mini project dhf

42
BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Demam berdarah dengue sering ditemukan di negara-negara tropis dan non tropis. Data yang telah dihimpun, Asia merupakan benua yang paling banyak penderita demam berdarah dengue. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1968 sampai 2009, Indonesia merupakan negara dengan kasus demam berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara (Depkes, 2010). Sedangkan menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia jumlah kasus demam berdarah dengue di Indonesia sebanyak 150.000 kasus (Puspitasari, Reni, et.al, 2011). Di Jawa Tengah sendiri demam berdarah dengue telah menginfeksi sebanyak 7.144 jiwa pada tahun 2005 (Gama, Azizah, et. al., 2010). Angka kematian demam berdarah dengue di jawa tengah sebanyak 181 kasus. Sejak tahun 1968 jumlah kasus demam berdarah di Indonesia terjadi peningkatan jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang endemis, dari 2 provinsi dan 2 kota menjadi 37 (97%) dan 382 (77%) kabupaten/kota pada tahun 2009 (Depkes, 2010). Di wilayah kerja Puskesmas Batang I yang terdiri dari 5 kelurahan/desa sejak tahun 2009- 2014 telah terjadi 162 kasus demam berdarah yang

Upload: wildan-moulddiana-ar

Post on 14-Dec-2015

87 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

LAPORAN KASUS BESAR DHF INTERNSIP

TRANSCRIPT

Page 1: Mini Project DHF

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Demam berdarah dengue sering ditemukan di negara-negara tropis

dan non tropis. Data yang telah dihimpun, Asia merupakan benua yang paling

banyak penderita demam berdarah dengue. Menurut WHO (World Health

Organization) sejak tahun 1968 sampai 2009, Indonesia merupakan negara

dengan kasus demam berdarah dengue tertinggi di Asia Tenggara (Depkes,

2010). Sedangkan menurut Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

jumlah kasus demam berdarah dengue di Indonesia sebanyak 150.000 kasus

(Puspitasari, Reni, et.al, 2011). Di Jawa Tengah sendiri demam berdarah

dengue telah menginfeksi sebanyak 7.144 jiwa pada tahun 2005 (Gama,

Azizah, et. al., 2010). Angka kematian demam berdarah dengue di jawa

tengah sebanyak 181 kasus. Sejak tahun 1968 jumlah kasus demam berdarah

di Indonesia terjadi peningkatan jumlah provinsi dan kabupaten/kota yang

endemis, dari 2 provinsi dan 2 kota menjadi 37 (97%) dan 382 (77%)

kabupaten/kota pada tahun 2009 (Depkes, 2010). Di wilayah kerja Puskesmas

Batang I yang terdiri dari 5 kelurahan/desa sejak tahun 2009-2014 telah

terjadi 162 kasus demam berdarah yang terdiri dari 39 kasus di Proyonanggan

Tengah , 50 kasus di Proyonanggan Selatan, 24 kasus di Proyonanggan Utara,

40 kasus di Sambong, dan 9 kasus di Kecepak. Dengan angka kematian

sebanyak 8 kasus. Kelurahan Proyonanggan Tengah dan Selatan menempati

posisi teratas angka kejadian demam berdarah dengue.

Menurut Llyod yang dikutip oleh Supartha, penyakit demam berdarah

dengue berakibat luas terhadap kerugian material maupun moral seperti

pengobatan dan biaya rumah sakit, produktivitas kerja berkurang, bagi daerah

setempat terjadi penurunan pendapatan dari sektor pariwisata akibat

pemberitaan yang buruk terhadap daerah tersebut, dan akibat yang paling

berat adalah kematian (Supartha, 2008)

Page 2: Mini Project DHF

Demam berdarah dengue merupakan penyakit infeksi yang serius,

tetapi pencegahan penyakit demam berdarah dapat dicegah hanya dengan

pemberantasan sarang nyamuk. Pemberantasan sarang nyamuk dianggap

pencegahan yang paling efektif karena aman, mudah dan murah serta nilai

keberhasilannya paling tinggi apabila dilakukan secara serentak dan

berkesinambungan. Meskipun begitu masih banyak masyarakat yang tidak

peduli atau belum mengetahui informasi tentang pemberantasan sarang

nyamuk.

II. Pernyataan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka permasalahan yang diajukan

yakni apakah dengan memberikan penyuluhan pemberantasan sarang nyamuk

dapat menurunkan angka rumah dengan positif jentik nyamuk di Kelurahan

Proyonanggan Tengah dan Selatan?

III. Tujuan

Kegiatan ini bertujuan untuk mengurangi angka rumah dengan positif

jentik nyamuk.

