pbl blok 13 rio

27
Perkembangan Sosial Remaja Faktor Biologis Perubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya.Misalnya : remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya. Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional.Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual. Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, kadang-kadang lebih cepatdaripada perkembangan badan.Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan 1

Upload: jessica-teriany

Post on 23-Nov-2015

44 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Perkembangan Sosial RemajaFaktor BiologisPerubahan yang paling dirasakan oleh remaja pertama kali adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormone seksual membuat remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu fokus pada kondisi fisiknya.Misalnya : remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat jerawat atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya.Pada masa remaja ditandai dengan adanya pertumbuhan fisik yang cepat. Keadaan fisik pada masa remaja dipandang sebagai suatu hal yang penting, namun ketika keadaan fisik tidak sesuai dengan harapannya (ketidaksesuaian antara body image dengan self picture) dapat menimbulkan rasa tidak puas dan kurang percaya diri. Begitu juga, perkembangan fisik yang tidak proporsional.Kematangan organ reproduksi pada masa remaja membutuhkan upaya pemuasan dan jika tidak terbimbing oleh norma-norma dapat menjurus pada penyimpangan perilaku seksual.Perkembangan atau pertumbuhan anggota-anggota badan remaja, kadang-kadang lebih cepatdaripada perkembangan badan.Oleh karena itu, untuk sementara waktu, seorang remaja mempunyai proporsi tubuh yang tidak seimbang. Hal ini akan menimbulkan kegusaran batin yang mendalam karena pada masa remaja ini, perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya. Jadi remaja sendiri merupakan salah satu penilai yang penting terhadap badannya sendiri sebagai stimulus sosial. Bila sang remaja mengerti badannya telah memenuhi persyaratan, sebagaimana yang diharapkan oleh lingkungan sosialnya, maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian diri.Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja sebagai berikut :Perempuan Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun) Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun) Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun) Menarche/menstruasi (10 16 tahun, kadang 7 thn) Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis) Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)

