hipertensi mini project

48
Laporan F.7 Mini Project UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI POSYANDU LANSIA TEMENGGUNGAN KELURAHAN PANJANG AMBARAWA Pendamping dr. Dwi Retno S Disusun Oleh dr. Fifiana Dewi Permatasari dr. Jane Chrestella S dr. Kusni Kurnia Putri dr. Nugrogo Jati Dwi N dr. Oktavia Christiani

Upload: fifiana

Post on 11-Dec-2015

317 views

Category:

Documents


63 download

DESCRIPTION

laporan internsip

TRANSCRIPT

Page 1: Hipertensi Mini Project

Laporan

F.7 Mini Project

UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI

POSYANDU LANSIA TEMENGGUNGAN KELURAHAN PANJANG

AMBARAWA

Pendamping

dr. Dwi Retno S

Disusun Oleh

dr. Fifiana Dewi Permatasari

dr. Jane Chrestella S

dr. Kusni Kurnia Putri

dr. Nugrogo Jati Dwi N

dr. Oktavia Christiani

DINAS KESEHATAN KABUPATEN SEMARANG

UPTD PUSKESMAS AMBARAWA

KABUPATEN SEMARANG

2015

Page 2: Hipertensi Mini Project

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : dr. Fifiana Dewi Permatasari

Judul laporan : UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI POSYANDU

LANSIA TEMENGGUAN KELURAHAN PANJANG

AMBARAWA

Ambarawa, 2015

Mengetahui,

Laporan

F.7 Mini Project

UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI

2

Pendamping

dr. Dwi Retno SNIP 19740313 200604 2 017

Peserta

dr. Fifiana Dewi Permatasari

Kepala UPTD Puskesmas Ambarawa

drg. DjuwinartiNIP 19600825 198903 2 002

Page 3: Hipertensi Mini Project

UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI

POSYANDU LANSIA TEMENGGUNGAN KELURAHAN PANJANG

AMBARAWA

Kata Pengantar

Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala

yang kepada-Nya tempat kita bergantung dan memohon pertolongan untuk hari

kemarin, hari ini dan hari esok. Hanya dengan rahmat-Nya kami dapat mengadakan

kegiatan penyuluhan dengan tema “UPAYA PENJARINGAN HIPERTENSI

POSYANDU LANSIA”.

Kegiatan penyuluhan ini dilaksanakan pada 14 November 2014, bertempat di

Posyandu Lansia Temenggungan Kecamatan Ambarawa. Kami harapkan acara ini

dapat menambah wawasan dan pengetahuan kita mengenai pentingnya deteksi dini

Hipertensi pada lansia sehingga dapat meningkatkan kemandirian dan meningkatkan

kualitas hidup lansia.

Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada peserta dan semua pihak atas

partisipasinya dalam acara kami.

Panitia

3

Page 4: Hipertensi Mini Project

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Hipertensi kini menjadi masalah global karena prevalensi yang terus

meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup seperti merokok,

obesitas,aktivitas yang menurun, dan stress psikososial. Hampir di setiap

negara, hipertensi menduduki peringkat pertama sebagai penyakit yang paling

sering dijumpai (WHO, 2000).

Di seluruh dunia, sekitar 972 juta orang atau 26,4% penghuni bumi

mengidap hipertensi dengan perbandingan 26,6% pria dan 26,1% wanita.

Angka ini kemungkinan akan meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari

972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 sisanya

berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia (WHO, 2000).

Penelitian berskala nasional dilakukan oleh perhimpunan hipertensi

Indonesia pada tahun 2002 di Jawa,Sumatra,Kalimantan,Sulawesi dan Bali.

Dari 3080 subjek dewasa umur 40 tahun atau lebih yang berobat pada praktik

dokter, didapatkan prevalensi hipertensi 58,89% dan sebanyak 37,32% pasien

tanpa pengobatan antihipertensi. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)

yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 2004 mendapatkan

prevalensi hipertensi di Pulau Jawa mencapai 41,9%.

4

Page 5: Hipertensi Mini Project

Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang, Hipertensi

menjadi urutan ke-4 dari 10 besar penyakit di Semarang pada tahun 2009.

Kasus hipertensi pada tahun 2009 dikota Semarang terjadi sebanyak 2063

kasus (12,85%). Prevalensi hipertensi pada usia muda dikota Semarang terjadi

sebanyak 164 kasus (6,01%). Dari 164 kasus tersebut, sebanyak 6-10% sudah

mengalami komplikasi seperti penyakit jantung, ginjal dan lain-lain.

Meskipun prevalensinya rendah hal ini bisa saja menjadi masalah kesehatan

yang serius karena akan mengakibatkan komplikasi yang berbahaya jika tidak

terkendali dan tidak diupayakan pencegahan dini faktor-faktor risiko yang

mempengaruhi kejadian hipertensi pada remaja.

Penderita Hipertensi di Indonesia, yang diperiksa di Puskesmas secara

teratut sebanyak 22,8% sedangkan yang tidak teratur sebanyak 77,2%.

