mini project pengendalian dm (revisi)

53
PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS WILAYAH RT 01/02 KARIANGAU DESEMBER 2013 – FEBRUARI 2014 DISUSUN DAN DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN TUGAS DOKTER INTERNSHIP PERIODE NOVEMBER 2013 – MARET 2014 Pendamping: dr. Nitra Ayu Utami Disusun Oleh: dr. Hieronimus Indra Wirakusuma dr. Roi Dihita Rajaguguk dr. Kristina Yuniasih dr. Rika Stefani Tjahjono

Upload: panji-dwi-utomo

Post on 15-Apr-2017

689 views

Category:

Documents


141 download

TRANSCRIPT

Page 1: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS

WILAYAH RT 01/02 KARIANGAU DESEMBER 2013 – FEBRUARI 2014

DISUSUN DAN DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN TUGAS DOKTER INTERNSHIP

PERIODE NOVEMBER 2013 – MARET 2014

Pendamping:dr. Nitra Ayu Utami

Disusun Oleh:dr. Hieronimus Indra Wirakusuma

dr. Roi Dihita Rajagugukdr. Kristina Yuniasih

dr. Rika Stefani Tjahjonodr. Panji Dwi Utomo

dr. I Made Tirta Saputra

PUSKESMAS KARIANGAUKELURAHAN KARIANGAU KECAMATAN BALIKPAPAN BARAT

KOTA BALIKPAPAN KALIMANTAN TIMURTAHUN 2014

Page 2: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS PADA WILAYAH RT 01/02 KARIANGAU DESEMBER 2013 – FEBRUARI 2014

Disusun Dan Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Tugas Dokter InternshipDi Puskesmas Kariangau, Balikpapan.

Telah disetujui dan disahkan oleh :

Kepala Puskesmas Kariangau Pendamping

Yogik Wahyudianto, Ssi, Apt dr. Nitra Ayu Utami

Page 3: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji serta syukur kehadirat Allah SWT karena berkat petunjuk,

karunia, dan rahmat-Nya jualah sehingga tugas mandiri yang berjudul “Pengendalian Faktor

Resiko Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus Pada Wilayah RT 01/02 Kariangau Desember

2013 – Februari 2014” dapat terselesaikan.

Penulisan laporan ini dibuat guna melengkapi tugas Dokter Internship di Puskesmas

Kariangau. Tentunya kami berharap pembuatan laporan ini berfungsi sebagai apa yang telah

disebut di atas. Namun, besar harapan penulis ini juga dapat bermanfaat bagi puskesmas,

dalam hal ini Puskesmas Kariangau dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan,

meningkatnya mutu Puskesmas, sehingga dapat menjadi puskesmas unggulan di wilayah

Kota Balikpapan. Penulisan laporan ini tiada akan pernah terselesaikan tanpa dukungan

berbagai pihak. Untuk itu dengan segenap ketulusan hati, penulis menghaturkan terima kasih

dan penghargaan sebesar-besarnya kepada :

1. Bp. Yogik Wahyudianto,Ssi,Apt selaku kepala Puskesmas dan pembimbing

selama berada di Puskesmas Kariangau.

2. dr. Nitra Ayu Utami sebagai pendamping, atas segala ketulusan dan kerelaannya

mendampingi kita semua.

3. dr. Nur Ayu Hasanah dan seluruh Tim Dokter Puskesmas Kariangau.

4. Ibu Siti Rohidah selaku Kepala Tata Usaha Puskesmas Kariangau

5. Ibu Aka dan Bp. Imam yang membantu kami dalam pengumpulan sampel

6. Bapak, ibu perawat, bidan dan seluruh karyawan Puskesmas Kariangau yang telah

sudi meluangkan waktunya untuk membantu penyusunan laporan dan membagi

ilmunya kepada kami selama menjalani Kepaniteraan di Puskesmas Kariangau

7. Kedua orang tua dan keluarga yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan

moril dan materiil selama mengikuti program Dokter Intership.

Page 4: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Semoga semua pihak yang telah disebutkan tadi mendapat anugerah yang berlimpah

dari ALLAH SWT atas segala kebaikan yang diberikan kepada penulis.

Kami menyadari bahwa hasil evaluasi yang dituangkan dalam laporan ini masih jauh

dari kesempuranaan, kami berharap laporan kritik dan saran yang dapat membangun dan

bermanfaat untuk kami dan kemajuan pelayanan Puskesmas Kariangau.

Balikpapan, Februari 2014

Penulis

Page 5: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO melaporkan bahwa 60% penyebab kematian semua umur di dunia karena

penyakit tidak menular dan Diabetes Melitus berada di peringkat ke 6 sebagai penyebab

kematian. Sekitar 1,3 juta orang meninggal akibat diabetes, dan 4% meninggal sebelum

usia 70 tahun. (Konsensus Nasional DM tahun 2012)

Menurut Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

(Dirjen P2PL) Kemenkes RI, Prof.dr.Tjandra Yoga Aditama, Sp.P

(K),MARS,DTM&H,DTCE, mengatakan berdasarkan International Diabetes Federation

(IDF) lebih dari 371 juta orang di dunia yang berumur 20-79 tahun memiliki diabetes.

Sedangkan pada tahun 2013 Indonesia merupakan Negara urutan ke 7 dengan prevalensi

diabetes tertinggi dibawah Cina, India, USA, Brazil, Rusia dan Mexico. Di Indonesia DM

telah menjadi ancaman serius bagi pembangunan kesehatan karena dapat menimbulkan

kebutaan, gagal ginjal dan kaki diabetik

Prevalensi diabetes mellitus makin meningkat pada usia lanjut. Meningkatnya

prevalensi DM di beberapa Negara berkembang akibat peningkatan kemakmuran di

Negara yang bersangkutan dipengaruhi oleh banyak factor antara lain peningkatan

pendapatan perkapita dan perubahan gaya hidup terutama di kota besar menyebabkan

peningkatan prevalensi penyakit degenerative. Jumlah orang yang menderita DM di

Indonesia terus meningkat dimana saat ini diperkirakan sekitar 5 juta lebih penduduk

Indonesia atau berarti 1 dari 40 penduduk Indonesia menderita DM.

Menurut data dari Puskesmas Karingau pada tahun 2013 penyakit DM menempati

urutan ke 9 dari 10 penyakit terbanyak di Kariangau dan menempati urutan ke 2 terbanyak

penyakit tidak menular setelah hipertensi. Dari data ini diperoleh jumlah pasien yang

berobat ke puskesmas pada tahun 2013 berjumlah 5251 pasien, dan 215 diantaranya

menderita DM dengan usia paling banyak antara 45-54 tahun. Oleh karena itu perlu

dilakukan tindak lanjut lebih untuk mendeteksi dini dan mencari penyebab mengapa

peyakit DM mereka tidak terkontrol. Karena jika dapat dilakukan deteksi dini dan kontrol

penyakit DM maka kualitas hidup mereka tidak menurun. Sampel yang diambil adalah

Page 6: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

orang yang menderita DM dari wilayah RT 01/02 Kariangau berdasarkan data-data yang

telah ada di Kelurahan Kariangau karena wilayah RT 01/02 sangat dekat dengan

Puskesmas Pembantu Kariangau sehingga lebih mudah dalam mengontrol penderita DM

tersebut.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas didapatkan rumusan masalah yaitu:

1. Apa saja faktor- faktor yang dapat menyebabkan peningkatan kadar gula darah

pada penderita DM khususnya di wilayah RT 01/02 Kelurahan Kariangau?

