makalah pbl blok 13

18
Bayi Berusia 3 hari Mengalami Sumbing pada Kedua Sisi Bibir Atas, Rahang dan Langit- langit Apriandy Pariury 102011299/C7 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510 [email protected] Pendahuluan Pada bayi baru lahir yang mengalami celah bibir dan lagit-langit akan menghadapi kesulitan dalam menyusu, yaitu tidak efisiennya penghisapan saat menyusu dan kemungkinan susu masuk ke saluran napas sehingga menyebabkan bayi tersedak serta air susu keluar melalui hidung. Waktu yang dibutuhkan untuk menyusu lebih lama sehingga perut bayi menjadi kembung, tidak nyaman serta kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. Keberadaan celah membuat kemampuan bayi untuk menutup rongga mulut dan menciptakan isapan tidak memadai sehingga bayi tidak mampu menarik cairan ke dalam mulut secara efisien. Pembentukan hisapan intra oral pada bayi celah bibir dan langit-langit akan terganggu oleh ketidakmampuan untuk membentuk penutupan anterior yang memadai dengan menggunakan bibir dan ketidakmampuan untuk menutup rongga mulut inferior akibat celah langit-langit jika celah langit-langit bilateral, maka akan sulit untuk menekan puting diantara lidah dan langit-langit. 1

Upload: ria-pariury

Post on 19-Jan-2016

79 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah PBL Blok 13

Bayi Berusia 3 hari Mengalami Sumbing pada Kedua Sisi

Bibir Atas, Rahang dan Langit-langit

Apriandy Pariury

102011299/C7

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jl. Terusan Arjuna No. 6 Jakarta Barat 11510

[email protected]

Pendahuluan

Pada bayi baru lahir yang mengalami celah bibir dan lagit-langit akan menghadapi

kesulitan dalam menyusu, yaitu tidak efisiennya penghisapan saat menyusu dan kemungkinan

susu masuk ke saluran napas sehingga menyebabkan bayi tersedak serta air susu keluar

melalui hidung. Waktu yang dibutuhkan untuk menyusu lebih lama sehingga perut bayi

menjadi kembung, tidak nyaman serta kebutuhan nutrisi tidak terpenuhi. Keberadaan celah

membuat kemampuan bayi untuk menutup rongga mulut dan menciptakan isapan tidak

memadai sehingga bayi tidak mampu menarik cairan ke dalam mulut secara efisien.

Pembentukan hisapan intra oral pada bayi celah bibir dan langit-langit akan terganggu oleh

ketidakmampuan untuk membentuk penutupan anterior yang memadai dengan menggunakan

bibir dan ketidakmampuan untuk menutup rongga mulut inferior akibat celah langit-langit

jika celah langit-langit bilateral, maka akan sulit untuk menekan puting diantara lidah dan

langit-langit.

Pada celah langit-langit terdapat hubungan antara rongga mulut dan hidung dalam

menempatkan makanan dan sekresi oral berada di dekat rongga eustachia. Keadaan ini

mengarah pada insidensi otitis media khronis yang tinggi pada bayi yang menderita celah.

Diperlukan sistem pemberian susu dengan bantuan untuk asupan yang memadai dan posisi

pemberian makan yang benar. Metoda pemberian makan harus dipilih berdasarkan efisiensi

dan keamanan minum. Pemberian makan melalui mulut harus selesai dalam waktu 20 hingga

30 menit, pemberian makan yang lebih lama dapat mengarah pada kehilangan kalori bersih

akibat pengeluaran energi yang berlebihan. Adapun dalam pembuatan makalah ini memiliki

tujuan supaya masyarakat dapat mengetahui apa itu celah bibir dan sumbing baik dari segi

epidemiologi, etiologi, patofisiologi, maupun gejala klinisnya dan mengatasi terjadinya celah

bibir dan palatum sedini mungkin sehingga tidak menimbulkan terjadinya komplikasi pada

penderita celah bibir dan sumbing.

