mini project obesitas

Upload: pwindarini

Post on 15-Oct-2015

101 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

gambaran pengetahuan remaja sma mengenai obesitas

TRANSCRIPT

BAB 1

PAGE

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MENGENAI DAMPAK OBESITAS PADA KESEHATAN DI SMA MAL IAIN MEDANOleh:PUTRI AINI DAULAYPembimbing : Dr. Sri Wirya NingsihPUSKESMAS GLUGUR DARATMEDAN 2013KATA PENGANTARPuji dan syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini, sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan KKS pada Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Makalah yang berjudul Pencegahan Obesitas pada Orang Dewasa menurut Lima Tingkat Pencegahan Public Health ini, dalam penyelesaiannya penulis telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebasar-besarnya terutama ke pada Ibu Sri Lestari, SP selaku pembimbing, semoga Allah SWT membalas segala amal kebaikan dengan imbalan yang lebih baik. Untuk seluruh bantuan moril dan materil yang diberikan kepada penulis selama di bangku kuliah hingga saat ini.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan tulisan ini. Semoga makalah ini memberi manfaat kepada kita semua.

Medan, Mei 2012

Penulis,

Putri Aini DaulayDAFTAR ISIHalaman

KATA PENGANTAR............................................................................................iiDAFTAR ISI ........................................................................................................iii BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1 1.1 Latar Belakang .........................................................................................1

1.2 Tujuan ......................................................................................................31.3 Manfaat.....................................................................................................3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ...........................................................................4 2.1 Definisi dan Penyebab Obesitas ...............................................................4

2.1.1 Faktor Genetik .......................................................................................4

2.1.2 Faktor lingkungan .................................................................................4

2.2 Prevalensi Obesitas ..................................................................................7

2.3 Diagnosis Obesitas ...................................................................................8

2.4 Komplikasi ...............................................................................................9

2.4.1 Terhadap kesehatan ...............................................................................9

2.4.2 Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskular.................................................92.4.3 Saluran Pernafasan .......................................................................................10

2.4.4 Diabetes Mellitus Tipe-2...............................................................................10

2.4.5 Obstruktive Sleep Apnea ..............................................................................10

2.5 Penatalaksanaan ..............................................................................................112.6 Pencegahan ......................................................................................................12

2.7. Pencegahan menurut Lima Tingkat Pencegahan Public Health......................14BAB 3 KESIMPULAN DAN SARAN ...............................................................183.1 Kesimpulan ......................................................................................................18

3.2 Saran ................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................22 BAB 1PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangObesitas telah menjadi pandemi global di seluruh dunia dan dinyatakan oleh World Health Organization (WHO) sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa. Pada tahun 1998 WHO menyatakan bahwa obesitas merupakan penyebab kematian kedua didunia setelah merokok (Mustofa, 2010; Soegih, 2009). Saat ini berbagai negara di belahan dunia termasuk indonesia menghadapi masalah gizi ganda, dimana di satu sisi permasalahan gizi buruk & kurang belum teratasi muncul permasalahan gizi lebih yaitu Obesitas. Banyak dampak yang timbul akibat adanya obesitas seperti penyakit jantung, diabetes, hiperkolesterol, dll.

Obesitas bukan hanya mengenai orang dewasa tetapi juga dapat terjadi pada anak dan remaja. Berdasarkan penelitian Melnik, dkk 1998 prevalensi obesitas pada anak di New York sebesar 17,8 19,9%. Demikian halnya prefvalensi obesitas pada anak dan remaja usia 6-18 tahun di Bangkok sebesar 14,3% (Suttapreyasri dkk, 1990).

Berdasarkan hasil Riskesdas tahun 2010 prevalensi gizi lebih pada kelompok usia diatas 15 tahun mencapai 19,1%, sedangkan pada remaja umur 16-18 tahun secara nasional yaitu 1,4%. Prevalensi gizi lebih relatif lebih tinggi pada remaja perempuan dibanding remaja laki-laki (perempuan 1,5%, laki-laki 1,3%). Berdasarkan tempat tinggal, prevalensi gizi lebih pada remaja diperkotaan lebih tinggi dibandingkan dipedesaan (perkotaan 1,8%, pedesaan 0,9%) (Laporan Riskesdas, 2010).

Beberapa survei yang dilakukan secara terpisah di beberapa kota besar di Indonesia menunjukkan bahwa prevalensi obesitas pada anak sekolah dan remaja cukup tinggi. Prevalensi obesitas pada anak SD di Denpasar menurut Padmiari (2002) mencapai 15,8%. Sedangkan pada siswa-siswi SLTP di Yogyakarta menunjukkan bahwa 7,8% remaja di perkotaan dan 2% di pedesaan mengalami obesitas. Di Jakarta, prevalensi obesitas pada anak usia 2-5 tahun sebesar 16,1%, di Medan kejadian obesitas pada anak SD adalah 17,75% dengan 60,5% terjadi pada anak laki-laki dan 39,5% pada anak perempuan (Droomers et al, 1995; Hadi, 2005; Sembiring T, 2007). Obesitas merupakan penyakit multifaktorial disebabkan karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan seperti gaya hidup, perilaku makan dan aktivitas fisik. Obesitas disebabkan akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan yang menyebabkan obesitas adalah kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, kebiasaan makan (Nugraha, 2009).

Pengetahuan tentang perilaku makan yang baik merupakan salah satu faktor penting yang dapat mencegah terjadinya obesitas. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti ingin meneliti bagaimana pengetahuan remaja mengenai dampak obesitas pada kesehatan di SMA MAL IAIN Medan. 1.2 Rumusan masalah

Semakin tinggi nya tingkat obesitas pada remaja yang diduga berhubungan dengan ketidaktahuan mengenai dampak obesitas pada kesehatan serta gaya hidup yang sehat.

1.3 Tujuan 1.3.1. Umum :

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja SMA MAL IAIN Medan mengenai dampak obesitas pada kesehatan.1.3.2. Tujuan KhususUntuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja SMA MAL IAIN Medan mengenai pencegahan serta penyakit-penyakit yang dapat diakibatkan oleh obesitas.1.4 Manfaat Berdasarkan tujuan maka disusun manfaat sebagai berikut :

1Pemahaman yang didapat dari penelitian ini akan digunakan sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan untuk meningkatkan promosi kesehatan tentang risiko terjadinya obesitas.