IV. Manfaat

Manfaat kegiatan ini adalah:

1. Menurunnya jumlah rumah dengan positif jentik nyamuk.

2. Mengurangi populasi nyamuk aedes aegypthi di Proyonanggan Tengah

dan Selatan.

3. Menggalakkan kegiatan pemberantasan sarang nyamuk.

4. Mengurangi angka kejadian demam berdarah dengue.

Page 3: Mini Project DHF

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi dan Etiologi

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit infeksi yang

disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk betina

Aedes Aegypti dan Aedes albopictus yang telah terinfeksi oleh virus dengue

dari penderita penyakit DBD sebelumnya. Kedua nyamuk Aedes ini tersebar

luas di rumah-rumah serta tempat umum di seluruh wilayah Indonesia, kecuali

pada tempat-tempat yang ketinggiannya lebih dari 1000 meter di atas

permukaan air laut. 11

2.2 Epidemiologi

Dengue Haemorrhagic Fever (DHF) atau disebut juga Demam

Berdarah Dengue (DBD), sejak ditemukan pertama kali pada tahun 1968 yaitu

di DKI Jakarta dan tahun 1969 di Surabaya sampai sekarang, seringkali

menyebabkan kematian dan menyebar hampir ke seluruh wilayah Indonesia.

Di Indonesia, jumlah kasus menunjukkan kecenderungan meningkat, baik

dalam jumlah maupun luas wilayah yang terjangkit secara sporadik dan selalu

terjadi kejadian luar biasa (KLB) pada setiap tahunnya. Dalam kurun waktu 4

tahun yaitu pada tahun 2007-2010, kasus DBD di Indonesia meningkat tiap

tahunnya. Terdapat dua puncak epidemik di tahun 2007 terdapat 158.115

kasus dan 2009 terdapat sekitar 158.912 kasus. Pada tahun 2008 terdapat

Page 4: Mini Project DHF

137.469 kasus (Insiden Rate = 59,02 per 100.000 penduduk) dan tahun 2010

mencapai sekitar 140.000 kasus. 3

Beberapa faktor diketahui berkaitan dengan peningkatan transmisi virus dengue yaitu 9 :

1. Vektor : perkembangbiakan vektor, kebiasaan menggigit,

kepadatan vektor di lingkungan, transportasi vektor dari satyu tempat

ke tempat lain.

2. Penjamu : terdapatnya penderita di lingkungan / keluarga, mobilisasi

dan paparan terhadap nyamuk, usia dan jenis kelamin.

3. Lingkungan : curah hujan, suhu, sanitasi dan kepadatan penduduk.

Berbagai faktor kependudukan berpengaruh pada peningkatan dan

penyebaran kasus DBD, antara lain 8 :

1. Pertumbuhan penduduk yang tinggi

2. Urbanisasi yang tidak terencana dan tidak terkendali

3. Tidak efektifnya kontrol vektor nyamuk yang efektif di daerah

endemis

4. Peningkatan sarana transportasi

2.3 Cara Penularan

Penularan virus dengue terjadi melalui gigitan nyamuk yang termasuk

subgenus Stegomya yaitu nyamuk Aedes aegypti dan Ae. albopictus sebagai

vektor primer dan Ae. polynesiensis, Ae.scutellaris serta Ae (Finlaya) niveus

sebagai vektor sekunder, selain itu juga terjadi penularan transexsual dari

nyamuk jantan ke nyamuk betina melalui perkawinan serta penularan

transovarial dari induk nyamuk ke keturunannya. Ada juga penularan virus

Page 5: Mini Project DHF

dengue melalui transfusi darah seperti terjadi di Singapura pada tahun 2007

yang berasal dari penderita asimptomatik. Dari beberapa cara penularan virus

dengue, yang paling tinggi adalah penularan melalui gigitan nyamuk Ae.

aegypti. Masa inkubasi ekstrinsik (di dalam tubuh nyamuk) berlangsung

sekitar 8-10 hari, sedangkan inkubasi intrinsik (dalam tubuh manusia) berkisar

antara 4-6 hari dan diikuti dengan respon imun.11

Ciri fisik nyamuk yang menularkan penyakit DBD dengan nama Ae.

aegypty adalah sebagai berikut 8:

1. Berwarna hitam dengan loreng putih (belang-belang berwarna putih)

di sekujur tubuh nyamuk.

2. Bisa terbang hingga radius 100 meter dari tempat menetas.

3. Nyamuk betina membutuhkan darah setiap dua hari sekali.

4. Nyamuk betina menghisap darah pada pagi hari dan sore hari.

5. Senang hinggap di tempat gelap dan benda tergantung di dalam

rumah.