2. Apa saja alternatif pemecahan masalah untuk menanggulangi peningkatan kadar

gula darah pada penderita DM di RT 01/02 Kelurahan Kariangau?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengetahui, mempelajari, dan mengevaluasi tentang Penyakit DM di RT 01/02,

Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan tahun 2013

2. Tujuan Khusus

Mengetahui factor-faktor yang menyebabkan kadar gula darah menjadi tidak

terkontrol pada penderita DM di RT 01/02, Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan

tahun 2013 melalui pendekatan sistem (input, proses, output).

Mencari pemecahan masalah mengenai kadar gula darah yang tidak terkontrol pada

penderita DM di RT 01/02, Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan.

Memberikan masukan dan saran kepada Puskesmas dan Puskesmas Pembantu untuk

mengatasi masalah penyakit DM di RT 01/02, Kelurahan Kariangau, Kota

Balikpapan.

D. Batasan Pengkajian

1. Batasan Judul

Laporan kegiatan dengan judul “Pengendalian Faktor Resiko Pada Pasien Dengan

Diabetes Mellitus wilayah RT 01/02 Kariangau Desember 2013 – Februari 2014”

mempunyai batasan pengertian judul sebagai berikut:

Page 7: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

a. Rencana

Adalah rancangan segala sesuatu yang akan dikerjakan

b. Peningkatan

Adalah upaya untuk menambah tingkat, derajat, kualitas

c. Cakupan

Jangkauan suatu hal.

d. Program

Adalah rancangan mengenai asas serta usaha yang akan dijalankan.

e. Wilayah RT 01/02 Kariangau

Merupakan salah satu Kelurahan yang terletak di Kecamatan Balikpapan Barat, Kota

Balikpapan Provinsi Kalimantan Timur

f. Desember 2013- Februari 2014

Adalah periode waktu dilaksanakannya pemantauan kadar gula darah pasien

diabetes mellitus di wilayah RT 01/02 Kariangau

2. Batasan Operasional

Sasaran adalah 25 penduduk yang menderita penyakit Diabetes Mellitus di RT 01/02

kariangau (yang telah di screening sebelumnya)

Cakupan adalah factor-faktor yang mempengaruhi kadar gula darah

3. Ruang Lingkup

a. Lingkup lokasi : RT 01/02 Kelurahan Kariangau Kota Balikpapan

b. Lingkup waktu : Bulan Desember – Februari tahun 2014

c. Lingkup sasaran : Penderita Diabetes Mellitus ( GDS > 200 mg/dl)

d. Lingkup metode : Wawancara, pencatatan dan pengamatan terlibat

e. Lingkup materi : Evaluasi

E. Manfaat

1. Bagi Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan kepada

instansi terkait dan dapat dijadikan sebagai dokumentasi ilmiah untuk memperbaiki

status kesehatan khususnya di Puskesmas Pembantu yang berada dilingkungan RT

01/02, Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan.

2. Bagi Masyarakat

Page 8: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

a) Masyarakat dapat mengetahui penyakit DM lebih lanjut dan dapat mencegah

komplikasi yang timbul dari penyakit DM

b) Masyarakat mampu mempraktekan pola hidup sehat untuk penderita DM

c) Masyarakat mau memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia secara

optimal dengan cara mengontrol kadar gula darah secara rutin

3. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan mengenai penyakit DM dan permasalahannya serta cara

pemecahan masalah kesehatan tersebut di masyarakat dengan pendekatan sistem.

F. Metodologi

Pengumpulan data dilakukan di RT 01/02, Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan

pada tanggal 28 Januari dan 7 Februari 2014 , diambil 25 orang yang menderita DM yang

bertempat tinggal di RT 01/02, Kelurahan Kariangau, Kota Balikpapan..

Jenis data yang diambil adalah data primer yang didapatkan dengan cara wawancara,

pemeriksaan kadar gula darah dalam tubuh, pengobatan, pencatatan, dan pengamatan

terlibat, sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan puskesmas tahun 2013 yang ada

di Petugas kesehatan Puskesmas Kariangau.

Data kemudian diolah untuk diidentifikasi penyebab masalahnya melalui pendekatan

sistem, kemudian melakukan konfirmasi dengan petugas puskesmas untuk menemukan

penyebab masalah yang paling mungkin. Langkah selanjutnya mencari alternatif

pemecahan masalah dari penyebab yang paling mungkin. Kemudian memprioritaskan

alternatif pemecahanan masalah dengan kriteria matriks.

Page 9: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DIABETES MELITUS

A. Defnisi

Diabetes melitus merupakan penyakit endokrin akibat defek dalam sekresi dan kerja

insulin atau keduanya sehingga terjadi defisiensi insulin dimana tubuh mengeluarkan

terlalu sedikit insulin atau insulin yang dikeluarkan resisten sehingga mengakibatkan

kelainan metabolisme kronis berupa hiperglikemia kronik disertai berbagai kelainan

metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan komplikasi kronik pada sistem

tubuh. 1

B. Klasifikasi2

Diabetes mellitus dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:

1. Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya

produksi insulin oleh pankreas.

2. Diabetes melitus tipe 2, yang disebabkan oleh resistensi insulin, sehingga penggunaan

insulin oleh tubuh menjadi tidak efektif.

3. Diabetes gestasional, adalah hiperglikemia yang pertama kali ditemukan saat

kehamilan.

Selain tipe-tipe diabetes melitus, terdapat pula keadaan yang disebut prediabetes. Kadar

glukosa darah seorang pasien prediabetes akan lebih tinggi dari nilai normal, namun belum

cukup tinggi untuk didiagnosis sebagai diabetes melitus. Yang termasuk dalam keadaan

prediabetes adalah Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa

Terganggu (GDPT).

C. Etiologi2

Diabetes Tipe 1 dipercaya sebagai penyakit autoimun, di mana sistem imun tubuh

sendiri secara spesifik menyerang dan merusak sel-sel penghasil insulin yang terdapat

pada pankreas. Belum diketahui hal apa yang memicu terjadinya kejadian autoimun ini,

Page 10: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

namun bukti-bukti yang ada menunjukkan bahwa faktor genetik dan faktor lingkungan

seperti infeksi virus tertentu berperan dalam prosesnya. Walaupun diabetes tipe 1

berhubungan dengan faktor genetik, namun faktor genetik lebih banyak berperan pada

kejadian diabetes tipe 2.

Diabetes tipe 2 diduga disebabkan oleh kombinasi faktor genetik dan lingkungan.

Banyak pasien diabetes tipe 2 memiliki anggota keluarga yang juga menderita diabetes

tipe 2 atau masalah kesehatan lain yang berhubungan dengan diabetes, misalnya kolesterol

darah yang tinggi, tekanan darah tinggi (hipertensi) atau obesitas. Keturunan ras Hispanik,

Afrika dan Asia memiliki kecenderungan lebih tinggi untuk menderita diabetes tipe 2.

Sedangkan faktor lingkungan yang mempengaruhi risiko menderita diabetes tipe 2 adalah

makanan dan aktivitas fisik kita sehari-hari.

Berikut ini adalah faktor-faktor risiko mayor seseorang untuk menderita diabetes tipe 2.

