mini project

36
[Type text] [Type text] [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA. Di Amerika pneumonia menempati peringkat ke-6 dari semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit infeksi, di Spanyol angka kematian mencapai 25%, di Singapura mencapai 10,6%,di Jepang mencapai 10% sedangkan di Indonesia ISPA menyebabkan 40% dari kematian anak usia 1 bulan sampai 4 tahun (Depkes,1985). Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35% kematian bayi dan balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan balita di berbagai negara setiap tahun meninggal karena ISPA (WHO,1986). Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA tertinggi terjadi pada baduta (>35%). ISPA terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan tingkat rumah tangga yang rendah. Di Jawa Barat kejadian ISPA sebesar 24,73% dan untuk Jawa Tengah sebesar 29,08%. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke sarana kesehatan. Dari angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahwa 40% sampai 70% anak yang berobat ke rumah sakit adalah penderita ISPA (Depkes,1985). Sebanyak 40-60% kunjungan pasien ISPA berobat ke [Type text] [Type text] [Type text]

Upload: yudhistira-herlambang

Post on 12-Jan-2016

145 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Penelitian deskriptif

TRANSCRIPT

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang

ada di negara berkembang dan negara maju. Hal ini disebabkan karena masih tingginya angka

kesakitan dan kematian akibat ISPA. Di Amerika pneumonia menempati peringkat ke-6 dari

semua penyebab kematian dan peringkat pertama dari seluruh penyakit infeksi, di Spanyol angka

kematian mencapai 25%, di Singapura mencapai 10,6%,di Jepang mencapai 10% sedangkan di

Indonesia ISPA menyebabkan 40% dari kematian anak usia 1 bulan sampai 4 tahun

(Depkes,1985). Sebagian besar hasil penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-

35% kematian bayi dan balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan

balita di berbagai negara setiap tahun meninggal karena ISPA (WHO,1986).

Berdasarkan hasil laporan RISKESDAS pada tahun 2007, prevalensi ISPA tertinggi

terjadi pada baduta (>35%). ISPA terjadi lebih tinggi pada kelompok dengan pendidikan dan

tingkat rumah tangga yang rendah. Di Jawa Barat kejadian ISPA sebesar 24,73% dan untuk Jawa

Tengah sebesar 29,08%. ISPA merupakan salah satu penyebab utama kunjungan pasien ke

sarana kesehatan. Dari angka-angka di rumah sakit Indonesia didapat bahwa 40% sampai 70%

anak yang berobat ke rumah sakit adalah penderita ISPA (Depkes,1985). Sebanyak 40-60%

kunjungan pasien ISPA berobat ke puskesmas dan 15-30% kunjungan pasien ISPA berobat ke

bagian rawat jalan dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI,2000). Selain itu ISPA juga sering

berada pada daftar 10 penyakit terbanyak di rumah sakit. Survey mortalitas yang dilakukan oleh

subdit ISPA tahun 2005 menempatkan ISPA sebagai penyebab kematian bayi terbesar di

Indonesia dengan persentase 22,30% dari seluruh kematian balita (Anonim, 2008).

ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Penyakit infeksi akut

yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari saluran nafas mulai dari hidung (saluran

atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan adneksanya seperti sinus, rongga telinga

tengah dan pleura (Depkes RI,2002) . Salah satu penyakit yang diderita oleh masyarakat

terutama adalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) yaitu meliputi infeksi akut saluran

pernapasan bagian atas dan infeksi akut saluran pernapasan bagian bawah yang berlangsung

sampai 14 hari.. Hingga saat ini telah dikenal lebih dari 300 jenis bakteri dan virus sebagai

penyebab ISPA.

Perjalanan klinis penyakit ISPA dapat dibagi menjadi empat tahap, yaitu:

1. Tahap prepatogenesis : penyebab telah ada tetapi penderita belum menunjukkan reaksi

apa-apa.

2. Tahap inkubasi : virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi lemah

diperberat pada keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya memang sudah tidak baik.