1

Page 2: Makalah PBL Blok 13

Skenario

Seorang bayi laki-laki berusia 3 hari dibawa oleh bapak ibu kandungnya ke poliklinik

tempat anda bekerja dengan keluhan sumbing. Ibunya juga mengeluhkan bayinya rewel dan

kesulitan menyusu. Pada pemeriksaan fisik ditemukan sumbing pada bibir atas kiri, rahang

kiri, dan langit-langit. Demikian juga pada sisi sebelah kanan. Ayah bayi juga mengaku,

mengalami sumbing pada bibir atas kirinya swaktu lahir tetapi telah dioperasi saat masih

kecil.

Identifikasi istilah yang tidak diketahui

Tidak ada istilah yang tidak diketahui.

Rumusan Masalah

Bayi laki-laki berusia 3 hari rewel dan kesulitan menyusu karena sumbing pada bibir atas,

rahang atas, dan langit-langit pada kedua sisi.

Mind Mapping

Hipotesis

2

Bayi laki-laki berusia 3 hari, rewel dan kesulitan menyusu karena sumbing

pada bibir atas, rahang atas, dan langit-langit pada kedua sisi.

Anamnesis

Pemeriksaan

Diagnosis Kerja

Fisik

Penunjang

Epidemiologi

Etiologi

PatofisiologiPenatalaksanaan

Komplikasi

Prognosis

Page 3: Makalah PBL Blok 13

Sumbing menyebabkan bayi sulit menyusu dan rewel serta merupakan salah satu penyakit

herediter.

Pembahasan

Dalam makalah ini akan dibahas mengenai labio gnato palatoschizis dari berbagai aspek yaitu

anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang, diagnosis kerja, penatalaksanaan, komplikasi

dan prognosis.

Anamnesis

Anamnesis yang berhubungan dengan kasus di atas adalah alloanmnesis. Wawancara antara

dokter dan pasien atau penderita atau keluarganya atau orang yang mempunyai hubungan

dekat dengan pasien, mengenai semua data yang berhubungan dengan penyakitnya. Hal-hal

yang dapat diketahui dari anamnesis ini adalah: cacat bawaan/kongenital berupa sumbing

bibir dan atau langit-langit, dapat disertai kelainan kongenital lain, kesulitan

menyusui/feeding, bila minum atau makan keluar dari hidung, dan bicara sengau.1

Pemeriksaan Fisik

Dengan melakukan palpasi, perkusi, inpeksi dan askultasi. Dari hasil pemeriksaan tersebut

adalah terdapat celah bibir dan atau gnatum alveolar dan atau palatum, celah dapat komplit

atau inkomplit, celah dapat unilateral atau bilateral, dicari adanya kelainan kongenital

lainnya, asimetri lubang hidung atau nostril, dan untuk operasi pertama (labioplasty pada bayi

berat badan harus 5 kg.2

Pemeriksaan Penunjang2

1. Tes pendengaran, bicara dan evaluasi.

2. Laboratorium untuk persiapan operasi; Hb, Ht , leukosit, BT, CT scan.

3. Evaluasi ortodental dan prostontal dari mulai posisi gigi dan perubahan struktur dari

orkumaxilaris.

4. Konsultasi bedah plastik, ahli anak, ahli THT, ortodentisist, speech therapi.

5. MRI

Diagnosis Kerja

Dalam makalah ini, diagnosis kerja dibagi menjadi 3 bagian yaitu epidemiologi, etiologi,

dan patofisiologi.

3

Page 4: Makalah PBL Blok 13

- Epidemiologi3

Insiden celah bibir (sumbing) dengan atau tanpa adanya celah pada palatum, kira-kira

terdapat 1:6000 kelahiran; insiden celah palatum kira-kira sekitar 1:1000 kelahiran. Bibir

sumbing lebih lazim terjadi pada laki-laki. Kemungkinan penyebabnya meliputi yang

terpajan obat, kompleks sindrom-malformasi, murni tak diketahui, atau genetik. Faktor

genetik pada bibir sumbing, dengan atau tanpa celah palatum, lebih penting daripada

celah palatum saja. Namun, keduanya dapat terjadi secara sporadik; insiden tertinggi

kelainan ini terdapat pada orang Asia dan terendah pada orang kulit hitam. Insiden yang

terkait dengan malformasi kongenital dan gangguan dalam proses perkembangan

meningkat pada anak-anak dengan cacat celah, terutama pada mereka yang menderita

cacat celah palatum saja. Penemuan ini sebagian terjelaskan oleh adanya kenaikan insiden

gangguan pendengaran konduktif pada anak yang menderita celah palatum, sebagian

disebabkan karena infeksi berulang pada anak-anak yang mempunyai kelainan

kromosom. Risiko berulangnya cacat celah dalam keluarga.