Berdasarkan laporan dari Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, kasus

tertinggi hipertensi terdapat di kota Semarang yaitu sebanyak 67,101 kasus

(19,56%). Tertinggi kedua adalah Kabupaten Klaten yaitu sebesar 10,49%

Hipertensi atau tekanan darah tinggi seringkali muncul tanpa gejala,

sehingga disebut sebagai silent killer. Secara global, tingkat prevalensi

hipertensi di seluruh dunia masih tinggi. Lebih dari seperempat jumlah

populasi dunia saat ini menderita hipertensi. Namun sebaliknya, tingkat

kontrol tekanan darah secara umum masih rendah (Bakri, 2008). Kalau saja

hipertensi tidak mengundang segudang risiko komplikasi, barangkali

permasalahannya menjadi lebih sederhana. Masalahnya, tekanan darah di atas

normal yang tidak ditangani dengan baik akan merembet kepada komplikasi

5

Page 6: Hipertensi Mini Project

yang lebih berat. Hipertensi bisa menyebabkan berbagai macam penyakit,

diantaranya ialah penyakit gagal ginjal (Bakri, 2008).

Penyuluhan hipertesi dilakukan didaerah ngamping dikarenakan masih

kurangnya kesadaran masyarakat untuk memeriksakan tekan darahnya ke

pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan 5 pasien

hipertensi, didapatkan sebagian besar dari mereka enggan untuk melakukan

kontrol karena takut untuk memeriksakan penyakitnya ke puskesmas. Hal ini

yang perlu digaris bawahi dari hal tersebut yaitu timbulnya masalah tentang

ketidak teraturan penderita hipertensi dalam melakukan kontrol di pelayanan

kesehatan.

6

Page 7: Hipertensi Mini Project

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. PENGERTIAN

Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90

mmHg.( Smith Tom, 1995 ) Menurut WHO, penyakit hipertensi merupakan

peningkatan tekanan sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg dan atau

tekanan diastolic sama atau lebih besar 95 mmHg ( Kodim Nasrin, 2003 ).

Hipertensi dikategorikan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95 – 104

mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg,

dan hipertensi berat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian

ini berdasarkan peningkatan tekanan diastolic karena dianggap lebih serius dari

peningkatan sistolik.

II. PENYEBABHipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar

yaitu :

1. Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak

diketahui penyebabnya

2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain

Hiperrtensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita hipertensi,

sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun

hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data

penelitian telah menemukan beberapa factor yang sering menyebabkan

terjadinya hipertensi. Factor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Faktor keturunan

7

Page 8: Hipertensi Mini Project

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki

kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

tuanya adalah penderita hipertensi

b. Ciri perseorangan

Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah

umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat ), jenis kelamin (

laki-laki lebih tinggi dari perempuan ) dan ras ( ras kulit hitam

lebih banyak dari kulit putih )

c. Kebiasaan hidup

Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi

adalah konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr ), kegemukan

atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain misalnya merokok,

minum alcohol, minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )

III. PATOFISIOLOGI

Mekanisme yang mengontrol konnstriksi dan relaksasi pembuluh

darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini

bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan

keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.

Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak

ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,

neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf

pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya

noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor

seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhirespon pembuluh darah

terhadap rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive

8

Page 9: Hipertensi Mini Project

terhadap norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal

tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang

pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga

terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal

mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal

mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons

vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan

penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Rennin merangsang

pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu

vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh

korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus

ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua factor ini

cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.

Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural dan fungsional

pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah

yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos

pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan

daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar berkurang

kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh

jantung ( volume sekuncup ), mengakibatkan penurunan curang jantung dan

peningkatan tahanan perifer.

IV. TANDA DAN GEJALA

Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :

1. Tidak ada gejala

Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan peningkatan

tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa.

9

Page 10: Hipertensi Mini Project

Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan

arteri tidak terukur.

2. Gejala yang lazim

Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi meliputi

nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan gejala

terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan

medis.

V. Faktor-faktor Risiko Hipertensi

V.1 Faktor Risiko yang Tidak Dapat Dikontrol

1). Usia

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya usia

maka risiko hipertensi menjadi lebih tinggi. Insiden hipertensi yang makin meningkat

dengan bertambahnya usia, disebabkan oleh perubahan alamiah dalam tubuh yang

mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada usia kurang

dari 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian

prematur.18

Semakin bertambahnya usia, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi

dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50%

di atas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan

darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia.

2). Jenis kelamin

Faktor jenis kelamin berpengaruh pada terjadinya penyakit tidak menular tertentu

seperti hipertensi, di mana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan

wanita dengan rasio sekitar 2,29 mmHg untuk peningkatan darah sistolik.

Wanita dipengaruhi oleh beberapa hormon termasuk hormon estrogen yang

melindungi wanita dari hipertensi dan komplikasinya termasuk penebalan dinding

pembuluh darah atau aterosklerosis. Arif Mansjoer mengemukakan bahwa pria dan

10

Page 11: Hipertensi Mini Project

wanita menopause memiliki pengaruh sama pada terjadinya hipertensi.8 Ahli lain

berpendapat bahwa wanita menopause mengalami perubahan hormonal yang

menyebabkan kenaikan berat badan dan tekanan darah menjadi lebih reaktif terhadap

konsumsi garam, sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan darah. Terapi hormon

yang digunakan oleh wanita menopause dapat pula menyebabkan peningkatan

tekanan darah.23

3). Riwayat keluarga

Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar

empat kali lipat. Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah

satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang

hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua

orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit

tersebut sebesar 60%.1

V.2 Faktor Risiko yang Dapat Dikontrol

1). Konsumsi garam

Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam patogenesis hipertensi.

Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Orang-orang peka natrium

akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan retensi cairan dan

peningkatan tekanan darah.9 Garam memiliki sifat menahan cairan, sehingga

mengkonsumsi garam berlebih atau makan-makanan yang diasinkan dapat

menyebabkan peningkatan tekanan darah.21

Pengaruh asupan garam terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan

volume plasma, curah jantung dan tekanan darah. 22,26

Sumber natrium yang juga perlu diwaspadai selain garam dapur adalah penyedap

masakan atau monosodium glutamat (MSG) yang mempertinggi risiko terjadinya

hipertensi.14

2). Konsumsi Lemak

11

Page 12: Hipertensi Mini Project

Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh berkaitan dengan peningkatan berat badan

yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko

aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah.

Penggunaan minyak goreng lebih dari satu kali pakai dapat merusak ikatan kimia

pada minyak, dan hal tersebut dapat meningkatkan pembentukan kolesterol yang

berlebihan sehingga dapat menyebabkan aterosklerosis dan hal yang memicu

terjadinya hipertensi dan penyakit jantung.8,24

3). Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab

rokok mengandung nikotin. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar

adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh

darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang

lebih tinggi.20

Tembakau memiliki efek cukup besar dalam peningkatan tekanan darah karena dapat

menyebabkan penyempitan pembuluh darah. Kandungan bahan kimia dalam

tembakau juga dapat merusak dinding pembuluh darah.21,25

Karbon monoksida dalam asap rokok akan menggantikan ikatan oksigen dalam darah.

Hal tersebut mengakibatkan tekanan darah meningkat karena jantung dipaksa

memompa untuk memasukkan oksigen yang cukup ke dalam organ dan jaringan

tubuh lainnya.20

Merokok juga diketahui dapat memberikan efek perubahan metabolik berupa

peningkatan asam lemak bebas, gliserol, dan laktat yang menyebabkan penurunan

kolesterol High Density Lipid (HDL), serta peningkatan Low Density Lipid (LDL)

dan trigliserida dalam darah. Hal tersebut akan meningkatkan risiko terjadinya

hipertensi dan penyakit jantung koroner.25

5). Obesitas

Obesitas merupakan suatu keadaan di mana indeks massa tubuh lebih dari atau sama

dengan 30. Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa

sebab. Makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan

untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume

12

Page 13: Hipertensi Mini Project

darah yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat sehingga tekanan pada

dinding arteri menjadi lebih besar.21

Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin

dalam darah. Peningkatan kadar insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan

air.17 Kincaid-Smith mengusulkan bahwa obesitas dan sindrom resistensi insulin

berperan utama dalam patogenesis gagal ginjal pada pasien hipertensi atau disebut

juga nephrosclerosis hypertension.27

Obesitas dapat menyebabkan hipertensi dan penyakit kardiovaskular melalui

mekanisme pengaktifan sistem renin-angiotensin-aldosteron, peningkatkan aktivitas

simpatis, peningkatan aktivitas procoagulatory, dan disfungsi endotel. Selain

hipertensi, timbunan adiposa abdomen juga berperan dalam patogenesis penyakit

jantung koroner, sleep apnea, dan stroke.27,28

6). Kurangnya aktifitas fisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak

aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang

lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap

kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula

tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer

yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.21

Studi epidemiologi membuktikan bahwa olahraga secara teratur dapat menurunkan

tekanan darah sekitar 6-15 mmHg pada penderita hipertensi.25

VI. Komplikasi Hipertensi

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh, baik secara langsung

maupun tidak langsung. Beberapa penelitian menemukan bahwa penyebab kerusakan

organ-organ tersebut dapat melalui akibat langsung dari kenaikan tekanan darah pada

organ, atau karena efek tidak langsung, antara lain adanya autoantibodi terhadap

reseptor angiotensin II, stress oksidatif, down regulation, dan lain-lain.6

1). Otak

13

Page 14: Hipertensi Mini Project

Stroke merupakan kerusakan target organ pada otak yang diakibatkan oleh hipertensi.

Stroke timbul karena perdarahan, tekanan intra kranial yang meninggi, atau akibat

embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi. Stroke

dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri di otak mengalami hipertropi

atau penebalan, sehingga aliran darah ke daerah-daerah tersebut akan berkurang.

Arteri-arteri di otak yang mengalami arterosklerosis melemah sehingga meningkatkan

kemungkinan terbentuknya aneurisma.20

2). Kardiovaskular

Infark miokard dapat terjadi apabila arteri koroner mengalami arterosklerosis atau

apabila terbentuk trombus yang menghambat aliran darah yang melalui pembuluh

darah tersebut, sehingga miokardium tidak mendapatkan suplai oksigen yang cukup.

Kebutuhan oksigen miokardium yang tidak terpenuhi menyebabkan terjadinya

iskemia jantung, yang pada akhirnya dapat menjadi infark.12

Beban kerja jantung akan meningkat pada hipertensi. Jantung yang terus-menerus

memompa darah dengan tekanan tinggi dapat menyebabkan pembesaran ventrikel kiri

sehingga darah yang dipompa oleh jantung akan berkurang yang akhirnya dapat

menimbulkan komplikasi gagal jantung kongestif.29

3). Ginjal

Penyakit ginjal kronik dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kepiler ginjal dan glomerolus. Kerusakan glomerulus akan

mengakibatkan darah mengalir ke unit-unit fungsional ginjal, sehingga nefron akan

terganggu dan berlanjut menjadi hipoksia dan kematian ginjal. Hal tersebut terutama

terjadi pada hipertensi kronik.12

4). Retinopati

Tekanan darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah pada

retina. Makin tinggi tekanan darah dan makin lama hipertensi tersebut berlangsung,

maka makin berat pula kerusakan yang dapat ditimbulkan. Kelainan lain pada retina

yang terjadi akibat tekanan darah yang tinggi adalah iskemik optik neuropati atau