1.Riwayat keluarga inti menderita diabetes tipe 2 (orang tua atau kakak atau adik)

2.Tekanan darah tinggi (>140/90 mm Hg)

3.Dislipidemia: kadar trigliserida (lemak) dalam darah yang tinggi (>150mg/dl) atau

kadar kolesterol HDL <40mg/dl

4.Riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) atau Glukosa Darah Puasa Terganggu

(GDPT)

5.Riwayat menderita diabetes gestasional atau riwayat melahirkan bayi dengan berat

lahir lebih dari 4.500 gram

6.Makanan tinggi lemak dan tinggi kalori

7.Gaya hidup tidak aktif (sedentary)

8.Obesitas atau berat badan berlebih (berat badan 120% dari berat badan ideal)

9.Usia tua, di mana risiko mulai meningkat secara signifikan pada usia 45 tahun

10. Riwayat menderita polycystic ovarian syndrome, di mana terjadi juga resistensi

insulin

Diabetes gestasional disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama

kehamilan. Peningkatan kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat sel-sel

tubuh menjadi kurang responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus

berkembang selama kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan

memperberat resistensi insulin yang telah terjadi. Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat

menghasilkan insulin yang lebih banyak (sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi

resistensi insulin yang terjadi. Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak

Page 11: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

cukup, kadar glukosa darah akan meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional.

Kebanyakan wanita yang menderita diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah

normal setelah melahirkan bayinya. Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi

untuk menderita diabetes gestasional pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita

diabetes tipe 2 di kemudian hari.

D. Patofisiologi

Penyakit diabetes membuat gangguan/komplikasi melalui kerusakan pada pembuluh

darah di seluruh tubuh, disebut angiopati diabetik. Penyakit ini berjalan kronis dan terbagi

dua yaitu gangguan pada pembuluh darah besar (makrovaskular) disebut makroangiopati,

dan pada pembuluh darah halus (mikrovaskular) disebut mikroangiopati. Bila yang terkena

pembuluh darah di otak timbul stroke, bila pada mata terjadi kebutaan, pada jantung

penyakit jantung koroner yang dapat berakibat serangan jantung/infark jantung, pada

ginjal menjadi penyakit ginjal kronik sampai gagal ginjal tahap akhir sehingga harus cuci

darah atau transplantasi. Bila pada kaki timbul luka yang sukar sembuh sampai menjadi

busuk (gangren). Selain itu bila saraf yang terkena timbul neuropati diabetik, sehingga ada

bagian yang tidak berasa apa-apa/mati rasa, sekalipun tertusuk jarum /paku atau terkena

benda panas3.

Kelainan tungkai bawah karena diabetes disebabkan adanya gangguan pembuluh darah,

gangguan saraf, dan adanya infeksi. Pada gangguan pembuluh darah, kaki bisa terasa

sakit, jika diraba terasa dingin, jika ada luka sukar sembuh karena aliran darah ke bagian

tersebut sudah berkurang. Pemeriksaan nadi pada kaki sukar diraba, kulit tampak pucat

atau kebiru-biruan, kemudian pada akhirnya dapat menjadi gangren/jaringan busuk,

kemudian terinfeksi dan kuman tumbuh subur, hal ini akan membahayakan pasien karena

infeksi bisa menjalar ke seluruh tubuh (sepsis). Bila terjadi gangguan saraf, disebut

neuropati diabetik dapat timbul gangguan rasa (sensorik) baal, kurang berasa sampai mati

rasa. Selain itu gangguan motorik, timbul kelemahan otot, otot mengecil, kram otot,

mudah lelah. Kaki yang tidak berasa akan berbahaya karena bila menginjak benda tajam

tidak akan dirasa padahal telah timbul luka, ditambah dengan mudahnya terjadi infeksi.

Kalau sudah gangren, kaki harus dipotong di atas bagian yang membusuk tersebut 3.

Gangren diabetik merupakan dampak jangka lama arteriosclerosis dan emboli trombus

kecil. Angiopati diabetik hampir selalu juga mengakibatkan neuropati perifer. Neuropati

diabetik ini berupa gangguan motorik, sensorik dan autonom yang masing-masing

memegang peranan pada terjadinya luka kaki. Paralisis otot kaki menyebabkan terjadinya

Page 12: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

perubahan keseimbangan di sendi kaki, perubahan cara berjalan, dan akan menimbulkan

titik tekan baru pada telapak kaki sehingga terjadi kalus pada tempat itu 4.

Gangguan sensorik menyebabkan mati rasa setempat dan hilangnya perlindungan

terhadap trauma sehingga penderita mengalami cedera tanpa disadari. Akibatnya, kalus

dapat berubah menjadi ulkus yang bila disertai dengan infeksi berkembang menjadi

selulitis dan berakhir dengan gangren4.

Gangguan saraf autonom mengakibatkan hilangnya sekresi kulit sehingga kulit kering

dan mudah mengalami luka yang sukar sembuh. Infeksi dan luka ini sukar sembuh dan

mudah mengalami nekrosis akibat dari tiga faktor. Faktor pertama adalah angiopati

arteriol yang menyebabkan perfusi jaringan kaki kurang baik sehingga mekanisme radang

jadi tidak efektif. Faktor kedua adalah lingkungan gula darah yang subur untuk

perkembangan bakteri patogen. Faktor ketiga terbukanya pintas arteri-vena di subkutis,

aliran nutrien akan memintas tempat infeksi di kulit 5.

E. Gambaran Klinis

Pada awalnya, pasien sering kali tidak menyadari bahwa dirinya mengidap diabetes

melitus, bahkan sampai bertahun-tahun kemudian. Namun, harus dicurigai adanya

diabetes melitus jika seseorang mengalami keluhan klasik diabetes melitus berupa :

1. poliuria (banyak berkemih)

2. polidipsia (rasa haus sehingga jadi banyak minum)

3. polifagia (banyak makan karena perasaan lapar terus-menerus)

4. penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya

Jika keluhan di atas dialami oleh seseorang, untuk memperkuat diagnosis dapat

diperiksa keluhan tambahan diabetes melitus berupa :

1. lemas, mudah lelah, kesemutan, gatal

2. penglihatan kabur

3. penyembuhan luka yang buruk

4. disfungsi ereksi pada pasien pria

5. gatal pada kelamin pasien wanita

Page 13: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Diagnosis DM tidak boleh didasarkan atas ditemukannya glukosa pada urin saja.

Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar glukosa darah dari pembuluh darah vena.

Sedangkan untuk melihat dan mengontrol hasil terapi dapat dilakukan dengan memeriksa

kadar glukosa darah kapiler dengan glukometer.

Seseorang didiagnosis menderita DM (diabetes melitus) jika ia mengalami satu atau

lebih kriteria di bawah ini:

1. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma sewaktu  ≥200 mg/dL

2. Mengalami gejala klasik DM dan kadar glukosa plasma puasa  ≥126 mg/dL

3. Kadar gula plasma 2 jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral (TTGO) ≥200 mg/dL

4. Pemeriksaan HbA1C ≥ 6.5%

Keteragan :

Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari

tanpa memperhatikan waktu makan terakhir pasien.

Puasa artinya pasien tidak mendapat kalori tambahan minimal selama 8 jam.

TTGO adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan memberikan larutan glukosa

khusus untuk diminum. Sebelum meminum larutan tersebut akan dilakukan

pemeriksaan kadar glukosa darah, lalu akan diperiksa kembali 1 jam dan 2 jam

setelah meminum larutan tersebut.