Percobaan pada hewan mengesankan bahwa dalam masa kritis organogenesis, pada

orang yang rentan, pengaruh nongenetik dapat mengakibatkan timbulnya celah.

Malformasi terkait yang sering terjadi terutama pada stuktur yang berasal dari arkus

brankialis pertama.

Di Indonesia, jumlah tertinggi penderita kelainan ini terbanyak di Nusa Tenggara

Timur yaitu enam sampai sembilan orang per 1000 penduduk. Jumlah ini sangat tinggi

bila disbanding kasus di internasional yang hanya satu sampai dua orang per 1000

penduduk.

- Etiologi4

Sampai saat ini etiologi labio gnato palatoschizis belum diketahui dengan pasti

Diduga bahwa faktor genetika (herediter) dan faktor lingkungan (eksogen) berperan

dalam terjadinya cacat ini. Umumnya terdapat beberapa faktor (multifaktor) yang

bertanggungjawab terhadap terjadinya labio gnato palatoschizis dimana faktor herediter

merupakan faktor yang terpenting:

Faktor-faktor tersebut adalah:

1. Faktor genetika: labio gnato palatoschizis dapat diturunkan secara hereditas. Diduga

faktor hereditas ini bersifat resesif dan non sex linked. Tetapi kadang-kadang terlihat

pula bersifat dominan karena dasar genetikanya bukan hanya tunggal tetapi poligenik.

Kenyataan yang bisa dilihat di klinik adalah:

4

Page 5: Makalah PBL Blok 13

a. Kejadian labioschizis disertai palatoschizis lebih sering dijumpai pada keluarga

yang mempunyai anggota dengan kelainan ini.

b. Dalam keluarga normal yang mempunyai satu anak cacat, kemungkinan untuk

terjadi labio gnato palatoschizis pada anak berikutnya adalah sampai 15%.

c. Bila salah satu orangtua mempunyai cacat ini maka kemungkinan terjadinya anak

yang bercacat meningkat.

2. Faktor lingkungan:

a. Obat-obatan: yang jelas pada manusia adalah aminopterin dan thalidomide.

b. Usia ibu: pada ibu hamil yang berusia tinggi terdapat resiko yang lebih besar

untuk melahirkan anak yang cacat.

c. Diabetes mellitus: ibu dengan diabetes 3 kali lebih sering melahirkan anak dengan

labio gnato palatoschizis.

d. Faktor-faktor lain: infeksi rubella, penyinaran/injeksi, defisiensi vitamin,

overdosis vitamin A, dan trauma.

3. Faktor Hormonal

Hormon sex

Testoteron, progesterone, dan diethylstilbestrol menembus “barrier” placenta

sehingga mempengaruhi “eminence” (tonjolan) genital embrio yang ada pada awal

kehidupan embrio yang genetik perempuan dan sebaliknya menghasilkan feminisasi

embrio yang genetic laki-laki.

Hormon thyroid

Pada percobaan binatang, ila sebelum kehamilan dilakukan thyroidectomi maka

terjadilah anomaly pada keturunannya.

Steroid

Bila binatang percobaan yang hamil disuntik dengan cortisone dosis tinggi, maka

akan memberikan keturunan dengan sumbing langitan.

Hormon adrenal

Wanita yang menjalani operasi adrenalectomi, anak keturunannya sering mendapat

kelainan pada susunan syaraf pusat.

