makalah pbl skenario ii kodeki
DESCRIPTION
KODEKITRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Praktik kedokteran bukanlah suatu pekerjaan yang boleh dilakukan oleh siapa saja,
melainkan hanya boleh dilakukan oleh kelompok profesional kedokteran yang memiliki
kompetensi yang memenuhi persyaratan tertentu tertentu, Selain itu sebagai kelompok
profesional kedokteran harus mematuhi peraturan – peraturan yang diatur dalam Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) agar dapat menjalankan profesinya dengan benar dan tepat.
Sebagai manusia biasa seorang dokter juga punya kelebihan dan kekurangan
dalam segala hal yang ada pada kehidupannya. Pada skenario II “Nona Genitwati” kasus
dr. Manise ini dapat dilihat bahwa sikap dr. Manise yang menjelek – jelekkan atau
mencemarkan nama baik dr. Siti di depan pasienya merupakan hal yang tidak tepat atau
kurang baik, selain itu perbuatan tersebut telah melanggar Kode Etik Kedokteran
Indonesia ( KODEKI ) dan melanggar Undang – Undang tentang pencemaran nama baik
yang tercantum dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana. Hal tersebut juga
mengakibatkan berbagai macam tanggapan yang kurang baik terhadap dr. Siti. Keputusan
yang diambil oleh dr. Siti untuk melaporkan dr. Manise ke lembaga hukum yang
berwenang merupakan tindakan untuk membela diri dan untuk mengembalikan nama
baiknya yang telah rusak di kalangan masyarakat.
Dalam makalah ini, kami mengulas permasalahan – permasalahan yang ada agar
dapat mengerti tindakan – tindakan yang benar bila menjadi seorang dokter. Selain itu
juga mempelajari tentang Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) yang berisi
kewajiban – kewajiban yang harus dilakukan oleh seorang dokter.
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 1
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah tindakan dr. Manise yang tetap berpraktek walaupun tanda praktiknya di
hilangkan melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)?
2. Apakah sikap dr. Manise yang menjelek – jelekkan atau mencemarkan nama baik dr.
Siti Melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)?
3. Mengapa dr. siti ingin melaporkan dr. Manise dan Nn.Genitwati?
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui masalah yang terjadi dalam praktek kedokteran.
2. Sebagi media pembelajaran bagi mahasiswa kedokteran untuk memahami kode etika
kedokteran.
3. Untuk memberikan keterampilan generik sebagai mahasiswa yang akan dididiik
menjadi seorang dokter.
1.4. Manfaat Penulisan
1. Mahasiswa dapat mengerti hal – hal apa saja yang tercantum dalam Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI).
2. Memberi contoh terhadap mahasiswa, supaya dapat menjadi seorang dokter yang baik
dan mengerti batasan – batasan yang tidak boleh dilanggar.
3. Menanamkan rasa saling menghormati terhadap teman sejawat atau seprofesi nantinya
kepada mahasiswa.
4. Mengerti batasan – batasan perilaku yang harus dijaga antara dokter dengan pasien.
5. Agar mahasiswa benar – benar mengerti isi dari butir – butir sumpah dokter dan dapat
melaksanakannya dengan baik di kemudian hari.
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 2
BAB II
SKENARIO
2.1. SKENARIO I
“NONA GENITWATI”
Manise adalah seorang dokter yang sedang menempuh pendidikan specialis penyakit paru di kota Buaya. Sehingga dia harus meninggalkan kota Hujan tempat ia dilahirkan. Namun atas permintaan pasienya dr. Manise masih meluangkan waktu untuk berpraktek tiap hari sabtu dan minggu pada saat ia libur dari sekolahnya, padahal tanda prakteknya telah dihilangkan.
Suatu hari datanglah seorang penderita bernama Nn. Genitwati yang dating berobat kepadanya dengan keluhan batuk yang tak kunjung sembuh, walaupun telah berobat ke dokter Siti tetangga sebelah. Setelah diperiksa ternyata Nn. Genitwati menderita penyakit paru, “ Wah ini pemeriksaan dr. Siti salah mbak Genitwati, kurang teliti dia, maklum bukan specialis, lagi pula zaman sekolah dia tidak sepandai saya “ ucapnya arogan. Nn. Genitwati menimpali, “ pantas saja dok lagi pula sepertinya gak professional deh “. Akhirnya malah terlibat gossip yang seru. Suster Ayu akhirnya mengetuk pintu, “ Maaf dokter masih ada pasien “. Dengan bersungut-sungut Nn. Genitwati permisi keluar, “ Sampai ketemu ya dok. “ Ucapnya seraya melirik tajam pada suster Ayu.