Tabel 1. kadar glukosa darah sewaktu dan puasa

sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM

Kadar Gula Darah Bukan DM Belum

pasti DM

DM

Sewaktu

(mg/dL)

Plasma vena <100 100 - 199 ≥200

Darah kapiler <90 90 – 199 ≥200

Puasa (mg/dL) Plasma vena <100 100 – 125 ≥126

Darah kapiler <90 90 – 99 ≥100

Sumber: Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Mellitus Tipe 2 di

Indonesia – PERKENI tahun 2011

Page 14: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

F. Komplikasi4

1. Komplikasi Akut

Keadaan yang termasuk dalam komplikasi akut DM adalah ketoasidosis diabetik

(KAD) dan Status Hiperglikemi Hiperosmolar (SHH). Pada dua keadaan ini kadar

glukosa darah sangat tinggi (pada KAD 300-600 mg/dL, pada SHH 600-1200 mg/dL),

dan pasien biasanya tidak sadarkan diri. Karena angka kematiannya tinggi, pasien harus

segera dibawa ke rumah sakit untuk penanganan yang memadai.

Keadaan hipoglikemia juga termasuk dalam komplikasi akut DM, di mana terjadi

penurunan kadar glukosa darah sampai < 60 mg/dL. Pasien DM yang tidak sadarkan

diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia. Hal-hal yang dapat

menyebabkan terjadinya hipoglikemia misalnya pasien meminum obat terlalu banyak

(paling sering golongan sulfonilurea) atau menyuntik insulin terlalu banyak, atau pasien

tidak makan setelah minum obat atau menyuntik insulin.

Gejala hipoglikemia antara lain banyak berkeringat, berdebar-debar, gemetar, rasa

lapar, pusing, gelisah, dan jika berat, dapat hilang kesadaran sampai koma. Jika pasien

sadar, dapat segera diberikan minuman manis yang mengandung glukosa. Jika keadaan

pasien tidak membaik atau pasien tidak sadarkan diri harus segera dibawa ke rumah

sakit untuk penanganan dan pemantauan selanjutnya.

2. Komplikasi Kronis

Penyakit diabetes melitus yang tidak terkontrol dalam waktu lama akan

menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah dan saraf. Pembuluh darah yang dapat

mengalami kerusakan dibagi menjadi dua jenis, yakni pembuluh darah besar dan kecil.

Yang termasuk dalam pembuluh darah besar antara lain:

a. Pembuluh darah jantung, yang jika rusak akan menyebabkan penyakit jantung

koroner dan serangan jantung mendadak

b. Pembuluh darah tepi, terutama pada tungkai, yang jika rusak akan

menyebabkan luka iskemik pada kaki

c. Pembuluh darah otak, yang jika rusak akan dapat menyebabkan stroke.

Kerusakan pembuluh darah kecil (mikroangiopati) misalnya mengenai pembuluh

darah retina dan dapat menyebabkan kebutaan. Selain itu, dapat terjadi kerusakan pada

pembuluh darah ginjal yang akan menyebabkan nefropati diabetikum.

Page 15: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Saraf yang paling sering rusak adalah saraf perifer, yang menyebabkan perasaan

kebas atau baal pada ujung-ujung jari. Karena rasa kebas, terutama pada kakinya, maka

pasien DM sering kali tidak menyadari adanya luka pada kaki, sehingga meningkatkan

risiko menjadi luka yang lebih dalam (ulkus kaki) dan perlunya melakukan tindakan

amputasi. Selain kebas, pasien mungkin juga mengalami kaki terasa terbakar dan

bergetar sendiri, lebih terasa sakit di malam hari serta kelemahan pada tangan dan kaki.

Pada pasien yang mengalami kerusakan saraf perifer, maka harus diajarkan mengenai

perawatan kaki yang memadai sehingga mengurangi risiko luka dan amputasi.

Gangren diabetik akibat mikroangiopatik disebut juga gangren panas karena

walaupun nekrosis, daerah akral itu tampak merah dan terasa hangat oleh peradangan,

dan biasanya teraba pulsasi arteri di bagian distal. Biasanya terdapat ulkus diabetik

pada telapak kaki.

G. Penatalaksanaan

Tujuan tatalaksana pasien diabetes melitus tipe 2 adalah menurunkan kadar glukosa

darah menjadi normal atau mendekati normal, sehingga mencegah terjadinya

komplikasi pada pasien tersebut.

1. Sarana pengendalian secara non-farmakologis pada diabetes melitus dapat berupa :

a. Pola makan sehat dan aktifitas fisik

Pada pasien DM tipe 2, tatalaksana diawali dengan mengubah gaya hidup

yakni melakukan pola makan sehat dan meningkatkan aktivitas fisik sehingga

tercapai berat badan ideal. Jika dalam 2-4 minggu kadar glukosa darah tetap

tidak mencapai target, maka harus diberikan satu macam obat hipoglikemik

oral (OHO) untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah. Jika kadar

glukosa darah tetap belum mencapai sasaran, maka dapat ditambahkan satu

macam OHO lagi atau ditambahkan suntikan insulin2.

Pada pasien diabetik, diet merupakan aspek penting untuk mengontrol

peningkatan kadar glukosa darah. Asosiasi Diabetes Amerika (The American

Diabetes Association (ADA)) menganjurkan diet seimbang dan bernutrisi

yang rendah lemak, kolesterol serta gula sederhana. Saat ini ADA bahkan

telah melarang konsumsi gula sederhana kecuali dalam jumlah kecil dan

dikonsumsi bersama dengan makanan kompleks. Penurunan berat badan dan

olah raga sangatlah penting karena akan meningkatkan sensitivitas tubuh

terhadap insulin, sehingga membantu mengontrol peningkatan kadar glukosa

Page 16: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

darah. Olah raga yang bersifat aerobik seperti jalan kaki, bersepeda santai,

jogging, dan berenang dianjurkan dilakukan secara teratur selama 30 menit, 3-

4 kali seminggu. Selain itu aktivitas sehari-hari dapat tetap dilakukan seperti

berkebun, membersihkan rumah, berjalan ke pasar dan naik turun tangga.

Yang harus diperhatikan di sini, untuk pasien DM tipe 2 yang sudah memiliki

komplikasi pada mata atau kaki harus dilakukan penyesuaian pada aktivitas

fisiknya2.

Perencanaan makanan pada penderita diabetes melitus masih tetap

merupakan pengobatan utama pada penatalaksanaan diabetes melitus,

meskipun sudah sedemikian majunya riset di bidang pengobatan diabetes

dengan ditemukannya berbagai jenis insulin dan obat oral yang mutakhir6. 

Penentuan gizi penderita ditentukan berdasarkan persentase Berat Badan

Relatif (BBR) 6.

BB

BBR = -------- x 100% (BB: Kg, TB: cm)

TB – 100

Kriteria:

Kurus (underweight) : BBR < 90%

Normal (ideal) : BBR 90 – 110%

Gemuk (overweight) : BBR > 110%

Obesitas : BBR > 120%

Contoh Kasus:

Seorang ibu berusia 45 tahun mempunyai tinggi badan 160 cm dan berat badan

65 kg, selama 15 tahun terakhir menderita DM dengan aktivitas biasa.

BB 65

BBR = ------------ x 100% = -----------x 100% = 108% (Normal)

TB-100 160-100

Jadi kebutuhan energi per hari seorang ibu tadi adalah = 65 x 30 kalori = 1950

kalori/hari

b. Berhenti merokok

Page 17: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Pasien DM tipe 2 yang merokok akan meningkatkan risiko terjadinya

komplikasi diabetes yaitu penyakit jantung koroner, stroke dan gangguan

sirkulasi darah pada anggota gerak. Hal ini terjadi karena rokok merusak

struktur pembuluh darah. Oleh karena itu pasien DM sangat dianjurkan untuk

berhenti merokok2.

