makalah pbl blok 18

26
Tuberkulosis Paru Yuniete Eiffelia Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510 [email protected] PENDAHULUAN Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah. Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman dipindahkan melalui udara ketika seseorang sedang batuk, bersin, yang kemudian terjadi droplet. Seseorang penderita TBC akan mengalami tanda dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, anoreksia, penurunan berat-badan, haid tidak teratur pada wanita, demam sub febris dari beberapa minggu sampai beberapa bulan, malam batuk, produksi sputum mukuporolent atau disertai darah, nafas bunyi crakles (gemercik), Wheezing (mengi). Keringat banyak malam hari, kedinginan. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi tuberkulosis menurut Alsagaff (2001) adalah adanya sumber infeksi (sering kontak dengan penderita), penurunan daya tahan tubuh (pasien infeksi HIV, pengguna obat-obat terlarang atau alkohol), faktor lingkungan (pemukiman yang penuh, kumuh), virulensi tinggi dan jumlah basil banyak (perilaku buang dahak sembarangan), faktor imunologis, faktor psikologis, dan kelompok sosio ekonomi rendah (nutrisi dan sebagainya). 1

Upload: yuniete-eiffelia

Post on 12-Dec-2015

58 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

tuberkulosis paru

TRANSCRIPT

Page 1: makalah pbl blok 18

Tuberkulosis Paru

Yuniete Eiffelia

Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Arjuna Utara No.6, Jakarta 11510

[email protected]

PENDAHULUAN

Tuberkulosis paru merupakan salah satu penyakit saluran pernafasan bagian bawah.

Tuberkulosis paru (TBC) adalah penyakit infeksi pada paru yang disebabkan oleh

mycobacterium tuberkulosa. Penularan kuman dipindahkan melalui udara ketika seseorang

sedang batuk, bersin, yang kemudian terjadi droplet. Seseorang penderita TBC akan mengalami

tanda dan gejala seperti kelelahan, lesu, mual, anoreksia, penurunan berat-badan, haid tidak

teratur pada wanita, demam sub febris dari beberapa minggu sampai beberapa bulan, malam

batuk, produksi sputum mukuporolent atau disertai darah, nafas bunyi crakles (gemercik),

Wheezing (mengi). Keringat banyak malam hari, kedinginan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya infeksi tuberkulosis menurut Alsagaff

(2001) adalah adanya sumber infeksi (sering kontak dengan penderita), penurunan daya tahan

tubuh (pasien infeksi HIV, pengguna obat-obat terlarang atau alkohol), faktor lingkungan

(pemukiman yang penuh, kumuh), virulensi tinggi dan jumlah basil banyak (perilaku buang

dahak sembarangan), faktor imunologis, faktor psikologis, dan kelompok sosio ekonomi rendah

(nutrisi dan sebagainya).

Penatalaksanaan TBC meliputi promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Penatalasanaan secara promotif yaitu Peningkatan kesehatan diberikan pada individu dan

keluarga baik yang kontak dengan penderita TBC maupun tidak, adapun cara-cara untuk

meningkatkan kesehatan terkait dengan TBC meliputi hal-hal : menghindari factor resiko,

mengelola stress, menjaga kebersihan diri (Personal higiene), nutrisi yang seimbang, imunisasi,

pemeriksaan rutin (laboratorium).

Anamnesis

Anamnesis terdiri dari identitas, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat

penyakit dahulu dan riwayat penyakit keluarga. Dari anamnesis akan didapatkan keluhan utama

dan perjalanan penyakit, serta faktor-faktor lain yang sering membantu tegaknya diagnosis.1

1

Page 2: makalah pbl blok 18

Identitas Pasien

Identitas pasien meliputi nama, tanggal lahir, umur, suku, agama, alamat, pendidikan,

dan pekerjaan

Keluhan utama

Riwayat penyakit sekarang

1. Ada tidaknya batuk ? sejak kapan , intensitasnya bagaimana, batuk terus menerus

atau hanya sesaat, apakah batu produktif atau nonproduktif ?

2. Apakah adanya dahak ? warna, dan jumlah dahak bagaimana ?

3. Ada tidaknya demam ? sejak kapan, intensitas demam bagaimana, demam tinggi

atau ringan ?

4. Adakah hemoptisis ? berapa banyak ?

5. Ada tidaknya nyeri dada ?

6. Ada tidaknya sesak napas ? perubahan suara menjadi serak ?

7. Ada tidaknya benjolan bagian leher (pembesaran KGB) ?

8. Adak tidaknya penurunan nafsu makan, penurunan berat badan yang drastis ?

9. Ada tidaknya ikterus ?

Riwayat Penyakit Dahulu

1. Adakah riwayat batuk darah sebelumnya ?

2. Apa ada riwayat merokok? jika ada sejak kapan, jumlah rokok yang dihisap

perhari?

3. Apakah pernah menjalani operasi, radioterapi, kemoterapi ?

4. Lingkungan rumah, pekerjaan bagaimana? apakah adanya kontak dengan asap

rokok?