2. Pemahaman mengenai makalah ini digunakan sebagai masukan bagi pihak terkait profesi maupun diluar profesi dalam bidang kesehatan untuk mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang risiko terjadinya obesitas.BAB 2TINJAUAN PUSTAKA2.1 Pengetahuan

2.1.1. Definisi

. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni: indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2003).

2.1.2. Proses Pengetahuan

Suatu perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Hasil penelitian Rogers (1974) dalam Notoatmodjo (2003), mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), didalam diri orang tersebut menjadi proses yang berurutan, yakni:1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).2. Interest (merasa tertarik), dimana orang merasa tertarik terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini sikap subjek sudah mulai timbul.

3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh stimulus.

5. Adoption, di mana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus.

2.1.3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat, yakni (Notoatmodjo, 2003):

1. Tahu (Know)

tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yan telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya. Contoh: dapat menyebutkan tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.2. Memahami (Comprehension)

memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. Misalnya dapat menjelaskan mengapa harus makan-makanan yang bergizi.

3. Aplikasi (Application)

aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistic dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari pengunaan kata-kata kerja: dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada. Misalnya: dapat membandingkan antara anak-anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya wabah diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu-ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut.

3.1. Definisi dan Penyebab Obesitas Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan. Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. Obesitas merupakan penyakit multifaktorial yang diduga bahwa sebagian besar obesitas disebabkan oleh karena interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan, antara lain aktivitas fisik,gaya hidup, sosial ekonomi dan nutrisional yaitu perilaku makan dan pemberian makanan padat terlalu dini pada bayi (Nugraha, 2009).

3.1.1 Faktor genetik Parental fatness merupakan faktor genetik yang berperanan besar.Bila kedua orang tua obesitas, 80% anaknya menjadi obesitas.Bila salah satu orang tua obesitas, kejadian obesitas menjadi 40% dan bila kedua orang tua tidak obesitas, prevalensi menjadi 14% (Mustofa, 2010).

3.1.2 Faktor lingkungan

a. Aktivitas Fisik Aktivitas fisik merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kebutuhan energi, sehingga apabila aktivitas fisik rendah maka kemungkinan terjadinya obesitas akan meningkat. Misalnya pada anak seperti berkurangnya lapangan tempat bermain serta tersedianya hiburan dalam bentuk game elektonik atau playstation dan tontonan televisi (Nugraha, 2009). Anak dengan IMT yang lebih tinggi menghabiskan waktu lebih banyak untuk aktivitas sedentaris, terutama bermain video game , dibandingkan anak dengan IMT lebih rendah (Sarah, 2013). Kurangnya aktivitas fisik inilah yang menjadi penyebab obesitas karena kurangnya pembakaran lemak dan sedikitnya energi yang dipergunakan (Mustofa, 2010). b. Gaya hidup Kecenderungan anak-anak sekarang suka makan fast food yang berkalori tinggi seperti hamburger, pizza, ayam goring dengan kentang goring, es krim, aneka macam mie dan lain-lain (Soetjiningsih, 1995). Dari hasil suatu penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan gizi yang baik belum tentu membuat subjek tidak menyukai makanan cepat saji (Imtihani, 2013).c. Sosial ekonomi Perubahan pengetahuan, sikap, perilaku dan gaya hidup, pola makan, serta peningkatan pendapatan mempengaruhi pemilihan jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi (Syarif, 2003).

d. Nutrisi Peranan faktor nutrisi dimulai sejak dalam kandungan dimana jumlah lemak tubuh dan pertumbuhan bayi dipengaruhi berat badan ibu.Kenaikan berat badan dan lemak anak dipengaruhi oleh waktu pertama kali mendapat makanan padat, asupan tinggi kalori dari karbohidrat dan lemak (Syarif, 2003).

Terjadinya obesitas merupakan dampak dari terjadinya kelebihan asupan energy (energy intake) dibandingkan dengan yang diperlukan (energyexpenditure) oleh tubuh sehingga kelebihan asupan energi disimpan dalam bentuk lemak (Nugraha, 2009).

Makanan merupakan sumber dari asupan energi. Di dalam makanan yang akan diubah menjadi energi adalah karbohidrat, protein dan lemak. Apabila asupan karbohidrat, protein dan lemak berlebih, maka karbohidrat akan disimpan sebagai glikogen dalam jumlah terbatas dan sisanya lemak, protein akan dibentuk sebagai protein tubuh dan sisanya lemak, sedangkan lemak akan disimpan sebagai lemak. Tubuh memiliki kemampuan menyimpan lemak tidak terbatas (Nugraha, 2009).

Faktor-faktor yang berpengaruh dari asupan makanan yang menyebabkan obesitas adalah kuantitas, porsi sekali makan, kepadatan energi dari makanan yang dimakan, kebiasaan makan (Nugraha, 2009). Regulasi dan metabolisme di dalam tubuh terdiri dari dua faktor yaitu controller (otak) dan controlled system/nutrient partitioning yaitu organ lain di luar otak yang berperan dalam menggunakan dan menyimpan energi seperti saluran cerna, liver, otot, ginjal dan jaringan adiposa (Nugraha, 2009)

Otak akan menerima sinyal (input) dari lingkungan ataupun dari dalam tubuh sendiri dalam bentuk menghambat atau mengaktivasi motor sistem dan memodulasi sistem saraf dan hormonal untuk mencari atau menjauhi makanan. Hasil (output) dari sinyal yang diterima oleh otak akan mempengaruhi pemilihan jenis makanan, porsi makan, lama makan, absorpsi serta metabolisme zat gizi di dalam tubuh. Zat gizi tertentu yang secara khusus berpengaruh terhadap otak untuk meningkatkan asupan makanan adalah zat lemak (Nugraha, 2009)

Sinyal neural dan humoral yang mempengaruhi otak diantaranya berasal dari saluran cerna. Saluran cerna diketahui mengeluarkan beberapa peptida yang mempengaruhi asupan makanan diantaranya adalah kolesistokinin, gastrin-releasing peptide, oksintomodulin, neuromedin B dan neuropeptida YY3-36 yang akan mengurangi asupan makanan. Terdapat pula hormom-hormon yang mempengaruhi asupan makanan melalui rangsangan ke otak baik meningkatkan ataupun menurunkan yaitu norepinefrin, serotonin, dopaminin dan histamin. Diantaranya histamin, apabila sekresi histamin berkurang, maka asupan makanan akan meningkat (Nugraha, 2009).