6. Hidup di lingkungan rumah, bangunan dan gedung.

7. Nyamuk bisa hidup sampai 2-3 bulan dengan rata-rata 2 minggu.

Tempat yang biasa dijadikan tempat bertelur (berkembang biak)

adalah di tempat yang tergenang air bersih dalam waktu lama seperti bak

mandi, vas bunga, kaleng bekas, pecahan botol, penampungan air, lubang

wc, talang air, dan lain sebagainya. Air kotor seperti got, air keruh, air

empang, genangan yang berhubungan langsung dengan tanah, dan lain

Page 6: Mini Project DHF

sebagainya bukan tempat yang cocok bagi nyamuk Ae. aegypty untuk

bertelur. 8

2.4 Faktor Risiko Terjadinya DBD

Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian DBD

Menurut Sari (2005) menyatakan bahwa faktor- faktor yang terkait dalam

penularan DBD pada manusia adalah 12:

1. Kepadatan penduduk, lebih padat lebih mudah untuk terjadi penularan

DBD, oleh karena jarak terbang nyamuk diperkirakan 50 meter.

2. Mobilitas penduduk, memudakan penularan dari suatu tempat ke

tempat lain.

3. Kualitas perumahan, jarak antar rumah, pencahayaan, bentuk rumah,

bahan bangunan akan mempengaruhi penularan. Bila di suatu rumah

ada nyamuk penularnya maka akan menularkan penyakit di orang yang

tinggal di rumah tersebut, di rumah sekitarnya yang berada dalam jarak

terbang nyamuk dan orang-orang yang berkunjung kerumah itu.

4. Pendidikan, akan mempengaruhi cara berpikir dalam penerimaan

penyuluhan dan cara pemberantasan yang dilakukan.

5. Penghasilan, akan mempengaruhi kunjungan untuk berobat ke

puskesmas atau rumah sakit.

6. Mata pencaharian, mempengaruhi penghasilan

7. Sikap hidup, kalau rajin dan senang akan kebersihan dan cepat tanggap

dalam masalah akan mengurangi resiko ketularan penyakit.

Page 7: Mini Project DHF

8. Perkumpulan yang ada, bisa digunakan untuk sarana PKM

9. Golongan umur, akan memperngaruhi penularan penyakit. Lebih

banyak golongan umur kurang dari 15 tahun berarti peluang untuk

sakit DBD lebih besar.

10. Suku bangsa, tiap suku bangsa mempunyai kebiasaannya masing-

masing, hal ini juga mempengaruhi penularan DBD.

11. Kerentanan terhadap penyakit, tiap individu mempunyai kerentanan

tertentu terhadap penyakit, kekuatan dalam tubuhnya tidak sama dalam

menghadapi suatu penyakit, ada yang mudah kena penyakit, ada yang

tahan terhadap penyakit.

Sedangkan faktor yang dianggap dapat memicu kejadian DBD adalah :

1. Lingkungan. Perubahan suhu, kelembaban nisbi, dan curah hujan

mengakibatkan nyamuk lebih sering bertelur sehingga vektor penular

penyakit bertambah dan virus dengue berkembang lebih ganas. Siklus

perkawinan dan pertumbuhan nyamuk dari telur menjadi larva dan

nyamuk dewasa akan dipersingkat sehingga jumlah populasi akan

cepat sekali naik. Keberadaan penampungan air artifisial/ kontainer

seperti bak mandi, vas bunga, drum, kaleng bekas, dan lain-lain akan

memperbanyak tempat bertelur nyamuk. Penelitian oleh Ririh dan

Anny (2005) tentang “Hubungan Kondisi Lingkungan, Kontainer, dan

Perilaku Masyarakat dengan Keberadaan Jentik Nyamuk Aedes

Aegypti di Daerah Endemis Surabaya” menunjukkan bahwa ada

Page 8: Mini Project DHF

hubungan antara kelembaban, tipe kontainer, dan tingkat pengetahuan

masyarakat terhadap keberadaan jentik nyamuk Aedes Aegypti.