3. Tahap dini penyakit : dimulai dari munculnya penyakit, timbul gejala demam dan batuk.

4. Tahap lanjut penyakit : keadaan berlanjut jika infeksi saluran pernapasan tidak diatasi.

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kejadian penyakit ISPA baik secara langsung

maupun tidak langsung. Menurut Sutrisna (1993) faktor resiko yang menyebabkan ISPA pada

balita adalah sosio-ekonomi (pendapatan, perumahan, pendidikan orangtua), status gizi, tingkat

pengetahuan ibu dan faktor lingkungan (kualitas udara). Sedangkan Depkes (2002) menyebutkan

bahwa faktor penyebab ISPA pada balita adalah BBLR, status gizi buruk, imunisasi yang tidak

lengkap, kepadatan tempat tinggal dan lingkungan fisik.

Lingkungan yang berpengaruh dalam proses terjadinya ISPA adalah lingkungan

perumahan, dimana kualitas rumah berdampak terhadap kesehatan anggotanya. Kualitas rumah

dapat dilihat dari jenis atap, jenis lantai, jenis dinding, kepadatan hunian dan jenis bahan bakar

masak yang dipakai. Selain itu, keadaan sosial juga ikut berperan, seseorang yang memiliki

status ekonomi yang kurang, sangat rentan dengan ISPA, ditambah lagi dengan tempat tinggal

yang buruk dan pendidikan serta pengetahuan yang kurang mengenai ISPA.

Etiologi dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak

dibutuhkan terapi antibiotik. Infeksi saluran pernapasan bagian atas terutama yang disebabkan

oleh virus, sering terjadi pada semua golongan masyarakat pada bulan-bulan musim dingin.

Tetapi ISPA yang berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila

terdapat gizi kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak higiene.

B. PERNYATAAN MASALAH

Pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman

Saleh no. 23, Bangkinang terhadap ISPA masih kurang terutama mengenai penanganan

ISPA

C. TUJUAN

a. Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama

anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang terhadap

ISPA

b. Tujuan Khusus :

- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti

Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai penyebab

ISPA

- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti

Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai siapa saja

yang dapat terserang penyakit ISPA

- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti

Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai tanda

bahaya dari penyakit ISPA

D. MANFAAT

- Membantu program kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota dalam Upaya Promosi

Kesehatan yaitu penyuluhan luar gedung mengenai ISPA.

- Meningkatkan pengetahuan anak-anak Panti Asuhan Putri Aliyah Kabupaten Kampar

mengenai ISPA.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

KLASIFIKASI ISPA

Program Pemberantasan Penyakit ISPA (P2 ISPA) membagi penyakit ISPA

dalam 2 golongan yaitu pneumonia (radang paru-paru) dan yang non pneumonia.

Pneumonia dibagi lagi atas derajat beratnya penyakit, yaitu pneumonia berat dan

pneumonia tidak berat. Penyakit batuk-pilek seperti rinitis, faringitis, tonsilitis dan

penyakit jalan napas bagian atas lainnya digolongkan sebagai bukan pneumonia. Etiologi

dari sebagian besar penyakit jalan napas bagian atas ini ialah virus dan tidak dibutuhkan

terapi antibiotik. Faringitis oleh kuman Streptococcus jarang ditemukan pada balita. Bila

ditemukan harus diobati dengan antibiotik penisilin.

Berikut ini adalah klasifikasi ISPA berdasarkan P2 ISPA :

PNEUMONIA : ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.

PNEUMONIA BERAT : ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada ke

dalam.

BUKAN PNEUMONIA : ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam,

tanpa tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat

ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin dan udara pernapasan yang

mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernapasannya. Dalam

menurunkan angka kejadianan ISPA diperlukan peran aktif petugas Kesehatan dalam

menyampaikan informasi terutama tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan ISPA,

dimana salah satu faktor yang perlu diketahui adalah cara pencegahan dan perawatan

ISPA. Peran aktif petugas disini dapat menyampaikan melalui promosi kesehatan seperti

perbaikan dan peningkatan gizi, perbaikan dan sanitasi lingkungan, pemeliharaan

kesehatan perorangan dan tindakan preventif seperti isolasi penderita penyakit ISPA dan

pemberian imunisasi. Kita harus mengetahui sejauh mana pengetahuan keluarga tentang

ISPA dan motivasi keluarga dalam pencegahan dan perawatan ISPA di rumah, karena

perilaku seseorang dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kehendak, motivasi dan niat

( Notoatmojo. 2003 )