Peptida lain adalah leptin. Leptin terutama disekresi oleh sel adipositi meskipun juga dapat dihasilkan oleh plasenta dan gaster. Leptin akan bekerja pada reseptor leptin di otak yang akan menghambat produksi peptide neuropeptida Y (NPY) dan peptide agouti-related (AGRP) yang merupakan peptin yang poten untuk merangsang makanan. Gangguan pada produksi leptin atau reseptornya akan mengakibatkan keinginan makan yang berlebihan (Nugraha, 2009).

Orang gemuk dapat menjadi resisten terhadap insulin, menyebabkan penambahan insulin dalam sirkulasi.Insulin mengurangi lipolisis dan menambah sintesis dan ambilan lemak (Barness dan Curran, 1999).

3.2 Prevalensi Obesitas Obesitas telah menjadi pandemi global di seluruh dunia dan dinyatakan oleh World HealthOrganization (WHO) sebagai masalah kesehatan kronis terbesar pada orang dewasa (Soegih, 2009).Pada tahun 1998 WHO menyatakan bahwa obesitas merupakan penyebab kematian kedua didunia setelah merokok (Mustofa, 2010).Obesitas kini bukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang lazim ditemukan di negara-negara maju tapi telah merambah ke negara-negara berkembang (Arisman, 2010).

Di Amerika Serikat lebih dari 50% orang dewasa menderita berat badan lebih dan obesitas (Soegih, 2009). Sedangkan, prevalensi obesitas pada anak di New York sebesar 17,8-19,9% (Melnik et al, 1998 dalam Arisman 2010). Prevalensi obesitas pada anak dan remaja usia 6-18 tahun di Bangkok sebesar 14,3% (Suttapreyasri et al, 1990 dalam Arisman 2010).

Prevalensi nasional anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk laki-laki adalah 9,5% sedangkan prevalensi nasional anak usia sekolah (6-14 tahun) gemuk perempuan adalah 6,4%. Sebanyak 16 provinsi mempunyai prevalensi anak usia sekolah gemuk laki-laki di atas prevalensi normal yaitu Aceh, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Papua, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Riau, dan Maluku Utara. Sedangkan prevalensi anak usia sekolah perempuan di atas prevalensi normal sebanyak 17 provinsi yaitu Aceh, Sumatera Utara, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengngkulu, Lampung, Bangka Belitung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Jaa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Maluku dan Papua (Riskesdas, 2007).

Di Indonesia khususnya di Jakarta, prevalensi obesitas pada anak usia 2-5 tahun sebesar 16,1% (Droomers et al, 1995). Penelitian yang dilakukan Soegih dkk (2004) pada 6318 orang pengunjung suatu laboratorium dari berbagai daerah, pekerjaan dan kelompok umur (20 sampai dengan 55 tahun) diperoleh hasil 48,97% pria dan 40,65% wanita mengalami obesitas (Nugraha, 2009).

Penelitian epidemiologi yang dilakukan di daerah sub urban di daerah Koja, Jakarta Utara pada tahun 1982, didapatkan prevalensi obesitas sebesar 4,2%, di daerah Kayu Putih, Jakarta Pusat, yaitu pada tahun 1992, prevalensi obesitas mencapai 17,1% dimana pada laki-laki sebesar 10,9% dan pada perempuan sebesar 24,1%. Pada penelitian epidemiologi di daerah Abadijaya, Depok pada tahun 2001 didapatkan 48,6%, pada tahun 2002 didapat 45% dan tahun 2003 didapat 44% orang dengan berat badan lebih dan obes (Sugondo, 2007)

Bappenas (2004), mengemukakan bahwa dari 4.747 orang siswa/siswi SLTP Yogyakarta dan 2% di Kabupaten Bantul mengalami obesitas.

Hasil penelitian Ariani dan Sembiring (2007) di beberapa sekolah dasar di kota Medan, menunjukkan 17,75% siswa-siswi sekolah dasar mengalami obesitas.

3.3 Diagnosis obesitas Untuk menentukan obesitas pada anak diperlukan kriteria berdasarkan pengukuran antropometri, pada umumnya digunakan:

a. Pengukuran berat badan (BB) dan hasilnya dibandingkan dengan standar. Disebutobesitas bila BB > 120% BB standar, sedangkan disebut overweight bila BB antara 110-120% (Taitz, 1991 dalam Hidayati et al, 2006)

b. Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan petunjuk dasar untuk memantau status gizi, baik yang kekurangan berat badan maupun yang kelebihan berat badan. Pengukuran IMT yaitu berat badan dibagi tinggi badan kwadrat (dalam kilogram per meter persegi). Dikatakan obesitas bila BB/TB2> 30 ( CDC, 2012 ).

Kategori IMT berdasarkan berat badan dibanding tinggi badan, adalah :

Tabel 2.1. Kategori IMT menurut umur dan jenis kelamin Kategori status gizi IMT

Gizi kurang

Gizi normal

Gizi lebih

Obesitas < 18,5

18,5 24,9

25 29,9> 30

Sumber : Centers for Disease Control and Prevention 2012c. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK). Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85 (Suandi, 2010)

3.4 Komplikasi 3.4.1 Terhadap kesehatan Obesitas ringan sampai sedang, morbiditasnya kecil pada masa anak-anak. Tetapi bila obesitas masih terjadi setelah masa dewasa, maka morbiditas dan mortalitasnya akan meningkat (Soetjiningsih, 1995).3.4.2 Faktor Resiko Penyakit Kardiovaskular Faktor risiko ini meliputi peningkatan kadar insulin, trigliserida, LDL (lowdensity lipoprotein) kolesterol, dan tekanan darah sistolik serta penurunan kadar HDL (high density lipoprotein) kolesterol (Soetjiningsih, 2010). IMT mempunyai hubungan yang kuat dengan kadar insulin. Anak dengan IMT > persentile ke 99, 40% diantaranya mempunyai kadar insulin tinggi, 15% mempunyai kadar HDL-kolesterol yang rendah dan 33% dengan kadar trigliserida tinggi (Freedman, 2004). Anak obesitas cenderung mengalami peningkatan tekanan darah dan denyut jantung, sekitar 20-30% menderita hipertensi (Syarif, 2003).