Laki-laki Pertumbuhan testis (10 13,5 tahun) Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 15 tahun) Pembesaran badan (10,5 16 tahun) Pembesaran penis (11 14,5 tahun) Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran penis) Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (2 tahun setelah rambut pubis) Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu ketiak)Sebagian besar remaja tidak dapat menerima keadaan fisiknya. Hal tersebut terlihat dari penampilan remaja yang cenderung meniru penampilan orang lain atau tokoh tertentu. Misalnya si Ani merasa kulitnya tidak putih seperti bintang film, maka Ani akan berusaha sekuat tenaga untuk memutihkan kulitnya. Perilaku Ani yang demikian tentu menimbulkan masalah bagi dirinya sendiri dan orang lain. Mungkin Ani akan selalu menolak bila diajak ke pesta oleh temannya sehingga lama-kelamaan Ani tidak memiliki teman, dan sebagainya.Perkembangan PsikoseksualPerkembangan psikoseksual menurut Freud, insting seksual yang semakindewasa maka, fokusnya akan berpindah dari satu anggota tubuh ke anggota tubuh yang lain dan setiap perpindahan itu akan membawa individu ke tahap perkembangan psikoseksual yang lebih tinggi.Perkembangan psikoseksual menurut freud di bagi menjadi 5 tahap: 1. Tahap oral (0-1 tahun)Selama masa bayi sumber utama mencari kesenangan berpusat pada aktivitas oral seperti mengisap, menggigit, mengunyah dan berbicara. Anak boleh memilih dari salah satu yang disebutkan ini, dan metode pemuasan kebutuhan oral yang dipilih dapat memeberikan beberapa indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk2. Tahap anal (1-3 tahun)Ketertarikan selama tahun kedua kehidupan berpusat pada bagian anal saat otot-otot sfingter berkembang dan anak-anak mampu menahan atau mengeluarkan feses sesuai keinginan.Pada tahap ini suasana di sekitar toilet training dapat menimbulkan efek seumur hidup pada kepribadian anak.3. Tahap falik (3-6 tahun)Selama tahap falik, genital menjadi alat tubuh yang menarik dan sensitif.Anak mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut. Pada periode ini terjadi masalah yang kontroversi tentang Cedipus dan Electra kompleks, pelvis envy, dan ansietas terhadap kastrasi4. Periode laten (6-12 tahun)Selama periode laten anak-anak melakukan sifat dan keterampilan yang telah diperoleh. Energi fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan pengetahuan dan bermain.5. Tahap genital (12 tahun keatas)Tahap signifikan yang terakhir dimulai pada saat pubertas dengan maturasi sistem reproduksi dan produksi hormon-hormon seks. Organ genital menjadi sumber utama ketegangan dan kesenangan seksual, tetapi energi juga digunakan untuk membentuk persahabatan dan persiapan pernikahan.2Perkembangan psikososial Teori perkembangan kepribadian yang paling banyak diterima adalah teori yang dikembangkan oleh Erikson (1963).Meskipun dibuat berdasarkan teori Freud, teori ini dikenal sebagai teori perkembangan psikososial dan menekankan pada kepribadian yan sehat, bertentangan dengan pendekatan patologik.Erikson juga menggunakan konsep-konsep biologis tentang periode kritis dan epigenesis, menjelaskan konflik atau masalah inti yang harus dikuasai individu selama periode kritis dalam perkembangan kepribadian. Pendekatan tentang kehidupan Erikson terhadap perkembangan kepribadian terdiri atas delapan tahap; namun, hanya lima yang berkaitan dengan masa anak sampai remaja, yaitu: Percaya vs tidak percaya (lahir-1 tahun)Hal pertama yang paling penting bagi perkembangan kepribadian yang sehat adalah rasa percaya dasar. Pembentukan rasa percaya dasar ini mendominasi tahun pertama kehidupan dan menggambarkan semua pengalaman kepuasan anak pada usia ini. Berkaitan dengan tahap oral Freud, saat ini merupakan saat untuk mendapatkan dan mengambil apapun melaui semua indera. Hal ini hanya terjadi dalam kaitannya dengan sesuatu atau seseorang; oleh karena itu asuhan yang konsisten dan penuh kasih oleh orang yang berperan sebagai ibu merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan rasa percaya.Rasa tidak percaya terjadi jika pengalaman yang meningkatkan tidak terpenuhnya rasa percaya atau jika kebutuhan dasar tidak dipenuhi secara konsisten atau adekuat.Meskipun pecahan-pecahan rasa tidak percaya terjadi di seluruh kepribadian, namun rasa percaya dasar terhadap orang tua membentuk rasa percaya terhadap dunia, orang lain, dan diri sendiri.Hasilnya adalah kepercayaan dan optimisme. Autonomi vs malu-malu dan ragu-raguJika dikaitkan dengan tahap anal Freud, masalah autonomi dapat diartikan dengan menahan atau merelakan otot sfingter.Perkembangan autonomi selama periode todler berpusat pada peningkatan kemampuan anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri mereka dan lingkungan mereka.Mereka ingin melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri, menggunakan keterampilan motorik yang baru mereka peroleh seperti berjalan, memanjat, dan memanipulasi, serta menggunakan kekuatan mental mereka dalam memilih dan membuat keputusan. Pembelajaran yang mereka peroleh sebagian besar didapat dari meniru aktivitas dan perilaku orang lain. Perasaan negatif seperti ragu dan malu muncul ketika anak-anak diremehkan, ketika pilihan-pilihan mereka membahayakan, atau ketika merek dipaksa untuk bergantung dalam beberapa hal yang sebenarnya mereka mampu melakukannya.Hasil yang diharapkan adalah kontrol diri dan ketekunan. Inisiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)Tahap inisiatif berkaitan dengan tahap falik Freud dan dicirikan dengan perilaku yang instrisif dan penuh semangat, berani berupaya dan imajinasi yang kuat.Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indera dan kekuatan mereka.Mereka membentuk suara hati.Tidak lagi hanya dibimbing oleh pihak luar, terdapat suara dari dalam yang memperingatkan dan mengancam. Anak-anak terkadang memiliki tujuan atau melakukan aktivitas yang bertentangan dengan yang dimiliki orang tua atau orang lain, dan dibuat merasa bahwa aktivitas atau imajinasi mereka merupakan hal yang buruk sehingga menimbulkan rasa bersalah. Anak-anak harus belajar mempertahankan rasa inisiatif tanpa mengenai hak dan hak istimewa orang lain. Hasil akhirnya adalah arahan dan tujuan. Industri vs inferioritas (6-12 tahun)Tahap industri adalah periode laten dari Freud. Setelah mencapai tahap yang lebih penting dalam perkembangan kepribadian, anak-anak siap untuk bekerja dan berproduksi.Mereka mau terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat mereka lakukan sampai selesai; mereka memerlukan dan menginginkan pencapaian yang nyata. Anak-anak belajar berkompetisi dan bekerja sama dengan orang lain, dan mereka juga mempelajari aturan-aturan. Periode ini merupakan periode pemantapan dalam hubungan sosial mereka dengan orang lain.

Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapka dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar yang ditetapkan orang lain untuk mereka. Kualitas ego yang berkembang dari rasa industri adalah kompetensi. Identitas vs kebingungan (12-18 tahun)Berhubungan dengan periode genital Freud, perkembangan identitas dicirikan dengan perubahan fisik yang cepat dan jelas. Rasa percaya terhadap tubuh mereka yang sudah terbentuk sebelumnya mengalami kegoncangan, dan anak-anak menjadi sangat terpaku dengan penampilan mereka di mata orang lain dibandingkan dengan konsep diri mereka. Remaja berusaha menyesuaikan diri dengan peran yang mereka mainkan dan mereka berharap dapat bermain dalam peran dan gaya terbaru yang dilakukan oleh teman-teman sebaya mereka, untuk mengintegrasikan konsep dan nilai-nilai mereka terhadap lingkungan, dan pembuatan keputusan tentang okupasi. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik ini menyebabkan terjadinya kebingungan peran. Hasil dari penguasaan yang sukses adalah kesetiaan dan ketaatan terhadap orang lain serta terhadap nilai-nilai dan ideologi.2Perkembangan KognitifPerkembangan kognitif berpusat pada perkembangan cara penerimaan dan mental anak. Menurut Piaget, anak-anak mencoba berusaha memahami hal-hal baru untuk mengembangkan pola pikir anak dan jika pemahaman anak tidak tercapai, maka anak akan berusaha untuk menyesuaikannya dengan cara membatasinya. Piaget mengidentifikasi 4 (empat) tahapan utama perkembangan kognitif yaitu sensorimotor, pra-operasional, operasional konkrit dan operasional formal.3 Tahap Sensorimotor (lahir 2 tahun)Perkembangan kognitif bayi sampai kira-kira berusia 2 tahun pada umumnya mengandalkan observasi dari panca indera dan gerakan tubuh mereka.Satu tanda dari perkembangan ini adalah memahami objek tetap / permanen. Bayi berkembang dengan cara merespon kejadian dengan gerak refleks atau pola kesiapan. Mereka belajar melihat diri mereka sebagai bagian dari objek yang ada di lingkungan.

Tahap Pra-operasional (2 7 tahun)Pra-operasional ditandai oleh adanya pemakaian kata-kata lebih awal dan memanipulasi simbol-simbol yang menggambarkan objek atau benda dan keterikatan atau hubungan di antara mereka. Pemikiran atau sifat anak yang aneh /ganjil menunjukkan fakta bahwa mereka pada umumnya tidak mampu menunjukkan operations (eksploitasi) atau jika mereka bisa menunjukkan operation maka keadaannya akan terbatas. Mental operations pada tahap ini sifatnya fleksibel dan dapat berubah. Tahap pra-operasional ini juga ditandai oleh beberapa hal, antara lain : egosentrisme, ketidakmatangan pikiran / ide / gagasan tentang sebab-sebab dunia di fisik, kebingungan antara simbol dan objek yang mereka wakili, kemampuan untuk fokus pada satu dimensi pada satu waktu dan kebingungan tentang identitas orang dan objek. Tahap Concrete Operational (6 atau 7 th 12 tahun)Pada tahap konkrit operasional, penambahan dan pengurangan dalam hitung-hitungan bukan merupakan aktivitas yang mudah.Konkrit operasional anak mengenal bahwa ada hubungan antara angka-angka dan bahwa operasi dapat dilaksanakan menurut aturan tertentu.Pada tahap ini anak menunjukkan permulaan dari kapasitas logika orang-orang dewasa.Mereka mengerti aturan dasar dari logika. Bagaimanapun juga, proses berfikir, atau operasi, pada umumnya melibatkan objek yang kelihatan (konkrit) daripada ide yang abstrak. Egosentrisme pada tahap ini sudah mulai berkurang. Kemampuan mereka untuk menggunakan peran dari orang lain dan melihat dunia, dan mereka sendiri, dari perspektif orang-orang lain sudah berkembang dengan pesat. Mereka mengenal bahwa orang melihat sesuatu dengan cara yang berbeda, karena perbedaan situasi dan perbedaan nilai. Mereka dapat fokus pada lebih dari satu dimensi pada beberapa waktu. Pada tahap ini juga sudah menunjukkan pemahaman akan hukum kekekalan (konservasi). Tahap Formal Operational ( 12 tahun ke atas)Tingkat operasi formal merupakan tahapan terakhir dari skema Piaget, yang merupakan tingkatan dari kedewasaan kognitif. Formal operational biasanyadimulai pada masa pubertas, sekitar umur 11 atau 12 tahun.Akan tetapi tidak semua anak memasuki tingkatan ini pada saat pubertas, dan beberapa orang tidak pernah mencapainya. Tugas utama pada tahap ini meliputi kemampuan klasifikasi, berpikir logis, dan kemampuan hipotetis.3Ada beberapa feature yang memberi remaja kapasitas lebih besar untuk memanipulasi dan menghargai lingkungan luar dan dunia imajinasi yang mencakup pemikiran hipotetis, penyelesaian masalah yang sistematis, kemampuan untuk menggunakan simbol dan pemikiran deduksi. Remaja dapat memproyeksikan dirinya pada situasi yang melebihi pengalaman mereka saat itu, dan untuk alasan itu, mereka terbungkus dalam fantasi yang panjang.3Perkembangan MoralSecara sederhana, moralitas dapat diartikan sebagai kemampuan untuk membedakan yang benar atau baik dan yang salah atau buruk.Namun dalam kenyataan, tidaklah sesederhana itu, karena konsep tersebut mencakup tiga aspek kemampuan seseorang, yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek perilaku. Seseorang dikatakan memiliki norma moral yang tinggi, bila ia mempunyai kesadaran dan pengertian mengenai kebutuhan atau perasaan orang lain, memiliki kepedulian dan mampu merasakan (affection, empathy) perasaan orang lain, dan mampu mengungkapkan pengertian dan empati itu dalam perilakunya terhadap orang lain. Menurut Kohlberg, perkembangan moral itu terjadi secara gradual melalui 6 fase, menurut orientasi moralitas yang dominan digunakan :