5. Adakah riwayat minum alcohol?

6. Ada tidaknya riwayat pengobatan ?

7. Ada tidaknya alergi ?

Riwayat Penyakit Keluarga1

1. Apakah ada dalam keluarga yang merokok ?

2. Apakah ada dalam keluarga yang menderita penyakit infeksi seperti tuberkulosis ?

2

Page 3: makalah pbl blok 18

3. Apakah ada dalam keluarga yang mengalami kelainan alergi seperti asma

bronkhial?

4. Apah ada yang menderita bronkitis kronis ?

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum pasien bagaimana, apakah tampak sakit berat, sedang atau ringan. Lalu

bagaimana kesadaraan apakah kompos mentis, apatik, samnolen sopor, koma, derilium. Dan

pastinya juga dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital: suhu, memeriksa tekanan darah, berat

badan, tinggi badan, frekuensi pernafasan, frekuensi nadi.2

1. Inspeksi

Menilai bagaiamana bentuk thoraks, warna kulit, ada tidaknya lesi atau luka bekas

operasi. Kemudian melihat pergerakan dada simetris tidaknya, dan melihat ada tidaknya

retraksi intercostal. Kemudian melihat adak tidanya masa, atau pembekakan.

2. Palpasi

Palpasi dilakukan untuk mengkasi kesimetrisan pergerakan dada dan mengabnormalitas,

mengidentifikasi keadaan kulit, serta vocal fermitus. Palpasi thoraks berguna unutk

mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi baik itu berupa massa, lesi, bengkak,

dan perlu dikaji jika pasien mengeluh rasa sakit pada saat dilakukannya palpasi.

3. Perkusi

Perkusi untuk mengkasi resonansi pulmoner, organ yang ada disekitarnya, dan

pengembangan diafragma. Suara perkusi abnormal bisa hipersonor yaitu timbul pada

bagaian paru yang berisi udara.

4. Auskultasi

Pada auskultasi akan didapatkan wheezing atau stridor hal ini terjadi karena adanya

obstruksi saluran napas.2

Pemeriksaan Penunjang

Mengacu pada program nasional penanggulangan TB, diagnosis dilakukan dengan

pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung. Adapun diagnosis pastinya adalah melalui

pemeriksaan kultur atau biakan dahak. Namun, pemeriksaan kultur memerlukan waktu yang

lama, hanya akan dilakukan bila diperlukan atas indikasi tertentu, dan tidak semua unit

3

Page 4: makalah pbl blok 18

pelayanan kesehatan memilikinya. Pemerintah melalui gerakan terpadu nasional, memiliki upaya

untuk meningkatkan kemampuan Puskesmas untuk melakukan diagnosis TB berdasarkan

pemeriksaan BTA ini. Pemeriksaan dahak dilakukan sedikitnya 3 kali, yaitu pengambilan dahak

sewaktu penderita datang berobat dan dicurigai menderita TB, kemudian pemeriksaan kedua

dilakukan keesokan harinya, yang diambil adalah dahak pagi. Sedangkan pemeriksaan ketiga

adalah dahak ketika penderita memeriksakan dirinya sambil membawa dahak pagi. Oleh sebab

itu, disebut pemeriksaan SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu).3

Diagnosis TB Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada

pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikit 2

dari 3 pemeriksaan spesimen SPS (Sewaktu-Pagi-Sewaktu) BTA hasilnya positif.

Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut, yaitu

rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. Kalau dalam pemeriksaan radiologi, dada

menunjukkan adanya tanda-tanda yang mengarah kepada TB maka yang bersangkutan dianggap

positif menderita TB. Kalau hasil radiologi tidak menunjukkan adanya tanda-tanda TB, maka

pemeriksaan dahak SPS harus diulang. Sedangkan pemeriksaan biakan basil atau kuman TB,

hanya dilakukan apabila sarana mendukung untuk itu.

Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, maka diberikan antibiotik berspektrum luas

selama 1 hingga 2 minggu, amoksilin atau kotrimoksasol. Bila tidak berhasil, dan penderita yang

bersangkutan masih menunjukkan adanya tanda-tanda TB, maka ulangi pemeriksaan dahak SPS.

Selanjutnya prosedur terdahulu dilakukan, yakni kalau dalam pemeriksaan ulang ternyata dahak

SPS positif, maka yang bersangkutan adakah positif menderita TB. Namun, apabila dahak

negatif, maka ulangi pemeriksaan radiologi. Apabila hasil radiologi mendukung TB dianggap

sebagai penderita TB dengan BTA negatif, radiologi positif. Apabila baik radiologi tidak

mendukung TB, spesimen dahak negatif, maka yang bersangkutan bukan TB.

Karena tingginya prevalensi TB di Indonesia, maka tes tuberkulin pada orang dewasa,

tidak memiliki makna lagi. Pada anak, sulit untuk mendapatkan BTA, sehingga diagnosis TB

pada anak didapat dari gambaran klinik, radiologi dan uji tuberkulin.3

4

Page 5: makalah pbl blok 18

Diagnosis Kerja

Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik yang sudah sangat lama

dikenal manusia, misalnya dia dihubungan dengan tempat tinggal di daerah urban, lingkungan

yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan tulang vertebra torak yang khas TB

dari kerangka yang digali di Heidelberg dari kuburan zaman neolitikum, begitu juga penemuan

yang berasal dari mumi dan ukiran dinding pyramid di Mesir kuno pada tahun 2000-4000 SM.