3.4.3 Saluran Pernafasan Pada bayi, obesitas merupakan risiko terjadinya saluran pernafasan bagian bawah, karena terbatasnya kapasitas paru-paru.Adanya hipertrofi dan adenoid mengakibatkan obstruksi saluran nafas bagian atas, sehingga mengakibatkan anoksia dan saturasi oksigen rendah, disebut sindrom Chubby Puffer. Obstruksi ini dapat mengakibatkan gangguan tidur, gejala-gejala jantung dan kadar oksigen dalam darah yang abnormal serta nafas yang pendek (Soetjiningsih, 1995).

3.4.4 Diabetes Mellitus tipe-2 Diabetes Mellitus tipe-2 jarang ditemukan pada anak obesitas (Syarif, 2003).Prevalensi penurunan uji toleransi glukosa pada anak obesitas adalah 25% sedangkan Diabetes Mellitus tipe-2 hanya 4%.Hampir semua anak obesitas dengan Diabetes Mellitus tipe-2 mempunyai IMT > + 3SD atau > persentile ke 99 (Bluher et al, 2004).

3.4.5 Obstruktive Sleep Apnea Sering dijumpai pada anak obesitas dengan kejadian 1/100 dengan gejala mengorok (Syarif, 2003).Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak didaerah dinding dada dan perut yang mengganggu pergerakan dinding dada dan diafragma, sehingga terjadi penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban kerja otot pernafasan. Pada saat tidur terjadi penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang mengatur pergerakan lidah yang menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas intermiten dan menyebabkan tidurgelisah, sehingga keesokan harinya anak cenderung mengantuk dan hipoventilasi. Gejala ini berkurang seiring dengan penurunan berat badan (Kopelman, 2000 dalam Hidayati et al 2006).

3.4.6 Psikologis

daya tarik fisik sangat penting bagi remaja karena daya tarik fisik akan mempengaruhi dukungan sosial, popularitas, dan teman yang didapat oleh remaja. Remaja yang memiliki daya tarik fisik akan lebih disukai dan disenangi oleh teman-temannya. Kesadaran akan adanya reaksi sosial terhadap penampilan dan daya tarik fisik menyebabkan remaja prihatin akan pertumbuhan tubuhnya yang kurang ideal. Berat badan yang berlebihan merupakan salah satu bentuk tubuh yang tidak ideal. Memiliki berat badan yang berlebihan mengganggu sebagian besar anak remaja dan menjadi sumber keprihatinan selama tahun-tahun awal remaja (Simanjuntak, 2007).3.5 Penatalaksanaan Tujuan pengobatan obesitas pada anak adalah menghambat laju kenaikan berat badan yang pesat dan tidak boleh diet terlalu ketat.Sehingga pengaturan dietnya harus dipertimbangkan bahwa anak masih dalam masa pertumbuhan sesuai tingkat usianya (Soetjiningsih, 1995).

Mengingat penyebab obesitas bersifat multifaktor, maka penatalaksanaan obesitasseharusnya dilaksanakan secara multidisiplin dengan mengikut sertakan keluarga dalam proses terapi obesitas. Prinsip dari tatalaksana obesitas adalah mengurangi asupan energi serta meningkatkan keluaran energi, dengan cara pengaturan diet dan peningkatan aktivitas fisik(Syarif, 2003).

a. Pengaturan diet Prinsip pengaturan diet pada anak obesitas adalah diet seimbang sesuai dengan Recommended Dietary Allowance(RDA), hal ini karena anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan (Syarif, 2003). Intervensi diet harus disesuaikan dengan usia anak, derajat obesitas dan ada tidaknya penyakit penyerta. Pada obesitas sedang dan tanpa penyakit penyerta, diberikan diet seimbang rendah kalori dengan pengurangan asupan kalori sebesar 30%. Sedang pada obesitas berat (IMT > 97 persentile) dan yang disertai penyakit penyerta, diberikan diet dengan kalori sangat rendah (very lowcalorie diet) (Kiess et al, 2004). Selain itu, pentingnya memiliki kebiasaan minum sebelum makan dan mengganti konsumsi minuman manis dengan konsumsi air putih dapat menjadi terapi untuk menurunkan berat badan pada remaja obesitas (Prayitno, 2012).Dalam pengaturan diet ini perlu diperhatikan tentang : Menurunkan berat badan dengan tetap mempertahankan pertumbuhan normal Diet seimbang dengan komposisi karbohidrat 50-60%, lemak 20-30% dengan lemak jenuh < 10% dan protein 15-20% energi total serta kolesterol < 300 mg per hari (Syarif, 2003)

Konseling gizi yang intensif dan terstruktur dapat membantu klien dalam mengubah perilaku, dari perilaku yang salah ke perilaku yang benar. Konseling gizi yang dilakukan terhadap remaja obesitas diharapkan dapat merubah pola dan kebiasaan makan yang tinggi energi, tinggi lemak jenuh dan rendah konsumsi serat, serta meningkatkan aktifitas fisik. Penelitian yang dilakukan oleh podojoyo dkk di Palembang, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna untuk asupan makanan dengan berat badan pada remaja overweight dan obesitas setelah dilakukan konseling gizi (Rosita, 2012).b. Pengaturan aktivitas fisik Peningkatan aktivitas fisik mempunyai pengaruh terhadap laju metabolisme.Latihan fisik yang diberikan disesuaikan dengan tingkat perkembangan motorik, kemampuan fisik dan umurnya.Aktivitas fisik untuk anak usia 6-12 tahun lebih tepat yang menggunakan keterampilan otot, seperti bersepeda, berenang, menari dan senam. Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik selama 20-30 menit per hari (Syarif, 2003). Pada anak sampai usia 12 tahun, aktivitas fisik spontan dan pada waktu luang dianjurkan. Pada anak d iatas 12 tahun aktivitas fisik di waktu luang harus lebih dikembangkan sebagai aktivitas olahraga secara terstruktur dan teratur (Adiwinanto, 2008).c. Peran serta orang tua, anggota keluarga, teman dan guru Remaja merupakan kelompok usia yang selalu ingin mencoba hal yang baru, terutama dalam pemilihan makanan. Praremaja lebih mudah menerima pengaruh globalisasi, pengaruh pola makan western dengan tinggi lemak, tinggi energi dan rendah serat menjadi makanan yang menarik (Martalina, 2012). Orang tua menyediakan diet yang seimbang, rendah kalori dan sesuai petunjuk ahli gizi.Anggota keluarga, guru dan teman ikut berpartisipasi dalam program diet, mengubah perilaku makan dan aktifitas yang mendukung program diet (Kiess et al., 2004 dalam Hidayati et al, 2006)