2. Sarana pengendalian secara farmakologis pada diabetes melitus dapat berupa :

a. pemberian Obat Hipoglikemik Oral (OHO)7

Tabel 2. Jenis Obat Hipoglikemik Oral yang tersedia di Indonesia.8

NAMA GENERIK DOSIS Lama

Kerja

(jam)

Frekuensi

(Kali)

Harian

(mg)

SULFONILUREA Klorpropamid

Tolbutamid

Glibenklamid

Glipizid

Glikazid

Glikuidon

100-500

500-2000

2.5-20

5-20

80-240

30-120

50

-

2.5

5

40

15

24-36

6-12

12-24

10-16

10-20

10-20

1

2-3

1-2

1-2

1-2

1-3

BIGUANID Metformin 250-3000 15 6-8 1-3

Inhibitor α

Glukosidase

Acarbose 150-300 50 - 1-3

b. Pemberian Insulin.

Pasien DM dianjurkan untuk berkonsultasi secara rutin ke dokter untuk

mengontrol hasil pengobatan. Jika kadar glukosa darah belum mencapai angka

yang diharapkan, maka dokter akan menyesuaikan dosis obat atau insulin yang

diberikan. Selain itu, pemantauan kadar glukosa darah dapat dilakukan secara

mandiri oleh pasien dengan menggunakan glukometer. Pasien dapat mencatat

hasil pemeriksaannya dan memberikannya kepada dokter saat berkonsultasi.

Jika kadar glukosa darah sudah menjadi atau mendekati nilai normal dengan

meminum obat atau insulin, pasien harus tetap meminum OHO atau memakai

Page 18: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

insulin sesuai dosis yang telah diberikan oleh dokter dan kembali

berkonsultasi sesuai jadwal yang telah ditentukan8.

Page 19: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

BAB III

DATA UMUM KELURAHAN KARIANGAU, BALIKPAPAN BARAT DAN

GAMBARAN PROFIL RESPONDEN

A. Keadaan Geografis

1. Letak Wilayah, Keadaan Geografi, dan Cuaca

Balikpapan merupakan kota perdagangan, jasa, dan industri karena letak

geografisnya sangat strategis dari aspek lalu lintas perkonomian dan perhubungan bagi

daerah-daerah di Kalimantan Timur khususnya Kabupaten Penajam Paser Utara, Paser,

Kutai Kertanegara dan Samarinda.

Kota Balikpapan terletak di antara 1⁰ LS – 1,5⁰LS dan 116,5⁰ BT – 117⁰ BT

termasuk dalam wilayah administrasi Propinsi Kalimantan Timur dengan luas wilayah

503,30 km2.

Topografi wilayah Kota Balikpapan mempunyai karakteristik wilayah yang luas

wilayahnya, 85% terdiri dari daerah berbukit-bukit, dan 15% lainnya merupakan daerah

datar yang sempit dan terletak diantara daerah-daerah perbukitan dan sepanjang pantai.

RT 01/02 terletak di Kelurahan Kariangau. Kelurahan Kariangau terletak di wilayah

Kecamatan Balikpapan Barat, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Indonesia. Menurut

data kantor Kelurahan Kariangau terdapat 12 RT di Kariangau, yaitu RT 01, RT 02, RT

03, RT 04, RT 05, RT 06, RT 07, RT 08, RT 09, RT 10, RT 11, dan RT 12.

Page 20: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

2. Batas Wilayah

Wilayah Kelurahan Kariangau dibatasi oleh:

- Sebelah Utara : Kelurahan Mentawir (Kabupaten Penajam Passer Utara)

- Sebelah Timur: Kelurahan Batu Ampar, Kelurahan Karang Joang

- Sebelah Selatan: Kelurahan Baru Ulu

- Sebelah Barat : Kelurahan Jenebora (Kabupaten Penajam Passer Utara)

3. Luas Wilayah

Luas Wilayah Kelurahan Kariangau berdasarkan statistik tahun 2012 adalah 170.146

km2

B. Keadaan Penduduk

1. Jumlah Penduduk

Jumlah penduduk di Kelurahan Karianagu tahun 2012 berdasarkan data dari Kantor

Kelurahan Kariangau tahun 2012, adalah 4.187 jiwa, dengan jumlah 1.054 kepala

keluarga. Jumlah penduduk di RT 01 Kelurahan Kariangau342 jiwa, dengan jumlah

123 kepala keluarga. Sedangkan penduduk di RT 02 Kelurahan Kariangau 481 jiwa,

dengan jumlah 147 kepala keluarga

2. Persebaran dan Kepadatan Penduduk

Kelurahan Kariangau, Balikpapan Barat mempunya luas wilayah sebesar 170.146 km2

dengan jumalh penduduk 4.187 jiwa. Bila dihitung maka kepadatan penduduk

kelurahan Kariangau adalah 0.02 jiwa/km2.

Page 21: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

3. Seks Ratio Penduduk

Perkembangan penduduk menurut jenis kelamin dapat dilihat dari perkembangan ratio

jenis kelamin, yaitu perbandingan penduduk laki-laki dengan penduduk perempuan.

Untuk seks ratio penduduk kelurahan Kariangau dimana jumlah penduduk laki-laki

sebanyak 2.278 orang dan perempuan 1.909 orang. (sumber: Kantor Kelurahan

Kariangau Tahun 2012).

Tabel 3 . Ratio jenis kelamin RT 01/02 Kelurahan Kariangau

RT Laki-laki Perempuan Jumlah

01

02

210 jiwa

258 jiwa

132 jiwa

223 jiwa

342 jiwa

481 jiwa

TOTAL 823 jiwa

4. Komposisi penduduk

Untuk penduduk umur 0-14 tahun di Keluraha Kariangau adalah sebanyak 1.357 jiwa,

untuk kelompok umur 15-64 tahun di Kelurahan Kariangau adalah sebanyak 2746 jiwa,

untuk kelompok umur > 64 tahun di Kelurahan Kariangaut 84jiwa.

C. Data Sarana Kesehatan Wilayah Kariangau

Berdasarkan data Puskesmas Kariangau didapatkan bahwa:

1. Terdapat 1 Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) di Puskesmas Kariangau yang

dilaksanakan oleh 1 perawat. PKD diadakan setiap hari yang terdiri dari perawat dan

kader.

Page 22: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

2. Terdapat 13 Posyandu di 12 RT di Kelurahan Kariangau, posyandu tersebut diadakan

tiap bulan secara bergantian di tiap RT. Akan tetapi, yang aktif hanya 12 posyandu, RT

11 tidak dapat melaksanakan secara rutin dikarenakan kendala medan.

3. Terdapat Puskesmas Pembantu (Pustu) yang buka setiap hari, terletak di RT 01 dan RT

02 yang dilaksanankan oleh 2 orang perawat dengan peralatan medis seadanya yaitu 1

stetoskop, 1 tensimeter, 1 alat untuk mengukur gds, 1 timbangan dan 1 meteran.

D. GAMBARAN PROFIL RESPONDEN

Responden terdiri dari 25 jiwa RT 01 dan RT 02 Kelurahan Kariangau yang

menderita DM. Rata-rata usia responden antara 40-75 tahun. Tingkat pendidikan

responden rata-rata adalah sekolah dasar. Pekerjaan responden rata-rata adalah ibu rumah

tangga. Rata-rata responden tidak memiliki penghasilan karena responden merupakan

lansia yang bergantung pada penghasila dari anaknya.