Hipokrates telah memperkenalkan terminology phthisis yang diangkat dari bahasa Yunani yang

menggambarkan tampilan TB paru.2

Di Indonesia sendiri tuberculosis bukanlah penyakit yang jarang ditemukan. Indonesia

adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah China dan India. Berdasarkan

survey, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia.

Sistem kekebalan seseorang yang terinfeksi oleh tuberkulosis biasanya menghancurkan

bakteri atau menahannya di tempat terjadinya infeksi. Kadang bakteri tidak dimusnahkan tetapi

tetap berada dalam bentuk tidak aktif (dorman) di dalam makrofag (sejenis sel darah putih)

selama bertahun-tahun.

Sekitar 80% infeksi tuberkulosis terjadi akibat pengaktivan kembali bakteri yang dorman.

Bakteri yang tinggal di dalam jaringan parut akibat infeksi sebelumnya (biasanya di puncak salah

satu atau kedua paru-paru) mulai berkembangbiak. Pengaktivan bakteri dorman ini bisa terjadi

jika sistem kekebalan penderita menurun (misalnya karena AIDS, pemakaian kortikosteroid atau

lanjut usia).2

Diagnosis Banding

Kanker paru

Kanker dapat terjadi pada siapa saja, umur berapa saja dan dimana saja dalam tubuh

manusia. Besar kecilnya kemungkinan seseorang untuk menderita kanker jenis tertentu

tergantung faktor risiko yang dimilikinya. Kanker yang paling banyak dikenal orang pada orang

dewasa adalah kanker payudara, kanker nasofaring, kanker usus, kanker leher rahim, kanker

prostat, kanker darah dan kanker paru. Kanker paru merupakan jenis kanker yang paling sulit

diobati, banyak diderita laki-laki dewasa ( usia > 40 tahun) dan perokok.

5

Page 6: makalah pbl blok 18

Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan

tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan ketrampilan

dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin kedokteran. Penyakit

ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru dengan ahli radiologi

diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli bedah toraks, ahli rehabilitasi

medik dan ahli-ahli lainnya. Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada

kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada stadium

dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu yang lebih cepat

memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik dalam perjalanan

penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya.4

Pilihan terapi harus dapat segera dilakukan, mengingat buruknya respons kanker paru

terhadap berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru

membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat ditegakkan.

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup keganasan

yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru (metastasis tumor di paru).2

Keganasan di rongga torak mencakup kanker paru, tumor mediastinum, metastasis tumor

di paru dan mesotelioma ganas (kegasanan di pleura). Kasus keganasan rongga toraks terbanyak

adalah kanker paru. Di dunia, kanker paru merupakan penyebab kematian yang paling utama di

antara kematian akibat penyakit keganasan. Laki-laki adalah kelompok kasus terbanyak

meskipun angka kejadian pada perempuan cendrung meningkat, hal itu berkaitan dengan gaya

hidup (merokok).

Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru, mencakup

keganasan yang berasal dari paru sendiri (primer) dan metastasis tumor di paru. Metastasis tumor

di paru adalah tumor yang tumbuh sebagai akibat  penyebaran (metastasis) dari tumor primer

organ lain.  Definisi khusus untuk  kanker paru primer yakni tumor ganas yang berasal dari epitel

bronkus. Meskipun jarang dapat ditemukan kanker paru primer yang bukan berasal dari epitel

bronkus misalnya bronchial gland tumor. Tumor paru jinak yang sering adalah hamartoma

Bronkhiektasis

Bronkiektasis adalah suatu penyakit yang ditandai dengan adanya dilatasi bronkus yang

bersifat patologis dan berlangsung kronik. Dilatasi tersebut menyebabkan berkurangnya aliran

6

Page 7: makalah pbl blok 18

udara dari dan ke paru-paru. Dengan alasan ini, bronkiektasis digolongkan dalam penyakit paru

obstruktif kronik, yang bermanifestasi sebagai peradangan saluran pernafasan dan mudah kolaps,

lalu menyebabkan obstruksi aliran udara dan menimbulkan sesak, gangguan pembersihan mukus

yang biasanya disertai dengan batuk dan kadang-kadang hemoptisis. Gejala Klinis :

batuk kronis yang produktif

hemoptisis

dyspneu

penurunan berat badan

malaise

demam biasanya terjadi karena infeksi yang berulang4

Epidemiologi

Data yang dilaporkan WHO Indonesia menempati urutan nomor tiga setelah india dan

cina yaitu dengan angka 1,7 juta orang Indonesia, menurut teori apabila tidak diobati, tiap satu

orang penderita tuberkulosis akan menularkan pada sekitar 10 sampai 15 orang dan cara

penularannya dipengaruhi berbagai factor.5

Penularan TB dikenal melalui udara, terutama pada udara tertutup seperti udara dalam

rumah yang pengap dan lembab, udara dalam pesawat terbang, gedung pertemuan, dan kereta api

berpendingin. Prosesnya tentu tidak secara langsung, menghirup udara bercampur bakteri TB

lalu terinfeksi, lalu menderita TB, tidak demikian. Masih banyak variabel yang berperan dalam

timbulnya kejadian TB pada seseorang, meski orang tersebut menghirup udara yang

mengandung kuman.

