan kelompok ibu berusia 20-35 tahun memiliki

frekuensi terbanyak yaitu 35 orang (44,87%), usia kurang dari 20 tahun 29

orang (37,18%) dan usia lebih dari 35 tahun 14 orang (17,95%)

2. Ibu dengan pendidikan terakhir SMA memiliki frekuensi terbanyak yaitu

27 orang (34,62%), pendidikan terakhir SD 18 orang (23,08%), SMP 12

orang (15,38%), Perguruan Tinggi 11 orang (14,10%), dan ibu yang tidak

sekolah atau tidak tamat SD 10 orang (12,82%)

3. Angka ibu yang tidak bekerja adalah 46 orang (59,0%), lebih banyak

dibanding ibu yang bekerja yaitu sebanyak 32 orang (41,0%)

4. Setelah dilakukan intervensi, didapatkan peningkatan terhadap tingkat

pengetahuan ibu mengenai ASI eksklusif di mana ibu dengan tingkat

pengetahuan baik meningkat dari 29 orang (37,2%) menjadi 56 orang

(71,8%), pengetetahuan cukup dari 33 orang (42,3%) menjadi 15 orang

(19,2%), dan pengetahuan kurang dari 16 orang (20,5%) menjadi 7 orang

(9,0%)

5. Setelah dilakukan intervensi, terjadi peningkatan sikap ibu dalam

pemberian ASI eksklusif. Ibu dengan sikap pemberian ASI eksklusif yang

baik meningkat dari 28 orang (35,90%) menjadi 37 orang (47,43%), sikap

yang cukup dari 35 orang (44,87%) menjadi 32 orang (41,0%), dan sikap

kurang menurun dari 15 orang (19,23%) menjadi 9 orang (11,57%).

II. Saran

24

Page 25: Mini Project Puskesmas Talang Padang

Perlu dilakukan penelitian mengenai peran petugas kesehatan kaitannya

dengan ASI eksklusif. Bagi ibu diharapkan untuk memberikan ASI eksklusif

kepada bayinya. Sedangkan untuk Institusi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)

diharapkan dapat memberikan penyuluhan mengenai pemberian ASI

eksklusif kepada ibu-ibu di wilayah kerjanya dan kepada tenaga kesehatan

dan kader posyandu.

25

Page 26: Mini Project Puskesmas Talang Padang

LAMPIRAN

KUESIONER

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU

TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI WILAYAH KERJA

PUSKESKESMAS TALANG PADANG

IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Alamat :

3. Umur :

a. < 20 tahun

b. 20-35 tahun

c. > 35 tahun

4. Pendidikan terakhir :

a. Tidak tamat sekolah atau tidak tamat SD

b. SD

c. SMP

d. SMA

e. Perguruan tinggi

5. Apakah Anda bekerja:

a. Ya

b. Tidak

6. Jumlah anak :

a. 1-2

b. 3-4

c. >5

26

Page 27: Mini Project Puskesmas Talang Padang

PENGETAHUAN

1. Apakah Ibu tahu apa yang dimaksud dengan ASI eksklusif ?

a. Ya

b. Tidak

2. Bila j

a. Makanan alamiah bagi bayi sampai usia 2 tahun

b. Pemberian ASI ditambah susu formula sampai usia 6 bulan

c. Pemberian ASI saja tanpa tambahan cairan lain atau makanan padat

sampai usia 6 bulan

d. Pemberian ASI ditambah susu formula dan makanan padat sampai

usia 2

tahun

3. Menurut ibu kapan seorang bayi harus diberikan ASI pertamanya?

a. Segera setelah bayi lahir atau maksimal 1 jam setelah lahir

b. Menunggu ibu untuk benar-benar siap memberikan ASI

c. Setelah bayi diberikan susu formula untuk latihan menghisap,

barulah

diberikan ASI pertama

d. Menunggu bayi menangis terus karena kelaparan

4. Menurut ibu, apakah pemberian ASI penting bagi bayi ?

a. Ya

b. Tidak

5. Bila jawaban ya, manfaat apa saja yang didapat dari pemberian ASI ?

a. Memberi nutrisi

b. Untuk pertumbuhan dan perkembangan anak

c. Meningkatkan daya tahan tubuh bayi

d. Semua jawaban benar

27

Page 28: Mini Project Puskesmas Talang Padang

6. Menurut ibu apa saja kandungan yang terdapat dalam ASI ?

a. Kolostrum

b. Antibodi

c. Protein susu, taurin, karbohidrat, lemak

d. Semua benar

7. Menurut ibu apa keunggulan bayi yang diberikan ASI ekslusif

dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat ASI eksklusif?

