mini project
DESCRIPTION
Penelitian deskriptifTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang
ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka
kesakitan dan kematian akibat ISPA. Di Amerika pneumonia menempati peringkat ke-6 dari
semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit infeksi, di Spanyol angka
kematian mencapai 25%, di Singapura mencapai 10,6%,di Jepang mencapai 10% sedangkan di
Indonesia ISPA menyebabkan 40% dari kematian anak usia 1 bulan sampai 4 tahun
(Depkes,1985). Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-
35% kematian bayi dan balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan
balita di berbagai negara setiap tahun meninggal karena ISPA (WHO,1986).
Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA tertinggi
terjadi pada baduta (>35%). ISPA terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan
tingkat rumah tangga yang rendah. Di Jawa Barat kejadian ISPA sebesar 24,73% dan untuk Jawa
Tengah sebesar 29,08%. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke
sarana kesehatan. Dari angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahwa 40% sampai 70%
anak yang berobat ke rumah sakit adalah penderita ISPA (Depkes,1985). Sebanyak 40-60%
kunjungan pasien ISPA berobat ke puskesmas dan 15-30% kunjungan pasien ISPA berobat ke
bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI,2000). Selain itu ISPA juga sering
berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survey mortalitas yang dilakukan oleh
subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di
Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008).
ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Penyakit infeksi akut
yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran
atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga
tengah dan pleura (Depkes RI,2002) . Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat
terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran
pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah yang berlangsung
sampai 14 hari.. Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300 jenis bakteri dan virus sebagai
penyebab ISPA.
Perjalanan klinis penyakit ISPA dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:
1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi
apa-apa.
2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah
diperberat pada keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah tidak baik.
3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya penyakit, timbul gejala demam dan batuk.
4. Tahap lanjut penyakit : keadaan berlanjut jika infeksi saluran pernapasan tidak diatasi.
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara langsung
maupun tidak langsung. Menurut Sutrisna (1993) faktor resiko yang menyebabkan ISPA pada
balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orangtua), status gizi, tingkat
pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara). Sedangkan Depkes (2002) menyebutkan
bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah BBLR, status gizi buruk, imunisasi yang tidak
lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik.
Lingkungan yang berpengaruh dalam proses terjadinya ISPA adalah lingkungan
perumahan, dimana kualitas rumah berdampak terhadap kesehatan anggotanya. Kualitas rumah
dapat dilihat dari jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian dan jenis bahan bakar
masak yang dipakai. Selain itu, keadaan sosial juga ikut berperan, seseorang yang memiliki
status ekonomi yang kurang, sangat rentan dengan ISPA, ditambah lagi dengan tempat tinggal
yang buruk dan pendidikan serta pengetahuan yang kurang mengenai ISPA.
Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak
dibutuhkan terapi antibiotik. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan
oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.
Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila
terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak higiene.
B. PERNYATAAN MASALAH
Pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman
Saleh no. 23, Bangkinang terhadap ISPA masih kurang terutama mengenai penanganan
ISPA
C. TUJUAN
a. Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama
anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang terhadap
ISPA
b. Tujuan Khusus :
- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti
Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai penyebab
ISPA
- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti
Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai siapa saja
yang dapat terserang penyakit ISPA
- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti
Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai tanda
bahaya dari penyakit ISPA
D. MANFAAT
- Membantu program kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota dalam Upaya Promosi
Kesehatan yaitu penyuluhan luar gedung mengenai ISPA.
- Meningkatkan pengetahuan anak-anak Panti Asuhan Putri Aliyah Kabupaten Kampar
mengenai ISPA.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
KLASIFIKASI ISPA
Program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) membagi penyakit ISPA
dalam 2 golongan yaitu pneumonia (radang paru-paru) dan yang non pneumonia.
Pneumonia dibagi lagi atas derajat beratnya penyakit, yaitu pneumonia berat dan
pneumonia tidak berat. Penyakit batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan
penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi
dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan
terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila
ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin.