Sumber penularan adalah penderita TB dengan BTA (+). Apabila penderita TB batuk,

berbicara atau bersin, maka ribuan bakteri TB akan berhamburan bersama ”droplet” nafas

penderita yang bersangkutan, khususnya pada penderita TB aktif dan luka terbuka pada parunya.

Daya penularan dari seseorang ke orang lain ditentukan oleh banyaknya kuman yang

dikeluarkan serta patogenesitas kuman yang bersangkutan, serta lamanya seseorang menghirup

udara yang mengandung kuman tersebut. Kuman TB sangat sensitif terhadap cahaya ultra violet.

Cahaya matahari sangat berperan dalam membunuh kuman di lingkungan. Oleh sebab itu,

ventilasi rumah sangat penting dalam manajemen TB berbasis keluarga atau lingkungan.5

7

Page 8: makalah pbl blok 18

Etiologi

Penyakit TB adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycrobacterium

tuberculocis, yang masih keluarga besar genus Mycrobacterium. Dari anggota

keluarga Mycrobacteriumyang diperkirakan lebih dari 30, hanya 3 yang dikenal bermasalah

dengan kesehatan masyarakat. Mereka adalah Mycrobacterium tuberculocis, M.bovisyang

terdapat pada susu sapi yang tidak dimasak, dan M.leprae yang menyebabkan penyakit kusta.

Mycrobacterium tuberculocis berbentuk batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal

0,3-0,6 mikron, tahan terhadap pewarnaan yang asam sehingga disebut dengan Bakteri Tahan

Asam (BTA). Sebagian besar kuman terdiri dari asam lemak dan lipid yang membuat lebih tahan

asam. Bisa hidup bertahun-tahun. Sifat lain adalah bersifat aerob, lebih menyukai jaringan kaya

oksigen terutama pada bagian apical posterior.2

Patofisiologi

Periode Prepatogenesis 4

Faktor Agent (Mycobacterium tuberculosis)

Karakteristik alami dari agen TBC hampir bersifat resisten terhadap disifektan kimia atau

antibiotika dan mampu bertahan hidup pada dahak yang kering untuk jangka waktu yang

lama. Pada Host, daya infeksi dan kemampuan tinggal sementara Mycobacterium

Tuberculosis sangat tinggi. Patogenesis hampir rendah dan daya virulensinya tergantung

dosis infeksi dan kondisi Host. Sifat resistensinya merupakan problem serius yang sering

muncul setelah penggunaan kemoterapi moderen, sehingga menyebabkan keharusan

mengembangkan obat baru. Umumnya sumber infeksinya berasal dari manusia dan

ternak (susu) yang terinfeksi. Untuk transmisinya bisa melalui kontak langsung dan tidak

langsung, serta transmisi kongenital yang jarang terjadi.

Faktor Lingkungan

Distribusi geografis TBC mencakup seluruh dunia dengan variasi kejadian yang besar

dan prevalensi menurut tingkat perkembangannya. Penularannya pun berpola sekuler

tanpa dipengaruhi musim dan letak geografis.

Keadaan sosial-ekonomi merupakan hal penting pada kasus TBC. Pembelajaran

sosiobiologis menyebutkan adanya korelasi positif antara TBC dengan kelas sosial yang

mencakup pendapatan, perumahan, pelayanan kesehatan, lapangan pekerjaan dan tekanan

8

Page 9: makalah pbl blok 18

ekonomi. Terdapat pula aspek dinamis berupa kemajuan industrialisasi dan urbanisasi

komunitas perdesaan.  Selain itu, gaji rendah, eksploitasi tenaga fisik, penggangguran dan

tidak adanya pengalaman sebelumnya tentang TBC dapat juga menjadi pertimbangan

pencetus peningkatan epidemi penyakit ini.

Pada lingkungan biologis dapat berwujud kontak langsung dan berulang-ulang dengan

hewan ternak yang terinfeksi adalah berbahaya.

Faktor Host

Umur merupakan faktor terpenting dari Host pada TBC. Terdapat 3 puncak kejadian dan

kematian :

1. paling rendah pada awal anak (bayi) dengan orang tua penderita,

2.paling luas pada masa remaja dan dewasa muda sesuai dengan pertumbuhan,

perkembangan fisik-mental dan momen kehamilan pada wanita,

3. puncak sedang pada usia lanjut.

Dalam perkembangannya, infeksi pertama semakin tertunda, walau tetap tidak berlaku

pada golongan dewasa, terutama pria dikarenakan penumpukan grup sampel usia ini atau tidak

terlindung dari resiko infeksi. Pria lebih umum terkena, kecuali pada wanita dewasa muda yang

diakibatkan tekanan psikologis dan kehamilan yang menurunkan resistensi. Penduduk pribumi

memiliki laju lebih tinggi daripada populasi yang mengenal TBC sejak lama, yang disebabkan

rendahnya kondisi sosioekonomi. Aspek keturunan dan distribusi secara familial sulit

terinterprestasikan dalam TBC, tetapi mungkin mengacu pada kondisi keluarga secara umum dan

sugesti tentang pewarisan sifat resesif dalam keluarga. Kebiasaan sosial dan pribadi turut

memainkan peranan dalam infeksi TBC, sejak timbulnya ketidakpedulian dan kelalaian. Status

gizi, kondisi kesehatan secara umum, tekanan fisik-mental dan tingkah laku sebagai mekanisme

pertahanan umum juga berkepentingan besar. Imunitas spesifik dengan pengobatan infeksi

primer memberikan beberapa resistensi, namun sulit untuk dievaluasi.

