mini project fix !!!

36
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara social dan ekonomis. 1 Kesehatan merupakan suatu fenomena sosial, maka disadari bahwa pelayanan kesehatan bukanlah satu- satunya faktor yang berpengaruh terhadap kesehatan masyarakat, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor perilaku dan lingkungan, yang pengaruhnya jauh lebih besar. Salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh adalah penyediaan air bersih dan kebiasaan masyarakat yang suka buang air besar disembarang tempat. 2 Pembangunan nasional berwawasan kesehatan mendorong kemandirian masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Pemerintah berkewajiban memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau, memelihara, dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungannya. 1

Upload: muhammad-siddiq

Post on 10-Dec-2015

146 views

Category:

Documents


23 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mini Project FIX !!!

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran,

kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat

kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi

pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara social dan ekonomis.1

Kesehatan merupakan suatu fenomena sosial, maka disadari bahwa

pelayanan kesehatan bukanlah satu-satunya faktor yang berpengaruh terhadap

kesehatan masyarakat, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor perilaku dan

lingkungan, yang pengaruhnya jauh lebih besar. Salah satu faktor lingkungan

yang sangat berpengaruh adalah penyediaan air bersih dan kebiasaan masyarakat

yang suka buang air besar disembarang tempat.2

Pembangunan nasional berwawasan kesehatan mendorong kemandirian

masyarakat untuk hidup bersih dan sehat. Pemerintah berkewajiban memelihara

dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata, dan terjangkau,

memelihara, dan meningkatkan kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan

lingkungannya. Program lingkungan sehat terkait dengan komitmen global dalam

mewujudkan Millenium Development Goals (MDGs). Salah satu tujuan MDGs

yaitu “ensure environmental sustainability” atau menjamin berlanjutnya

pembangunan lingkungan. Tujuan ini menargetkan pada tahun 2015 akan

mengurangi separuh proporsi penduduk yang memiliki akses terhadap air minum

dan sanitasi yang sehat.1Salah satu program yang mendukung percepatan

pencapaian MDGs 2015 dengan target 80% penduduk terakses oleh jamban

keluarga.2,3,4

Penyediaan air bersih dapat mencegah penyakit diare sebesar 35% dan

penggunaan jamban sehat dapat mencegah penyakit diare sebesar 28%. Angka

kesakitan dan kematian karena diare, cenderung meningkat dengan penurunan

1

Page 2: Mini Project FIX !!!

penggunaan jamban. Ketika penggunaan kakus mencapai puncaknya di daerah

Istimewa Yogyakarta (DIY), angka kesakitan dan kematian diare terlihat paling

rendah yaitu 100 dan 17 kasus per 100.000 penduduk. Sebaliknya, ketika tingkat

penggunaan kakus berada pada level yang paling rendah di Kalimantan Barat,

terlihat angka kesakitan dan kematian diare paling tinggi yakni 940 dan 166 per

100.000 penduduk.5

Kepemilikan dan penggunaan jamban sehat merupakan salah satu

indikator program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) ditatanan rumah

tangga. Berdasarkan hasil kajian PHBS, secara nasional persentase rumah tangga

yang menggunakan jamban sehat sebesar 39%, di perkotaan (60%) jauh lebih

tinggi dibandingkan pedesaan (23%). Persentase rumah tangga yang

menggunakan jamban sehat di Provinsi Jawa Barat sedikit di atas rata-rata

nasional yaitu 39,6%. Sedangkan target yang diharapkan pada akhir tahun 2009

adalah 80% keluarga memiliki akses terhadap jamban.2,3,5

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera

Barat pad tahun 2009 menunjukkan hanya 42,65% rumah tangga di Sumatera

Barat yang memiliki tempat pembuangan tinja sendiri, sebanyak 14,67% untuk

bersama dan sebanyak 9,93% yang umum. Jadi masih ada 32,75% tidak memiliki

fasilitas buang air besar, sehingga dapat dikatakan bahwa cakupan jamban untuk

Provinsi Sumatera Barat tahun 2009 baru mencapai 67,25%.6

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Pasaman Barat Tahun 2009, terdapat 67,60% yang menggunakan jamban keluarga

sendiri, 21,46% yang menggunakan jamban umum dan 2,98% yang menggunakan

jamban bersama. Pada penelitian yang dilakukan di Desa Sukamurni Kecamatan

Sukakarya Kabupaten Bekasi pada tahun 2008, sekitar 46,4% keluarga

menggunakan jamban dan 53,6% yang menyatakan keluarganya tidak

menggunakan jamban sebagai sarana buang air besar (BAB). Keluarga yang tidak

menggunakan jamban sebagian besar menggunakan sungai/kali (55,2%), empang

(38,1%), selokan (3,8%) dan kebun/sawah (2,9%) sebagai tempat BAB.5,6

2

Page 3: Mini Project FIX !!!