a. Level penalaran pra-konvensional ( 0 - 9 tahun )Pada tahap ini, anak tidak memperlihatkan internalisasi nila-nilai moral- penalaran moral dikendalikan oleh imbalan (hadiah) dan hukuman eksternal. Aturan dikontrol oleh orang lain (eksternal) dan tingkah laku yang baik akan mendapat hadiah dan tingkah laku yang buruk akan mendapatkan hukuman.4 Fase 1 : Orientasi hukuman dan ketaatan (Punishment and Obedience orientation)Fase ini penalaran moral didasarkan atas hukuman dan anak taat karena orang dewasa menuntut mereka untuk taat Fase 2 : Orientasi Individualisme dan tujuan (Satisfaction of own needs orientation) Apa yang benar adalah apa yang dirasakan baik dan apa yang dianggap menghasilkan hadiah.4

b. Level penalaran Konvensional ( 9 13 tahun )Penalaran konvensional menaati standar-standar internal tertentu, tetapi tidak menaati standar-standar orang lain (eksternal) seperti orang tua atau aturan-aturan masyarakat Fase 3: Norma-norma Interpersonal (Good boy, good girl orientation)Seseorang menghargai kebenaran/kepedulian/kesetiaan kepada orang lain sebagai landasan pertimbangan-pertimbangan moral. Seorang anak mengharapkan dihargai oleh orang tuanya sebagai yang terbaik Fase 4: Orientasi Moralitas Sistem Sosial (Law and Order Orientation)Mulai ada pemahaman aturan sosial, hukum-hukum, keadilan, dan kewajiban.

c. Level Penalaran Pasca-konvensional ( 13 tahun meninggal )Moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. Seseorang mengenal tindakan-tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode4 Fase 5: Orientasi Hak-hak Masyarakat versus hak-hak individual (Social Contract Orientation)Nilai-nilai dan aturan-aturan adalah bersifat relative dan bahwa standar dapat berbeda dari satu orang ke orang lain Fase 6 : Orientasi Prinsip-prinsip etis universal (Universal Good Orientation)Seseorang telah mengembangkan suatu standar moral yang didasarkan pada hak-hak manusia universal. Bila seseorang menghadapi konflik antara hukum dan suara hati, seseorang akan mengikuti suara hati.4Faktor lingkunganPerilaku remaja sangat rentan terhadap pengaruh lingkungan, disatu pihak remaja mempunyai keinginan kuat untuk mengadakan interaksi sosial dalam upaya mendapatkan kepercayaan dari lingkungan, di lain pihak ia mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, terlepas dari pengawasan orang tua dan sekolah. Salah satu bagian perkembangan masa remaja yang tersulitadalah penyesuaian terhadap lingkungan sosial. Remaja harus menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan interpersonal yang awalnya belum pernah ada, juga harus menyesuaikan diri dengan orang dewasa di luar lingkungan keluarga dan sekolah.5Untuk mencapai tujuan polasosialisasi dewasa, remaja harus membuat banyak penyesuaian baru. Ia harus mempertimbangkan pengaruhkelompok sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, membentuk kelompok sosial baru dan nilai-nilai baru memilihteman.