Periode Pathogenesis (Interaksi Host-Agent) 2,4

Interaksi terutama terjadi akibat masuknya Agent ke dalam saluran respirasi dan

pencernaan Host. Contohnya Mycobacterium melewati barrier plasenta,  kemudian berdormansi

sepanjang hidup individu, sehingga tidak selalu berarti penyakit klinis. Infeksi berikut

seluruhnya bergantung pada pengaruh interaksi dari Agent, Host dan Lingkungan.

9

Page 10: makalah pbl blok 18

Basil TB yang masuk ke dalam paru melalui bronkhus secara langsung dan pada manusia

yang pertama kali kemasukan disebut primary infection. Infeksi pertama (primer) terjadi ketika

seseorang pertama kali kemasukan basil atau kuman TB umumnya tidak terlihat gejalanya. Dan

sebagian besar orang, berhasil menahan serangan kuman tersebut dengan cara melakukan isolasi

dengan cara dimakanmacrophages, dan dikumpulkan pada kelenjar regional disekitar hilus paru.

Infeksi dimulai saat kuman TB berhasil berkembang biak dengan cara membelah diri di paru

yang menyebabkan peradangan di dalam paru. Oleh sebab itu, kemudian disebut sebagai

kompleks primer. Pada saat terjadi infeksi, kuman masuk hingga pembentukan kompleks primer

sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat diketahui dengan reaksi positif pada tes tuberkulin.2

Biasanya hal tersebut terjadi pada masa kanak-kanak dibawah umur 1 tahun. Apabila

gagal melakukan containment kuman, maka kuman TB masuk melalui aliran darah dan

berkembang, maka timbulah peristiwa klinik yang disebut TB milier. Bahkan kuman bisa dibawa

aliran darah ke selaput otak yang disebut meningitis radang selaput otak yang sering

menimbulkan sequele gejala sisa yang permanen.2

Secara umum tubuh memiliki kemampuan perlawanan, kecuali pada penderita

AIDS/HIV. Di Amerika 95% anak-anak tubuhnya mampu melawan kuman TB. Di negara-

negara yang mempunyai status gizi buruk, angka tersebut jauh lebih besar. Ada ukuran Annual

Risk of Tubercolosis Infection (ARTI). Indonesia tercatat memiliki ARTI sebesar 1-2%,

sedangkan Eropa memiliki ARTI 0,1-0,3%. Pada ARTI sebesar 1% berarti setiap tahun diantara

1000 orang penduduk akan ada 10 orang yang tertular. Sebagian besar yang tertular belum tentu

berkembang menjadi TB klinis, hanya sekitar 10% menjadi TB klinis. Dengan ARTI sebesar 1%

maka diantara 100.000 penduduk, rata-rata 1000 orang penderita TB baru setiap tahunnya,

dimana 100 orang diantaranya adalah BTA positif.2

Sebagian besar dari kuman TB yang beredar dan masuk ke dalam paru orang-orang yang

tertular mengalami fase atau menjadi dormant dan muncul bila kondisi tubuh mengalami

penurunan kekebalan, gizi buruk, atau menderita HIV/AIDS (Achmadi, 2005). TB secara teoritis

menyerang berbagai organ, namun terutama menyerang organ paru. Sedangkan pada paru-paru

tempat yang paling disukai atau tempat yang sering terkena adalah apical pasterior. Hal ini

disebabkan karenaMycrobacterium tubercolocis bersifat aerobik, sedangkan pada daerah tersebut

adalah bagian paru-paru yang banyak memiliki oksigen.2

10

Page 11: makalah pbl blok 18

Manifestasi Klinis

Gejala Sistemik Tuberkulosis2

Secara sistemik pada umumnya penderita akan mengalami demam. Demam berlangsung

pada sore dan malam hari, disertai keringat dingin meskipun tanpa aktifitas, kemudian kadang

hilang. Gejala ini akan timbul lagi beberapa bulan kemudian seperti demam, influenza biasa, dan

kemudian seolah-olah sembuh tidak ada demam.

Gejala lain adalah malaise (perasaan lesu) bersifat berkepanjangan kronis, disertai rasa

tidak fit, tidak enak badan, lemah, lesu, pegal-pegal, nafsu makan berkurang, badan semakin

kurus, pusing, serta mudah lelah. Gejala sistemik ini terdapat baik pada TB Paru maupun TB

yang menyerang organ lain.

Gejala Respiratorik Tuberkulosis2

Adapun gejala repiratorik atau gejala saluran pernafasan adalah batuk. Batuk bisa

berlangsung secara terus-menerus selama 3 mingggu atau lebih. Hal ini terjadi apabila sudah

melibatkan brochus. Gejala respiratorik lainnya adalah batuk produktif sebagai upaya untuk

membuang ekskresi peradangan berupa dahak atau sputum. Dahak ini kadang bersifat purulent.