14

Page 15: Hipertensi Mini Project

kerusakan pada saraf mata akibat aliran darah yang buruk, oklusi arteri dan vena

retina akibat penyumbatan aliran darah pada arteri dan vena retina. Penderita

hypertensive retinopathy pada awalnya tidak menunjukkan gejala, yang pada

akhirnya dapat menjadi kebutaan pada stadium akhir.30

VII. Penatalaksanaan Hipertensi

Tujuan penatalaksanaan hipertensi adalah menurunkan morbiditas dan

mortalitas kardiovaskular, mencegah kerusakan organ, dan mencapai target tekanan

darah < 130/80 mmHg dan 140/90 mmHg untuk individu berisiko tinggi dengan

diabetes atau gagal ginjal.6

VII.1 Penatalaksanaan Non Farmakologis

Penatalaksanaan non farmakologis dalam penanganan hipertensi adalah dengan

memodifikasi gaya hidup. Pada hipertensi derajat I, pengobatan secara non

farmakologis dapat mengendalikan tekanan darah sehingga pengobatan farmakologis

tidak diperlukan atau pemberiannya dapat ditunda. Jika obat antihipertensi

diperlukan, pengobatan non farmakologis dapat dipakai sebagai pelengkap untuk

mendapatkan hasil pengobatan yang lebih baik.17 Modifikasi gaya hidup yang

dianjurkan dalam penanganan hipertensi antara lain :

1). Mengurangi berat badan bila terdapat kelebihan (BMI ≥ 27)

Penerapan pola makan seimbang dapat mengurangi berat badan dan menurunkan

tekanan darah. Berdasarkan hasil penelitian eksperimental, pengurangan BB sekitar

10 kg menurunkan tekanan darah 2-3 mmHg per kg berat badan.4,20

2). Olahraga dan aktifitas fisik

Olahraga isotonik seperti berjalan kaki, jogging, berenang dan bersepeda berperan

dalam penurunan tekanan darah. Aktivitas fisik yang cukup dan teratur membuat

jantung lebih kuat dan dapat memompa darah lebih banyak dengan usaha minimal,

sehingga gaya yang bekerja pada dinding arteri akan berkurang. Hal tersebut berperan

pada penurunan Total Peripher Resistance yang bermanfaat dalam menurunkan

tekanan darah.20

3). Mengurangi asupan garam

15

Page 16: Hipertensi Mini Project

Pembatasan asupan garam sampai 60 mmol per hari atau dengan kata lain konsumsi

garam dapur tidak lebih dari seperempat sampai setengah sendok teh garam per hari.

Penderita hipertensi dianjurkan menggunakan mentega bebas garam dan menghindari

makanan yang sudah diasinkan. Pedoman diet merekomendasikan orang dengan

hipertensi harus membatasi asupan garam kurang dari 1.500 miligram sodium

sehari.31,32

4). Diet rendah lemak jenuh

Lemak dalam diet meningkatkan risiko terjadinya aterosklerosis yang berkaitan

dengan kenaikan tekanan darah, sehingga diet rendah lemak jenuh atau kolesterol

dianjurkan dalam penanganan hipertensi.

5). Diet tinggi serat

Serat banyak terdapat pada makanan karbohidrat seperti kentang, beras, singkong dan

kacang hijau, serta sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat berfungsi mencegah

penyakit tekanan darah tinggi karena serat kasar mampu mengikat kolestrol maupun

asam empedu dan selanjutnya membuang bersama kotoran.

6). Tidak merokok

Tekanan darah akan turun secara perlahan dengan berhenti merokok. Selain itu

merokok dapat menyebabkan obat yang dikonsumsi tidak bekerja secara optimal.20

9). Istirahat yang cukup

Istirahat merupakan suatu kesempatan untuk memperoleh energi sel dalam tubuh.

Istirahat dapat dilakukan dengan meluangkan waktu. Yang dimaksudkan dengan

istirahat adalah usaha untuk mengembalikan stamina tubuh dan mengembalikan

keseimbangan hormon dalam tubuh.

VII.2 Penatalaksanaan Farmakologis

Penatalaksanaan dengan obat antihipertensi bagi sebagian besar pasien dimulai

dengan dosis rendah kemudian ditingkatkan secara titrasi sesuai dengan umur,

kebutuhan, dan usia. Dosis tunggal lebih diprioritaskan karena kepatuhan lebih baik

dan lebih murah. Sekarang terdapat obat yang berisi kombinasi dosis rendah dua obat

16

Page 17: Hipertensi Mini Project

dari golongan berbeda yang terbukti memberikan efektivitas tambahan dan

mengurangi efek samping. Jenis-jenis obat antihipertensi untuk terapi farmakologis

hipertensi yang dianjurkan oleh JNC VII yaitu diuretika (terutama jenis Thiazide atau