Ternyata Nn. Genitwati tidak sampai disini saja, dia menyebarkan kabar-kabari bahwa dr. Siti tidak pandai memeriksa pasien, sehingga otomatis pasien dr. Siti merosot tajam. Dr. Siti tidak terima dan melaporkan Nn. Genitwati dan dr. Manise ke IDI dengan tuduhan mencemarkan nama baik, dan mungkin dalam waktu dekat akan melaporkannya pada pihak kepolisian.
Benarkan tindakan dr. Siti melaporkan dr. Manise yang secara tidak professional menyerang dirinya dan apakah dr. Manise telah bertindak sesuai Kode Etik Kedokteran ?
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 3
BAB III
PROBLEM
3.1. Minimal Problem:
1. Mengapa tanda praktik dr.Manise dihilangkan?
2. Mengapa dr.Manise tetap berpraktik, padahal tanda praktiknya sudah dihilangkan?
3. Mengapa dr.Manise bersifat arogan terhadap dr.Siti?
4. Apakah tindakan pencemaran nama baik yang dilakukan dr.Manise melanggar Kode
Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)?
3.2.Kata Kunci :
1. Spesialis
2. Praktik
3. Tanda Praktik
4. Penyakit Paru
5. Arogan
6. Profesional
7. Bersungut-sungut
8. IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
9. Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
10. Pasien
11. Gosip
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 4
3.3. Penjelasan Kata Kunci
1. Spesialis :
Artinya Keahlian yang lebih, dalam penguasaan suatu ilmu.
Artinya Memfokuskan dan mendalami suatu ilmu yang dimiliki pada suatu ilmu
tertentu.
Artinya Mengkhususkan diri dalam suatu bidang ilmu tertentu. Jika pada Seorang
dokter, maka harus menjalani pendidikan dokter pasca sarjana (spesialisasi) untuk dapat
menjadi dokter spesialis. Pendidikan dokter spesialis merupakan program pendidikan
lanjutan dari program pendidikan dokter setelah dokter menyelesaikan wajib kerja
sarjananya dan atau langsung setelah menyelesaikan pendidikan dokter umum dasar.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Spesialis
2. Praktik :
Artinya Mengaplikasikan (menerapkan) suatu ilmu yang dimiliki seseorang pada
kehidupan nyata.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Praktik
3. Tanda Praktik :
Artinya Sesuatu hal baik itu berupa benda (papan nama) maupun bentuk lainnya
yang digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang yang dituju telah memiliki
wewenang untuk mengadakan atau membuka sebuah tempat praktik.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tanda Praktik
4. Penyakit Paru :
Artinya Suatu gejala buruk yang disebabkan oleh adanya kuman yang dapat
berupa virus, bakteri, amoeba, atau jamur yang menjangkiti tubuh manusia
maupun faktor lainnya baik rangsangan dari dalam yang berupa stress dan emosi,
maupun rangsangan dari luar yang berupa debu rumah, tungau, bulu binatang,
polusi udara, perubahan cuaca, infeksi saluran nafas, asap (rokok, obat nyamuk,
bahan kimia), dan lain sebagainya yang menyerang organ dalam tubuh manusia
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 5
yang memiliki fungsi dalam proses pernafasan yang dapat berupa asma, TB-paru,
pneumonia, bronkitis, kanker paru, emfisema, dan pleuritis.
Artinya Suatu keadaan abnormal dari tubuh atau pikiran yang menyebabkan
ketidak nyamanan, disfungsi atau kesukaran terhadap organ pada sistem
pernapasan (respirasi) dan berhubungan dengan sistem peredaran darah (sirkulasi)
vertebrata yang bernapas dengan udara.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit Paru
5. Arogan :
Artinya Suatu sikap yang menunjukkan kesombongan, membanggakan diri
sendiri, dan tidak mau menerima pendapat orang lain.
Artinya Kesombongan atau keangkuhan. Merasa paling hebat dalam berbagai hal
sehingga merendahkan pendapat orang lain, merasa ingin menang sendiri dan tidak
pernah bersedia untuk mengalah. Jika diajak berdebat selalu menyangkal dan tetap
kukuh dengan pendapatnya sendiri
Artinya seseorang atau kelompok yang merasa dirinya berada di atas hak setiap
orang, tidak ingin mengindahkan hak orang, dan menjadikan kekuataannya sebagai
tolak ukur hak dan kebenaran. Artinya Sombong, angkuh, mempunyai perasaan
superioritas yg dimanifestasikan pada sikap suka memaksa.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Arogan
6. Profesional :
Artinya Totalitas kemampuan dalam melakukan suatu pekerjaan yang ditekuninya.