2. Perilaku. Kurangnya perhatian sebagian masyarakat terhadap

kebersihan lingkungan tempat tinggal, sehingga terjadi genangan air

yang menyebabkan berkembangnya nyamuk. Kurang baik perilaku

masyarakat terhadap PSN (mengubur, menutup penampungan air),

urbanisasi yang cepat, transportasi yang makin baik, mobilitas manusia

antar daerah, kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan

lingkungan, dan kebiasaan berada di dalam rumah pada waktu siang

hari. 12

2.5 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi virus dengue dapat bersifat asimtomatik,

atau dapat berupa demam yang tidak khas, demam dengue, demam

berdarah dengue atau sindrom syok dengue (SSD). Pada umummya

pasien mengalami fase demam selama 2-7 hari, yang diikuti oleh fase

kritis selama 2-3 hari. Pada fase kritis, pasien sudah tidak demam, akan

tetaapi mempunyai risiko untuk terjadi renjatan bila tidak mendapat

pengobatan yang adekuat. 15

Pasien DBD dapat menunjukkan manifestasi klinis berupa batuk,

pilek, mual, muntah , nyeri tenggorokan, nyeri perut, nyeri otot atau

tulang, nyeri kepala, diare kejang atau kesadaran menurun. Gejala ini

juga dijumpai pada berbagai penyakit infeksi penyakit virus arau bakteri

Page 9: Mini Project DHF

lainnya yang menyerang tubuh sehingga seringkali terjadi kesalahan

diagnosis. 15

2.6 Diagnosis

Penegakkan diagnosis DBD saat ini yaitu dengan menggunakan

kriteria WHO 1997. Berdasarkan kriteria WHO 1997 diagnosis DBD

ditegakkan bila semua hal di bawah ini dipenuhi 16 :

1. Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari biasanya bifasik.

2. Terdapat minimal 1 manifestasi perdarahan berikut: uji bendung

positif; petekie, ekimosis, atau purpura; perdarahan mukosa;

hematemesis dan melena.

3. Trombositopenia (jumlah trombosit <100.000/ ml).

4. Terdapat minimal satu tanda- tanda kebocoran plasma sebagai berikut:

a. Peningkatan hematokrit >20% dibandingkan standar sesuai

umur dan jenis kelamin.

b. Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,

dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya.

c. Tanda kebocoran plasma seperti: efusi pleura, asites,

hipoproteinemia, hiponatremia.

Terdapat 4 derajat spektrum klinis DBD (WHO, 1997), yaitu:

1. Derajat 1: Demam disertai gejala tidak khas dan satu-satunya

manifestasi perdarahan adalah uji torniquet.

2. Derajat 2: Seperti derajat 1, disertai perdarahan spontan di kulit dan

perdaran lain.

Page 10: Mini Project DHF

3. Derajat 3: Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan

lemah, tekanan nadi menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi,

sianosis di sekitar mulut kulit dingin dan lembab, tampak gelisah.

4. Derajat 4: Syok berat, nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak

terukur.

Bila tanda dan gejala sudah cukup jelas, maka pemeriksaan

laboratorium lain untuk konfirmasi diagnosis secara umum mungkin

tidak diperlukan.

Sebagai tanggapan dari proses ini, akan terjadi sekresi mediator

vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas

pembuluh darah, sehingga mengakibatkan keadaan hipovolemia dan

syok. 8

2.7 Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium meliputi kadar hemoglobin, kadar

hematokrit, jumlah trombosit, dan hapusan darah tepi untuk melihat

adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru (sejak

hari ke 3). Trombositopenia umumnya dijumpai pada hari ke 3-8 sejak

timbulnya demam. Hemokonsentrasi dapat mulai dijumpai mulai hari ke

3 demam. 8

Pada DBD yang disertai manifestasi perdarahan atau kecurigaan

terjadinya gangguan koagulasi, dapat dilakukan pemeriksaan hemostasis

(PT, APTT, Fibrinogen, D-Dimer, atau FDP). Pemeriksaan lain yang

Page 11: Mini Project DHF

dapat dikerjakan adalah albumin, SGOT/SGPT, ureum/ kreatinin. Untuk

membuktikan etiologi DBD, dapat dilakukan uji diagnostik melalui

pemeriksaan isolasi virus, pemeriksaan serologi atau biologi molekular.