Aldosteron Antagonist), beta blocker, calsium channel blocker, angiotensin

converting enzyme inhibitor, dan angiotensin II receptor blocker. Diuretika biasanya

menjadi tambahan karena meningkatkan efek obat yang lain. Jika tambahan obat

kedua dapat mengontrol tekanan darah dengan baik minimal setelah satu tahun, maka

dicoba untuk menghentikan obat pertama melalui penurunan dosis.4,6

BAB III

METODE

A. Sasaran

Sasaran pada penyuluhan dan penjaringan ini adalah lansia di Kelurahan

Temenggungan

B. Pelaksanaan

1. Tanggal : 14 November 2014

2. Waktu : 08.00 WIB – 13.30 WIB

17

Page 18: Hipertensi Mini Project

3. Tempat : Posyandu Lansia Temenggungan

4. Peserta : Peserta merupakan kader, dan peserta posyandu

5. Metode : Ceramah dan pemeriksaan

6. Kegiatan : Screening Hipertensi dan Penyuluhan

C. Tahap Pelaksanaan Kegiatan

Selasa, 11 November 2014

09.00-09.10 Pembukaan

09.10-11.00 Pemeriksaan status gizi, tanda vital, gula darah, dan

mocaina

11.00-11.20 Materi I

Hidup Sehat dan Bahagia di Usia Senja

dr. Jane Chrestella Sudijono

11.20-11.40 Materi II

Hubungan Diabetes Melitus dan Fungsi Kognitif

dr. Oktavia Christiani Surbakti

11.40-12.00 Materi III

Hipertensi dan Penanganannya

dr. Fifiana Dewi Permatasari

12.00-12.10 Pembagian snack dan istirahat

12.10-12.30 Materi IV

Gangguan Kognitif pada Lansia

dr. Kusni Kurnia Putri

12.30-12.50 Materi V

Status Gizi yang Ideal bagi Lansia

dr. Nugroho Jati

12.50-13.00 Penutup

D. Hasil dokumentasi dan pelaksanaan

18

Page 19: Hipertensi Mini Project

Gambar1. Pemberian penyuluhan mengenai hipertensi

Gambar 2. Pengukuran dan pencatatan tekanan darah

19

Page 20: Hipertensi Mini Project

BAB IV

HASIL

A. Profil Komunitas Umum

Berdasarkan laporan program pembinaan usia lanjut Puskesmas Ambarawa,

jumlah sasaran usia lanjut (usila) di kecamatan Ambarawa wilayah kerja

Puskesmas Ambarawa yaitu lansia 3.160 jiwa dan lansia resiko tinggi 3255

jiwa, lansia terdiri dari 1.458 laki-laki dan 1.702 perempuan, lansia resiko

tinggi terdiri dari 1.319 laki-laki dan 1.936 Perempuan.

B. Data Geografis

Puskesmas Ambarawa terletak di Kecamatan Ambarawa, Kabupaten

Semarang, Propinsi Jawa Tengah. Luas wilayah kerja 28.22 km2. Terdiri dari 8

kelurahan dan 2 desa yaitu Kelurahan Kranggan, Kelurahan Lodoyong,

Kelurahan Kupang, Kelurahan Panjang, Kelurahan Ngampin, Kelurahan Pojok

sari, Kelurahan Tambak boyo, Kelurahan Baran, Desa Bejalen dan Desa

Pasekan.

20

Page 21: Hipertensi Mini Project

Tabel. Data Umum Geografis Puskesmas Ambarawa

NO DESA RW RT

1 KRANGGAN 8 22

2 LODOYONG 6 36

3 KUPANG 13 64

4 PANJANG 10 52

5 NGAMPIN 6 29

6 POJOK SARI 5 21

7 BEJALEN 2 10

8 TAMBAKBOYO 8 30

9 BARAN 8 31

10 PASEKAN 9 30

JUMLAH 75 325

Tabel. Data Umum Luas Wilayah Kerja Puskesmas Ambarawa

KODE

DESA

NAMA DESA /

KELURAHAN

LUAS WILAYAH

( km2 )

01 KRANGGAN 0.23

02 LODOYONG 1.13

03 KUPANG 1.89

04 PANJANG 2.09

05 NGAMPIN 3.04

06 POJOK SARI 3.02

07 BEJALEN 4.71

08 TAMBAK BOYO 1.89

09 BARAN 2.63

10 PASEKAN 7.59

JUMLAH 28.22

21

Page 22: Hipertensi Mini Project

Puskesmas Ambarawa terletak di kecamatan Ambarawa, tepatnya di Desa

Kupang, dengan batas sebagai berikut :

- Sebelah utara : Kec. Bandungan, Kabupaten Semarang

- Sebelah selatan : Kec. Banyubiru, Kabupaten Semarang

- Sebelah timur : Kec. Bawen, Kabupaten Semarang

- Sebelah barat : Kec. Jambu, Kabupaten Semarang

Visi

- Gambaran masyarakat Wilayah Kerja UTPD Puskesmas Ambarawa masa

depan yang ingin dicapai oleh segenap komponen masyarakat melalui

pembangunan kesehatan UPTD Puskesmas Ambarawa adalah :

“MENYEHATKAN MASYARAKAT”.

Misi

- Misi mencerminkan peran, fungsi dan kewenangan seluruh jajaran organisasi

kesehatan perlu dilaksanakan oleh penanggung jawab dan pelaksana program

secara teknis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan

di wilayah kerja UPTD Puskesmas Ambarawa.