Artinya Seseorang yang ahli dalam suatu bidang yang menawarkan jasa atau
layanan sesuai dengan protokol dan peraturan dalam bidang yang dijalaninya dan
menerima gaji sebagai upah atas jasanya
Artinya orang yang menyandang suatu jabatan atau pekerjaan yang dilakukan
dengan keahlian atau keterampilan yang tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap
penampilan atau performance seseorang dalam melakukan pekerjaan di
profesinya.
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 6
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Profesional
7. Bersungut-sungut :
Artinya Suatu ekspresi wajah seseorang yang menunjukkan kekesalan akan
sesuatu hal.
Artinya menggerutu dan mengeluh.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bersungut- sungut
8. Ikatan Dokter Indonesia (IDI) :
Artinya Suatu lembaga yang menaungi dan melindungi profesi kedokteran.
Artinya Suatu organisasi profesi kedokteran di Indonesia.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/IDI
9. Kode Etik Kedokteran :
Artinya Sistem norma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas
menyatakan apa yang benar dan baik serta apa yang tidak benar dan tidak baik
bagi profesional bidang kedokteran. Kode etik menyatakan perbuatan apa yang
benar atau salah, perbuatan apa yang harus dilakukan dan apa yang harus
dihindari dalam menjalankan profesi kedokteran.
Sumber : www.windy05.blogspot.com
Keberadaannya dilandasi oleh etik dan norma-norma yang mengatur hubungan
antar manusia, yang asas-asasnya terdapat dalam falsafah Pancasila, sebagai
landasan ideologi dan UUD 1945 sebagai landasan strukturil.
Sumber : www. fkunhas.com
Merupakan aturan-aturan susila, atau sikap akhlak yang ditetapkan bersama dan
ditaati bersama oleh para anggota, yang tergabung dalam suatu kumpulan atau
organisasi (organisasi profesi). Oleh karena itu, kode etik merupakan suatu
bentuk persetujuan bersama, yang timbul secara murni dari diri pribadi para
anggota. Kode etik merupakan serangkaian ketentuan dan peraturan yang
disepakati bersama, guna mengatur tingkah laku para anggota organisasi. Kode
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 7
etik lebih meningkatkan pembinaan anggota sehingga mampu memberikan
sumbangan yang berguna dalam pengabdiannya di masyarakat.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kode Etik Kedokteran
10. Pasien
Pasien adalah seseorang yang menerima perawatan medis . Sering kali, pasien
menderita penyakit atau cedera dan memerlukan bantuan dokter untuk
disembuhkan.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasien
11. Gosip
Gosip atau desas-desus (Inggris: rumors) adalah selenting berita yang tersebar
luas dan sekaligus menjadi rahasia umum di publik tetapi kebenarannya
diragukan atau merupakan berita negatif.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gosip
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 8
BAB IV
DISKUSI
4.1. Permasalahan Pertama
1. Tanda praktik dr.Manise dihilangkan?
Seperti yang kita ketahui, seorang dokter yang telah menyelesaikan pendidikannya
wajib untuk mengurus Surat Tanda Registrasi (STR). Surat Tanda Registrasi ini
nantinya digunakan untuk memperoleh Surat Izin Praktik (SIP) dokter, yang
menandakan bahwa dokter tersebut telah dapat membuka praktik dan tentunya dapat
memasang tanda praktik di depan tempat ia melakukan praktik. Seperti penjelasan
sebelumnya dalam klarifikasi kata kunci, dijelaskan bahwa tanda praktik merupakan
sesuatu hal baik itu berupa benda (papan nama) maupun bentuk lainnya yang
digunakan untuk menunjukkan bahwa seseorang dokter yang dituju telah memiliki
wewenang untuk mengadakan praktik.
Dalam konteks skenario 2 “Nona Genitwati” ini dr. Manise tetap
menyelenggarakan praktik kedokterannya padahal tanda praktiknya telah dihilangkan.
Dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) yakni pasal 4 dalam Penjelasan
Pedoman dan Pelaksanakan menjelaskan bahwa “Seorang dokter wajib
menggantungkan atau memancangkan papan nama di depan ruang atau tempat
praktek. Papan nama berukuran 40 x 60 cm, tidak boleh melebihi 60 x 90 cm, cat
putih dengan huruf hitam. Nama gelar yang sah dan jenis melayani yang sesuai
dengan surat ijin praktek dan waktu praktek”.