Lingkungan keluargaKeluarga merupakan lingkungan pertama dan utama bagi perkembangan anak. Umur 4 6 tahun dianggap sebagai titik awal proses identifikasi diri menurut jenis kelamin, peranan ibu dan ayah atau orang tua pengganti ( nenek, kakek dan orang dewasa lainnya ) sangat besar. Peran sebagai wanita dan Pria harus jelas. Dalam mendidik, ibu dan ayah harus bersikap konsisten , terbuka, bijaksana, bersahabat, ramah, tegas, dan dapat lancar, maka dapat timbul proses identifikasi yang salah. Masa remaja merupakan pengembangan identitas diri, dimana remaja berusaha mengenal diri sendiri, ingin mengetahui bagaimana orang lain menilainya, dan mencoba menyesuaikan diri dengan harapan orang lain.5

Lingkungan SekolahPengaruh yang juga cukup kuat dalam perkembangan remaja adalah lingkungan sekolah. Umumnya orang-tua menaruh harapan yang besar pada pendidikan di sekolah, oleh karena itu dalam memilih sekolah orangtua perlu mempertimbangkan hal sebagai berikut :1. Susunan SekolahPrasyarat terciptanya lingkungan kondusif bagi kegiatan belajar mengajar adalah suasana sekolah, Baik buruknya suasana sekolah sangat tergantung pada kepemimpinan kepala sekolah, komitmen guru, sarana pendidikan dan disiplin sekolah. Suasana sekolah sangat berpengaruh terhadap perkembangan jiwa remaja yaitu dalam hal :a. KedisiplinanSekolah yang tertib dan teratur akan membangkitkan sikap dan perilaku disiplin pada siswa. Sebaliknya suasana sekolah yang kacau dan disiplin longgar akan berisiko, bahwa siswa dapat berbuat semaunya dan terbiasa dengan hidup tidak tertib, tidak memiliki sikap saling menghormati, cenderung brutal dan agresif.

b. Kebiasaan belajarSuasana sekolah yang tidak mendukung kegiatan belajar mengajar akan berpengaruh terhadap menurunnya minat dan kebiasaan belajar. Akibatnya, prestasi belajar menurun dan selanjutnya diikuti dengan perilaku yang sesuai dengan norma masyarakat, misalnya sebagai kompensasi kekurangannya di bidang akademik,siswa menjadi nakal dan brutal.c. Pengendalian diriSuasana bebas di sekolah dapat mendorong siswa berbuat sesukanya tanpa rasa segan terhadap guru. Hal ini akan berakibat siswa sulit untuk dikendalikan , baik selama berada di sekolah maupun di rumah. Suasana sekolah yang kacau akan menimbulkan hal-hal yang kurang sehat bagi remaja, misalnya penyalahgunaan Napza,perkelahian, kebebasan seksual, dan tindak kriminal lainnya.5

Bimbingan GuruDi sekolah remaja menghadapi beratnya tuntutan guru, Orang tua dan saratmya kurikulum sehingga dapat menimbulkan beban mental.Dalam hal ini peran wali kelas dan guru pembimbing sangat berarti Apabila guru pembimbing sebagai konselor sekolah tidak berperan, maka siswa tidak memperoleh bimbingan yang sewajarnya.Untuk menyalurkan minat, bakat dan hobi siswa, perlu dikembangkan kegiatan ekstrakurikuler dengan bimbingan guru.Dalam proses belajar mengajar, guru tidak sekedar mengalihkan ilmu pengetahuan yang terkandung dalam kurilukum tertulis (Written Curriculum), melainkan juga memberikan nilai yang terkandung didalamnya (hidden curriculum), misalnya kersama, sikap empati, mau mendengarkan orang lain, menghargai dan sikap lain yang dapat membuahkan kecerdasan emosional. Apabila guru tidak peduli terhadap hal tersebut, sulit diharapkan perkembangan jiwa siswa secara optimal. Oleh sebab itu dalam upaya mengoptimalkan perkembangan jiwa remaja di sekolah guru diharapkan : Memperhatikan ,pendekatan yang berbeda. Bersedia mendengarkan dan memperhatikan keluhan siswa individual ,karena setiap siswa memiliki sifat, bakat,minat dan kemampuan Memiliki kepekaan membaca kondisi batin ( mood ) siswa Perilaku guru dapat dijadikan teladan bagi siswa. Memperhatikan dan menciptakan rasa aman bagi seluruh siswa di sekolah. Menanamkan nilai-nilai budi pekerti melalui proses pembiasaan misalnya sopan santun , menghargai orang lain ,bekerja sama,mengendalikan emosi, kejujuran dan sebagainya. Berpikir positif ( positive thinking ) terhadap siswa Memberikan penghargaan atas keberhasilan siswa Bersikap sadar,dewasa dan terbuka dalam menilai perilaku siswa. Memahami prinsip dasar perkembangan jiwa remaja agar dapat memahami dan menghargai siswa Menghindari sikap mengancam terhadap siswa. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengaktualisasi kan diri Mengendalikan emosi dan menyusuaikan diri dengan cara siswa berkomunikasi.5