1.2. Rumusan Masalah

Dengan memperhatikan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di

atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, “Berapa persentase

penggunaan jamban?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan mengetahui persentase penggunaan jamban di

Kelurahan Tapian Nauli II Kecamatan Tapian Nauli Kabupaten Tapanuli Tengah

Provinsi Sumatera Utara.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui persentase penggunaan jamban di Kelurahan Tapian Nauli

II di bidang kesehatan.

2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan jamban di

Kelurahan Tapian Nauli II.

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Informasi dan pertimbangan pegawai Puskesmas Poriaha yang wilayah

kerjanya Kecamatan Tapian Nauli

2. Masukin bagi Kepala Puskesmas Poriaha dalam peningkatan program

serta kinerja Puskesmas

Masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah dalam

pengawasan program kesehatan lingkungan.

3

Page 4: Mini Project FIX !!!

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Jamban dan Kotoran Manusia

Jamban keluarga adalah suatu bangunan untuk membuang dan

mengumpulkan kotoran sehingga kotoran tersebut tersimpan dalam suatu tempat

tertentu dan tidak menjadi penyebab suatu penyakit serta tidak mengotori

permukaan (Notoadmodjo, 1996). Sementara menurut Kementrian Kesehatan RI

jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutus rantai

penularan penyakit (Kepmenkes, 2008: 852).

Kotoran manusia atau tinja adalah zat-zat yanga harus dikeluarkan dari

dalam tubuh manusia berbentuk tinja (faeces), air seni (urine) dan CO2 sebagai

hasil dari proses pernapasan. Notoatmodjo (2003:159). Pembuangan kotoran yang

baik adalah harus dibuang ke dalam tempat penampungan kotoran/jamban.

Jadi, jamban keluarga sangat berguna bagi manusia dan merupakan bagian

dari kehidupan manusia, karena jamban dapat mencegah berkembangnya berbagai

penyakit saluran pencernaan yang disebabkan oleh kotoran manusia yang tidak di

kelola dengan baik.1

2.2. Jenis- Jenis Jamban dan Syarat Jamban Sehat

Pilihan yang terbaik adalah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan

memiliki kebutuhan air yang tercakupi dan berada di dalam rumah. Jamban/kakus

dapat di bedakan atas beberapa macam (Azwar, 1996).

a. Jamban cemplung adalah jamban yang tempat penampungan tinjanya

dibangun di bawah tempat injakan atau bangunan jamban. fungsi dari lubang

adalah mengisolasi tinja sedemikian rupa sehingga tidak dimungkinkan

penyebaran bakteri secara langsung ke pejamu yang baru. Jenis jamban ini,

kotoran langsung masuk ke jamban dan tidak terlalu lama karena tidak terlalu

dalam karena akan mengotori air tanah, kedalamannya 1,5-3 meter.

4

Page 5: Mini Project FIX !!!

Gambar 2.1. Jamban Cemplung

b. Jamban empang (overhung latrine) adalah jamban yang dibangun di atas

empang, sungai atau rawa. Jamban model ini ada yang kotorannya tersebar

begitu saja, yang biasanya dipakai untuk makanan ikan dan ayam.

Gambar 2.2. Jamban Empang

c. Jamban kimia (chemical toilet) adalah jamban yang biasanya dibangun pada

tempat-tempat rekreasi, alat transportasi seperti kereta api, pesawat terbang,

dan lain-lain. Disini tinja disinfeksi dengan zat-zat kimia seperti caustic soda

dan pembersihannya di pakai kertas tisue (toilet piper). Jamban kimia sifatnya

sementara, karena kotoran yang telah terkumpul perlu dibuang lagi.

5

Page 6: Mini Project FIX !!!

Gambar 2.4. Jamban Kimia

d. Jamban Leher angsa (angsa latrine) adalah jamban leher lubang closet

berbentuk lengkung, dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat

sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil.

Jamban model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan

lingkungan.6

gambar : jamban leher angsa

Sebenarnya selain jenis jamban di atas ada beberapa modifikasi jamban

yang biasa digunakan di pedesaan yaitu jamban leher angsa yang tempat jongkok

dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung di atas lubang galian

penampung kotoran dan ada juga jamban leher angsa yang tempat jongkok dan

leher angsa tidak langsung di atas lubang galian penampungan kotoran tapi

6

Page 7: Mini Project FIX !!!

dibangun terpisah dan dihubungkan oleh satu saluran yang miring ke dalam

lubang galian penampung kotoran.1

Dikatakan jamban yang baik adalah memenuhi persyaratan jamban

keluarga yang sehat. Jamban keluarga yang sehat adalah jamban yang memenuhi

syarat-syarat sebagai berikut (Depkes RI, 2004).