Permasalahannya sekarang, mengapa tanda praktik tersebut dihilangkan?. Hal
ini dikarenakan dr. Manise sedang menempuh pendidikan spesialis penyakit paru di
kota lain dan juga dr. Manise sudah tidak memiliki Surat Ijin Praktek (SIP) di kota
Hujan karena tanda praktiknya telah dilepas.
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 9
4.2. Permasalahan kedua
2. Mengapa dr.Manise tetap berpraktik, padahal tanda praktiknya sudah
dihilangkan?
Praktik kedokteran merupakan salah satu dari hak seorang dokter. Hanya saja untuk
penyelenggaraan ini, seorang dokter harus memenuhi beberapa persyaratan untuk
dapat melakukan praktik kedokteran. Namun pada kondisi-kondisi tertentu mungkin
saja ada beberapa dokter yang tetap saja menyelenggarakan praktik kedokteran,
padahal ia belum dapat memenuhi persyaratan untuk dapat menyelenggarakan praktik
kedokteran.
Dalam skenario 2 dr. Manise tetap berpraktik walaupun tanda praktiknya telah
dihilangkan. Itu dikarenakan permintaan pasien yang banyak, maka dr. Manise
meluangkan waktunya untuk tetap melaksanakan praktiknya. Secara umum, seperti
penjelasan diatas, bawasannya setiap dokter mempunyai hak untuk melakukan praktik.
Hanya saja dalam skenario diatas, dr. Manise telah menyalahgunakan haknya tersebut,
dr. Manise tetap melakukan praktik meskipun tanda praktiknya telah dilepas. Hal ini
sebenarnya tidak boleh dilakukan, karena tanda praktik yang menunjukkan
diizinkannya dr. Manise untuk menyelenggarakan praktik kedokteran sudah dilepas
sehingga tindakannya tersebut melanggar UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran.
4.3. Permasalahan Ketiga :
3. dr. Manise bersifat arogan terhadap dr. Siti?
Setiap orang memiliki sifat – sifat yang berbeda dan biasanya setiap orang memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam setiap hal. Terkadang kekurangan yang dimiliki
seseorang tidak dapat ditutupi oleh kelebihan yang dimilikinya. Dalam hal ini, dr.
Manise memiliki kekurangan yang bisa dianggap cukup buruk, dr. Manise bersifat
arogan terhadap teman sejawat atau seprofesinya (dokter).
Dalam kasus skenario “Nona Genitwati” dr. Manise merasa lebih unggul
dengan ilmu yang dimiliknya daripada dr. Siti yang juga teman sejawatnya. Karena
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 10
pada saat itu dr. Manise sedang menempuh sekolah untuk mengambil spesialis,
sehingga membuat dr. Manise merasa lebih profesional dan lebih mampu dalam
menangani pasien yang berobat padanya.
4.4. Permasalahan Keempat :
4. Apakah tindakan pencemaran nama baik yang dilakukan dr. Manise sesuai
dengan Kode Etik Kedokteran?
Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) merupakan hal yang wajib untuk dipatuhi
oleh setiap dokter yang telah selesai menempuh pendidikan dan berhasil melalui tes
Uji Kompetensi Dokter Indonesia (UKDI). Kode Etik Kedokteran Indonesia
(KODEKI) harus diterapkan oleh seorang dokter yang telah memiliki Surat Tanda
Registrasi (STR) dan Surat Ijin Praktek (SIP) dimana saja, baik praktek di rumah sakit
maupun tempat praktek pribadinya. Serta dalam menjalani profesinya seorang dokter
tidak boleh melanggar apa yang sudah tercantum dalam Kode Etik Kedokteran
Indonsia (KODEKI).
Dalam Skenario 2 “Nona Genitwati”, Menurut kami tindakan yang dilakukan
oleh dr. Manise merupakan tindakan yang salah atau tidak tepat dalam menjalankan
profesinya. Tindakan pencemaran nama baik yang dilakukan dr. Manise secara jelas
telah melanggar Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Tindakan yang
dilakukan dr. Mamise yaitu menjelek – jelekkan nama baik teman sejawat atau
seprofesinya (dr. Siti) mengakibatkan hal yang berdampak buruk terhadap praktik dr.
Siti dan nama baiknya.