Lingkungan Teman SebayaRemaja lebih banyak berada diluar rumah dengan teman sebaya, Jadi dapat dimengerti bahwa sikap, Pembicaraan, minat, Penampilan dan perilaku teman sebaya lebih besar pengaruhnya daripada keluarga misalnya, jika remaja mengenakan model pakaian yang sama dengan pakaian anggota kelompok yang populer, maka kesempatan baginya untuk dapat diterima oleh kelompok menjadi lebih besar Demikian pula bila anggota kelompok mencoba minum alkohol. rokok atau zat adiktif lainnya, maka remaja cenderung mengikuti tanpa mempedulikan akibatnya. Didalam kelompok sebaya, remaja berusaha menemukan dirinya. Disini ia dinilai oleh teman sebayanya tanpa mempedulikan sanksisanksi dunia dewasa. Kelompok sebaya memberikan lingkungan yaitu dunia tempat remaja dapat melakukan sosialisasi dimana nilai yang berlaku bukanlah nilai yang ditetapkan oleh orang dewasa melainkan oleh teman seusianya, Disinilah letak berbahayanya bagi perkembangan jiwa remaja, apabila nilai yang dikembangkan dalam kelompok sebaya adalah nilai yang negatif, akan lebih berbahaya apabila kelompok sebaya ini cenderung tertutup (closed group), dimana setiap anggota tidak dapat terlepas dari kelompok nya dan harus mengikuti nilai yang dikembangkan oleh pimpinan kelompok, sikap, pikiran, perilaku, dan gaya hidupnya merupakan perilaku dan gaya hidup kelompoknya.5 Lingkungan MasyarakatDalam kehidupanya, manusia dibimbing oleh nilai-nilai yang merupakan pandangan mengenai apa yang baik dan apa yang buruk. Nilai yang baik harus diikuti, dianut, sedangkan yang buruk harus dihindari, sesuai dengan aspek rohaniah dan jasmaniah yang ada pada manusia, maka manusia dibimbing oleh pasangan nilai materi dan nonmateri. Apabila manusia hendak hidup secara damai di masyarakat, maka sebaiknya kedua nilai yang merupakan pasangan tadi diserasikan akan tetapi kenyataan dewasa ini menunjukkan bahwa nilai materi mendapat tekanan lebih besar daripada nilai non-materi atau spiritual. hal ini terbukti dari kenyataan bahwa sebagai tolok ukur peranan seseorang dalam masyarakat adalah kebendaan dan kedudukan. Lingkungan masyarakat terdiri dari Sosial Budaya dalam era globalisasi, dunia menjadi sempit, budaya lokal dan budaya nasional akan tertembus oleh budaya universal, dengan demikian akan terjadi pergeseran nilai kehidupan, kemajuan ilmu Pengetahuan dan teknologi sangat berpengaruhterhadap pesatnya informasi. Segala sesuatu yang terjadi di muka bumi dengan sekejap diketahui oleh seluruh penghuni bumi.Di rumah dan di sekolah, Orang tua dan guru, lebih banyak mengharapkan nilai spiritual menjadi pegangan remaja.Namun, kenyataan membuktikan sebaiknya ini karena yang diajarkan berbeda dengan yang dilihat di luar rumah dan di luar sekolah.Remaja menjadi bingung, mana yang harus dilakukan.Situasi ini menimbulkan konflik nilai yang dapat berakibat terjadinya penyimpangan perilaku, seperti yang terlihat di masyarakat, misalnya waria, pergaulan bebas, mabuk, dan homoseksualitas.Dalam era globalisasi pengakuan akan hak asasi manusia mulai memesyarakat. Bagi Indonesia yang kini sedang dalam era reformasi, pelaksanaan hak asasi manusia merupakan masalah tersendiri. Nilai sosial yang selama ini diutamakan bergeser pada nilai individual. Bagi remaja yang sedang dalam masa mencari identitas diri dan penyesuaian sosial, situasi Ini merupakan titik kritis, Bukan tidak mungkin hal ini akan berakibat terjadinya konflik kejiwaan pada sebagian remaja, Remaja akan merasakan adanya nilai kekolotan pada orang dewasadan nilai inovatif atau Pembaharuan pada orang dewasa dan nilai inovatif atau pembaharuan pada generasinya.5