Berikut ini adalah klasifikasi ISPA berdasarkan P2 ISPA :
PNEUMONIA : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
PNEUMONIA BERAT : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke
dalam.
BUKAN PNEUMONIA : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,
tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat
ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin dan udara pernapasan yang
mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya. Dalam
menurunkan angka kejadianan ISPA diperlukan peran aktif petugas Kesehatan dalam
menyampaikan informasi terutama tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA,
dimana salah satu faktor yang perlu diketahui adalah cara pencegahan dan perawatan
ISPA. Peran aktif petugas disini dapat menyampaikan melalui promosi kesehatan seperti
perbaikan dan peningkatan gizi, perbaikan dan sanitasi lingkungan, pemeliharaan
kesehatan perorangan dan tindakan preventif seperti isolasi penderita penyakit ISPA dan
pemberian imunisasi. Kita harus mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang
ISPA dan motivasi keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA di rumah, karena
perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kehendak, motivasi dan niat
( Notoatmojo. 2003 )
Menurut Hendrik L Blum, terjadinya ISPA dipengaruhi oleh beberapa faktor,
yaitu:
ISPA
GENETIC
HEALTH SERVICEENVIRONMENT
BEHAVIOR
PENGETAHUAN : PENYEBAB, FAKTOR RISIKO, PENYEBARAN, PENCEGAHAN, PENGOBATAN
SIKAP
PRAKTEK : TIDAK MEMBUKA JENDELA SETIAP HARI, JIKA SAKIT TIDAK BEROBAT KE DOKTER, TIDAK TERATUR MINUM OBAT, TIDAK MENGGUNAKAN MASKER
FISIK : VENTILASI, JENDELA RUMAH, KAMAR TIDUR, KAMAR MANDI, TEMPAT SAMPAH, DAERAH PADAT PENDUDUK /TIDAK, LUAS RUMAH, JUMLAH PENGHUNI RUMAH, LINGKUNGAN RUMAH
BIOLOGIK : VIRUS, BAKTERI
SOS-BUD-EK : TINGKAT PENDIDIKAN, EKONOMI YANG RENDAH
PROMOTIF : PENGETAHUAN
PREVENTIF : IMUNISASI DPT, CAMPAK, HIB
KURATIF : MENYARANKAN PASIEN YANG TERKENA ISPA UNTUK BEROBAT KE PUSKESMAS ATAU DOKTER
REHABILITATIF: MENGANJURKAN UNTUK MENIMUM OBAT YANG DIBERIKAN SECARA TERATUR
1. Lingkungan
a. Pencemaran udara di lingkungan
ISPA berkaitan dengan mekanisme pertahanan saluran pernapasan (defence mechanism).
Mekanisme ini akan terganggu jika ada kondisi-kondisi tertentu, diantaranya polusi
udara. Polusi udara akan memperburuk kondisi saluran pernapasan, sehingga mekanisme
pertahanannya pun akan terganggu/turun. Contoh sederhananya adalah asap rokok
(terutama untuk perokok pasif). Tobacco smoke dapat menurunkan mekanisme
pertahanan saluran pernapasan, jadi anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan banyak
asap rokok, akan lebih mudah terserang ISPA. Begitu juga kalau kita berada di tempat
umum misalnya di angkutan umum, polusi kendaraan sering kita hirup, sehingga lambat
laun dapat menurunkan sistem pertahanan pada saluran pernapasan.
b. Kepadatan hunian
Kepadatan hunian seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat
diduga merupakan faktor resiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003)
membuktikan bahwa kepadatan hunian memperngaruhi secara bermakna prevalensi ISPA
berat. Luas Bangunan Rumah
Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas
lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan
yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan
penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya
konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan
mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah
apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).
c. Keadaan ventilasi rumah yang kurang baik
Ventilasi berperan penting dalam menjaga udara di dalam rumah tetap segar. Terutama
mengatur pertukaran O2 dan CO2. Disamping itu buruknya sistem ventilasi rumah akan
menyebabkan kelembapan udara didalam ruangan meningkat. Ruangan yang lembab
merupakan tempat perkembangbiakan kuman yang sangat baik. Sehingga dapat
meningkatkan kemungkinan terjangkit ISPA. Dikenal 2 macam ventilasi, yakni :
1. Ventilasi alamiah
2. Ventilasi buatan
d. Pencahayaan
Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke
dalam rumah, terutama cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan
media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya
terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak
mata. Ada dua sumber cahaya yang dapat dipergunakan, yakni (i) Cahaya alamiah yaitu
matahari. Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup.
Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas
lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. (ii) Cahaya buatan, yaitu menggunakan
sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.
(Notoatmodjo, 2007).
2. Perilaku Kesehatan
Pada kasus ISPA, penularan tertinggi disebabkan oleh penghirupan droplet saat seorang
penderita ISPA batuk atau sedang bersin. Kebiasaan tidak menggunakan masker,
menutup mulut saat batuk dan membuang dahak secara sembarangan dapat menyebabkan
orang lain di sekitar orang yang batuk tersebut dapat menghirup droplet yang dihasilkan
percikan batuk penderita tersebut. Berdasarkan hal tersebut, salah satu cara yang paling
efektif untuk memutus rantai penyebaran kuman adalah dengan menutup mulut saat batuk
dan tidak membuang dahak sembarangan. ISPA yang dibiarkan tanpa diobati dengan
tuntas dapat menimbulkan ISPA kronik dan memyebabkan kematian. Selain itu, keadaan
gizi juga ikut mempengaruhi kejadian penyakit ISPA, jika seseorang keadaan gizi dan
daya tahan tubuh yang kurang baik, orang tersebut akan mudah terserang ISPA.
3. Pelayanan kesehatan
Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dapat
ditanggulangi oleh pelayanan kesehatan dengan mengadakan penyuluhan pada
masyarakat. Dibutuhkan peran aktif dan keikutsertaan dari petugas kesehatan dan
masyarakat.
BAB III
METODE
A. Tujuan
a. Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama
anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang terhadap
ISPA
b. Tujuan Khusus :
- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti
Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai penyebab
ISPA
- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti
Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai siapa saja
yang dapat terserang penyakit ISPA
- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti
Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai tanda
bahaya dari penyakit ISPA
B. Sasaran : anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang
C. Jumlah Target : 30 Orang
D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Januari 2015
Waktu : 14.00-15.00
Tempat : Aula Panti Aliyah
Acara : Penyuluhan tentang ISPA
Alat Peraga : flipchart
E. Sumber Daya :
- Dokter Internsip : 2 orang
- Petugas Panti : 2 orang
F. Biaya operasional
No Keterangan Jumlah
1. Fotocopy pretest dan post-test 2 x 3
lembar x 80 @ Rp 100,-
Rp. 8.000,-
2. Flipchart Rp. 40.000,-
3. Souvenir peserta (2 lusin ballpoint) Rp. 50.000,-
TOTAL Rp. 98.000,-
Kegiatan : Penyuluhan tentang ISPA disertai dengan pengisian pre-test dan post-
test
G. Evaluasi : Membandingkan nilai pre-test dan post-test setelah penyuluhan.
BAB IV
HASIL
A. Profil Komunitas Umum
1. Administrasi pemerintahan
UPTD Puskesmas Bangkinang Kota terletak di Ibukota Kabupaten Kampar, yaitu
kota Bangkinang yang terletak ditengah-tengah Kecamatan Bangkinang. UPTD
Puskesmas Bangkinang Kota dipimpin oleh seorang Pejabat Struktural dibantu oleh
seorang Kasubag TU. Seluruh staf UPTD Puskesmas Bangkinang Kota bertanggung
jawab langsung kepada kepala Puskesmas Bangkinang Kota, sedangkan kepala
Puskesmas Bangkinang Kota bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan
Kabupaten Kampar.