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15

meter dari sumber air minum.

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus.

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak

mencemari tanah sekitar.

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya.

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan warna.

6. Cukup penerang.

7. Lantai kedap air.

8. Ventilasi culup baik.

9. Tersedia air dan alat pembersih.6

Jika ditinjau dari konstruksinya jamban yang baik harus dilengkapi

komponen yaitu:

a. Rumah Kakus

Melihat fungsinya sebagai sarana pelindung pemakai, maka rumah kakus

sebaiknya terlindung dari pandangan orang, gangguan cuaca dan

keamanan.

7

Page 8: Mini Project FIX !!!

b. Lantai Kakus

Fungsinya sebagai sarana penahan maka sifatnya haus baik, kuat dan

mudah dibersihkan serta tidak menyerap air.

c. Tempat duduk

Melihat fungsi kakus sebagai tempat penampungan tinja maka kondisinya

harus memenuhi konstruksi yang kuat dan mudah dibersihkan juga bisa

mengisolir rumah kakus jadi pembuangan tinja serta bentuk leher angsa

atau memakai tutup yang mudah di angkat.

d. Kecukupan Air Bersih

Jamban hendaklah disiram air minimal 4-5 gayung sampai kotoran tidak

mengapung di lubang jamban. Tujuannya menghindari penyebaran bau

tinja dan menjaga kondisi jamban tetap bersih.

e. Tersedia alat pembersih

Jenis alat pembersih ini yaitu sikat, bros, sapu, tissue dan lainnya. Tujuan

alat pembersih ini agar jamban tetap bersih setalah jamban disiram, tidak

berlumut, dan tidak licin

f. Tempat Penampungan Tinja

Penampunagn tinja yaitu lubangisolasi serta proses penguraian tinja dan

stabilisasi serta menuut sifatnya bisa berbentuk lubang tanah atau tangki

dalam berbagai modifikasi.

g. Septic tank

Septic tank ini terdiri dari sedimentasi yang kedap air, tinja dan air

buangan yang mengalami dekomposisi. Di dalam tanki ini tinja akan

mengalami 2 proses yaitu :

Akibat penghancuran tinja direduksi (60-70%), zat padat akan

mengendap sebagai sludge. Zat yang tidak hancur bersama lemak dan

busa akan mengapung dan membentuk lapisan yang menutupi

permukaan air yang disebut scum yang berfungsi mempetahankan

suasana anaerob dan menyebabkan bakteri anaerob tumbuh subur di

bawahnya.

8

Page 9: Mini Project FIX !!!

Terjadi dekomposisi bakteri anaerob yang memakan zat organik dalam

sludge dan scum. Hasilnya gas dan air serta pengurangan volume

sludge sehingga septic tank tidak cepat penuh. Cairan enfinent yang

tidak mengandung tinja memiliki BOD yang rendah. Cairan ini

dialirkan memelalui pipa dan masuk ketempat perembesan.

h. Saluran peresapan

Saluran ini berfungsi menguraikan cairan dari septic tank yang mengikuti

sistem pembuangan kotoran lengkap.1

Gambar 1 : Contoh Jamban Sehat3

2.3. Pemanfaatan Jamban

Pemanfaatan jamban adalah perbuatan masyarakat dalam memanfaatkan

atau menggunakan jamban ketika membuang air besar. Atau dengan kata lain

pemanfaatan adalah penggunaan jamban oleh masyarakat dalam hal buang air

besar. Pemanfaatan jamban berhubungan erat dengan bahaya yang dapat

9

tempat persediaan air

tempat sabun

dinding pelindung

Ventilasi yg cukup

Penampung tinja

Page 10: Mini Project FIX !!!

diakibatkan oleh penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh adanya kotoran tinja

manusia yang dapat menjadi sumber penyakit.

Tinja yang tidak tertampung ditempat tertutup dan aman dapat menyebabkan

beberapa penyakit menular seperti polio, kholera, hepatitis A dan lainnya.

Penyakit-penyakit ini dilatarbelakangi tidak tersedianya sanitasi dasar seperti

penyediaan jamban. Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator tercemarnya air,

dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini hidup dalam saluran pencernaan

manusia.

Mutmainna (2009:2) menjelaskan bahwa pembuangan tinja perlu

mendapat perhatian khusus karena merupakan satu bahan buangan yang banyak

mendatangkan masalah dalam bidang kesehatan dan sebagai media bibit penyakit,

seperti diare, tifus, muntaber, disentri, cacingan dan gatal-gatal. Selain itu dapat

menimbulkan pencemaran lingkungan pada sumber air dan bau busuk serta

estetika.