Jumlah Karyawan

PNS : 26

PTT : 4

PHL : 1

Wiyata Bakti : 3

C. Data Demografik

Terdapat 8 desa dan 2 kelurahan di kecamatan Ambarawa dimana total

penduduk yaitu 58.767 jiwa, jumlah rumah tangga 17.070 jiwa, rata-rata jiwa

per rumah tangga 3,44 dan kepadatan penduduk per km2 2082,46. Jumlah

penduduk kelurahan Kranggan 2.834 jiwa, kelurahan Lodoyong 6.573 jiwa,

kelurahan Kupang 13.959 jiwa, kelurahan Panjang 8.685 jiwa, kelurahan

Ngampin 5.123 jiwa, kelurahan Pojok Sari 2.621 jiwa, desa Bejalen 1.449 jiwa,

kelurahan Tambak Boyo 5.487 jiwa, kelurahan Baran 5.917 jiwa dan desa

22

Page 23: Hipertensi Mini Project

Pasekan 6.117 jiwa. Dari data diatas yang paling banyak penduduknya adalah

di kelurahan Kupang, kemudian kelurahan Panjang dan yang ketiga adalah

kelurahan Lodoyong.

D. Sumber Daya Kesehatan

Di Puskesmas Ambarawa sendiri terdapat 2 orang dokter umum, 1 orang dokter

gigi, 12 orang bidan desa yang tersebar di PKD 9 desa di wilayah kerja

puskesmas Ambarawa serta 5 orang perawat dan 1 laboran. Jumlah Karyawan

PNS : 26

PTT : 4

PHL : 1

Wiyata Bakti : 3

E. Sarana Pelayanan Kesehatan

Di kecamatan Ambarawa tersebar beberapa sarana pelayanan kesehatan

meliputi 1 rumah sakit umum, 1 rumah sakit bersalin, 1 puskesmas non

perawatan, 1 puskesmas keliling, 2 puskesmas pembantu, 2 rumah bersalin, 9

klinik/balai pengobatan, 27 pratik dokter perorangan, 14 praktik pengobatan

tradisional, 79 posyandu, 13 apotek, 1 toko obat dan 3 industri kecil obat

tradisional.

Bb/tb;100

F. Data Kesehatan Masyarakat (primer)

No Nama Umur BB TBIMT Tekanan

Darah1 Ny. Trimah 65 120/802 NySupiyah 74 100/603 Ny. Kjayatun 70 130/704 Ny.Sri Dayati 43 120/705 Ny. Sri Utami 41 140/806 Ny. Ari 53 140/707 Ny. Titik 60 160/1008 Ny. Whani 53 110/709 Ny. Ninik 52 130/8010 Ny. Sujiarsih 54 150/10011 Tn. Tarmuji 84 130/8012 Ny. Idhijah 54 100/60

23

Page 24: Hipertensi Mini Project

13 Ny. Leginem 61 120/8014 Ny. Roliyah 77 140/8015 Ny, Mahirun 61 100/6016 Ny. Muryoto 67 150/10017 Ny. Parwati 65 180/12018 Ny.Siti Amaroh 49 110/7019 Ny. Saltiwi 74 130/7020 Ny. Mujanah 80 130/8021 Ny. Lilik Kustami 79 160/8022 Ny. Saodah 83 100/6023 Ny. Hj. Tarwiyah 67 110/7024 Ny. Kartimin 48 170/9025 Ny. Sri Sumari 70 100/6026 Ny. Tari 43 100/6027 Ny. Veronica. S 54 110/8828 Ny. Tumini 66 120/9029 Ny. Sumini Rebo 72 130/8030 Ny. Sumini Tasmin 67 140/10031 Ny. Partini 66 130/8032 Ny. Sri Murtiati 71 150/10033 Ny. Muryati 67 100/6034 Tn. Rajimin 77 120/7035 Tn. Ngadimun 69 130/8036 Tn. Masiman 75 110/6037 Tn. Wibowo 71 110/6038 Ny. Sami 64 130/8039 Ny. Pujiati 57 160/10040 Ny. Susanti 62 120/7041 Ny. Kusmi 63 170/10042 Ny. Sri Yamtini 61 200/11043 Ny. Riwayati 69 130/7044 Ny. Rodiah 59 100/6045 Ny. Rohmiyati 80 120/8046 Ny. Sulastri 75 110/6047 Tn. Mulyanto 52 90/6048 Ny. Nurkesih 46 130/8049 Ny. Emi 84 150/9050 Tn. Mahirun 67 140/9051 Ny. Caecila 64 140/60Tabel. Penjaringan umur, berat badan, tinggi badan, indeks massa tubuh, tekanan

darah dan status gula darah sewaktu di posyandu lansia Temenggungan tanggal 14

November 2014

24

Page 25: Hipertensi Mini Project

Dari tabel diatas didapatkan gambaran secara deskriptif jumlah lansia

yang mengikuti kegiatan posyandu lansia Temenggungan adalah 51 jiwa, dengan

total seluruhnya adalah 7 laki-laki dan 44 perempuan. Dapat juga dilihat bahwa status

gizi hipertensi didapatkan pada 35,29% (18 orang) dari peserta. Dari data yang

didapatkan presentase hipertensi cukup tinggi.

BAB V

PEMBAHASAN

1. Monitoring

Monitoring yang dilakukan dengan menggunakan kartu monitoring.

Dimana setiap orang yang melakukan pemeriksaan, semuanya di catat dalam

kartu monitoring, sehingga para petugas kesehatan bisa mengkontrol dari

kartu monitoring ini.

Monitoring dilakukan dengan pengukuran vital sign, berat badan,

lemak tubuh dan lemak perut. Selain itu, dilakukan pula perhitungan body

mass index (BMI) atau IMT.