Jumlah Pegawai Negeri Sipil di UPTD Puskesmas Bangkinang Kota pada tahun
2013 adalah sebanyak 60 orang yang terdiri dari :
a. Golongan IV : 1 orang
b. Golongan III : 32 orang
c. Golongan II : 19 orang
d. PTT : 4 orang
e. Honda : 4 orang
Dengan tingkat pendidikan terdiri dari :
a. S2 : 1 orang
b. S1 : 10 orang
c. D4 : 2 orang
d. D3 : 31 orang
e. D1 : 15 orang
f. SMA : 1 orang
Disamping PNS dan PTT UPTD Puskesmas Bangkinang Kota juga ada Tenaga
Kerja Sukarela sebanyak 27 orang yang terdiri dari berbagai pendidikan seperti :
a. SKM : 3 orang
b. S. Keperawatan : 2 orang
c. D3 Keperawatan : 13 orang
d. D3 Kebidanan : 4 orang
e. D4 Kebidanan : 1 orang
f. Apoteker : 1 orang
g. Analis : 1 orang
2. Keadaan Geografis
Wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota seluas + 177,77 km, yang
terdiri dari 2 kelurahan dan 2 desa :
Adapun desa/kelurahan tersebut adalah :
a. Kelurahan Bangkinang
b. Kelurahan Langgini
c. Desa Kumantan
d. Desa Ridan Permai
Adapun batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kotaadalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Kampar, Kecamatan Bangkinang Seberang
dan Kecamatan Salo
b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bangkinang Barat, Kecamatan
Kampar Kiri
c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangkinang Barat
d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kampar
Kecamatan Bangkinang Kota pada umumnya terdiri dari daratan rendah, daerah yang
relative berada di daratan sedang adalah Desa Ridan Permai yang struktur tanahnya
berada diatas perbukitan. Kecamatan Bangkinang pada umumnya beriklim tropis, dimana
curah hujan tertinggi berada pada kisaran bulan September sampai bulan Januari.
Diwilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota juga terdapat satu buah sungai
besar yaitu sungai Kampar, yang terbentang dipinggir kecamatan Bangkinang Kota
melewati Kelurahan Langgini, Kelurahan Bangkinang dan Desa Kumantan.
3. Keadaan Demografis
Jumlah penduduk Kecamantan Bangkinang Kota sebanyak 41.115 jiwa, yang
tersebar pada 4 desa/kelurahan, dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak adalah
kelurahan Langgini dan desa/kelurahan dengan penduduk paling sedikit adalah Desa
Ridan Permai. Kepadatan penduduk Kecamatan Bangkinang Kota bersifat homogeny
dimana penduduknya tidak hanya penduduk asli tetapi juga berasal dari penduduk
pendatang dari Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Pulau Jawa. Berikut ini keadaan
demografis wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota tahun 2013, jumlah
penduduk 41.115, jumlah ibu hamil sebanyak 982 orang, jumlah ibu hamil dengan resiko
tinggi sebanyak 197 orang, jumlah ibu bersalin sebanyak 937 orang, jumlah bayi 893
orang, jumlah bayi resiko tinggi 134 orang, jumlah bayi BBLR sebanyak 32 orang,
jumlah ibu nifas sebanyak 937 orang. Jumlah anak balita sebanyak 3663 orang, jumlah
wanita subur sebanyak 9153 orang, jumlah pasangan usia subur sebanyak 6825 orang dan
jumlah lanjut usia sebanyak 1846
4. Sosial Ekonomi
a. Pendidikan
Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota terdapat beberapa fasilitas
pendidikan mulai dari tingkat Paud, TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.