3.6 Pencegahan Pencegahan obesitas pada saat remaja penting diantisipasi sejak bayi.Untuk mencegah obesitas pada masa bayi tersebut, perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini: a. Setiap bayi dianjurkan untuk diberi ASI saja paling sedikit sampai 4-6 bulan

b. Pemberian makanan padat mulai diberikan sekitar 4-6 bulan

c. Penyuluhan tentang kebutuhan diet bayi, percepatan pertumbuhan bayi

d.Biasakan mengukur BB dan TB secara rutin sekali dalam sebulan (menggunakan KMS)

e. Evaluasi kualitas pengasuhan anak, menganjurkan/membiarkan anak bergerak bebas, aktifitas fisik merupakan faktor pencegahan obesitas (Suandi, 2010) Seseorang yang dikatakan obesitas, overweight atau normal, tetap harus mencegah kenaikan berat badan yang tidak baik dan dapat menyebabkan masalah kesehatan. Langkah-langkah pencegahan kenaikan berat badan tidak lain merupakan langkah untuk menurunkan berat badan, dimana di butuhkan olahraga setiap hari, diet yang sehat, dan komitmen jangka panjang untuk mengawasi apa yang dimakan dan diminum.

a. Olahraga secara berkesinambungan. menurut the American College of Sports Medicine, dibutuhkan 150 sampai 250 menit aktivitas moderate-intensity per minggu untuk mencegah kenaikan berat badan. Mis. Jalan cepat dan berenang.

b. Makan-makanan yang sehat. Fokus pada makanan rendah kalori, nutrient-dense foods, seperti buah-buahan, sayur-sayuran. Hindari saturated fat dan kurangi konsumsi gula dan alkohol.

c. Mengetahui dan menghindari food trap yang memicu makan berlebih. Identifikasi situasi yang memicu makanan yang tak terkendali. Coba untuk mempunyai jurnal dan menulis apa yang dimakan, berapa banyak, kapan, apa perasaan yang dirasakan, dan seberapa lapar. Setelah beberapa waktu, maka akan didapat hasil yang akan mengarah ke rencana serta pengembangan strategi pengendalian situasi tersebut dan tetap dapat mengendalikan perilaku makan.

d. Monitor berat badan. Seseorang yang menimbang berat badannya minimal sekali seminggu lebih sukses dalam mempertahankan berat badan. Memonitor berat badan dapat memberitahukan apakah usaha yang telah dilakukan untuk mencegah kenaikan berat badan telah berhasil atau mencegah kenaikan berat badan yang ternyata telah terjadi.

e. Tetap konsisten. Tetap mengikuti program yang telah ada untuk berat badan normal selama seminggu, pada akhir minggu, ataupun saat rekreasi maupun libur sebisa mungkin untuk meningkatkan kemungkinan kesuksesan yang berlaku untuk jangka panjang (Mayoclinic, 2012)CDC sejak tahun 2010 mencanangkan program pencegahan obesitas dengan menyerukan kepada masyarakat untuk mengikuti beberapa hal dibawah ini :

a. Konsumsi lebih banyak buah-buahan dan sayur-sayuran serta mengurangi makanan tinggi kadar lemak dan gula.

b. Konsumsi lebih banyak air putih dibandingkan minuman bergula.

c. Membatasi waktu menonton TV untuk anak anak kurang dari 2 jam setiap harinya dan tidak menempatkan TV di kamar tidur.

d. Mendukung program Ibu Menyusui

e. Mempromosikan peraturan dan program-program di sekolah, tempat kerja, serta komunitas yang membuat jalan untuk menuju sehat adalah jalan yang mudah.

f. Mencoba untuk melakukan 10 menit jalan cepat, 3 kali sehari, 5 hari seminggu.

3.7. Pencegahan menurut Lima Tingkat Pencegahan Public HealthDalam ilmu kesehatan masyarakat dikenal lima tingkat pencegahan penyakit (five levels ofprevention dari Leavel dan Clark :1. Promosi kesehatan (health promotion)

merupakan intervensi atau upaya yang ditujukan kepada perilaku yang kondusif untuk kesehatan, agar individu, kelompok dan masyarakat mempunyai perilaku yang positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan derajat kesehatan. Dalam hal obesitas dapat dilakukan promosi dari berbagai lapisan masyarakat yang dapat berkecimpung dalam edikuasi serta penyuluhan dengan berbagai cara untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai apa itu obesitas, penyebab obesitas, akibat dari obesitas, serta komplikasi yang dapat terjadi karnanya demi membuka wawasan akan bahayanya obesitas. Adapun hal-hal yang bisa dilakukan ialah penyuluhan pada masyarakat, promosi gaya hidup sehat. Penyuluhan pada masyarakat mengenai obesitas dan pada hal ini kepada masyarakat. Dapat diterangkan kepada mereka mengenai apa itu obesitas (berat badan lebih), risiko yang dapat ditimbulkan akibat obesitas, terutama dampaknya pada sistem kardiovaskular. Obesitas dapat menyebabkan berbagai kelainan yang sangat serius baik masalah fisik dan masalah kesehatan mental, mulai dari diabetes, penyakit jantung, infertilitas, dan gangguan psikologis. Komplikasi yang bisa terjadi pada obesitas meliputi hipertensi, penyakit jantung iskemik, diabetis melitus, gangguan pernafasan, kelainan sendi. Sedangkan pengaruh gaya hidup dengan pola atau kebiasaan makan, pemilihan makanan, cara menggunakan energi, serta cara dalam mengelola stres ternyata dapat mempengaruhi terjadinya obesitas. Antara faktor emosi dan selera makan ternyata memiliki hubungan yang erat karena hormon yang dikeluarkan pada saat emosi diduga akan berakibat pada peningkatan metabolisme tubuh sehingga menyebabkan penurunan kadar gula darah dan menimbulkan rasa lapar. Yang perlu diperhatikan juga adalah kebiasaan makan di keluarga. Penderita obesitas ternyata umumnya berasal dari keluarga yang memiliki kebiasaan makan dalam porsi besar, frekuensi makan lebih sering, selalu mempunyai persediaan makanan kecil di dapur, dan sering mengemil di luar waktu makan. Faktor penyebab obesitas akibat faktor genetik memang tak mungkin dihindari, namun masyarakat masih bisa mengubah gaya hidup ke arah yang lebih sehat agar terhindar dari obesitas seperti tidak lupa sarapan setiap pagi, makan makanan yang sehat dan olah raga yang teratur.