Menurut Hendrik L Blum, terjadinya ISPA dipengaruhi oleh beberapa faktor,

yaitu:

ISPA

GENETIC

HEALTH SERVICEENVIRONMENT

BEHAVIOR

PENGETAHUAN : PENYEBAB, FAKTOR RISIKO, PENYEBARAN, PENCEGAHAN, PENGOBATAN

SIKAP

PRAKTEK : TIDAK MEMBUKA JENDELA SETIAP HARI, JIKA SAKIT TIDAK BEROBAT KE DOKTER, TIDAK TERATUR MINUM OBAT, TIDAK MENGGUNAKAN MASKER

FISIK : VENTILASI, JENDELA RUMAH, KAMAR TIDUR, KAMAR MANDI, TEMPAT SAMPAH, DAERAH PADAT PENDUDUK /TIDAK, LUAS RUMAH, JUMLAH PENGHUNI RUMAH, LINGKUNGAN RUMAH

BIOLOGIK : VIRUS, BAKTERI

SOS-BUD-EK : TINGKAT PENDIDIKAN, EKONOMI YANG RENDAH

PROMOTIF : PENGETAHUAN

PREVENTIF : IMUNISASI DPT, CAMPAK, HIB

KURATIF : MENYARANKAN PASIEN YANG TERKENA ISPA UNTUK BEROBAT KE PUSKESMAS ATAU DOKTER

REHABILITATIF: MENGANJURKAN UNTUK MENIMUM OBAT YANG DIBERIKAN SECARA TERATUR

1. Lingkungan

a. Pencemaran udara di lingkungan

ISPA berkaitan dengan mekanisme pertahanan saluran pernapasan (defence mechanism).

Mekanisme ini akan terganggu jika ada kondisi-kondisi tertentu, diantaranya polusi

udara. Polusi udara akan memperburuk kondisi saluran pernapasan, sehingga mekanisme

pertahanannya pun akan terganggu/turun. Contoh sederhananya adalah asap rokok

(terutama untuk perokok pasif). Tobacco smoke dapat menurunkan mekanisme

pertahanan saluran pernapasan, jadi anak-anak yang tinggal di lingkungan dengan banyak

asap rokok, akan lebih mudah terserang ISPA. Begitu juga kalau kita berada di tempat

umum misalnya di angkutan umum, polusi kendaraan sering kita hirup, sehingga lambat

laun dapat menurunkan sistem pertahanan pada saluran pernapasan.

b. Kepadatan hunian

Kepadatan hunian seperti luas ruang per orang, jumlah anggota keluarga, dan masyarakat

diduga merupakan faktor resiko untuk ISPA. Penelitian oleh Koch et al (2003)

membuktikan bahwa kepadatan hunian memperngaruhi secara bermakna prevalensi ISPA

berat. Luas Bangunan Rumah

Luas lantai bangunan rumah sehat harus cukup untuk penghuni di dalamnya, artinya luas

lantai bangunan tersebut harus disesuaikan dengan jumlah penghuninya. Luas bangunan

yang tidak sebanding dengan jumlah penghuninya akan menyebabkan kepadatan

penghuni (overcrowded). Hal ini tidak sehat, sebab disamping menyebabkan kurangnya

konsumsi oksigen juga bila salah satu anggota keluarga terkena penyakit infeksi, akan

mudah menular kepada anggota keluarga yang lain. Luas bangunan yang optimum adalah

apabila dapat menyediakan 2,5 – 3 m2 untuk setiap orang (tiap anggota keluarga).

c. Keadaan ventilasi rumah yang kurang baik

Ventilasi berperan penting dalam menjaga udara di dalam rumah tetap segar. Terutama

mengatur pertukaran O2 dan CO2. Disamping itu buruknya sistem ventilasi rumah akan

menyebabkan kelembapan udara didalam ruangan meningkat. Ruangan yang lembab

merupakan tempat perkembangbiakan kuman yang sangat baik. Sehingga dapat

meningkatkan kemungkinan terjangkit ISPA. Dikenal 2 macam ventilasi, yakni :

1. Ventilasi alamiah

2. Ventilasi buatan

d. Pencahayaan

Rumah yang sehat memerlukan cahaya yang cukup. Kurangnya cahaya yang masuk ke

dalam rumah, terutama cahaya matahari, di samping kurang nyaman, juga merupakan

media atau tempat yang baik untuk hidup dan berkembangnya bibit penyakit. Sebaliknya

terlalu banyak cahaya dalam rumah akan menyebabkan silau dan akhirnya dapat merusak

mata. Ada dua sumber cahaya yang dapat dipergunakan, yakni (i) Cahaya alamiah yaitu

matahari. Rumah yang sehat harus mempunyai jalan masuk cahaya matahari yang cukup.