- Patofisiologi5

Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi

cukup tinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa tingkat kerusakan sesuai organ yang

mengalami kecacatannya. Bila hanya di bibir disebut labioschizis, tapi bisa juga

5

Page 6: Makalah PBL Blok 13

mengenai gusi dan palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi

keberhasilan operasi.

Cacat bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena

tidak terbentuknya suatu jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu

pembelahan sel pada masa kehamilan bisa menyebabkan kelainan tersebut, misal

kekurangan zat besi, obat-obat tertentu, radiasi. Tak heran kelainan bibir sumbing

sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu hamil tanpa perawatan

kehamilan yang baik serta gizi yang buruk.

Bayi-bayi yang bibirnya sumbing akan mengalami gangguan fungsi berupa

kesulitan menghisap ASI, terutama jika kelainannya mencapai langit-langit mulut.

Jika demikian, ASI dari ibu harus dipompa dulu untuk kemudian diberikan dengan

sendok atau dengan botol berlubang besar pada bayi yang posisi tubuhnya ditegakkan.

Posisi bayi yang tegak sangat membantu masuknya air susu hingga ke kerongkongan.

Jika tidak tegak, sangat mungkin air susu akan masuk ke saluran napas mengingat

refleks pembukaan katup epiglottis (katup penghubung mulut dengan kerongkongan)

mesti dirangsang dengan gerakkan lidah, langit-langit, serta kelenjar liur.

Bibir sumbing juga menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung,

tenggorokan dan tuba eustachius (saluran penghubung telinga dan tenggorokan)

sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi akibat air susu atau air yang masuk ke rongga

hidung dari celah sumbingnya.

Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis dari kelainan labioschisis antara lain:3,4

a. Masalah asupan makanan

Asupan makanan merupakan masalah pertama yang terjadi pada bayi penderita labioschisis. Adanya

labioschisis memberikan kesulitan pada bayi untuk melakukan hisapan pada payudara ibu atau dot.

Tekanan lembut pada pipi bayi dengan labioschisis mungkin dapat meningkatkan kemampuan hisapan

oral. Keadaan tambahan yang ditemukan adalah reflex hisap dan reflek menelan pada bayi dengan

labioschisis tidak sebaik bayi normal, dan bayi dapat menghisap lebih banyak udara pada saat menyusu.

Memegang bayi dengan posisi tegak lurus mungkin dapat membantu proses menyusu bayi. Menepuk-

nepuk punggung bayi secara berkala juga dapat membantu. Bayi yang hanya menderita labioschisis atau

dengan celah kecil pada palatum biasanya dapat menyusui, namun pada bayi dengan labioplatoschisis

biasanya membutuhkan penggunaan dot khusus. Dot khusus (cairan dalam dot inidapat keluar dengan

6

Page 7: Makalah PBL Blok 13

tenaga hisapan kecil) ini dibuat untuk bayi dengan labio-palatoschisis dan bayi dengan masalah

pemberian makan/ asupan makanan tertentu.

b. Masalah Dental

Anak yang lahir dengan labioschisis mungkin mempunyai masalah tertentu yangberhubungan dengan

kehilangan, malformasi, dan malposisi dari gigi geligi padaarean dari celah bibir yang terbentuk.

c. Infeksi telinga

Anak dengan labio-palatoschisis lebih mudah untuk menderita infeksi telinga karena terdapatnya

abnormalitas perkembangan dari otot-otot yang mengontrol pembukaan dan penutupan tuba eustachius.

d. Gangguan berbicara

Pada bayi dengan labio-palatoschisis biasanya juga memiliki abnormalitas pada perkembangan otot-otot

yang mengurus palatum mole. Saat palatum mole tidak dapat menutup ruang/rongga nasal pada saat

bicara, maka didapatkan suara dengan kualitas nada yang lebih tinggi (hypernasal quality of speech).

Meskipun telah dilakukan reparasi palatum, kemampuan otot-otot tersebut diatas untuk menutup ruang/

rongga nasal pada saat bicara mungkin tidak dapat kembali sepenuhnya normal. Anak mungkin

mempunyai kesulitan untuk menproduksi suara/ kata "p, b, d, t, h, k, g, s, sh,and ch", dan terapi bicara

(speech therapy) biasanya sangat membantu.