Tujuan jamban keluarga yaitu tidak membuang tinja ditempat terbuka

melainkan membangun jamban untuk diri sendiri dan keluarga. Penggunaan

jamban yang baik adalah kotoran yang masuk hendaknya disiram dengan air yang

cukup, hal ini selalu dikerjakan sehabis buang tinja sehingga kotoran tidak tampak

lagi. Secara periodik bowl, leher angsa dan lantai jamban digunakan dan

dipelihara dengan baik, sedangkan pada jamban cemplung lubang harus selalu

ditutup jika jamban tidak digunakan lagi, agar tidak kemasukan benda-benda lain.

Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa tujuan penggunaan jamban

keluarga adalah dilakukan untuk menjaga higienitas lingkungan yang lebih baik,

lebih sehat, lingkungan lebih bersih, lebih nyaman dan keselamatan lebih terjaga,

serta dapat mencegah timbulnya berbagai penyakit.5

Hubungan antara pembuangan tinja dengan status kesehatan penduduk bisa

berdampak langsung maupun tidak langsung. Efek langsung bisa mengurangi

insidens penyakit yang ditularkan karena kontaminasi dengan tinja yaitu sebagian

besar penyakit yang menginfeksi saluran cerna sepeti kolera, disentri, tifus dan

10

Page 11: Mini Project FIX !!!

sebagainya. Sedangkan efek tidak langsung dari pembuangn tinja berkaitan

dengan komponen sanitasi lingkungan seperti menurunnya kondisi hygiene

lingkungan. Hal ini akan mempengaruhi perkembangan sosial masyarakat dengan

mengurangi pencemaran tinja manusia pada sumber air minum penduduk.1

Mata rantai penularan berbagai penyakit tersebut diatas oleh tinja dapat

digambarkan sebagai berikut :

Dilihat dari akibat yang ditimbulkan dari penularan penyakit oleh tinja ini,

maka perlu dilakukan tindakan pencagahan salah satu caranya adalah dengan

memutuskan mata rantai penyakit menggunakan rintangan sanitasi dan

mengisolasi tinja dengan penggunaan jamban dan sanitasi yang benar. Rintangan

sanitasi ini mencegah kontaminasi tinja sebagai sumber infeksi pada air, tangan

dan serangga.1

Berikut merupakan beberapa penyakit yang ditularkan melalui tinja

No. Penyebab Penyakit (Agen) Nama Penyakit

A. Bakteri

1. VVibrio Cholera Cholera

2. SSalmonella Typhi Typhoid Fever

3. SShigella Dysentri Shigellosis

11

Tinja

Tangan

Air

Lalat

Tanah

Makanan & Minuman

Pejamu

(Host)

Sakit

Mati

Page 12: Mini Project FIX !!!

4. SSalmonella Salmonellasis

B. Virus

1. VVirus Hepatitis A Hepatitis A

2. PPolio Virus Poliomyelitis

C. Protozoa

1. EEntamoeba Histolitica Dysentry Amoeba

2. BBalintidium Coli Ballantidiasis

D. Cacing

1. AAscaris Lumbricoides Ascariasis

2. TTrichuris trichura Trichuriasis

Berdasarkan deklarasi Johannesburg yang dituangkan dalam Millennium

Development Goals (MDGs) yang disepakati seluruh negara di dunia termasuk

Indonesia, menetapkan bahwa pada tahun 2015 separuh dari penduduk dunia yang

saat ini belum mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar (jamban) harus

mendapatkannya. Sedangkan pada tahun 2025 seluruh penduduk dunia harus

mendapatkan akses terhadap sanitasi dasar. Penetapan ini mendorong pentingnya

program untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap perlunya pemilikan

dan penggunaan jamban.2

Pencapaian Indonesia Sehat 2010, salah satunya adalah perwujudan kondisi

sanitasi dasar yang kuat. Pada tahun 2001 akses terhadap jamban untuk daerah

perkotaan 88,50% sedangkan daerah pedesaan 64,11%, di Indonesia 40% rumah

tangga belum memiliki jamban sehat. Program penyediaaan air bersih dan

penyehatan lingkungan pemukiman bertujuan untuk mewujudkan kondisi

12

Page 13: Mini Project FIX !!!

kesehatan lingkungan yang mampu menjamin derajat kesehatan yang optimal

dengan sasaran utama ditujukan untuk golongan masyarakat yang mempunyai

risiko tinggi terhadap penularan penyakit dan gangguan kesehatan akibat

rendahnya mutu lingkungan.2

2.3.Peran Keluarga Dalam Penggunan Jamban

Upaya penggunaaan jamban berdampak besar bagi penuunan resiko penularan

penyakit. Setiap anggota keluaga harus buang air besar di jamban. Beberapa hal

penting yang haus diperhatiakan keluarga yaitu :

a. Jamban harus berfungsi baik dan diapaki oleh semua keluarga.

b. Siramlah jamban dengan air bersih setiap menggunakan jamban.

c. Bersihkan jamban dengan alat pembersih minimal 2-3 kali seminggu.