Page 23: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Tabel 1. Distribusi Tingkat Pendidikan Responden

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (70.85%) berpendidikan SD. Sedangkan 5 responden (20.8) tidak bersekolah.

Tabel 2. Distribusi Pekerjaan Responden

Pekerjaan N Persen (%)

Karyawan 1 4.16Wiraswasta 4 16.68Ibu Rumah Tangga 18 75Nelayan 1 4.16Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (75%) berkerja sebagai ibu rumah tangga.

Tabel 3. Distribusi Jumlah Pendapatan

Pendapatan N Persen (%)

Tidak berpenghasilan 10 41.67< Rp 500.000 1 4.16Rp. 500.000 – Rp 1.500.000 6 25> Rp 1.500.000 7 29.17Jumlah 24 100

Dari data di atas terlihat hampir dari setengah (41.67 %) responden tidak

berpenghasilan. Sedangkan lebih dari seperempat (29.17%) responden memiliki penghasilan

lebih dari Rp. 1.500.000,- setiap bulannya.

Pendidikan N Persen (%)

Tidak Sekolah 5 20.8SD 17 70.85SMP 1 4.16SMA 1 4.16Jumlah 24 100

Page 24: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Tabel 4. Pengetahuan Responden Terhadap Penyakit Diabetes

Pengetahuan Tentang Pengertian Diabetes

N Persen (%)

Tahu 1 4.16

Tidak tahu 23 95.84

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa hampir seluruh responden (95.84%) tidak mengetahui tentang pengertian penyakit diabetes melitus.

Tabel 5. Pengetahuan Responden Tentang Penyebab Penyakit Diabetes

Pengetahuan Tentang Penyebab Diabetes

N Persen (%)

Tahu 4 16.67

Tidak tahu 20 83.33

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa hampir seluruh responden (83.33%) tidak mengetahui tentang peyebab penyakit diabetes melitus.

Tabel 6. Pengetahuan Responden Apakah Penyakit Diabetes Disebabkan oleh Keturunan Keluarga

Pengetahuan Tentang Faktor Genetik Penyebab Diabetes

N Persen (%)

Tahu 7 29.17

Tidak tahu 17 70.83

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (70.83%) tahu bahwa penyakit diabetes melitus disebabkan karena keturunan

Page 25: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Tabel 7. Apakah Keluarga Responden Ada Yang Menderita Penyakit Diabetes

N Persen (%)

Ya 9 37.5

Tidak 15 62.5

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (62.5%) tidak memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit diabetes melitus.

Tabel 8. Kebiasaan Responden Mengkonsumsi Minuman Manis

Konsumsi Minuman Manis N Persen (%)

Ya 16 66.67

Tidak 8 33.33

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (66.67%) gemar mengkonsumsi minuman manis.

Tabel 9. Kebiasaan Responden Berolahraga Lebih Dari 30menit

Kebiasaan Berolahraga Lebih Dari 30 menit

N Persen (%)

Ya 10 41.67

Tidak 14 58.33

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (58.33%) tidak berolahraga selama lebih dari 30 menit secara rutin.

Page 26: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Tabel 10. Kebiasaan Responden Memeriksakan Gula Darah Secara Rutin

Periksa Gula Darah Secara Rutin

N Persen (%)

Ya 17 70.83

Tidak 7 29.17

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (70.83%) secara rutin memeriksakan gula darah ke puskesmas.

Tabel 11. Kebiasaan Responden Melakukan Pengobatan

Ketaatan Berobat N Persen (%)

Ya 15 62.5

Tidak 9 37.5

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (62.5%) melakukan pengobatan diabetes melitus ke puskesmas

Tabel 12. Distribusi Tempat Berobat Responden

Tempat Berobat Responden N Persen (%)

Puskesmas Pembantu 16 41.03

Puskesmas 14 35.90

Rumah Sakit 9 23.07

Alternatif / Herbal 0 0

Jumlah 39 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari seperempat responden (41.03%) memilih untuk berobat di Puskesmas Pembantu

Page 27: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Tabel 14. Pengetahuan Responden Tentang Bahaya Diabetes

Pengetahuan Tentang Bahaya Diabetes

N Persen (%)

Ya 10 41.67

Tidak 14 58.33

Jumlah 24 100

Dari data diatas terlihat bahwa lebih dari setengah responden (58.33%) tidak mengetahui tentang bahaya penyakit diabetes melitus.

Tabel 15. Kadar Gula Darah dan Kolesterol Responden

*Penderita DM lama sudah memakai insulin namun sudah tidak dikonsumsi lg.

No Nama Gula Darah

1 2 3 Kolesterol1 Ny. Nurmiah 93 72 109 3792 Ny. Hindong 126 115 59 1163 Ny. Sadariah 129 168 111 1504 Ny. Haminoung 126 114 147 1455 Tn. Haling 86 95 165 1826 Ny. Saiyah 220 136 149 1667 Ny. Jumriah 118 88 190 1668 Ny. Siti Ramlah 117 94 115 1499 Tn. Kai Nane 291 117 151 15710 Ny. Banong 138 84 111 17411 Ny. Tima 98 100 95 16912 Ny. Hj. Rahibinah 79 126 86 11913 Ny. Marwah 184 89 95 19014 Ny. Hj. Askiah 239 434 109 15815 Ny. Kumala* 93 251 405 24116 Ny. Hj. Hanikah 116 164 146 32717 Ny. Siti Nane 291 456 207 16718 Ny. Nurziah 532 513 417 34519 Ny. Samsiah 175 315 260 21020 Ny. Aisyah 344 390 380 16021 Tn. Ampo 68 103 98 22622 Ny. Ondeng 301 305 409 21123 Tn. Umar 290 270 268 13124 Ny. Sugiati 286 232 482 166

Page 28: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Tabel 16. Hasil Pemeriksaan Antropometri

No Nama Tinggi Badan (cm)

Berat Badan (kg)

Index Masa Tubuh

Lingkar Perut (cm)

Hasil IMT

1 Ny. Nurmiah 156 68 27,94 90 Obesitas2 Ny. Hindong 151 62 27,19 72 Obesitas3 Ny. Sadariah 152 45 19,47 84 Normal4 Ny. Haminoung 149 49 22,07 76 Normal5 Tn. Haling 172 61 20,61 84 Normal6 Ny. Saiyah 160 94 36,71 109 Obesitas7 Ny. Jumriah 148 89 40,63 117 Obesitas8 Ny. Siti Ramlah 146 55 25,80 73 Pre Obesitas9 Tn. Kai Nane 147 48 22,21 62 Normal10 Ny. Banong 149 60 27,02 89 Obesitas11 Ny. Tima 144 50 24,11 87 Pre Obesitas12 Ny. Hj. Rahibinah 154 75 31,62 97 Obesitas13 Ny. Marwah 158 85 34,04 103 Obesitas14 Ny. Hj. Askiah 146 45 21,11 81 Normal15 Ny. Kumala 142 55 27,27 95 Obesitas16 Ny. Hj. Hanikah 152 50 21,64 75 Normal17 Ny. Siti Nane 147 43 19,89 76 Normal18 Ny. Nurziah 155 56 23,30 79 Normal19 Ny. Samsiah 155 46 19,14 76 Normal20 Ny. Aisyah 155 66 27,47 93 Obesitas21 Tn. Ampo 142 55 27,27 95 Obesitas22 Ny. Omdeng 157 60 24,34 85 Pre Obesitas23 Tn. Umar 155 66 27,47 90 Obesitas24 Ny. Sugiati 157 66 26,77 107 Obesitas