2. Perlindungan khusus (specific protection)

Upaya spesifik untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu. Dalam hal obesitas dalam ditngkatkan program-program yang mencanangkan hidup sehat dengan berbagai program olahraga,, mengatur diet sehat, cara menanggulangi stress dan sebagainya. Perlindungan khusus dalam obesitas ini dapat disamakan dengan pencegahan yang telah dikutip melalui Mayo clinic dan CDC di atas. Dimana makanan yang dimakan harus sesuai dengan kebutuhan dan diringi dengan aktivitas tubuh dan olahraga yang teratur. Olahraga tersebut adalah olahraga yang moderate-intensity. Dimana merupakan aktivitas yang meningkatkan denyut jantung seseorang secara perlahan dan membuat orang tersebut merasa hangat, namun tidak membuat orang tersebut kesusahan untuk bernafas.misalnya jalan cepat, bersepeda, menari, berenang, mencuci mobil, berkebun, dan sebagainya. Orang dewasa yang tidak melakukan aktivitas secara regular diharuskan melakukan 30 menit atau lebih moderate-intensity hamper tiap hari selama seminggu. Namun pada seseorang yang telah melakukan olahraga secara teratur dapat menambahkan tiga kali seminggu melakukan latih beban atauo olahraga yang lebih berat minimal 20 menit. Untuk diet sehat, harus didasari food-based dietary guidelines dimana diharuskan banyak makan buah-buahan, sayuran, ikan, karbohidrat. Mengurangi lemak, gula dan makan bergaram. Nutrient-based dietary guideline membutuhkan 10% energi dari protein, 15-30% energi dari lemak,lebih dari 50% energi dari komplexkarbohidrat. Kurangi garam dan alkohol.3. Diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis and prompt treatment)Untuk mengobat dan mengehentikan proses penyakit, menyembuhkan orang sakit dan mencegah terjadinya komplikasi dan cacat. dikarenakan rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan dan penyakit maka sering sulit mendeteksi penyakit-penyakit yang terjadi dimasyarakat. Bahkan kadang-kadang masyarakat sulit atau tidak mau diperiksa dan diobati penyakitnya.Hal ini akan menyebabkan masyarakat tidak memperoleh pelayanan kesehatan yang layak. Dalam hal obesitas bila pasien dating ke praktek dokter maka dapat segeran di lakukan anamnesa, pemerikaan fisik, pemeriksaan penunjang, dan dapat ditegakkan diganosa obesitas yang akan selanjutnya dilakukan pengobatan mencakup program penurunan berat badan dengan segera.

4. Pembatasan cacat (disability limitation)

oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran masyarakat tentang kesehatan dan penyakit maka sering masyarakat tidak melanjutkan pengobatannya sampai tuntas. Dengan kata lain mereka tidak melakukan pemeriksaan dan pengobatan yang komplit terhadap penyakitnya. Pengobatan yang tidak layak dan sempurna dapat mengakibatkan orang yang bersangkutan cacat atau ketidakmampuan. Tahap ini cacat yang terjadi diatasi, terutama untuk mencegah penyakit menjadi berkelanjutan hingga mengakibatkan cacat yang lebih buruk lagi. Dalam hal obesitas, dimana telah terjadi obesitas yang berlanjut kepada komplikasi, maka segera diobati sesuai komplikasi yang terjadi untuk mencegah keadaan yang lebih parah.

5. Rehabilitasi (rehabilitation)

Setelah sembuh dari suatu penyakit tertentu, kadang-kadang orang menjadi cacat. Untuk memulihkan cacatnya tersebut kadang-kadang diperlukan latihan-latihan tertentu. Oleh karena kurangnya pengertian dan kesadaran orang tersebut, ia tidak mau atau segan melakukan latihan-latihan yang dianjurkan. Disamping itu orang yang cacat setelah sembuh dari penyakit, kadang-kadang malu untuk kembali ke masyarakat. Pada proses ini diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan sosial.

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2. Definisi Operasional

1.Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui responden mengenai dampak obesitas. Meliputi definisi, penyebab, faktor resiko, komplikasi, penatalaksanaan, serta pencegaha obesitas.

2.Obesitas adalah peningkatan lemak tubuh yang berlebihan.Obesitas disebabkan adanya keseimbangan energi positif, sebagai akibat ketidak seimbangan antara asupan energi dengan keluaran energi, sehingga terjadi kelebihan energi yang disimpan dalam bentuk jaringan lemak. 3.Alat ukur dalam penelitian adalah kuesioner dengan 20 pertanyaan yaitu 20 pertanyaan untuk pengetahuan.

4.Cara ukurnya yaitu kuesioner yang memiliki makna skor 3 untuk pertanyaan yang dijawab benar, skor 2 untuk pertanyaan yang dijawab salah, skor 1 untuk pertanyaan yang dijawab tidak tahu. Dikategorikan menjadi 3 kelompok yaitu:

1. Baik: jika total nilai yang diperoleh > 75 %

2. Sedang : jika total nilai yang diperoleh 40 75 %

3. Kurang : jika total nilai yang diperoleh < 40

4. Hasil ukur dalam penelitian ini adalah jumlah total skor dari pertanyaan yang diberikan.

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian survey dimana design penelitian berbentuk Deskriptif Cross Sectional untuk mengetahui gambaran pengetahuan remaja mengenai dampak obesitas pada kesehatan di SMA MAL IAIN Medan.4.2. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di SMA MAL IAIN Medan. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September 2013.