Di antara tiga jenis uji etiologi, yang dianggap sebagai baku emas adalah

metode isolasi virus. Namun, metode ini membutuhkan tenaga

laboratorium yang ahli, waktu yang lama (lebih dari 1–2 minggu), serta

biaya yang relatif mahal. Oleh karena keterbatasan ini, seringkali yang

dipilih adalah metode diagnosis molekuler dengan deteksi materi genetik

virus melalui pemeriksaan reverse transcriptionpolymerase chain

reaction (RT-PCR). Pemeriksaan RT-PCR memberikan hasil yang lebih

sensitif dan lebih cepat bila dibandingkan dengan isolasi virus, tapi

pemeriksaan ini juga relatif mahal serta mudah mengalami kontaminasi

yang dapat menyebabkan timbulnya hasil positif semu. Pemeriksaan

yang saat ini banyak digunakan adalah pemeriksaan serologi, yaitu

dengan mendeteksi IgM dan IgG-anti dengue. Imunoserologi berupa IgM

terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke 3 dan

menghilang setelah 60-90 hari. Pada infeksi primer, IgG mulai terdeteksi

pada hari ke 14, sedangkan pada infeksi sekunder dapat terdeteksi mulai

hari ke 2. 8

Salah satu metode pemeriksaan terbaru yang sedang berkembang

adalah pemeriksaan antigen spesifik virus Dengue, yaitu antigen

nonstructural protein 1 (NS1). Antigen NS1 diekspresikan di permukaan

sel yang terinfeksi virus Dengue. Masih terdapat perbedaan dalam

Page 12: Mini Project DHF

berbagai literatur mengenai berapa lama antigen NS1 dapat terdeteksi

dalam darah. Sebuah kepustakaan mencatat dengan metode ELISA,

antigen NS1 dapat terdeteksi dalam kadar tinggi sejak hari pertama

sampai hari ke 12 demam pada infeksi primer Dengue atau sampai hari

ke 5 pada infeksi sekunder Dengue. Pemeriksaan antigen NS1 dengan

metode ELISA juga dikatakan memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang

tinggi (88,7% dan 100%). Oleh karena berbagai keunggulan tersebut,

WHO menyebutkan pemeriksaan deteksi antigen NS1 sebagai uji dini

terbaik untuk pelayanan primer. 8

Pemeriksaan radiologis (foto toraks PA supine dan lateral

dekubitus kanan) dapat dilakukan untuk melihat ada tidaknya efusi

pleura, terutama pada hemitoraks kanan dan pada keadaan perembesan

plasma hebat, efusi dapat ditemukan pada kedua hemitoraks. Asites dan

efusi pleura dapat pula dideteksi dengan USG. 8

2.8 Pemberantasan Sarang Nyamuk

Page 13: Mini Project DHF

BAB III

METODE

I. Persiapan

Dalam mempersiapkan kegiatan ini, kami melakukan 3 tahapan yaitu

persiapan alat dan bahan pemeriksaan jentik serta materi penyuluhan,

penentuan sampel, dan penentuan jadwal pemeriksaan jentik nyamuk.

1. Persiapan alat dan bahan pemeriksaan jentik nyamuk serta materi

penyuluhan

Alat dan bahan yang dipakai dalam pemeriksaan jentik adalah:

- Lampu senter

- Ceklist pemeriksaan jentik

- Bubuk abate

Sedangkan materi penyuluhan kami menggunakan media lefleat yang

berisi tentang informasi penyakit demam berdarah dan cara melakukan

pemberantasan sarang nyamuk. Penyuluhan dilakukan dengan cara tatap

muka secara langsung kepada responden yang dilakukan pemeriksaan.

2. Penentuan sampel

Sampel ditentukan 25 rumah untuk tiap kelurahan. Sehingga total sampel

50 rumah dengan perincian 25 rumah dari kelurahan proyonanggan

selatan dan 25 rumah dari kelurahan proyonanggan tengah. Penentuan

area sampel diambil didaerah yang sering terjangkit penyakit demam

berdarah dengue dengan panjang jarak pemeriksaan sekitar 100 meter.

3. Penentuan jadwal pemeriksaan jentik nyamuk

Dalam melaksanakan pemeriksaan jentik kami menjadwalkan untuk

melakukan pemeriksaan jentik sebanyak dua kali, sebelum dan setelah

diberikan intervensi berupa penyuluhan. Jadwal pemeriksaan tersebut

sebagai berikut.

Tabel 1. Jadwal pemeriksaan jentik nyamuk

Page 14: Mini Project DHF

No. Kelurahan Tahap I (sebelum

intervensi)

Tahap II (setelah

intervensi)

1. Proyonanggan

Tengah

11 November 2014 24 November 2014

2. Proyonanggan

Selatan

18 November 2014 1 Desember 2014

II. Pelaksanaan Program

Sesuai dengan jadwal pemeriksaan jentik nyamuk dilaksanakan 2

tahapan, sebelum dan setelah dilakukan intervensi. Pemeriksaan dimulai dari

tanggal 11 November 2014 sampai dengan tanggal 1 Desember 2014.

Pemeriksaan dengan memeriksa bak mandi, vas bunga, tempat penampungan

air, air pembuangan kulkas, dan sebagainya yang dicurigai sebagai tempat

berkembang biaknya nyamuk aedes aegypthi. Setelah didapatkan hasil

kemudian responden diwawancarai untuk diambil datanya serta diberikan

intervensi berupa penyuluhan dan pembagian lefleat. Diakhir pemeriksaan

kami juga memberikan bubuk abate kepada responden. Pada tahap yang

kedua rumah responden dilakukan pemeriksaan kembali untuk dilihat hasil

setelah pemberian intervensi.