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 11
BAB V
ANALISIS / HASIL DISKUSI
Analisis atau hasil diskusi dari kelompok kami dari permasalahan diatas adalah :
Permasalahan Pertama dan Kedua:
1. Mengapa tanda praktik dr.Manise dihilangkan?
2. Mengapa dr.Manise tetap berpraktik, padahal tanda praktiknya sudah
dihilangkan?
Profesi dokter memang sangat identik dengan penyelenggaraan praktik
kedokteran. Hanya saja, penyelenggaraan praktik ini tidak serta merta langsung dapat
dilakukan oleh seorang dokter yang baru selesai menempuh pendidikan dokter. Sesuai
dengan Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), seorang dokter yang baru selesai
menempuh pendidikan dokter dan ingin menyelenggarakan praktik kedokteran, wajib
untuk melakukan registrasi dokter dan memperoleh Surat Tanda Registrasi (STR).
Surat Tanda Registrasi ini nantinya digunakan oleh dokter yang bersangkutan sebagai
syarat mutlak untuk dapat memperoleh Surat Izin Praktik (SIP). Tujuannya adalah
agar masyarakat mendapat perlindungan hukum dalam pelayanan dokter. Surat Tanda
Registrasi juga sebagai indentifikasi dokter, sehingga dapat diminta pertanggung
jawabannya jika dia melakukan kesalahan.
Sedangkan bagi dokter yang membuka praktik dan tidak memiliki STR berarti
dia melanggar Undang - Undang nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran
dan bisa dikenakan sanksi pidana 5 tahun. Maka dokter tersebut disarankan untuk
melakukan registrasi ulang untuk tetap dapat melakukan praktik kedokteran.
Dalam konteks skenario 2 “Nona Genitwati”, menjelaskan bahwa dr. Manise
sedang menempuh pendidikan spesialis penyakit paru di kota Buaya. Dalam hal ini,
dr. Manise boleh menyelenggarakan praktik Kedokteran harus mengurus ulang Surat
Ijin Praktik (SIP) dan tentunya harus mendapat persetujuan dari instansi tempat ia Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 12
mengeyam pendidikan spesialis. Kondisi ini hanya berlaku pada daerah tempat dr.
Manise tinggal saat ini.
Permasalahan ketiga :
3. Mengapa dr. Manise bersifat arogan terhadap dr. Siti?
Arogan merupakan sifat yang sangat buruk dan perlu untuk dihindari atau
dihilangkan dari dalam diri setiap orang, arogan memiliki arti kesombongan,
keangkuhan atau kecongkakan. Merasa paling hebat dalam berbagai hal sehingga
merendahkan pendapat orang lain, maunya menang sendiri dan tidak pernah bersedia
untuk mengalah. Jika diajak berdebat selalu membantah dan tetap kukuh dengan
pendapatnya sendiri. Pada zaman yang modern dan penuh dengan kompetisi atau
persaingan, banyak orang yang tidak menyadari bahwa di dalam dirinya terdapat sifat
arogan. Sifat ini berekembang dengan sendirinya seiring dengan kompertisi atau
persaingan yang sangat kuat saat ini. Banyak orang tidak mau kalah dengan pendapat
orang lain. Bahkan jika perlu seseorang tersebut akan melakukan tindakan yang
memperburuk keadaan atau menjatuhkan lawannnya.
Dalam skenario “Nona Genitwati”, dr. Manise bersifat arogan dengan menjelek
– jelakkan atau mencemarkan nama baik dr. Siti kepada Nona genitwati. Dr. Manise
mengatakan bahwa dr. Siti kurang profesional dan tidak mampu dalam menangani
Nona Genitwati. Seharusnya dr. Manise dapat menahan diri dan mengatakan kepada
Nona Genitwati tentang keadaan yang sebenarnya dan memberikan alasan yang tepat
kepada Nona Genitwati tentang kesalahan diagnosa yang dilakukan oleh dr. Siti, serta
tidak perlu menjelek – jelakkan nama baik dr. Siti. Karena sebagai seorang dokter yang
baik harus melindungi dan saling mengingatkan teman sejawatnya seperti pada Kode
Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI) pasal 14 “Setiap dokter memperlakukan teman
sejawatnya sebagaimana dia sendiri ingin diperlakukan”.
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi sifat arogan yang terjadi :
Dengan mensyukuri apa yang kita sudah capai.
Mensyukuri nikmat Tuhan yang begitu indah
Berusaha mengontrol diri
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 13
Jangan mengikuti kemauan hawa nafsu.