Kadang gejala respiratorik ini ditandai dengan batuk berdarah. Hal ini disebabkan karena

pembuluh darah pecah, akibat luka dalam alveoli yang sudah lanjut. Batuk darah inilah yang

sering membawa penderita berobat ke dokter. Apabila kerusakan sudah meluas, timbul sesak

nafas dan apabila pleura sudah terkena, maka disertai pula dengan rasa nyeri pada dada.

Komplikasi

Tuberkulosis bisa menyerang organ tubuh selain paru-paru dan keadaan ini disebut

tuberkulosis ekstrapulmoner.

Bagian tubuh yang paling sering terkena adalah ginjal dan tulang. Tuberkulosis ginjal

bisa hanya menghasilkan sedikit gejala, tetapi infeksi bisa menghancurkan sebagian dari ginjal.

Lalu tuberkulosis bisa menyebar ke kandung kemih.2

Pada pria, infeksi juga bisa menyebar ke prostat, vesikula seminalis dan epididimis,

menyebabkan terbentuknya benjolan di dalam kantung zakar. Pada wanita, tuberkulosis bisa

menyerang indung telur dan salurannya, sehingga terjadi kemandulan. Dari indung telur, infeksi

bisa menyebar ke selaput rongga perut dan menyebabkan peritonitis tuberkulosis, dengan gejala

11

Page 12: makalah pbl blok 18

berupa lelah, nyeri perut disertai nyeri tekan ringan sampai nyeri hebat yang menyerupai radang

usus buntu. Infeksi bisa menyebar ke persendian, menyebabkan artritis tuberkulosis. Sendi

meradang dan nyeri. Yang paling sering terkena adalah sendi pinggul dan lutut; tetapi bisa juga

menyerang tulang pergelangan tangan, tangan dan siku.

Tuberkulosis bisa menginfeksi kulit, usus dan kelenjar adrenal. Infeksi pada dinding aorta

(arteri utama) menyebabkan pecahnya aorta. Infeksi pada kantung jantung menyebabkan

perikarditis tuberkulosis, dimana perikardiuim teregang oleh cairan. Cairan ini bisa mengganggu

kemampuan jantung dalam memompa darah. Gejalanya berupa demam, pelebaran vena leher dan

sesak nafas.

Infeksi pada dasar otak disebut meningitis tuberkulosis. Gejalanya berupa demam, sakit

kepala yang menetap, mual dan penurunan kesadaran. Kuduk sangat kaku sehingga dagu tidak

dapat didekatkan ke dada. Kadang setelah meningitisnya membaik, akan terbentuk massa di

dalam otak, yang disebut tuberkuloma. Tuberkuloma bisa menyebabkan kelemahan otot (seperti

yang terjadi pada stroke) dan harus diangkat melalui pembedahan.

Pada anak-anak, bakteri bisa menginfeksi tulang belakang dan ujung tulang-tulang

panjang pada lengan dan tungkai. Jika keadaan ini tidak segera diatasi, bisa terjadi kolaps pada 1

atau 2 tulang belakang yang dapat menyebabkan kelumpuhan.

Di negara-negara berkembang, bakteri tuberkulosis bisa disebarkan melalui susu yang

terkontaminasi dan tinggal di dalam kelenjar getah bening leher atau di dalam usus halus.

Selaput lendir dari saluran pencernaan resisten terhadap bakteri, karena itu infeksi baru terjadi

jika bakteri terdapat dalam jumlah yang sangat banyak atau jika terdapat gangguan sistem

kekebalan. Tuberkulosis intestinalis bisa tidak menimbulkan gejala, tetapi menyebabkan

pertumbuhan jaringan yang abnormal di daerah yang terinfeksi, yang bisa disalahartikan sebagai

kanker. 2

Penatalaksanaan

Pengobatan khusus. Penderita dengan TBC aktif perlu pengobatan yang tepat. Obat-obat

kombinasi yang telah ditetapkan oleh dokter diminum dengan tekun dan teratur, waktu yang

lama ( 6 atau 12 bulan). Diwaspadai adanya kebal terhadap obat-obat, dengan pemeriksaan

penyelidikan oleh dokter.2

12

Page 13: makalah pbl blok 18

Pemberian INH sebagai pengobatan preventif memberikan hasil yang cukup efektif untuk

mencegah progresivitas infeksi TB laten menjadi TB klinis. Berbagai penelitian yang telah

dilakukan terhadap orang dewasa yang menderita infeksi HIV terbukti bahwa pemberian rejimen

alternatif seperti pemberian rifampin dan pyrazinamide jangka pendek ternyata cukup efektif.