Sebaiknya jalan masuk cahaya (jendela) luasnya sekurang-kurangnya 15%-20% dari luas

lantai yang terdapat dalam ruangan rumah. (ii) Cahaya buatan, yaitu menggunakan

sumber cahaya yang bukan alamiah, seperti lampu minyak tanah, listrik dan sebagainya.

(Notoatmodjo, 2007).

2. Perilaku Kesehatan

Pada kasus ISPA, penularan tertinggi disebabkan oleh penghirupan droplet saat seorang

penderita ISPA batuk atau sedang bersin. Kebiasaan tidak menggunakan masker,

menutup mulut saat batuk dan membuang dahak secara sembarangan dapat menyebabkan

orang lain di sekitar orang yang batuk tersebut dapat menghirup droplet yang dihasilkan

percikan batuk penderita tersebut. Berdasarkan hal tersebut, salah satu cara yang paling

efektif untuk memutus rantai penyebaran kuman adalah dengan menutup mulut saat batuk

dan tidak membuang dahak sembarangan. ISPA yang dibiarkan tanpa diobati dengan

tuntas dapat menimbulkan ISPA kronik dan memyebabkan kematian. Selain itu, keadaan

gizi juga ikut mempengaruhi kejadian penyakit ISPA, jika seseorang keadaan gizi dan

daya tahan tubuh yang kurang baik, orang tersebut akan mudah terserang ISPA.

3. Pelayanan kesehatan

Kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai perilaku hidup bersih dan sehat dapat

ditanggulangi oleh pelayanan kesehatan dengan mengadakan penyuluhan pada

masyarakat. Dibutuhkan peran aktif dan keikutsertaan dari petugas kesehatan dan

masyarakat.

BAB III

METODE

A. Tujuan

a. Tujuan Umum : Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama

anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang terhadap

ISPA

b. Tujuan Khusus :

- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti

Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai penyebab

ISPA

- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti

Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai siapa saja

yang dapat terserang penyakit ISPA

- Meningkatkan pengetahuan warga masyarakat terutama anak-anak Panti

Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai tanda

bahaya dari penyakit ISPA

B. Sasaran : anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang

C. Jumlah Target : 30 Orang

D. Tempat dan Waktu Pelaksanaan

Hari/Tanggal : Sabtu, 10 Januari 2015

Waktu : 14.00-15.00

Tempat : Aula Panti Aliyah

Acara : Penyuluhan tentang ISPA

Alat Peraga : flipchart

E. Sumber Daya :

- Dokter Internsip : 2 orang

- Petugas Panti : 2 orang

F. Biaya operasional

No Keterangan Jumlah

1. Fotocopy pretest dan post-test 2 x 3

lembar x 80 @ Rp 100,-

Rp. 8.000,-

2. Flipchart Rp. 40.000,-

3. Souvenir peserta (2 lusin ballpoint) Rp. 50.000,-

TOTAL Rp. 98.000,-

Kegiatan : Penyuluhan tentang ISPA disertai dengan pengisian pre-test dan post-

test

G. Evaluasi : Membandingkan nilai pre-test dan post-test setelah penyuluhan.

BAB IV

HASIL

A. Profil Komunitas Umum

1. Administrasi pemerintahan

UPTD Puskesmas Bangkinang Kota terletak di Ibukota Kabupaten Kampar, yaitu

kota Bangkinang yang terletak ditengah-tengah Kecamatan Bangkinang. UPTD

Puskesmas Bangkinang Kota dipimpin oleh seorang Pejabat Struktural dibantu oleh

seorang Kasubag TU. Seluruh staf UPTD Puskesmas Bangkinang Kota bertanggung

jawab langsung kepada kepala Puskesmas Bangkinang Kota, sedangkan kepala

Puskesmas Bangkinang Kota bertanggung jawab kepada Kepala Dinas Kesehatan

Kabupaten Kampar.