Bila tidak ada jamban janagan biarkan anak buang air sendiri , hendaknya

dilakukan jauh dari rumah yaitu dengan jarak 10 meter dari sumber air, atau

dikebeun tempat bermain anak dengan menggali tanah dan menutupnya kembali

lalu dibersihkan.6

BAB III

KERANGKA KONSEP

3.1. Dasar pemikiran

Untuk mewujudkan Indonesia sehat faktor lingkungan merupakan faktor

penentu karena kualitas lingkungan yang sehat adalah keadaan lingkungan yang

bebas dari resiko yang membahayakan kesehatan dan keselamatan hidup manusia.

Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat adalah adanya

13

Page 14: Mini Project FIX !!!

sarana kesehatan lingkungan yang memenuhi syarat kesehatan antara lain

tersedianya jamban keluarga.

Jamban adalah suatu bangunan kecil sebagai sanitasi dasar yang

digunakan sebagai tempat atau wadah pembuangan akhir (tinja) manusia dengan

berbagai bentuk dan ukuran yang bertujuan memberi kenyamanan dalam

melakukan buang air besar (BAB)  

Pada era globalisasi saat ini dana yang dibutuhkan untuk pembuatan

jamban keluarga semakin meningkat, ini berdampak pada masyarakat yang

memiliki status ekonomi rendah, karena dengan ketiadaan dan ekonomi kurang,

maka keluarga tidak mampu membuat jamban keluarga, sebab pembuatan jamban

membutuhkan dana yang relatif besar.

Pemanfaatan jamban keluarga sangat dipengaruhi oleh kebiasaan

masyarakat, dimana kebiasaan buang air besar di tempat yang tidak sesuai dengan

kaidah – kaidah kesehatan (sungai, kebun, rawa-rawa) yang akhirnya akan

menimbulkan dampak penurunan tingkat kesehatan dan memunculkan berbagai

jenis penyakit.

3.2.     Bagan Kerangka Konsep

                             

 

14

RT Tapian Nauli II

Jenis Alasan Sumber Air

Kepemilikan Jamban

Page 15: Mini Project FIX !!!

3.3. Variabel Penelitian

Variabel yang diteliti dalam  penelitian ini adalah

1.                   Variabel Independent (bebas)

                 Variabel independen yaitu Kepemilikan Jamban (Jenis, Alasan, Sumber air)

2.                   Variabel Dependent (terikat)

Variabel dependen yaitu RT Tapian Nauli II

3.4.    Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Tapian Nauli II adalah wilayah dari Kecamatan Tapian Nauli yang memiliki

batas mungkur, mujur, barung-barung.

2. Yang memiliki jamban adalah warga yang membuang kotoran ke jamban

leher angsa,jamban duduk.

3. Yang tidak memiliki jamban adalah warga yang membuang kotoran ke

empang, parit, semak.

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dimana data penelitian diambil dari

survey langsung ke rumah-rumah warga untuk melihat ada tidaknya jamban di

rumah warga.

15

Page 16: Mini Project FIX !!!

4.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Tapian Nauli II, kecamatan Tapian Nauli

yang terdiri dari dari tiga dusun. Penelitian dilakukan bulan April-Juni 2015.

4.3. Populasi dan Sampel

4.3.1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah semua rumah yang berada di kelurahan Tapian

Nauli II, Kecamatan Tapian Nauli.

4.3.1. Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah semua rumah yang berada di kelurahan Tapian

Nauli II, Kecamatan Tapian Nauli.

4.4. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini adalah data primer yaitu data

yang diperoleh dari survey langsung ke rumah-rumah warga di kelurahan Tapian

Nauli II.

4.5. Metode Pengolahan Data dan Analisis Data

Pada penelitian ini, data yang didapat akan dianalisis secara statistik deskriptif dan

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Kondisi Demografi Kelurahan Tapian Nauli II

16

Page 17: Mini Project FIX !!!

Kelurahan Tapian Nauli II memiliki luas 46,92 KM2 dan merupakan kelurahan

paling luas di kecamatan Tapian Nauli. Keadaan geografis kelurahan tapian Nauli

II berupa dataran rendah dan rawa.