Pendekatan kepada peserta dilakukan melalui penyuluhan dan diskusi,

terlihat bahwa peserta tampak antusias dan lebih leluasa bertanya kepada

narasumber. Setelah diadakan penyuluhan ini, peserta tampak lebih paham

25

Page 26: Hipertensi Mini Project

mengenai hipertensi dan diharapkan kedepannya semakin memperlihatkan

tanda-tanda bahaya yang mungkin timbul sehingga tidak terlambat

mendapatkan penanganan di instalansi kesehatan.

2. Evaluasi

Dari hasil kegiatan penyeluhan terkait hipertensi dapat di evaluasi dengan

menanyakan pertanyaan dibahah ini:

1. Mengapa perlu melakukan pemeriksaan berkala terhadap tekanan darah?

Jawab :

Hipertensi merupakan penyakit yang dapat memberikan gejala maupun

tidak. Pada pasien yang memiliki risiko tinggi hipertnsi sebaiknya rutin

memeriksakan tekanan darah. Hipertensi dapat bermanifestasi serius pada

jantung, ginjal, otak, dan organ tubuh lainnya, bahkan dapat menyebabkan

kematian.

26

Page 27: Hipertensi Mini Project

BAB V

DISKUSI

1. Pembahasan

Pada lanjut usia terdapat peningkatan insidensi penyakit tidak menular yang

merupakan penyakit degeneratif, penyakit gangguan metabolisme, dan psikososial.

Menurut riskesdas tahun 2007 terdapat tujuh masalah kesehatan yang paling banyak

pada lansia yaitu penyakit 62,9%, hipertensi 63,5%, katarak 41,9%, stroke 31,9%,

jantung 19,2%, gangguan emosional 23,2%, dan diabetes mellitus 3,4%.

Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai pentingnya melakukan

pemeriksaan kesehatan menjadi salah satu factor tingginya prevalensi penurunan

kualitas kesehatan di masa senja. Pentingnya menjaga kesehatan sejak dini dngan

melakukan control kesehatan berkala dan pola hidup sehat perlu digalakkan oleh

petugas kesehatan.

2. Pemberian Penyuluhan

Tujuan dari pemberian penyuluhan adalah pengetahuan bagi masyarakat.

Pengetahuan merupakan hasil “tahu”, dan ini terjadi setelah orang melakukan

27

Page 28: Hipertensi Mini Project

pengindraan terhadap objek tertentu. Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang

sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior). Karena dari

pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan

lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan.

Ada beberapa langkah/ proses sebelum orang mengadopsi perilaku baru.

Pertama adalah awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari stimulus

tersebut. Kemudian dia mulai tertarik (interest). Selanjutnya, orang tersebut akan

menimbang-nimbang baik atau tidaknya stimulus tersebut (evaluation). Setelah itu,

dia akan mencoba melakukan apa yang dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada tahap

akhir adalah adoption, berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya. Dengan mendapatkan informasi yang benar, diharapkan lansia mendapat

bekal pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat sehingga

dapat mencegah terjadinya penyakit-penyakit tidak menular sedangkan bagi yang

sudah menderita dapat menurunkan risiko terjadinya progresivitas penyakit dan

terjadinya komplikasi.

28

Page 29: Hipertensi Mini Project

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Hipertensi meningkat seiring peningkatan jumlah usia.

2. Masih kurangnya kesadaran dan kemauan masyarakat untuk rutin

memeriksakan kesehatan, terutama tekanan darah ke pusat kesehatan

terdekat. Minimnya pengetahuan masyarakat mengenai faktor risiko

hipertensi. Hal ini menyebabkan kesadaran masyarakat untuk

memeriksakan tekanan darah secara rutin ketenaga kesehatan masih

kurang.

3. Penerapan pola hidup sehat pada lansia dapat mencegah dan mengatasi

penyakit hipertensi pada lansia di wilayah kerja puskemas Ambarawa.

29

Page 30: Hipertensi Mini Project

B. Saran

1. Tenaga kesehatan dan kader proaktif untuk mengajak masyarakat

berkunjung ke posyandu lansia sehingga secara rutin dapat mendeteksi

secara dini penyakit-penyakit tidak menular pada lansia.

2. Lansia yang menderita hipertensi dirujuk ke puskesmas untuk dilakukan

penanganan lebih lanjut.

3. Tenaga kesehatan dan kader secara kontinyu memberikan penyuluhan

tentang penerapan pola hidup sehat pada lansia.

30

Page 31: Hipertensi Mini Project

DAFTAR PUSTAKA

1. Sheldon G. Sheps. Mayo Clinic Hipertension (Terjemahan). Jakarta: Intisari Mediatama; 2005. p: 26, 158.

2. Brashers, Valentina. 2004. Aplikasi Klinis Patofisiologi: Pemeriksaan & Manajemen, Ed 2 (Terjemahan). Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

3. Anggraini, dkk. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008 [internet]. c2009 [cited 2011 Oct 7]. Available from: http://yayanakhyar.files.wordpress.com/2009/

4. Arif Mansjoer, dkk. Kapita Selekta Kedokteran Jilid I : Nefrologi dan Hipertensi. Jakarta: Media Aesculapius FKUI; 2001. p: 519-520.