Jumlah Pegawai Negeri Sipil di UPTD Puskesmas Bangkinang Kota pada tahun

2013 adalah sebanyak 60 orang yang terdiri dari :

a. Golongan IV : 1 orang

b. Golongan III : 32 orang

c. Golongan II : 19 orang

d. PTT : 4 orang

e. Honda : 4 orang

Dengan tingkat pendidikan terdiri dari :

a. S2 : 1 orang

b. S1 : 10 orang

c. D4 : 2 orang

d. D3 : 31 orang

e. D1 : 15 orang

f. SMA : 1 orang

Disamping PNS dan PTT UPTD Puskesmas Bangkinang Kota juga ada Tenaga

Kerja Sukarela sebanyak 27 orang yang terdiri dari berbagai pendidikan seperti :

a. SKM : 3 orang

b. S. Keperawatan : 2 orang

c. D3 Keperawatan : 13 orang

d. D3 Kebidanan : 4 orang

e. D4 Kebidanan : 1 orang

f. Apoteker : 1 orang

g. Analis : 1 orang

2. Keadaan Geografis

Wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota seluas + 177,77 km, yang

terdiri dari 2 kelurahan dan 2 desa :

Adapun desa/kelurahan tersebut adalah :

a. Kelurahan Bangkinang

b. Kelurahan Langgini

c. Desa Kumantan

d. Desa Ridan Permai

Adapun batas wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kotaadalah sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Sungai Kampar, Kecamatan Bangkinang Seberang

dan Kecamatan Salo

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Bangkinang Barat, Kecamatan

Kampar Kiri

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Bangkinang Barat

d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kampar

Kecamatan Bangkinang Kota pada umumnya terdiri dari daratan rendah, daerah yang

relative berada di daratan sedang adalah Desa Ridan Permai yang struktur tanahnya

berada diatas perbukitan. Kecamatan Bangkinang pada umumnya beriklim tropis, dimana

curah hujan tertinggi berada pada kisaran bulan September sampai bulan Januari.

Diwilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota juga terdapat satu buah sungai

besar yaitu sungai Kampar, yang terbentang dipinggir kecamatan Bangkinang Kota

melewati Kelurahan Langgini, Kelurahan Bangkinang dan Desa Kumantan.

3. Keadaan Demografis

Jumlah penduduk Kecamantan Bangkinang Kota sebanyak 41.115 jiwa, yang

tersebar pada 4 desa/kelurahan, dengan jumlah desa/kelurahan terbanyak adalah

kelurahan Langgini dan desa/kelurahan dengan penduduk paling sedikit adalah Desa

Ridan Permai. Kepadatan penduduk Kecamatan Bangkinang Kota bersifat homogeny

dimana penduduknya tidak hanya penduduk asli tetapi juga berasal dari penduduk

pendatang dari Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Pulau Jawa. Berikut ini keadaan

demografis wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota tahun 2013, jumlah

penduduk 41.115, jumlah ibu hamil sebanyak 982 orang, jumlah ibu hamil dengan resiko

tinggi sebanyak 197 orang, jumlah ibu bersalin sebanyak 937 orang, jumlah bayi 893

orang, jumlah bayi resiko tinggi 134 orang, jumlah bayi BBLR sebanyak 32 orang,

jumlah ibu nifas sebanyak 937 orang. Jumlah anak balita sebanyak 3663 orang, jumlah

wanita subur sebanyak 9153 orang, jumlah pasangan usia subur sebanyak 6825 orang dan

jumlah lanjut usia sebanyak 1846

4. Sosial Ekonomi

a. Pendidikan

Di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota terdapat beberapa fasilitas

pendidikan mulai dari tingkat Paud, TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi.