5.1.2. Distribusi penduduk di Kecamatan Tapian Nauli

Jumlah penduduk dan jumlah rumah tangga di kecamatan Tapian Nauli dapat

dilihat dari tabel dibawah ini :

Tabel 5.1. Populasi dan Kepadatan Penduduk serta Rumah Tangga menurut Desa

Tahun 2014

No Desa/ Kelurahan Penduduk Jumlah Rumah

Tangga

1

2

3

4

5

6

7

8

9

Tapian Nauli I

Mela Dolok

Aloban Bair

Tapian Nauli III

Tapian Nauli II

Tapian Nauli IV

Mela I

Mela II

Bair

3773

28

478

2057

4057

1708

3462

2973

134

823

7

111

465

876

403

739

606

30

Jumlah 18670 4060

Sumber: Koordinator Statistik Kecamatan Tapian Nauli

17

Page 18: Mini Project FIX !!!

Tabel 5.2. Data distribusi Fasilitas Pembuangan Tinja yang dimiliki warga di

kelurahan Tapian Nauli II

Jenis Jamban Jumlah Persentase (%)

Jamban Leher Angsa 189 30,24

Jamban cemplung 25 4

Jamban leher angsa tanpa septic tank 18 2,88

Empang (sungai) 328 52,48

Parit 64 10,24

Tanah (semak-semak) 1 0,16

Total 625 100

Dari tabel diatas dapat kita lihat sebagian besar penduduk Kelurahan Tapian Nauli

II memiliki fasilitas pembuangan tinja berupa empang sebanyak 328 rumah

(52,48 %) kemudian disusul dengan jamban leher angsa sebanyak 189 rumah

(30,24%), parit sebanyak 64 rumah (10,24%), jamban cemplung sebanyak 25

rumah (4%), jamban leher angsa tanpa septic tank sebanyak 18 rumah (2,88%),

dan ke tanah sebanyak 1 rumah (0,16%).

Rumah dengan jamban leher angsa, jamban cemplung dan jamban leher angsa

tanpa septic tank dikategorikan mempunyai jamban. Sedangkan rumah yang

penghuninya buang hajat ke empang, parit dan tanah dikategorikan tidak punya

jamban.

Jumlah Rumah Persentase (%)

Memiliki Jamban 232 37,12

18

Page 19: Mini Project FIX !!!

Tidak Memiliki Jamban 393 62,88

Total 625 100

Tabel 5.3. Persentase rumah yang memiliki jamban

Adapun jenis jenis jamban yang banyak digunakan warga di kelurahan Tapian

Nauli II adalah sebagai barikut:

Jumlah Rumah Persentase (%)

Jamban Leher Angsa 189 81,47

Jamban Cemplung 25 10,77

Jamban leher angsa tanpa septic tank 18 7,76

Total 232 100

Tabel 5.4. Persentase jenis jamban di Kelurahan Tapian Nauli II

Total keseluruhan rumah yang memiliki jamban adalah 232 rumah. Sebanyak 189

rumah (81,47%) memiliki jamban jenis leher angsa. Jamban cemplung sebanyak

25 rumah (10,77%), selain itu terdapat rumah yang memiliki jamban jenis leher

angsa tanpa septic tank sebanyak 18 rumah (7,76%).

Sedangkan data berikut merupakan warga warga yang tidak memiliki jamban di

rumah masing masing.

Jumlah Rumah Persentase (%)

Empang (sungai/kali) 328 83,4%

Parit 64 16,2%

19

Page 20: Mini Project FIX !!!

Tanah (semak-semak) 1 0,25%

Total 393 100

Tabel 5.4. Persentase jenis jamban di Kelurahan Tapian Nauli II

Total keseluruhan rumah yang tidak memiliki jamban adalah 393 rumah.

Sebagian besar yaitu sebanyak 328 rumah (83,4%) membuang hajt di

sungai/empang. Sisanya membuang hajat di parit sebanyak 64 rumah (16,2%) dan

ada juga yang membuang hajt di semak-semak sebanyak 1 rumah (0,25%).

Berikut ini merupakan ragam alasan para warga mengapa mereka tidak memiliki jamban

di rumahnya :

Alasan Jumlah Persentasi (%)

Biaya 318 80,91 %

Tidak ada air dan Biaya 67 17,04 %

Tidak ada lahan 3 0,76 %

Dekat dengan sungai 3 0,76 %

Ikut tetangga 1 0,25 %

W.C rusak 1 0,25 %

Total 393 100 %

Tabel 5.5. Alasan ketidakpemilikan jamban di Kelurahan Tapian Nauli II

Dari 393 rumah yang tidak memiliki jamban diantaranya dengan alasan

biaya sebanyak 318 rumah (80,91 %). Sebagian warga mengaku tidak adanya air

serta biaya sebanyak 67 rumah (17,04 %) menjadi faktor utama tidak dibangunnya

20

Page 21: Mini Project FIX !!!

jamban. Tidak ada lahan dan lokasi yang dekat dengan sungai dengan persentase

masing-masing sebesar 0,76% juga menjadi salah satu alasan tidak memiliki

jamban. Ada juga warga yang mengaku tidak membangun jamban dengan alasan

mengikuti tetangga (0,25%). Selain itu terdapat rumah yang memiliki jamban,

tetapi tidak dipakai dengan alasan jamban tersebut rusak (0,25%).