4.3. Populasi dan sampel penelitian

4.3.1. Populasi penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid SMA MAL IAIN Medan pada waktu yang telah ditetapkan oleh peneliti berdasarkan kriteria ekslusi dan inklusi sebagai berikut.

1. Kriteria inklusi :

1.1 Bersedia menjadi responden

1.2 Siswa/I SMA MAL IAIN Medan2. Kriteria ekslusi

2.1. Responden dalam keadaan tidak sehat ( jiwa dan raga )

2.2. Bukan Siswa/I SMA MAL IAIN Medan4.3.2. Sampel penelitian

Teknik dalam pengambilan sampel dalam penelitian ini dengan menggunakan randomisasi berstratifikasi (stratified random sampling) yaitu pengambilan sampel anggota populasi yang dilakukan dengan cara membagi remaja SMA berdasarkan tingkatan kelas, yaitu kelas X, XI, XII. Dari setiap tingkatan sampel akan dipilih secara acak. Jumlah sampel pada penelitian ini adalah sebesar 40 orang, hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Roscoe bahwa jumlah sampel minimal untuk sebuah penelitian deskriptif adalah sebesar 30 orang, namun lebih banyak sampel maka akan lebih representatif sampel tersebut untuk mewakili populasinya. Namun, dikarenakan keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti, angka 60 adalah angka yang cukup tepat digunakan dalam penelitian ini.4.4. Pertimbangan etik

Karena peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka sebagai manusia harus dilindungi dengan memperlihatkan prinsip-prinsip dalam pertimbangan etik yaitu: responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah ia bersedia untuk menjadi subjek atau tidak tanpa sanksi apapun, dalam hal ini peneliti juga harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan rinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden, responden juga harus diperlakukan secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian, serta responden juga tidak boleh dideskriminasi jika menolak untuk tidak melanjutkan menjadi subjek penelitian. Responden juga mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya anonimity (tanpa nama) dan confidentiality.

4.5. Teknik pengumpulan data

Ada beberapa prosedur yang dilaksanakan dalam pengumpulan data yaitu: pertama permohonan izin kepada Kepala Sekolah SMA MAL IAIN Medan untuk melakukan penelitian. Peneliti juga melakukan pendekatan kepada calon responden dan menjelaskan tujuan dan prosedur penelitian. Peneliti menanyakan kesediaan responden untuk menjadi subjek dalam penelitian. Setelah itu peneliti membagikan kuesioner pada responden dan menunggu sampai responden selesai mengisi kuesioner (kira-kira kurang dari 10 menit). Lalu peneliti mengecek kelengkapan kuesioner yang diberikan apakah sudah diisi dengan lengkap oleh responden. Bila semua data yang dibutuhkan peneliti telah dikumpulkan, selanjutnya peneliti akan menganalisa data. Kuesioner yang akan diberikan kepada responden akan melewati uji validasi dan uji realibilitas terlebih dahulu. Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur. Dalam uji validitas peneliti akan menggunakan teknik korelasi Product moment yang rumusnya sebagai berikut :

N ( X Y) - ( X Y)aR =

{ N X2 ( X)2 } {N Y 2 - ( Y) 2 }

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan sejauhmana hasil pengukuran tersebut tetap konsisten jika dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama. Menggunakan uji Cronbach ( Cronbach Alpha) dengan rumus sebagai berikut :

k . r

=

1 + ( k 1). R

4.6. Pengolahan dan Analisa data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek nama dan kelengkapan identitas maupun data responden serta memastikan bahwa semua jawaban telah diisi sesuai petunjuk, tahap kedua coding yaitu memberi kode atau angka tertentu pada kuisioner untuk mempermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga processing yaitu memasukkan data dari kuisioner kedalam program komputer dengan menggunakan program SPSS versi 17,0 tahap keempat adalah melakukan cleaning yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada kesalahan atau tidak.BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penilitian dilakukan di SMA MAL IAIN Medan. Sekolah ini merupakan sekolah swasta dengan tingkatan Sekolah Menengah Atas (SMA). Lokasi penelitian ini dilakukan di SMA MAL IAIN Medan yang berlokasi di Kecamatan Medan Timur, kota Medan. Sekolah ini memiliki fasilitas antara lain ruangan kelas dengan jendela, perpustakaan, laboratorium, kantin sekolah, ruang kepala sekolah, dan kantor guru. 5.1.2. Deskripsi Karakteristik responden

Tabel 5.1Distribusi Karakteristik Responden di SMA MAL IAIN MedanKarakteristikFrekuensiPersentase

Umur

15

16

17 Jenis Kelamin1815

273025

45

Laki-laki2542

Perempuan3558

Kelas

X2033

XI

XII10

3016

51

Jumlah60100

Dari tabel Deskripsi Karakteristik responden diatas diketahui bahwa terdapat 30% responden yang berusia 15 tahun, 25% berusia 16 tahun, dan 45% berusia 17 tahun. Untuk karakteristik jenis kelamin diketahui 42% berjenis kelamin laki-laki, dan 58% berjenis kelamin perempuan. Untuk karakteristik kelas responden diketahui bahwa terdapat 33% di kelas X, 16% di kelas XI, 51% di kelas XII.

5.1.3. Pengetahuan

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Definisi ObesitasDefinisi ObesitasFrekuensiPresentase (%)

Benar5591

Salah

Tidak tahu4

172

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai definisi Obesitas sebesar 91% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 9%.

Tabel 5.3Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Penyebab Terjadinya Obesitas pada Remaja Adalah Konsumsi Makanan Tidak Sehat Secara Berlebihan Secara Terus MenerusPenyebab ObesitasFrekuensiPresentase (%)

Benar5388

Salah

Tidak tahu61102

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai penyebab terjadinya obesitas pada remaja adalah konsumsi makanan tidak sehat secara berlebihan secara terus menerus 88% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 12%.