Jumlah fasilitas pendidikan yang terdapat di wilayah kerja UPTD Puskesmas

Bangkinang Kota terdiri dari :

1. Paud : 15 buah

2. TK : 14 buah

3. SD : 23 buah

4. SMP : 6 buah

5. SMA : 9 buah

6. Perguruan Tinggi : 3 buah

Rata-rata penduduk di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota

berpendidikan SMA.

b. Kesehatan

Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan agar semua lapisan masyarakat

memperoleh pelayanan kesehatan secara mudah, murah dan merata. Dengan

meningkatkan pelayanan diharapkan dapat meningkatkan derajat kesehatan

masyarakat. Upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat ini telah

dilakukan pmerintah antara lain dengan menyediakan tenaga kesehatan, fasilitas

kesehatan dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat. Diwilayah kerja UPTD

Puskesmas Bangkinang Kota petugas kesehatan terdiri dari :

1. Dokter Umum : 3 orang

2. Dokter Gigi : 1 orang

3. Sarjana Kesehatan Masyarakat : 3 orang

4. Sarjana Ekonomi : 1 orang

5. Perawat : 23 orang

6. Bidan : 17 orang

7. Perawat Gigi : 3 orang

8. Apoteker : 1 orang

9. Asisten apoteker : 1 orang

10. Analis : 1 orang

11. Sanitarian : 2 orang

12. Pekarya : 1 orang

13. SMA : 1 orang

Jumlah Rumah sakit 3 buah, jumlah BP/Klinik 3 buah, jumlah Dokter Praktek

swasta 47 orang, jumlah Bidan Praktek Swasta 29 orang. Jumlah masyarakat yang

mendapat jaminan pemeliharaan kesehatan berjumlah 3707 jiwa.

Urutan 10 penyakit terbanyak UPTD Puskesmas Bangkinang Kota tahun 2013

adalah sebagai berikut :

1. ISPA 26,01 %

2. Dyspepsia 8,5 %

3. Hipertensi 6,9 %

4. Artropati & Artritis 5,7 %

5. Peny. Pulpa & periapikal 4,76 %

6. Gangguan perkembangan % erupsi 2,89 %

7. DM tidak tergantung insulin 2,43 %

8. Dermatitis dan Eksim 2,17 %

9. Diare 2,14 %

10. Infeksi Kulit dan jaringan sub kutan 1,6 %

c. Agama

Penduduk Kecamatan Bangkinang mayoritas memeluk agama islam, sedangkan

agama-agama lain yang dipeluk oleh penduduk Kecamatan Bangkinang Kota adalah

agama Katolik, Protestan, Hindu, dan Budha.

d. Ekonomi

Perekonomian wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota didukung oleh

beberapa sector seperti perdagangan, pajak, perkebunan, pertanian dan swasta. Rata-

rata pekerjaan masyarakat di wilayah kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota

adalah pedagang, bertani, Pegawai Negeri dan Wiraswasta.

5. Lingkungan

Sebagai pusat Ibukota Pemerintahan Kabupaten Kampar, lingkungan wilayah

kerja UPTD Puskesmas Bangkinang Kota terdiri dari perumahan, perkantoran, pasar,

industry, dan lain-lain yang sangat rawan dengan polusi udara, pencemaran lingkungan

dan sebagainya. Desa/kelurahan yang masih terdapat sedikit hutan dan penghijauan

adalah Desa Ridan Permai dan Desa Kumantan, sedangkan untuk kelurahan Bangkinang

Kota dan Langgini lebih didominasi oleh rumah, perkantoran, sekolah, pasar dan industri.

6. Data Kesehatan Masyarakat

Masalah Kesehatan : ISPA

Wilayah Masalah : Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang

Sasaran : anak-anak panti putri Aliyah usia 15-17 tahun

Jumlah sasaran : 30 orang

Jumlah yang hadir : 24 orang

Tabel I. Jumlah orang yang menjawab benar

No PENGETAHUAN N %

1 Mengetahui mengenai penyebab ISPA 10 41,67

2 Mengetahui cara penularan ISPA 11 45,83

3 Mengetahui cara mencegah penularan ISPA

10 41,67

4 Mengetahui gejala ISPA 9 37,5

5 Mengetahui penanganan ISPA 8 33,33

6 Mengetahui mengenai kondisi rumah untuk mencegah terjadinya ISPA

10 41,67

7 Mengetahui pola makan yang berhubungan dengan ISPA

11 45,83

8 Mengetahui polusi yang berhubungan dengan ISPA

13 54,16

9 Mengetahui siapa sajakah yang dapat terserang ISPA

9 37,5

10 Mengetahui apa yang harus dilakukan jika tidak ingin terserang ISPA

10 41,67

Tabel II. Hasil Pretest

No Nilai Pre Test

1 50

2 60

3 60

4 70

5 30

6 80

7 50

8 30

9 40

10 60

11 70

12 40

13 70

14 70

15 80

16 90

17 80

18 70

19 70

20 60

21 70

22 70

23 60

24 80

Jumlah 1510

Rata – rata 62,92

Tabel III. .Kriteria Penilaian

No. Nilai Kategori

1. ≤ 50 Kurang

2. 51-69 Sedang

3. ≥ 70 Baik

Output

Tabel Hasil Perbandingan Nilai Pre Test dan Post Test

No.