III. Pengolahan Data

Setelah didapatkan hasil selanjutnya data diolah untuk dikelompokkan

dan disajikan secara sistematik. Data akan didiskusikan untuk dilakukan

pembahasan dengan anggota kelompok.

Page 15: Mini Project DHF

BAB IV

HASIL

I. Data Geografis

Kelurahan Proyonanggan Tengah berada di Kabupaten Batang

Kecamatan Batang, dengan luas wilayah 723 km2. Wilayah Proyonanggan

Tengah dibatasi oleh Kelurahan Proyonanggan Utara disebelah utara,

Kelurahan Proyonanggan Selatan disebelah selatan, Kelurahan Sambong

disebelah ditimur dan Kelurahan Kauman disebelah Barat.

Sedangkan Kelurahan Proyonanggan Selatan berada di Kabupaten

Batang Kecamatan Batang dengan luas wilayah 831 km2. Wilayah

Proyonanggan Selatan dibatasi oleh Kelurahan Proyonanggan Tengah

disebelah utara, Kelurahan Sambong dan Desa Kecepak disebelah timur,

Kelurahan Kauman disebelah barat dan Kelurahan Pasekaran disebelah

selatan.

II. Data Demografik

Data demografik Kelurahan Proyonanggan Tengah dan Proyonanggan

Selatan sebagai berikut:

No. Kelurahan Jumlah

Penduduk

Jumlah

Rumah

Tangga

Rata-Rata

Jiwa/Rumah

Tangga

Kepadatan

Penduduk

(/km2)

1. Proyonanggan

Tengah

7.779 1.850 4,2 10,76

2. Proyonanggan

Selatan

7.056 1.552 4,55 8,49

Page 16: Mini Project DHF

III. Sumber Daya Kesehatan Yang Ada

Di Kelurahan Proyonanggan Tengah dan Proyonanggan Selatan

(PKM Batang I) terdapat sumber daya kesehatan, berupa:

Dokter umum : 3

Dokter gigi : 1

Bidan : 11

Perawat : 9

Perawat gigi : 1

Apoteker : 1

Analis : 2

Sanitasi : 1

Ahli gizi : 1

Tenaga administrasi : 10

Perawat gigi : 1

IV. Sarana Pelayanan Kesehatan Yang Ada

Sarana pelayanan kesehatan yang ada di Kelurahan Proyonanggan

Tengah dan Proyonanggan Selatan

Puskesmas Induk : 1

Puskesmas Pembantu : 1

Kelurahan Proyonanggan Tengah

Posyandu : 25

Bidan desa : 2

Bidan swasta : -

Dokter swasta : 7

Kelurahan Proyonanggan Selatan

Posyandu : 19

Bidan desa : 2

Bidan swasta : -

Dokter swasta : 2

Page 17: Mini Project DHF

V. Data Kesehatan Masyarakat Primer

1. Karakteristik rumah responden

Grafik 1. Karakteristik responden

05

101520253035404550

Positif Jentik Nyamuk

Negatif Jentik Nyamuk

12 (24%)

1 (2%)

38 (76%)

49 (98%)

Positif Jentik Nyamuk

Negatif Jentik Nyamuk

2. Karakteristik pendidikan responden yang positif jentik nyamuk

Grafik 2. Karakteristik pendidikan responden yang positif jentik nyamuk

2 (17%)

10 (83%)

Pendidikan Tinggi (SMA, Sarjana)Pendidikan Rendah (Tidak Sekolah, SD, SMP)

Page 18: Mini Project DHF

3. Karakteritik keadaan rumah responden yang positif jentik nyamuk

Grafik 3. Karakteritik keadaan rumah responden yang positif jentik

nyamuk

10 (83%)

2 (17%)

Rumah Tidak SehatRumah Sehat

4. Karakteristik kepadatan rumah responden yang positif jentik nyamuk

Grafik 4. Karakteristik kepadatan rumah responden yang positif jentik

nyamuk

4 (33%)

8 (67%)

1 Keluarga Tiap Rumah>1 Keluarga Tiap Rumah

Page 19: Mini Project DHF

5. Karakteristik pengetahuan aktivitas pemberantasan sarang nyamuk

responden yang positif jentik nyamuk

Grafik 5. Karakteristik pengetahuan aktivitas pemberantasan sarang

nyamuk responden yang positif jentik nyamuk

9 (75%)

3 (25%)

Pengetahuan KurangPengetahuan Baik

6. Karakteristik perilaku pemberantasan sarang nyamuk responden yang

positif jentik nyamuk

Grafik 6. Karakteristik perilaku pemberantasan sarang nyamuk

responden yang positif jentik nyamuk

Page 20: Mini Project DHF

1 (8%)

9 (75%)

2 (17%)

Rutin Tiap MingguKadang-KadangTidak Pernah

Page 21: Mini Project DHF

BAB V

PEMBAHASAN

I. Karakteristik rumah responden

Data penelitian menunjukkan bahwa sebelum intervensi

dilakukan angka rumah yang positif terdapat jentik nyamuk sebanyak24

%. Setelah dilakukan intervensi terjadi penurunan menjadi 1%.