Pemberian terapi preventif merupakan prosedur rutin yang harus dilakukan terhadap penderita

HIV/AIDS usia dibawah 35 tahun. Apabila mau melakukan terapi preventif, pertama kali harus

diketahui terlebih dahulu bahwa yang bersangkutan tidak menderita TB aktif, terutama pada

orang-orang dengan imunokompromais seperti pada penderita HIV/AIDS. Oleh karena ada

risiko terjadinya hepatitis dengan bertambahnya usia pada pemberian isoniasid, maka isoniasid

tidak diberikan secara rutin pada penderita TB usia diatas 35 tahun kecuali ada hal-hal sebagai

berikut: infeksi baru terjadi (dibuktikan dengan baru terjadinya konversi tes tuberkulin); adanya

penularan dalam lingkungan rumah tangga atau dalam satu institusi; abnormalitas foto thorax

konsisten dengan proses penyembuhan TB lama, diabetes, silikosis, pengobatan jangka panjang

dengan kortikosteroid atau pengobatan lain yang menekan kekebalan tubuh, menderita penyakit

yang menekan sistem kekebalan tubuh seperti HIV/AIDS. Mereka yang akan diberi pengobatan

preventif harus diberitahu kemungkinan terjadi reaksi samping yang berat seperti terjadinya

hepatitis, demam dan ruam yang luas, jika hal ini terjadi dianjurkan untuk menghentikan

pengobatan dan hubungi dokter yang merawat. Sebagian besar fasilitas kesehatan yang akan

memberikan pengobatan TB akan melakukan tes fungsi hati terlebih dahulu terhadap semua

penderita; terutama terhadap yang berusia 35 tahun atau lebih dan terhadap pecandu alkohol

sebelum memulai pengobatan.

Terapi spesifik: Pengawasan Minum obat secara langsung terbukti sangat efektif dalam

pengobatan TBC di AS dan telah direkomendasikan untuk diberlakukan di AS. Pengawasan

minum obat ini di AS disebut dengan sistem DOPT, sedangkan Indonesia sebagai negara

anggota WHO telah mengadopsi dan mengadaptasi sistem yang sama yang disebut DOTS

(Directly Observed Treatment Shortcourse). Penderita TBC hendaknya diberikan OAT

kombinasi yang tepat dengan pemeriksaan sputum yang teratur. Untuk penderita yang belum

resisten terhadap OAT diberikan regimen selama 6 bulan yang terdiri dari isoniazid (INH),

Rifampin (RIF) dan pyrazinamide (PZA) selama 2 bulan kemudia diikuti dengan INH dan PZA

selama 4 bulan. Pengobatan inisial dengan 4 macam obat termasuk etambutol (EMB) dan

streptomisin diberikan jika infeksi TB terjadi didaerah dengan peningkatan prevalensi resistensi

13

Page 14: makalah pbl blok 18

terhadap INH. Namun bila telah dilakukan tes sensititvitas maka harus diberikan obat yang

sesuai. Jika tidak ada konversi sputum setelah 2-3 bulan pengobatan atau menjadi positif setelah

beberapa kali negatif atau respons klinis terhadap pengobatan tidak baik, maka perlu dilakukan

pemeriksaan terhadap kepatuhan minum obat dan tes resistensi. Kegagalan pengobatan

umumnya karena tidak teraturnya minum obat dan tidak perlu merubah regimen pengobatan.

Perubahan Supervisi dilakukan bila tidak ada perubahan respons klinis penderita. Minimal 2

macam obat dimana bekteri tidak resisten harus ada dalam regiemen pengobatan. Jangan sampai

menambahkan satu jenis obat baru pada kasus yang gagal. Jika INH atau rifampisin tidak dapat

dimasukkan kedalam regimen maka lamanya pengobatan minimal selama 18 bulan setelah

biakan menjadi negatif. 551 Untuk penderita baru TBC paru dengan BTA (+) di negara

berkembang, WHO merekomendasikan pemberian 4 macam obat setiap harinya selama 2 bulan

yang teridiri atas RIF, INH, EMB, PZA diikuti dengan pemberian INH dan RIF 3 kali seminggu

selama 4 bulan. Semua pengobatan harus diawasi secara langsung, jika pada pengobatan fase

kedua tidak dapat dilakukan pengawasan langsung maka diberikan pengobatan substitusi dengan

INH dan EMB selama 6 bulan. Walaupun pengobatan jangka pendek dengan 4 macam obat lebih

mahal daripada pengobatan dengan jumlah obat yang lebih sedikit dengan jangka waktu

pengobatan 12- 18 bulan namun pengobatan jangka pendek lebih efektif dengan komplians yang

lebih baik. Penderita TBC pada anak-anak diobati dengan regimen yang sama dengan dewasa

dengan sedikit modifikasi. Kasus resistensi pada anak umumnya karena tertular dari penderita

dewasa yang sudah resisten terlebih dahulu.Anak dengan limfadenopati hilus hanya diberikan

INH dan RIF selama 6 bulan. Pengobatan anak-anak dengan TBC milier, meningitis, TBC

tulang/sendi minimal selama 9-12 bulan, beberapa ahli menganjurkan pengobatan cukup selama

9 bulan. Etambutol tidak direkomendasikan untuk diberikan pada anak sampai anak cukup besar

sehingga dapat dilakukan pemeriksaan buta warna (biasanya usia > 5 tahun). Penderita TBC

pada anak dengan keadaan yang mengancam jiwa harus diberikan pengobatan inisial dengan

regimen dengan 4 macam obat. Streptomisin tidak boleh diberikan selama hamil. Semua obat

kadang-kadang dapat menimbulkan reaksi efek samping yang berat. Operasi toraks kadang

diperlukan biasanya pada kasus MDR.2

Sediakan fasilitas perawatan penderita dan fasilitas pelayanan diluar institusi untuk

penderita yang mendapatkan pengobatan dengan sistem (DOPT/DOTS) dan sediakan juga

fasilitas pemeriksaan dan pengobatan preventif untuk kontak.