Berikut merupakan sumber air apa saja yang digunakan warga dalam kehidupan

sehari hari.

Sumber Air Jumlah Persentasi (%)

Air gunung 603 96,7

Sumur bor 17 2,7

Sungai 2 0,3

Air gallon 2 0,3

Total 625 100

Tabel 5.6. Sumber Air Bersih di Tapian Nauli II

Berdasarkan data, mayoritas penduduk menggunakan air gunung (96,7%) sebagai

sumber air bersih untuk kebutuhan sehari-hari. Penggunaan sumur bor masih

minimal yaitu sebanyak 2,7% . selain itu air galon dan air sungai masing-masing

sebesar 0,3%.

5.2. Pembahasan

Dari hasil penelitian di kelurahan Tapian Nauli II dijumpai total sampel

sebanyak 625 rumah, hal ini berbeda dengan data jumlah populasi dan kepadatan

penduduk serta rumah tangga Kecamatan Tapian Nauli yang berjumlah 876

rumah tangga. Dari 625 sampel tersebut setelah didata fasilitas pembuangan tinja

yang dimilikinya dijumpai sebanyak 232 rumah (37,12%) mempunyai jamban dan

sebanyak 393 rumah (62,88%) tidak mempunyai jamban. Hal ini sesuai dengan

21

Page 22: Mini Project FIX !!!

data kajian PHBS dimana persentase rumah secara nasional sebanyak 39% yang

menggunakan jamban. Sedangkan rumah tangga yang menggunakan jamban sehat

di Provinsi Jawa Barat sedikit di atas rata-rata nasional yaitu 39,6%. Di Provinsi

Sumatera Barat pada tahun 2009 menunjukkan hanya 42,65% rumah tangga di

Sumatera Barat yang memiliki tempat pembuangan tinja sendiri. Pada penelitian

yang dilakukan di Desa Sukamurni Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi

pada tahun 2008, sekitar 46,4% keluarga menggunakan jamban dan 53,6% yang

menyatakan keluarganya tidak menggunakan jamban sebagai sarana buang air

besar (BAB).2,3,5,6

Dari 232 rumah yang memiliki fasilitas pembuangan tinja berupa jamban

terdiri dari beberapa jenis yaitu jamban leher angsa sebanyak 189 (81,47%) ,

jamban leher angsa tanpa septic tank sebanyak 18 (7,76%) , jamban cemplung

sebanyak 25 (10,77%). Sedangkan 393 rumah tidak memiliki fasilitas

pembuangan tinja berupa jamban, rumah tersebut membuang tinjanya dengan cara

buang hajat di empang sebanyak 328 rumah (83,4%), ke parit sebanyak 64 rumah

(16,2%) dan ke tanah (semak-semak) sebanyak 1 rumah (0,25%). Pada penelitian

yang dilakukan di Desa Sukamurni Kecamatan Sukakarya Kabupaten Bekasi

pada tahun 2008, sekitar 46,4% keluarga menggunakan jamban dan 53,6% yang

menyatakan keluarganya tidak menggunakan jamban sebagai sarana buang air

besar (BAB). Keluarga yang tidak menggunakan jamban sebagian besar

menggunakan sungai/kali (55,2%), empang (38,1%), selokan (3,8%) dan

kebun/sawah (2,9%) sebagai tempat BAB.5,6

Adapun berbagai alasan masyarakat tidak mempunyai jamban yaitu

diantaranya karena alasan tidak ada biaya, sebanyak 318 rumah (80,91 %), tidak

adanya air serta biaya sebanyak 67 rumah (17,04 %), tidak ada lahan dan lokasi

yang dekat dengan sungai dengan persentase masing-masing sebanyak 3 rumah

(0,76%). Biaya menjadi kendala yang paling besar bagi masyarakat untuk

memiliki jamban, hal ini disebabkan karena kondisi ekonomi menengah ke

bawah, sesuai dengan ekonomi masyarakat pedesaan pada umumnya.

22

Page 23: Mini Project FIX !!!