Jumlah fasilitas pendidikan yang terdapat di wilayah kerja UPTD Puskesmas
Bangkinang Kota terdiri dari :
1. Paud : 15 buah
2. TK : 14 buah
3. SD : 23 buah
4. SMP : 6 buah
5. SMA : 9 buah
6. Perguruan Tinggi : 3 buah
Rata-rata penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota
berpendidikan SMA.
b. Kesehatan
Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat
memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Dengan
meningkatkan pelayanan diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ini telah
dilakukan pmerintah antara lain dengan menyediakan tenaga kesehatan, fasilitas
kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Diwilayah kerja UPTD
Puskesmas Bangkinang Kota petugas kesehatan terdiri dari :
1. Dokter Umum : 3 orang
2. Dokter Gigi : 1 orang
3. Sarjana Kesehatan Masyarakat : 3 orang
4. Sarjana Ekonomi : 1 orang
5. Perawat : 23 orang
6. Bidan : 17 orang
7. Perawat Gigi : 3 orang
8. Apoteker : 1 orang
9. Asisten apoteker : 1 orang
10. Analis : 1 orang
11. Sanitarian : 2 orang
12. Pekarya : 1 orang
13. SMA : 1 orang
Jumlah Rumah sakit 3 buah, jumlah BP/Klinik 3 buah, jumlah Dokter Praktek
swasta 47 orang, jumlah Bidan Praktek Swasta 29 orang. Jumlah masyarakat yang
mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan berjumlah 3707 jiwa.
Urutan 10 penyakit terbanyak UPTD Puskesmas Bangkinang Kota tahun 2013
adalah sebagai berikut :
1. ISPA 26,01 %
2. Dyspepsia 8,5 %
3. Hipertensi 6,9 %
4. Artropati & Artritis 5,7 %
5. Peny. Pulpa & periapikal 4,76 %
6. Gangguan perkembangan % erupsi 2,89 %
7. DM tidak tergantung insulin 2,43 %
8. Dermatitis dan Eksim 2,17 %
9. Diare 2,14 %
10. Infeksi Kulit dan jaringan sub kutan 1,6 %
c. Agama
Penduduk Kecamatan Bangkinang mayoritas memeluk agama islam, sedangkan
agama-agama lain yang dipeluk oleh penduduk Kecamatan Bangkinang Kota adalah
agama Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha.
d. Ekonomi
Perekonomian wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota didukung oleh
beberapa sector seperti perdagangan, pajak, perkebunan, pertanian dan swasta. Rata-
rata pekerjaan masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota
adalah pedagang, bertani, Pegawai Negeri dan Wiraswasta.
5. Lingkungan
Sebagai pusat Ibukota Pemerintahan Kabupaten Kampar, lingkungan wilayah
kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota terdiri dari perumahan, perkantoran, pasar,
industry, dan lain-lain yang sangat rawan dengan polusi udara, pencemaran lingkungan
dan sebagainya. Desa/kelurahan yang masih terdapat sedikit hutan dan penghijauan
adalah Desa Ridan Permai dan Desa Kumantan, sedangkan untuk kelurahan Bangkinang
Kota dan Langgini lebih didominasi oleh rumah, perkantoran, sekolah, pasar dan industri.
6. Data Kesehatan Masyarakat
Masalah Kesehatan : ISPA
Wilayah Masalah : Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang
Sasaran : anak-anak panti putri Aliyah usia 15-17 tahun
Jumlah sasaran : 30 orang
Jumlah yang hadir : 24 orang
Tabel I. Jumlah orang yang menjawab benar
No PENGETAHUAN N %
1 Mengetahui mengenai penyebab ISPA 10 41,67
2 Mengetahui cara penularan ISPA 11 45,83
3 Mengetahui cara mencegah penularan ISPA
10 41,67
4 Mengetahui gejala ISPA 9 37,5
5 Mengetahui penanganan ISPA 8 33,33
6 Mengetahui mengenai kondisi rumah untuk mencegah terjadinya ISPA
10 41,67
7 Mengetahui pola makan yang berhubungan dengan ISPA
11 45,83
8 Mengetahui polusi yang berhubungan dengan ISPA
13 54,16
9 Mengetahui siapa sajakah yang dapat terserang ISPA
9 37,5
10 Mengetahui apa yang harus dilakukan jika tidak ingin terserang ISPA
10 41,67
Tabel II. Hasil Pretest
No Nilai Pre Test
1 50
2 60
3 60
4 70
5 30
6 80
7 50
8 30
9 40
10 60
11 70
12 40
13 70
14 70
15 80
16 90
17 80
18 70
19 70
20 60
21 70
22 70
23 60
24 80
Jumlah 1510
Rata – rata 62,92
Tabel III. .Kriteria Penilaian
No. Nilai Kategori
1. ≤ 50 Kurang
2. 51-69 Sedang
3. ≥ 70 Baik
Output
Tabel Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test
No.