Jika nafsu itu sudah melebihi kapasitas, tarik diri dari rasa itu dan sadari bahwa
sesuatu yang berlebih itu tidak akan baik.
Permasalahan keempat :
4. Apakah tindakan pencemaran nama baik yang dilakukan dr. Manise sesuai
dengan Kode Etik Kedokteran?
Pencemaran nama baik merupakan hal yang dapat memperburuk keadaan
seseorang, pencemaran nama baik banyak dilakukan saat ini untuk menjatuhkan lawan
dalam segala hal. Hal ini disebabkan karena adanya persaingan dalam sebuah profesi
atau pekerjaan. Pencemaran nama baik bisa berupa sebuah fitnah (menuduh) atau
menyalahkan suatu tindakan yang telah dilakukan seseorang.
Sampai saat ini belum ada definisi hukum di Indonesia yang tepat tentang apa
yang disebut pencemaran nama baik. Menurut frase (bahasa Inggris), pencemaran
nama baik diartikan sebagai defamation, slander, libel yang dalam bahasa Indonesia
(Indonesian translation) diterjemahkan menjadi pencemaran nama baik, fitnah (lisan),
fitnah (tertulis). Slander adalah oral defamation (fitnah secara lisan) sedangkan Libel
adalah written defamation (fitnah secara tertulis). Dalam bahasa Indonesia belum ada
istilah untuk membedakan antara slander dan libel.
Dalam Skenario 2 ”Nona Genitwati”, dr. Manise telah menjelek – jelekkan
nama baik dr. Siti, tindakan tersebut telah melanggar Kode Etik Kedoktern Indonesia
(KODEKI) dan Undang – Undang yang ada di Indonesia. Pada Kode Etik Kedokteran
Indonesia telah melanggar pasal 14 “Setiap dokter memperlakukan teman sejawatnya
sebagaimana dia sendiri ingin diperlakukan”. Sedangkan pada Undang – Undang
Hukum Indonesia telah melanggar pasal dalam KUHP tentang pencemaran nama baik
yang diistilahkan sebagai penghinaan/penistaan terhadap seseorang, terdapat dalam
Buku kedua Bab XVI KUHP khususnya pada Pasal 310 dan 315 KUHP yang
menyebutkan :
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 14
Pasal 310
“Barang siapa sengaja merusak kehormatan atau nama baik seseorang dengan
jalan menuduh dia melakukan sesuatu perbuatan dengan maksud yang nyata
akan tersiarnya tuduhan itu, dihukum karena menista, dengan hukuman penjara
selama-lamanya sembilan bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-”
Pasal 315
“Tiap-tiap penghinaan dengan sengaja yang tidak bersifat menista atau menista
dengan tulisan, yang dilakukan kepada seseorang baik ditempat umum dengan
lisan, atau dengan tulisan, maupun dihadapan orang itu sendiri dengan lisan atau
dengan perbuatan, begitupun dengan tulisan yang dikirimkan atau diterimakan
kepadanya, dihukum karena penghinaan ringan, dengan hukuman penjara
selama-lamanya empat bulan dua minggu atau denda sebanyak-banyaknya Rp
4.500,-”
Menurut R. Soesilo apa yang dimaksud dengan “menghina”, yaitu menyerang
kehormatan dan nama baik seseorang yang diserang biasanya merasa malu.
Kehormatan yang diserang disini hanya mengenai kehormatan tentang nama baik.
Menurut R. Soesilo, penghinaan dalam KUHP ada 6 macam yaitu :
a. menista secara lisan (smaad)
b. menista dengan surat/tertulis (smaadschrift)
c. memfitnah (laster)
d. penghinaan ringan (eenvoudige belediging)
e. mengadu secara memfitnah (lasterlijke aanklacht)
f. tuduhan secara memfitnah (lasterlijke verdachtmaking)
Tindakan pencemaran nama baik yang dilakukan oleh dr. Manise dapat
menyebabkan berbagai macam hal yang sangat buruk bagi dr. Siti dan dapat
memperburuk reputasinya sebagai seorang dokter karena telah menjelek – jelekkan
teman sejawatn
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 15
BAB VI
KESIMPULAN
Beberapa masalah utama yang terdapat pada skenario 2 “Nona Genitwati” antara lain:
Tentang Pencemaran nama baik. Dimana pada skenario 2 “Nona Genitwati”
dijelaskan bahwa dr. Manise telah mempengaruhi Nn. Genitwati dengan
berprasangka buruk kepada dr. Siti dalam hal cara pemeriksaan yang kurang
professional, sehingga dr.Siti kehilangan kepercayaan dari para pasiennya.