Penatalaksanaan

Sebelum melakukan operasi/pembedahan pada celah bibir dan palatum adalah

melakukan pertolongan pertama antara lain pemberian susu dianjurkan dalam posisi tegak 15o

dan ukuran dot yang agak besar. Yang paling penting dalam pertolongan pertama adalah

penerangan yang sejelas-jelasna kepada orang tua mengenai penyebabnya, akibat yang

ditimbulkan, pencegahannya, dan usaha perbaikan yang dapat dikerjakan. Selain itu juga

memiliki catatan penting yaitu penyebab sulit ditntukan, faktor keturunan sebagian besar

tidak jelas. Teori terakhirnya adalah akibat terganggunya pembentukan mesoderm di tempat

tersebut, yang terjadi pada 10 minggu pertama kehamilan, bila sudah anak ke-2 kemngkinan

besar karena insiden meningkat 5% atau 15% bila salah satu orang tua juga sumbing. Oleh

karena itu, dianjurkan kepada orang tua pasien untuk menabung karena melakukan operasi itu

sifatnya berulang.6

Idealnya, anak dengan labioschisis ditatalaksana oleh “team labiopalatoschisis” yang

terdiri dari spesialistik bedah, maksilofasial, terapis bicara dan bahasa, dokter gigi, ortodonsi, psikolog, dan

perawat spesialis. Perawatan dan dukungan pada bayi dan keluarganya diberikan sejak bayi tersebut lahir

7

Page 8: Makalah PBL Blok 13

sampai berhenti tumbuh pada usia kira-kira 18 tahun. Tindakan pembedahan dapat dilakukan pada saat usia

anak 3 bulan. Ada tiga tahap penatalaksanaan labioschisis yaitu:6,7

1. Tahap sebelum operasi

Pada tahap sebelum operasi yang dipersiapkan adalah ketahanan tubuh bayimenerima tindakan operasi,

asupan gizi yang cukup dilihat dari keseimbangan beratbadan yang dicapai dan usia yang memadai.

Patokan yang biasa dipakai adalah Rule of ten meliputi berat badan lebih dari 10 pounds atau sekitar 4-5

kg, Hb lebih dari 10 gr% dan usia lebih dari 10 minggu, jika bayi belum mencapai rule of ten ada

beberapa nasehat yang harus diberikan pada orang tua agar kelainan dan komplikasi yang terjadi tidak

bertambah parah. Misalnya memberi minum harus dengan dot khusus dimana ketika dot dibalik susu

dapat memancar keluar sendiri dengan jumlah yang optimal artinya tidak terlalu besar sehingga membuat

bayi tersedak atau terlalu kecil sehingga membuat asupan gizi menjadi tidak cukup, jika dot dengan besar

lubang khusus ini tidak tersedia bayi cukup diberi minum dengan bantuan sendok secara perlahan dalam

posisi setengah duduk atau tegak untuk menghindari masuknya susu melewati langit-langit yang terbelah.

Selain itu celah pada bibir harus direkatkan dengan menggunakan plester khusus non alergenik untuk

menjaga agar celah pada bibir menjadi tidak terlalu jauh akibat proses tumbuh kembang yang

menyebabkan menonjolnya gusi kearah depan (protrusio pre maxilla) akibat dorongan lidah pada

prolabium , karena jika hal ini terjadi tindakan koreksi pada saat operasi akan menjadi sulit dan secara

kosmetika hasil akhir yang didapat tidak sempurna. Plester non alergenik tadi harus tetap direkatkan

sampai waktu operasi tiba.