14

Page 15: makalah pbl blok 18

Isolasi: Untuk penderita TB paru untuk mencegah penularan dapat dilakukan dengan

pemberian pengobatan spesifik sesegera mungkin. Konversi sputum biasanya terjadi dalam 4 – 8

minggu. Pengobatan dan perawatan di Rumah Sakit hanya dilakukan terhadap penderita berat

dan bagi penderita yang secara medis dan secara sosial tidak bisa dirawat di rumah. Penderita TB

paru dewasa dengan BTA positif pada sputumnya harus ditempatkan dalam ruangan khusus

dengan ventilasi bertekanan negatif. Penderita diberitahu agar menutup mulut dan hidung setiap

saat batuk dan bersin. Orang yang memasuki ruang perawatan penderita hendaknya mengenakan

pelindung pernafasan yang dapat menyaring partikel yang berukuran submikron. Isolasi tidak

perlu dilakukan bagi penderita yang hasil pemeriksaan sputumnya negatif, bagi penderita yang

tidak batuk dan bagi penderita yang mendapatkan pengobatan yang adekuat (didasarkan juga

pada pemeriksaan sensitivitas/resistensi obat dan adanya respons yang baik terhadap

pengobatan).Penderita remaja harus diperlakukan seperti penderita dewasa. Penilaian terus

menerus harus dilakukan terhadap rejimen pengobatan yang diberikan kepada penderita.

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu:

Obat primer / Lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol,Streptomisin,

Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggidengan toksisitas yang masih dapat ditolerir,

sebagian besar dapatdipisahkan dengan obat-obatan ini.

Obat sekunder / Lini kedua: Etionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,Amikasin,

Kapreomisin, Kanamisin.2

Pencegahan

Dengan pengawasan penderita, kontak dan lingkungan sebagai salah satu pencegahan

TBC paling efektif. Oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan

membuang dahak tidak disembarangan tempat. Oleh masyarakat dapat dilakukan dengan

meningkatkan dengan terhadap bayi harus harus diberikan vaksinasi BCG. Vaksinasi, diberikan

pertama-tama kepada bayi dengan perlindungan bagi ibunya dan keluarganya. Diulang 5 tahun

kemudian pada 12 tahun ditingkat tersebut berupa tempat pencegahan. Oleh petugas kesehatan

dengan memberikan penyuluhan tentang penyakit TB yang antara lain meliputi gejala bahaya

dan akibat yang ditimbulkannya. Des-Infeksi, Cuci tangan dan tata rumah tangga kebersihan

yang ketat, perlu perhatian khusus terhadap muntahan dan ludah (piring, hundry, tempat tidur,

pakaian), ventilasi rumah dan sinar matahari yang cukup.6

15

Page 16: makalah pbl blok 18

Rehabilitasi menrupakan suatu usaha mengurangi komplikasi penyakit. Rehabilitasi

merupakan tingkatan terpenting pengontrolan TBC. Dimulai dengan diagnosis kasus berupa

trauma yang menyebabkan usaha penyesuaian diri secara psikis, rehabilitasi penghibur selama

fase akut dan hospitalisasi awal pasien, kemudian rehabilitasi pekerjaan yang tergantung situasi

individu. Selanjutnya, pelayanan kesehatan kembali dan penggunaan media pendidikan untuk

mengurangi cacat sosial dari TBC, serta penegasan perlunya rehabilitasi.6

Kesimpulan

TBC adalah suatu infeksi bakteri menular yang disebabkan oleh Mycobacterium

tuberculosis yang utama menyerang organ paru manusia. TBC merupakan salah satu problem

utama epidemiologi kesehatan didunia. Agent, Host dan Lingkungan merupakan faktor penentu

yang saling berinteraksi, terutama dalam perjalanan alamiah epidemi TBC baik periode

Prepatogenesis maupun Patogenesis. Dengan pengobatan yang tepat diagnosis baik.

Daftar Pustaka

1. Gleadle J. At a glance anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jakarta: Erlangga; 2005.h. 171.

2. Amin Z. Kanker paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, K Simadibrata M, Setiati

S. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Edisi V. Jilid III. Jakarta: FKUI; 2009.h. 2254-62.

3. Chin J (Ed), Kandun IN (Editor Penterjemah). Manual Pemberantasan Penyakit Menular.

Jakarta: Infomedika. 2006.

4. Universitas Indonesia (FKUI). 2004. Kuliah Tuberculosis. Diunduh dari http://ui.org/

fk/kuliah/respirasi/tuberculosis.html. 7 Juli 2015.

5. Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit Buku

Kompas. 2005.

6. Departemen Kesehatan RI. Pedoman Penanggulangan Tuberkulosis. Jakarta: Departemen

Kesehatan RI. 2002

16