Tentunya hal ini sangat mengganggu dr. Siti dalam menjalankan profesinya.
Tentang Pelanggaran Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI). Dr. Manise
telah melakukan 2 jenis pelanggaran. Yakni, dr.Manise telah membanggakan
dirinya dengan cara membanding-bandingkan kemampuan yang dimilikinya
dengan dokter lain (teman sejawatnya), hal ini tidak sesuai dengan Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) pada pasal 4 “setiap dokter harus
menghidarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri”. Selain itu,
dr.Manise tidak menggunakan tanda praktek apapun seperti papan nama, yang
seharusnya dimiliki seorang dokter manapun ketika melakukan praktik sebagai
tanda diizinkannya dokter tersebut untuk mengaplikasikan ilmu kedokterannya,
dalam hal ini tidak sesuai dengan Kode Etik Kedokteran Indonesia (KODEKI)
yakni pasal 4 dalam Penjelasan Pedoman dan Pelaksanakan menjelaskan bahwa
“Seorang dokter wajib menggantungkan atau memancangkan papan nama di
depan ruang atau tempat praktik. Papan nama berukuran 40 x 60 cm, tidak boleh
melebihi 60 x 90 cm, cat putih dengan huruf hitam. Nama gelar yang sah dan jenis
melayani yang sesuai dengan surat ijin praktik dan waktu praktik”.
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 16
BAGAN KESIMPULAN
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 17
PELANGGARAN
KODEKI UUD KEDOKTERAN
PASAL 4
PASAL 14
PASAL 4
PASAL 14
PASAL 7 b
PASAL 7 c
PASAL 36 UU No.29 Th.2004
PASAL 4
Undang - Undang nomor 29 tahun 2004
PASAL 7 b
PASAL 7 c
PASAL 36 UU No.29 Th.2004
PASAL 4
Undang - Undang nomor 29 tahun 2004
BAB VII
PLANNING
Sikap taggung jawab yang dimiliki dr. Manise untuk melayani pasien yang
membutuhkan pertolongannya memang sangat tepat. Karena hal ini memang
merupakan tugas utama seorang dokter. Tetapi kesalahan terbesar dr. Manise terletak
pada ketidak patuhannya terhadap UUD Kedokteran pasal 36 UU No.29 Th.2004 yang
mengatur tentang diperbolehkannya seorang dokter untuk berpraktik jika telah
memenuhi beberapa persyaratan, dimana persyaratan itu mutlak dibutuhkan untuk
mengetahui boleh tidaknya seorang dokter untuk mengaplikasikan ilmunya kepada
kehidupa nyatanya, yang pada kasus ini dr. Manise telah melanggar dengan tidak
menggunakan papan nama pada tempat praktiknya. Hal ini seharusnya benar-benar
dihindari oleh dr. Manise dalam berpraktik. Karena ini menandakan bahwa ia sudah
tidak diizinkan untuk berpraktik. Dan kalaupun ingin membuka praktik kembali, dr.
Manise harus memperbarui Surat Izin Praktiknya (SIP) dengan berbagai cara yang
telah ditentukan. Baik itu langsung mengajukan kepada lembaga yang berhak
mengurusinya, maupun dari tempat lain yang berhubungan dengan kelanjutan program
belajarnya untuk saati ini. Karena pada kasus tersebut dinyatakan bahwa dr. Manise
sedang menempuh pendidikan spesialis di tempat lain, maka dr. Manise bisa mendapat
SIP dari tempat ia kuliah.
Kesalahan selanjutnya, terletak ketika dr. Manise telah membuat berbagai
praduga buruk terhadap dr. Siti dengan melibatkan pasiennya yaitu Nn.Genitwati
untuk menjatuhkan dr. Siti terutama dalam hal ia berprofesi, hal ini sangat tidak etis
dilakukan seorang dokter terhadap dokter lain (teman sejawatnya). Untuk itu, dr.
Manise telah melanggar UUD Kedokteran pasal 7c yang menerangkan tentang
penghormatan akan hak-hak pasien dan teman sejawatnya. Karena jika dr. Manise
benar-benar melihat kesalahan maupun kekeliruan pada dr. Siti melalui berbagai
informasi yang disampaikan para pasien, seperti halnya ketika Nn. Genitwati protes
akan kesalahan diagnosa oleh dr. Siti, seharusnya dr. Manise bisa mengingatkan dr.