Nilai
Nilai Post
TestPre
Test
1 50 100
2 60 90
3 60 100
4 70 100
5 30 90
6 80 100
7 50 90
8 30 100
9 40 80
10 60 100
11 70 100
12 40 90
13 70 100
14 70 100
15 80 100
16 90 90
17 80 90
18 70 100
19 70 90
20 60 100
21 70 80
22 70 100
23 60 90
24 80 100
Jumlah 1510 2.280
Rata-
Rata
62,92 95
BAB V
DISKUSI
Tabel Peningkatan Pengetahuan Dilihat Dari Jawaban Tiap Soal
No. Pengetahuan
Pre Test Post Test Kenaikan
N % N % N %
1 Mengetahui mengenai penyebab 10 41,67 24 100 14 58,33
ISPA
2 Mengetahui cara penularan ISPA 11 45,83 24 100 13 54,17
3 Mengetahui cara mencegah penularan ISPA
10 41,67 23 95,83 13 54,17
4 Mengetahui gejala ISPA 9 37,5 24 100 15 62,5
5 Mengetahui penanganan ISPA 8 33,33 23 95,83 15 62,5
6 Mengetahui mengenai kondisi rumah untuk mencegah terjadinya ISPA
10 41,67 24 100 14 58,33
7 Mengetahui pola makan yang berhubungan dengan ISPA
11 45,83 21 87,5 10 41,67
8 Mengetahui polusi yang berhubungan dengan ISPA
13 54,16 24 100 11 45,83
9 Mengetahui siapa sajakah yang dapat terserang ISPA
9 37,5 23 95,83 9 37,5
10 Mengetahui apa yang harus dilakukan jika tidak ingin terserang ISPA
10 41,67 24 100 9 37,5
A. Input
- SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter internsip dr. Yudhistira Herlambang
sebagai penyuluh dan narasumber sesuai dengan perencanaan.
- Penyuluhan dibantu dan diawasi oleh 1 dokter internsip, dan 2 petugas panti.
- Dana yang dibutuhkan untuk kegiatan penyuluhan bersumber dari dokter internsip dan
berubah dari perencanaan, yaitu dari Rp. 98.000,- menjadi Rp. 68.000,-.
- Penyuluhan dilakukan di Aula panti Aliyah tentang pengertian, penyebab, perjalanan,
faktor resiko, klasifikasi, cara penularan, siapa saja yang terserang, tanda dan
gejala,pencegahan, perawatan dan tanda bahaya ISPA sesuai dengan perencanaan.
- Telah ditentukan diagnosis masalah kesehatan melalui kuesioner pretest-postest yaitu
ISPA sesuai dengan perencanaan
B. Proses
- Dilakukan kegiatan penyuluhan pada hari Sabtu, 10 januari 2015 sesuai dengan
perencanaan.
- Penyuluhan dilaksanankan di Aula Panti Aliyah sesuai dengan perencanaan.
- Kegiatan penyuluhan yang dijalankan dimulai sesuai jadwal yang direncanakan.
Kegiatan berlangsung sekitar 60 menit.
- Pelaksanaan kegiatan berupa pre-test, penyuluhan mengenai ISPA dilanjutkan dengan
sesi tanya jawab dan diakhiri dengan post-test untuk mengetahui keberhasilan intervensi
sesuai dengan perencanaan.
- Jumlah peserta yang hadir tidak sesuai dengan yang direncanakan, dari 30 orang
berkurang menjadi 24 orang.