Sementara itu ada tuntutan dari pihak orang dewasa agar remaja mengikuti aturan budaya, kecemasan akan menghadapi hukuman, ancaman dan tidak adanya kasih sayang merupakan dorongan yang menyebabkan remaja terpaksa mengikuti tuntutan lingkungan budaya (socialized anxity) . Kalau kecemasan ini terlalu berat, akibat yang ditimbulkan adalah hambatan tingkah laku. Remaja yang bersangkutan jadi serba ragu, serba takut, dan dapat menjurus kepada keadaan cemas yang patologis. Tetapi dalam kondisi yang tepat, Kecemasan ini mendorong remaja untuk lebih bertanggung jawab, hati-hati dan menjaga tingkah lakunya agar selalu sesuai dengan norma yang berlaku. Remaja dapat bertingkah laku normal sesuai dengan harapan masyarakat.Sebenarnya remaja sadar akan pentingnya kebudayaan sebagai tolok ukur terhadap tingkah laku sendiri. Kebudayaan memberikan pedoman arah, persetujuan, pengingkaran, dukungan, kasih sayang dan perasaan aman kepada remaja.Akan tetapi mereka juga punya keinginan untuk mandiri. Inilah yang menyebabkan remaja membuat tolak ukur mereka sendiri, yang berbeda dari tolak ukur orang dewasa, Mereka membuat kebudayaan sendiri yang berbeda dari kebudayaan masyarakat umumnya. Kebudayaan yang menyimpang inilah yang dikenal sebagai kebudayaan anak muda (youth culture). Nilai yang dominan dalam budaya anak muda adalah keunggulan dalam olah raga, disenangi teman, senang hura-hura senang pesta, tidak dianggap pengecut, dan sebagainya.5DampakDampak dari gangguan kesehatan mental dalam pandangan psikososiala) Low Self EsteemSelf esteem adalah evaluasi diri yang dibuat seorang individu, sikap seseorang terhadap dirinya sendiri,dalam rentang dimensi positif-negatif. Orang yang dengan Self esteem yang rendah akan mempengaruhi dia dalam mengevaluasi dirinya atau dia akan mengevaluasi dirinya secara negatif. Evaluasi diri yang negative akan menyebabkan keterampilan sosial yang tidak memadai,kesepian, depresi dan kinerja lebih buruk.Contohnya, ketika masalah muncul disekolah , di tempat kerja atau diantara teman akan terjadi penurunan self esteem, dan akan terjadi peningkatan kecemasan dari individu tersebut.6b) Depression and panic attacks.Serangan Panik muncul secara berulang dan tidak terduga. Serangan-serangan panik melibatkan rekasi kecemasan yang intens di sertai dengan sintom fisik,seperti jantung berdebar-debar,nafas cepat,nafas tersengal atau kesulitan bernapas,berkeringat banyak dan rasa lemas.Orang yang mengalami serangan panic akan mengalami perubahan tingkah laku yang signifikan. Misalnya, menolak meninggalkan rumah atau keluar kemasyarakat karena takut mendapat serangan lagi.6c) Shyness and lonelinessShyness (rasa malu), Rasa malu menyebabkan seseorang merasa tidak nyaman berada di lingkungan sosialnya.Loneliness (kesendirian), merupakan sumber utama penyebab tekanan psikologis bagi banyak orang dan dapat menjadikan seseorang tersebut terserang depresi. Orang yang kesepian mungkin gagal untuk mengatasi masalah secara memadai, bahkan kadang-kadang gagal untuk mengenali perannya di lingkugan sosial.6d) Hostility and aggression; Hostility (Permusuhan), orang melihat permusuhan dapat menyebabkan ia juga melakukan kekerasan (aggresion).Misalnya seseorang yang pulang dari tempat kerja,dimana di tempat kerja,ia mengalami konflik,sehingga ia setelah keluar dari lingkungan kerja,ia melampiaskan masalah atau konflik yang dihadapinya kepada orang disekitarnya.misalnya kepada orang tua, istri dan anaknya.6e) Cronic pain and disability; Cronic pain (sakit kronis) dan disability (cacat), merupakan stressor luar biasa bagi individu yang mengalami dan keluarganya. Tidak hanya rasa sakit yang mereka derita, tetapi mereka mungkin kehilangan sebagian besar kehidupan sosial dan rekreasi. Juga akan kehilangan status dan kekuasaan, baik di dalam dan luar keluarga,secaradrastis.f) Relationship problem.Perubahan hidup menjadi sumber stres bila perubahan hidup tersebut menuntut kita untuk menyesuaikan diri. Perubahan hidup ini dapat berupa peristiwa menyenangkan seperti pernikahan, dan peristiwa yang menyedihkan seperti kematian orang tercinta.Meskipun perubahan hidup yang menyenangkan (positif) maupun tidak menyenangkan (negatif) dapat menyebabkan stres, perubahan hidup yang positif mengakibatkan gangguan yang lebih ringan daripada perubahan hidup yang negatif. Dengan kata lain, stres karena pernikahan lebih ringan daripada stres yang disebabkan oleh perceraian atau perpisahan.6