Untuk sumber air bersih, hampir sebagian masyarakat menggunakan air gunung,

sebanyak 603 rumah (96,7%), dimana air tersebut disalurkan melalui pipa ke

rumah-rumah ataupun dijemput langsung oleh masyarakat dengan menggunakan

drum air. Hal ini disebabkan karena kondisi geografis Kelurahan Tapian nauli II

yang berupa dataran rendah dan rawa-rawa, sehingga jika menggunakan air sumur

kurang begitu baik kualitasnya. Penggunaan sumur bor masih minimal yaitu

sebanyak 17 rumah (2,7%) . selain itu air galon dan air sungai masing-masing

sebanyak 2 rumah (0,3%).

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian ini, dapat

disimpulkan : 23

Page 24: Mini Project FIX !!!

1. Dari 625 sampel tersebut setelah didata fasilitas pembuangan tinja yang

dimilikinya dijumpai sebanyak 232 rumah (37,12%) mempunyai jamban

dan sebanyak 393 rumah (62,88%) tidak mempunyai jamban. Hasil ini

masih jauh dari target MDGs 2015 dengan target 80% penduduk terakses

oleh jamban keluarga.2,3,4

2. Dari 232 rumah yang mempunyai jamban, terdiri dari jamban leher angsa

sebanyak 189 rumah (81,47%) , jamban leher angsa tanpa septic tank

sebanyak 18 rumah (7,76%) , jamban cemplung sebanyak 25 rumah

(10,77%).

3. Dari 393 rumah yang tidak mempunyai jamban, maka pemilik rumah

tersebut membuang tinjanya dengan cara buang hajat di empang sebanyak

328 rumah (83,4%), ke parit sebanyak 64 rumah (16,2%) dan ke tanah

(semak-semak) sebanyak 1 rumah (0,25%).

4. Alasan masyarakat tidak mempunyai jamban yaitu karena tidak ada biaya

(dana) sebanyak 318 rumah (80,91 %), tidak adanya air serta biaya

sebanyak 67 rumah (17,04 %), tidak ada lahan dan lokasi yang dekat

dengan sungai dengan jumlah masing-masing sebanyak 3 rumah (0,76%)

dan WC rusak sebanyak 1 rumah (0,25%).

5. Untuk sumber air bersih, hampir sebagian besar masyarakat menggunakan

air gunung, sebanyak 603 rumah (96,7%) yang disalurkan melalui pipa

ataupun dijemput langsung. Sumur bor masih minimal yaitu sebanyak 17

rumah (2,7%) , selain itu air galon dan air sungai masing-masing sebanyak

2 rumah (0,3%).

6.2. Saran

1. Perlunya penyuluhan tentang jamban sehat dari pihak terkait baik pihak

Kecamatan ataupun puskesmas kepada masyarakat Kelurahan Tapian

24

Page 25: Mini Project FIX !!!

Nauli II akan pentingnya penggunaan jamban untuk pencegahan berbagai

penyakit

2. Hendaknya ada bantuan dari pemerintah baik dana atau sarana penyaluran

air minum yang bersih ke Kelurahan Tapian Nauli II, karena sumber air

pegunungan selama ini masih banyak kendala, terutama tidak mengalirnya

air.

3. Melakukan tindakan persuatif kepada masyarakat agar mau membangun

jamban di rumah masing-masing.

Daftar Pustaka

1. Tarigan, E. 2007. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi

Keluarga Dalam Penggunaan Jamban Di Kota Kabanjahe Tahun 2007.

Diunduh dari : http://repository.usu.ac.id. Diakses tanggal : 20 April 2015.

2. Sari,M.V., 2011. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kepemilikan

Jamban Keluarga di Pemukiman Nelayan Kenagarian Air Bangis

25

Page 26: Mini Project FIX !!!

Kecamatan Sungai Beremas Kabupaten Pasaman Barat Tahun 2011.

Diunduh dari : http://repository.unand.ac.id. Diakses tanggal : 28 April

2015.

3. Informasi Jamban Sehat. 2009. Water and Sanitation Program .East Asia

and the Pacific (WSP-EAP). Diunduh dari : http://www.stbm-

indonesia.org. Diakses tanggal : 28 April 2015.

4. Profil Kesehatan Indonesia 2004. Departemen Kesehatan Republik

Indonesia. Diunduh dari : http://www.depkes.go.id. Diakses tanggal : 28

April 2015.

5. Otaya. L. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Masyarakat Terhadapa

Penggunaan Jamban Keluarga. Diunduh dari :

http://download.portalgaruda.org. Diakses tanggal : 28 April 2015.

6. Savitri, H. 2012. Studi Pengetahuan Masyratkat Tentang Pemanfaatan

Jamban di Lingkungan III Kelurahan Leato Utara Kecamatan Dumbo

Raya Kota Gorontalo Tahun 2012. Diunduh dari : http://eprints.ung.ac.id.

Diakses tanggal : 28 April 2015.

26