Tabel 17. Hasil Pemeriksaan Tekanan Darah

No Nama Tekanan Darah (mmHg)1 2 3

1 Ny. Nurmiah 110/80 170/100 160/1002 Ny. Hindong 140/80 140/80 140/803 Ny. Sadariah 140/70 170/100 150/904 Ny. Haminoung 130/80 120/80 130/705 Tn. Haling 90/70 90/70 90/706 Ny. Saiyah 130/90 130/100 140/907 Ny. Jumriah 100/80 120/80 150/908 Ny. Siti Ramlah 100/80 130/90 130/809 Tn. Kai Nane 160/90 140/80 140/8010 Ny. Banong 120/100 130/90 140/8011 Ny. Tima 140/80 130/80 140/8012 Ny. Hj. Rahibinah 100/70 130/90 130/90

Page 29: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

13 Ny. Marwah 140/90 150/110 150/9014 Ny. Hj. Askiah 130/80 130/90 140/7015 Ny. Kumala 200/110 150/100 140/9016 Ny. Hj. Hanikah 130/90 170/110 170/11017 Ny. Siti Nane 160/90 130/70 130/6018 Ny. Nurziah 100/60 140/90 130/8019 Ny. Samsiah 120/80 130/80 150/8020 Ny. Aisyah 160/90 140/100 150/9021 Tn. Ampo 150/100 120/80 140/9022 Ny. Omdeng 130/80 140/80 140/8023 Tn. Umar 140/100 140/100 140/9024 Ny. Sugiati 140/80 130/90 160/70

Page 30: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

BAB V

ANALISIS DATA

Tabel 18. Keberhasilan Pengendalian Kadar Gula Darah

Jumlah Persentase

Berhasil 21 87%

Tidak Berhasil 3 13%

Berdasarkan data di atas, didapatkan 87% kadar gula darah sampel berhasil

dikendalikan, sedangkan 13% tidak berhasil dikendalikan, karena beberapa faktor. Pada

sampel 1 kenaikan gula darah diakibatkan karena sampel tidak rutin mengkonsumsi OHO.

Pada sampel 2 diakibatkan karena gemar mengkonsumsi makanan/minuman yang manis.

Pada sampel 3 diakibatkan karena sampel tidak rutin berolahraga.

Tabel 19. Keberhasilan Pengendalian Tekanan Darah

Jumlah Persentase

Berhasil 20 83,33%

Tidak Berhasil 4 16,67%

Berdasarkan data diatas, didapatkan 83,33% tekanan darah sampel berhasil

dikendalikan. Adapun 16,67% tidak berhasil dikendalikan karena beberapa faktor. Pada

sampel 1 pasien tidak rutin kontrol untuk tekanan darahnya. Pada sampel 2 disebabkan

karena aktivitas fisik yang berlebihan sebelum dilakukannya pemeriksaan tekanan darah ke 3.

Pada sampel 3 disebabkan karena adanya distress yang berlebihan. Pada sampel 4 disebabkan

karena ketidakrutinan mengkonsumsi obat anti hipertensi.

Pada tabel 1, terlihat bahwa tingkat pendidikan paling banyak adalah SD sebanyak 17

orang (70,85%). Yang melanjutkan hingga SMP sebanyak 1 orang (4,16%). Sementara yang

melanjutkan hingga SMA sebanyak 1 orang (4,16%). Sedangkan yang tidak bersekolah

berjumlah 5 orang (20,8%). Berdasarkan literatur yang ada, terdapat hubungan antara tingkat

pendidikan dengan pengetahuan akan penyakit Diabetes. Semakin tinggi tingkat pendidikan,

maka makin banyak ilmu pengetahuan yang dimiliki.

Page 31: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Pada tabel 2, terlihat bahwa pekerjaan terbanyak responden RT 01-02 Kelurahan

Kariangau adalah ibu rumah tangga, sebanyak 18 orang (75%). Sebagai wiraswasta sebanyak

4 orang (16,68%). Sebagai karyawan sebanyak 1 orang (4,16%). Sebagai nelayan sebanyak 1

orang (4,16%).

Pada tabel 3, didapatkan bahwa responden RT 01-02 Kelurahan Kariangau yang tidak

berpenghasilan adalah 10 orang (41,67%) karena hampir sebagian responden merupakan

lansia yang sudah tidak bekerja dan kini hanya menggantungkan diri pada penghasilan anak-

anaknya. Responden yang berpenghasilan sebesar < Rp 500.000, yakni sebanyak 1 orang

(4,16%). Berpenghasilan Rp. 500.000 – Rp. 1.500.000 sebanyak 6 orang (25%).

Berpenghasilan > Rp 1.500.000 sebanyak 7 orang (29,17%).

Pada tabel 4, terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui pengertian

Diabetes Melitus, yakni sebanyak 23 orang ( 95,84%). Banyak masyarakat yang tidak

mengetahui ini karena sosialisasi Diabetes Melitus dari dinas kesehatan setempat masih

kurang baik apalagi di daerah tersebut terdapat banyak responden dengan tingkat pendidikan

rendah.

Pada tabel 5, terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui penyebab

Diabetes Melitus, yakni sebanyak 20 orang (83,33%). Banyak masyarakat yang tidak

mengetahui ini karena sosialisasi Diabetes Melitus dari dinas kesehatan setempat masih

kurang baik apalagi di daerah tersebut terdapat banyak responden dengan tingkat pendidikan

rendah.

Pada tabel 6, terlihat bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui apakah

penyakit Diabetes Melitus salah satunya disebabkan oleh faktor genetik, yakni sebanyak 17

orang (70,83%). Dari tabel diatas banyak masyarakat yang tidak mengetahui ini karena

sosialisasi Diabetes Melitus dari dinas kesehatan setempat masih kurang baik apalagi di

daerah tersebut terdapat banyak responden dengan tingkat pendidikan rendah.

Pada tabel 7, mengenai adanya hubungan keluarga antara responden dengan penderita

Diabetes Melitus, ternyata menurut 15 responden (62,5%) tidak memiliki anggota keluarga

yang menderita Diabetes Melitus. Sedangkan responden yang memiliki anggota keluarga

yang menderita Diabetes Melitus adalah sebanyak 9 orang (37,5%).

Page 32: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Pada Tabel 8, mengenai kebiasaan responden mengkonsumsi minuman manis,

ternyata 16 responden (66,67%) gemar mengkonsumsi minuman manis. Menurut literatur,

gemar mengkonsumsi minuman manis akan meningkatkan risiko menderita penyakit

Diabetes Melitus.

Pada tabel 9, mengenai kebiasaan responden dalam berolahraga > 30 menit selama 3-

4 hari setiap minggu, ternyata 14 responden (58,33%) gemar melakukan olahraga rutin > 30

menit tiap hari selama 3-4 hari setiap minggu. Menurut literatur, gemar berolahraga akan

menurunkan risiko menderita penyakit Diabetes Melitus. Selain itu oberolahraga rutin juga

akan meningkatkan keberhasilan terapi bagi para penderita Diabetes Melitus.

Pada tabel 10, mengenai kebiasaan responden dalam memeriksakan gula darahnya

secara rutin, ternyata 17 orang (70,83%) secara rutin memeriksakan gula darahnya ke pusat

kesehatan masyarakat. Menurut literatur, rutin memeriksakan gula darah akan membantu

dalam mendeteksi angka terjadinya penyakit Diabetes Melitus maupun mengontrol

keberhasilan terapi.