PenatalaksanaanPsikofarmakologiPenggunaan obat untuk mengubah perilaku anak adalah controversial.Pengaruhnya pada perilaku dipengaruhi oleh kematangan system saraf sentral, oleh factor-faktor intrapsikis dan psikososial, oleh kepribadian atau karisma dokter yang meresepkannya, oleh masalahnya itu sendiri, dan oleh lingkungan (penderita, orang tua, waktu hari pemberian). Obat-obat stimulan seperti Metilfenidat , Dekstroamfetamin, dan Pemolin merupakan golongan psikotropika yang digunakan untuk mengobati tanda-tanda dan gejala-gejala hiperaktivitas defisit perhatian. Meskipun mekanisme kerjanya tidak seluruhnya jelas, obat ini terbukti mampu menstimulasi, merangsang saraf sentral supaya meningkatkan kemampuan anak untuk mengikuti berbagai situasi, memperbaiki situasi dikelas, dan meningkatkan penerimaan social.Namun tetap stimulant ini harus digunakan secara bersama dengan terapi individu, keluarga dan masyarakat, namun hal ini sering tidak dilakukan.Beberapa orang tua menentang penggunaan obat psikotropik.Kalaupun digunakan,harus sesingkat mungkin karena obat-obat psikotropik memiliki pengaruh biokimia yang bermakna pada perkembangan anak, adalah penting untuk dokter memberikan penjelasan yang tepat kepada orang tua dan anak tentang alasan pengobatan.PsikoterapiAda beberapa tipe psikoterapi perseorangan. Sebagian besar melibatkan perkembangan persekutuan dengan penderita yang memberikan kesempatan untuk melihat masalah-masalah terapi yang timbul. Anak yang lebih kecil sering mengungkapkan apa yang menjadi perhatiannya dan masalah-masalah perkembangan dalam terapi permainan, cara-cara khusus yang dirancang untuk membantu ekspresi simbolik dan metaforik individu. Anak yang lebih tua dan remaja nampaknya lebih berperan serta dalam pembicaraan selama terapi. Terapi dinamik dirancang untuk memahami motivasi psikologis masalah-masalah anak dan untuk mengembangkan proses terapeutik yang didasarkan pada pemahaman tersebut. Terapi perilaku digunakan untuk mengubah perilaku-perilaku positif dengan pemberian penguatan positif dan negative secara konsisten.Ada beberapa terapi keluarga, yaitu direktif, structural,strategic dan relasi-objek. Pada masing-masing tipe, therapist bekerja terutama dengan keluarga untuk menanamkan pengertian atau membantu mengorganisasi perubahan.Pendekatan direktif tertentu ,pelatihanmanajemen orang tua, sangat berguna dalam penanganan gangguan tingkah laku. Pendekatan ini melibatkan pelatihan orang tua untuk merespon cara-cara spesifik dan konsisten perilaku anak.Terapi kelompok terutama berguna pada anak yang sedang menderita kemampuan social yang kurang berkembang. Terapi kelompok untuk praremaja cenderung menitikberatkan pada aktivitas terstruktur sampai ahli terapi dan anak-anak sama-sama dapat menemukan bagaimana mereka berhubungan satu sama lain dan mendapatkan cara-cara untuk mengubahnya. Cara ini terutama merupakan pendekatan yang menguntungkan untuk penanganan masalah-masalah social remaja.Pada intinya, psikoterapi terutama menitikberatkan pada mendengar dan mewawancarai ,namun diperlukan keterampilan dan pengalaman serta waktu yang cukup bagi therapist untuk bisa mencapai hasil yang optimal untuk kesembuhan pasien.4Kesimpulan Berkaitan dengan kasus seorang remaja putri yang malu bergaul dengan teman sabayanya dapat disimpulkan bahwa adanya penyimpangan pada tahap perkembangan psikososial menurut teori Erikson yang berdampak kekosongan pada diri anak ,merasa kurang perhatian dan cenderung malu untuk bersosialisasi dengan lingkungan maupun teman sebayanya. Penatalaksanaan yang paling baik dilakukan adalah dengan psikoterapi, terapi kelompok dirasa cocok untuk kasus ini, namun peran orang tua dan dokter juga dibutuhkan untuk mengawasi perkembangan anak dan supaya dapat menggali informasi dari anak tersebut sehingga dapat dicapai hasil yang maksimal.

Daftar pustaka1. Supartini Y, Ester M (editor). Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC ; 2004.2. Elvira D, Hadisukanto G. Buku Ajar Psikiatri. Cetakan ke-1. Jakarta : FKUI; 2010.P. 393-7.3. Suparno P.Teori perkembangan kognitif. Yogyakarta: Kanisius; 2001.h.26-884. Behrman, Kliegman, Arvin. Nelson ilmu kesehatan anak, Volume 3. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC;2002.h. 2319-21.5. Santock JW. Adolescence perkembangan remaja. Edisi ke-6. Jakarta: Erlangga;2003.h.82-4 6. Hidayat, Alimul AA.Pengantar kebutuhan dasar manusia aplikasi konsep dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika;2006.

2