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 18
Siti dengan perilaku dan ucapan yang sebaik mungkin bahwa dr. Siti telah membuat
kesalahan yang mengakibatkan pasien merasa tidak nyaman jika diperiksa olehnya.
Entah dalam hal apapun itu yang sekiranya pantas untuk diingatkan tanpa adanaya
sikap yang cenderung menyalahkan hasil kerjanya.
Hal ini sesuai dengan UUD Kedokteran pasal 7b, yang menjelaskan bahwa
setiap dokter harus mengingatkan sejawatnya jika ia ketahui bahwa sejawatnya
memiliki kekurangan dalam menangani pasien, sehingga pasien merasa tidak nyaman
akan pemeriksaannya. Tentunya sikap seperti ini bisa lebih menguntungkan bagi
sesama dokter dalam berprofesi. Selain itu, kepada Nn. Genitwati seharusnya dr.
Manise menjelaskan faktor-faktor yang memungkinkan untuk terjadinya perbedaan
antara hasil diagnosa dokter satu dengan dokter lainnya. Dimana perbedaan ini dapat
terjadi karena kondisi ketahanan tubuh seseorang yang bisa dengan mudah berubah.
Mungkin ketika pasien memeriksakan diri pada dokter pertama kondisi fisiknya jauh
berbeda ketika memeriksakan ulang kepada dokter kedua. Sehingga hal ini
mengakibatkan pebedaan yang signifikan terhadap hasil diagnosa yang dikeluarkan.
Sikap membanggakan diri dr. Manise terhadap Nn. Genitwati dalam kasus
tersebut, telah melanggar UUD Kedokteran pasal 4, dimana seorang dokter seharusnya
menjauhkan diri dari sikap membanggakan diri. Boleh dr. Manise untuk menanggapi
keluhan pasien, tetapi harus tanpa ada sikap membanggakan dirinya sendiri dan
membanding-bandingkan kemampuan yang dimilikinya dengan kemampuan dokter
lain. Karena dengan keawaman para pasien dalam menerima informasi medik seperti
halnya kasus diatas, tentu sangat mudah bagi mereka untuk berasumsi negatif terhadap
obyek yang dituju telah melakukan kesalahan, dalam hal ini adalah dr. Siti. Sehingga
hal terburuk telah diperoleh dr. Siti dengan merosot tajamnya pasien yang dimiliki,
yang sangat berpengaruh tehadap kinerjanya sebagai seorang dokter.
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 19
BAB VIII
PENUTUP
Dari masalah diatas kita dapat mengambil beberapa contoh macam pelajaran
salah satunya adalah bagaimana cara kita dapat menghargai teman sejawat sesama
profesi. Selain itu juga kita diajarkan bagaimana cara untuk menjadi dokter yang baik
yang selalu menaati prinsip bioetika dan menjalankan Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI) dengan baik dalam praktik kedokteran, dimana kita dituntut agar
dapat melayani pasien dengan sepenuh hati dan memuaskan.
Jadi kita sebagai calon dokter yang baik dan mengabdi sepenuh hati untuk
masyarakat seharusnya mampu menjalankan dan mengaplikasikan Kode Etik
Kedokteran Indonesia (KODEKI) dengan aturan yang sudah ditentukan serta dapat
menerapkan prinsip bioetika kepada pasien dan selalu menghargai, menjaga dan
memelihara nama baik teman sejawat beserta IDI.
Demikian makalah ini kami buat agar dapat berguna dan bermanfaat bagi
pembelajaran kita semua. Mohon maaf apabila terjadi kesalahan pada pembuatan
makalah ini. Kami berharap pada pembuatan makalah yang selanjutnya agar bisa
menjadi lebih baik.
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 20
DAFTAR PUSTAKA
Meu-fk uwks. 2009. Modul Bioetik & Humaniora Fakultas Kedokteran Universitas
Wijaya Kusuma Surabaya.Surabaya: Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya.
daniiswara.googlepages.com/Kode_Etik_Kedokteran_Indonesia_KODEK.pdf
Isnoviana, Meivy. 2005. Hukum Kedokteran.Surabaya: Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Spesialis
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Praktik
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Tanda Praktik
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Penyakit Paru
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Arogan
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Profesional
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Bersungut-sungut
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/IDI
Sumber : www.windy05.blogspot.com
Sumber : www. fkunhas.com
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kode Etik Kedokteran
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Pasien
Sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Gosip
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 21
Makalah PBL “Skenario II” Kelompok 28, 22