a. ASI eksklusif membuat anak cerdas dan

mandiri

b. ASI eksklusif menekan angka kematian bayi dan angka kesakitan

bayi

c. A dan B benar

d. Semua salah

8. Apakah memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan memberikan manfaat

bagi ibu?

a. Ya

b. Tidak

9. Bila jawaban ya, manfaat apa yang didapatkan oleh ibu ?

a. Menunda kehamilan berikutnya

b. Lebih cepat langsing

c. Semua jawaban benar

10. Menurut ibu apakah ASI dapat diganti dengan makanan pengganti ASI

(PASI)?

a. Ya

b. Tidak

11. Menurut ibu mana yang lebih baik, ASI atau PASI ?

a. ASI

b. PASI

12. Bila jawaban ASI, apakah kelebihan ASI daripada PASI ?

a. Kandungan nutrisi ASI lebih baik

b. ASI praktis dan tidak memerlukan biaya

28

Page 29: Mini Project Puskesmas Talang Padang

c. ASI dapat mempererat tali kasih sayang ibu dan anak

d. Semua jawaban benar

13. Menurut ibu berapa usia bayi yang tepat untuk diberikan makanan

pengganti ASI?

a. 1 bulan

b. 3 bulan

c. 5 bulan

d. 6 bulan

14. Menurut ibu frekuensi yang tepat dalam menyusui berapa

kali?

a. 1 kali

b. Sesering mungkin

c. 3-5 kali

d. setiap kali bayi menangis

15. Berapa lama ASI perah dapat bertahan bila tidak dimasukkan dalam

kulkas?

a. 8 jam

b. 30 menit

c. 24 jam

d. < 5 menit

SIKAPPilihlah salah satu jawaban yang paling sesuai dengan kebiasaan Anda!

1. Menurut Anda, seberapa penting pemberian ASI eksklusif pada bayi?

a. Sangat penting

b. Cukup penting

c. Tidak penting

2. Kapan ibu mulai memberikan ASI pada bayi?

a. Segera setelah melahirkan

b. Setelah membuang ASI berwarna kuning yang pertama kali keluar

c. S

29

Page 30: Mini Project Puskesmas Talang Padang

3. Sampai usia berapa ibu memberikan ASI pada bayi?

a. 6 bulan

b. 4 bulan

c. < 4 bulan

4. Apabila ibu tidak memberikan ASI eksklusif, apakah alasannya?

a. Mengurangi kekencangan payudara

b. Iklan yang menyebutkan susu formula lebih baik dari ASI

c. Ibu bekerja

d. ASI sedikit atau tidak keluar sama sekali

e. Karena ibu sakit

5. Bila ibu bekerja, bagaimana cara ibu memberikan ASI?

a. Sebelum dan sepulang kerja

b. Membawa bayi ke tempat kerja

c. Memompa ASI dan menyimpannya dalam botol

d. Tidak memberikan ASI

6. Berapa kali dalam sehari ibu memberikan ASI pada bayi?

a. 6 kali atau lebih

b. 5 kali

c. 4 kali atau kurang

7. Kapan ibu memberikan ASI pada bayi?

a. Setiap 4 jam

b. Sesuai permintaan bayi

c. Pilihan a dan b benar

d. Saat bayi bangun

8. Apa yang ibu lakukan apabila produksi ASI ibu tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan bayi?

a. Menyusui lebih sering

b. Mengkonsumsi suplemen dan sayur-sayuran

c. memberikan susu formula sebagai tambahan ASI yang kurang.

9. Persiapan apa yang ibu lakukan sebelum menyusui?

a. Memijat payudara dan mengoleskan sedikit ASI pada puting

30

Page 31: Mini Project Puskesmas Talang Padang

b. Mengoleskan ASI pada puting

c. Tidak melakukan apa-apa

10. Apa yang ibu lakukan selesai menyusui?

a. Menepuk-nepuk punggung bayi sampai bayi sendawa

b. Menggendong bayi selama beberapa menit

c. Langsung membaringkan bayi

Mini Project

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

Oleh :

dr. Adhein Ayu Mandrakittydr. Erich Samuel Simanjuntak

dr. M.Hanif Wibowodr. Hesty Safitridr. Nurul Huda

dr. Mutia Agustina Maharani

Dokter Pembimbing :

dr. Dirhamsyah Rivai

31

Page 32: Mini Project Puskesmas Talang Padang

PUSKESMAS TALANG PADANG

INTERNSHIP PERIODE 2014-2015

BANDAR LAMPUNG

32