Nilai

Nilai Post

TestPre

Test

1 50 100

2 60 90

3 60 100

4 70 100

5 30 90

6 80 100

7 50 90

8 30 100

9 40 80

10 60 100

11 70 100

12 40 90

13 70 100

14 70 100

15 80 100

16 90 90

17 80 90

18 70 100

19 70 90

20 60 100

21 70 80

22 70 100

23 60 90

24 80 100

Jumlah 1510 2.280

Rata-

Rata

62,92 95

BAB V

DISKUSI

Tabel Peningkatan Pengetahuan Dilihat Dari Jawaban Tiap Soal

No. Pengetahuan

Pre Test Post Test Kenaikan

N % N % N %

1 Mengetahui mengenai penyebab 10 41,67 24 100 14 58,33

ISPA

2 Mengetahui cara penularan ISPA 11 45,83 24 100 13 54,17

3 Mengetahui cara mencegah penularan ISPA

10 41,67 23 95,83 13 54,17

4 Mengetahui gejala ISPA 9 37,5 24 100 15 62,5

5 Mengetahui penanganan ISPA 8 33,33 23 95,83 15 62,5

6 Mengetahui mengenai kondisi rumah untuk mencegah terjadinya ISPA

10 41,67 24 100 14 58,33

7 Mengetahui pola makan yang berhubungan dengan ISPA

11 45,83 21 87,5 10 41,67

8 Mengetahui polusi yang berhubungan dengan ISPA

13 54,16 24 100 11 45,83

9 Mengetahui siapa sajakah yang dapat terserang ISPA

9 37,5 23 95,83 9 37,5

10 Mengetahui apa yang harus dilakukan jika tidak ingin terserang ISPA

10 41,67 24 100 9 37,5

A. Input

- SDM untuk program ini adalah 1 orang dokter internsip dr. Yudhistira Herlambang

sebagai penyuluh dan narasumber sesuai dengan perencanaan.

- Penyuluhan dibantu dan diawasi oleh 1 dokter internsip, dan 2 petugas panti.

- Dana yang dibutuhkan untuk kegiatan penyuluhan bersumber dari dokter internsip dan

berubah dari perencanaan, yaitu dari Rp. 98.000,- menjadi Rp. 68.000,-.

- Penyuluhan dilakukan di Aula panti Aliyah tentang pengertian, penyebab, perjalanan,

faktor resiko, klasifikasi, cara penularan, siapa saja yang terserang, tanda dan

gejala,pencegahan, perawatan dan tanda bahaya ISPA sesuai dengan perencanaan.

- Telah ditentukan diagnosis masalah kesehatan melalui kuesioner pretest-postest yaitu

ISPA sesuai dengan perencanaan

B. Proses

- Dilakukan kegiatan penyuluhan pada hari Sabtu, 10 januari 2015 sesuai dengan

perencanaan.

- Penyuluhan dilaksanankan di Aula Panti Aliyah sesuai dengan perencanaan.

- Kegiatan penyuluhan yang dijalankan dimulai sesuai jadwal yang direncanakan.

Kegiatan berlangsung sekitar 60 menit.

- Pelaksanaan kegiatan berupa pre-test, penyuluhan mengenai ISPA dilanjutkan dengan

sesi tanya jawab dan diakhiri dengan post-test untuk mengetahui keberhasilan intervensi

sesuai dengan perencanaan.

- Jumlah peserta yang hadir tidak sesuai dengan yang direncanakan, dari 30 orang

berkurang menjadi 24 orang.

- Tidak ada masalah berarti selama penyuluhan. Penyuluhan dapat berjalan dengan baik

dan masyarakat mengikuti penyuluhan dengan antusias. Situasi penyuluhan juga cukup

kondusif, peserta mengikuti penyuluhan tanpa kegaduhan.