Tabel 5.4Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor terjadinya obesitas Kurangnya aktivitas fisik factor terjadinya obesitasFrekuensiPresentase (%)

Benar4981

Salah

Tidak tahu83136

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai kurangnya aktivitas fisik merupakan faktor terjadinya obesitas sebesar 81% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 19%.Tabel 5.5Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas pada masa remaja akan berdampak buruk pada kesehatan di masa tua saja Obesitas pada remaja berdampak buruk pada kesehatan di masa tua sajaFrekuensiPresentase (%)

Benar4270

Salah

Tidak tahu135219

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai obesitas pada masa remaja akan berdampak buruk pada kesehatan di masa tua saja sebesar 70% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 30%.Tabel 5.6Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas tidak menyebabkan penyakit jantung dan kencing manis Obesitas tidak menyebabkan penyakit jantung dan kencing manisFrekuensiPresentase (%)

Benar4371

Salah

Tidak tahu1071613

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan siswa/siswi mengenai obesitas tidak menyebabkan penyakit jantung dan kencing manis sebesar 71%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 29%.Tabel 5.7Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Menkonsumsi makanan cepat saji sama sehat dengan mengkonsumsi makanan yang diolah sendiri di rumahMenkonsumsi makanan cepat saji sama sehat dengan mengkonsumsi makanan yang diolah sendiri di rumahFrekuensiPresentase (%)

Benar5693

Salah

Tidak tahu3152

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Menkonsumsi makanan cepat saji sama sehat dengan mengkonsumsi makanan yang diolah sendiri di rumah sebesar 93% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 7%.

Tabel 5.8Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Mengkonsumsi makanan dan minuman tinggi gula tidak akan menyebabkan obesitasMengkonsumsi makanan dan minuman tinggi gula tidak akan menyebabkan obesitasFrekuensiPresentase (%)

Benar3863

Salah

Tidak tahu1482314

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai definisi visum et repertum sebesar 63% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 37%.

Tabel 5.9Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas dapat terjadi pada orang yang kurang beraktifitasObesitas dapat terjadi pada orang yang kurang beraktifitasFrekuensiPresentase (%)

Benar5185

Salah

Tidak tahu6

3105

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Obesitas dapat terjadi pada orang yang kurang beraktifitas sebesar 85% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 15%.

Tabel 5.10Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas dapat menimbulkan gangguan psikologis berupa kurangnya rasa percaya diri pada remajaObesitas dapat menimbulkan gangguan psikologis berupa kurangnya rasa percaya diri pada remajaFrekuensiPresentase (%)

Benar4981

Salah

Tidak tahu65109

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Obesitas dapat menimbulkan gangguan psikologis berupa kurangnya rasa percaya diri pada remaja sebesar 81% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 19%.

Tabel 5.11Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas merupakan penyebab kematian kedua didunia setelah merokokObesitas merupakan penyebab kematian kedua didunia setelah merokokFrekuensiPresentase (%)

Benar3660

Salah

Tidak tahu14102317

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Obesitas merupakan penyebab kematian kedua didunia setelah merokok sebesar 60% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 40%.

Tabel 5.12Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Olahraga teratur dapat mencegah obesitas Olahraga teratur dapat mencegah obesitas Frekuensi Presentase (%)

Benar5795

Salah

Tidak tahu2132

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Olahraga teratur dapat mencegah obesitas sebesar 95%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 5%.

Tabel 5.13Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas yang berlama-lama dapat menyebabkan radang pada tulang dan sendi Obesitas yang berlama-lama dapat menyebabkan radang pada tulang dan sendi Frekuensi Presentase (%)

Benar3558

Salah

Tidak tahu520933

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Obesitas yang berlama-lama dapat menyebabkan radang pada tulang dan sendi sebesar 58%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 42%.

Tabel 5.14Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai obesitas dapat memicu stress pada remajaobesitas dapat memicu stress pada remaja Frekuensi Presentase (%)

Benar4270

Salah

Tidak tahu1081614

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai obesitas dapat memicu stress pada remaja sebesar 70%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 30%.

Tabel 5.15Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Kesulitan bernafas bukan merupakan salah satu dampak dari obesitasKesulitan bernafas bukan merupakan salah satu dampak dari obesitas Frekuensi Presentase (%)

Benar4575

Salah

Tidak tahu11418

7

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Kesulitan bernafas bukan merupakan salah satu dampak dari obesitas sebesar 75%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 25%.

Tabel 5.16Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas pada anak dapat diturunkan dari orang tua yang obesitasObesitas pada anak dapat diturunkan dari orang tua yang obesitas Frekuensi Presentase (%)

Benar2643

Salah

Tidak tahu26843

14

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Obesitas pada anak dapat diturunkan dari orang tua yang obesitas sebesar 86%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 14%.

Tabel 5.17Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas di usia anak & remaja tidak berbahayaObesitas di usia anak & remaja tidak berbahaya Frekuensi Presentase (%)

Benar3863

Salah

Tidak tahu14823

14

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Obesitas di usia anak & remaja tidak berbahaya sebesar 63%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 37%.

Tabel 5.18Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas dapat menyebabkan mudah lelah dalam melakukan pekerjaanObesitas dapat menyebabkan mudah lelah dalam melakukan pekerjaan Frekuensi Presentase (%)

Benar5795

Salah

Tidak tahu030

5

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Obesitas di usia anak & remaja tidak berbahaya sebesar 95%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 5%.

Tabel 5.19Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas dapat menimbulkan rasa percaya diri dalam pergaulanObesitas dapat menimbulkan rasa percaya diri dalam pergaulan Frekuensi Presentase (%)

Benar4066

Salah

Tidak tahu12820

14

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Obesitas dapat menimbulkan rasa percaya diri dalam pergaulan sebesar 66%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 34%.Tabel 5.20Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai kemungkinan obesitas yang menetap lebih tinggi bila dialami sejak remajakemungkinan obesitas yang menetap lebih tinggi bila dialami sejak remaja Frekuensi Presentase (%)

Benar3151

Salah

Tidak tahu12

1720

29

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai kemungkinan obesitas yang menetap lebih tinggi bila dialami sejak remaja sebesar 45%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 55%.Tabel 5.21Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Obesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya kankerObesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker Frekuensi Presentase (%)

Benar2745

Salah

Tidak tahu22

1136

19

Jumlah60100

Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik siswa/siswi mengenai Obesitas dapat meningkatkan resiko terjadinya kanker sebesar 45%, dan pengetahuan yang kurang sebesar 55%.5.2. Hasil Analisis Data dan Pembahasan

Tabel 5.12Hasil Analisis Data

Kategori Tingkat PengetahuanFrekuensiPresentase (%)

Baik (75>)3151

Sedang (40-75)

Kurang (