- Tidak ada masalah berarti selama penyuluhan. Penyuluhan dapat berjalan dengan baik
dan masyarakat mengikuti penyuluhan dengan antusias. Situasi penyuluhan juga cukup
kondusif, peserta mengikuti penyuluhan tanpa kegaduhan.
- Pemecahan masalah : waktu mulai kegiatan mundur sehingga dokter internsip
mempersingkat penyuluhan tetapi isi penyuluhan tetap padat dan peserta tetap antusias
mendengarkan.
C. Output
Sebelum dilakukan penyuluhan mengenai ISPA hasil preest rata-rata dari
responden adalah 62,92. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post-test rata-rata
dari responden adalah 95. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden
sebesar 32,08%.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Sebelum dilakukan intervensi, pengetahuan anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A.
Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai ISPA masuk dalam kategori Sedang
(62,92). Sedangkan setelah dilakukan intervensi, pengetahuan masyarakat meningkat
menjadi kategori Baik (95) berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden
sebesar 32,08%,. Hal ini menandakan penyuluhan mengenai yang diberikan telah
berhasil menambah pengetahuan responden.
2. Saran
Kepada anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang :
Agar dapat menyebarkan informasi yang telah didapat kepada anak-anak
lain ataupun kepada anggota keluarga yang beresiko terkena Infeksi Saluran
Pernafasan Akut.
Agar mengikuti pola hidup yang sehat dan dapat mencegah terjadinya
Infeksi Saluran Pernafasan Akut dengan tepat sesuai dengan penyuluhan
yang sudah disampaikan.
Dapat terlebih dahulu menerapkan apa yang telah didengar dalam kehidupan
pribadi dan dapat menjadi contoh baik bagi keluarga maupun lingkungan
sekitar
Rutin memeriksakan kesehatan ke pusat pelayanan kesehatan terdekat
Kepada Petugas Kesehatan :
Agar dapat meningkatkan kegiatan promosi kesehatan yang berkaitan
dengan Infeksi Saluran Pernafasan akut.
Agar dapat memberikan penyuluhan secara berkala mengenai Infeksi
Saluran Pernafasan Atas
LAMPIRAN 1
KUISIONER STATUS KESEHATAN MASYARAKAT
ISPA
Nama : Tanggal:Usia : No Kuesioner:Alamat:
PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING BENAR
1. Apakah yang menyebabkan infeksi akut saluran napas bagian atas?a. Bakterib. Visrisc. Semua benar
2. Bagaimankah cara penularan infeksi akut saluran napas bagian atas ?a. Melalui udarab. Melalu airc. Melalu kontak kulit
3. Bagaimakah cara mencegah penularan infeksi akut saluran napas bagian atas?a. Tidak mengkonsumsi makanan berlemakb. Memakai maskerc. Bukan salah satu di atas
4. Apakah gejala dari infeksi akut saluran napas bagian atas?a. Batuk dan pilekb. Demamc. Semua benar
5. Bagaimanakah penanganan infeksi akut saluran napas bagian atas?a. Minum air dinginb. Istirahat yang cukup dan minum obatc. Makan-makanan yang pedas
6. Bagaimanakah kondisi rumah yang seharusnya supaya tidak terkena infeksi akut saluran napas bagian atas ?
a. Ventilasi cukup dan rutin dibersihkanb. Rumah luas dan besarc. Rumah terang benderang
7. Bagaimanakah hubungan konsumsi sayur dan buah terhadap infeksi akut saluran napas bagian atas?
a. Tidak berhubunganb. Konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakitc. Konsumsi buah dan sayur dapat mencegah penularan
8. Jenis polusi apakah yang mempengaruhi infeksi akut saluran napas bagian atas ?a. Polusi udarab. Polusi suarac. Polusi air
9. Siapa sajakah yang dapat terserang infeksi akut saluran napas bagian atas?a. Anak-anakb. Dewasac. Semua benar
10. Bagaimana cara kita mencegah penularan infeksi akut saluran napas bagian atas terhadap orang lain?
a. Menutup mulut ketika batuk dan bersinb. Rajin Mencuci tangan c. Semua benar
LAMPIRAN 2