5. Hendi. Hipertensi dan Rosella [internet]. c2008 Feb 21 [cited 2011 Oct 7]. Available from: http://rohaendi.blogspot.com/2008/02/hipertensi-dan-rosella.html

6. M. Yogiantoro. Hipertensi Esensial. Jakarta: Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006. p: 599-601.

7. Leny Gunawan. Hipertensi : Tekanan darah tinggi. Yogyakarta: Percetakan Kanisus; 2001.

8. Aris Sugiarto. Faktor-faktor Risiko Hipertensi Grade II pada Masyarakat (Studi Kasus di Kabupaten Karanganyar) [internet]. c2007 [cited 2011 Oct 7]. p: 29-50, 90-126. Available from: http://eprints.undip.ac.id/

9. WHO. Regional Office for South-East Asia. Department of Sustainable Development and Healthy Environments. Non Communicable Disease : Hypertension [internet]. c2011 [cited 2011 Nov 22]. Available from: http://www.searo.who.int/

10. Nurlaely Fitriana. Hipertensi pada Lansia [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 18]. Available from: http://nurlaelyn07.alumni.ipb.ac.id/author/

11. Made Ary Puspita Sari, IGAA Wulan Kristiana, dan Ni L. Pt. Mutiara Ayu K. Gambaran Faktor-faktor Determinan pada Pasien Hipertensi di Desa Sudimara Kecamatan Tabanan, Kabupaten Tabanan Mei 2010 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 8. Available from: http:// dc252.4shared.com/doc/

12. E.J. Corwin. Buku Saku Patofisiologi (Terjemahan) [monograph online]. Jakarta: EGC; 2001 [cited 2011 Nov 24]. p: 694. Available from: http://books.google.com/books/

31

Page 32: Hipertensi Mini Project

13. Sutin Saleh. Hubungan antara Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi pada Pasien di Ruang Inap di RSUP MM Dunda Limboto Kabupaten Gorontalo Tahun 2009 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 10-40. Available from: http://dc252.4shared.com/doc/4ce64UhQ/preview.html.

14. I Made Astawan. Cegah Hipertensi dengan pola makan. IPB [internet]. c2011 [cited 2011 Nov 22]. Available from: http://indonesiamedia.com/

15. Adriansyah. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Ketidakpatuhan Pasien Penderita Hipertensi pada Pasien Rawat Jalan di RSU H. Adam Malik Medan [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 9-16. Available from: http://repository.usu.ac.id/

16. Chris O’Callaghan. At a Glace : Sistem Ginjal (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga; 2010. p: 78-80.

17. H.H. Gray, K.D.Dawkins, J.M.Morgan, I.A. Simpson, Kardiologi : Lecture Notes Ed 4 (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005.

18. Anggie Hanifa. Prevalensi Hipertensi Sebagai Penyebab Penyakit Ginjal Kronik Di Unit Hemodialisis RSUP H.Adam Malik Medan Tahun 2009 [internet]. c2010 [cited 2011 Nov 22]. p: 4-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/

19. Kaplan M. Norman. Measurenment of Blood Pressure and Primary Hypertension: Pathogenesis in Clinical Hypertension: Seventh Edition. Baltimore, Maryland USA: Williams & Wilkins; 1998. p: 28-46.

20. Lam Murni BR Sagala. Perawatan Penderita Hipertensi di Rumah oleh Keluarga Suku Batak dan Suku Jawa di Kelurahan Lau Cimba Kabanjahe [internet]. c2011 [cited 2012 Feb 9]. p: 10-13. Available from: http://repository.usu.ac.id/

21. Mayo Clinic Staff. High Blood Pressure (Hypertension) [internet]. c2012 Jan [cited 2012 Jan 29]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/high-blood-pressure/risk-factors/

22. Adhil Basha. Hipertensi : Faktor Resiko dan Penatalaksanaan Hipertensi [internet]. c2008 [cited 2011 Nov 26]. Available from: http://pjnhk.go.id/

23. Sandhya Pruthi. Menopause and High Blood Pressure [internet].c2010 Nov [cited 2011 Nov 26]. Available from: http://www.mayoclinic.com/health/

24. Ali Khomsan. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; 2003. p: 88-96.

32

Page 33: Hipertensi Mini Project

25. Efendi Sianturi. Strategi Pencegahan Hipertensi Esensial Melalui Pendekatan Faktor Risiko di RSU dr. Pirngadi Kota Medan [internet]. c2004 [cited 2011 Nov 26]. p: 10-64, 91. Available from: http://repository.usu.ac.id/

26. Yulia. Faktor-faktor Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Sering Medan Tembung Tahun 2010 [internet]. c2011 [cited 2012 Feb 9]. p: 13-17. Available from: http://repository.usu.ac.id/

27. Krzysztof Narkiewicz. Obesity and Hypertension [internet]. c2005 [cited 2011 Dec 26]. Available from: http://ndt.oxfordjournals.org.

28. Stritzke J, Markus MP, Duderstadt S. Obesity is The Main Risk factor for Left Atrial Enlargement during Aging. The MONICA/KORA (Monitoring of Trends and Determinations in Cardiovascular Disease/Cooperative Research in the Region of Augsburg) Study. J Am Coll Cardiol [internet]. c2009 Nov [cited 2011 Dec 23]. Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/

29. Ashwini Ambekar. Hypertensive Cardiovascular Disease [internet]. c2008 [cited 2011 Dec 24]. Available from: http://www.articleswave.com/

30. Franklin W. Lusby, David Zieve. Hypertensive Retinopathy [internet]. c2010 [cited 2011 Dec 27]. Available from: http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/

31. Bramius Mikail dan Asep Candra. Cara Mudah urunkan Tekanan Darah [internet]. c2011 [cited 2012 Feb 19]. Available from: http://health.kompas.com/

32. Suhardjono. Mengapa Wanita Lebih Kebal Terhadap Hipertensi [internet]. c2012 [cited 2012 Feb 29]. Available from: http://www.penyakit.infogue.com/

33