II. Karakteristik pendidikan responden yang positif jentik nyamuk.

Data penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan responden

memiliki tingkat pendidikan tinggi sebanyak 17% dan tingkat

pendidikan kurang sebanyak 83%. Untuk lebih mendalami analisis

mengenai tingkat pengetahuan responden maka dilakukan observasi

terhadap tingkat pengetahuan secara spesifik berdasarkan pertanyaan

tentang pengetahuan yang dijawab oleh responden. Hasilnya adalah

secara umum responden telah mengetahui hal – hal yang berhubungan

dengan penyakit DBD dan kegiatan PSN. Responden sudah mengetahui

hal-hal yang berhubungan dengan 3M(menguras, menutup dan

mengubur).

Pengetahuan yang masih kurang terlihat pada pengetahuan tentang

abatisasi dan pengetahuan tentang kejadian DBD (penyebab dan vektor)

serta pengetahuan tentang gejala penyakit DBD.

III. Karakteritik keadaan rumah responden yang positif jentik nyamuk

Berdasarkan survey lingkungan rumah responden masih terdapat

genangan air disekitar rumah pasien. Barang bekas di letakkan

sembarangan di pekarangan. Sumur tidak ditutup. piring dan alat masak

Page 22: Mini Project DHF

kotor dibiarkan begitu saja di tempat cucian yang berada di rumah,

tempat pembuangan air limbah tidak mengalir. Ditemukan jentik nyamuk

pada bak mandi, tandon air, dan penampungan air kulkas.

a. Ventilasi

i. Fungsi ventilasi adalah untuk proses pertukaran aliran

udara dan sinar matahari yang masuk kedalam rumah, agar

kuman tidak berkembang dengan cepat.

ii. Menurut indikator pengawasan rumah, luas ventilasi yang

memenuhi syarat kesehatan adalah 10% luas lantai rumah

dan luas ventilasi yang tidak memenuhi syarat kesehatan

adalah < 10% luas lantai rumah.

b. Kelembaban Udara

i. Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang

terkandung dalam udara yang biasanya dinyatakan dalam

persen. Dalam kehidupan nyamuk kelembaban udara

mempengaruhi kebiasaan meletakkan telurnya. Hal ini

berkaitan dengan nyamuk atau serangga pada umumnya

bahwa kehidupannya ditentukan oleh faktor kelembaban.

Sistem pernafasan nyamuk Aedes aegypti yaitu dengan

menggunakan pipa-pipa udara yang disebut trachea, dengan

lubang pada dinding tubuh nyamuk yang disebut spiracle.

Adanya spirakel yang terbuka lebar tanpa ada mekanisme

pengaturnya, maka pada kelembaban rendah akan

Page 23: Mini Project DHF

menyebabkan penguapan air dalam tubuh nyamuk, dan

salah satu musuh nyamuk dewasa adalah penguapan. Pada

kelembaban kurang dari 60 % umur nyamuk akan menjadi

pendek, tidak bisa menjadi vektor karena tidak cukup

waktu untuk perpidahan virus dari lambung ke kelenjar

ludah.

c. Intensitas Cahaya

i. Cahaya merupakan faktor utama yang mempengaruhi

nyamuk beristirahat pada suatu tempat intensitas cahaya

yang rendah dan kelembaban yang tinggi merupakan

kondisi yang baik bagi nyamuk intensitas cahaya

merupakan faktor terbesar yang mempengaruhi aktivitas

terbang nyamuk, nyamuk terbang apabila intensitas cahaya

rendah (<20 Ft-cd). Larva dari nyamuk Aedes aegypti dapat

bertahan lebih baik di ruangan dalam kontainer yang gelap

dan juga menarik nyamuk betina untuk meletakkan

telurnya. Dalam bejana yang intensitas cahaya rendah atau

gelap rata-rata berisi larva lebih banyak dari bejana yang

intensitas cahanya besar atau terang.

ii. Pada kasus ini sebesar 17% responden memiliki rumah

kategori tidak sehat meliputi ventilasi yang kurang

memadai yang menyebabkan pencahayaan serta pertukaran

udara di rumah kurang baik, pada beberapa rumah memiliki

kelembaban yang cukup tinggi karena lantai terbuat dari

tanah maupun semen. 83 % responden masuk dalam

Page 24: Mini Project DHF

kategori rumah sehat karena memiliki jendela yang dapat

dibuka seluruhnya sehingga udara dan cahaya matahari bisa

masuk dengan baik. Namun pada ventilasi tersebut tidak

ditambahkan dengan kasa jaring yang gunanya untuk

melindungi agar nyamuk ataupun serangga tidak dapat

masuk.