- Pemecahan masalah : waktu mulai kegiatan mundur sehingga dokter internsip

mempersingkat penyuluhan tetapi isi penyuluhan tetap padat dan peserta tetap antusias

mendengarkan.

C. Output

Sebelum dilakukan penyuluhan mengenai ISPA hasil preest rata-rata dari

responden adalah 62,92. Sedangkan setelah diberikan penyuluhan, hasil post-test rata-rata

dari responden adalah 95. Hal ini berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden

sebesar 32,08%.

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Sebelum dilakukan intervensi, pengetahuan anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A.

Rahman Saleh no. 23, Bangkinang mengenai ISPA masuk dalam kategori Sedang

(62,92). Sedangkan setelah dilakukan intervensi, pengetahuan masyarakat meningkat

menjadi kategori Baik (95) berarti telah terjadi peningkatan pengetahuan responden

sebesar 32,08%,. Hal ini menandakan penyuluhan mengenai yang diberikan telah

berhasil menambah pengetahuan responden.

2. Saran

Kepada anak-anak Panti Putri Aliyah jl. A. Rahman Saleh no. 23, Bangkinang :

Agar dapat menyebarkan informasi yang telah didapat kepada anak-anak

lain ataupun kepada anggota keluarga yang beresiko terkena Infeksi Saluran

Pernafasan Akut.

Agar mengikuti pola hidup yang sehat dan dapat mencegah terjadinya

Infeksi Saluran Pernafasan Akut dengan tepat sesuai dengan penyuluhan

yang sudah disampaikan.

Dapat terlebih dahulu menerapkan apa yang telah didengar dalam kehidupan

pribadi dan dapat menjadi contoh baik bagi keluarga maupun lingkungan

sekitar

Rutin memeriksakan kesehatan ke pusat pelayanan kesehatan terdekat

Kepada Petugas Kesehatan :

Agar dapat meningkatkan kegiatan promosi kesehatan yang berkaitan

dengan Infeksi Saluran Pernafasan akut.

Agar dapat memberikan penyuluhan secara berkala mengenai Infeksi

Saluran Pernafasan Atas

LAMPIRAN 1

KUISIONER STATUS KESEHATAN MASYARAKAT

ISPA

Nama : Tanggal:Usia : No Kuesioner:Alamat:

PILIHLAH SALAH SATU JAWABAN YANG PALING BENAR

1. Apakah yang menyebabkan infeksi akut saluran napas bagian atas?a. Bakterib. Visrisc. Semua benar

2. Bagaimankah cara penularan infeksi akut saluran napas bagian atas ?a. Melalui udarab. Melalu airc. Melalu kontak kulit

3. Bagaimakah cara mencegah penularan infeksi akut saluran napas bagian atas?a. Tidak mengkonsumsi makanan berlemakb. Memakai maskerc. Bukan salah satu di atas

4. Apakah gejala dari infeksi akut saluran napas bagian atas?a. Batuk dan pilekb. Demamc. Semua benar

5. Bagaimanakah penanganan infeksi akut saluran napas bagian atas?a. Minum air dinginb. Istirahat yang cukup dan minum obatc. Makan-makanan yang pedas

6. Bagaimanakah kondisi rumah yang seharusnya supaya tidak terkena infeksi akut saluran napas bagian atas ?

a. Ventilasi cukup dan rutin dibersihkanb. Rumah luas dan besarc. Rumah terang benderang

7. Bagaimanakah hubungan konsumsi sayur dan buah terhadap infeksi akut saluran napas bagian atas?

a. Tidak berhubunganb. Konsumsi buah dan sayur dapat meningkatkan kekebalan tubuh terhadap penyakitc. Konsumsi buah dan sayur dapat mencegah penularan

8. Jenis polusi apakah yang mempengaruhi infeksi akut saluran napas bagian atas ?a. Polusi udarab. Polusi suarac. Polusi air

9. Siapa sajakah yang dapat terserang infeksi akut saluran napas bagian atas?a. Anak-anakb. Dewasac. Semua benar

10. Bagaimana cara kita mencegah penularan infeksi akut saluran napas bagian atas terhadap orang lain?

a. Menutup mulut ketika batuk dan bersinb. Rajin Mencuci tangan c. Semua benar

LAMPIRAN 2