2. Tahap sewaktu operasi

Tahapan selanjutnya adalah tahapan operasi, pada saat ini yang diperhatikan adalah soal kesiapan tubuh si

bayi menerima perlakuan operasi, hal ini hanya bisa diputuskan oleh seorang ahli bedah. Usia optimal

untuk operasi bibir sumbing (labioplasty) adalah usia 3 bulan. Usia ini dipilih mengingat pengucapan

bahasa bibir dimulai pada usia 5-6 bulan sehingga jika koreksi pada bibir lebih dari usia tersebut maka

pengucapan huruf bibir sudah terlanjur salah sehingga kalau dilakukan operasi pengucapan huruf bibir

tetap menjadi kurang sempurna.6

8

Page 9: Makalah PBL Blok 13

Gambar 1. Reparasi labioschisis (labioplasti). (A and B) pemotongan sudut celahpada bibir dan hidung. (C)

bagian bawah nostril disatukan dengan sutura. (D) bagian atas bibir disatukan, dan (E) jahitan memanjang

sampai kebawah untuk menutup celah secara keseluruhan.6

Operasi untuk langit-langit (palatoplasty) optimal pada usia 18 – 20 bulan mengingat anak aktif bicara

usia 2 tahun dan sebelum anak masuk sekolah. Operasi yang dilakukan sesudah usia 2 tahun harus diikuti

dengan tindakan speech teraphy karena jika tidak, setelah operasi suara sengau pada saat bicara tetap

terjadi karena anak sudah terbiasa melafalkan suara yang salah, sudah ada mekanisme kompensasi

memposisikan lidah pada posisi yang salah. Bila gusi juga terbelah (gnatoschizis) kelainannya menjadi

labio gnato palatoschizis, koreksi untuk gusi dilakukan pada satu usia 8 – 9 tahun bekerja sama dengan

dokter gigi ahli ortodonsi.7

3. Tahap setelah operasi.

Tahap selanjutnya adalah tahap setelah operasi, penatalaksanaanya tergantung dari tiap-tiap jenis operasi

yang dilakukan, biasanya dokter bedah yang menangani akan memberikan instruksi pada orang tua

pasien misalnya setelah operasi bibir sumbing luka bekas operasi dibiarkan terbuka dan tetap

menggunakan sendok atau dot khusus untuk memberikan minum bayi. Banyaknya penderita bibir

sumbing yang datang ketika usia sudah melebihi batas usia optimal untuk operasi membuat operasi hanya

untuk keperluan kosmetika saja sedangkan secara fisiologis tidak tercapai, fungsi bicara tetap terganggu

seperti sengau dan lafalisasi beberapa huruf tetap tidak sempurna, tindakan speech teraphy pun tidak

banyak bermanfaat.

9

Page 10: Makalah PBL Blok 13

Gambar 2. Sebelum dan sesudah tindakan operasi.7

Tujuan operasi bibir sumbing adalah menutup cacat berupa celah yang ada dan

mengusahakan:6

1. Simetrisasi bibir dan organ sekitarnya (lubang, dasar dan lengkung hidung).

2. Mungkin mengusahakan menormalkan bentuk anatomi yang jelas tak normal.

3. Membuat parut sebaik mungkin (tipis dan tersembunyi).

4. Membuat penampakan waktu berfungsi senormal mungkin.

Alat khusus yang diperlukan dalam operasi bibir sumbing yaitu:6

1. Mata pisau no. 15

2. Pinset, gunting, dan alat/bahan jahit yang halus.

3. Alat gambar untuk operasi.

Benang yang dipakai adalah benang dengan ukuran 5-0 dan/atau 6-0, dari bahan yang tak

diserap atau yang bisa diserap.

Komplikasi5

Beberapa komplikasi yang terjadi antara lain:

1. Sumbatan jalan nafas

Terjadi akibat tertutup gumpalan darah atau lender. Hal ini dapat diatasi dengan

penyedotan.

2. Perdarahan

3. Terbukanya jahitan

10

Page 11: Makalah PBL Blok 13

Dapat disebabkan akibat tegangnya jaringan yang dijahit, dapat juga akibat anak

menangis, berbicara keras atau makan makanan padat. Dapat memberikan sedatif

untuk menenagkan anak. Ketegangan jaringan dapat dikurangi dengan pmotongan

hamulus. Terbukanya luka dapat disebabkan oleh penyakit sistematik atau

penggunaan kortikosteroid jangka panjang.

4. Fistula

Fistula dapat terjadi karena jaringan epitel yang seharusnya dieksisi masih tertinggal.