IV. Karakteristik kepadatan rumah responden yang positif jentik

nyamuk

V. Karakteristik pengetahuan aktivitas pemberantasan sarang nyamuk

responden yang positif jentik nyamuk

Upaya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) DBD adalah upaya

untuk memberantas nyamuk Ae aegypti, dilakukan dengan cara:

i. Menguras dengan menggosok tempat-tempat penampungan

air sekurang-kurangnya seminggu sekali yang bertujuan

untuk merusak telur nyamuk, sehingga jentik-jentik tidak

bias menjadi nyamuk atau menutupnya rapat-rapat agar

nyamuk tidak bisa bertelur di tempat penampungan air

tersebut.

ii. Mengganti air vas bunga, perangkap semut, air tempat

minum burung seminggu sekali dengan tujuan untuk

merusak telur maupun jentik nyamuk.

iii. Mengubur atau menyingkirkan barang-barang bekas dan

sampah-sampah lainnya yang dapat menampung air hujan

sehingga tidak menjadi tempat berkemban biaknya nyamuk

Page 25: Mini Project DHF

iv. Mencegah barang-barang/pakaian-pakaianyang

bergelantungan di kamar ruang yang remang-remang atau

gelap. Dengan melakukan kegiatan PSN DBD secara rutin

oleh semua masyarakat maka perkembang biakan penyakit

di suatu wilayah tertentu dapat di cegah atau dibatasi.

Pada kasus ini, 25% koresponden memiliki pengetahuan yang baik

tentang bagaimana cara pemberantasan sarang nyamuk dengan benar.

Sedangkan 75% lainnya memiliki pengetahuan yang rendah tentang cara

pemberantasan sarang nyamuk meliputi tidak mengganti air di dalam vas

dan tempat penampungan air kulkas, serta hanya mengganti air saat

menguras bak mandi.

VI. Karakteristik perilaku pemberantasan sarang nyamuk responden

yang positif jentik nyamuk

Pada kasus ini, hanya 8% koresponden yang rutin melakukan PSN,

75% kadang

Page 26: Mini Project DHF

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

I. Kesimpulan

II. Saran

Page 27: Mini Project DHF

LAMPIRAN

Page 28: Mini Project DHF

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan RI. 2010. Manajemen Demam Berdarah Berbasis

Wilayah. Buletin Jendela Epidemiologi, 2:1-44.

Gama, Azizah, et. al. 2010. Analisis Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah

Dengue Di Desa Mojosongo Kabupaten Boyolali. Eksplanasi, 5:1-9.

Puspitasari, Reni, et. al. 2011. Analisis Spasial Kasus Demam Berdarah di

Sukoharjo Jawa Tengah dengan Menggunakan Index Moran. Skripsi.

Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam, Universitas Sebelas Maret.

Supartha, 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus Demam Berdarah Dengue,

Aedes Aegypthi dan Aedes Albopictus.Fakultas Pertanian. Universitas

Udayana.

Departemen Kesehatan RI, 2010, Profil kesehatan Indonesia tahun 2010,

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012, Profil kesehatan provinsi jawa

tengah tahun 2012. .29-32

Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2012, Profil kesehatan Kota Semarang tahun

2012. p.34-37

Dinas Kesehatan Kota Semarang, Bank data 2013. http//:dinkes-

kotasemarang.go.id/?p=bank_data.

Gibbons RV, Vaughan DW, 2002, Dengue an escalating problem, BMJ

324:1563-6

World health organization, 2001, Prevention and control of dengue and dengue

haemorrhagic fever:comprihensive guidelines p.5-17, New Delhi

Page 29: Mini Project DHF

Hubungan Perilaku Pemberantasan Sarang Nyamuk dan Kebiasaan Keluarga

dengan Angka Kejadian Demam Berdarah di Kecamatan Medan

Perjuangan. Universitas Diponegoro. [available on the internet]

http://www.eprints.undip.ac.id/16497/1/ANTON_SITIO.pdf