Pada tabel 11, mengenai kebiasaan responden melakukan pengobatan, ternyata 15

orang (62,5%) melakukan pengobatan di puskesmas. Dari tabel ini terlihat bahwa banyak

responden yang menyadari bahwa penyakit Diabetes Melitus harus diobati dan salah satu

tempat untuk berobat adalah di Puskesmas.

Pada tabel 12, mengenai distribusi tempat berobat, ternyata hampir sebagian

responden (41,03%) memilih untuk berobat di Puskesmas Pembantu. Hal ini berhubungan

dengan biaya pengobatan, jarak antara rumah dengan pusat kesehatan utama (Puskesmas)

maupun Rumah Sakit cukup jauh untuk ditempuh.

Pada tabel 13, mengenai bahaya penyakit Diabetes Melitus, ternyata 14 orang

(58,33%) tidak mengetahui bahaya dari penyakit Diabetes Melitus. Dari tabel diatas banyak

masyarakat yang tidak mengetahui ini karena sosialisasi Diabetes Melitus dari dinas

kesehatan setempat masih kurang baik apalagi di daerah tersebut terdapat banyak responden

dengan tingkat pendidikan rendah.

Page 33: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Berdasarkan data pada Tabel 15. Mengenai Kadar Gula Darah dan Kolesterol Responden,

maka didapatkan grafik seperti berikut :

Grafik 1. Perbandingan Kadar Gula Darah Sebelum dan Setelah Intervensi

Berdasarkan Grafik diatas, dapat dilihat bahwa responden nomor 1 – 16 tidak

menderita diabetes melitus, sedangkan responden nomor 17-24 menderita diabetes melitus.

Pada responden nomor 1-16 didapatkan kadar gula darah yang dari angka 120-199 g/dL

sebelum dilakukan intervensi, hal ini disebabkan karena porsi makanan yang dimakan

sebelum dilakukan pemeriksaan melebihi porsi makan seharusnya. Akan tetapi setelah

dilakukan intervensi berupa konseling mengenai pola makan dan aktifitas, maka didapatkan

rata-rata penurunan kadar gula darah pada responden.

Pada responden nomor 17-24 didapatkan peningkatan kadar gula darah yang

meningkat dari sebelum intervensi sampai intervensi yang pertama, hal ini dikarenakan jarak

intervensi yang cukup lama, sehingga obat yang dikonsumsi responden tidak dilanjutkan.

Kadar gula darah kembali menurun setelah dilakukan konseling dan pengobatan secara

intensif.

A. Alternatif Pemecahan Masalah

Berdasarkan carta resiko mederita penyakit jantung dan pembuluh darah 10 tahun

kedepan, maka didapatkan alternatif pemecahan masalah berupa

Page 34: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)
Page 35: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

Risiko < 20% :

Perlu konsultasi diet, aktifitas fisil, berhenti merokok (protokol 3P dan 4P)

Bila risiko < 10% check kembali dalam waktu 12 bulan

Bila risiko 10 - < 20% check kembali tiap 3 bulan hingga target tercapai, selanjutnya tiap 6-9 bulan

Tabel 20 . Persentase Responden Berdasarkan Aplikasi Carta Prediksi Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah 10 Tahun Kedepan.

Resiko N Persen (%)

Resiko < 20% 15 62.5

Resiko 20% - 30% 7 29.2

Resiko >30% 2 8.3

Jumlah 24 100

Risiko 20 - < 30% :

Perlu konsultasi diet, aktifitas fisil, berhenti merokok (protokol 3P dan 4P)

Tekanan darah menetap > 140/90mmHg (pada DM TD>130/80mmHg) pertimbangkan salah satu dosis rendah obat : Hydrochlorthiazide 25-50 mg perhari, Enalapril 5-20 mg perhari, Atenolol 50-100 mg perhari atau Amlodipine 5-10 mg perhari

Cek teratur tiap 3-6 bulan

Risiko > 30% :

Perlu konsultasi diet, aktifitas fisik, berhenti merokok (protokol 3P dan 4P)

Tekanan darah menetap = 130/90 mmHg harus diberikan salah satu dosis rendah obat : thiazide i, ACE inhibitor beta-blocker atau calcium channel blocker

Perlu konsultasi diet, aktifitas fisil, berhenti merokok (protokol 3P dan 4P)

Tekanan darah menetap = 130/80 mmHg pertimbangkan salah satu dosis rendah obat : Hydrochlorthiazide 25-50 mg perhari, Enalapril 5-20 mg perhari, Atenolol 50-100 mg perhari atau Amlodipine 5-10 mg perhari

Berikan statin

Cek teratur tiap 3 bulan

Page 36: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

BAB VI

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Sesuai dengan perumusan masalah didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Faktor resiko yang menyebabkan kadar gula darah responden menjadi tidak

terkontrol karena tingkat pengetahuan responden terhadap pengertian,

penyebab dan bahaya dari penyakit diabetes melitus yang rendah, kebiasaan

mengkonsumsi makanan yang manis dan kurangnya aktifitas fisik.

2. Alternatif pemecahan masalah untuk mengurangi kadar gula darah yang tidak

terkontrol adalah dengan melakukan konseling individu secara intensif dan

pemberian obat-obatan untuk mengontrol kadar gula darah sesuai dengan carta

resiko mederita penyakit jantung dan pembuluh darah 10 tahun kedepan.

B. SARAN

1. Bagi Peneliti

Memperbaiki cara melakukan penelitian terutama pada metodologi dan

epidemiologi penelitian.

2. Bagi masyarakat

Meningkatkan pengetahuan tentang Diabetes Melitus.

3. Bagi Puskesmas Kelurahan Kariangau

Meningkatkan peran aktif untuk memperluas cakupan pelayanan terhadap

masyarakat di daerah yang kurang terjangkau terutama dalam kegiatan

penyuluhan mengenai Diabetes Melitus.

Meningkatkan kinerja petugas kesehatan dalam memantau penderita

Diabetes Melitus.

Page 37: Mini Project Pengendalian DM (Revisi)

BAB VII

DAFTAR PUSTAKA

1. Pinzur M.S. Diabetic Foot. Diunduh dari: http//www.emedicine.com/

pada tanggal 20 Januari 2014

2. Diunduh dari: http://diabetesmelitus.org/ pada tanggal 18 Januari 2014

3. Harapan, Sinar. Konsultasi, Pencurian Kaki Pada Diabetes. Diunduh

dari: http://rds.yahoo.com/ pada tanggal 19 Januari 2014

4. Staf Pengajar Bagian Bedah FK UI, Vaskuler, Kumpulan Kuliah Ilmu

Bedah, Binarupa Aksara Jakarta, 1995; hal: 241-330.

5. Sjamsuhidayat R, De Jong WD : Buku ajar ilmu bedah, EGC; Jakarta,

1997

6. Diunduh dari: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/ppt%20Diet

%202.pdf pada tanggal 21 Januari 2014

7. Isselbacher, Baraundwald, Wilson, Harrison’s Principles of internal

medicine, International edition, Mcgraw Hill Book Co.,Singapore,1994.

8. Noer, Prof.dr.H.M. Sjaifoellah, Ilmu Penyakit Endokrin dan

Metabolik, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Balai Penerbit FKUI, Jakarta,

2004. Hal 571-705.