Fistula dapat menutup secara spontan, bila tidak dapat diolesi secara teratur dengan

larutan nitras argenti sebagai kauterisasi.

5. Bicara tidak sempurna

Terjadi bila palatoplasti dilakukan setelah anak dapat bicara atau bila hasil operasi

tidak memenuhi jarak anterior posterior yang cukup untuk menghasilkan suara yang

normal.

Prognosis

Kelainan labio gnato palatoschisis merupakan kelainan bawaan yang dapat

dimodifikasi/ disembuhkan. Kebanyakan anak yang lahir dengan kondisi ini melakukan operasi saat usia

masih dini, dan hal ini sangat memperbaiki penampilan wajah secara signifikan. Dengan adanya teknik

pembedahan yang makin berkembang, 80% anak dengan labio gnato palatoschizis yang telah ditatalaksana

mempunyai perkembangan kemampuan bicara yang baik. Terapi bicara yang berkesinambungan

menunjukkan hasil peningkatan yang baik pada masalah-masalah berbicara pada anak labio gnato

palatoschizis.

Kesimpulan

Labio gnato palatochizis adalah merupakan kongenital anomali yang berupa adanya

kelainan bentuk pada struktur wajah. Palatoschizis adalah adanya celah pada garis tengah palato

yang disebabkan oleh kegagalan penyatuan susunan palate pada masa kehamilan 7-12 minggu. Labio

Palatoschizis merupakan suatu kelainan yang dapat terjadi pada daerah mulut, palatoschizis

(sumbing palatum) dan labioschizis (sumbing tulang) untuk menyatu selama perkembangan

embrio. Bibir sumbing merupakan kelainan kongenital yang memiliki prevalensi cukup

tinggi. Bibir sumbing memiliki beberapa tingkat kerusakan sesuai organ yang mengalami

kecacatannya. Bila hanya di bibir disebut labioschizis, tapi bisa juga mengenai gusi dan

palatum atau langit-langit. Tingkat kecacatan ini mempengaruhi keberhasilan operasi. Cacat

bibir sumbing terjadi pada trimester pertama kehamilan karena tidak terbentuknya suatu

11

Page 12: Makalah PBL Blok 13

jaringan di daerah tersebut. Semua yang mengganggu pembelahan sel pada masa kehamilan

bisa menyebabkan kelainan tersebut,misal kekurangan zat besi, obat-obat tertentu, radiasi.

Tak heran kelainan bibir sumbing sering ditemukan di desa terpencil dengan kondisi ibu

hamil tanpa perawatan kehamilan yang baik serta gizi yang buruk. Bibir sumbing juga

menyebabkan mudah terjadinya infeksi di rongga hidung, tenggorokan dan tuba eustachius

(saluran penghubung telinga dan tenggorokan) sebagai akibat mudahnya terjadi iritasi akibat

air susu atau air yang masuk ke rongga hidung dari celah sumbingnya. Namun, dari semua

hal tersebut labio gnato palatoschizis merupakan faktor herediter (genetika).

Daftar Pustaka

1. Supartondo, Setiyohadi B. Ilmu penyakit dalam (anamnesis). Edisi ke-3. Jakarta: Interna

Publisihing; 2005.h.23-6.

2. Mulliken JB.. The changing faces of children with cleft lip and palate. The New England Journal of

Med 2004 Aug 19;351(8):745-7.

3. Nelson WE, Behrman RE, Kliegman R, Arvin AM. Ilmu kesehatan anak (Nelson textbook of pediatrics).

Edisi ke-15. Jakarta: EGC; 2000.h.1282.

4. Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE. Schwartz's principles of

surgery. 8th ed. New York: McGraw-Hill; 2005.p.465-66.

5. Mansjoer, Wardani W.I. Kapita selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: Media

Aesculapius; 2000.h.373-4.

6. Bisono. Operasi sumbing: petunjuk praktis. Edisi 1. Jakarta: EGC; 2002.h.13-15.

7. John G, Brian T, Emily B, Ridgway. Unilateral cleft lip and nasal repair: techniques and principles. Iran

J Pediatric Jun 201;21(2):129-38.

12